pengaruh lilit batang bawah dan pupuk fosfat

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea
brasiliensis) adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell Arg.
Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan
vegetatif (menggunakan klon). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk
penyediaan
batang
bagian
bawah
harus
sungguh-sungguh
baik
(Setyamidjaja, 1993). Benih karet menghasilkan daun yang berturut-turut, salah
satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah
panjangnya. Kemudian sistem cabang di bentuk dimana tergantung pada klon
karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet sangat mudah roboh dikarenakan
angin (William, dkk, 1987).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi pada bagian atas. Dibeberapa
Universitas Sumatera Utara
kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah utara.
Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
(Anonimous, 2004).
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3
anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian
anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate,
pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah
agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Daun karet berwarna hijau dan terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai
anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun
antara 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun
yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk elips, memanjang
dengan ujung runcing. Tepinya rata dan gundul, tidak tajam (Anonimus, 2004).
Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia ±4 tahun. Setiap buah
terdiri dari tiga atau empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan
pecah. Setiap tanaman karet menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun, yaitu
untuk daerah Sumatera Utara pada bulan Agustus dan November. Biji terdiri dari
cangkang keras yang tipis dan sebuah kernel. Cangkang juga terdiri dari beberapa
minyak kernel dan cangkang terkadang dicampur bersama, menghasilkan minyak
dengan serat tinggi (www.agroindonesia.com, 2006).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah
dengan sendirinya. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji
Universitas Sumatera Utara
biasanya tiga hingga enam biji, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar
dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola
yang khas (Anonimous, 2004).
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap
karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang,
sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah
bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk
“lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga
jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan
tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang
berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan
tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat
dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk
lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda 4-8 mm.
Bunga betina berambut vilt. Ukurannya lebih besar sedikit daripada bunga jantan
dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi
dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh
benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2
karangan, tersusun satu lebih tinggi daripada yang lain. Paling ujung adalah suatu
bakal buah yang tidak tumbuh sempurna (Anonimous, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada
tinggi 0-200 m dari permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia
terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Tanaman karet
tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000-4000 mm per tahun.
Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 250 hingga 350 C. Suhu terbaik
adalah rata-rata 280 C. Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet
adalah rata-rata berkisar diantara 75-90 %. Angin yang bertiup kencang dapat
mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. Lama penyinaran dan
intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah
yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air,
sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi
pembatas (Anwar, 2006).
Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 150
Lintang Utara sampai 100 Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya
tetap menyimpan kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman
karet rata-rata 250 - 300 C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar
matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara 5 – 7 jam (Anonimous,
2004).
Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak
kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000 – 4000 mm/tahun, yakni pada
ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang
baik memerlukan suhu antara 250 - 350 C, dengan suhu optimal rata-rata 280 C.
Universitas Sumatera Utara
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada
musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang
berasal
dari
klon-klon
tertentu
yang
peka
terhadap
angin
kencang
(Setyamidjaja, 1993).
Tanah
Hasil karet yang maksimal akan di dapat pada tanah-tanah yang subur.
Selain jenis podsolik merah kuning, tanah latosol dan alluvial juga bisa
dikembangkan untuk penanaman karet. Karet menyukai tanah yang mudah
ditembus air. Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk
ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5 - 6. Batas toleransi
pH tanah bagi tanaman karet adalah 4 - 8 (Anonimous, 2004).
Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah-tanah
yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang
dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m,
permukaan air tanah rendah, yaitu + 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah,
dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0 tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat
menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).
Karet
menghendaki
tanah
dengan
kedalaman,
kegemburan
dan
kemampuan menahan air yang baik serta tidak memiliki lapisan padas di sekitar
lapisan top soil. Nilai pH tanah yang ideal berkisar antara 5 – 6
(www.fao.org, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Stum Mata Tidur Karet
Biji
Bahan tanaman stum mata tidur karet untuk batang bawah berasal dari biji
karet propelligitim klon PB-260. Bahan tanaman karet dari biji PB-260
merupakan klon anjuran yang dikembangkan di Indonesia umumnya dan
Sumatera Utara khususnya.(Woelan, et all,1999).
Tanaman karet PB-260 merupakan klon penghasil lateks yang dianjurkan
untuk dikembangkan di Indonesia mulai tahun 1991. Karakteristik klon PB-260
adalah pertumbuhan lilit batang pada saat tanaman belum menghasilkan dan telah
menghasilkan sedang, tahan terhadap penyakit daun utama (Corynespora,
Colletotrichum, dan Oidium). Potensi produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata
produksi aktual 2.107 kg/ha/tahun selama 9 tahun penyadapan dan tidak respon
terhadap stimulan. Lateks berwarna kekuningan. Pengembangan tanaman dapat
dilakukan pada daerah beriklim sedang dan basah (Woelan, et all, 1999).
Batang Bawah
Batang bawah pada stum mata tidur karet merupakan bagian yang
terpenting dari keberhasilannya suatu proses okulasi. Batang bawah yang
memiliki daya gabung yang baik dengan mata entres (scion) sangat diperlukan
sehingga proses penempelan mata tunas dapat berlangsung dengan baik dan
menghasilkan stum dengan mutu yang baik yang dapat dikembangkan secara
massal di perkebunan baik skala kecil maupun skala besar. Batang bawah yang
digunakan sebagai bahan tanaman memiliki ukuran yang beragam yang
disesuaikan dengan umur dan jenis okulasi yang akan dilaksanakan. Ukuran
Universitas Sumatera Utara
batang bawah yang banyak digunakan pemulia stum karet memiliki lilit batang
yang berkisar antara 4,5 – 9 cm. (Sagay dan Omakhafe, 1997).
Entris
Entris (scion) adalah mata tunas pada batang atas yang berasal dari klon
yang dianjurkan. Klon entris yang dianjurkan pada saat sekarang ini adalah klon
yang berasal dari klon PB-260. Entris yang baik adalah entris yang memilii daya
gabung (kompatibel) dengan batang bawah. Entris merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan besaran produksi pada saat tanaman karet sedang
berproduksi (tanaman dewasa). (Lasminingsih. dkk, 2006)
Okulasi
Okulasi coklat adalah suatu teknik perbanyakan vegetatif pada tanaman
karet. Pada okulasi coklat umur batang bawah yang digunakan adalah yang sudah
berumur 8-18 bulan di pembibitan atau berdiameter lebih dari 1,5 cm dan
berwarna coklat. Batang atas yang digunakan pada teknik okulasi coklat adalah
yang berasal dari kebun entres yang berwarna hijau kecoklatan sampai coklat,
berbatang lurus, dan bermata tunas dalam keadaan tidur pada saat pemotongan.
Pemotongan ini biasanya dilakukan 10 hari sebelum okulasi dan dimaksudkan
agar tangkai daun gugur sehingga diperoleh mata tunas yang lebih banyak.
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005)
Stum mata tidur karet merupakan hasil pembiakan vegetatif (okulasi) atau
sering juga disebut bibit okulasi yang dibongkar setelah mata bengkak
(Sianturi, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah di okulasi
dengan mata okulasi terpilih.
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005)
Okulasi atau penempelan mata tunas bertujuan untuk menyatukan sifatsifat baik yang dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas
(scion/entres) yang ditempelkan padanya. Dewasa ini dikenal tiga cara okulasi,
yaitu okulasi dini, hijau (green budding) dan okulasi coklat (brown budding)
(Setyamidjaja, 1993). Dengan cara okulasi akan terjadi penggabungan sifat-sifat
baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan
pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar
produksi bisa lebih tinggi. Stum yang layak dijual adalah stum yang telah berhasil
diokulasi yang berumur 4 – 8 minggu. (Anonimous, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stum meliputi, faktor
kompatibel antara batang atas dengan batang bawah, ukuran lilit batang bawah
yang digunakan, umur entris (scion) yang sesuai dengan batang bawah. Untuk
mengukur keberhasilan suatu stum yang telah siap dipindah tanamkan ke
lapangan adalah yang telah berpayung satu atau yang telah berumur lebih kurang
13 MST. (Lasminingsih. dkk, 2006)
Pupuk Fosfat
Pemupukan merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan tanaman.
Dalam reaksi biokimia tanaman, pupuk fosfat mempunyai peranan penting
sebagai penyimpan dan pemindahan energi kerja osmotis, reaksi fotosintesis dan
Universitas Sumatera Utara
glikolisis serta pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan juga
produksi tanaman. (Arifin dan Sugiono, 2010)
Diharapkan dengan pemakaian pupuk fosfat alam dapat mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian pupuk fosfat buatan pabrik. Salah satu cara
yang dipandang mungkin untuk dilaksanakan dalam program pemupukan fosfat
pada tanaman karet yang murah dan efisien. (Hardjono, 1992)
Tindakan pemupukan P meliputi, pelapukan bahan mengandung P,
serapan akar dan jasad renik, jerapan dan pelindian, merupakan pengendali pokok
kesetimbangan antar bentuk-bentuk P yang ada dalam sistem larutan tanah.
Pemahaman
kimiawi
tanah
memudahkan
peramalan
ketersediaan
atau
pengangkutan P-alami dan P-pupuk dalam tanah. Pemahaman dan kemampuan
meramal ketersediaan P dilakukan selama bertahun-tahun melalui penelitian dan
pengkajian kimiawi tanah dan pengukuran pertumbuhan tanaman pada berbagai
jenis keadaan tanah. (Poerwowidodo, 1992)
Pupuk fosfat yang diserap oleh tanaman berbentuk ion H2PO4 atau ion
(HPO4)2- . Jenis ion yang diserap tanaman tergantung pada pH sistem tanah, pupuk
dan tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5 – 7. kepekatan
H2PO4 yang tinggi dalam larutan memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam
takaran besar. Kandungan unsur fosfat pada pupuk yang ada dijual di pasar yaitu :
- Superfosfat Tunggal (ES) mengandung 18 sampai 19 persen P2O5
- Superfosfat Rangkap (DS) mengandung lebih kurang 36 persen P2O5
- Superfosfat Triple (TSP) mengandung lebih kurang 48 persen P2O5.
( Hasibuan, 2006)
Universitas Sumatera Utara
Rootone – F
Pada umumnya campuran dari beberapa zat pengatur tumbuh lebih efektif
dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh tunggal, seperti pada zat pengatur
tumbuh rootone-f adalah formulasi dari beberapa zat : Napthalene Acetic Acid
(NAA), Indole Acetic Acid (IAA), dan IBA yang berbentuk tepung berwarna
putih kotor dan sukar larut dalam air. Komposisi bahan aktif rootone-f adalah
Napthalene Acetamida (NAA) 0,067 %; 2-metil-1-Napthalene Acetatamida
(MNAD) 0,013 %; 2-metil-1-naftalenasetat 0.33%; 3-Indol butyric Acid (IBA)
0,057 % dan Thyram (Tetramithiuram disulfat) 4,00 %. NAD, NAA, DAN IBA
merupakan senyawa organik yang dapat mempercepat dan memperbanyak
perakaran stum. Thyram merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai
fungisida. (Astuti,2006)
Pada zat pengatur tumbuh Rootone-f
Indodole Acetic Acid (IAA)
berperan di dalam mempercepat pemanjangan sel-sel pada jaringan meristem akar
tanaman. Indole Butyric Acid (IBA) dan Napthalene Acetamida (NAA) pada zat
pengatur tumbuh Rootone-f mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembentukan akar lanjutan dari akar-akar lateral yaitu pada pembentukan rambutrambut akar. ( Salisbury dan Ross, 1995)
Penggunaan Rootone-f pada stum tanaman karet digunakan untuk
membantu mempercepat pertumbuhan sistem perakaran pada stump. Zat pengatur
tumbuh yang dikandung oleh Rootone-f yaitu IAA, IBA dan NAA bekerja pada
jaringan meristem akar sehingga membentuk sistem perakaran baru pada stum
karet. ( Pusat Penelitian Karet, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Rootone-f merupakan bahan paduan hormon tumbuh akar, fungisida,
bubuk kalk (kapur). Rootone-f tampak berperan baik sebagai penghambat
pertumbuhan jamur patogen pada tunas, sehingga menahan serangan patogen
selama pertumbuhan tunas. Pada stum ditanam secara berdiri, dehidrasi terjadi
lebih cepat pada batang stum di bagian atas permukaan tanah, sehingga tunas di
bagian atas permukaan tanah mengalami penguapan berlebih, sementara akar
sebagai alat pengambil air dari tanah belum tersedia. Ketidakseimbangan ini
menyebabkan tunas tumbuh sebentar lalu layu (Chromaini, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Download