BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasran Banyak sekali tokoh dalam bidang manajemen yang memberikan definisi tentang manajemen pemasaran ( marketing management ), diantaranya sebagai berikut : Manajemen pemasaran merupakan kegiatan yang dikoordinasikan dan dikelola dengan baik. Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler yang dikutip Swastha dan Handoko, (1997:4) yaitu: “Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan”. Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.Sedangakan manajemen adalah proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing) penggerakan (Actuating) dan pengawasan.Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis, 24 25 perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi. Sedangkan menurut Enis (1974:28), secara ringkas ia menyatakan bahwa “Manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan”. Logika dari definisi di atas ialah apabila seseorang atau perusahaan, ingin memperbaiki pemasarannya, maka ia harus melakukan kegiatan pemasaran itu sebaik mungkin. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasiknan yang meliputi pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat dipasar agar tujuan utama dari pemasaran dapat tercapai. 2.1.2 Konsep Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Pemasaran digunakan dalam kegiatan pertukaran atau perdagangan. Pemasaran yang baik sangat berpengaruh terhadap kesuksesan bisnis untuk meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Karena sesuai fungsi pemasaran itu sendiri yaitu sebagai sarana untuk informasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk, merancang suatu produk agar sesuai 26 dengan keinginan pasar, menentukan harga suatu produk, bagaimana caranya suatu produk sampai kepada konsumen atau disebut juga distribusi barang dan memperkenalkan produk yang akan dipasarkan atau promosi produk. Dunia bisnis dapat menginvestasi uang dalam produksi, manajemen, tetapi jika tidak bisa menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar pada waktu, tempat dan harga yang tepat maka semua kegiatan bisnisnya akan sia – sia. Teknologi yang semakin maju memungkinkan produk – produk dapat dihasilkan dengan cepat dan dalam kapasitas yang banyak pula. Hal ini cenderung mendorong perusahaan lain dengan mudah memasuki pasar. Akibatnya banyak perusahaan yang menawarkan produk yang sejenis dan persainganpun semakin ketat. Oleh karena itu perusahaan perlu menerapkan strategi pemasaran yang tepat supaya perusahaan bisa berdaya saing. Perusahaan tidak hanya memikirkan menjual produk saja, tapi perlu diperhatikan juga produk yang dibutuhkan oleh konsumen dengan penawaran harga yang tepat dan pada waktu yang tepat juga. Dengan memperhatikan hal tersebut maka kebutuhan konsumen akan terpenuhi, konsumen merasa puas dan diharapkan juga loyal terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Di bawah ini terdapat beberapa pengertian pemasaran menurut beberapa ahli: Menurut Kotler, alih bahasa oleh Molan ( 2006;9 ) definisi pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan 27 menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Menurut Kotler dan Amstrong, alih Bahasa olehSabran( 2008;6 ), “pemasaran merupakan proses dimana perusahaan menciptakan nilai untuk pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya”. Sedangkan menurutStanton, (1984:7) yaitu: “Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial” Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan dalam organisasi dengan proses menciptakan, mengkomunikasikan danmenyampaikan nilai kepada pelanggan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan agar menguntungkan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapatmencapai tujuannya. Sedangakan menurut Swastha (2002:10), unsur – unsur yang terkandung di dalam definisi pemasaran di atas adalah: 1. Definisi sistem dan definisi yang bersifat manajemen. 2. Sistem bisnis yang ada harus berorientasi pada pasar atau konsumen. Kebutuhan pembeli harus dipahami dan dilayani dengan efektif. 28 3. Definisi tersebut menyarankan bahwa pemasran merupakan suatu proses usaha yang dinamis (proses keseluruhan yang terintegrasi), tidak sekedar menunjukkan penggolongan lembaga dan fungsi – fungsi saja. Pemasaran bukanlah satu kegiatan, ataupun sejumlah kegiatan, tetapi merupakn hasil interaksi dari banyak kegiatan. 4. Program pemasran bermula dari suatu ide tentang produk dan tidak berakhir sanpai kebutuhan langganan terlayani, yang kadang – kadang terjadi sesudah penjualan dilakukan. 5. Definisi tersebut menyatakan secara tidak langsung bahwa untuk mencapai sukses, pemasran harus dapat memaksimumkan penjuaan yang menguntungkan dalam jangaka panjang. Jadi, pembeli harus dilayani dengan memuaskan agar bersedia membeli kembali pada perusahaaan bersangkutan. Dari definisi - definisi di atas penekannya adalah sama, yaitu menekankan kebutuhan, keinginan, dan kepuasan konsumen dengan berusaha untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh kosumen dan menyediakan atau menyampaikannya kepada konsumen. Perusahaan harus benar – benar memperhatikan variabel – variabel dalam proses pemasran yang membentuk bauran pemasaran supaya tujuan perusahaan dalam proses pemasaran benar benar tercapai. Jadi dapat disimpulkan dengan sederhana bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan bisnis yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atau masyarakat. 29 2.1.3 Tujuan Pemasaran Tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa, sehingga produk cocok dengannya dan dapat dijual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli, sehingga produsen harus berusaha agar produknya tetap tersedia. Menurut Tjiptono (dalam Sulistian, 2011:22) ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui pemasaran diantaranya: 1. Menciptakan kepuasan pelanggan melalui produk-produk yang berkualitas 2. Meningkatkan kompetensi perusahaan terkait dengan pemasaran 3. Menjawab tantangan kompetisi dalam dunia bisnis 4. Menjalin relasi jangka panjang antara perusahaan dengan konsumen 5. Memperoleh laba melalui perubahan dunia bisnis yang pesat Sedangkan menurut Kotler (2007:6), tujuan pemasaran adalah menghasilkan standar hidup yang lebih tinggi dan agar konsumen memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Selanjutnya, Drucker (dalam Kotler, 2007:6) mengemukakan bahwa tujuan dari pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya mampu menjual dirinya sendiri. Sesuai dengan prinsip manajemen pemasaran, maka tujuan manajemen pemasaran adalah mengadakan keseimbangan antar lembaga atau daerah saling 30 mengisi antar lembaga/daerah yang surplus dengan lembaga/daerah yang minus. (Alma, 2005 : 7) Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemasaran itu adalah untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan agar produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dapat cocok di hati konsumen maupun pelanggan. 2.1.4 Strategi Pemasaran Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu pada saat penyusunan strategi pada level yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu, pemasaran memainkan peranan penting dalam mengembangkan strategi. Dalam peranan strategisnya, pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangkamencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok. Pertama, bisnis apa yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki di masa mendatang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, promosi, dan distribusi (bauran pemasaran) untuk melayani pasar sasaran. Menurut Benet (dalam Sulistian, 2011:23) mengemukakan bahwa strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara implisit maupun eksplisit) 31 mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya. Sementara itu,Kahle (dalam Sulistian, 2011:23) mendefinisikan bahwa strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Menurut Kotler (2007:30), mengatakan bahwa inti pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah pokok, yaitu segmentasi, targeting, dan positioning. Ketiga langkah ini sering disebut STP (Segmentation, Targetting,Positioning). Langkah pertama adalah segmentasi pasar, yaitu mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Merupakan upaya pengelompokan konsumen ke dalam beberapa kriteria baik dari segi usia, status, golongan, dan lain-lain. Langkah kedua adalah menentukan pasar sasaran, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki atau dilayani. Langkah ketiga adalah positioning, yaitu tindakan membangun dan mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di dalam pasar. Ketiga upaya ini perlu dilakukan melalui penelitian yang cermat agar mampu meminimalisir kegagalan berupa salah sasaran. 2.1.5 Pengertian Bauran Pemasaran (marketing mix) Bauran pemasaran merupakan suatu strategi yang umum digunakan olehperusahaan dalam menghadapi persaingan. Bauran pemasaran merupakan salahsatu konsep dalam teori pemasaran modern. Untuk menghadapi 32 persaingan,perusahaan berusaha meningkatkan keutusan pembelian konsumen dengan caramengkombinasikan variabel – variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix). Untuk menjelaskan hal tersebut, berikut ini kita lihat beberapa definisi dari paraahli sebagai berikut : Menurut Kotler dan Keller (2009:23)menyatakanbahwa: “Bauran pemasaran adalah perangkat alat yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya”. Sedangkan menurut Alma (2009:25) bauran pemasran adalah sebagaiberikut : “Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan – kegiatan marketing agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah rangkaian alat –alat yang dapat dikendalikan, yang berfungsi sebagai strategi pemasaran yangdibaurkan oleh perusahaan untuk membuat respon yang diinginkan dari pasarsasaran. Unsur marketing menurut Lupiyoadi dan Hamdani(2006:70) yang sering kita kenal dengan sebutan 4 P yaitu product, price, placedan promotion. Sedangkan bauran pemasaran dalam bentuk jasa perlu ditambahdengan 3 P yaitu people, physical evidance dan process sehingga bauranpemasarannya menjadi 7 P. Adapun pengertian dari masing – masing bauranpemasaran di atas adalah : 33 1. PRODUK (Product) Produk merupakan penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yangmencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek dan kemampuan produk. Penawaran produk merupakan hal yang penting dari program pemasaran suatu perusahaan dan langkah awal dalam membentuk bauran pemasaran. Produk harus dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Berikut ini beberapa definisi produk dari beberapa ahli. Menurut Kotler dan Keller (2009:4) produk adalah : “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar, untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan konsumen termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide”. Menurut Stanton yang dikutip oleh Alma (2009:139) : “Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya”. Sedangkan menurut Tjiptono (1999:95) mengartikan produk sebagai: “segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan/dikonsumsi pasar sebagai pemenuh kebutuhan/keinginan pasar yang bersangkutan”. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi: barang fisik, jasa, orang/pribadi, organisasi, dan ide. Secara lebih rinci, 34 konsep produk meliputi: barang, kemasan, merk, warna, label, harga, kualitas, pelayanan dan jaminan. Dari definisi tentang produk di atas maka dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuau atribut yang berwujud atau tidak berwujud yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yang diciptakan oleh perusahaan untuk digunakan dan dikonsumsi serta memiliki nilai yang menguntungkan sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan. A. Tingkatan Produk Menurut Kotler (2009 :49) produk memiliki 5 tingkatan, yaitu : 1. Inti Produk (Core Benefit) Inti produk adalah ajasa, manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan. 2. Produk Dasar (Basic Product) Pada level kedua pemasar harus dapat mengubah manfaai inti menjadi produk dasar. 3. Produk yang Diharapkan (Expected Product) Serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh pembeli ketika mereka membeli produk tersebut. 4. Produk yang Ditingkatkan (Augmented Product) Pemasar harus menyiapkan produk yang ditingkatkan melampaui harapan pelanggan. 35 5. Produk Potensial (Potential Product) Pada tingkatan kelima terdapat produk potensial yang mencakup semua peningkatan dan transformasi yang pada akhirnya akan dialami produk tersebut di masa depan. B. Klasifikasi Produk Produk yang akan dipasarkan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu meliputi daya tahan produk, perwujudan produk dan penggunaan produk yang meliputi konsumen atau industri. Produk dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok seperti yang diungkapakn oleh Kotler(2000:451) berikut ini : a. MenurutDaya Tahan dan Wujud: Barang tidak tahan lama (non durable goods) Adalah barang berwujud yang hiasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Contoh : sabun dan pasta gigi. Barang tahan lama (durable goods) Adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali –kali. Contoh : Pakaian dan barang elektronik. Jasa (Services) Bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan dan mudah habis. Akibatnya, jasa biasanya memrlukan lebih banyak pengendalian kualitas, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian. Contoh : Potong rambut di salon, laundry dan travel. 36 b. Menurut Penggunaan dan Tujuan Pembeliannya: Barang konsumen (Consumer Goods) Adalah produk yang pribadi.Banyaknya jenis dibeli konsumen barang yang akhir dibeli untuk konsumsi konsumen dapat diklasifikasikan berdasarkanberbelanja konsumen. A. Convenience goods Adalah barang – barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera dan dengan usaha yang minimum. • Staples goods, yaitu barang yang dibeli konsumen secara teratur. • Impulse goods, yaitu barang yang dibeli konsumen berdasarkan keinginan seketika, tanpa perencanaan atau usaha pencarian. • Emergency goods, yaitu barang yang dibeli konsumen saat kebutuhan itu mendesak. Contoh : obat. B. Shopping goods Adalah barang – barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan kesesuaian kualitas, harga dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian. Contoh : pakaian dan peralatan rumah tangga. • Homogen shopping goods Yaitu barang – barang yang memiliki mutu yang serupa tetapi mempunyai harga yang cukup berbeda. • Heterogen shopping goods Yaitu barang yang berbeda dalam hal keistimewaan dan jasa produk yang mungkin lebih penting dari harganya. 37 C. Speciality goods Adalah barang – barang dengan karakteristik unik dan atau diidentifikasi merek dimana untuk memperoleh barang – barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. D. Unsought goods Adalah barang – barang yang diketahui konsumen namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya. Contohnya peti mati, tanah kuburan dan batu nisan. Barang Industri (Industrial goods) Adalah barang yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis. Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan cara barang itu memasuki proses produksi. • Bahan baku dan suku cadang (material and parts) Adalah barang yang seluruhnya menjadi bagian dari produk produsen. • Barang modal (capital item) Adalah barang – barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir. • Perlengkapan atau jasa bisnis (supplies and services) Adalah barang dan jasa yang tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir. 38 2. HARGA (Price) Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untukmendapatkan produk.Pada umumnya harga ditetapkan oleh penjual dan pembeli yang sedang bernegoisasi. Penjual akan meminta harga lebih tinggi dari yang mereka harap akan mereka terima, dan pembeli akan menawar kurang dari yang mereka harap akan dibayar. Melalui tawar menawar akhirnya mereka akan sampai pada harga yang dapat diterima. Jadi harga merupakan salah satu unsur yang penting dari kegiatan pemasaran untuk memudahkan setiap produk untuk dijual. Harga merupakan salah satu elemen buran promosi yang menghasilkan pendapatan dan dapat berubah dengan cepat. Untuk itu perusahaan harus dapat menangani penetapan harga dengan baik sebelum dijual kepada konsumen. Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2009:430) adalah : “Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang dan jasa”. Sedangkan pengertian harga menurut Swastha (2000:147) adalah : “Harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah uang yang dipertukarkan konsumen untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa”. Definisi harga menurut Tjiptono (2007:151) adalah “Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa” 39 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah rupiah yang harus dikeluarkan untuk dapat memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. 3. TEMPAT (Place) Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk agar dapatmemperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran.Saluran distribusi ini menyangkut pada kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menyalurkan produknya kepada konsumen yang membutuhkan dan menginginkannya pada tempat dan waktu yang tepat. Pengertian saluran distribusi menurut Swastha (2000:190) adalah : “Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen”. Sedangkan pengertian saluran distribusi menurut Lamb, Hair, Daniel (2001:8) adalah : “Saluran distribusi adalah serangkaian dari organisasi yang saling bergantung yang memudahkan pemindahan kepemilikan sebagaimana produk – produk bergerak dari produsen ke pengguna bisnis atau pelanggan”. Definisi menurut Kotler mengenai distribusi adalah : “Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran”. Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada 40 pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Dari ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi adalah suatu unsur yang memiliki sifat saling ketergantungan dari sebuah organisasi di dalam penyediaan barang dan jasa kepada konsumen. 4. PROMOSI (promotion) Promosi merupakan untukmengkomunikasikan kegiatan keunggulan yang produk dilakukan dan oleh membujuk perusahaan pelanggan sasaranuntuk membelinya.Promosi meliputi semua kegiatan yang oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada pasar sasaran agar terjadi tingkat kebutuhan atas poduk tersebut. Definisi promosi menurut Kotler dan Armstrong (2009:74) adalah : “Promosi adalah aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya”. Menurut Swastha (2000:237) pengertian promosi adalah : “Arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran pemasaran”. Sedangkan menurut Stanton adalah : “Bauran operasional,penjualan orang, humas. Ini promosiadalahkombinasidaripenjualan adalah organisasi untuk mencapai tujuan pemasaran”. alat promosi yang membantu 41 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa promosi itu sangat penting dalam pemasaran produk atau jasa. Produk atau jasa dapat dikenali oleh konsumen dengan adanya promosi, semakin menarik promosi yang dilakukan oleh perusahaan maka semakin bagus pula minat konsumen untuk mencobanya. 5. ORANG (people) Menurut Zeithaml danBitner yang dikutip oleh Hurriyati (2005:62) pengertian people adalah sebagai berikut: “Orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari ‘people’ adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (service encounter).” Semua karyawan yang berhubungan dengan konsumen dapat disebutsebagai tenaga penjual. Denagn kata lain, dalam pengertian yang luas, pemasaran merupakan pekerjaan semua personel organisasi jasa. Oleh karena itu penting kiranya semua perilaku karyawan jasa harus diorientasikan kepada konsumen. Itu berarti organisasi jasa harus merekrut dan mempertahankan karyawan yang mempunyai skill, sikap, komitmen, dan kemampuan dalam membina hubungan baik dengan konsumen. People dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan, dan merupakan faktor yang memegang peranan penting bagi semua organisasi. Oleh perusahaan jasa unsur people ini bukan hanya memegang peranan penting dalam bidang produksi atau operasional saja, tetapi juga dalam melakukan hubungan kontak langsung 42 dengan konsumen. Perilaku orang-orang yang terlibat langsung ini sangat penting dalam mempengaruhi mutu jasa ditawarkan dan image perusahaan yang bersangkutan. Elemen people ini memiliki 2 aspek, yaitu: 1. Service people Untuk organisasi jasa, sevice people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. melalui pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik perusahaan. 2. Customer Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para pelanggan. Pelanggan dapat memberiakn persepsi kepada nasabah lain, tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen dari sumber daya manusia. Pentingnya sumber daya manusia dalam pemasaran jasa telah mengarah perhatian yang besar pada pemasaran internal. Pemasaran internal semakin diakui perusahaan jasa dalam menentukan suksesnya pemasaran ke pelanggan eksternal. Semua pelaku yang turut ambil bagian dalam pengujian jasa dan dalam halini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk elemen ini adalahpersonil perusahaan dan konsumen. 43 People merupakan aset utama dalam industri jasa, terlebih lagi people yang merupakan karyawan dengan performance tinggi. Kebutuhan konsumen terhadap karyawan berkinerja tinggi akan menyebabkan konsumen puas dan loyal. Kemampuan knowledge (pengetahuan) yang baik, akan menjadi kompetensi dasar dalam internal perusahaan dan pencitraan yang baik di luar. Faktor penting lainnnya dalam people adalah attitude dan motivation dari karyawan dalam industri jasa. Moment of truth akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan konsumen. Attitude sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk, seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body language, ekspresi wajah, dan tutur kata. Sedangkan motivasi karyawan diperlukan untuk mewujudkan penyampaian pesan dan jasa yang ditawarkan pada level yang diekspetasikan. 6. BUKTI FISIK (Physical Evidence) Menurut Zeithaml dan Bitner yang dikutip olehHurriyati (2005:63) pengertian physical evidence adalah sebagai berikut: “Physical evidence (sarana fisik) ini merupakan suatu hal yang secara turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang di tawarkan.” Unsur-unsur yang termasuk didalam saran fisik antara lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barangbarang lainya yang disatukan dengan service yang di berikan seperti tiket, sampul, label, dan lain sebagainya. 44 Lovelock (2002:248) mengemukakan bahwa perusahaan melalui tenaga pemasaranya menggunakan tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis, yaitu sebagai berikut: An attention-creating Medium. Perusahaan jasa melakukan diferensisansi dengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menjaring pelanggan dari target pasarnya. As a message-creating medium. Menggunakan simbol atau syarat untuk mengkomunikasikan secara intensif kepada audiens mengenai kekhususan kualitas dari produk jasa. An effect-creating medium baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang di tawarkan. Bukti fisik jasa mencakup semua hal yang berwujud berkenan dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format laporan dan peralatan.Building merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalai perusahaan jasa yang memiliki karakter . Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk lightning system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat mempengaruhi mood pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan suasana dengan memperhatikan ambience sehingga memberikan pengalaman kepada pengunjung dan dapat membrikan nilai tambah bagi pengunjung, khususnya menjadi syarat utama perusahaan jasa dengan kelas market khusus. 45 7. PROSES(Process) Menurut Zeithaml dan Bitner yang dikutif oleh Hurriyati (2005:50) pengertian proses adalah sebagai berikut: “Proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktifitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa.” Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Untuk perusahan jasa, kerja sama antara pemasaran dan operasional sangat penting dalam elemen proses ini, terutama dalam melayani segala kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, makan kualitas jasa diantaranya dilihat dari bagaimana jasa menghasilkan fungsinya. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Selain itu keputusan dalam manajemen operasi adalah sangat penting untuk suksesnya pemasaran jasa. Seluruh aktifitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedur-prosedur, tugas-tugas, mekanisme- mekanisme, aktifitas-aktifitas dan rutinitas-rutinitas dengan apa produk (barang atau jasa) disalurkan ke pelanggan. Identitas manajemen proses sebagai aktifitas terpisah adalah prasyarat bagi perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan. Semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan mana jasadisampaikan yang merupakan sistem pengujian operasi.Proses, mutu layanan 46 jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi, berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja. 2.2 Manajemen Ritel 2.2.1 Pengertian Manajemen Ritel Manajemen ritel adalah pengaturan keseluruhan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses perdagangan ritel,yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen. Pengertian bisnis ritel meliputi saluran aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen. Setiap organisasi yang melakukan penjualan langsung kepada konsumen baik produsen, grosir atau eceran berarti bertindak dalam proses usaha eceran. Pengelolaan bisnis eceran tidak hanya sekedar membuka toko dan mempersiapkan barang-barang yang lengkap, tetap lebih dari itu pengelolaan bisnis eceran harus melihat dan mengikuti perkembangan teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan kompetitif. A. Klasifikasi Ritel : 1. Klasifikasi deskriptif Pasar ritel dibagi menjadi 2 tipe yaitu berdasarkan : a. tipe kepemilikan (type of ownership) 47 b. 2. tipe keragaman barang yang dijual(type of merchandise carried) Klasifikasi strategic Pasar retel dibedakan berdasarkan strategi yang digunakan,yaitu : 3. a. margin/turnover strategy b. retail price and service strategy c. strategic group classification d. gross margin – merchandise type classification Klasifikasi tingkat pelayanan Dibagi menajadi : a. Penjualan eceran swalayan b. Penjualan eceran dengan memilih dendiri Contoh : toko baju dipasar a. Penjualan eceran dengan penjualan terbatas Contoh : toko elektronik a. penjualan eceran dengan pelayanan penuh Contoh : toko perhiasan,butik B. Macam – macam Ritel Berikut ini adalah pembagian industri ritel berdasarkan pengelompokan pada ciri-ciri tertentu disertai pengertian atau definsi : 1. Discount Stores / Toko Diskon Discount store adalah toko pengecer yang menjual berbagai barang dengan harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum. Contohnya adalah Makro dan Alfa. 48 2. Specialty Store / Toko Produk Spesifik Specialty store adalah merupakan toko eceran yang menjual barang-barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesifik. Contoh: specialty stores yaitu toko buku gramedia, toko musik disctarra, toko obat guardian, dan banyak lagi contoh lainnya. 3. Department Store Department store adalah suatu toko eceran yang berskala besar yang pengeloaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departemen yang menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti ramayana, robinson, rimo, dan sebagainya 4. Convenience Store Convenience store adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket alfamart dan indomart. 5. Catalog Store Catalog store adalah suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para konsumen potensial. Toko katalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak. 6. Chain Store Chain store adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama. 49 7. Supermarket Super market adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk makanan dan juga sejumlah kecil produk non makanan dengan sistem konsumen melayani dirinya sendiri / Swalayan. Contoh yaitu Hero. 8. Hypermarkets / Hipermarket Hypermarket adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hypermarket. Contohnya antara lain hypermarket giant, hypermarket hypermart dan hypermarket carrefour. 2.2.2 Pengertian Retailing (Eceran) Perdagangan eceran meliputi semua kegiatan yang berhubungan secara langsung dengan penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi. Secara definitif dapat dikatakan bahwa “pengecer atau toko pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi”, Dharmestra dan Irawan (1990). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pengecermemberikan pelayanan sebagai titik penghubung antara konsumenakhir dengan saluran distribusi. Jadi fungsi pengecer adalahmemberikan pelayanan kepada konsumen agar pembeliannyadilakukan dengan cara yang semudah mungkin. Pengertian tentangperdagangan eceran yang hampir sama juga dikemukakan olehStanton (1993:9) mengatakan bahwa “pengecer (retailer) atau tokoeceran (retailer store) 50 adalah usaha bisnis yang menjual barang-barangterutama (lebih dari setengah volume penjualan toko) kekonsumen rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis”.Jadi retailing atau eceran merupakan tahapan terakhir dalamsuatu saluran distribusi, yang membentuk bisnis dan orang-orangyang terlibat di dalam suatu pergerakan fisik dan transferkepemilikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Suatusaluran distribusi yang biasa dipakai ditunjukkan pada gambarberikut : Gambar 2.1 Tipe Saluran Distribusi Produsen Pedagang Besar Pengencer Konsumen Akhir Sumber : Waren (1992:8) Dalam suatu saluran distribusi, retailing memainkan suatuperanan yang penting sebagai pengarah antara produsen agen danpara supplier lain dengan para konsumen akhir. Retailermengumpulkan berbagai jenis barang dan jasa dari berbagai sumber dan menawarkan kepada para konsumen. Pengecer juga bertanggung jawab menyediakan berbagai macam barang yang baik dengan hargayang layak. 1. Lingkungan Eceran Sifat fisik dari lingkungan eceran, kerap diacu sebagai “storeatmospheries”, sangat menarik bagi para pemasar karena dua alasanmendasar. Pertama, berbeda 51 dengan banyak pengaruh situasi yangberbeda diluar kendali pemasar, mereka mempunyai kemampuanuntuk menciptakan lingkungan eceran. Kedua, pengaruh didirikankepada konsumen tepat di tempat yang benar, yaitu didalam toko(Mowen dan Minor, 2002 : 139).Atmospheries adalah istilah yang paling umum daripada tataruang toko, hal ini berhubungan dengan bagaimana para manajerdapat memanipulasi desain bangunan, ruang interior, tata ruangloronglorong, tekstur karpet dan dinding, bau, warna, bentuk, dansuara yang dialami pelanggan untuk mencapai pengaruh tertentu(Mowen dan Minor, 2002: 139). A. Penggolongan Pengecer Berdasarkan Product Line Menurut Dharmesta dan Irawan (1996:95) berdasarkanbanyaknya product line pengecer dapat digolongkan sebagai berikut: • General merchandise store, adalah toko yang menjual Berbagai macam barang atau berbagai macam product line.Jenis toko yang dapat dimasukkan dalam generalmerchandise store ini adalah toko serba ada (departementstore). Barang-barang yang dijual antara lain berupa : alat– alatolahraga, pakaian jadi, sepatu, alat-alat listrik, alat-alatumah tangga, kosmetika, alat-alat tulis dan sebagainya. • Single Line Store Penggolongan ini dihubungkan dengan kelompok barang-barangang dijual termasuk ke dalam jenis ini antara lain:toko makanan, toko mebel, toko bahan-bahan bangunan, tokoalat-alat olahraga dan sebagainya. 52 • Specially Store Disini barang yang dijual lebih terbatas, hanya meliputisebagian dari product line-nya saja (barang konsumen ataubarang shopping saja). B. Penggolongan Eceran Berdasarkan Metode Operasinya Penggolongan eceran berdasarkan metode operasinyamerupakan perdagangan eceran dalam toko dan perdagangan ecerantanpa toko (Dharmesta dan Irawan, 1984:198). Masing-masinggolongan meliputi beberapa perdagangan eceran sebagai berikut : I. Perdagangan eceran dalam toko : a. Perdagangan eceran dengan servis penuh Pada golongan ini, selain menjual barang, jugadiperlukan kecakapan, demonstrasi atau penerangan dari penjual kepada konsumennya. Jadi, penjual tidak hanya sekedarmenjual barangnya saja. Penjualan ini dilakukan di dalam toko,maka konsumen yang menginginkan suatu barang harus datangke toko tersebut. Pembeli yang suka dilayani akan memilih toko jenis ini. b. Perdagangan eceran minimarket Definisi sebuah minimarket sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau yang menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak dagangan dan 53 membayarnya dikasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak berhutang. Penggunaan kata MinimarketdanMini Swalayanini meskipun “maksudnya” sama akan tetapi bila dipergunakan sembarangan tanpa mengingat arti harfiah masing-masing akan terasa janggal dan rancu. Kalimat Mini Market kalau kita ‘usik’ perkata menjadi mini = kecil, market = pasar diterjemahkan secara bebas mungkin arti pasar kecil. Mengingatkan seseorang akan pasar yang dimana tersedia beraneka macam produk diperjualbelikan. Ini berarti toko tersebut menjual variant barang yang cukup variatif sehingga besar kemungkinan produk yang dibutuhkan pelanggan akan ada. Pengertian yang muncul dibenak orang adalah konsep pengadaan barang : Barang-barang yang yang tersedia di toko tersebut cukup variatif.Apa maksud dari kalimat Mini Swalayan? Kalau kita terjemahkan perkata maka : mini = kecil, swalayan = melayani diri sendiri atau kalau yang dimaksud tempat maka pengertian swalayan itu toko.Sebenarnya Mini Market adalah strategi pengadaan barang sebuah toko. Sedangkan Mini Swalayan adalah konsep pelayanan kepada pelanggan - konsumen. Pada umumnya, barang yang diperdagangkan dalam minimarket berupa makanan dan minuman. Tetapi banyak pengecer minimarket yang menjual barang-barang lain sepertisabun mandi, sikat gigi, obat pembasmi serangga, kertas tisudan sebagainya. Minimarket menarik para konsumennya pada basisharga yang murah. Daya tarik ini ditingkatkan 54 dengan banyak jumlah dan jenis barang yang memungkinkan one-stop shopping untuk barang-barang keperluan rumah tangga.Display self service adalah featurepenting minimarket dimana konsumen dan minimarket menetapkan keuntungan. Keuntungannya dirasakan oleh konsumen melalui pilihanbarang yang lebih cepat dan harga yang murah, sedangkan bagi pilihan minimarket melalui sedikitnya satuan tenaga penjualdan biaya yang rendah. c. Perdagangan eceran dengan patongan Toko pengecer yang termasuk ke dalam perdaganganeceran dengan potongan (discount retailing) ini adalah toko pengecer yang memperoleh potongan atas barang-barangyang dibelinya untuk dijual lagi kepada konsumen. II. Perdagangan eceran tanpa toko (non-store retailing) : a. Penjualan melalui tenaga penjual di luar toko Salah satu metode perdagangan eceran adalah jual belibarang di rumah pembeli atau di tempat lain di luar toko. Caraini disebut penjualan dari pintu ke pintu atau dari rumah kerumah dan dapat dilakukan baik produsen maupun olehpengecer. b. Penjualan melalui pos Dalam penjualan melalui pos ini konsumen dapatmembeli barang yang terdapat dalam katalog, mengirimpesanan barang yang diiklankan atau mengisi formulir yangditerima secara langsung melalui pos. 55 c. Penjualan dengan mesin otomatis Penjualan dengan menggunakan mesin otomatis inidapat diterapkan untuk jenis barang relatif kecil bentuknyaseperti permen, rokok, minuman dalan kaleng dan sebagainya. Beberapa pengertian tentang minimarket juga dikemukakanoleh beberapa penulis antara lain: minimarket diklasifikasikansebagai toko-toko barang terbatas yang memiliki seksi-seksimakanan yang terdepartementalisasikan, yaitu produk-produk darisusu dan daging, produk hasil pertanian dan grosir, dengan berbagai produk non makanan (Thoyip, 1998 : 95).Pendapat yang hampir sama, namun lebih sederhana lagi dikemukakan oleh Meyer (1992:24) bahwa “istilah toko minijuga digunakan untuk menjelaskan kombinasi yang cukup lengkap antara eceran makanan dan non makanan”.MenurutLusch (1998:37) konsep minimarket melibatkan lima prinsip dasar yang menuju pada peningkatan produktivitas retaildan mengurangi biaya distribusi. Prinsip dasar tersebut adalah : 1. Self- service dan self-selection display 2. Pemusatan pelayanan konsumen 3. Berukuran besar 4. Lebih menekankan pada harga 5. Barang dagangan yang beraneka ragam dan dalam jumlah yangbesar. Dari beberapa pendapat yang hampir sama tentang definisi minimarket di atas, maka minimarket dapat didefinisikan sebagai toko yang memperdagangkan barang berupa makanan dan nonmakanan secara eceran dan mempunyai daya 56 tarik harga yang kuat berdasarkan penghematan dari sistem display self service danefisi operasional. 2.3 Citra Perusahaan ( company image) 2.3.1 Definisi citra Citra menurut Huddleston (dalam Buchari Alma, 2008:55) adalah serangkaian kepercayaan yang dihubungkan denga sebuah gambaran yang dimiliki atau didapat dari pengalaman. Sedangkan menurut Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya khusus untuk kegiatan pemasaran memiliki suatu tujuan adalah untuk meningkatkan penjualan bagi perusahaan, salah satunya dengan cara mempertahankan citra mereka dimata konsumen terlebih dimata para pelanggan yang meletakan loyalitasnya pada perusahaan. Berikut beberapa definisi citra toko atau citra perusahaan (company image) yang dikemukakan oleh beberapa para ahli: Menurut Bloemer dan Ruyter ( 2001:501) citra toko dapat didefinisikan sebagai berikut : “Persepsi konsumen yang kompleks dari berbagai atribut penting yang berbeda dari suatu toko”. Citra toko juga ditunjukkan pada bagaimana seorang retailer dipersepsikan oleh pelanggan dan pihak lainnya (Berman dan Evan, 2001:599). Menurut 57 Omar (1999) dalamGunawan (2010), Citra toko diartikan sebagai apa yang dipikirkan konsumen tentang toko. Termasuk di dalamnya persepsi dan sikap yang didasarkan pada sensasi rangsangan yang berkaitan dengan toko yang diterima melalui pengalaman toko tersebut. Menurut ophia (2008:104) dalam penelitian Hamdani (2009), citra toko merupakan gambaran jiwa, atau kepribadian toko yang oleh pemiliknya berusaha disampaikan kepada pelanggan. Sementara bagi pelanggan, citra toko merupakan sikap individu dari toko tersebut. Citra atau image toko dipengaruhi oleh periklanan yang dilakukan, pelayanan, kesenangan, layout toko, dan personil toko, sebagaimana halnya dengan kualitas, harga, keragaman, dan kedalaman barang dagangan. Konsumen cenderung berbelanja di toko-toko yang sesuai dengan image yang dibangunnya, dan peritel dianggap berhasil menyampaikan citra tokonya jika terdapat kesesuaian antara citra yang dibangun dengan kesan yang ada pada konsumen sasarannya. Sedangkan citra perusahaan menurut Smith (1995:332) berpendapat: ”citra perusahaan adalah persepsi seseorang mengenai suatu citra organisasi/persepsi persepsi ini diciptakan melalui seluruh indra: penglihatan,pendengaran,penciuman,peraba,citra rasa dan perasaan yang dialami melalui penggunaan produk, pelayanan terhadap konsumen, lingkungan komersil dan komunikasi perusahaan” Kasali (2003:30)”Citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang orang didalamnya terus mengembangkan kreativitas bahkan memberi manfaat lebih bagi orang lain”. 58 Irawan dalam Mulyana (2006) menyebutkan “citra perusahaan dapat memberikan kemampuan pada perusahaan untuk mengubah harga premium, menikmati penerimaan lebih tinggi dibandingkan pesaing,membuat kepercayaan pada pelanggan”, citra perusahaan merupakan hal yang abstrak, Sutisna (2001:334) mengatakan ”satu hal yang dianalisis mengapa terlihat ada masalah, citra perusahaan adalah organisasi yang dikenal atau tidak dikenal. Dapat dipahami keterkenalan perusahaan yang tidak baik menunjukkan citra perusahaan yang bermasalah. Masalah citra perusahaan tersebut dalam keberadaanya berada dalam pikiran atau perasaan konsumen,karna secara berkala perusahaan harus mensurvey publiknya untuk mengetahui baik atau buruknya citra perusahaan. Berdasarkan pendapat pendapat tersebut,keberadaan citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada satu atau kedua hal tersebut.citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Citra toko dapat diukur melintasi beberapa dimensi yang mencerminkan atribut yang mencolok. Menurut Engel dan Miniard (1995:257) menyatakan bahwa citra pengecer mempunyai enam dimensi, yaitu : lokasi, keragaman, harga, iklan dan promosi penjualan, personil toko serta pelayanan. Sedangkan menurut Bellenger dan Strucker (I983) dalam Gunawan (2010), dimensi citra toko (store image) yang perlu diterapkan oleh toko, antara lain: fasilitas fisik, barang dagangan, harga, promosi, dan pelayanan. 59 Berman (2001:600) dalam Foster (2008), menyatakan sedikitnya ada 5 (lima) komponen citra toko atau retail image yang dapat dijadikan dasar konsumen berbelanja di toko ritel, yaitu: Lokasi toko (store location), Produk (merchandise), Harga (price), Promosi (promotion), dan Fasilitas fisik. Keenam variabel retail image tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Lokasi Lokasi toko adalah variabel citra toko (retail image) pertama yang dijadikan dasar konsumen berbelanja di toko ritel. “Store location refers to the use of a store or nonstore format, placement in a geographic area, and the kind of side (such as a shopping center versus an isolated store)”, Berman (2001:145). Suatu retailer memiliki beberapa keputusan lokasi yang harus diambil. Keputusan pertama melibatkan apakah akan memanfaatkan suatu format toko atau non toko. Selanjutnya untuk para retailer yang berbasis toko, maka harus diputuskan suatu lokasi umum atau spesifik, para kompetitor, akses transportasi, kepadatan penduduk, tipe daerah pemukiman, kedekatan dengan para pemasok, lalu lintas pejalan kaki, tempat parkir kendaraan, dan komposisi toko adalah ha-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan suatu lokasi. Konsumen akan menyukai lokasi toko yang strategis, misalnya mudah dijangkau, banyak dilalui kendaraan bermotor, atau tersedianya tempat parkir yang luas. Lokasi atau keberadaan Alfamart Cikutra berada pada tempat yang strategis, lokasi Alfamart Cikutra mudah dijangkau/dicapai karena alat transportasi mudah ditemui. Dapat dilihat dari lokasinya yang terletak di sisi jalan yang ramai dilalui orang, tidak perlu parkir terlalu jauh kendaraan bisa langsung parkir didepan gerai/toko. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan menurut Foster (2008) dalam penelitian 60 Hamdani (2009) adalah lokasi yang mudah dilihat (strategis), akses transportasi cukup mudah, dan tempat parkir yang memadai. 2. Produk Produk-produk yang dijual peritel dalam gerainya, disebut merchandise, adalah salah satu unsur dalam unsur bauran ritel (retail mix). Produk yang dibeli oleh peritel untuk dijual kembali merupakan penerjemahan dari positioning yang dipilih oleh peritel itu (karena itu penting bagi peritel untuk menentukan positioningnya diawal memulai bisnis). Merchandise yang akan dijual penting dipilih dengan benar karena merchandise adalah “mesin sukses” bagi pengecer. Merchandising merupakan perencanaan dan pengendalian dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pengecer. Merchandise adalah grup produk produk yang sangat berhubungan satu sama lain yang ditujukan untuk kegunaan akhir yang dijual kepada group konsumen yang sama atau dengan kisaran harga yang hampir sama atau dengan kisaran harga yang hampir sama (Dunne,Lusch dan griffith, 2002:277). Produk yang ditawarkan Alfamart Cikutra sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan, barang-barang kebutuhan rumah, dan lain-lain). Produk-produk yang ditawarkan Alfamart Cikutra beraneka ragam, sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dalam penelitian ini indikator produk menurut Ma’ruf (2005) dan Foster (2008) dalam Hamdani (2009) menggunakan kualitas produk, ketersediaan produk, dan keragaman produk. 61 3. Harga Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan layanan yang menyertainya (Angipora, 1999:174). Penetapan harga adalah hal yang paling krusial dan sulit diantara unsur - unsur citra toko. Karena harga adalah satu - satunya dari unsur citra toko yang mendatangkan laba bagi peritel. Harga mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen, seperti yang dijelaskan oleh Zeithaml dan Bitner (1999:116) sebagai berikut, “The price of the service can also greatly influence perceptions of quality and satisfaction”, yang artinya “Harga layanan itu juga dapat sangat mempengaruhi persepsi kualitas dan kepuasan “. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa harga memberikan pengaruh besar terhadap persepsi konsumen atas kualitas dan kepuasan konsumen. Konsumen tentu akan lebih sensitif terhadap harga karena banyaknya pesaing sejenis untuk itu Alfamart harus memikirkan bagaimana caranya agar konsumen atau pelanggan tetap setia terhadap Alfamart. Harga yang ditawarkan Alfamart Cikutra kompetitif dan bersaing / tidak jauh berbeda dengan harga yang ditawarkan oleh toko - toko lain dan harga yang ditawarkan Alfamart Cikutra juga mudah di jangkau oleh konsumen. Dalam penelitian ini indikator dalam harga menurut Foster (2008) dan Ma’ruf (2005) dalam penelitian Hamdani (2009), menggunakan penetapan harga dan perbandingan harga, karena harga yang ditawarkan minimarket Alfamart terjangkau dan tidak jauh berbeda dengan minimarket-minimarket lain. 62 4. Promosi Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan untuk menyakinkan calon pelanggan tentang barang dan jasa (Alma, 2004:179). Menurut Berman (2004:474), “retail promotion is broadly defined as any communication by a retailer that informs, persuades, and/or remind the target market about any aspect of the firm”, yang artinya “promosi ritel secara luas didefinisikan sebagai komunikasi dengan pengecer yang menginformasikan, membujuk, dan / atau mengingatkan pasar sasaran tentang segala aspek dari perusahaan”. Sedangkan menurut Saladin (2003:107) : “Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengeal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut.” Selain itu Alfamart juga lebih sering memberikan berbagai informasi promosi menarik, diskon spesial dan harga khusus dari Alfamart dalam katalog belanja dan promosi Weekend Promo JSM (Jumat-Sabtu-Minggu) periode 13-15 Juni 2014 – Sumber : http://katalogpromosi.com/pasar-swalayan/alfamart/katalogbelanja-dan-promosi-alfamart-weekend-promo-jsm-jumat-sabtu-minggu-periode13-15-juni-2014.php#sthash.1BEXiCHo.dpuf Bentuk promosi penjualan Alfamart sebagai salah satu tujuan belanja, Alfamart dengan konsisten memberikan promo-promo menarik setiap 2 minggu 1 63 kali atau 1 bulan 2 kali. Promo yang menarik tersebut diberikan oleh Alfamart untuk memberikan benefit tertinggi bagi pelanggan Alfamart. Informasi promo menarik selalu di informasikan ke pelanggan melalui media informasi mailer, website: www.alfamartku.com, Facebook Alfamart Sahabat Indonesia dan Twitter @alfamartku. Penelitian ini promosi merupakan gabungan dari media promosi yang terdiri dari periklanan dan promosi penjualan yang diterapkan oleh minimarket Alfamart Cikutra. Hal ini diukur dengan tiga indikator yang diadaptasi dari Ma’ruf (2005) dan Foster (2008) dalam penelitian Hamdani (2009), yaitu: periklanan di media cetak, periklanan di media elektronik, dan promosi penjualan berupa diskon. 5. Fasilitas Fisik Gilbert (2003:129) dalam Foster (2008), menjelaskan bahwa atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. Agar konsumen merasa senang berkunjung, maka pedagang eceran harus senantiasa mengusahakan suasana yang menyenangkan bagi para pengunjung suasana tersebut dapat diciptakan melalui 2 hal, eksterior dan interior. Pertimbangan utama dalam eksterior toko adalah posisi toko dan arsitekturnya. Hal tersebut sangat berperan dalam mengkomunikasikan informasi tentang apa yang ada didalam gedung sehingga menjadi iklan permanen serta 64 membentuk citra bagi konsumen terhadap keseluruhan penampilan suatu toko eceran. (Lewinson, 1994:272) Eksterior di Alfamart yang bagus, dilihat dari arsitekturnya bagian depan toko yang di cat sesuai dengan warna khas Alfamart, pajangan yang ada di jendela menarik, sehingga bisa merangsang dan menimbulkan minat untuk masuk ke dalam toko yang bisa menimbulkan keputusan pembelian konsumen di minimarket Alfamart Cikutra. Estetika menyangkut bagaimana fasilitas toko dapat menciptakan kesan yang mempengaruhi perasaan konsumen yaitu pandangan dan perasaan konsumen mengenai suasana toko ketika melakukan kunjungan atau berbelanja ditoko yang bersangkutan. Sedangkan perancangan ruang, yaitu menyangkut bagaimana peritel memanfaatkan seluruh ruang yang ada sesuai dengan tingkat produksi pengecer itu sendiri. Perancangan ruang terdiri dari pemanfaatan ruang dan pengalokasian ruangan, bersama-sama dengan aspek penting diatas, peenerangan, dekorasi, serta kebersihan turut menunjang suasana berbalanja yang menyenangkan (Lewinson, 1994:278). Interior di Alfamart cukup bagus, misalnya layout, display, penerangan, musik, serta suhu ruangan yang sejuk dan nyaman. Penataan barang yang mudah dilihat dan dijangkau, peletakan barang yang cukup adil, baik itu produk yang sedang masa promo maupun produk yang normal. Dengan suasana toko yang nyaman dan penataan barang yang sudah tertata dengan bagus, konsumen bisa berlama-lama didalam toko yang bisa menimbulkan minat menjadi keputusan 65 pembelian, dengan itu juga dapat mempengaruhi konsumen melakukan pembelian yang tak terduga. Dalam penelitian ini indikator fasilitas fisik menurut Ma’ruf (2005) dan Foster (2008) dalam Hamdani (2009) merupakan eksterior, interior, dan tata letak didalam suatu minimarket/toko itu sendiri. 2.3.2 Arti Penting Citra Perusahaan Citra perusahaan yang baik sangatlah penting bagi kelangsungan suatu perusahaan, karena akan berpengaruh terhadap seluruh elemen yang ada di dalam perusahaan tersebut. Citra perusahaan merupakan kesan objek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi seetiap waktu dari berbagai sumber informasi yang terpercaya. Pentingnya citra perusahaan dikemukakan Gronroos (Sutisna,2001:332) sebagai berikut: 1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunukasi dan mencapai tujuan tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya. 2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan.citra yang positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknik/fungsional sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut. 3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan 66 4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap karyawan terhadap perusahaan. Dengan demikian peran cira bagi perusahaan amatlah penting karena citra yang baik dari perusahaan akan berdampak positif dan menguntungkan sedangkan citra yang buruk akan berdampak buruk dan merugikan perusahaan. Pentingnya citra bagi perusahaan juga diungkapkan oleh Smith (1995:334) bahwa citra perusahaan juga dapat memberikan arti penting yaitu sebagai berikut: 1. Menciptakan keunggulan yang kompetitif 2. Menjadi ekuitas perusahaan 3. Mendukung peluncuran produk baru 4. Meningkatkan penjualan 5. Membuat kepercayaan kreditur, penanam modal atau penanam saham 6. Menciptakan harmonisasi dalam hubungan antar karyawan 7. Mampu mendapatkan pegawai baru yang baik 8. Mendorong keberhasilan dalam manajemen kritis 9. Diasosiasikan dengan nama produk 2.3.3 Dimensi Pembentukan Citra Perusahaan Citra perusahaan tidak dapat dibentuk dengan sendirinya, haruslah ada upaya upaya yang dilakukan agar citra tersebut menjadi semakin baik. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Upaya perusahaan sebagai 67 sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran. Proses pembentukan citra perusahaan menurut Hawkins (2000): Gambar2.2. Proses Terbentunya Citra Perusahaan Berdasarkan Gambar proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung beberapa tahapan. Pertama objek, mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalammembentuk citra perusahaan. Kedua,memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian objek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra perusahaan pada objek yang kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan prilaku objek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan. Menurut Soemirat & Adianto dalam Setiawan (2007:21) bahwa citra perusahaan adalah: 68 ’’ Kesan, perasaan dan gambaran diri publik terhadap perusahaan. Kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek, orang orang atau organisasi ’’ Menurut Soemirat & Adianto dalam Setiawan (2007:22) ada empat indikator/komponen dalam citra yaitu : 1. Persepsi Adalah hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan satu proses pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi Adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus memberikan informasi informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motif Adalah keadaandalam pribadi seseorangyang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan kegiatan tertentu guna mencapai satu tujuan. 4. Sikap Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi berfikir dan merasa dalam menghadapi ide, objek, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi kecenderungan untuk berprilaku dengan cara tertentu. 69 2.4 Perilaku Konsumen 2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen dapat timbul akibat adanya faktor dari lingkungan dan dorongan dari diri sendiri.“Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barangbarang dan jasa-jasa, termasuk 8 didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut” (Swastha dan Handoko, 1997:10). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen. Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: a. Faktor Internal 1) Motivasi Motivasi adalah kegiatan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.Motivasi sangat berpengaruh didalam pertimbangan seseorang dalam berperilaku.Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. 2) Pengamatan Pengamatan adalah proses dimana konsumen menyadari dan menginterprestasikan pengalaman dalam proses pembelian suatu produk. 70 3) Belajar Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat adanya pengalaman.Pengalaman ini sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Proses belajar pada suatu pembelian akan terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan. 4) Sikap Sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.Sikap seseorang terhadap produk atau merek mempengaruhi tindakan membeli atau menggunakan produk atau merek tersebut. 5) Kepribadian Kepribadian adalah organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.Pemahaman kepribadian seseorang dapat dilakukan dengan mendalami aktifitas, minat, perhatian dan lainya.Perusahaan sangat perlu memahami kepribadian konsumen agar dapat menyesuaikan produknya dengan konsumen yang mempunyai kepribadian yang beragam. 71 b. Faktor Eksternal 1) Kebudayaan Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada. 2) Kelas Sosial Kelas sosial atau lapisan sosial tanpa membedakan apakah dasar pembagian kelas itu uang, tanah, kekuasan atau dasar lainya. 3) Kelompok Sosial dan Kelompok Referensi Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu berinteraksi satu sama lain karena adanya hubungan diantara mereka. Sedangkan kelompok referensi adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilaku. 4) Keluarga Keluarga inti, menunjukkan lingkungan keluarga yang meliputi ayah, ibu dan anak-anak yang hidup bersama.Keluarga adalah kelompok paling kecil didalam kehidupan masyarakat, tetapi mempunyai peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan perilaku seseorang. 2.4.2 1. Kualitas Layanan Pengertian Kualitas Layanan Persepsi konsumen terhadap kualitas merupakan hal yang sulit dipahami, bahkan pemahaman tentang kualitas sering disalahartikan sebagai sesuatu yang 72 baik, kemewahan, keistimewaan, atau sesuatu yang berbobot.Kualitas layanan mencerminkan perbandingan antara tingkat layanan yang disampaikan perusahaan dibandingkan ekspektasi pelanggan.Kualitas layanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi atau melampaui harapan pelanggan.Kualitas dapat dipandang secara luas sebagai keunggulan atau keistimewaan dan dapat didefinisikan sebagai penyampaian layanan yang relatif istmewa terhadap harapan pelanggan.Jika perusahaan melakukan hal yang tidak sesuai dengan harapan pelanggan, berarti perusahaan tersebut tidak memberikan kualitas layanan yang baik.Lovelock (2002:87) menyatakan bahwa “Kualitas layanan adalah perspektif konsumen dalam jangka panjang dan merupakan evaluasi kognitif dari transfer jasa”. 2. Dimensi Kualitas Layanan Dalam rangka menghasilkan suatu pelayanan yang berkualitas suatu perusahaan diharapkan dapat mengukur pelayanan yang telah diberikan kepada pelanggannya.Maka dalam hal ini perusahaan perlu mengetahui dimensi dari kualitas layanan agar dapat menciptakan kualitas pelayanan yang baik. Dimensi kualitas pelayanan itu antara lain: a. Keandalan (reliabilitas), yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. b. Ketanggapan (responsivitas), yaitu keinginan dan kesediaan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. 73 c. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para karyawan; bebas dari bahaya fisik, risiko atau keragu-raguan. d. Empati (empaty), meliputi kemudahan dalam menjalin hubungan, komunikasi yang efektif, perhatian personal, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan. e. Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan sarana komunikasi. 2.4.3 1. Sikap Konsumen Pengertian Sikap Konsumen Pihak perusahaan harus mengetahui sikap konsumen dalam pengambilan keputusan membeli.Menurut Kotler (1997:167)“Sikap adalah evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan dari seseorang terhadap beberapa proyek atau gagasan”. Menurut Swastha danHandoko (1987:91) “Sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan keadaan jiwa yang dipersiapkan untuk memberi tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi dan atau secara dinamis pada 74 perilaku. Sikap merupakan hasil dari beberapa faktor genetis dari proses belajar dan selalu berhubungan dengan suatu obyek atau produk. a. Komponen Sikap Sikap memiliki beberapa komponen, komponen sikap menurut Bimo (1994:110) 1) Komponen Kognitif Komponen kognitif mengacu pada kesadaran responden dan pengetahuannya terhadap beberapa objek atau fenomena seseorang, ada pada tahap mempelajari.Yaitu tahap pengenalan masalah dan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. 2) Komponen Afektif Komponen afektif mengacu pada preferensi dan kesenangan responden terhadap beberapa objek atau fenomena, seseorang akan berusaha mencari alternatif-alternatif dan setelah memilihnya akan menggunakannya untuk melakukan tindakan tertentu. 3) Komponen Perilaku Komponen perilaku adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. b. Arti Penting Pengukuran Sikap 1) Pengukuran sikap digunakan sebagai dasar untuk strategi segmentasi pasar. 75 2) Pengukuran sikap merupakan dasar untuk mengevaluasi efektifitas iklan atau promosi yang dilakukan perusahaan. 3) Pemahaman sikap dari berbagai segmen pasar yang berbeda-beda terhadap suatu produk merupakan suatu strategi pemasaran. 2.5 Loyalitas Pelanggan (Customer loyality) 2.5.1 Definisi Loyalitas Dalam kondisi pasar dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi, loyalitas merupakan elemen yang penting bagi suatu toko. Agar suatu toko dapat bertahan dalam persaingan dan keluar sebagai pemenangnya, dibutuhkan konsumen yang memiliki loyalitas tinggi. Memiliki konsumen yang loyal adalah merupakan tujuan akhir bagi setiap perusahaan/pelaku bisnis,karena loyalitas konsumen adalah kunci kesuksesan ditengah persaingan yang semakin ketat. Tetapi kebanyakan dari perusahaan/produsen tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen dapat dibentuk melalui beberapa tahapan dimulai dari tahap pencarian calon konsumen sampai dengan advocate dan partners yang akhirnya akan membawa keuntungan yang amat besar bagi perusahaan.Berikut definisi loyalitas menurut para ahli: Menurut Oliver dalam Hurriyati (2005, hal 129) : “Loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganankembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secarakonsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan 76 usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan prilaku”. Sedangkan menurut Tjiptono (2000:110) bahwa : “Loyalitas pelanggan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek,toko atau pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif tercermin dalam pelbelian ulang yang konsisten”. Adapun loyalitas menurut Griffin (2002:5) adalah : “Pembelian non random yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan” Dalam Hasan (2009:81) istilah loyalitas sudah sering di perdengarkan oleh pakar marketing maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya. Dalam banyak literature mengemukakan definisi loyalitas sebagai berikut : 1. Sebagai konsep generik, loyalitas ,menujukkan kecenderungan konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi. 2. Sebagai konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan dengan loyalitas merek (brand loyalty). Perbedaanya, bila loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama berulang kali. 3. Pembelian ulang merupakan hasil dominasi perusahaan berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternative yang tersedia yang terus menerus 77 melakukan promosi untuk memikat dan membujuk pelanggan membeli kembali merek yang sama (Hasan, 2009:81). Griffin (2005:5) berpendapat bahwa sesorang pelanggan dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat sesuatu kondisi dimana mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu. Upaya memberikan kepuasan pelanggan dilakukan untuk mempengaruhi sikap pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih berkaitan dengan perilaku pelanggan daripada sikap dari pelanggan. Boulding (1993) dalam Hasan (2009:83) mengemukakan bahwa terjadinya loyalitas merek pada konsumen itu terjadi karena adanya pengaruh ketidakpuasan dengan merek tersebut yang terakumulasikan secara terus-menerus di samping adanya persepsi tentang kualitas produk. Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan seseorang yang secara terus-menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut. Menurut Gremler dan Brown (1997) dalam Hasan (2009:83) bahwa loyalitas pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli. Definisi ini menempatkan loyalitas sebagai sebuah komitmen sikap menghasilkan empat 78 kemungkinan loyalitas yaitu loyal, loyalitas palsu atau pura-pura, loyal yang tersembunyi, dan tidak loyal. Menurut Engel, Blackwell, Miniard (1995) dalam Hasan (2009:84) loyalitas pelanggan merupakan kebiasaan perilaku pengulangan pembelian, keterkaitan dan keterlibatan yang tinggi pada pilihannya, dan bercirikan dengan pencarian informasi eksternal dan evaluasi aternatif. Untuk menjadi pelanggan yang loyal seorang pelanggan harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbedabeda untuk masing-masing tahapan, karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahapan dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen yang loyal dan klien perusahaan. Loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen terhadap perusahaan, merek maupun produk Rangkuti, (2002: 60), sedangkan menurut Sutisna (2003:41) mendefinisikan loyalitasadalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Seorang konsumen yang sangat loyal terhadap suatu merek tidak akan mudah memindahkan pembeliannya ke merek lain, apapun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas konsumen terhadap suatu merek meningkat, kerentana kelompok konsumen tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi (Durianto, Sugiarto, dan Tony, 2001:126). Konsumen yang loyal pada umumnya akan melakukan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan pada banyakalternative merek produk pesaing yang menawarkan 79 karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila banyak konsumen dari suatu merek masuk dalam kategori ini, berarti mereka tersebut memiliki ekuitas merek yangkuat. Ekuitas merek adalah seperangkat harta dan hutang merek yang terkait dengan suatu merek, nama, symbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan(Durianto, Sugiarto, dan Tony, 2001:4). Strategi untuk memelihara dan meningkatkan loyalitas konsumen loyalitas lebih ditujukan kepada prilaku yang ditunjukaan oleh konsumennya terhadap perusahaan, dengan semakin tingginya loyalitas dari konsumen maka ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan karena akan menguraangi kerawanan dan persaingan karna banyak keuntungan yang didapat oleh perusahaan bila memiliki konsumen yang loyal. Loyalitas adalah komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasayang akan datang meskipun pengaruh situasi dan usaha usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. a. Dalam hal ini pemasaran dapat memberi imbalan berupa hadiah atau yang lainya. Salah satu contoh adalah memberikan servis mobil gratis jika konsumen menservis mobilnya 5 kali terus menerus di tempat tersebut. b. Memberi pelayanan extra pada pelanggan. c. Misalnya dengan memberikan TV mobil jika telah membeli mobil di suatu show room3 kali dalam setahun. 80 Konsumen yang loyal mempunyai fanatisme yang relatif permanen dalam jangka yang panjang terhadap suatu barang/jasa pada perusahaan yang menjadi pilihannya,tidak ingin beralih pada barang/jasa lain, bahkan ikut mempengaruhi pihak lain untuk ikut menggunakan barang/jasa tersebut. Adapun keuntungan yang diperoleh perusahaan dikarenakan memiliki konsumen yang loyal dikemukakan oleh Griffin (2002:13) adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengurangi biaya pemasaran 2. Dapat mengurangi biaya transaksi 3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen 4. Dapat meningkatkan penjualan yang akan memperluas pangsa pasar perusahaan 5. Mendorong word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal adalah juga bahwa mereka yang meraasa puas 6. Dapat mengurangi biaya kegagalan Dari definisi tentang loyalitas di atas terlihat bahwa loyalitas lebih ditujukan pada suatu prilaku,yang ditunjukkandengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan. Mempunyai konsumen yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan karena sudah menjadi bagian dan mitra perusahaan. Adapun Griffin (2005:31) mengemukakan karakteristik konsumen yang loyal sebagai berikut: 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur 2. Membeli antar lini produk dan jasa 3. Mereferensikan pada orang lain 81 4. Menunjukkan kekebalan tarikan dari pesaing Selain mengenal karakteristik konsumen para pelaku bisnis atau perusahaanpun harus mengetahui jenis jenis loyalitas Griffin (2005:22) adalah sebagai beikut: 1. Tanpa loyalitas: Tingkat ketertarikan yang rendah yang diimbangi dengan pembelian berulang yang rendah. Contoh : Makan di sebuah restoran hanya satu kali berkunjung saja. 2. Loyalitas lemah: Tingkat ketertarikan rendah yang digabung denganpembelian berulang yang tinggi . Contoh : Terlihat dari kegiatan pembelian bensin yang dilakukan konsumen di dekat daerah rumahnya dan sebagainya. 3. Loyalitas tersembunyi: Tingkat ketertarikan yang relatif tinggi digabungkan dengan pembelian ulang yang rendah. Contoh : Seorang suami menyukai masakan eropa, tetapi mempunyai istri yang kurang menyukai masakan Eropa. Maka suami tersebut hanya sesekali saja mengunjungi restoran Eropa dan lebih sering pergi ke restoran yang dimana masakan yang ditawarkan dapat dinikmati bersama. 4. Loyalitas premium: Jenis loyalitas yang paling harus ditingkatkan karna loyalitas ini terjadi bila ada tingkat ketertarikan yang tinggi dan pembelian berulang yang tinggi juga, ini merupakan loyalitas yang semua pelanggan disetiap perusahaan. Contoh : Rasa bangga yang muncul ketika konsumen menemukan dan menggunakan produk atau jasa tersebut dan dengan senang hati membagi 82 pengetahuan dan merekomendasikannya kepada teman, keluarga maupun orang lain. Tipe Loyalitas Tabel 2.1 KETERTARIKAN RELATIF TINGGI RENDAH TINGGI LOYALITAS PREMIUM TERSEMBUNYI RENDAH LOYALITAS LEMAH TANPA LOYALITAS Sumber : Griffin (2005:22) Untuk menjadi konsumen yang loyal, seseorang harus melalui beberapa tahapan,proses ini berlangsung lama,dengan penekanan dan perhatian yang berbeda dari tiap tahapan karena tiap tahapan mempunyai kebutuhan yang berbeda,dengan memperhatikan masing masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut,perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen loyal dan klien perusahaan. Menurut Griffin (2005:35) tahap loyalitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Suspect Tersangka Suspect adalah orang yang mungkin membeli produk/jasa,kita menyebutnya tersangka karna kita menyangka atau percaya mereka akan membeli. 2. Prospek 83 Adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa dan memiliki kemampuan untuk membeli,meskipun mereka belum membeli mereka telah mengetahui dan membaca keberadaan perusahaan 3. Prospek yang diskualifikasi Prospek yang telah cukup dipelajari/diketahui perusahaan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk membeli 4. Pelanggan pertama kali (first time customers) Yaitu konsumen yang membeli untuk yang pertama kalinya.dimana mereka masih tergolong konsumen yang baru 5. Pelanggan berulang (Repeat customers) Yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian/menggunakan suatu jasa sebanyak dua, tiga kali atau lebih.mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali,atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula 6. Klien (Clients) Yaitu membeli semua barang/jasa yang ditawarkan, yang mereka butuhkan.mereka membeli secara teratur.hubungan dengan jenis konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama,yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan persaingan produk/jasa lain 7. Penganjur (Advocates) Seperti layaknya klien, Advocates membeli seluruh barang /jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan,serta melakukan pembelian secara teratur sebagai tambahan,mereka mendorong teman teman mereka yang lain agar 84 membeli barang/jasa tersebut. Ia membicarakan tentang barang/jasa tersebut, melakukan pemasaran dan membawa konsumen untuk perusahaan tersebut. Gambar 2.3. Piramida Loyalitas. Sumber:Griffin (1995:34-35) 2.6 Hubungan Citra perusahaan dengan Loyalitas Dalam kondisi pasar yang kompetitif loyalitas adalah merupakan kunci kesuksesan. Beragam motivasi untuk melakukan pembelian memainkan peranan kuat pada berbagai tempat dan waktu, oleh karena itu agar dapat memenagkan persaingan akibat semakin banyaknya pesaing.setiap perusahaan harus meningkatkan citra mereka yang telah ada dimata para konsumennya sehingga dapat menciptakan kesetiaan terhadap perusahaan. Dengan citra yang baik dan tingginya loyalitas konsumen tehadap perusahaan maka akan mengurangi kerawanan atau persaingan,karena perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang banyak apabila mereka memiliki konsumen yang loyal. Rangkuti (2002:60) “Apabila loyalitas meningkat maka kerentanan 85 pelanggan atau konsumen Berdasarkan teori tersebut, dari serangan kompetitor dapat dikurangi”. pengetahuan akan citra perusahaan dengan baik merupakan aset yang besar bagi perusahaan karena citra perusahaan dapat berpengaruh terhadap persepsi kualitas, kepuasan dan loyalitas konsumen. Citra adalah sesuatu yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi persepsi barang dan jasa yang ditawarkan. Dalam beberapa literatur jasa ada beberapa faktor yang mencerminkan citra dalam pikiran konsumen. Senada dengan pendapat tersebut, Norman (dalam Kandampully & Suhartanto, 2000:347) menyatakan bahwa : “ Citra adalah hal yang dipertimbangkan untuk mempengaruhi pikiran konsumen melalui dampak kombinasi dariiklan, hubungan masyarakat, citra fisik, dari mulut ke mulut, dan pengalaman nyata dengan barang dan jasa.” Selain itu, Citra adalah seluruh kesan yang terbuat dari pikiran masyarakat mengenaiorganisasi. Hal ini berhubungan dengan nama, arsitektur, jenis produk/jasa, dan kesan darikualitas komunikasi oleh tiap pekerja organisasi yang berinteraksi dengan klien. Citramerupakan seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seorang terhadapsuatu obyek. Sikap dan tindakan orang terhadap obyek sangat ditentukan oleh citra obyektersebut. Citra dibangun oleh apa yang konsumen atau masyarakat rasakan dan ketahuimengenai perusahaan, peran dari advertising perusahaan sangat kuat mempengaruhipenciptaan citra perusahaan selain informasi dari mulut ke mulut dari konsumen.Pengalaman pribadi, informasi yang diterima dari orang lain, dan 86 promosi yang dilakukanoleh perusahaan semuanya mempunyai dampak terhadap citra konsumen terhadapperusahaan. Citra suatu perusahaan ditentukan oleh bagaimana interpretasi mengenaiyang diproyeksikan dari identitas perusahaan dan membentuk keseluruhan kesan dalampikiran konsumen.Menciptakan dan menjaga citra merupakan hal yang mutlak dilakukan olehperusahaan, sebab apabila citra perusahaan menjadi rusak, persepsi konsumen terhadapperusahaan akan buruk. Perusahaan yang telah rusak citranya akan sulit diperbaiki, hal inidisebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat atau konsumen, sehingga menjaga citraperusahaan berarti menjaga konsistensi pelayanan dan kualitas yang dihasilkan. Citra yangdikenal baik merupakan harta bagi organisasi karena citra dapat mempengaruhi persepsimengenai nilai. Persepsi terhadap nilai juga diyakini dipengaruhi pula secara positif olehcitra terhadap organisasi.Adanya citra yang baik dari suatu perusahaan mempunyai pengaruh yang potensialdalam mempengaruhi daya saing perusahaan, dan pemahaman yang baik terhadapevaluasi citra dapat menjadi nilai strategis ketika mengembangkan strategi periklanan yangdiarahkan pada penciptaan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan jasa. Flavian(2004:367) juga menyatakan bahwa citra perusahaan yang kuat adalah sesuatu yangefektif untuk mendiferensiasikan produk dalam industri. Apabila citra perusahaan yangsudah baik menjadi rusak, akan sulit untuk memperbaikinya, bukan saja pelanggan yangtidak puas yang tidak akan mengulangi pembeliannya, tetapi mereka juga akanmenginformasikan pada orang lain mengenai pengalaman buruk mereka. 87 Dua dimensi citra minimarket tersebut adalah dimensi image holistic dan image attribute. Dimensi holistik meliputi kesan total dan perasaan tentangfenomena yang ditimbulkan dari sebagian atau semua indera. Dimensi atributmenunjukkan pada fasilitas dan lingkungan fisik yang membentuk dan mempengaruhifenomena itu. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dimensi citra mengadaptasi pengukurannya. Citra pengecer adalah pernyataan di mana anda berbelanja sama pentingnya dengan apa yang anda beli (Meyer, 1992:354). Merupakan pernyataan yang mendasari mengapa pemasar eceran membangun kesan yang menarik bagi konsumen pasar sasaran membentuk kesan atau citra yang mengungkapkan atau merupakan salah satu tugas terpenting dalam mengoperasikan bisnis “Apa yang dipikirkan konsumen tentang usaha anda adakah faktor terpenting dalam membawa konsumen ketempat usaha anda (Meyer, 1992:354)”. Hal ini menjadi peringatan penting bagi para pelaku bisnis eceran. Konsep di atas didukung oleh pendapat Engel, Blackwell dan Miniard (1995:268) bahwa “citra toko pada gilirannya mempengaruhi pilihan toko dan produk akhir atau pembelian merek”. Sedangkan Dunne, Lusch dan Gablle (1995:392) berpendapat bahwa image atau citra menjadi salah satu tujuan dari sebuah lingkungan toko seperti yang terungkap dalam kenyataan”. Dari beberapa pendapat dan pernyataan di atas, maka dapat disadari bahwa citra atau image merupakan hal yang terpenting bagi perusahaan, khususnya sebuah toko, meskipun demikian, belum adatentang definisi citra itu sendiri. Misalnya, dalam Meyer (1922:354) menyatakan bahwa “Penampilan, kepribadian atau gambaran mental secara umum suatu perusahaan 88 disebut kesan perusahaan.” Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Thoyib (1998:42) sebagaiberikut : suatu image adalah bagaimana suatu retailer dirasakan oleh para konsumen dan produk-produk lain”. Definisi tentang citra toko yang lebih luas dikemukakan oleh Martineu (Martineu dalam Engel, Blackwell dan Miniard, 1995:256) yaitu “Cara di mana sebuah tokodidefinisikan di dalam benak pembelanja, sebagian oleh kualitas fungsionalnya dan sebagian lagi oleh pancaran cahaya atribut psikologis”. Mengacu dari beberapa definisi citra di atas, citra minimarket dapat didefinisikan sebagai suatu kesan yang di miliki oleh konsumen maupun publik terhadap suatu minirmarket sebagai suatu refleksi atas evaluasi minimarket yang bersangkutan. Citra bisa terbentuk melalui dua faktor yaitu faktor komunikasi dan pengalaman konsumen selama mengkonsumsi barang atau jasa maka komunikasi antara suatu organisasi dengan publik biasa mempengaruhi persepsi konsumen terhadap orang tersebut. Komunikasi dapat berupa promosi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri atau poster bisa juga melalui media informasi seperti televisi, radio, majalah atau koran. Selain dipengaruhi oleh promosi dan komunikasi melalui media, persepsi konsumen juga bisadipengaruhi oleh komunikasi antar konsumen satu dengan konsumen yang lain, atau atau yang biasa dikenal “word-of- mouthcommunication”. Pengaruh komunikasi ini sangat besar efeknya terutama terhadap persepsi konsumen yang belum mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan organisasi. Faktor kedua adalah yang mempengaruhi citra adalahpengalaman konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berhubungan dengan penyedia produk maupun jasa. Pengaruh dan pengalaman 89 berhubungan dengan suatu organisasi ini sangat besar dalam membentuk persepsi konsumen terhadap suatu organisasi. Jika konsumen cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap organisasi tersebut dan begitu pula sebaliknya, pengalaman dari pemberian pelayanan yang buruk akan mempengaruhi citra perusahaan sehingga mempengaruhi aktivitas marketing perusahaantersebut (Martineu dalam Engel, Blackwell dan Miniard, 1995:256). Loyalitas seperti juga banyak konsep lain dalam diskusi tentang pemasaran dan psikologi konsumen, adalah suatu keadaan pikiran. Loyalitas menurut Barner (2003, hal 33) adalah konsep yang subjektif, konsep yang paling baik didefinisi pelanggan itu sendiri, dan memiliki tingkatan-tingkatan loyalitas. Rahmayanty (2010, hal 13) mendefinisikan: “Loyalitas adalah tentang prsentase dari orang yang pernah membelidalam kerangka waktu tertentu dan melakukan pembelianulang sejak pembelian yang pertama”. Sedangkan Menurut Barnes (2005, hal 34-35)“Pelanggan dalam berbisnis akan mendefinisi loyalitas dalam berbagai cara yang berbeda. Sering kali lamanya pelanggan berbisnis dengan perusahaan tersebut dan pembelian secara berulang, digunakan sebagai ukuran loyalitas. Dalam hal ini, loyalitas disamakan atau bahkan didefinisi sebagai presentase dari total pembelanjaan dalam katagori produk atau jasa” Berdasarkan pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan sebagai dasar dari perusahaan untuk bertahan dan menghadapi pesaing. 90 Aspek lain dari loyalitas pelanggan yang mengidentifikasi extensi hubungan pelanggan adalah kesetiaan pelanggan untuk merekomendasikan perusahaan tersebut kepada teman, anggota keluarga dan kolega mereka.Menurut Griffin (hal 35) ada 7 tahap untuk menumbuhkan pelanggan yang loyalitas : 1) Tersangka (suspect) adalah orang yang mungkin membeli produk atau jasa. Kita menyebut tersangka karena kita percaya, atau “menyangka”, mereka akan membeli, tapi kita masih belum cukup yakin 2) Prospek adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa anda dan memiliki kemampuan membeli. Meskipun prospek belum membeli dari anda, ia mungkin telah mendengar tentang anda, membaca tentang anda, ata ada seorang yang merekomendasikan anda kepadanya, Prospek tau mungkin siapa anda, di mana anda, dan apa yang anda jual, tetapi mereka belum membeli diri anda. 3) Prospek yang diskuialifikasi adalah prospek yang telah cukup anda pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan , atau tidak memiliki kemampuan membeli produk anda 4) Pelanggan pertama kali adalah orang yang membeli diri anda satu kali. Orang tersebut bisa jadi pelanggan anda dan sekaligus pelanggan pesaing anda 5) Pelanggan berulang adalah orang-orang yang telah membeli diri anda dua kali atau lebih. Merka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk atau jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih 91 6) Klien membeli apa yang anda jual dan dapat ia gunakan. Orang ini membeli secara teratur. Anda memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut yang menjadikan kebal terhadap tarikan pesaing. 7) Penganjur (advocate) seperti klien , pendukung membeli apapun yang anda jual dan dapat ia gunakan serta membelinya secara tertur. Tetapi penganjur juga mendororong orang lain untuk membeli diri anda. Iam membicarakan anda, melakukan pemasaran bagi anda, dan membawa pelanggan bagi anda. 2.7 Penelitian Sebelumnya Bahan rujukan dalam penelitian ini diambil dari beberapa penelitian awalan yang membahas mengenai citra perusahaan ( coorporate image ) dengan loyalitas pelanggan (customer loyality ). Diharapkan dengan bahan – bahan rujukan ini terbentuk koridor berpikir yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh MuchibahIndra Mayasari (2010), dalam Jurnal Bisnis dan Manajemen mengenai “Analisis Pengaruh Citra Supermarket Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Toko Alfamart di Boyolali” dengan hasil bahwa variabel harga, pelayanan, kualitas, dan lingkungan fisik mempunyai pengaruh yang positif terhadap loyalitas konsumen pada toko Alfamart di Boyolali. Pengujian melalui uji F atau variasinya adalah denganmembandingkan F hitung engan F tabel pada α = 0,05. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan 1 tabelpada α = 5% atau α = 1 , adapun langkah-langkahnya adalah : a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho =b = 0 tidak ada pengaruh 92 Ha = b ¹ 0 ada pengaruh b. Penentuan level of signifikan = 0,05 c. Kriteria pengujian Agus Setiyanto (2004), dengan judul “Analisis Pengaruh Citra Supermarket Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Toko Mitra di Palur Karanganyar”, variabel independen pada penelitian ini adalah citra supermarket yang diukur dengan dimensi tempat, harga,pelayanan, kondisi fisik, kualitas, promosi dan proses sedangkan yang merupakan variabel dependen adalah loyalitas konsumen yang diukur dengan keinginan konsumen untuk membeli ulang dan keinginan konsumen untuk merekomendasikan pada orang lain. Dengan hasil bahwa variabel tempat, harga, pelayanan, kondisi fisik, kualitas dan proses mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen pada toko Mitra Palur Karanganyar dan variabel tempat mempunyai pengaruh yang sangat dominan dibanding variabel yang lain yang mempengaruhi loyalitas konsumen pada supermarket Mitra Palur Karanganyar.Hasil analisis menunjukkan bahwa, Variabel Place, Harga, Pelayanan, Lingkungan Fisik, Kualitas produk, proses berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen secara individu pada taraf signifikansi 5%, sedangkan variabel promosi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel loyalitas konsumen. Dari hasil koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,977 yang berarti bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh besarnya variasi variabel independen Place, Harga, Pelayanan, Lingkungan fisik, Kualitas Produk, promosi, dan proses dapat menjelaskan besarnya variasi variabel dependen loyalitas konsumen di Mitra Supermarket Palur Karanganyar sebesar 93 97,70% sedangkan sisanya sebesar 2,3% dijelaskan oleh variasi variabel lain diluar model. Sedangkan hasil yang diperoleh dari uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen secara signifikan mempengaruhi loyalitas konsumen pada Mitra Supermarket di Palur Karanganyar. Selain jurnal – jurnal diatas, peneliti juga mengambil bahan rujukan dari skripsi yang mempunyai bahasan yang mirip dengan yang peneliti ambil, yaitu penelitian karya Ellisa yang berjudul “Bagaimana layanan ritel dan citra toko mempengaruhi kepuasan dan loyalitas pelanggan dalam sebuah perusahaan ritel yakni Pepito Supermarket”, dengan hasil pembahasan hipotesis penelitian yang sedikit berbeda dengan jurnal – jurnal sebelumnya, Citra toko untuk pelanggan di Inggris yang dievaluasi dengan uji statistik menghasilkan tingkat kepuasan tertentu, dan diperoleh bahwa atribut atmosfer dan display barang (merchandising) tidak memiliki nilai yang valid dan signifikan untuk menguji konstruk (Theodoridis, dkk, 2009).Hasil penelitian di Pepito Supermarket ini, menunjukkan atmosfer dan display barang justru mampu mewakili konstruk dengan nilai loading faktor yang paling tinggi diantara indikator lainnya dalam membentuk konstruk citra toko. Nilai probabilitas pada analisis ini menunjukkan nilai di atas batas signifikansi yaitu sebesar 0,184, atau di atas 0,05 nilai ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi yang diestimasi tidak dapat di tolak. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi yang diestimasi dan karena itu model ini dapat diterima. Indeks- indeks kesesuaian model lainnya 94 seperti GFI (0,978), AGFI (0, 933), TLI (0,986), CFI (0,993), dan RMSEA (0,06) memberikan konfirmasi yang cukup untuk dapat di terimanya hipotesis unidimensianolitas bahwa variabel layanan ritel dapat mencerminkan variabel laten yang di analisis.