IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA SEMARANG Oleh : Rina Anggraeni, R. Slamet Santoso Departemen Administrasi Publik Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman : http//www.fisip.undip.ac.id email [email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menganalisis Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota Semarang beserta faktor-faktor penentu keberhasilan yang mempengaruhinya. Kebijakan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi dan Pedoman Perencanaan, Pembentukan, dan Pengembangan PKPR di Kabupaten/Kota. Teknik pengumpulan data yang di gunakan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan informasi. Teori yang digunakan adalah teori lima ketepatan implementasi kebijakan publik dan model implementasi milik Grindle. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota Semarang masih kurang optimal. Indikator yang dirasa masih kurang diantaranya adalah upaya kebijakan, penerimaan masyarakat, perubahan yang dikehendaki, rincian actor pelaksana, ketersediaan sumber daya, dan partisipasi target grup. Saran perbaikan yang diberikan adalah mengadakan antrian khusus untuk remaja, memberikan sosialisasi kebijakan kepada orang tua, penyuluhan kesehatan reproduksi dari SD kelas 6, membuat peraturan penjelas setingkat daerah, menyediakan ruang khusus untuk konseling, dan mengadakan pelatihan konselor sebaya tiap tahun pada tingkat kota. Kata kunci : implementasi, kebijakan, kesehatan reproduksi remaja, PKPR ABSTRACT This research uses descriptive qualitative research method. This study will describe and analyze Implementation Adolescent Reproductive Health Services in Kota Semarang along with the critical success factors that influence it. This policy refers to Government Regulation No. 61 Year 2014 on Reproductive Health and Planning Guide, Formation and Development PKPR in Regency / City. Data collection techniques used through interviews, observation and documentation of information. The theory used is the theory of five precision of public policy implementation and implementation models belonging to Grindle. The results of this study indicate that, implementation of the Adolescent Reproductive Health Care Policy in Semarang still less than optimal. Indicators that it is still not include policy measures, public acceptance, changes desired, the details of the implementing actor, resource availability, and the participation of the target group. Suggestions for improvement are given is to hold a special queue for teenagers, provide policy dissemination to parents, reproductive health education from grade 6, make regulations regional level descriptors, provides a dedicated space for counseling, and training of peer counselors each year at the city level. Keywords: implementation, policy, adolescent reproductive health, PKPR Reproduksi. Dalam penerapannya PENDAHULUAN disesuaikan dengan pelayanan PKPR A. Latar Belakang Data yang dihimpun dari Riset Kesehatan Dasar 2010, sekitar 5,2% populasi anak di 17 Provinsi di Indonesia mengalami masa haid pertama sebelum usia 12 tahun. Laju pubersitas yang mengakibatkan semakin masa subur awal dan kemampuan melahirkan (fekunditas) menjadi lebih awal dan panjang. Selain itu, globalisasi yang terjadi menyebabkan keterbukaan informasi dari luar begitu pula yang berkaitan dengan masalah seksual yang kemudian menjurus pada pornografi membuat remaja semakin kental terhadap masalah seksual yang (Pelayanan Remaja), maka implementasinya dengan Peduli dari juga Pedoman itu didasari Perencanaan, Pembentukan, dan Pengembangan PKPR di Kabupaten/Kota. Kebijakan tentang kesehatan remaja bukan kebijakan yang baru, program seperti ini telah ada di BKKBN sejak 2001 dan di Kementerian Kesehatan RI sejak 2003. Akan tetapi pada perjalanan implementasinya masih terdapat berbagai masalah, salah satunya masih mengakses sulitnya informasi remaja mengenai kesehatan reproduksi. Hal tersebut menjadi negatif. Kesehatan sebab tingginya kasus permasalahan kesehatan reproduksi Kerentanan menghadapi remaja resiko dalam kesehatan reproduksi menyebabkan pemerintah yang dialami remaja, terutama pada remaja yang tinggal di daerah perkotaan. melakukan berbagai upaya dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk remaja, salah satunya ialah mengadakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja yang secara khusus termaktum dalam pasal 11-12 Peratutan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Kota Semarang merupakan kota dengan jumlah penduduk usia sekolah jumlahnya yang cukup mencapai 5,5% tinggi, dari jumlah penduduk usia sekolah di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), saat ini Puskesmas yang berbarengan dengan ada sebanyak 4.472 orang yang telah jam belajar di sekolah. terinfeksi virus HIV/AIDS. Dari jumlah sebanyak itu, 20 persen atau 400 orang di antaranya merupakan remaja yang tinggal di Jawa Tengah, 70% di antaranya ditemukan di Kota Semarang. Sementara itu, Menurut laporan program kesehatan remaja kota Semarang pada tahun 2015 berdasarkan kasus baru yang dilayani tercatat ada 120 kasus remaja yang hamil diluar nikah, dan 93 kasus remaja yang terkena penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual). Kasuskasus remaja yang terjadi tersebut belum diiringi Pelayanan dengan Kesehatan kualitas Reproduksi Remaja yang memadai, terutama di tingkat pelayanan dasar di Puskesmas. Puskesmas di wilayah kota Semarang yang sudah mencapai Berdasarkan fakta-fakta dan uraian yang telah dijelaskan akhirnya penulis tertarik untuk mengangkat penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan Pelayanan Reproduksi Remaja Kesehatan di Kota Semarang”. B. Rumusan Masalah a. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pelayanan Reproduksi Remaja Kesehatan di Kota Semarang? b. Apa keberhasilan saja faktor dalam Kebijakan Pelayanan Reproduksi Remaja penentu Implementasi Kesehatan di Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : target pelayanan kesehatan remaja a. Untuk sebesar 85% pada tahun 2015 yaitu Implementasi Kebijakan Pelayanan hanya sebanyak 37,8%, sementara Kesehatan Reproduksi Remaja di itu sebanyak 62,2% belum dapat Kota Semarang. mencapai target pelayanan yang telah b. Untuk menganalisis faktor ditentukan. Hal tersebut umumnya penentu keberhasilan dalam dikarenakan Implementasi Kebijakan Pelayanan jam pelayanan di mendeskripsikan Kesehatan Reproduksi Remaja di D.2 Implementasi Kebijakan Kota Semarang. Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat D. Kajian Pustaka penting dalam keseluruhan struktur D.1 Administrasi Publik kebijakan. Riant Nugroho (2006:119) Felix A. Nigro dan Loyd G. mengatakan rencana adalah 20% Nigro mendefinisikan administrasi keberhasilan, implementasi adalah publik adalah (1) suatu kerja sama 60% sisanya, 20% sisanya adalah kelompok bagaimana dalam pemerintahan, cabang (2) lingkungan meliputi pemerintahan tiga kita mengendalikan implementasi. (Eksekutif, Pada dasarnya menurut Yudikatif, Legislatif) dan hubungan Nugroho (2014:686-688) terdapat diantara mereka, (3) mempunyai “lima tepat” yang perlu dipenuhi peranan penting dalam perumusan dalam hal keefektivan implementasi kebijakan pemerintah dan karenanya kebijakan, yaitu, Ketepatan merupakan sebagian Kebijakan, Ketepatan Pelaksana, politik, (4) sangat erat berkaitan Ketepatan Target, Ketepatan dengan Lingkungan dan Ketepatan Proses. kelompok perorangan dalam dari proses swasta dan menyajikan pelayanan kepada masyarakat, (5) D.3 administrasi pengertian dengan perseorangan . Implementasi Kebijakan dalam beberapa hal berbeda pada penempatan Model Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle dalam Nugroho (2006:132) dipengaruhi Sementara itu, Marshall E Dimock, oleh isi kebijakan (content of policy) Gladys O. Dimock dan Louis W. dan lingkungan kebijakan (context of Koening mengatakan administrasi implementation). Ide dasarnya adalah publik adalah kegiatan pemerintah bahwa dalam ditransformasikan, melaksanakan kekuasaan politiknya. (Pasolong, 2007:8) setelah kebijakan dilakukan implementasi kebijakan. 1) Isi Kebijakan (content of policy) mencakup : a. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan merupakan data yang berupa katakata dan tindakan, sumber data b. Jenis manfaat yang dihasilkan tertulis, foto dan statistik. Situs c. Derajat perubahan yang diinginkan penelitian ini d. Kedudukan pembuat kebijakan Semarang, sedangkan e. Siapa pelaksana program yaitu Dinas Kesehatan, Bappermas f. Sumber daya yang dikerahkan. KB, anggota PIK Remaja dan 3 2) remaja SMA Kota Semarang. Teknik Sedangkan Kebijakan Lingkungan (context of implementation) mencakup : a. Kekuasaan, yakni di Kota subjeknya pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. kepentingan dan strategi aktor yang terlibat Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, menurut Miles, Huberman b. Karateristik lembaga dan Saldana(2014:31-34) didalam c. Kepatuhan dan daya tanggap analisis data kualitatif terdapat tiga Nugroho (2014:672) alur yang terjadi secara bersamaan, berpendapat, bila dicermati dengan yaitu kondensasi data, penyajian data baik dan model keunikan Grindle yang memiliki terletak penarikan kesimpulan. pada Sementara itu, pemahamannya yang komprehensif digunakan dalam akan konteks kebijakan, khususnya keabsahan data penelitian ini ialah yang dengan menyangkut dengan teknik menggunakan yang memeriksa triangulasi implementor, penerima implementasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan dan arena konflik yang mungkin data dengan menggunakan sesuatu terjadi aktor yang lain diluar data itu untuk implementasi, serta kondisi-kondisi keperluan pengecekan atau hanya sumberdaya yang tersedia. sebagai pembanding data yang ada. di antara para (Moleong, 2007:330) E. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data yang dihimpun HASIL PENELITIAN DAN yang belum optimal adalah upaya- PEMBAHASAN A. Implementasi Berdasarkan indikator tersebut Kebijakan upaya yang dilakukan. Upaya Kesehatan Reproduksi di Kota konseling yang dilakukan belum bisa Semarang optimal Kebijakan Pelayanan dikarenakan, membutuhkan waktu yang lama agar Kesehatan Reproduksi Remaja di konselor Kota mengetahui Semarang dalam konseling atau petugas bisa permasalahan implementasinya disesuaikan dengan sebenarnya yang terjadi pada remaja Pasal 11-12 PP No. 61 Tahun 2014 yang datang. Namun, selama ini tentang Kesehatan Reproduksi dan masih terganjal permasalahan seperti Pedoman Perencanaan, Pembentukan jam layanan dan sekolah dan bersamaan serta antrian remaja sama Pengembangan Kabupaten/Kota. PKPR di Implementasi kebijakan yang efektif dapat dilihat dengan pasien lain. 2. Ketepatan Pelaksana dari : Ketepatan 1. Ketepatan Kebijakan yang pelaksana berkaitan dengan lembaga pelaksana Suatu kebijakan dirasa tepat yang mempunyai wewenang dalam jika tujuan dari kebijakan tersebut Implementasi Kebijakan. Aktor yang dapat tercapai dan hasilnya dapat berperan menyelesaikan masalah yang ada, kebijakan bukan hanya pemerintah dalam Riant Nugroho (2014:686). melainkan Dalam Ketepatan ini dapat dinilai bekerjasama dengan masyarakat atau dari indikator, kebijakan bermuatan swasta upaya memecahkan kebijakan yang diswastakan, dalam permasalahan, kebijakan dirumuskan Riant Nugroho (2006 : 137). Dalam sesuai dengan karakter permasalahan ketepatan pelaksana indikator yang yang ingin dipecahkan dan kebijakan dilihat dibuat oleh lembaga yang memiliki pelaksana kebijakan dan ketepatan kewenangan yang sesuai dengan tugas pelaksana kebijakan yang dapat karakter kebijakannya. dalam implementasi bisa ataupun yaitu, pemerintah implementasi ketepatan aktor Indikator yang belum optimal kebijakan ini yaitu remaja berusia adalah tugas pelaksana kebijakan. 10-19 tahun dan belum menikah. belum puskesmas Pada kebijakan ini bentuk intervensi konselor pemerintah terhadap target ialah terlaksananya dengan memperluas akses remaja semua melaksanakan sebaya. pelatihan Belum pelatihan konselor dikarenakan, sebaya mengenai informasi dan pengetahuan terlalu kesehatan reproduksi. Akan tetapi belum difokuskannya pelayanan kesehatan masih reproduksi menyalahgunakan remaja di beberapa terdapat remaja yang pengetahuan puskesmas. Fokus utama pencapaian tentang kesehatan reproduksi yang Dinas Kesehatan Kota Semarang diberikan, masih mengajukan pertanyaan yang negatif kepada penurunan angka kematian ibu (AKI). dengan seperti, 3. Ketepatan Target Menurut contohnya Riant Nugroho “Apakah kalo pake kondom berlapis-lapis dapat mencegah resiko kehamilan ?” (2014:687) ketepatan target dapat dinilai dari, target yang diintervensi dalam kondisi yang harmoni sehingga dapat menyambut baik kebijakan tersebut. Apabila target grup yang dalam kondisi harmoni, maka dalam melakukan intervensi melalui penyuluhan pengetahuan kesehatan reproduksi yang dilakukan pelaksana akan lebih mudah. Indikator ketepatan target adalah ketepatan target kondisi target penerima siap dan untuk diintervensi. Indikator yang masih belum optimal yaitu kondisi target. Target Padahal senyatanya pertanyaan tersebut belum cocok ditanyakan oleh seorang remaja yang masih berstatus pelajar dan belum menikah. 4. Ketepatan Lingkungan Ketepatan lingkungan adalah kebijakan yang telah dibuat telah sesuai dengan lingkungan kebijakan. Ketepatan ini dapat dilihat dari persepsi/opini publik akan implementasi kebijakan dalam (Nugroho, 2006:139). Indikator dalam ketepatan lingkungan adalah opini/persepsi publik akan implementasi kebijakannya dan kebijakan sebagai tugas yang harus peran media masa dalam promosi dilaksanakan dan strategic redliness dan sosialisasi kebijakan. bahwa birokrat pelaksana harus siap Dalam ketepatan lingkungan indikator yang belum menjadi pelaksana kebijakan dalam optimal Nugroho (2014:688). Indikator dari berjalan yaitu opini/persepsi publik ketepatan ini adalah pemahaman dan akan implementasi kebijakan dan kesiapan peran media peran media masa menjalankan dalam promosi kebijakan. Masih ada pemahaman dan kesiapan target pro kontra di masyarakat mengenai menjadi bagian dalam melaksanakan implementasi Kebijakan Kesehatan kebijakan. Reproduksi Remaja, karena masih adanya masyarakat yang pelaksana Indikator dalam kebijakan dalam serta ketepatan proses dirasa belum optimal berjalan menganggap tabu hal-hal terkait yaitu kesehatan terutama target. Dalam suatu proses dimana apabila dibicarakan kepada remaja. target dirasa siap ikut berperan dalam Selain itu stigma negative kerap kebijakan proses sebelumnya yang muncul apabila melihat remaja yang harus dilewati adalah pemahaman berkonsultasi masalah reproduksi. target akan kebijakan tersebut. Hal Media massa yang dapat berperan tersebut untuk alat promosi dan sosialisasi remaja akan perannya masih belum kebijakan belum digunakan dengan memadai. Ini dibuktikan dari salah maksimal sehingga remaja belum satu pernyataan siswi SMA Kota bisa mengakses pengetahuan tentang Semarang, reproduksi kesehatan reproduksi yang memadai melalui web yang dimiliki pelaksana seperti PIK Remaja. 5. Ketepatan Proses Kesiapan dari pelaksana dapat terlihat dari policy acceptance bahwa pemerintah memahami pemahaman dan dikarenakan kesiapan Pemahaman “….Belum pernah denger pelayanan kaya gitu mba, setau saya ke puskesmas buat berobat, siapa ajah sama ajah sepertinya.” B. Faktor Penentu Keberhasilan 2. Jenis Manfaat Jenis Implementasi adalah kebijakan yang dibuat memberikan 1. Kepentingan yang dibuat manfaat Dipengaruhi manfaat secara kolektif atau terhadap Setiap kebijakan publik yang banyak orang akan lebih mudah akan membawa dampak diimplementasikan karena sangat tertentu terhadap kelompok sasaran mudah untuk memperoleh dukungan (Suwitri, 2009: 86). Indikator dalam dan tingkat kepatuhan yang tinggi faktor ini adalah kebijakan yang ada dari target group/masyarakat banyak, telah sesuai dengan yang kebutuhan dalam target Indikatornya yaitu, manfaat secara grup kelompok dan penerimaan kepentingan akan Suwitri (2009: 87). ekonomi dan sosial. pelaksanaan kebijakan. Dalam Sri Manfaat secara ekonomi yang kepentingan yang didapatkan target grup dipengaruhi, kebijakan yang ada disediakannya telah sesuai dengan kebutuhan target. biaya Dilatihnya Sementara itu, manfaat secara sosial konselor didirikannya sebaya PIK Remaja dan untuk pelayanan yaitu terjangkau adalah dengan bahkan pengetahuan gratis. tentang menjadi tempat remaja yang lain kesehatan reproduksi yang memadai untuk memperoleh pengetahuan dan didapat oleh target grup. Ditambah informasi mengenai lagi keterampilan hidup sehat dan reproduksi remaja kesehatan dan berbagai aspeknya. Sementara itu, penerimaan dari kelompok kepentingan keterampilan sosial seperti, berorganisasi. 3. Perubahan yang menyambut senang kebijakan ini, Dikehendaki karena remaja Setiap kebijakan mempunyai target kebijakan yang hendak dicapai mempermudah mengakses berbagai pelayanan kesehatan reproduksi terutama layanan informasi. dalam Agustino (2006:155). Indikator yang diperhatikan adalah perubahan secara langsung perubahan secara tidak langsung. dan Kedua tersebut adalah letak kedudukan pembuat belum optimal tercapai. Perubahan kebijakan dan proses pengambilan secara langsung yang diinginkan keputusan adalah perubahan perilaku remaja kebijakan. Semarang indikator yang nantinya akan dalam Indikator yang dirasa belum mempengaruhi angka penderita HIV, optimal IMS, KTD, dan pengguna NAPZA kebijakan. yang berusia remaja. Akan tetapi , stakeholder yang Menurut laporan program kesehatan memahami proses remaja kota Semarang pada tahun keputusan 2015 berdasarkan kasus baru yang Pelayanan dilayani tercatat ada 120 kasus Remaja. remaja yang hamil diluar nikah, dan 93 kasus penyakit remaja IMS yang (Infeksi Seksual). yaitu proses pembuatan Pengetahuan para terlibat belum pengambilan dalam kebijakan Kesehatan Reproduksi 5. Siapa Pelaksana terkena Menular membuat Dalam kebijakan menjalankan atau suatu program harus didukung dengan adanya pelaksana Sementara itu perubahan yang kebijakan yang kompeten dan tidak secara langsung diinginkan kapabel demi keberhasilan suatu ialah penurunan angka AKI. Akan kebijakan. Dan ini sudah harus tetapi angka AKI di Semarang masih terpapar atau terdata dengan baik cukup dalam tinggi, terbesarnya dan ialah penyumbang ibu berusia Agustino (2006:155). Indikator dalam faktor ini adalah rincian aktor dan kompetensi antar dibawah 20 tahun. pelaksana. 4. Kedudukan Pembuat Indikator yang belum optimal Kebijakan dalam yaitu rincian aktor pelaksana yang suatu kebijakan memegang peranan belum ada pada peraturan setingkat yang penting karena semakin banyak daerah satuan-satuan pengambil keputusan jejaring implementasi kebijakan sulit yang dibangun Pembuat terlibat keputusan didalamnya Suwitri (2009:87). dalam Indikatornya di Semarang. karena tidak keterkaitan satu sama lain. Sehingga adanya dinikmatinya, dalam Sri Suwitri 6. Sumber Daya yang (2009:88). Indikator dari faktor ini Dikerahkan Tersedianya sumber daya adalah peran dan dukungan secara memadai akan mendukung pemerintah daerah dan strategi yang keberhasilan implementasi kebijakan dilakukan pelaksana. publik, dalam Sri Suwitri (2009:88). Kedua indikator dalam faktor Indikatornya adalah sumber daya ini dirasa sudah optimal. Pemerintah manusia, sumber daya fasilitas dan juga telah memberikan keleluasaan sumber daya dana. dalam menjalani program kesehatan Dari ketiga sumber daya remaja, dengan memberikan tersebut yang belum tersedia dengan kesempatan Dinas Kesehatan Kota baik yaitu sumber daya manusia dan untuk sumber Masih kerjasama. Para pelaksana khususnya promotor Dinas Kesehatan Kota Semarang kesehatan reproduksi remaja dan telah melakukan berbagai strategi adanya tugas ganda yang dijalankan guna menyukseskan implementasi petugas PKPR di puskesmas, selain kebijakan melayani remaja. Sementara itu, membangun jejaring kerjasama antar ruangan lembaga daya kurangnya fasilitas. tenaga konseling puskesmas masih dibeberapa berupa ruang pemeriksaan yang terbuka. salah satunya pelaksana dengan evaluasi program mengadakan 8. Karakteristik Lembaga Menurut Agustino (2006:156) dan strategi aktor yang Lingkungan dimana suatu kebijakan terlibat Apabila suatu ini jejaring remaja tiap tiga bulan sekali. 7. Kekuasaan, kepentingan merasa membentuk kekuatan berkepentingan program, politik terhadap mereka tersebut dilaksanakan berpengaruh juga terhadap keberhasilan akan implementasinya, maka pada bagian menyusun strategi guna ini ingin dijelaskan karakteristik dari memenangkan persaingan yang suatu lembaga yang akan turut terjadi dalam implementasi, sehingga mempengaruhi suatu kebijakan. output suatu program akan dapat Indikator dalam faktor ini adalah komitmen lembaga pelaksana dan faktor koordinasi yang dilakukan lembaga pelaksana pelaksana. ketentuan-ketentuan yang ada dalam Dalam faktor ini indikator yang dirasa belum optimal yaitu ini adalah kepatuhan dalam mengikuti kebijakan dan tingkat partisipasi target grup. komitmen lembaga pelaksana dan Indikator yang dirasa belum koordinasi antar lembaga. Program optimal kesehatan remaja belum menjadi partisipasi prioritas utama, saat ini kesehatan kebijakan ini partisipasi target grup ibu menjadi fokus dalam pencapaian menjadi Dinas Kesehatan Kota Semarang. sebaya. Akan tetapi jumlah dari Koordinasi antar pendidik dan konselor sebaya di pelaksana masih belum optimal, Semarang masih minim, baik itu karena yang dilatih oleh Dinas Kesehatan yang berjalan lembaga-lembaga berkaitan masih program tersendiri, yang mementingkan sehingga kerjasama yang seharusnya berjalan (Peer dalam faktor target pendidik Conseulor) ini grup. atau yaitu Dalam konselor ataupun yang dilatih oleh Bapermas KB Kota Semarang (PIK Remaja). belum optimal. 9. Kepatuhan dan Daya PENUTUP Tanggap A. Kesimpulan Kebijakan publik yang telah 1. Implementasi Kebijakan dirumuskan akan berjalan dengan Pelayanan Kesehatan lancar Reproduksi Remaja di Kota apabila para pelaksana memahami isi kebijakan. Kepatuhan dalam dan menjalankan tujuan dari pelaksana a. Ketepatan Kebijakan atau Dalam ketepatan ini indikator prosedur yang ada pada kebijakan yang dirasa belum optimal Pelayanan yaitu upaya kebijakan. Jam Kesehatan aturan Semarang Reproduksi Remaja, akan memunculkan dayat pelayanan tanggap bersamaan dengan jam sekolah target grup dalam Sri Suwitri (2009: 88). Indikator dalam di Puskesmas dan antrian remaja sama yaitu pemahaman dan kesiapan dengan pasien lain. target. Remaja Semarang b. Ketepatan Pelaksana belum semua mengetahu Indikator yang dirasa belum pelayanan kesehatan remaja optimal yang tersedia. dalam ketepatan pelaksana adalah tugas pelaksana, belum semua Implementasi puskesmas di Semarang a. Perubahan 2. Faktor Penentu Keberhasilan yang melakukan pelatihan konselor Dikehendaki sebaya. Belum tercapainya tujuan dari kebijakan secara langsung atau c. Ketepatan Target Target merupakan remaja tidak langsung. Masih terdapat berusia 10-19 tahun. Bentuk kenaikan angka HIV, IMS, intervensi pemerintah terhadap NAPZA, KTD dan AKI pada target remaja Semarang. ialah memperluas akses mendapatkan kesehatan dengan remaja pengetahuan reproduksi. Akan b. Kedudukan Pembuat Kebijakan Indikator yang belum optimal tetapi masih terdapat remaja adalah yang kebijakan, pelaksana kurang menyalahgunakan pengetahuan yang diberikan. Masih terdapat pro kontra di kebijakan mengenai pelayanan pembuatan memahami proses pembuatan kebijakan. d. Ketepatan Lingkungan masyarakat proses kespro c. Siapa Pelaksana Belum adanya peraturan setingkat daerah menyebabkan remaja. Sementara itu, peran rincian media sebagai promotor belum Semarang belum jelas. dimanfaatkan dengan optimal. e. Ketepatan Proses aktor pelaksana d. Sumber Daya yang tersedia Sumber daya yang masih Dalam ketepatan ini indikator belum memadai yaitu tenaga yang dirasa belum optimal promotor dan fasilitas ruang di konsultasi yang masih sama dengan pasien lain. 1. Implementasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota e. Karakteristik Lembaga Semarang. Indikator yang belum oprimal a. Mengadakan antrian khusus adalah komitmen lembaga dan pelayanan koordinasi antar lembaga. reproduksi remaja, khususnya Kesehatan remaja belum untuk yang ingin konsultasi menjadi prioritas utama di minimal satu hari perminggu, Semarang. Lembaga pelaksana misalnya hari sabtu. yang ada masih mementingkan program tersendiri, sehingga kerjasama yang seharusnya berjalan belum optimal. f. Kepatuhan dan b. Mengadakan pemantauan dan evaluasi Tanggap Partisipasi Remaja Semarang dalam menjadi pendidik dan berkala mengenai pelatihan Daya kesehatan khusus pelaksanaan konselor sebaya disetiap puskesmas PKPR di wilayah kota Semarang. c. Menambahkan pengetahuan konselor sebaya masih belum tentang kesehatan reproduksi optimal. remaja ke materi pelajaran di sekolah , setidaknya pelajaran BK/BP. B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mencoba merumuskan saran. Saran ini sebagai masukan guna memperbaiki yang belum optimal dalam Implementasi Reproduksi Semarang. Remaja Adapun diberikan, yaitu : Kesehatan di saran Kota yang d. Mengadakan sosialisasi kesehatan reproduksi remaja pada setiap acara perkumpulan orang tua seperti rapat orang tua murid, pengambilan atau saat raport dan Mengadakan pengelolaan pelatihan web anggota PIK Remaja. kepada e. Menyisipkan informasi pengetahuan dan merinci siapa saja aktor atau pelayanan lembaga yang terlibat dalam kesehatan reproduksi remaja pelaksanaannya didalam acara yang menarik yang diemban masing-masing. banyak remaja, seperti konser d. Menetapkan serta minimal tugas dua music, acara music di tv, radio, orang yang bertugas untuk dan sebagainya. pelayanan 2. Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi Kebijakan a. Menanamkan pentingnya kesehatan reproduksi sejak dini dengan mengadakan penyuluhan kepada anak SD kelas 6, karena pada umur tersebut awal mula masa pubersitas remaja. b. Mengadakan sosialisasi mengenai perkembangan kebijakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja undang-undang, dari peratuan pemerintah, peraturan menteri, hingga pedoman pelaksanaan kepada para stakeholder daerah dan petugas pelaksana. c. Membuat Peraturan setingkat kota Semarang berupa Perda atau aturan lain yang khusus memuat Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja, dan kesehatan reproduksi remaja di puskesmas, khususnya untuk yang ingin mengakses layanan konseling, dan menyediakan ruang khusus yang tertutup untuk konseling. e. Mengadakan kerjasama lintas sektor dalam rangka implementasi kebijakan pelayanan kesehatan reproduksi remaja di kota Semarang. f. Mendirikan PIK Remaja di setiap kelurahan, mengadakan pelatihan konselor sebaya tiap tahun dan melakukan monitoring mengenai kegiatankegiatan yang konselor sebaya. dilakukan Revisi DAFTAR PUSTAKA 2014. Jakarta : Penerbit PT. Elex Media Agustino, Leo. (2006). Dasardasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta dan Johnny Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook Edisi Ketiga. Sage Publications: Inc. Moleong, Lexy J.(2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Pasolong, Harbani.(2007). Teori Administrasi Miles, Matthew B, A. Michael Huberman Komputindo. edisi revisi. Bandung : Alfabeta Suwitri, Sri. (2008). Konsep Dasar Kebijakan Universitas Diponegoro Sumber Lain Peraturan Pemerintah ROSDAKARYA Pedoman Kebijakan (2006). Publik untuk Negara-Negara Berkembang (Model-model Perumusan, Implementasi dan Evaluasi).Jakarta : Penerbit PT. Elex Media Komputindo. No.61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Riant. Publik. Semarang : Badan Penerbit Bandung : PT REMAJA Nugroho, Publik. Perencanaan, Pembentukan dan Pengelolaan PKPR di Kabupaten/Kota Laporan Program Kesehatan Remaja Kota Semarang Pada Tahun 2015 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Riset Kesehatan Dasar 2010 Nugroho, Riant.(2014). Public http://health.kompas.com/read/2 Policy (Teori, Manajemen, 015/08/22/151900523/Remaja.S Dinamika, ulit.Mengakses.Pelayanan.Keseh Konvergensi, Analisis, dan Kimia Kebijakan). Edisi Kelima, atan.Reproduksi http://jateng.tribunnews.com/20 16/01/15/remaja-menjadipopulasi-tertinggi-hivaids-jateng