IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN

advertisement
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA DI KOTA SEMARANG
Oleh :
Rina Anggraeni, R. Slamet Santoso
Departemen Administrasi Publik Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos
1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http//www.fisip.undip.ac.id email [email protected]
ABSTRAKSI
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menganalisis Implementasi Kebijakan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota Semarang beserta faktor-faktor
penentu keberhasilan yang mempengaruhinya. Kebijakan ini mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi dan
Pedoman Perencanaan, Pembentukan, dan Pengembangan PKPR di
Kabupaten/Kota. Teknik pengumpulan data yang di gunakan melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi dengan informasi. Teori yang digunakan adalah teori
lima ketepatan implementasi kebijakan publik dan model implementasi milik
Grindle. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, implementasi Kebijakan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota Semarang masih kurang
optimal. Indikator yang dirasa masih kurang diantaranya adalah upaya kebijakan,
penerimaan masyarakat, perubahan yang dikehendaki, rincian actor pelaksana,
ketersediaan sumber daya, dan partisipasi target grup. Saran perbaikan yang
diberikan adalah mengadakan antrian khusus untuk remaja, memberikan
sosialisasi kebijakan kepada orang tua, penyuluhan kesehatan reproduksi dari SD
kelas 6, membuat peraturan penjelas setingkat daerah, menyediakan ruang khusus
untuk konseling, dan mengadakan pelatihan konselor sebaya tiap tahun pada
tingkat kota.
Kata kunci : implementasi, kebijakan, kesehatan reproduksi remaja, PKPR
ABSTRACT
This research uses descriptive qualitative research method. This study will
describe and analyze Implementation Adolescent Reproductive Health Services in
Kota Semarang along with the critical success factors that influence it. This policy
refers to Government Regulation No. 61 Year 2014 on Reproductive Health and
Planning Guide, Formation and Development PKPR in Regency / City. Data
collection techniques used through interviews, observation and documentation of
information. The theory used is the theory of five precision of public policy
implementation and implementation models belonging to Grindle. The results of
this study indicate that, implementation of the Adolescent Reproductive Health
Care Policy in Semarang still less than optimal. Indicators that it is still not
include policy measures, public acceptance, changes desired, the details of the
implementing actor, resource availability, and the participation of the target group.
Suggestions for improvement are given is to hold a special queue for teenagers,
provide policy dissemination to parents, reproductive health education from grade
6, make regulations regional level descriptors, provides a dedicated space for
counseling, and training of peer counselors each year at the city level.
Keywords: implementation, policy, adolescent reproductive health, PKPR
Reproduksi. Dalam penerapannya
PENDAHULUAN
disesuaikan dengan pelayanan PKPR
A. Latar Belakang
Data yang dihimpun dari
Riset Kesehatan Dasar 2010, sekitar
5,2% populasi anak di 17 Provinsi di
Indonesia mengalami masa haid
pertama sebelum usia 12 tahun. Laju
pubersitas
yang
mengakibatkan
semakin
masa
subur
awal
dan
kemampuan melahirkan (fekunditas)
menjadi lebih awal dan panjang.
Selain itu, globalisasi yang terjadi
menyebabkan keterbukaan informasi
dari luar begitu pula yang berkaitan
dengan
masalah
seksual
yang
kemudian menjurus pada pornografi
membuat remaja semakin kental
terhadap
masalah
seksual
yang
(Pelayanan
Remaja),
maka
implementasinya
dengan
Peduli
dari
juga
Pedoman
itu
didasari
Perencanaan,
Pembentukan, dan Pengembangan
PKPR di Kabupaten/Kota. Kebijakan
tentang kesehatan remaja bukan
kebijakan yang baru, program seperti
ini telah ada di BKKBN sejak 2001
dan di Kementerian Kesehatan RI
sejak
2003.
Akan
tetapi
pada
perjalanan implementasinya masih
terdapat berbagai masalah, salah
satunya
masih
mengakses
sulitnya
informasi
remaja
mengenai
kesehatan reproduksi. Hal tersebut
menjadi
negatif.
Kesehatan
sebab
tingginya
kasus
permasalahan kesehatan reproduksi
Kerentanan
menghadapi
remaja
resiko
dalam
kesehatan
reproduksi menyebabkan pemerintah
yang dialami remaja, terutama pada
remaja
yang
tinggal
di
daerah
perkotaan.
melakukan berbagai upaya dalam
melakukan
pelayanan
kesehatan
untuk remaja, salah satunya ialah
mengadakan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja yang secara
khusus termaktum dalam pasal 11-12
Peratutan Pemerintah Nomor 61
Tahun
2014
tentang
Kesehatan
Kota Semarang merupakan
kota dengan jumlah penduduk usia
sekolah
jumlahnya
yang
cukup
mencapai
5,5%
tinggi,
dari
jumlah penduduk usia sekolah di
Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
data dari Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI), saat ini
Puskesmas yang berbarengan dengan
ada sebanyak 4.472 orang yang telah
jam belajar di sekolah.
terinfeksi virus HIV/AIDS. Dari
jumlah sebanyak itu, 20 persen atau
400 orang di antaranya merupakan
remaja yang tinggal di Jawa Tengah,
70% di antaranya ditemukan di Kota
Semarang. Sementara itu, Menurut
laporan program kesehatan remaja
kota Semarang pada tahun 2015
berdasarkan kasus baru yang dilayani
tercatat ada 120 kasus remaja yang
hamil diluar nikah, dan 93 kasus
remaja yang terkena penyakit IMS
(Infeksi Menular Seksual). Kasuskasus remaja yang terjadi tersebut
belum
diiringi
Pelayanan
dengan
Kesehatan
kualitas
Reproduksi
Remaja yang memadai, terutama di
tingkat
pelayanan
dasar
di
Puskesmas.
Puskesmas di wilayah kota
Semarang yang
sudah mencapai
Berdasarkan fakta-fakta dan
uraian yang telah dijelaskan akhirnya
penulis tertarik untuk mengangkat
penelitian mengenai “Implementasi
Kebijakan
Pelayanan
Reproduksi
Remaja
Kesehatan
di
Kota
Semarang”.
B. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
Implementasi
Kebijakan
Pelayanan
Reproduksi
Remaja
Kesehatan
di
Kota
Semarang?
b.
Apa
keberhasilan
saja
faktor
dalam
Kebijakan
Pelayanan
Reproduksi
Remaja
penentu
Implementasi
Kesehatan
di
Kota
Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
target pelayanan kesehatan remaja
a. Untuk
sebesar 85% pada tahun 2015 yaitu
Implementasi Kebijakan Pelayanan
hanya sebanyak 37,8%, sementara
Kesehatan Reproduksi Remaja di
itu sebanyak 62,2% belum dapat
Kota Semarang.
mencapai target pelayanan yang telah
b. Untuk
menganalisis
faktor
ditentukan. Hal tersebut umumnya
penentu
keberhasilan
dalam
dikarenakan
Implementasi Kebijakan Pelayanan
jam
pelayanan
di
mendeskripsikan
Kesehatan Reproduksi Remaja di
D.2 Implementasi Kebijakan
Kota Semarang.
Implementasi
kebijakan
merupakan tahapan
yang sangat
D. Kajian Pustaka
penting dalam keseluruhan struktur
D.1 Administrasi Publik
kebijakan. Riant Nugroho (2006:119)
Felix A. Nigro dan Loyd G.
mengatakan rencana adalah 20%
Nigro mendefinisikan administrasi
keberhasilan, implementasi adalah
publik adalah (1) suatu kerja sama
60% sisanya, 20% sisanya adalah
kelompok
bagaimana
dalam
pemerintahan,
cabang
(2)
lingkungan
meliputi
pemerintahan
tiga
kita
mengendalikan
implementasi.
(Eksekutif,
Pada
dasarnya
menurut
Yudikatif, Legislatif) dan hubungan
Nugroho (2014:686-688) terdapat
diantara mereka, (3) mempunyai
“lima tepat” yang perlu dipenuhi
peranan penting dalam perumusan
dalam hal keefektivan implementasi
kebijakan pemerintah dan karenanya
kebijakan,
yaitu,
Ketepatan
merupakan sebagian
Kebijakan,
Ketepatan
Pelaksana,
politik, (4) sangat erat berkaitan
Ketepatan
Target,
Ketepatan
dengan
Lingkungan dan Ketepatan Proses.
kelompok
perorangan
dalam
dari proses
swasta
dan
menyajikan
pelayanan kepada masyarakat,
(5)
D.3
administrasi
pengertian
dengan
perseorangan
.
Implementasi
Kebijakan
dalam beberapa hal berbeda pada
penempatan
Model
Keberhasilan
implementasi
menurut Merilee S. Grindle dalam
Nugroho
(2006:132)
dipengaruhi
Sementara itu, Marshall E Dimock,
oleh isi kebijakan (content of policy)
Gladys O. Dimock dan Louis W.
dan lingkungan kebijakan (context of
Koening mengatakan administrasi
implementation). Ide dasarnya adalah
publik adalah kegiatan pemerintah
bahwa
dalam
ditransformasikan,
melaksanakan
kekuasaan
politiknya. (Pasolong, 2007:8)
setelah
kebijakan
dilakukan
implementasi kebijakan.
1)
Isi Kebijakan (content of
policy) mencakup :
a. Kepentingan yang terpengaruhi
oleh kebijakan
merupakan data yang berupa katakata dan tindakan, sumber data
b. Jenis manfaat yang dihasilkan
tertulis, foto dan statistik. Situs
c. Derajat perubahan yang diinginkan
penelitian
ini
d. Kedudukan pembuat kebijakan
Semarang,
sedangkan
e. Siapa pelaksana program
yaitu Dinas Kesehatan, Bappermas
f. Sumber daya yang dikerahkan.
KB, anggota PIK Remaja dan 3
2)
remaja SMA Kota Semarang. Teknik
Sedangkan
Kebijakan
Lingkungan
(context
of
implementation) mencakup :
a. Kekuasaan,
yakni
di
Kota
subjeknya
pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara dan dokumentasi.
kepentingan
dan
strategi aktor yang terlibat
Penelitian ini menggunakan analisis
kualitatif, menurut Miles, Huberman
b. Karateristik lembaga
dan Saldana(2014:31-34) didalam
c. Kepatuhan dan daya tanggap
analisis data kualitatif terdapat tiga
Nugroho
(2014:672)
alur yang terjadi secara bersamaan,
berpendapat, bila dicermati dengan
yaitu kondensasi data, penyajian data
baik
dan
model
keunikan
Grindle
yang
memiliki
terletak
penarikan
kesimpulan.
pada
Sementara
itu,
pemahamannya yang komprehensif
digunakan
dalam
akan konteks kebijakan, khususnya
keabsahan data penelitian ini ialah
yang
dengan
menyangkut
dengan
teknik
menggunakan
yang
memeriksa
triangulasi
implementor, penerima implementasi
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
dan arena konflik yang mungkin
data dengan menggunakan sesuatu
terjadi
aktor
yang lain diluar data itu untuk
implementasi, serta kondisi-kondisi
keperluan pengecekan atau hanya
sumberdaya yang tersedia.
sebagai pembanding data yang ada.
di
antara
para
(Moleong, 2007:330)
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian kualitatif deskriptif.
Sumber
data
yang
dihimpun
HASIL
PENELITIAN
DAN
yang belum optimal adalah upaya-
PEMBAHASAN
A. Implementasi
Berdasarkan indikator tersebut
Kebijakan
upaya
yang
dilakukan.
Upaya
Kesehatan Reproduksi di Kota
konseling yang dilakukan belum bisa
Semarang
optimal
Kebijakan
Pelayanan
dikarenakan,
membutuhkan waktu yang lama agar
Kesehatan Reproduksi Remaja di
konselor
Kota
mengetahui
Semarang
dalam
konseling
atau
petugas
bisa
permasalahan
implementasinya disesuaikan dengan
sebenarnya yang terjadi pada remaja
Pasal 11-12 PP No. 61 Tahun 2014
yang datang. Namun, selama ini
tentang Kesehatan Reproduksi dan
masih terganjal permasalahan seperti
Pedoman Perencanaan, Pembentukan
jam layanan dan sekolah
dan
bersamaan serta antrian remaja sama
Pengembangan
Kabupaten/Kota.
PKPR
di
Implementasi
kebijakan yang efektif dapat dilihat
dengan pasien lain.
2. Ketepatan Pelaksana
dari :
Ketepatan
1. Ketepatan Kebijakan
yang
pelaksana
berkaitan dengan lembaga pelaksana
Suatu kebijakan dirasa tepat
yang mempunyai wewenang dalam
jika tujuan dari kebijakan tersebut
Implementasi Kebijakan. Aktor yang
dapat tercapai dan hasilnya dapat
berperan
menyelesaikan masalah yang ada,
kebijakan bukan hanya pemerintah
dalam Riant Nugroho (2014:686).
melainkan
Dalam Ketepatan ini dapat dinilai
bekerjasama dengan masyarakat atau
dari indikator, kebijakan bermuatan
swasta
upaya
memecahkan
kebijakan yang diswastakan, dalam
permasalahan, kebijakan dirumuskan
Riant Nugroho (2006 : 137). Dalam
sesuai dengan karakter permasalahan
ketepatan pelaksana indikator yang
yang ingin dipecahkan dan kebijakan
dilihat
dibuat oleh lembaga yang memiliki
pelaksana kebijakan dan ketepatan
kewenangan yang sesuai dengan
tugas pelaksana kebijakan
yang
dapat
karakter kebijakannya.
dalam
implementasi
bisa
ataupun
yaitu,
pemerintah
implementasi
ketepatan
aktor
Indikator yang belum optimal
kebijakan ini yaitu remaja berusia
adalah tugas pelaksana kebijakan.
10-19 tahun dan belum menikah.
belum
puskesmas
Pada kebijakan ini bentuk intervensi
konselor
pemerintah terhadap target ialah
terlaksananya
dengan memperluas akses remaja
semua
melaksanakan
sebaya.
pelatihan
Belum
pelatihan
konselor
dikarenakan,
sebaya
mengenai informasi dan pengetahuan
terlalu
kesehatan reproduksi. Akan tetapi
belum
difokuskannya pelayanan kesehatan
masih
reproduksi
menyalahgunakan
remaja
di
beberapa
terdapat
remaja
yang
pengetahuan
puskesmas. Fokus utama pencapaian
tentang kesehatan reproduksi yang
Dinas Kesehatan Kota Semarang
diberikan,
masih
mengajukan pertanyaan yang negatif
kepada
penurunan
angka
kematian ibu (AKI).
dengan
seperti,
3. Ketepatan Target
Menurut
contohnya
Riant
Nugroho
“Apakah kalo pake kondom
berlapis-lapis dapat mencegah
resiko kehamilan ?”
(2014:687) ketepatan target dapat
dinilai dari, target yang diintervensi
dalam
kondisi
yang
harmoni
sehingga dapat menyambut baik
kebijakan tersebut. Apabila target
grup yang dalam kondisi harmoni,
maka dalam melakukan intervensi
melalui
penyuluhan
pengetahuan
kesehatan reproduksi yang dilakukan
pelaksana
akan
lebih
mudah.
Indikator ketepatan target adalah
ketepatan
target
kondisi
target
penerima
siap
dan
untuk
diintervensi.
Indikator yang masih belum
optimal yaitu kondisi target. Target
Padahal
senyatanya
pertanyaan tersebut belum cocok
ditanyakan oleh seorang remaja yang
masih berstatus pelajar dan belum
menikah.
4. Ketepatan Lingkungan
Ketepatan lingkungan adalah
kebijakan yang telah dibuat telah
sesuai dengan lingkungan kebijakan.
Ketepatan ini dapat dilihat dari
persepsi/opini
publik
akan
implementasi
kebijakan
dalam
(Nugroho,
2006:139).
Indikator
dalam ketepatan lingkungan adalah
opini/persepsi
publik
akan
implementasi
kebijakannya
dan
kebijakan sebagai tugas yang harus
peran media masa dalam promosi
dilaksanakan dan strategic redliness
dan sosialisasi kebijakan.
bahwa birokrat pelaksana harus siap
Dalam ketepatan lingkungan
indikator
yang
belum
menjadi pelaksana kebijakan dalam
optimal
Nugroho (2014:688). Indikator dari
berjalan yaitu opini/persepsi publik
ketepatan ini adalah pemahaman dan
akan implementasi kebijakan dan
kesiapan
peran media peran media masa
menjalankan
dalam promosi kebijakan. Masih ada
pemahaman dan kesiapan target
pro kontra di masyarakat mengenai
menjadi bagian dalam melaksanakan
implementasi Kebijakan Kesehatan
kebijakan.
Reproduksi Remaja, karena masih
adanya
masyarakat
yang
pelaksana
Indikator
dalam
kebijakan
dalam
serta
ketepatan
proses dirasa belum optimal berjalan
menganggap tabu hal-hal terkait
yaitu
kesehatan
terutama
target. Dalam suatu proses dimana
apabila dibicarakan kepada remaja.
target dirasa siap ikut berperan dalam
Selain itu stigma negative kerap
kebijakan proses sebelumnya yang
muncul apabila melihat remaja yang
harus dilewati adalah pemahaman
berkonsultasi masalah reproduksi.
target akan kebijakan tersebut. Hal
Media massa yang dapat berperan
tersebut
untuk alat promosi dan sosialisasi
remaja akan perannya masih belum
kebijakan belum digunakan dengan
memadai. Ini dibuktikan dari salah
maksimal sehingga remaja belum
satu pernyataan siswi SMA Kota
bisa mengakses pengetahuan tentang
Semarang,
reproduksi
kesehatan reproduksi yang memadai
melalui web yang dimiliki pelaksana
seperti PIK Remaja.
5. Ketepatan Proses
Kesiapan
dari
pelaksana
dapat terlihat dari policy acceptance
bahwa
pemerintah
memahami
pemahaman
dan
dikarenakan
kesiapan
Pemahaman
“….Belum pernah denger
pelayanan kaya gitu mba,
setau saya ke puskesmas
buat berobat, siapa ajah sama
ajah sepertinya.”
B. Faktor Penentu Keberhasilan
2. Jenis Manfaat
Jenis
Implementasi
adalah
kebijakan yang dibuat memberikan
1. Kepentingan yang
dibuat
manfaat
Dipengaruhi
manfaat secara kolektif atau terhadap
Setiap kebijakan publik yang
banyak orang akan lebih mudah
akan
membawa
dampak
diimplementasikan
karena
sangat
tertentu terhadap kelompok sasaran
mudah untuk memperoleh dukungan
(Suwitri, 2009: 86). Indikator dalam
dan tingkat kepatuhan yang tinggi
faktor ini adalah kebijakan yang ada
dari target group/masyarakat banyak,
telah sesuai dengan yang kebutuhan
dalam
target
Indikatornya yaitu, manfaat secara
grup
kelompok
dan
penerimaan
kepentingan
akan
Suwitri
(2009:
87).
ekonomi dan sosial.
pelaksanaan kebijakan.
Dalam
Sri
Manfaat secara ekonomi yang
kepentingan
yang
didapatkan
target
grup
dipengaruhi, kebijakan yang ada
disediakannya
telah sesuai dengan kebutuhan target.
biaya
Dilatihnya
Sementara itu, manfaat secara sosial
konselor
didirikannya
sebaya
PIK Remaja
dan
untuk
pelayanan
yaitu
terjangkau
adalah
dengan
bahkan
pengetahuan
gratis.
tentang
menjadi tempat remaja yang lain
kesehatan reproduksi yang memadai
untuk memperoleh pengetahuan dan
didapat oleh target grup. Ditambah
informasi
mengenai
lagi keterampilan hidup sehat dan
reproduksi
remaja
kesehatan
dan
berbagai
aspeknya. Sementara itu, penerimaan
dari
kelompok
kepentingan
keterampilan
sosial
seperti,
berorganisasi.
3. Perubahan yang
menyambut senang kebijakan ini,
Dikehendaki
karena
remaja
Setiap kebijakan mempunyai
target kebijakan yang hendak dicapai
mempermudah
mengakses
berbagai
pelayanan
kesehatan
reproduksi
terutama
layanan informasi.
dalam
Agustino
(2006:155).
Indikator yang diperhatikan adalah
perubahan
secara
langsung
perubahan secara tidak langsung.
dan
Kedua
tersebut
adalah letak kedudukan pembuat
belum optimal tercapai. Perubahan
kebijakan dan proses pengambilan
secara langsung yang diinginkan
keputusan
adalah perubahan perilaku remaja
kebijakan.
Semarang
indikator
yang
nantinya
akan
dalam
Indikator yang dirasa belum
mempengaruhi angka penderita HIV,
optimal
IMS, KTD, dan pengguna NAPZA
kebijakan.
yang berusia remaja. Akan tetapi ,
stakeholder
yang
Menurut laporan program kesehatan
memahami
proses
remaja kota Semarang pada tahun
keputusan
2015 berdasarkan kasus baru yang
Pelayanan
dilayani tercatat ada 120 kasus
Remaja.
remaja yang hamil diluar nikah, dan
93
kasus
penyakit
remaja
IMS
yang
(Infeksi
Seksual).
yaitu proses
pembuatan
Pengetahuan
para
terlibat
belum
pengambilan
dalam
kebijakan
Kesehatan
Reproduksi
5. Siapa Pelaksana
terkena
Menular
membuat
Dalam
kebijakan
menjalankan
atau
suatu
program
harus
didukung dengan adanya pelaksana
Sementara itu perubahan yang
kebijakan
yang
kompeten
dan
tidak secara langsung diinginkan
kapabel demi keberhasilan suatu
ialah penurunan angka AKI. Akan
kebijakan. Dan ini sudah harus
tetapi angka AKI di Semarang masih
terpapar atau terdata dengan baik
cukup
dalam
tinggi,
terbesarnya
dan
ialah
penyumbang
ibu
berusia
Agustino
(2006:155).
Indikator dalam faktor ini adalah
rincian aktor dan kompetensi antar
dibawah 20 tahun.
pelaksana.
4. Kedudukan Pembuat
Indikator yang belum optimal
Kebijakan
dalam
yaitu rincian aktor pelaksana yang
suatu kebijakan memegang peranan
belum ada pada peraturan setingkat
yang penting karena semakin banyak
daerah
satuan-satuan pengambil keputusan
jejaring implementasi kebijakan sulit
yang
dibangun
Pembuat
terlibat
keputusan
didalamnya
Suwitri (2009:87).
dalam
Indikatornya
di
Semarang.
karena
tidak
keterkaitan satu sama lain.
Sehingga
adanya
dinikmatinya, dalam Sri Suwitri
6. Sumber Daya yang
(2009:88). Indikator dari faktor ini
Dikerahkan
Tersedianya
sumber
daya
adalah
peran
dan
dukungan
secara memadai akan mendukung
pemerintah daerah dan strategi yang
keberhasilan implementasi kebijakan
dilakukan pelaksana.
publik, dalam Sri Suwitri (2009:88).
Kedua indikator dalam faktor
Indikatornya adalah sumber daya
ini dirasa sudah optimal. Pemerintah
manusia, sumber daya fasilitas dan
juga telah memberikan keleluasaan
sumber daya dana.
dalam menjalani program kesehatan
Dari
ketiga
sumber
daya
remaja,
dengan
memberikan
tersebut yang belum tersedia dengan
kesempatan Dinas Kesehatan Kota
baik yaitu sumber daya manusia dan
untuk
sumber
Masih
kerjasama. Para pelaksana khususnya
promotor
Dinas Kesehatan Kota Semarang
kesehatan reproduksi remaja dan
telah melakukan berbagai strategi
adanya tugas ganda yang dijalankan
guna menyukseskan implementasi
petugas PKPR di puskesmas, selain
kebijakan
melayani remaja. Sementara itu,
membangun jejaring kerjasama antar
ruangan
lembaga
daya
kurangnya
fasilitas.
tenaga
konseling
puskesmas
masih
dibeberapa
berupa
ruang
pemeriksaan yang terbuka.
salah
satunya
pelaksana
dengan
evaluasi
program
mengadakan
8. Karakteristik Lembaga
Menurut Agustino (2006:156)
dan strategi aktor yang
Lingkungan dimana suatu kebijakan
terlibat
Apabila
suatu
ini
jejaring
remaja tiap tiga bulan sekali.
7. Kekuasaan, kepentingan
merasa
membentuk
kekuatan
berkepentingan
program,
politik
terhadap
mereka
tersebut
dilaksanakan
berpengaruh
juga
terhadap keberhasilan
akan
implementasinya, maka pada bagian
menyusun
strategi
guna
ini ingin dijelaskan karakteristik dari
memenangkan
persaingan
yang
suatu lembaga yang akan turut
terjadi dalam implementasi, sehingga
mempengaruhi
suatu
kebijakan.
output suatu program akan dapat
Indikator dalam faktor ini adalah
komitmen lembaga pelaksana dan
faktor
koordinasi yang dilakukan lembaga
pelaksana
pelaksana.
ketentuan-ketentuan yang ada dalam
Dalam faktor ini indikator
yang dirasa belum optimal yaitu
ini
adalah
kepatuhan
dalam
mengikuti
kebijakan dan tingkat partisipasi
target grup.
komitmen lembaga pelaksana dan
Indikator yang dirasa belum
koordinasi antar lembaga. Program
optimal
kesehatan remaja belum menjadi
partisipasi
prioritas utama, saat ini kesehatan
kebijakan ini partisipasi target grup
ibu menjadi fokus dalam pencapaian
menjadi
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
sebaya. Akan tetapi jumlah dari
Koordinasi
antar
pendidik dan konselor sebaya di
pelaksana masih belum optimal,
Semarang masih minim, baik itu
karena
yang dilatih oleh Dinas Kesehatan
yang
berjalan
lembaga-lembaga
berkaitan
masih
program
tersendiri,
yang
mementingkan
sehingga
kerjasama yang seharusnya berjalan
(Peer
dalam
faktor
target
pendidik
Conseulor)
ini
grup.
atau
yaitu
Dalam
konselor
ataupun
yang
dilatih oleh Bapermas KB Kota
Semarang (PIK Remaja).
belum optimal.
9. Kepatuhan dan Daya
PENUTUP
Tanggap
A. Kesimpulan
Kebijakan publik yang telah
1. Implementasi
Kebijakan
dirumuskan akan berjalan dengan
Pelayanan
Kesehatan
lancar
Reproduksi Remaja di Kota
apabila
para
pelaksana
memahami
isi
kebijakan.
Kepatuhan
dalam
dan
menjalankan
tujuan
dari
pelaksana
a. Ketepatan Kebijakan
atau
Dalam ketepatan ini indikator
prosedur yang ada pada kebijakan
yang dirasa belum optimal
Pelayanan
yaitu upaya kebijakan. Jam
Kesehatan
aturan
Semarang
Reproduksi
Remaja, akan memunculkan dayat
pelayanan
tanggap
bersamaan dengan jam sekolah
target
grup
dalam
Sri
Suwitri (2009: 88). Indikator dalam
di
Puskesmas
dan
antrian
remaja
sama
yaitu pemahaman dan kesiapan
dengan pasien lain.
target.
Remaja
Semarang
b. Ketepatan Pelaksana
belum
semua
mengetahu
Indikator yang dirasa belum
pelayanan kesehatan remaja
optimal
yang tersedia.
dalam
ketepatan
pelaksana
adalah
tugas
pelaksana,
belum
semua
Implementasi
puskesmas
di
Semarang
a. Perubahan
2. Faktor Penentu Keberhasilan
yang
melakukan pelatihan konselor
Dikehendaki
sebaya.
Belum tercapainya tujuan dari
kebijakan secara langsung atau
c. Ketepatan Target
Target
merupakan
remaja
tidak langsung. Masih terdapat
berusia 10-19 tahun. Bentuk
kenaikan angka HIV, IMS,
intervensi pemerintah terhadap
NAPZA, KTD dan AKI pada
target
remaja Semarang.
ialah
memperluas
akses
mendapatkan
kesehatan
dengan
remaja
pengetahuan
reproduksi.
Akan
b. Kedudukan Pembuat
Kebijakan
Indikator yang belum optimal
tetapi masih terdapat remaja
adalah
yang
kebijakan, pelaksana kurang
menyalahgunakan
pengetahuan yang diberikan.
Masih terdapat pro kontra di
kebijakan
mengenai
pelayanan
pembuatan
memahami proses pembuatan
kebijakan.
d. Ketepatan Lingkungan
masyarakat
proses
kespro
c. Siapa Pelaksana
Belum
adanya
peraturan
setingkat daerah menyebabkan
remaja. Sementara itu, peran
rincian
media sebagai promotor belum
Semarang belum jelas.
dimanfaatkan dengan optimal.
e. Ketepatan Proses
aktor
pelaksana
d. Sumber Daya yang tersedia
Sumber daya yang masih
Dalam ketepatan ini indikator
belum memadai yaitu tenaga
yang dirasa belum optimal
promotor dan fasilitas ruang
di
konsultasi yang masih sama
dengan pasien lain.
1. Implementasi
Kesehatan
Reproduksi Remaja di Kota
e. Karakteristik Lembaga
Semarang.
Indikator yang belum oprimal
a. Mengadakan antrian khusus
adalah komitmen lembaga dan
pelayanan
koordinasi
antar
lembaga.
reproduksi remaja, khususnya
Kesehatan
remaja
belum
untuk yang ingin konsultasi
menjadi prioritas utama di
minimal satu hari perminggu,
Semarang. Lembaga pelaksana
misalnya hari sabtu.
yang ada masih mementingkan
program tersendiri, sehingga
kerjasama
yang
seharusnya
berjalan belum optimal.
f. Kepatuhan
dan
b. Mengadakan pemantauan dan
evaluasi
Tanggap
Partisipasi Remaja Semarang
dalam menjadi pendidik dan
berkala
mengenai
pelatihan
Daya
kesehatan
khusus
pelaksanaan
konselor
sebaya
disetiap puskesmas PKPR di
wilayah kota Semarang.
c. Menambahkan
pengetahuan
konselor sebaya masih belum
tentang kesehatan reproduksi
optimal.
remaja ke materi pelajaran di
sekolah , setidaknya pelajaran
BK/BP.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari
penelitian
yang telah dilakukan,
peneliti mencoba merumuskan saran.
Saran ini sebagai masukan guna
memperbaiki yang belum optimal
dalam
Implementasi
Reproduksi
Semarang.
Remaja
Adapun
diberikan, yaitu :
Kesehatan
di
saran
Kota
yang
d. Mengadakan
sosialisasi
kesehatan reproduksi remaja
pada setiap acara perkumpulan
orang tua seperti rapat orang
tua
murid,
pengambilan
atau
saat
raport
dan
Mengadakan
pengelolaan
pelatihan
web
anggota PIK Remaja.
kepada
e. Menyisipkan
informasi
pengetahuan
dan
merinci siapa saja aktor atau
pelayanan
lembaga yang terlibat dalam
kesehatan reproduksi remaja
pelaksanaannya
didalam acara yang menarik
yang diemban masing-masing.
banyak remaja, seperti konser
d. Menetapkan
serta
minimal
tugas
dua
music, acara music di tv, radio,
orang yang bertugas untuk
dan sebagainya.
pelayanan
2. Faktor Penentu Keberhasilan
Implementasi Kebijakan
a. Menanamkan
pentingnya
kesehatan reproduksi sejak dini
dengan
mengadakan
penyuluhan kepada anak SD
kelas 6, karena pada umur
tersebut
awal
mula
masa
pubersitas remaja.
b. Mengadakan
sosialisasi
mengenai
perkembangan
kebijakan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi
Remaja
undang-undang,
dari
peratuan
pemerintah, peraturan menteri,
hingga pedoman pelaksanaan
kepada para stakeholder daerah
dan petugas pelaksana.
c. Membuat Peraturan setingkat
kota Semarang berupa Perda
atau aturan lain yang khusus
memuat Pelayanan Kesehatan
Reproduksi
Remaja,
dan
kesehatan
reproduksi
remaja
di
puskesmas, khususnya untuk
yang ingin mengakses layanan
konseling, dan menyediakan
ruang khusus yang tertutup
untuk konseling.
e. Mengadakan kerjasama lintas
sektor
dalam
rangka
implementasi
kebijakan
pelayanan
kesehatan
reproduksi
remaja
di
kota
Semarang.
f. Mendirikan PIK Remaja di
setiap kelurahan, mengadakan
pelatihan konselor sebaya tiap
tahun
dan
melakukan
monitoring mengenai kegiatankegiatan
yang
konselor sebaya.
dilakukan
Revisi
DAFTAR PUSTAKA
2014.
Jakarta
:
Penerbit PT. Elex Media
Agustino, Leo. (2006). Dasardasar
Kebijakan
Publik.
Bandung: Alfabeta
dan
Johnny
Saldana. 2014. Qualitative
Data Analysis, A Methods
Sourcebook Edisi Ketiga.
Sage Publications: Inc.
Moleong,
Lexy
J.(2007).
Metodologi
Penelitian
Kualitatif
Pasolong, Harbani.(2007). Teori
Administrasi
Miles, Matthew B, A. Michael
Huberman
Komputindo.
edisi
revisi.
Bandung : Alfabeta
Suwitri, Sri. (2008). Konsep
Dasar
Kebijakan
Universitas Diponegoro
Sumber Lain
Peraturan
Pemerintah
ROSDAKARYA
Pedoman
Kebijakan
(2006).
Publik
untuk
Negara-Negara Berkembang
(Model-model
Perumusan,
Implementasi
dan
Evaluasi).Jakarta : Penerbit
PT.
Elex
Media
Komputindo.
No.61
Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi
Riant.
Publik.
Semarang : Badan Penerbit
Bandung : PT REMAJA
Nugroho,
Publik.
Perencanaan,
Pembentukan dan Pengelolaan
PKPR di Kabupaten/Kota
Laporan
Program
Kesehatan
Remaja Kota Semarang Pada
Tahun 2015
Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi
Riset Kesehatan Dasar 2010
Nugroho, Riant.(2014). Public
http://health.kompas.com/read/2
Policy (Teori, Manajemen,
015/08/22/151900523/Remaja.S
Dinamika,
ulit.Mengakses.Pelayanan.Keseh
Konvergensi,
Analisis,
dan
Kimia
Kebijakan). Edisi Kelima,
atan.Reproduksi
http://jateng.tribunnews.com/20
16/01/15/remaja-menjadipopulasi-tertinggi-hivaids-jateng
Download