BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pendahuluan
Istilah proyek pembangunan bukan hal yang baru lagi bagi masyarakat luas.
Hanya saja perubahan peradaban manusia yang semakin tinggi menjadikan proyek
tersebut semakin banyak keragamannya dan semakin meningkat pula kompleksitasnya
permasalahan yang akan muncul. Pada awalnya pengertian proyek hanya sebatas
persoalan investasi yang memerlukan sejumlah uang yang relatif cukup besar. Namun,
sekarang ini pengertian proyek lebih luas dan mencakup segala bidang dan segala ukuran,
menyangkut bidang teknik, manufaktur, pendidikan, administrasi dan lain sebagainya
(Hari Purnomo, 2004, p.323).
Satu hal yang mendasar bahwa kegiatan proyek mempunyai karakter yang
berbeda dengan kegiatan operasional (seperti pekerjaan administrasi kantor, kegiatan
perakitan mobil, kegiatan perbengkelan dan lain sebagainya), bahwa kegiatan proyek
mempunyai tujuan untuk mewujudkan sistem yang belum ada, sedangkan kegiatan
operasi mempunyai kegiatan mendayagunakan sistem yang telah ada. Perbedaan kegiatan
proyek dan kegiatan operasional terlihat nyata pada tujuannya. Apabila kegiatan proyek
memiliki target penyelesaian yang berbeda disetiap kegiatannya sedangkan kegiatan
operasional hanya mengejar target operasi relatif sama dan sudah lama ditentukan.
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2.2
Sistem Produksi
Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan kumpulan
dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan menstransformasikan input
produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin,
tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan output yang
dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi dan sebagainya (Hari
Purnomo, 2004, p.85).
Subsistem–subsistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk konfirgurasi
sistem produksi. Keandalan dan konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari
produk yang akan dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses produksinya).
Definisi sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk mengolah atau mengatur
penggunaan sumber daya (resources) yang ada dalam proses penciptaan barang-barang
atau jasa dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat efektifitas dan efisiensi dari proses
produksi (Hari Purnomo, 2004. P.28).
2.3
Proyek
2.3.1
Pengertian Proyek
Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode
tertentu (temporer) (Maharesi, 2002).
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi
sekali, di mana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu
tertentu (Tampubolon, 2004).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Menurut Soeharto (1999, h.2):
Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria
mutunya telah digariskan dengan jelas.
Munawaroh (2003) menyatakan proyek merupakan bagian dari program kerja
suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi,
dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia.
Menurut Subagya (2000):
Proyek adalah suatu pekerjaan yang memiliki tanda-tanda khusus sebagai
berikut, yaitu,
1. Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.
2. Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain.
3. Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktivitas kompleks.
Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa proyek dapat didefinisikan sebagai
sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama.
Menurut Akbar (2002):
Kegiatan proyek – dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh anggaran,
jadwal, dan mutu yang harus dipenuhi – dibedakan dari kegiatan operasional,
hal tersebut karena sifatnya yang dinamis, non-rutin, multikegiatan dengan
intensitas yang berubah-ubah, serta memiliki siklus yang pendek.
Dalam Meredith dan Mantel (2006) dikatakan bahwa ”The project is complex
enough that the subtasks require careful coordination and control in terms of timing,
precedence, cost, and performance.”
Menurut Yamit (2000), setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan
memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
tertentu dan direncanakan selesai atau berakhir pada waktu yang telah ditetapkan disebut
proyek.
2.3.2
Ciri-ciri Proyek
Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara lain:
a. Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir.
b. Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek.
c. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran biaya, dan
mutu hasil akhir.
d. Merupakan kegiatan nonrutin, tidak berulang-ulang.
e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
2.3.3
Jenis-jenis Proyek
Menurut Soeharto (1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi:
a. Proyek Engineering-Konstruksi
Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan
konstruksi.
Contohnya: pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas
industri dan lain-lain.
b. Proyek Engineering-Manufacture
Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk,
manufacture, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.
Contohnya: pembuatan kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik generator, dan
lain sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
c. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka
menghasilkan produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir, proyek ini sering kali
menempuh proses yang berubah-ubah, demikian pula dengan ruang lingkup
kerjanya.
d. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi
laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen. Banyak
perusahaan memerlukan proyek seperti ini, diantaranya sebagai berikut:

Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak
manupun perangkat keras.

Merancang program efisiensi dan penghematan.

Diversifikasi, penggabungan, dan pengambilalihan.
e. Proyek Kapital
Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana
kapital untuk investasi. Proyek kapital umumnya meliputi pembebasan tanah,
penyiapan lahan, pembelian material peralatan (fabrikasi), dan konstruksi
pembangunan fasilitas produksi.
f. Proyek Radio-Telekomunikasi
Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau
area yang luas dengan biaya minimal.
g. Proyek Konservasi Bio-Diversity
Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha
pelestarian lingkungan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Dari berbagai jenis proyek yang disebutkan di atas, proyek juga dibagi menjadi
beberapa macam menurut ukurannya. Ukuran besar kecilnya proyek akan mempengaruhi
sistem penjadwalan yang dipakai, seperti pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Skala Proyek
Ukuran
Man-Hour
Man-Hour
Biaya
Sis. Penjadwalan
($.Juta)
Pusat (000)
Lapangan (000)
Small Project
4-40
24-240
PC
CPM/PERT
40-200
240-1200
PC
CPM/PERT
200-500
1200-3000
Main Frame
CPM
(1-10)
Medium
Project (1175)
Big Project
(80-200)
Super Project
Computeraize
500-900
3000-6000
Main Frame
CPM Main Frame
1600-4000
10000-24000
Main Frame
CPM Sub Kontrak
(250-600)
Mega Project
(1000-3000)
(Sumber: Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional, 1999)
2.3.4
Tahap Siklus Proyek
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah proyek berlangsung dari titik awal, kemudian
jenis dan intensitas kegiatannya meningkat hingga ke titik puncak, turun, dan berakhir,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan sumber
daya yang berupa jam-orang (man-hour), dana, material atau peralatan (Soeharto, 1999).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Gambar 2.1
Hubungan Keperluan Sumber Daya Terhadap Waktu Dalam Siklus Proyek
(Sumber: Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, 1999)
Menurut Soeharto (1999), salah satu sistematika penahapan yang disusun oleh
PMI (Project Management Institute) terdiri dari tahap-tahap konseptual, perencanaan dan
pengembangan (PP/Definisi), implementasi, dan terminasi.
a. Tahap Konseptual
Dalam tahap konseptual, dilakukan penyusunan dan perumusan gagasan, analisis
pendahuluan, dan pengkajian kelayakan. Deliverable akhir pada tahap ini adalah
dokumen hasil studi kelayakan.
b. Tahap PP/Definisi
Kegiatan utama dalam tahap PP/Definisi adalah melanjutkan evaluasi hasil kegiatan
tahap konseptual, menyiapkan perangkat (berupa data, spesifikasi teknik,
engineering, dan komersial), menyusun perencanaan dan membuat keputusan
strategis, serta memilih peserta proyek. Deliverable akhir pada tahap ini adalah
dokumen hasil analisis lanjutan kelayakan proyek, dokumen rencana strategis dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
operasional proyek, dokumen anggaran biaya, jadwal induk, dan garis besar kriteria
mutu proyek.
c. Tahap Implementasi
Pada umumnya, tahap implementasi terdiri dari kegiatan desain-engineering yang
rinci dari fasilitas yang hendak dibangun, pengadaan material dan peralatan,
manufaktur atau pabrikasi, dan instalasi atau konstruksi. Deliverable akhir pada tahap
ini adalah produk atau instalasi proyek yang telah selesai.
d. Tahap Terminasi
Kegiatan pada tahap terminasi antara lain mempersiapkan instalasi atau produk
beroperasi (uji coba), penyelesaian administrasi dan keuangan lainnya. Deliverable
akhir pada tahap ini adalah instalasi atau produk yang siap beroperasi dan dokumen
pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim, dan jaminan.
e. Tahap Operasi atau Utilitas
Dalam tahap ini, kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi mulai bertanggung
jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau produk hasil proyek.
2.4
Manajemen Proyek
2.4.1
Pengertian Manajemen Proyek
H. Kerzner (dikutip oleh Soeharto, 1999) menyatakan, melihat dari wawasan
manajemen, bahwa manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin,
dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang
telah ditentukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Berbeda dengan definisi H. Kerzner (dikutip oleh Soeharto, 1999), PMI (Project
Management Institute) (dikutip oleh Soeharto, 1999), mengemukakan definisi
manajemen proyek sebagai berikut:
Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan
mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan
menggunakan tehnik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi keinginan
para stake holder.
Berikut ini Tabel 2.2 yang akan menjelaskan perbedaan manajemen proyek
dengan manajemen klasik menurut D.I. Cleland dan W.R. King (dikutip oleh Soeharto,
1999):
Tabel 2.2
Perbedaan Manajemen Proyek dengan Manajemen Klasik
Fenomena
Lini-staf dikotomi.
Wawasan proyek
Wawasan Fungsional
(Manajemen Proyek)
(Manajemen Klasik)
Hirearki
lini-staf
serta Fungsi
lini
mempunyai
wewenang dan tanggung tanggung jawab tunggal untuk
jawab tetap ada sebagai mencapai sasaran.
fungsi penunjang.
Hubungan
atasan Manajer
dengan bawahan.
ke
spesialis, Merupakan
kelompok
dengan pokok
kelompok.
Struktur piramida.
hubungan
dalam
struktur
utama
organisasi
organisasi.
Unsur-unsur
hubungan
dasar
rantai Kegiatan
vertikal
tetap dilakukan
menurut
hirearki
ada, ditambah adanya arus vertikal.
kegiatan horisontal.
Kerja sama untuk Joint venture para peserta, Kelompok
mencapai tujuan.
dalam
organisasi
ada tujuan yang sama dan dengan tujuan tunggal.
ada juga yang berbeda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Tabel 2.2 (lanjutan)
Perbedaan Manajemen Proyek dengan Manajemen Klasik
Fenomena
Wawasan proyek
Wawasan Fungsional
(Manajemen Proyek)
(Manajemen Klasik)
Kerja sama untuk Joint venture para peserta, Kelompok
mencapai tujuan.
dalam
organisasi
ada tujuan yang sama dan dengan tujuan tunggal.
ada juga yang berbeda.
Kesatuan komando.
Manajer proyek mengelola, Manajer
lini
menyilang lini fungsional pimpinan
untuk mencapai sasaran.
Wewenang
dan Terdapat
tanggung jawab.
merupakan
tunggal
dari
kelompok yang bertujuan sama.
kemungkinan Tanggung
jawab
sepadan
tanggung jawab lebih besar dengan wewenang, integritas,
dari otoritas resmi.
tanggung jawab, dan wewenang
terpelihara.
Jangka waktu.
manajemen Terus-menerus dalam jangka
Kegiatan
proyek berlangsung dalam panjang sesuai umur instalasi
jangka
pendek.
Tidak dan produk. Optimasi dapat
cukup
waktu
untuk diusahakan maksimal.
mencapai
optimasi
operasional proyek.
(Sumber: Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, 1999)
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu
penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting dalam
proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi
perencanaan yang lain, yaitu:
a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber daya
manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain.
b. Proses pengendalian (controlling).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Manajemen Proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render, 2005), yaitu:
a. Perencanaan. Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan
organisasi tim-nya.
b. Penjadwalan. Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus
dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya.
c. Pengendalian. Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran.
Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola
kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya.
Handoko (1999:98) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah sebagai
berikut:
a. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu sasaran
utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan
biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.
b. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan
anggaran yang telah ditetapkan.
c. Tepat spesifikasi (on specification) di mana proyek harus sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan.
2.4.2 Karakteristik dan Perencanaan Manajemen Proyek
Dari pengertian di atas terlihat bahwa manejemen proyek mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan kegiatan operasional rutin. Karakteristik proyek yang
dimaksud dalam pengertian di atas, antara lain sebagai berikut:

Kegiatan proyek berlangsung sementara, artinya mempunyai batas waktu yang
jelas, yaitu adanya titik awal (starting point), dan titik akhir (ending point).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19

Kegiatan proyek harus diselesaikan berdasarkan anggaran yang telah ditentukan.
Begitu pula jadwal dan mutu dalam proses penyelesaian proyek sudah harus
ditentukan terlebih dahulu.

Kegiatan proyek mempunyai satu tujuan khusus dalam penyelesaian proyek,
meskipun terdiri dari berbagai macam kegiatan proyek.
2.4.3
Tolak Ukur Sukses Pengolahan Proyek
Dalam “Segitiga Abadi” manajemen proyek selalu diungkapkan bahwa suatu
proyek dalam pelaksanaannya harus memenuhi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Biaya Anggaran Proyek
Tidak melebihi batas yang telah direncanakan atau yang telah disepakati
sebelumnya atau sesuai dengan kontrak pelaksanaannya suatu pekerjaan.
2. Kualitas Kinerja
Mutu hasil akhir pekerjaan dan proses atau cara pelaksanaan pekerjaan harus
memenuhi standar waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan, perencanaan
ataupun dokumen kontrak pekerjaan.
3. Jadwal Waktu Penyelesaian Pekerjaan
Harus memenuhi batas waktu yang telah disepakati dalam dokumen kontrak
pekerjaan yang telah disepakati.
Dalam kenyataannya, 3 (tiga) kriteria yang menjadi sifat proyek itu merupakan
tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh manajer proyek. Berikut adalah Gambar 2.2
tentang kriteria “Segitiga Abadi” manajemen proyek.
Karena peranan manajer proyek sangat dominan dan sangat menentukan upaya
pencapaian sasaran proyek tersebut, maka manajer proyek harus mempunyai otoritas dan
kemampuan fungsi manajemen dan administrasi dalam menjalankan tanggung jawabnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Gambar 2.2. “Segitiga Abadi” Manajemen Proyek
(Sumber: Operations Management, 2006)
Dengan perkembangan standar-standar kehidupan sosial-ekonomi masyarakat
atau suatu Negara, maka tuntutan atas nilai keberhasilan suatu pekerjaan atau proyek juga
meningkat. Lebih-lebih tuntutan atas mutu hasil pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan
dan waktu penyelesaian kegiatan proyek. Karena itu, hasil suatu rancangan bangun yang
bermutu dari produk beberapa waktu lalu mungkin sudah merupakan hasil produk yang
tidak memenuhi kritetria mutu pada saat ini atau diwaktu mendatang. Demikian pula
proses dan cara pelaksanaan suatu pekerjaan atau produk yang bermutu saat ini belum
tentu akan menjadi suatu metode pelaksanaan yang bermutu dan direkomendasikan
pemakainya pada waktu mendatang.
Untuk itulah, setiap perusahaan dengan beberapa manajernya yang andal selalu
melakukan langkah antisipasi dengan perencanaan dan pengembangan sumber daya
tenaga dan menagernya, agar selalu menjadi terdahulu dan terdepan dalam setiap era
perkembangan teknologi, aplikasi teknologi dan kebutuhan atau tren di masa depan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2.5
CPM
2.5.1
Pengertian CPM
Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method
- CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek-proyek merupakan
sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai
prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian
pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek. CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan
biaya sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM merupakan analisa jaringan
kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau
percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan.
2.5.2
Jaringan Kerja
Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan
dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan
yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan
selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila
kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan.
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah
sebagai berikut (Hayun, 2005):
a.
(anak panah/busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang
dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan
duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap
kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan
berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun
kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu
menggunakan skala.
b.
(lingkaran kecil/simpul/node), mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau
event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau
beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang
menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik
awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang
biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal
dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir
pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan
yang keluar dari simpul/node tersebut.
c.
-------
(anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy
activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan
membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy di
sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa,
panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu
berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak
memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol.
d.
(anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis.
Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-
aturan sebagai berikut (Hayun, 2005):
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
a. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
b. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.
c. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi.
d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event)
dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event).
Adapun logika ketergantungan kegiatan-kegiatan itu dapat dinyatakan sebagai
berikut:
a. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai dan
kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka hubungan antara kegiatan
tersebut dapat di lihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3
Kegiatan A pendahulu kegiatan B & kegiatan B pendahulu kegiatan C
(Sumber: Operations Management, 2006)
b. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, maka dapat di
lihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4
Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C
(Sumber: Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional, 1999)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
c. Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D maka dapat di lihat
pada gambar 2.5.
Gambar 2.5
Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D
(Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional, 1999)
d. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D sudah
dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai, maka dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6
Kegiatan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D
(Sumber: Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional, 1999)
Fungsi dummy (-----
) di atas adalah memindahkan seketika itu juga (sesuai
dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan B.
e. Jika kegiatan A,B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka
kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada gambar 2.7.
Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan dummy
seperti pada gambar 2.8.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Gambar 2.7
Gambar yang salah bila kegiatan A, B dan C mulai dan selesai pada kejadian yang sama
(Sumber: Operation Research Model-model Pengambilan Keputusan, 1999)
atau
Gambar 2.8
Kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada kejadian yang sama
(Sumber: Operation Research Model-model Pengambilan Keputusan, 1999)
Menurut Heizer dan Render (2005), ada dua pendekatan untuk menggambarkan
jaringan proyek, yaitu kegiatan-pada-titik (activity-on-node – AON) dan kegiatan-padapanah (activity-on-arrow – AOA). Pada pendekatan AON, titik menunjukkan kegiatan,
sedangkan pada AOA, panah menunjukkan kegiatan. Gambar 2.9 mengilustrasikan kedua
pendekatan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gambar 2.9
Perbandingan Dua Pendekatan Menggambarkan Jaringan Kerja
(Sumber: Principles of Operations Management, 2004)
2.5.3
Perhitungan Maju dan Perhitungan Mundur
Suatu kegiatan yang harus selesai tepat pada waktunya. Jika terlambat, maka
kegiatan berikutnya juga akan mengalami keterlambatan, bahkan dapat mengakibatkan
tanggal atau jadwal proyek dapat berubah.
Ada dua jenis perhitungan yand dilakukan oleh CPM sebelem menentukan jalur
lintasan kritis:
1. Perhitungan Maju
Perhitungan kedepan dilakukan untuk mendapatkan waktu akhir dari rangkaian
kegiatan selesai. Perhitungan kedepan dilakukan dari awal sampai dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
mangambil harga awal 0 dan selanjutnya diurutkan sampai akhir. Waktu selesai
paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai paling awal ditambah
dengan kurun waktu kegiatan yang bersangkutan. EF=ES+D. Jika ada dua atau
lebih waktu kejadian, maka waktu yang akan diambil adalah nilai yang terbesar.
Adapun perhitungannya adalah EF=ES+D
Di mana:
EF = waktu selesai paling awal (Earliest Finish)
ES = waktu mulai paling awal (Earliest Start)
D = kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (Duration)
Ada tiga langkah yang harus dilakukan pada perhitungan maju, yaitu sebagai
berikut:
a. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke nol
sehingga untuk initial event berlaku ES=0
b. Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas-aktivitas yang
mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling cepat terjadinya
sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untuk
menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang berakhir pada event tersebut.
c. Diantara dua peristiwa tidak boleh ada 2 kegiatan, sehingga untuk
menghindarinya digunakan kegiatan semu atau dummy yang tidak
mempunyai durasi.
2. Pehitungan Mundur
Perhitungan mundur dilakukan untuk mendapatkan waktu awal dari rangkaian
kegiatan dimulai. Perhitungan mundur dilakukan dari akhir suatu jaringan kerja
dengan mengambil waktu atau durasi selesai dan selanjutnya diurutkan sampai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
awal. Jika ada dua atau lebih waktu kejadian, maka waktu yang diambil adalah
nilai yang terkecil.
Adapun perhitungannya adalah LS=LF-D
Di mana:
LS = waktu mulai paling akhir (Latest Start)
LF = waktu selesai paling akhir (Latest Finish)
D = kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (Duration)
Seperti halnya pada perhitungan maju, pada perhitungan mundur ini pun terdapat
dua langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Pada terminal event berlaku LF=LS
b. Setiap
aktivitas
hanya
dapat
dimulai
apabila
event
yang
mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat
terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat
paling lambat untuk aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event
tersebut.
Untuk gambaran jelasnya seperti gambar notasi pada gambar 2.10. Di gambar
tersebut akan dijelaskan pula letak penulisan atau penempatan setiap notasi yang
digunakan dalam jaringan kerja.
Gambar 2.10
Notasi yang Digunakan pada Node Kegiatan
(Sumber: Operations Management : Manajemen Operasi, 2005)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.6
PERT
2.6.1
Pengertian PERT
PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah model
Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek. Teknik PERT
adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun
gangguan produksi, serta mengkoordinasi berbagai bagian suatu pekerjaan secara
menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek.
PERT dikembangkan sejak tahun 1958 oleh US Navy dalam proyek
pengembangan Polaris Missile System. Teknik ini mampu mereduksi waktu selama dua
tahun dalam pengembangan sistem senjata tersebut dan sejak itu mulai digunakan secara
luas. Metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka
estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan yaitu waktu optimis (a), pesimis (b) dan
paling mungkin (m). PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba
mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti standar dan varians.
Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya unsur-unsur
yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan-kemungkinan sejauh mana
proyek menyimpang atau memenuhi sasaran jadwal penyelesaian. PERT memakai
pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung pada banyak
faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan waktu diberi rentang yaitu dengan
memakai tiga angka estimasi.
2.6.2
Estimasi Waktu
Secara realistis, waktu dari masing-masing kegiatan proyek sebenarnya tidak
dapat ditentukan dengan pasti. Waktu masing-masing kegiatan mengandung unsur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
“ketidakpastian”. Untuk mengestimasi waktu yang diharapkan dapat digunakan untuk
suatu teknik yang disebut dengan “multiple – estimate approach”. Estimasi waktu juga
dapat diambil dari data proyek yang pernah dilakukan apabila jenis pekerjaan yang akan
dilakukan sama atau hampir sama.
Estimasi durasi tersebut adalah peluang berdasarkan perkiraan waktu untuk setiap
kegiatan, yaitu:
a. Waktu optimis (optimistic time) [a]
Waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal
berlangsung sesuai rencana. Atau juga dapat disebut waktu minimum dari suatu
kegiatan, di mana segala sesuatu akan berjalan dengan baik, sangat kecil
kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini.
b. Waktu pesimis (pessimistic time) [b]
Waktu pesimis yaitu waktu yang dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi
kondisi yang ada sangat tidak diharapkan. Atau juga dapat disebut waktu
maksimal yang diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila nasib buruk
terjadi.
c. Waktu realistis (most likely time) [m]
Waktu relistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
kegiatan yang paling realistis. Atau juga dapat disebut adalah waktu normal untuk
menyelesaikan kegiatan. Pada kegiatan yang pernah dilakukan, waktu realistis
akan lebih mudah ditentukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
2.6.3
Perhitungan PERT
Perhitungan dengan metode PERT sama seperti CPM yaitu dengan cara
perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward
computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event
menuju terminal event, maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya
events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TEi dan
TEj). Pada initial event berlaku TE=0.
Adapun perhitungannya adalah TEj = TEi +te(I,j).
Di mana:
TEj = waktu mulai kegiatan j
TEi = waktu mulai kegiatan i
te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j
Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju
initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan
saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TEi dan TEj). Pada
terminal event berlaku TL=TE.
Adapun perhitungannya adalah TLj = TLi +te(I,j).
Di mana:
TLj = waktu mulai kegiatan j
TLi = waktu mulai kegiatan i
te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j
Menurut Suharto (1999) estimasi kurun waktu kegiatan metode PERT memakai
rentang waktu dan bukan kurun waktu yang relatif mudah dibayangkan. Rentang waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
ini menjadi derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu
kegiatan. Berapa besarnya ketidakpastian ini tergantung pada perkiraan untuk To dan Tp.
Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai Deviasi Standar (S) dan Varians
(V), dengan rumus sebagai berikut:
6
(Sumber: Soeharto, 1999)
2.6.4. Jalur Kritis dan Analisa Waktu Longgar (Float/Slack) CPM dan PERT
Dalam mengestimasi dan menganalisa waktu ini, akan kita dapatkan satu atau
beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan
jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis. Di
samping lintasan kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu
yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak
kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan float/slack.
Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah
network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek atau digunakan
pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Float
ini terbagi atas dua jenis, yaitu total float dan free float dalam CPM atau total slack dan
free slack dalam PERT (Dimyati, 2010).
Total Float/Total Slack adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu
aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
secara keseluruhan. Free Float/Free Slack adalah jumlah waktu di mana penyelesaian
suatu aktivitas lain pada network (Dimyati, 2010).
Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam dalam melakukan analisis
jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass.
Slack adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer dan Render, 2005).
Slack = LS – ES ………………………………….…………………….. (2.1)
atau
Slack = LF – EF ………………………………….…………………….. (2.2)
Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan
adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan
dengan total jumlah waktu terlama.
Identifikasi aktivitas kritis dalam CPM ditandai dengan nilai free float dan total
float sama dengan nol (FF dan TF = 0). Identifikasi aktivitas kritis dalam PERT ditandai
dengan nilai free slack dan total slack sama dengan nol (FS dan TS = 0). Aktivitas kritis
tersebut nantinya membentuk suatu jalur yaitu jalur kritis yang pengerjaanya tidak boleh
mengalami penundaan agar tidak terjadi keterlabatan proyek secara keseluruhan
meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan.
Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama
sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical Path)
melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan
kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis
adalah sebagai berikut:
a. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek
tertunda penyelesaiannya.
b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada
lintasan kritis dapat dipercepat.
c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat
dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya
yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum
dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan
tambahan biaya lembur.
d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui
lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga
kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.
Menurut Yamit (2000),
Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui kegiatan yang memiliki kepekaan
sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan, atau disebut juga kegiatan
kritis. Apabila kegiatan keterlambatan proyek maka akan memperlambat
penyelesaian proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain tidak mengalami
keterlambatan.
2.6.5. Trade-Off Biaya Waktu dan Project Crashing
Project crashing atau percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti memperpendek
umur pelaksanaan proyek. Besarnya atau jumlah umur proyek sama dengan besarnya atau
jumlah waktu yang ada pada suatu lintasan kritis. Dengan demikian, percepatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
pelaksanaan pekerjaan berarti upaya untuk memperpendek lintasan kritis pada jaringan
rencana kerja proyek yang bersangkutan.
Ada beberapa alasan mengapa dilakukannya project crashing, yaitu:
1. Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan segera selesai sebab sudah
merupakan keputusan dan disetujui manajemen atau pemilik proyek dengan suatu
alasan tertentu.
2. Karena sudah terjadi keterlambatan pelaksanaan proyek yang sudah melebihi
batas toleransi tertentu dinilai oleh manajemen atau pemilik proyek akan sangat
mempengaruhi kelancaran dan batas waktu penyelesaian proyek tersebut secara
keseluruhan.
Cara terbaik untuk mempercepat selesainya suatu kegiatan adalah dengan
menambah sumber daya sehingga produktivitas per harinya meningkat. Akan tetapi
keterbatasan sumber daya sering kali menjadi hambatan yang sangat serius. Ada beberapa
langkah yang diambil untuk mempercepat proyek tanpa menambah sumber daya yang
telah ada.
Untuk dapat menyelesaikan kegiatan lebih cepat, biasanya biaya tambahan yang
dibutuhkan lebih besar dari harga standar. Akan tetapi ada beberapa cara atau kiat untuk
mempercepat jadwal proyek tanpa menambah biaya, yaitu mengatur kembali jadwal yang
terlambat.
Pendefinisian hubungan kegiatan secara lebih realistis dapat menjadi cara paling
ekonomis untuk memperpendek penyelesaian proyek. Cara tersebut tidak perlu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
menambah tenaga kerja pada kegiatan ataupun meningkatkan jam kerja yang berakibat
terhadap penambahan biaya.
Menurut (Heizer, 2009) biaya crashing sebuah aktivitas juga tergantung pada sifat
aktivitas tersebut. Para pelaku proyek biayasanya lebih suka mempercepat sebuah proyek
dengan biaya tambahan yang paling sedikit. Jadi, ketika akan memilih aktivitas yang akan
dipersingkat dan menentukan banyaknya, kita harus memastikan hal berikut:
a. Jumlah yang diperbolehkan pada sebuah aktivitas untuk dipersingkat
b. Secara bersamaan, jangka waktu aktivitas yang dipersingkat membuat kita dapat
menyelesaikan proyek pada batas waktunya.
c. Biaya total crashing sekecil mungkin.
Gambar 2.11
Hubungan Waktu-Biaya untuk Suatu Kegiatan
(Sumber: Soeharto, 1999)
Crashing proyek melibatkan empat langkah berikut:
Langkah 1:
Hitung biaya crashing per minggu (atau satuan waktu lain) untuk setiap aktivitas dalam
jaringan. Jika biaya crash bersifat linier menurut waktu, maka rumus berikut dapat
digunakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Biaya
biaya
biayanormal
waktunormal waktu
perperiode
Langkah 2:
Dengan menggunakan waktu aktivitas sekarang, temukan jalur kritis pada jaringan
proyek. Kenali aktivitas kritisnya.
Langkah 3:
Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah aktivitas pada jalur kritis yang (a) masih dapat
dipersingkat dan (b) mempunyai biaya crash terkecil per periode. Aktivitas crash ini satu
periode.
Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, maka pilih salah satu aktivitas dari setiap jalur
kritis sedemikian hingga (a) setiap aktivitas yang dipilih masih dapat dipersingkat dan (b)
biaya crash per periode dari semua aktivitas yang dipilih merupakan biaya terkecil. Crash
setiap aktivitas sebanyak satu periode. Perhatikan bahwa setiap aktivitas yang sama
mungkin terjadi pada lebih dari satu jalur kriits.
Langkah 4:
Perbarui semua waktu aktivitas jika batas waktu yang diinginkan telah tercapai berhenti.
Jika tidak, ulangi langkah 1 dan 2.
2.7
Teori Probabilitas
Teori probabilitas dengan kurva distribusinya bermaksud untuk mengkaji dan
mengukur ketidakpastian serta menjelaskan secara kuantitatif. Dengan nilai probabilitas
yang telah diperoleh maka dapat dilihat nilai besaran dalam satuan persentasi
kemungkinan. Untuk itu rumus yang digunakan untuk mencari nilai probabilitas sebagai
berikut:
TD
kritis
∑ vkritis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Di mana:
z
= Nilai Probabilitas
TD
= Target waktu penyelesaian proyek
te
= Waktu yang diharapkan (Jalur Kritis)
v
= Varians (Jalur Kritis)
2.8
Perbedaan PERT dan CPM
Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai
berikut:
1. PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum
pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan
mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu
dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator.
2. Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat (a),
waktu terlama (b) serta terlayak (m), sedangkan pada CPM hanya memiliki
satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak
untuk menyelesaikan suatu proyek.
3. Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu
maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat
biaya.
4. Dalam PERT anak panah menunjukan tata urutan (hubungan presidentil),
sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
2.8.1
Kelebihan CPM/PERT

Sangat bermanfaat untuk menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar.

Konsep yang lugas (secara langsung) dan tidak memerlukan perhitungan
matematis yang rumit.

Network dapat untuk melihat hubungan antar kegiatan proyek secara cepat.

Analisa jalur kritis dan slack membantu menunjukan kegiatan yang perlu
diperhatikan lebih dekat.

Dokumentasi proyek dan gambar menunjukan siapa yang bertanggung jawab
untuk berbagai kegiatan.
2.8.2

Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi.

Berguna dalam pengawasan biaya dan jadwal.
Keterbatasan CPM/PERT

Kegiatan harus jelas dan hubungan harus bebas dan stabil.

Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama.

Perkiraan waktu cenderung subyektif dan tergantung manajer.

Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur
kritis, maka yang nyaris kritis perlu diawasi.
.2.9
Sumber Daya
Pelaksanaan proyek yang dibahas saat ini mengasumsikan bahwa sumber daya
yang dibutuhkan selalu tersedia. Berikut ini jenis-jenis sumber daya:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
1. Manusia
Sumber daya manusia (SDM) biasanya diklarifikasikan berdasarkan keahlian
terkait proyek. Sumber daya manusia yang digunakan juga sesuai dengan
kuantiti yang dibutuhkan dalam pekerjaan proyek tersebut. Contohnya
engineer, pengawas, pekerja dll.
2. Material
Material mencakup bahan-bahan untuk melaksanakan suatu proyek, baik itu
dalam konstruksi maupun jasa.
3. Peralatan
Peralatan merupakan komponen yang sangat mendukung untuk pelaksanaan
suatu proyek, dalam hal ini peralatan sangat berperan aktif untuk menunjang
berlangsungnya suatu proyek.
4. Modal Kerja
Modal kerja diperlukan sebagai sumber daya karena jumlahnya yang terbatas.
Dalam hal ini modal kerja sangat penting, karena jika tidak memiliki modal
kerja, maka suatu proyek akan berhenti. Pentingnya modal kerja,
mengingatkan kita selalu menekan cost atau biaya guna berkelanjutannya
suatu perkerjaan proyek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download