Cemara Hantu dan Selasih Berpotensi Mengendalikan Lalat Buah Lalat buah (Bactrocera dorsalis) yang merusak buah-buahan dapat dikendalikan dengan atraktan nabati yaitu metil eugenol hasil penyulingan daun cemara hantu (Melaleuca brachteata) dan selasih (Ocimum spp.). Bagaimana sosok tanaman tersebut? L alat buah (Bactrocera sp). banyak menimbulkan masalah pada tanaman buah-buahan seperti jambu biji, jambu air, belimbing, nangka kuning, mangga, pepaya, melon, pare bahkan cabai merah, sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar. Lalat dewasa meletakkan telurnya di dalam buah. Tiga hari kemudian telur menetas dan larvanya (ulat) hidup di dalam buah dengan menggerogoti daging buah sehingga buah menjadi busuk. Akibatnya buah jatuh dan tidak bisa dipanen. Bagian luar buah yang diserang kadang terlihat mulus, tetapi bagian dalamnya sudah busuk. Larva lalat buah hidup di dalam buah selama 12-16 hari, kemudian meloncat ke tanah dan menjadi pupa. Setelah 3 hari, pupa menjadi lalat dewasa yang siap kawin dan bertelur kembali pada buah yang segar. Pengendalian lalat buah dengan menggunakan pestisida kimia, selain harganya cukup mahal juga banyak mencemari lingkungan, terle- bih lagi bila penggunaannya kurang bijaksana dan tidak sesuai anjuran. Penggunaan metil eugenol sebagai atraktan nabati lalat buah merupakan cara yang aman bagi manusia dan lingkungan, juga bisa diproduksi sendiri oleh petani baik secara perorangan maupun berkelompok. Metil eugenol diperoleh dari hasil penyulingan daun tanaman cemara hantu (Melaleuca brachteata) dan selasih (Ocimum spp.). Kedua jenis tanaman ini sudah banyak dibudidayakan dan dapat tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Deskripsi Tanaman Cemara Hantu Cemara hantu berupa tumbuhan tahunan dengan tinggi 10-15 m, batang berkayu dan bercabang ba- 7 Tanaman penghasil eugenol, dari kiri ke kanan cemara hantu (Melaleuca brachteata), selasih berdaun ungu (Ocimum sanctum), dan selasih berdaun hijau (O. minimum). nyak. Tanaman berdaun tunggal dengan ujung dan pangkal daun meruncing, tepi rata, berwarna hijau agak kekuning-kuningan. Buah kotak berbentuk lonceng dengan diameter 6-7 mm dan berwarna putih kotor. Biji sangat kecil, berbentuk bulat dan berwarna cokelat. Tanaman berakar tunggang dan dapat tumbuh di hampir semua tempat dengan ketinggian 1-1.500 m dpl, semakin tinggi tempat, semakin baik pertumbuhannya. Tanaman cemara hantu berasal dari Australia. Di negara asalnya, tanaman ini banyak ditanam di sepanjang daerah aliran sungai karena sangat baik untuk mencegah erosi. Daunnya dapat dijadikan bahan dasar parfum dan kayunya dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan. Sosok tumbuhan cemara hantu cukup menarik, karena menyerupai pohon cemara atau pinus sehingga banyak ditanam sebagai tanaman hias. Perbanyakan tanaman bisa dilakukan dengan mencangkok dan juga bisa dengan biji yang disemaikan terlebih dahulu, kemudian dipelihara dalam polibeg. Setelah bibit berumur 1 tahun baru dipindah ke lapangan. 8 Tanaman cemara hantu sudah mulai bisa dipanen daunnya setelah berumur 3 tahun, dan seterusnya setiap 6 bulan-1 tahun (bergantung keperluan). Daun selanjutnya disuling dalam ketel penyuling selama 6 jam. Rendemen minyak yang diperoleh sekitar 0,2-0,5% yang mengandung metil eugenol 84-86%. Metil eugenol yang dihasilkan siap diaplikasikan di lapangan dengan menggunakan alat perangkap. Selasih Selasih merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 30-150 cm. Batang berkayu berbentuk segi empat atau bulat, beralur, bercabang, berbulu dengan warna hijau, hijau kecokelatan atau ungu. Daun tunggal berbentuk bulat telur, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 1-5 cm, dan lebar 6-30 cm. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Bogor mempunyai empat jenis selasih penghasil metil eugenol, yaitu Ocimum sanctum, O. basillicum, O. tenuiflorum, dan O. minimum. Keempat jenis tanaman tersebut termasuk ke dalam famili Labiateae dan merupakan tanaman semak semusim. Jenis tanaman dapat dibedakan dari bentuk daun, warna batang dan daun, serta bentuk malai bunga. Tanaman selasih mulai bisa dipanen setelah berumur 3 bulan, dan seterusnya setiap 1 bulan. Tanaman dipanen 4-5 kali dan setelah itu harus diremajakan kembali. Perbanyakan tanaman selasih dilakukan dengan biji yang disemaikan terlebih dahulu. Setelah bibit berumur 2-3 minggu dibumbun dalam kantong plastik kecil dan setelah 1 bulan baru dipindah ke lapangan. Panen dan Penyulingan Daun cemara hantu sudah dapat dipanen setelah tanaman berumur 3 tahun dengan cara memangkas daun dan sebagian tangkainya. Untuk selasih, daun dipanen setelah tanaman berumur 3 bulan dengan memangkas tanaman bagian atasnya. Daun yang telah dipanen kemudian dilayukan selama 18-20 jam untuk mengurangi kadar air dalam daun serta untuk menambah volume suling. Penyulingan daun cemara hantu dan selasih dilakukan dengan menggunakan ketel penyuling yang terbuat dari besi stainles steel. Pengapian bisa menggunakan kompor minyak tanah dengan tekanan pompa atau kayu bakar. Kapasitas alat penyuling disesuaikan dengan kebutuhan, bisa berukuran 50 liter atau 100 liter. Lama penyulingan untuk daun cemara hantu adalah 6 jam, dan untuk daun selasih 4 jam. Hasil sulingan kedua bahan ini berupa minyak yang mengandung metil eugenol. Aplikasi di lapangan dilakukan dengan meneteskan metil eugenol 0,2 ml pada kapas kemudian digantungkan dalam botol perangkap. Aplikasi diulang setiap 2 minggu (Momo Iskandar). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Telepon : (0251) 327010,321879 Faksimile: (0251) 327010 E -mail : [email protected] 9