II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia
Manajemen adalah proses sistematis untuk mencapai tujuan melalui
fungsi perencanaan – pelaksanaan – pemeriksaan dan pengendalian/tindak
lanjut (Susilo, 2002). Konsep manajemen ini dikenal dengan istilah PDCA
singkatan dari Plan – Do – Check – Act atau lebih dikenal dengan sebutan
Deming Cycle.
Manajemen merupakan suatu proses yang dilaksanakan dalam empat
tahapan, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). Ukuran keberhasilan
pelaksanaan manajemen dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi perusahaan
dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu manajemen dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengelolaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi dengan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan
efisien (Suwatno, 2003).
Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna
mencapai tujuan. Manajemen sebagai suatu ilmu adalah akumulasi
pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang
terorganisasi. Manajemen sebagai suatu ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu
pendekatan (approach) terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang
terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati
oleh indera manusia (Siswanto, 2005).
Pengertian berikut dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H
Blanchard (1988) dikutip oleh Nawawi (2006) yang mengatakan: manajemen
adalah proses bekerja dengan individu-individu dan kelompok-kelompok
serta berbagai sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Manusia merupakan unsur terpenting dalam suatu organisasi dan
manajemen sumber daya manusia memainkan peranan yang sangat kritikan
dan strategik sifatnya (Siagian, 1997). Dikatakan demikian karena
manajemen sumber daya manusia diharapkan mampu menyelenggarakan
semua fungsinya sedemikian rupa sehingga dukungan yang diberikan kepada
6 7 berbagai bidang fungsional dan satuan kerja lain di lingkungan organisasi
benar-benar memungkinkan terwujudnya peningkatan efisiensi, efektivitas,
dan produktivitas organisasi. Manajemen sumber daya manusia adalah proses
sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumber daya manusia
dalam rangka mendukung pencapaian tujuan organisasi (Susilo, 2002).
Manajemen sumber daya manusia merupakan ilmu dan seni yang
mengatur peran dan hubungan tenaga kerja dalam perusahaan sehingga dapat
membantu mewujudkan tujuan perusahaan secara efektif dan efisien
(Suwanto, 2003). Manajemen sumber daya manusia adalah penerapan
manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia
yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya
manusia yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita
dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah (Erni
dan Kurniawan, 2005)
Manajemen SDM merupakan bagian dari disiplin ilmu manajemen
sebagai upaya untuk meningkatkan pemberdayaan (empowerment) para
pekerja/karyawan sebagai sumber daya manusia dalam mencapai tujuan
organisasi/perusahaan (Nawawi, 2006). Proses atau rangkaian kegiatan
pendayagunaan
SDM
yang
bekerja
di
lingkungan
suatu
organisasi/perusahaan, agar kontribusinya dalam bekerja terus-menerus
terarah pada perwujudan tujuan organisasi. Di lingkungan organisasi yang
bersifat profit yang disebut perusahaan dan/atau lingkungan, pemberdayaan
SDM di lingkungannya masing-masing harus difokuskan pada peningkatan
kinerjanya untuk meraih laba sebagai tujuan operasionalnya. Berbeda dengan
organisasi non profit seperti instansi pemerintahan dan berbagai jenis
organisasi kemasyarakatan termasuk voluntir, pemberdayaan SDM di sini
diarahkan pada peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja agar tujuan
pemberian layanan umum dan kegiatan pemerintahan serta pelaksanaan
pembangunan berlangsung secara optimal bagi terwujudnya kesejahteraan
umum.
8 2.2. Kompetensi
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan
pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan
tersebut (Wibowo, 2002). Kompetensi merupakan karakteristik individu yang
mendasari kinerja atau perilaku di tempat kerja. Kinerja di pekerjaan
dipengaruhi oleh: (a) pengetahuan, kemampuan dan sikap; (b) gaya kerja,
kepribadian, kepentingan/minat, dasar-dasar, nilai sikap, kepercayaan dan
gaya kepemimpinan.
Kompetensi merujuk kepada karakteristik yang mendasari perilaku
yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri,
nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibuat seseorang (Palan, 2007).
Menurut definisi tersebut, kompetensi terdiri dari beberapa jenis karakteristik
yang berbeda, yang mendorong perilaku. Fondasi karakteristik ini terbukti
dalam cara seseorang berperilaku di tempat kerja. Kompetensi adalah
mengenal orang seperti apa dan apa yang dapat mereka lakukan, bukan apa
yang mungkin mereka lakukan. Kompetensi ditemukan pada orang-orang
yang diklasifikasikan sebagai berkinerja unggul atau efektif. Yang dimaksud
berkinerja unggul adalah kinerja di atas rata-rata.
Sekjen BPK RI (2009) mengatakan kompetensi adalah kemampuan,
keterampilan, pengetahuan, motivasi dan sikap yang diperlihatkan SDM
dalam melakukan pekerjaan. Kompetensi tersebut dimanifestasikan ke dalam
perilaku
dan
diberi
skala
yang
mengidentifikasikan
tingkat
keahlian/kemampuan yang dibutuhkan suatu pekerjaan tertentu yang berperan
dalam
menentukan
kesuksesan
individu
di
dalam
melaksanakan
pekerjaannya. Kompetensi ditunjukkan pula dengan keharusan bagi setiap
auditor untuk memiliki keterampilan atau kemahiran profesi auditor yang
diakui umum untuk melakukan audit (Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan, 2009).
Kompetensi adalah serangkaian kemampuan yang terintegrasi terdiri
atas pengetahuan, keterampilan, serta sikap atau perilaku yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan dengan efektif (Sekjen BPK RI, 2006)
9 Menurut Mangkuprawira (2008) yang mengutip R. Palan (2007), kita
dapat mengenali 5 istilah dalam definisi kompetensi sebagai berikut:
1. Karakter Dasar diartikan sebagai kepribadian seseorang yang cukup
dalam dan berlangsung lama. Dalam definisi ini, karakter dasar mengarah
pada motif, karakter pribadi, konsep diri dan nilai-nilai seseorang.
2. Kriteria Referensi berarti bahwa kompentensi dapat diukur berdasarkan
standar atau kriteria tertentu. Dapat diukur
faktor-faktor pembentuk
terjadinya kinerja karyawan yang beragam (unggul, biasa dan rendah).
Dari faktor-faktor tersebut kemudian dapat diprediksi kinerja seseorang.
3. Hubungan Kausal mengindikasikan bahwa keberadaan suatu kompetensi
dan pendemonstrasiannya memprediksi atau menyebabkan suatu kinerja
unggul. Kompetensi-kompetensi seperti motif, sifat dan konsep diri dapat
memprediksikan keterampilan dan tindakan. Kemudian keterampilan dan
tindakan memprediksi hsail kinerja pekerjaan.
4. Kinerja Unggul mengindikasikan tingkat pencapaian.
5. Kinerja Efektif adalah batas minimum tingkat hasil kerja yang dapat
diterima.
Kompeten adalah keterampilan yang diperlukan seseorang yang
ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat
kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik
(Syafei, 2007). Kompetensi mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya
pengetahuan yang pasif. Seorang karyawan mungkin pandai, tetapi jika
mereka tidak menerjemahkan kepandaiannya ke dalam perilaku di tempat
kerja yang efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi kompetensi tidak hanya
mengetahui apa yang harus dilakukan.
Suatu kompetensi adalah apa yang seorang karyawan mampu kerjakan
untuk mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau hasil
yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan pada
KSAs. ditunjukkan dengan kerangka berikut:
KSAs
Behavior
Performance
Gambar 1. Kerangka Kerja (Syafei, 2007)
10 Berdasarkan kerangka di atas dapat diketahui bahwa secara teoritis
KSAs adalah sebagai dasar perilaku di tempat kerja, sedangkan perilaku di
tempat kerja yang mengandung unsur-unsur KSAs menghasilkan kinerja.
Untuk praktik, suatu pekerjaan spesifik harus diidentifikasi kriteria-kriteria
utamanya yang kemudian dijabarkan ke dalam dimensi-dimensi dan
indikator-indikator kinerja kunci yang harus dicapai berdasarkan standar
kinerja yang telah ditetapkan. KSAs di sini adalah merupakan dasar
kompetensi kerja yang merupakan kemampuan, kemauan, dan sikap untuk
mencapai standar kinerja yang telah ditetapkan dalam setiap pekerjaan
spesifik. Kemampuan, kemauan, dan sikap ini dapat diamati dalam perilaku
di tempat kerja dalam seseorang melaksanakan pekerjaannya.
Kompetensi kerja secara teoritis dipengruhi oleh faktor-faktor seperti
pelatihan, pengembangan karir, imbalan berdasarkan kompetensi, seleksi,
petunjuk strategik, yang dapat dilihat dari Gambar 2.
Pengukuran kinerja
Evaluasi
Pengembangan Karir
Job
Penilaian Modal
Manusia
Pelatihan
Competencies
Pembayaran
competensi
Seleksi
Evaluasi Pekerjaan
Gambar 2. Job Competency Database Model (Syafei, 2007)
2.2.1 Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah standar minimum untuk menduduki
suatu jabatan atau peran dalam suatu jabatan sehinggan dapat berdaya
guna dan berhasil guna (Sekjen BPK RI, 2006).
1. Kompetensi Perilaku
Kompetensi Perilaku adalah seperangkat pola perilaku yang
diperlukan oleh pegawai BPK untuk dipraktekkan pada suatu posisi
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya secara
profesional, efektif, dan efisien.
11 Tabel 3. Lima Kelompok Kompetensi Perilaku
Kelompok 1:
Intelektual Individu
Kelompok 2:
Efektivitas Individu
Kelompok 3:
Pengelolaan Tugas
Kelompok 4:
Bekerja Dengan Orang
Lain
Kelompok 5:
Bekerja Melalui Orang
Lain
1. Information Seeking (INF)
2. Analytical Thinking (AT)
3. Conceptual Thinking (CT)
4. Strategic Thinking (ST)
5. Creativity and Innovation (CI)
1. Achievement Orientation (ACH)
2. Managing Change (MCH)
3. Integrity (ING)
4. Independent (IND)
5. Initiative (INT)6. Organizational
Awareness (OA)
1. Planning & Execution (PE)
2. Concern for Order (CO)
1. Interpersonal Understanding (IU)
2. Relationship Building (RB)
3. Teamwork and Cooperation (TW)
4. Customer Service Orientation
(CSO)
1. Impact and Influence (IMP)
2. Team Leadership (TL)
3. Developing Others (DEV)
Sumber: Standar Kompetensi Perilaku Pegawai (2009)
a. Information Seeking (INF)
INF atau Pencarian Informasi adalah kemampuan untuk
mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang terkait dengan
permasalahan yang dihadapi, baik yang terkait dengan orang
lain maupun tugas dengan cara mencari informasi dari sumbersumber yang sudah ada, baik dengan menggunakan metode yang
sederhana maupun metode komprehensif seperti survei atau
melakukan investigasi terstruktur.
b. Analytical Thinking (AT)
AT atau Pemikiran Analitis adalah kemampuan untuk
mengenali
masalah
dan
menguraikan
sehingga
dapat
mengidentifikasikan akar permasalahannya atau implikasi yang
dapat ditimbulkan. Termasuk di dalamnya, mengorganisir
bagian-bagian masalah secara sistematis, membandingkannya
dengan
masalah-masalah
lainnya,
dan
mengidentifikasi
hubungan SEBAB-AKIBAT yang akan membantu di dalam
penyelesaian masalah.
12 c. Conceptual Thinking (CT)
CT atau Pemikiran Konseptual adalah kemampuan untuk
memahami situasi atau masalah dimulai dari mengidentifikasi
pola atau hubungan dan permasalahan utama yang mendasar,
mengelola bagian-bagian dari suatu masalah atau situasi dengan
cara yang sistematis, dan dapat menggabungkannya menjadi
satu kesatuan sehingga terbentuk satu cara pandang baru dalam
melihat masalah.
d. Strategic Thinking (ST)
ST atau Pemikiran Strategis adalah kemampuan untuk
memahami, berpikir dan mengambil tindakan strategi jangka
pendek, menengah maupun panjang, dan implikasinya pada
kinerja BPK
e. Creativity and Innovation (CI)
CI atau Pemikiran Kreatif dan Innovatif adalah kemampuan
untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang baru (di luar
metode konvensional). Melakukan perubahan-perubahan untuk
pengembangan satuan kerjanya dan atau BPK, termasuk
memperkenalkan cara/teknik/metode baru yang kreatif dan
inovatif (thinking out-of-the box).
f. Achievement Orientation (ACH)
ACH atau Orientasi Pada Prestasi adalah keinginan/tekad
untuk bekerja dengan lebih baik atau melebihi standar kinerja.
Melebihi standar dapat diartikan melebihi prestasi sebelumnya
(improvement); melebihi ukuran yang sudah ditetapkan (result
orientation); melebihi orang lain (competitiveness); penetapan
sasaran yang menantang; atau sesuatu yang belum pernah
dilakukan orang lain. Hal ini menunjukkan dorongan untuk
bertindak lebih baik, lebih efektif, dan lebih efisien.
g. Managing Change (MCH)
MCH atau Kemampuan Mengelola Perubahan adalah
kemampuan untuk menyikapi perubahan secara positif sehingga
13 dapat
mempertahankan
efektifitas
kinerja
dalam
situasi
perubahan, serta membantu orang lain agar mampu beradaptasi
dengan perubahan tersebut. Managing Change membutuhkan
kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan
pandangan mengenai suatu isu, menyesuaikan dan menerima
perubahan, serta mendukungnya dengan cara membantu orang
lain agar mampu beradaptasi dengan perubahan demi kebaikan
BPK.
h. Integrity (ING)
ING atau Integritas adalah kemampuan untuk bertindak secara
terbuka dan transparan dengan tetap memegang rahasia sesuai
dengan nilai-nilai dan etika kerja yang berlaku di lingkungan
BPK, tegas dalam menerapkan prinsip dan nilai yang berlaku
sebagai bentuk menjunjung tinggi standar etika kerja yang
berlaku dengan menjadikan dirinya sebagai panutan (role
model) melalui tindakan nyata (walk the talk).
i. Independent (IND)
IND atau Independent adalah kemampuan untuk bersikap netral
dan tidak berpihak serta menghindari benturan kepentingan
dalam rangka mengindari hal-hal yang dapat mempengaruhi
obyektivitas hasil pemeriksaan sebagaimana yang ditugaskan
BPK.
j. Initiative (INT)
INT atau Inisiatif adalah berpikir dan mengambil tindakan atas
kesempatan/masalah saat ini dan masa depan secara proaktif
tanpa harus menunggu instruksi atau perintah dari atasan/orang
lain.
k. Organizational Awareness (OA)
OA
atau
Pemahaman
Terhadap
Organisasi
adalah
kemampuan untuk memahami pihak internal maupun eksternal
yang terlibat dalam organisasi (institusi, entitas, dsb) dan
melihat keselarasan dan keterpaduan (alignment dan integration)
14 dari
proses
kerja
yang
terjadi,
sehingga
mampu
mengimplementasikan peran dan kinerja individual sesuai
dengan pemahaman tersebut, dan mengerti orang kunci yang
memiliki peran dan pengaruh kuat didalam pengambilan
keputusan atau untuk dapat mempengaruhi orang lain.
l. Planning and Execution (PE)
Kemampuan menyusun rencana kerja jangka pendek maupun
jangka panjang dengan target yang spesifik, realistis, dan
terukur, yang diselaraskan dengan visi/misi BPK. Rencana
tersebut mencakup prioritas tindakan, pengorganisasian sumber
daya alam. material, keuangan, manusia dsb. secara integratif
dan mengantisipasi kendala yang diperkirakan akan muncul.
m. Concern for Order (CO)
CO atau Peduli Pada Keteraturan adalah kemampuan untuk
peduli dan melaksanakan pekerjaan secara teratur dalam rangka
mencapai sasaran kerja, dengan cara mengawasi dan meninjau
ulang pekerjaan atau informasi, dan membuat suatu sistem
pemeriksaan
sendiri
untuk
memudahkan
proses
serta
meningkatkan kualitas pemeriksaan.
n. Interpersonal Understanding (IU)
IU atau Pemahaman Antar Individu adalah kemampuan untuk
mendengar dan memahami secara akurat pikiran, perasaan, dan
masalah orang lain yang tidak terucapkan secara langsung atau
tidak sepenuhnya disampaikan. Kompetensi ini mengukur
kedalaman pemahaman terhadap orang lain, juga termasuk
sensitivitas antar budaya.
o. Relationship Building (RB)
RB atau Membina Jaringan Kerja/Networking adalah upaya
untuk membina, menjaga, dan mendayagunakan hubungan atau
jaringan kontak yang luas (misalkan: dalam membangun
networking dengan pihak eksternal BPK) demi tercapainya
15 tujuan satuan kerjanya/BPK saat ini dan masa mendatang
dengan menciptakan peluang bisnis dan meminimalisir kendala.
p. Teamwork and Cooperation (TW)
TW atau Kerjasama dan Kolaborasi adalah keinginan dan
kemampuan untuk bekerjasama dalam tim/kelompok kerja/unit
lain di BPK untuk mencapai tujuan kelompok dan BPK.
Umumnya diterapkan pada anggota-anggota tim/kelompok/unit
lain
di
BPK
dan
bukan
pada
pemimpin
formal
tim/kelompok/unit lain tersebut.
q. Customer Service Orientation (CSO)
CSO atau Fokus Pada Pelanggan adalah keinginan untuk
membantu atau melayani orang lain. Artinya, fokus terhadap
pelayanan dalam upaya untuk menemukan dan memenuhi
kebutuhan pelanggan. Yang dimaksud dengan pelanggan disini
adalah pelanggan internal (seperti dari fungsi/satuan kerja lain)
dan eksternal.
r. Impact and Influence (IMP)
IMP atau Mempengaruhi Orang Lain adalah bertindak untuk
mempengaruhi atau membuat orang lain percaya melalui
penggunaan argumentasi yang meyakinkan, presentasi, dan
melalui pihak lain untuk dapat memberikan efek atau dampak
yang spesifik.
s. Team Leadership (TL)
TL atau Kepemimpinan Tim adalah bertindak dan berperan
sebagai pemimpin kelompok. Kompetensi ini biasanya (tapi
tidak selalu) muncul dari posisi yang melibatkan kewenangan
formal. Sifat kepemimpinan antara lain adalah kemampuan
untuk
memotivasi
dan
memberikan
inspirasi
kepada
kelompoknya untuk bekerja dengan baik dan sukses mencapai
sasaran, sekalipun proyek/pekerjaan tersebut sangat kompleks
dan melelahkan.
16 t. Developing Others (DEV)
DEV atau Pengembangan Orang Lain dan membimbing
(Coaching) adalah keinginan untuk mendorong proses belajar
dan pengembangan kapabilitas orang lain sehingga memenuhi
persyaratan keahlian saat ini dan yang akan datang, baik untuk
orang tersebut maupun untuk kelompoknya. Kompetensi ini
menekankan pada intensi dasar seseorang untuk meningkatkan
kapabilitas orang lain, bukan semata karena ingin mencapai
sasaran kerjanya.
2. Kompetensi Teknis
Kompetensi
teknis
pemeriksa
adalah
seperangkat
pengetahuan serta keterampilan pemeriksaan yang diperlukan oleh
pemeriksa BPK dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi
pemeriksaan secara profesional, efektif dan efisien (Sekjen BPK RI,
2006).
Standar
kompetensi
pemeriksa
BPK
adalah
persyaratan
kompetensi tekni minimal yang harus dimiliki oleh seorang pemeriksa
BPK, sesuai dengan peran tertentu yang dijalankan dalam jabatan
fungsional pemeriksa (Sekjen BPK RI, 2006).
BPK telah menyusun sembilan (9) kompetensi teknis
pemeriksa yang dapat dikelompokkan ke dalam empat (4) cluster
kompetensi
teknis
pemeriksa.
Berikut
adalah
tabel
yang
menggambarkan cluster dan kompetensi teknis pemeriksa BPK.
Tabel 4. Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa
Cluster Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
Mekanisme pengelolaan keuangan
negara.
2. Aspek hukum dalam pemeriksaan.
Cluster Entitas Pemeriksa
1.
1.
2.
Cluster Teknik Pemeriksaan
1.
2.
Pengumpulan data pemeriksaan.
Pengolahan data pemeriksaan.
3. Dokumentasi pemeriksaan.
Proses bisnis entitas pemeriksa.
Sistem pengendalian internal.
Cluster Komunikasi dalam
Pemeriksaan
1.
Presentasi.
2. Penulisan laporan hasil
pemeriksaan.
Sumber: Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa (2006)
17 1. Mekanisme Pengelolaan Keuangan
Kompetensi mekanisme pengelolaan keuangan negara adalah
kemampuan yang diperlukan untuk memahami, menganalisis,
mengevaluasi, serta memberikan rekomendasi atas tata kelola
keuangan negara (mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban).
2. Aspek Hukum dalam Pemeriksaan
Kompetensi
aspek
hukum
dalam
pemeriksaan
adalah
kemampuan yang diperlukan untuk memahami, menganalisis,
mengevaluasi, serta memberikan rekomendasi atas buktibukti/temuan/simpulan pemeriksaan, berdasarkan produkproduk hukum terkait pemeriksaan.
3. Proses Bisnis Entitas Pemeriksaan
Kompetensi proses bisnis entitas pemeriksaan kemampuan
yang diperlukan untuk memahami, menganalisis, serta
mengevaluasi proses bisnis suatu entitas pemeriksaan.
4. Sistem Pengendalian Internal
Kompetensi sistem pengendalian internal adalah kemampuan
yang
diperlukan
untuk
memahami,
menganalisis
,
mengevaluasi, serta merekomendasikan perbaikan atas sistem
pengendalian internal entitas pemeriksaan.
5. Pengumpulan Data Pemeriksaan
Kompetensi
kemampuan
pengumpulan
data
pemeriksaan
adalah
yang diperlukan untuk menyiapkan dan
mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan.
6. Pengolahan Data Pemeriksaan
Kompetensi pengolahan data pemeriksaan adalah kemampuan
untuk melakukan pengolahan data pemeriksaan sehingga
memperoleh
informasi
yang
berguna,
membuat
kesimpulan, dan mendukung pengambilan keputusan.
suatu
18 7. Dokumentasi Pemeriksaan
Kompetensi dokumentasi pemeriksaan adalah kemampuan
untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai prosedur
pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,
informasi
yang
diperoleh,
dan
simpulan
yang
dibuat
sehubungan dengan pemeriksaan.
8. Presentasi
Kompetensi presentasi adalah adalah kemampuan yang
diperlukan untuk menyampaikan dan menjelaskan informasi
terkait pemeriksaan secara ringkas, jelas, dan fokus, dengan
didukung oleh alat bantu serta mendapat perhatian penuh dari
audiens.
9. Penulisan Laporan
Kompetensi penulisan laporan hasil pemeriksaan adalah
kemampuan untuk menyajikan hasil pemeriksaan dalam
bentuk laporan tertulis yang disampaikan secara objektif,
lengkap, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh pihak yang
dituju.
2.2.2
Tipe Kompetensi
Tipe kompetensi yang berbeda menurut Wibowo (2007)
dikaitkan dengan aspek perilaku manusia dengan kemampuannya
mendemonstrasikan kemampuan perilaku tersebut. Ada beberapa tipe
kompetensi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Planning competency, dikaitkan dengan tindakan tertentu seperti
menetapkan tujuan, menialai risiko dan mengembangkan urutan
tindakan untuk mencapai tujuan.
2. Influence competency, dikaikaitkan dengan tindakan seperti
mempunyai dampak pada orang lain, memaksa melakukan
tindakan tertentu atau membuat keputusan tertentu, dan memberi
inspirasi untuk bekerja menuju tujuan organisasional. Kedua tipe
kompetensi ini melibatkan aspek yang berbeda dari perilaku
19 manusia. Kompetensi secara tradisional dikaitkan dengan kinerja
yang sukses.
3. Communication
competency,
dalam
bentuk
kemampuan
berbicara mendengarkan orang lain, komunikasi tertulis dan
nonverbal.
4. Interpersonal
konsensus,
competency,
networking,
meliputi:
persuasi,
empati,
membangun
negosiasi,
diplomasi,
manajemen konflik, menghargai orang lain dan menjadi team
player.
5. Thinking competency, berkenaan dengan: berfikir strategis,
berfikir analitis, berkomitmen terhadap tindakan, memerlukan
kemampuan
kognitif,
mengindetifikasi
mata
rantai
an
membangkitkan gagasan kreatif.
6. Oganizational competency, meliputi kemampuan merencanakan
pekerjaan, mengorganisasisumber daya, mendapatkan pekerjaan
dilakukan, mengukur kemajuan dan mengambil risiko yang
diperhitungkan.
7. Human
resources
management
competency,
merupakan
kemampuan dalam bidang: team building, mendorong partisipasi,
mengembangkan bakat, mengusahakan umpan balik kinerja dan
menghargai keberagaman.
8. Leadership
competency,
merupakan
kompetensi
meliputi
kecakapan memosisikan diri, pengembangan organisasional,
mengelola
transisi,
merencanakan
orientasi
masa
depan,
strategis,
menguasai
membangun
visi,
perubahan
dan
mempelopori kesehatan tempat kerja.
9. Client service competency, merupakan kompetensi berupa:
mengidentifikasi
dan
menganalisis
pelanggan,
orientasi
pelayanan dan pengiriman, bekerja dengan pelanggan, tindak
lanjut
dengan
pelanggan,
berkomitmen tehadap kualitas.
membangun
partnership
dan
20 10. Business competency, merupakan kompetensi yang meliputi:
manajemen finansial, keterampilan pengambilan keputusan
bisnis, bekerja dalam sistem, menggunakan ketajaman bisnis,
membuat keputusan bisnis dan membangkitkan pendapatan.
11. Self manajement competency, kompetensi berkaitan dengan
menjadi motivasi diri, bertindak dengan percaya diri, mengelola
pembelajaran
sendiri,
mendemontrasikan
flexibilitas
dan
berinisiatif.
12. Technical/operational competency, kompetensi berkaitan dengan
teknologi
komputer,
menggunakan
peralatan
lain,
mendemonstrasikan keahlian teknis dan profesional dan angka.
2.2.3
Karakteristik Kompetensi
Spencer dan Spencer (1993) menyatakan bahwa kompetensi
merupakan karakteristik-karakteristik mendalam dan terukur pada diri
seseorang yang menunjukan cara berperilaku atau berpikir dalam situasi
dan tugas kerja tertentu yang bertahan dalam waktu lama pada diri
orang tersebut.
Menurut Spencer dan Spencer (1993), terdapat 5 karakteristik
kompetensi, yaitu :
1. Motives (Motivasi)
Motivasi adalah
sesuatu dimana seseorang secara konsisten
berpikir sehingga ia melakukan tindakan. Motivasi
berprestasi
secara konsisten akan mengembangkan tujuan-tujuan yang
memberi tantangan pada dirinya dan bertanggung jawab penuh
untuk mencapai tujuan tersebut serta mengharapkan "feedback"
untuk memperbaiki dirinya.
2. Traits (Ciri)
Ciri adalah watak yang membuat orang berperilaku atau merespon
sesuatu dengan cara tertentu, seperti percaya diri (self confidence),
kontrol diri (self control) dan ketabahan (stress resistance).
Karakter dan bawaan seseorang dapat mempengaruhi prestasi di
tempat kerja. Karakter dan unsur bawaan ini dapat berupa bawaan
21 fisik (seperti postur atletis, penglihatan yang baik), maupun bawaan
sifat yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai karakter,
seperti kemampuan mengendalikan emosi, perhatian terhadap hal
yang sangat detail, dan sebagainya.
3.
Self-Concept (Konsep Diri)
Konsep Diri adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang.
Konsep diri seseorang mencakup gambaran atas diri sendiri, sikap
dan nilai-nilai yang diyakininya. Misalnya, seseorang yang
memiliki rasa percaya diri yang tinggi menggambarkan dirinya
sendiri sebagai orang yang dapat mencapai sesuatu yang
diharapkan, yang menurutnya, baik dalam berbagai situasi, baik
situasi sulit maupun mudah.
4. Knowledge (Pengetahuan)
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam
bidang tertentu. Contohnya pengetahuan ahli bedah tentang syaraf
otot dalam tubuh manusia. Nilai akademis atau indeks prestasi
akademis seringkali kurang bermanfaat untuk memprediksi
performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan
pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam
pekerjaan. Pengetahuan dapat memprediksikan apa yang mampu
dilakukan seseorang, apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan
pengukuran
pengetahuan lebih banyak menghafal, jika yang
dipentingkan adalah kemampuan untuk mencari informasi.
5. Skills (Keahlian)
Keahlian adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu baik secara fisik maupun mental. Kompetensi keterampilan
mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses
pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh,
mengorganisasi data dan rencana) serta pemikiran konseptual
(pengenalan pola data yang kompleks). Kompetensi dapat
digunakan untuk menilai apakah seseorang itu bekerja dengan baik
22 atau tidak, bila dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu
yang telah ditentukan oleh suatu organisasi (Spencer, 1993).
Gambar 3. Model Iceberg yang menggambarkan kompetensi
(Palan, 2008)
Menurut Spencer dan Spencer (1993), terdapat 5 karakteristik
kompetensi, yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran.
2. Keterampilan (skills)
Keahlian merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu kegiatan.
3. Konsep diri dan nilai-nilai (self concept and value)
Konsep diri dan nilai-nilai merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra
diri seseorang.
4. Karaakteristik pribadi (traits)
Karakteristik pribadi merujuk pada karakteristik fisik dan
konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi.
5. Motif (motives)
Motif merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau
dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan.
Berdasarkan
rumpun
referensi
kemampuan,
Spencer
mengelompokkan kompetensi menjadi enam kelompok, yaitu:
1.
Kemampuan
implementasi)
Berprestasi
(Melakukan
perencanaan
dan
23 a. Achievement orientation (Semangat untuk Berprestasi)
b. Concern for order, quality, and accuracy (Perhatian terhadap
Kejelasan Tugas, Kualitas dan Ketelitian Kerja)
c. Initiative (Proaktif)
d. Information Seeking (Mencari Informasi)
2. Kemampuan Melayani
a. Interpersonal Understanding (Empati)
b. Customer Service Orientation (Berorientasi Kepada Kepuasan
Pelanggan)
3. Kemampuan Memimpin
a. Impact and Influence (Mempengaruhi)
b. Organizational Awareness (Kesadaran Berorganisasi)
c. Relationship Building (Membangun Hubungan)
4. Kemampuan Mengelola
a. Developing Others (Mengembangkan Orang Lain)
b. Directiveness (Kemampuan Mengarahkan)
c. Team Leadership (Memimpin Kelompok)
d. Teamwork and Cooperation (Kerjasama Kelompok)
5. Kemampuan Berpikir
a. Analytical Thinking (Berpikir Analitis)
b. Conceptual Thinking (Berpikir Konseptual)
c. Expertise (Keahlian Teknikal / Profesional / Manajerial)
6. Kemampuan Bersikap Dewasa
a. Self control (Pengendalian Diri)
b. Self confidence (Percaya Diri)
c. Flexibility (Fleksibilitas)
d. Organizational Commitment (Komitmen terhadap Organisasi)
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh
auditor untuk melaksanakan audit kinerja dengan benar (Agung Rai,
2008). Kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang auditor kinerja
berbeda dengan kompetensi auditor keuangan. Terdapat tiga macam
24 kompetensi auditor kinerja, yaitu mutu personal, pengetahuan umum,
dan keahlian khusus.
2.2.4 Kategori Kompetensi
Michael Zwell (2000) dalam Wilson (2007) memberikan lima
kategori kompetensi yang terdiri atas:
1. Task
achievement,
merupakan
kategori
kompetensi
yang
berhubungan dengan kinerja baik. Kompetensi yang berkaitan
dengan task achievement ditunjukan oleh: orientasi pada hasil,
mengelola kinerja, memengaruhi, inisiatif, efisiensi produksi,
fleksibilitas, inovasi, peduli pada kualitas, perbaikan berkelanjutan
dan keahlian teknis.
2. Relationship, merupakan kategori kompetensi yang berhubungan
dengan komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan
memuaskan kebutuhannya. Kompetensi yang berhubungan dengan
relationship meliputi: kerja sama, orientasi pada pelayanan,
kepedulian antar pribadi, kecerdasan organisasional, membangun
hubungan, penyelesaian konflik, perhatian pada komunikasi dan
sensitivitas lintas budaya.
3. Personal attribute, merupakan kompetensi intrinsik individu dan
menghubungkan bagaimana orang berfikir, merasa, belajar, dan
berkembang. Personal attribute merupakan kompetensi yang
meliputi: integritas dan kejujuran, pengembangan diri, ketegasan,
kualitas keputusan, manajemen stres, berfikir analitis dan berfikir
konseptual.
4. Managerial, merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan
dengan pengelolaan, pengawasan dan mengembangkan orang.
Kompetensi managerial berupa: memotivasi, memberdayakan da
mengembangkan orang lain.
5. Leadership, merupakan kompetensi yang berhubungan dengan
memimpin organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi dan
tujuan organisasi. Kempetensi yang berkenaan dengan leadership
meliputi:
kepemimpian
visioner,
berfikir
strategis,orientasi
25 kewirausahaan, manajemen perubahan, membangun komitmen
organisasional, membangun fokus dan maksud, dasar-dasar, dan
nilai-nilai.
2.3. Kinerja
Menurut Fattah (1999) kinerja atau prestasi kerja (performance)
diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.
Mangkunegara (2001) mengungkapkan kinerja merupakan hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama ( Rival dan Basri, 2005).
Menurut Armstrong dan Baron (1998) dalam buku Wilson (2002),
kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi, kupuasan konsumen dan memberikan kontribusi
pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan
pekerjaan dan hasil yang dicapai, dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah
tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
Kinerja merupakan tanggung jawab setiap individu terhadap pekerjaan,
membantu mendefinisikan harapan kinerja, mengusahakan kerangka kerja
bagi supervisor dan pekerja saling berkomunikasi. Tujuan kinerja adalah
menyesuaikan harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi.
Kesesuaian antara upaya pencapaian tujuan individu dengan tujuan organisasi
akan mampu mewujudkan kinerja yang baik.
Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi
(Wibowo, 2002). Pekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau
kompetensinya. Sementara itu, dari segi organisasi dipengaruhi oleh seberapa
26 baik pemimpin memberdayakan pekerjanya; bagaimana mereka memberikan
penghargaan pada pekerja; dan bagaimana mereka membantu menigkatkan
kemampuan kinerja pekerja melalui coaching, mentoring dan counselling.
2.3.1 Sasaran Kinerja
Sasaran kinerja merupakan suatu pernyataan secara spesifik yang
menjelaskan hasil yang harus dicapai, kapan, dan oleh siapa sasaran
yang ingin dicapai tersebut diselesaikan (Wibowo, 2007). Sifatnya
dapat dihitung, prestasi yang dapat diamati, dan dapat diukur. Sasaran
merupakan harapan.
Sasaran kinerja mencakup unsur-unsur diantaranya:
1. The performers, yaitu orang yang menjalankan kinerja.
2. The action atau performance, yaitu tentang tindakan atau kinerja
yang dilakukan oleh performer.
3. A time element, menunjukkan waktu kapan pekerjaan dilakukan.
4. An evaluation method, tentang tata cara penilaian bagaimana hasil
pekerjaan dapat dicapai.
5. The place, menunjukkan tempat dimana pekerjaan dilakukan.
Sasaran yang efektif dinyatakan dengan baik dalam bentuk kata
kerja secara spesifik dan dapat diukur. Perkataan menurunkan,
meningkatkan dan mendemontrasikan bersifat lebih efektif daripada
mengawasi, mengorganisasi, memahami, mempunyai penegetahuan
atau apresiasi.
Sasaran yang efektif dinyatakan secara spesifik, dapat diukur,
dapat dicapai, berorientasi pada hasil dan dalam batasan waktu tertentu,
yang dapat dinyatakan dalam akronim SMART yang berarti sebagai
berikut:
(S) Spesific: artinya dinyatakan dengan jelas, singkat dan mudah
mengerti.
(M) Measurable: artinya dapat diukur dan dikuantifikasi.
(A) Attainable: artinya bersifat menantang, tetapi masih dapat
terjangkau.
(R) Result oriented: artinya memfokus pada hasil untuk dicapai.
27 (T) Time-bound: artinya ada batas waktu dan dapat dilacak, dapat
dimonitor progressnya terhadap sasaran untuk dikoreksi.
2.3.2 Model Kinerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang dijelaskan oleh
Mangkuprawira (2007) adalah:
1. Faktor personal atau individu, meliputi unsur pengetahuan,
keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan
komitmen yang dimiliki oleh tiap individu karyawan.
2. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team
leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan
kerja kepada karyawan.
3. Faktor tim, meliputi kualitas manajer yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakkan dan keeratan anggota tim.
4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan
kultur kerja dalam organisasi.
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Berdasarkan pendapat Hersey, Blanchard dan Johnson yang
dikutip oleh Wibowo (2002), terdapat tujuh faktor kinerja yang
mempengaruhi kinerja dan dirumuskan dengan akronim ACHIEVE.
A – Ability (knowledge dan skill)
C – Clarity (understanding atau role perception)
H – Help (organisatinal support)
I – Incentive (motivation atau willingness)
E – Evaluation (coaching dan performance feedback)
V – Validity (valid dan legal personal practices)
E – Environment (Environmental fit)
Proses kinerja organisasional dipengaruhi oleh banyak faktor.
Hersey, Blanchard dan Jason yang dikutip oleh Wibowo (2007)
28 menggambarkan hubungan antara kinerja dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam bentuk Satelite Model.
Menurut satelite model, kinerja organisasi diperoleh dari
terjadinya integrasi dari faktor-faktor pengetahuan, sumber daya
bukan manusia, posisi strategis, proses sumber daya manusia dan
struktur. Kinerja dilihat sebagai pencapaian tujuan dan tanggung
jawab
bisnis
dan
sosial
dari
perspektif
pihak
yang
mempertimbangkan.
Performance
Knowledge
Structure
Integration
Human Process
Process Integration
Nonhuman Process
Process Integration
Strategic Positioning
Gambar 4. Model Satelite Kinerja Organisasi (Hersey, 1996)
2.4. Kinerja Berbasis Kompetensi
Kebijakan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan),
yang antara lain menegaskan bahwa kompetensi merupakan persyaratan dan
pertimbangan penting dalam penataan pegawai negeri sipil (PNS)
(Moeheriono, 2007). Manajemen sumber daya aparatur Negara harus berbasis
kompetensi, yang mencakup pada semua aspek dalam pengelolaan
manajemen sumber daya manusia, yang meliputi antara lain: rekrutmen,
seleksi, pengangkatan, penempatan, pelatihan dan pengembangan pegawai.
Perkembangan pemikiran dan praktik manajemen sumber daya aparatur
Negara berbasis kompetensi, dengan mengacu pada kebiakan tentang undangundang kepegawaian telah mengarah pada berkembangnya konsep dan
standar kompetensi jabatan.
Kemampuan atau kompetensi seseorang termasuk dalam kategori level
tinggi atau baik, akan dibuktikan dan ditunjukkan apabila seseorang sudah
melakukan pekerjaan. Dalam setiap individu seseorang terdapat karakteristik
kompetensi dasar. Kompetensi individu, dapat dikatogorikan menjadi dua,
29 yang terdiri atas (1) threshold competence atau dapat disebut kompetensi
minimum, yaitu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dan (2)
differentiating competence, yaitu kompetensi yang membedakan seseorang
berkinerja tinggi atau berkinerja rendah.
Kompetensi yang berupa konsep diri, watak dan motif dapat
direferensikan sebagai keterampilan yang dapat menyesuaikan situasi atau
starting qualifications, yang isinya dalah keterampilan sosial, dan
komunikasi, teknik umum dan situasi berubah-ubah, kualitas organisasi serta
pendekatan dasar pekerjaan dan situasi. Apabila diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari di organisasi, karyawan yang kompeten adalah individu
yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sesuai dengan
syarat pekerjaan sehingga dapat berpartisipasi secara aktif di tempat kerja.
Menurut Spencer yang dikutip oleh Moeheriono (2007), kompetensi
merupakan sebah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara
berfikir, bersikap dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat
dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu.
Karakteristik dasar tampak tujuan penentuan tingkat kompetensi atau standar
kompetensi yang dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan dan
mengkategorikan tingkat tinggi atau di bawah rata-rata. Oleh karena itu,
penentuan ambang kompetensi sangat dibutuhkan dan penting karena dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi proses rekrutmen, seleksi,
perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan sumberdaya manusia
lainnya.
2.5. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Fauzia (2005), yang berjudul Analisis Hubungan
Penilaian Kinerja dengan Produktivitas Karyawan pada PT Bank Bukopin
Jakarta di Sub Divisi Group Liabilities Consumer Banking, memiliki
koefisien korelasi Rank Spearman yang menunjukkan bahwa penilaian
kinerja dan produktivitas karyawan memiliki hubungan yang sangat kuat.
Aspek penilaian kinerja yang paling kuat hubungannya dengan produktivitas
karyawan adalah pengetahuan responden mengenai sistem penilaian kinerja
yang diterapkan perusahaan.
30 Anita Naliebrata (2007), dalam penelitiannya mengenai Analisis
Pengaruh Penempatan Pegawai Berbasis Kompetensi terhadap Kinerja
Pegawai di Dinas Perhubungan Pemkab Bogor bahwa kompetensi kualifikasi
dan motivasi berpengaruh nyata dan positif. Hal tersebut mengartikan jika
Dishub Pemkab Bogor ingin meningkatkan kinerja pegawai, maka
kompetensi, kualifikasi dan motivasi juga harus ditingkatkan sebagai
implikasi terhadap aspek manajerial maka diperlukan adanya suatu standar
kompetensi.
Aris Haryana (2010) melakukan Analisis Kompetensi SDM dan Kinerja
Karyawan pada Departemen WEAVING PT UNITEX, Tbk. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa kompetensi karyawan mempunyai pengaruh
berbeda-beda terhadap peningkatan kinerja di setiap posisi karyawan.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui kompetensi dan kinerja
auditor, serta hubungan antara kompetensi dengan kinerja auditor BPK.
Unsur kompetensi yang digunakan adalah kompetensi perilaku yang memiliki
indikator antara lain intelektual individu, efektifitas individu, pengelolaan
tugas, bekerja dengan orang lain, bekerja melalui orang lain. Kompetensi
teknis yang memiliki indikator antara lain pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, entitas pemeriksaan, teknik pemeriksa dan komunikasi
dalam pemeriksaan. Unsur kinerja dengan indikator antara lain pemeriksaan,
pengembangan profesi dan penunjang.
Download