BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan akuntansi dewasa ini telah menyebabkan penggunaan pelaporan akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal yang mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi secara tidak terkendali terhadap sumber daya alam dan masyarakat (sosial) sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Perusahaan memiliki lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal perusahaan adalah pihak-pihak seperti karyawan dan manajer sedangkan yang termasuk lingkungan eksternal perusahaan seperti investor, kreditur dan masyarakat. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan dampak yang positif dan negatif bagi lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan. Aktivitas perusahaan diungkapkan dalam laporan keuangan. Tetapi, sering kali aktivitas yang berdampak positif diungkapkan dalam laporan keuangan dari pada aktivitas yang berdampak negative terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal perusahaan. Sejak tahun 2007, laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan menampilkan pengungkapan aktivitas sosial perusahaan yang telah dilakukan. Walaupan demikian, luas lingkup dan ke dalaman pengungkapan social yang dimuat perusahaan berbeda-beda. Luas pengungkapan tanggungjawab sosial 1 adalah item-item pengungkapan sosial yang dimuat perusahaan dalam laporan tahunan. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada investor, kreditur dan pemerintah. Laporan keuangan dapat dikelompokkan dalam pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary disclosure), pengungkapan wajib merupakan ketentuan yang harus diikuti oleh setiap perusahaan atau institusi yang berisi tentang hal-hal yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan menurut standar yang berlaku. Sedangkan pengungkapan yang bersifat sukarela ini tidak diisyaratkan oleh standar, tetapi dianjurkan dan akan memberikan menjadi nilai tambah bagi perusahaan yang melakukannya. Pada akuntansi konvensional (mainstream accounting), perusahaan bertanggung jawab hanya kepada pemilik modal (investor dan kreditur), sedangkan pihak-pihak, seperti karyawan, masyarakat, dan konsumen cenderung diabaikan. Tentu hal itu sangat merugikan mereka karena setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan memiliki dampak. Dewasa ini, perusahaan dituntut untuk mementingkan karyawan, konsumen serta masyarakat, tetapi tidak meninggalkan kepentingan manajemen dan pemilik modal. Dalam akuntansi konvensional juga, informasi dalam laporan keuangan merupakan hasil transaksi yang merupakan pertukaran barang dan jasa antara dua atau lebih entitas ekonomi, seangkan pertukaran antara perusahaan dengan lingkungan sosial menjadi cenderung diabaikan. Hal ini mengakibatkan informasi 2 yang diterima pengguna laporan keuangan menjadi kurang lengkap, terutama mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan. Sampai saat ini belum ada standar atau panduan yang berterima umum mengenai praktek akuntansi sosial, sehingga informasi yang dihasilkan antara perusahaan menjadi beragam. Pada saat semakin berkembangnya teknologi dan informasi, masyarakat bersikap lebih kritis terhadap kegiatan perusahaan termasuk tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi yang transparan, tata kelola perusahaan yang bagus (good corporate governance) memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Tuntutan masyarakat adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana tanggungjawab sosial telah dijalankan oleh perusahaan sehingga masyarakat merasa aman dan tentram dalam menggunakan produk – produk yang diproduksi perusahaan tersebut. Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan mengungkapkan informasi sosial. Salah satu informasi sosial yang sering diungkapkan perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Informasi tersebut disampaikan secara sukarela apabila manfaat yang diperoleh perusahaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkan informasi tersebut. Berdasarkan penelitian Sitepu (2008) ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memilki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan financial leverage dan ukuran perusahaan tidak memilki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi social 3 yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2007. Marpaung (2009) menemukan bahwa struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan, tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008. Sirait (2011) menemukan bahwa Ukuran dewan komisaris dan Profitabilitas secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sedangkan tingkat Leverage dan ukuran perusahaan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaa manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Atas dasar penelitian-penelitian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggungjawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan Sitepu (2008) dan Marpaung (2009) dan Sirait (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah fokus penelitian hanya pada perusahaan perbankan sedangkan tiga penelitian terdahulu fokus pada 4 perusahaan manufaktur serta perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Karena adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti ingin meneliti kembali apakah ukuran dewan komisaris, financial leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan perbankan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah : 1. Apakah ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh secara parsial atau masing-masing terhadap pengungkapan informasi sosial ? 2. Apakah ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap pengungkapan informasi sosial ? 1.3. Tujuan Masalah Sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan secara parsial atau masing-masing terhadap pengungkapan informasi sosial. 5 2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan secara simultan atau bersama-sama terhadap pengungkapan informasi sosial. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi penulis, Sebagai bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan informasi sosial yang akan diungkapkan dalam laporan tahunan, 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis. 6