Media Kedokteran Hewan Vol. 23, No. 3, September 2007 Insulin-like Growth Factor I ( IGF -I) Complex Plasma Seminalis Kambing Ratio of Glykoprotein : Protein : Karbohidrat Insulin-like Growth Factor I (IGF -I) Complex Seminal Plasma of Goat Ratio Glicoprotein : Protein : Carbohydrate Suherni Susilowati Bagian Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo, Surabaya -60115 Tel.+62-031-5992785 ext.301,Fax.+62 -031-5993015, e-mail : [email protected] Abstract The aim of this research is to characterize of Insulin - like Growth Factor – I (IGF-I) Complex seminal plasma of goat and to find out the ratio glycoprotein : protein : carbohydrate. Characterization of IGF-I Complex was conducted using SDS-PAGE, Glycoprotein Staining and Western Blot while concentration of carbohydrat of IGF -I Complex was measured by using Glycoprotein Carbohydrate Estimation Kit Pierce (No.Cat 23260) and Biuret method by spectrophotometry. The result indicated that IGF-I Complex seminal plasma of goat was glycoprotein with molecu lar weight 150.288 kDa. Ratio of glycoprotein : protein : carbohydrate was 4 : 2 : 2. It was concluded that IGF-I Complex seminal plasma of goat was glycoprotein. Key words : Seminal plasma of goat, IGF -I Complex, glycoprotein and carbohydrate Pendahuluan Semen atau air mani dari suatu spesies hewan mempunyai perbedaan dalam sifat -sifatnya dengan spesies lain. Semen adalah hasil sekresi kelamin jantan secara normal yang diejakulasikan kesaluran kelamin betina pada waktu kopulasi atau ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan Inseminasi Buatan (Hafez, 2000). Semen terdiri dari dua bagian yaitu plasma seminalis dan spermatozoa atau sel kelamin jantan. Plasma semen mengandung berbagai persenyawaan organik termasuk frukt osa, asam sitrat, sorbitol, gliseril fosforilkholin, ergothio nin, phospholipid, prostaglandin, asam amino dan asam oksalat (Partodihardjo, 1987). Senyawa anorga nik dalam plasma seminalis diantaranya bikarbonat, kalium dan natrium (Toelihere, 1985). Plasm a seminalis juga mengandung asam askorbat, asam amino, peptida, protein, lipid, asam lemak, enzim dan beberapa hormon (Hafez, 2000). Plasma seminalis yang terdiri dari bermacam macam komponen biokimia mempunyai fungsi yang spesifik mengatur spermatozoa. Be berapa penelitian menunjukkan bahwa fakor -faktor yang terdapat di dalam plasma seminalis dapat mempengaruhi daya tahan hidup, motilitas dan integritas membran sper matozoa domba dalam keadaan dingin (Beatriz et al., 155 2000). Penambahan crude protein terhadap spermatozoa hasil swim up dapat memperbaiki kualitas spermatozoa (Hendrawan, 2006). Ha l ini juga sesuai bahwa Insulin-like Growth Factor–I Complex plasma seminalis kambing meningkatkan persentase kualitas spermatozoa (motilitas yang progresif, viabilitas dan membran plasma utuh) yang telah dise ntrifugasi (Susilowati, 2007). Peningkatan persentase spermato zoa yang motil dapat dijelaskan sebagai berikut : motilitas (daya gerak) spermatozoa sangat tergantung pada suplai energi berupa Adenosin Tri Phosphat (ATP) hasil metabolisme. Fruktosa yang terdapat dalam plasma seminalis merupakan karbohidrat yang siap dimanfaatkan oleh spermatozoa sebagai sumber energi. Didalam plasma seminalis terdapat glikopro tein yaitu protein yang mengandung karbohidrat (Oligosacharida) yang terikat secara kovalen pada polypeptide backbones (Harper, 1988). Gugusan karbo hidrat pada glikoprotein mengandung hanya beberapa rantai karbohidrat atau sampai lebih dari setengah masa molekulnya (Gilvery dan Goldstein, 1996). Oligosacharida terikat pada polipeptida melalui 2 jenis ikatan, pertama melalui gugusan hidroksil dalam O-linked sacharida dari serin dan threonin dan melalui nitrogen amida dalam N-linked sacharida dari asparagin (Reginal et al.,1996). Komplek karbohidrat Susilowati; Insulin-like Growth Factor I ( IGF -I) Complex Plasma Seminalis Kambing … pada protein plasma seminalis ini memiliki peran dalam pengaturan fungsi spermatozoa, hal ini dapat dibuktikan apabila O-linked Oligosacharida dihilangkan secara kimiawi, aktifitas dari protein menjadi hilang (Florman dan Wassarman, 1987). Salah satu glykoprotein yan g terdapat di dalam plasma seminalis kambing adalah Insulin-like Growth Factor–I (IGF-I) Complex. Insulin-like Growth Factor-I Complex dalam plasma seminalis dapat mempenga ruhi perkembangan sel germinatif dan mengatur fungsi spermatozoa sebelum dan sesuda h ejakulasi terutama dalam meningkatkan motilitas dan kapasi tasi (Birkenmeier et al., 1996). Insulin-like Growth Factor-I berbentuk kompleks yang berikatan dengan molekul lain dengan berat molekul 150 kDa yang terdiri dari 3 molekul protein yaitu satu mo lekul Insulin -like Growth Factor–I (subunit α) dengan berat molekul 7,6 kDa, satu molekul Insulin Like Growth Factor Binding Protein (subunit β) dengan berat molekul 53 kDa dan satu molekul Acid Label Subunit dengan berat molekul 85 kDa (subunit γ) (Kostecha dan Blanovec, 1999). Pada spesies primata tingkat tinggi, komplek protein tersebut ditemukan di cairan amnion, cairan cerebrospinal dan plasma seminalis (Baxter, 1990). Fungsi IGF-I diatur oleh suatu kelom pok dari 6 binding protein yang mempunyai afi nitas tinggi (IGFBP). Binding protein tersebut fungsinya diatur oleh adanya interaksi dengan matrix ekstra seluler dan permukan sel yaitu protease (Macpherson et al., 2002). Reseptor IGF-I telah diidentifikasi pada sel sertoli, sel leydig, spermatosit II, spermatid dan spermatozoa (Macpherson et al., 2002). Hasil penelitian Donald et al (1998) membuktikan bahwa receptor IGF–I yang utama terletak pada daerah akrosom membran plasma spermatozoa. Insulin-like Growth Factor-I selain berfungsi pada proses sperm atogenesis juga berfungsi sebagai steroi dogenesis (Macpherson et al., 2002) dengan bertambahnya ekspresi reseptor gonadotropin seperti Luteinizing Hormon atau Human Chorionic Gonadotropin (Donald et al., 1998). Insulin -like Growth Factor–I secara lokal diproduksi oleh sel sertoli bertindak sebagai parakrin. Di dalam plasma semen IGF -I telah diidentifikasi di dalam testes yang disekresi oleh sel leydig dan sel sertoli (Roser dan Hess, 2001). Insulin like Growth Factor yang disekresi dalam plasma seminalis diproduksi oleh sel -sel sertoli dan tidak dapat melalui blood testis barrier, dalam hal ini bertidak sebagai parakrin yang berpengaruh terhadap perubahan epiteil germinalis sampai menjadi sperma tosit. Insulin-like Growth Factor-I juga diproduksi oleh sel-sel granulose pada tikus yang bertindak sebagai parakrin dan diproduksi oleh sel theca externa dari sel granulose pada sapi. Hal ini berbeda dengan Insulin -like Growth Factor II tidak diproduksi oleh sel sertoli maupun sel-sel granulose (Donald’s, 2003). Insulin-like Growth Factor-I selain berfungsi pada proses spermatogenesis juga berfungsi sebagai steroi dogenesis (Macpherson et al., 2002) dengan bertambahnya ekspresi reseptor gona dotropin Luteinizing Hormon (LH) atau Human Chorionic Gonadotropin (HCG) (Donald et al., 1998). Insulin-like Growth Factor yang mengaktifasi sel-sel steroidogenik akan mempunyai potensi terhadap Adreno Cortico Tropic Hormon (ACTH), Follicle Stimulating Hormon (FSH) pada sel-sel granulose, LH dari sel-sel techa dan LH pada sel leydig (Donald’s, 2003). Pada manusia telah diteliti, terdapat korelasi positif antara konsentrasi IGF -I plasma seminalis dengan kualitas semen (Birkenmeier et al., 1996). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah p rotein plasma seminalis kambing termasuk glykoprotein dan untuk mengeta hui ratio glykoprotein, protein dan karbohidrat dari Insulin-like Growth Factor–I Complex. Oleh karena itu berdasarkan hal-hal diatas maka peneliti ingin mene liti ratio glykoprotein, protein dan karbohidrat dari Insulin-like Growth Factor–I Complex plasma seminalis kambing. Metode Penelitian Koleksi Semen dan Purifikasi Protein Plasma Semi nalis Kambing Semen ditampung dari kambing jantan perana kan ettawa dengan menggunakan vagina b uatan. Semen tersebut ditambah dengan Phosphat Buffer Saline (PBS, GIBCO BRL) kemudian disentrifus pada suhu 5 o C dengan kecepatan 600 G selama 10 menit, kemudian supernatannya (plasma semen) diambil dengan mikropipet dimasukkan kedalam tabung ependorf. Purifikasi dilakukan dengan cara menambahkan PBS dan Phenylmethenesulfonyl fluiride (PMSF, SIGMA) kemudian divortex selama 5 menit, dilakukan sonikasi dengan Ultrasonic homogenizer 25 Khz selama 10 menit pada suhu 4 o Celcius kemudian divortex lagi dan dise ntrifus dengan kecepatan 600 G selama 10 menit. Supernatannya diambil ditambah dengan etanol absolut dengan perbandingan 1:1 dan diendapkan semalam (sampai tidak tercium bau etanol), etanolnya dibuang kemudian peletnya ditambah dengan Tris Cl dengan 1-2 kali volume pellet (Aulani’am , 2005). Preparasi Insulin - like Growth Factor –I Complex dengan SDS-PAGE Running gel dimasukkan ke dalam alat SDSPAGE melalui dindingnya sampai dibawah garis atas. Kemudian ditambahkan 1 ml butanol dan dibiarkan selama 25 menit. Setelah gel membeku butanol dibuang dan dibersihkan dengan PBS dan dikering - 156 Media Kedokteran Hewan kan dengan Whatman paper. Selanjutnya ditambahkan stacking gel 12% melewati dindingnya sampai penuh dan setelah itu dimasukkan comb dan ditunggu 25 menit. Selanjutnya comb diambil dan sisa-sisa gel dibersihkan dengan buffer. Limabelas µl sampel ditambah 15 µl laemli buffer dimasukkan ke dalam tabung ependorf, kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 100 oC selama 3 menit. Setelah dingin sampel diambil sebanyak 15 ul dimasukkan dalam tiap-tiap sumur. Protein standar diperlakukan sama dengan sampel. Setelah itu anoda dihubungkan pada reservoir bawah dan katoda dihubungkan dengan reservoir atas. Power supply dihidupkan dengan arus listrik sebesar 30 mA, 130 V selama 1 jam . Jika reaksi gel sudah sampai bawah kemudian dimatikan dan plat dibuka dan dipisahkan, selanjutnya dicuci dengan buffer dan hasilnya divisualisasikan dengan pewarnaan glykoprotein atau langsung ditransfer ke membran nitrosellulose untuk diuji spesifisi tasnya dengan Western Blot (Aulani’am, 2005) Uji Glykoprotein Insulin-like Growth Factor–I Complex Uji glykoprotein dilakukan dengan prosedur glykoprotein staining kit produksi dari Pierce (No.Cat 24562). Diawali dengan electrophoresis dari sample. Gel hasil electrophoresis selanjutnya direndam dalam methanol 50% selama 30 menit, dicuci 2 kali dengan 3% asam asetat selama 10 menit. Selanjutnya dimasukkan dalam larutan oksidasi selama 15 menit dan dicuci kembali dengan asam asetat 3 kali masing masing 5 menit. Gel direndam dengan reagen glykoprotein staining selama 15 menit dan kemudian direndam dengan larutan reduksi selama 5 menit. Gel selanjutnya di rendam dalam 3% asam asetat dengan beberapa kali penggantian hingga terlihat band-band yang berwarna ungu. Isolasi Insulin-like Growth Factor-I Complex dengan metode elektroelusi Gel SDS-PAGE yang tidak diwarnai dipotong sepanjang pita yang dikehendaki. Masing -masing potongan gel dimasukkan kedalam kantong nilon, kemudian dimasukkan dalam block glass yang mengandung PBS dan dilanjutkan dengan stirrer selama 24 jam, setiap 6 jam dilakukan penggantian PBS. Untuk mengetahui bahwa protein sudah mengalami elusi maka potongan gel diwarnai dengan pewarnan silver, bila tidak terdapat pita berarti protein sudah terelusi (Sumitro dkk., 1998). Penentuan Konsentrasi Glykoprotein, Protein dan Karbohidrat dari Insulin–like Growth Factor–I Complex Karakterisasi glykoprotein plasma seminalis kambing dilakukan dengan pewarnaan glykoprotein untuk mengetahui sifat-sifat biokimia kandungan 157 Vol. 23, No. 3, September 2007 protein, karbohidrat dan glykoprotein (Sumitro dkk., 1998). Karakterisasi parameter diatas dilakukan dengan menggunakan Glycoprotein Carbohydrate Estimation Kit dari Pierce (No.Cat. 23260) dan metode biuret secara spektrofotometri. Penentuan k andungan glykoprotein dan karbohidrat dari sampel dilakukan sebagai berikut: Disiapkan 3 tabung eppendorf, 2 tabung eppendorf diisi 0,4 ml glykoprotein assay buffer sebagai blanko dan 1 tabung eppendorf diisi 16,7 µl sampel plasma seminalis dan diencerk an sampai volume 0,4 ml dengan pelarut glykoprotein assay buffer. Kemudian masing-masing tabung eppendorf ditambahkan 0,2 ml Kalium Periodat 10 mM, dihomogenkan kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit. Selanjutnya masing -masing tabung eppendorf ditambahkan 0,6 ml glykoprotein detection reagent 0,5%, dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu ruang selama 1 jam. Kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV -Vis pada λ maksimum 550 nm dan diulang 3 kali. Kandungan glykoprotein, karbohidrat dan pro tein dari sampel diperoleh dengan membanding kan dengan larutan standar proteinnya, menggunakan rumus: Glykoprotein (mg/ml) = Absorbansi sampel Absorbansi standar x C protein (μg/ml)xpengenceran Keterangan: Karbohidrat (μg/ml) = Kandungan gly koprotein x % total karbohidrat standar ; Protein (μg/ml) = Kadar glykoprotein – kadar karbohidrat. Analisis data Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif , sehingga tidak ada analisis data. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah karakter biokimiawi kandungan glykoprotein, karbohidrat, protein dari molekul Insulin-like Growth Factor–I Complex plasma seminalis kambing (Aulani’am, 2005). Hasil dan Pembahasan Hasil karakterisasi glykoprotein IGF -I Complex dengan SDS-PAGE (Szafranska et al., 2003) menunjukkan bahwa massa molekul relatif (Mr) glykopro tein IGF-I Complex terletak antara 116 –200 kDa (Gambar 1). Insulin-like growth Factor-I Complex disintesis oleh sel leydig dan sel sertoli di dalam testes (Roser dan Hess, 2001; Donald’s, 2003). Insulin - like Growth Factor–I Complex pada plasma seminalis kelinci mempunyai Mr 150 kDa yang mempengaruhi fungsi sperma (Minelli et al., 2001), sedangkan pada serum manusia dan tikus berki sar antara 125–150 kDa (Dai dan Baxter, 1992). Diperkirakan 5% dari plasma seminalis, IGF-I tidak berikatan. Fungsi IGF -I diperantarai oleh interaksi dengan enam macam IGF Susilowati; Insulin-like Growth Factor I ( IGF -I) Complex Plasma Seminalis Kambing … Binding Protein (IGFBP) (Yaseen et al., 2001). Insulinlike Growth Factor–I adalah suatu peptida yang terdiri dari 70 asam amino dengan berat molekul 7649 Da. Sama dengan Insulin, IGF -I mempunyai rantai A dan B yang dihubungkan dengan rantai disulfida (Laron, 2001). Dari 70 asam amino IGF -I tersebut, 29 asam amino homolog dengan insulin rantai B, 12 asam amino analog dengan proinsulin C peptida dan 21 asam amino homolog dengan insulin rantai A, sedangkan 8 asam amino lainnya tidak mempunyai fungsi sama dengan insulin (Gill et al., 1999). Hasil perhitungan ka dar glykoprotein dan karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Glykoprotein dan Karbohidrat Absorbansi standar A1 A2 A3 Apotransferin 0,145 0,184 0,164 Petuin 0,158 0,156 0,157 Albumin 0,164 0,153 0,158 Ovalbumin 0,115 0,165 0,140 Lizoozyme 0,162 0,184 0,173 Α acid glikoprotein 0,199 0,185 0,192 Absorbansi sampel dihitung dua kali. Absorban si sampel sebesar 0,114 dan 0,117 sehingga rata -rata nilai absorbansi sampel adalah 0,1155. 0,1155 Kadar glykoprotein = x 0,25 x 28 = 4,21 μg/ml; 0,192 Kadar karbohidrat = 4,210 x 0,414 = 1,742 μg/ml; Kadar protein = 4,210 – 1,742 = 2,468 μg/ml. Jadi ratio glykoprotein : protein : karbohidrat dari Insulin Like Growth Factor–Complex adalah 4 : 2 : 2 Glykoprotein dalam sampel dapat dideteksi melalui reaksi PAS (Periodic Acid Schiff) yaitu suatu reaksi yang didasarkan pada efek oksidatif asam periodat (HIO 4) pada gugus 1,2–glikol di dalam residu karbohidrat yang menghasilkan gugus alde hid. Pengukuran glykoprotein, pro tein dan karbohidrat mempunyai prinsip bahwa glykoprotein dioksidasi oleh kalium periodat menjadi aldehid. Aldehid ini akan dideteksi menggunakan reagen deteksi glyko protein yaitu pereaksi dari Pierce (No.Cat 23260). Reagen deteksi glykoprotein membe rikan warna ungu dengan aldehid dan mempunyai absorbansi maksimum pada λ 550 nm. Absorbansi pada λ 550 nm sebanding dengan persentase komponen karbohidrat dalam glikoprotein. Hal ini dapat dibuktikan bahwa protein yang tidak mengan dung karbohidrat seperti lysozyme dan BSA (pada standart) memberikan absorbansi rendah pada λ 550 nm. Insulin-like Growth Factor–I Complex plasma seminalis kambing mengandung karbohidrat sebesar 1,742 μg/ml. Kandungan senyawa karbohidrat yang terukur dalam sampel menunjukkan ba hwa di dalam sampel tersebut mengandung glykoprotein. Kandungan karbohidrat pada glykoprotein sangat penting dalam hal pengaturan fungsi spermatozoa, dimana karbohidrat tersebut terikat pada rantai polipeptida melalui N-linked dan O-linked Oligosacharida. IGF–I Complex 150 kDa Gambar 1. Hasil electrophoresis SDS -PAGE 12% glikoprotein plasma seminalis kambing. 158 Media Kedokteran Hewan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpul kan bahwa protein IGF-I Complex plasma seminalis kambing termasuk glykoprotein. Ratio glykoprotein : protein : karbohidrat dari IGF-I Complex adalah 4:2:2. Ucapan Terimakasih Penelitian ini merupakan sebagian dari hasil penelitian yang dibiayai oleh Proyek Insentif Riset Dasar 2007. Pada kesempatan ini penulis mengucap kan banyak terima kasih atas dana yang diberikan. Daftar Pustaka Aulani’am. 2005. Protein dan Analisisnya. Cetakan Pertama. Citra Mentari Group. Malang. Baxter RC. 1990. Circulating levels and molecular distribution of the acid labile (alpha) subunit of the high molecular weight insulin – like growth factor binding protein complex. Australia. Clin.Endocrin.Metabol. 70(5). Vol. 23, No. 3, September 2007 Griveau JP and Lannou LD. 1997. Reactive oxygen speciec and human spermatozoa. physiology and pathology. Int. J. Androl. (20): 60-90. Harper R. 1988. Biochemistry. The United State of America. New York. 130-167. Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7 th. Edition. Philadelphia. Baltimore. New York London. Hendrawan. 2006. Pengaruh crude protein terhadap kualitas spermatozoa hasi l swim up. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Unair. Hoeflich A, Reichenbach HD, Schwartz J, Grupp T, Fol MM, Webwe J, and Wolf E. 1999. Insulin like growth factors and IGF -binding protein in bovine seminal plasma. Domest Anim Endo crinol. 17(1): 39-51. James BC and Naz RK. 1999. Modulation of insulin like growth–I in seminal plasma of infertile men. Journal of Andrology. 20: 118-125. Beatriz B, Perez-Pe R, Gallego M, Tato A, Osada J, Blanco TM, and Cebrian-Perez JA. 2000. Seminal plasma. Kostecka Z and Blanovec Z. 1999. Insulin like growth factor binding protein and their functions (minireview ) Endocrin reg ulations. 33: 90-94. Birkenmeier G, Glander HJ, Kratzsch, and Weibrich C. 1996. Insulin like growth factor – I and alpha-2 macroglobulin in seminal plasma human. Reprod. 11: 2454-2460. Laron Z. 2001. Insulin like growth factor I ( IGF -I ): a growth hormon. J. Clinical Pathol: Mol Pathol. 54: 311-316. Dai J and Baxter RC. 1992. Molecular cloning of the rat insulin like growth factor binding protein complex. Australia. J. Biochem. Biophys. Res Commun. 188 (1): 304-309. Donald MH, Kouba AJ, Lackey BR, Boone WR, and Gray LS. 1998. Identification of insulin like growth factor I in bovine seminal plasma and its receptor on spermatozoa. Influence on sperm motility. 59: 330-337. Donald’s Mc. 2003. Veterinary Endocrinology And Reproduction. Fifth Edition. Edited by : Mauricio H. Pineda, Michael P. Dooley. 154-225, 265, 325, 447. Florman HM and Wassarman PM. 1987. O-linked oligosaccharides of mouse egg ZP3 account for its sperm receptor activity. Cell.41:313 -324. Gill R, Verma C, Wallach B, Urso B, Pitts J, Awollmer, De Meyts P, and Wood M. 1999. Modeling of the Disulphide Swapped Isomer of Human Insulin Like Growth Factor I :Implication for Receptor Binding. Oxford. J. Prot. eng. 12(4): 297-303. Gilvery R and Goldstein G. 1996. Biokimia Suatu Pen dekatan Fungsionil. Airlangga University Press. 159 Macpherson ML, Simmen RCM, Simmen FA, Hernandes J, Sheerin BR, Varner DD, Loomis P, Cadario ME, Miller CD, Brinsko SP, Rigby S, and Blanchard TL. 2002. Insulin like growth factor I and insulin like growth factor binding protein 2 and 5 equin seminal plasma: Association with sperm Characteristic and Fertility. Biol of Reprod . 67: 648-654. Minelli A, Moroni M, and Castellini C. 2001. Isolation and purification of the IGF -I protein complex from rabbit seminal plasma: effect on sperm motility and viability. ExpZool.1; 290(3):279-290. Partodihardjo S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 44 -45. Reginal HG and Charles MG. 1996. Biochemistry. Saunders College Publishing. New York.143-167. Roser JF and Hess MF. 2001. The effect of age and fertility status on plasma and intratesticular insulin like growth factor I concentration in stallion. Theriogenology. 56: 723-733. Sumitro BS, Rahayu S, Fatchiyah, dan Wydianti S. 1998. Materi Kursus Teknik -Teknik Dasar Susilowati; Insulin-like Growth Factor I ( IGF -I) Complex Plasma Seminalis Kambing … Analisa Protein dan DNA. FMIPA. Unibraw. Malang. Susilowati S. 2007. Insulin like growth fa ctor–I aktif plasma seminalis kambing meningkatkan kualitas spermatozoa hasil sentrifugasi. Media Kedokteran Hewan. Mei. 23(1). Szafranska B, Panasiewicz G, Majewska M, and Beckers JF. 2003. Reprod. Nutr. Dev. 43: 497- 516. Toelihere MR. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung. Vickers MH, Casey PJ, Champion ZJ, Gravance CG, and Breier BH. 1999. IGF-I treatment increase motility and improves morphology of immature spermatozoa in the GH deficient dwarf (dw/ dw) rat. Growth Hormon IGF Res. 9(4): 236-240. Yaseen MA, Wrenzycki C, Hermann D, Carnwath JW, and Niemann H. 2001. Changes in the relative abundance of mRNA transcripts for insulin like growth factor (IGF-I and IGFII) ligands and their receptors (IGF-IR/IGFIIR) in preimplantat ion bovine embryos derived from different in vitro systems. Reproduction.122: 601-610. 160