1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan perairan, biotis, udara dan ruang, mineral tentang alam, panas bumi dan gas bumi, angin, pasang surut/ arus laut (Daryanto 1995:36). Sumberdaya alam yang keberadaannya menduduki lapisan atas litosfer adalah hutan, tanah, dan air. Sedangkan Sumberdaya alam yang terkandung di dalam litosfer adalah berupa minyak dan gas bumi, serta batu bara yang merupakan sumberdaya untuk menggerakkan mesin-mesin. Selain itu negara Indonesia memiliki tanah yang kaya mineral, dan apabila dimanfaatkan secara maksimal akan menjadi pendukung bagi pembangunan nasional. Berbagai upaya pemanfaatan sumberdaya alam telah dan akan terus dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kesejahteraannya. Pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan manusia tidak hanya terhadap Sumberdaya alam yang terdapat dipermukaan litosfer, juga terhadap sumberdaya alam yang ada dalam litosfer. Pemanfaatan sumberdaya alam harus menggunakan falsafah bahwa kekayaan alam yang kita miliki adalah bukan warisan dari nenek moyang yang boleh kita habiskan begitu saja, melainkan harta pusaka titipan anak cucu kita, sehingga pemanfaatan sumberdaya alam lebih hati-hati dengan tidak merugikan kepentingan masa kini dan generasi yang akan datang. 2 Perkembangan jumlah penduduk Indonesia terjadi dengan sangat cepat. Sejalan dengan pertambahan penduduk, terjadilah peningkatan kebutuhan hidup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada pihak lain, ketersediaan sumberdaya lahan, di mana manusia mendapatkan pemuasaan kebutuhan hidupnya, tetap dan sangat terbatas. Keadaan yang saling bertentangan tersebut akan meningkatkan tekanan penduduk atas sumberdaya lahan. Lahan merupakan bagian sumberdaya alam yang mudah mengalami degradasi (kerusakan lahan), kerusakan lahan ini dapat terjadi secara alami atau akibat aktivitas manusia. Secara alami sebagian besar diakibatkan oleh bencana alam, seperti gunung meletus, banjir, tsunami, dan gempa bumi. Kerusakan lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia adalah dampak negatif dari pembukaan lahan hutan yang dijadikan lahan pertanian atau pemukiman tanpa melihat kaidah konservasi yang baik, perladangan berpindah, penambangan liar, dan HPH yang lalai dalam eksploitasinya. Keadaan ini lebih dipengaruhi oleh adanya kompetisi pemilikan lahan akibat besarnya tekanan penduduk terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat ini dirasakan telah terjadi penurunan kualitas lahan di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang melampaui batas daya dukungnya. Di Kecamatan Cimalaka tepatnya di kaki Gunung Tampomas telah terjadi pembukaan lahan menjadi areal penambangan pasir. Pembukaaan lahan secara berlebihan dapat menyebabkan tanah rusak dan akhirnya menjadi lahan-lahan kritis. 3 Kecamatan Cimalaka merupakan salah satu kecamatan yang berada di kaki Gunung Tampomas yang memiliki ketinggian 501-1000 m dpl. Gunung Tampomas memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan telah memberi manfaat bagi masyarakat. Selain manfaat yang berasal dari atas permukaan tanah (top soil) juga terdapat kekayaan di dalam tanah berupa deposit tambang pasir dan batu (split). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas PLH Kabupaten Sumedang, lokasi penambangan pasir dan split yang berada di Kecamatan Cimalaka ada 5 Desa, yaitu di Desa Licin, Cibeureum Kulon, Cibeureum Wetan, Naluk, dan Mandalaherang. Tabel 1. 1 Luas Areal Penambangan Galian Golongan C di Kecamatan Cimalaka Tahun 2006-2007 NO Desa 1 2 3 4 5 Mandalaherang Naluk Cibeureum Wetan Cibeureum Kulon Licin Luas Areal Pertambangan (Ha) 2007 2006 0,55 2 1,05 5,073 12,24 1,00 1,20 3,9 Sumber: Monogarafi Kecamatan Cimalaka tahun 2007 Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas (Santun Sitorus, 1989). Pembukaan suatu wilayah yang baru sebaiknya didahului dengan survey dan evaluasi tentang kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, sehingga di wilayah itu dapat digolongkan menurut penggunaan yang tepat (Ishemat Soeranegara, 1977). 4 Seiring dengan perubahan penggunaan lahan menjadi areal penambangan pasir, muncul berbagai masalah diantaranya: hancurnya daerah resapan air, rawan terjadi banjir, erosi, longsor, dan kawasan tersebut tidak bisa lagi ditanami. Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang diusahakannya akan rusak dan tidak produktif atau menjadi lebih baik dan produktif, kegiatan tersebut kebanyakan berkaitan dengan berubahnya faktorfaktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutup tanah akibat penggundulan, pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian atau pertambangan dan lain-lain. Perubahan topografi secara radikal akibat penambangan tanah, sehingga memiliki kemiringan yang sangat curam akan mengakibatkan longsor lahan. Dari latar belakang di atas, memberikan inspirasi bagi penulis untuk mengkaji tentang kualitas lahan di Kecamatan Cimalaka sebagai akibat penambangan pasir, PENAMBANGAN dengan PASIR mengambil TERHADAP judul: KUALITAS “PENGARUH LAHAN DI KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG” B. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang diatas maka permasalahan dibatasi pada kajian mengenai proses penambangan pasir di daerah Tampomas yang berpengaruh terhadap kualitas lahan di Kecamatan Cimalaka. Permasalahan tersebut dapat dijelaskan dengan pertanyaan sebagai berikut: 1. Seberapa besar intensitas penambangan pasir di Kecamatan Cimalaka? 5 2. Seberapa besar pengaruh penambangan pasir terhadap kualitas lahan di Kecamatan Cimalaka? 3. Upaya rehabilitasi apakah yang sudah dilakukan baik oleh pemerintah ataupun masyarakat untuk meminimalisir kerusakan di Kecamatan Cimalaka? C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa tujuan yang ingin di capai, diantaranya: 1. Mengidentifikasi seberapa besar intensitas penambangan pasir di Kecamatan Cimalaka? 2. Mengidentifikasi pengaruh penambangan pasir di daerah Tampomas terhadap kualitas lahan di Kecamatan Cimalaka. 3. Mengidentifikasi usaha rehabilitasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat dalam menanggulangi kerusakan akibat penambangan pasir di Kecamatan Cimalaka. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapat setelah memperoleh hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diketahuinya volume penambangan pasir di Kecamatan Cimalaka. 2. Diketahuinya pengaruh penambangan pasir terhadap kualitas lahan di Kecamatan Cimalaka. 6 3. Diketahuinya upaya rehabilitasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam menanggulangi kerusakan akibat penambangan pasir. . 4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dalam hal konservasi dan rehabilitasi lahan. 5. Sebagai bahan masukan untuk kebijakan pemerintah setempat. 6. Sebagai bahan pembelajaran Geografi. E. Definisi Operasional 1. Penambangan pasir Penambangan adalah kegiatan untuk mengambil bahan galian yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis, meliputi pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan pengangkutan. Pasir merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, pasir menurut Soedjoko Tirtosoekotjo (majalah pertambangan dan energi, tahun 1985) adalah “bahan yang terdiri atas partikel-partikel berukuran 0,14-5 mm, yang merupakan hasil desintegrasi batuan atau dapat pula diperoleh dengan menggiling batuan yang berukuran lebih besar.” Penambangan pasir disini adalah kegiatan mengambil material pasir yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis, meliputi pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan pengangkutan. 7 2. Kualitas Lahan Kualiatas lahan adalah perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tumbuhan tersebut. Akan tetapi sifat-sifat lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akar, kepekaan erosi, ketresediaan unsur hara, dan sebagainya. Menurut FAO (1976), kualitas lahan adalah ”sifat-sifat atau attribute yang bersifat kompleks dari satu bidang lahan.” Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuainnya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang biasa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan. 3. Karakteristik Lahan Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga. Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas: a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng dan lain-lain. b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain-lain. F. Asumsi Dalam penelitian ini asumsi atau anggapan dasar menjadi sangat penting karena merupakan titik tolak pemikiran penulis dari objek yang akan diteliti. Adapun asumsi penelitian ini adalah : 8 1. Penggunaan lahan (landuse) diartikan sebagai bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil ataupun spiritual.(Arsyad : 1988) 2. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas ( Santun Sitorus, 1989 ). 3. Lahan dengan kemampuan yang tinggi diharapkan berpotensi tinggi dalam berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan penggunaan yang intensif untuk berbagai macam kegiatan (Santun Sitorus, 1998: 67) 4. Pembukaan suatu wilayah yang baru sebaiknya didahului dengan survey dan evaluasi tentang kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, sehingga di wilayah itu dapat digolongkan menurut penggunaan yang tepat ( Ishemat Soeranegara, 1977). 5. Kerusakan tanah dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman/ menghasilkan barang dan jasa (Suripin, 2002).