ASUHAN KEBIDANAN Ny. A DENGAN PROGRAM STU SEKOLAH

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
Ny. A DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT I
DI RSUD KARANGANYAR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
khir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
Susanti
NIM B13135
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir pada Bayi
Ny. A dengan Ikterus Neonaturum derajat I di RSUD Karanganyar”. Karya Tulis
ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat kelulusan dari Program StudiD III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST, M.Keb, selaku Kepala Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Hutari Puji A, SSiT., M. Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Direktur RSUD Karanganyar yang telah bersedia memberikan ijin pada
penulis dalam melakukan Studi Kasus.
5. Seluruh Dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Responden Ny. A beserta bayi Ny. A atas kesedian menjadi pasien.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan KaryaTulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga KaryaTulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
iv
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah Juli 2016
Susanti
B13 135
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny.A DENGAN
IKTERUS NEONATORUM DERAJAT I
DI RSUD KARANGANYAR
(xii +74 halaman + 13 lampiran + 1 gambar + 4 tabel)
INTISARI
Latar Belakang :Di Indonesia berdasarkan penelitian, Angka KematianBayi
(AKB) masih sangat tinggi yaitu 32/1000 kelahiran hidup (Dinkes, 2012).
Masalah utama yang sering terjadi pada bayi baru lahir salah satunya adalah
ikterus neonatorum (Raharjo dan Marmi, 2012).Apabila tidak segera dilakukan
penanganan akan menyebabkan terjadinya kern ikterus yaitu suatu kerusakan otak
akibat adanya indirek pada otak dan juga kematian (Dewi, 2013). Angka kejadian
ikterus derajat I di RSUD Karanganyar dari bulan September 2014 – September
2015bayi ikterus derajat I sebanyak 285 (43,8%).
Tujuan Studi Kasus : Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan ikterus neonatorum derajat I dengan menggunakan pendekatan 7 langkah
manajemen kebidanan menurut Hellen Varney.
Metodologi: Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data ini yaitu
deskriptif observasional yang beralokasi di RSUD Karanganyar, pelaksanaan
studi kasus ini pada tanggal 23 Juni – 26 Juni 2016 dengan menggunakan format
asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan pengumpulan data menggunakan data
primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Setelah dilaksanakan Asuhan Kebidanan selama 4 hari,
didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, reflek
menelan dan menghisap baik, bayi bergerak aktif, warna kuninng pada wajah,
mata, hidung, telinga sampai leher sudah tidak terlihat, bayi sudah menyusu
dengan kuat, berat badan naik menjadi 3300 gram, keadaan lingkungan bayi tetap
bersih, hangat dan nyaman, serta kadar bilirubin dalam darah sudah turun.
Kesimpulan : Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada bayi Ny. A dengan
ikterus neonatorum derajat I terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik,
yaitu pada langkah antisipasi tidak dilakukan early feeding dan pemberian agaragar.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Ikterus Neonatorum derajat I.
Kepustakaan : 31 literatur (2007-2015)
v
MOTTO
1.
Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan
(QS. Al-insyiroh : 6)
2.
Keberkahan atas yang kita lakukan tidak akan ada bila tidak disertai doa dan
hati yang tulus ikhlas. (Penulis)
3.
Selalu tersenyum dan selalu ingat bahwa tersenyum merupakan ibadah.
4.
Lakukan apa yang kamu cintai, cintailah apa yang kamu lakukan.
5.
Jadilah diri sendiri.
6.
“Live like there’s no tomorrow” hiduplah seperti tidak ada hari esok.
7.
Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini
penulis persembahkan :
1. Allah SWT , Alhamdulillah karena telah
memberi rahmat dan hidayah.
2.
Ibu dan Ayah tercinta, terimakasih atas doa
restu dan cinta kasih selama ini.
3.
Kakak-kakak tercinta, yang selalu memberi
dukungan dalam setiap langkah.
4.
Sahabat mainku Fairuza, Aldini, Laras.
5.
Keluarga baruku Jane’s Fam.
6.
Teman-teman kelas 3C Kusuma Husada yang
tersayang.
7.
Almamater tercinta STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
vi
CURICULUM VITAE
Nama
: Susanti
Tempat / Tanggal Lahir : Tanjungpinang, 7 September 1995
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Karangasem, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan
1.
SDN 004 Bukit Bestari Tanjungpinang
Lulus Tahun 2007
2.
SMPS Pelita Nusantara Tanjungpinang
Lulus Tahun 2010
3.
SMAN 2 Tanjungpinang
Lulus Tahun 2013
4.
D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Angkatan tahun 2013
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................... 3
D. Manfaat Studi kasus.................................................................... 4
E.
Keaslian Studi Kasus .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ................................................................................. 7
B. Teori Manajemen Kebidanan ...................................................... 18
C. Landasan Hukum......................................................................... 33
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS
A. Jenis Studi Kasus......................................................................... 35
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 35
C. Subjek Studi Kasus...................................................................... 36
D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 36
E. Instrumen Studi Kasus ................................................................ 36
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36
G. Alat-alat yang Dibutuhkan .......................................................... 40
H. Jadwal Studi Kasus...................................................................... 41
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ............................................................................ 42
B. Pembahasan ................................................................................. 65
viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 71
B. Saran ............................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 .................................................................................................... 14
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 ........................................................................................................ 15
Tabel 2.2......................................................................................................... 17
Tabel 4.1 ........................................................................................................ 47
Tabel 4.2......................................................................................................... 50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal studi kasus
Lampiran 2.
Surat permohonan ijin studi pendahuluan
Lampiran 3.
Surat balasan ijin studi pendahuluan
Lampiran 4.
Surat permohonan ijin pengambilan kasus
Lampiran 5.
Surat balasan ijin pengambilan kasus
Lampiran 6.
Surat permohonan menjadi pasien
Lampiran 7.
Surat persetujuan menjadi pasien (inform consent)
Lampiran 8.
Lembar observasi
Lampiran 9.
Satuan acara penyuluhan (SAP)
Lampiran 10. Leaflet
Lampiran 11. Dokumentasi studi kasus
Lampiran 12. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 angka kematian bayi sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan)
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun (Dinkes, 2012).
Menurut Dinas Kesehatan Jateng dalam jurnal Buku Saku Kesehatan
triwulan 3 tahun 2015, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 3709/100.000
kelahiran hidup, sedangkan kasus kematian bayi per Keresidenan Pekalongan
774 kasus (20,87%), Semarang 739 kasus (19,92%), Surakarta 681 kasus
(18,36%), Pati 565 (15,23%), Banyumas 421 kasus (11,35%), Kedu 529
kasus (14,26%) dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Karanganyar
sebanyak 119 (3,20%) penyebab paling banyak AKB diantaranya adalah
berat badan lahir rendah (BBLR), tetanus, ikterus dan asfiksia
(DinKes, 2015).
Penelitian menunjukkan bahwa 50% kematian bayi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan kematian, penyebab kematian bayi baru lahir disebabkan oleh
berat badan lahir rendah (BBLR), tetanus, ikterus dan asfiksia (Rahardjo dan
Marmi, 2012). Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati
1
2
yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia.
Ikterus inidisebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses
hemolysis seldarah merah. Peningkatan bilirubin disebabkan oleh infeksi,
kelainan sel darah merah dan toksin dari luar tubuh. Apabila tidak segera
dilakukan penanganan akan menyebabkan terjadinya kern ikterus yaitu suatu
kerusakan otak akibat adanya indirek pada otak dan juga kematian
(Dewi, 2013).
Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSUD
Karanganyar, diketahui bahwa jumlah bayi baru lahir selama 1 tahun dari
bulan September 2014 – September 2015 sebanyak 4758 kelahiran, jumlah
bayi lahir normal 1627 (34,20%), jumlah bayi patologi 3131 (65,8%), bayi
asfiksia sedang sebanyak 90 (28,8%), bayi asfiksia berat sebanyak 115
(3,7%), berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 512 (16,3%) dan
pembagian untuk bayi dengan ikterus sebanyak 652 (20,9%), bayi ikterus
derajat III sebanyak 17 (2,6%), bayi ikterus derajat I sebanyak 285 (43,8%),
bayi ikterus derajat II sebanyak 350 (53,6%).
Mengingat angka kejadian ikterus derajat I masih cukup tinggi dan
komplikasi yang timbul apabila bayi tidak segera ditangani akan menjadi kern
ikterus dan menyebabkan kematian. Maka penting untuk memberikan asuhan
segera terhadap kasus ikterus neonatorum derajat I dan penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asushan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny.X
dengan Ikterus Neonatorum Derajat I di RSUD Karanganyar dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney”.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. A dengan
Ikterus Neonatorum Derajat I di RSUD Karanganyar dengan menggunakan
menajemen kebidanan menurut Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1.
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan bayi
baru lahir pada BayiNy. A dengan Ikterus Neonatorum derajat Imelalui
pendekatan manajemen 7 langkah varney.
2.
Tujuan Khusus
a.
Penulis mampu
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada bayi
baru lahir Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
2) Menginterpretasikan data dasar, yang meliputi diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada bayi dengan Ikterus
Neonatorum derajat I.
3) Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial untuk
konsultasi, kolaborasi dan merujuk pada baypada bayi baru lahir
Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada bayi baru
lahir Bayi Ny. Adengan Ikterus Neonatorum derajat I.
4
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada
bayi baru lahir Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada bayi
baru lahir Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
b.
Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktik
pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
D. Manfaat Studi Kasus
1.
Bagi Diri Sendiri
Untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilandalam
mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Bayi
Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat I serta mendapat pengalaman
yang nyata dalam penanganan kasus pada bayi baru lahir Bayi Ny. A
dengan ikterus derajat I.
2.
Bagi Profesi
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
3.
Bagi Insitusi
a.
Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada bayi dengan
Ikterus Neonatorum derajat I.
5
b.
Pendidikan
Sebagai tambahan / menambah referensi pemberian asuhan
kebidanan pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
E. Keaslian Studi Kasus
1.
Arddina Fitriana Rosyada (2013), STIKes ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan Ikterus Patologis Di
Ruang Bayi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta” asuhan yang
diberikan selama 5 hari adalah melakukan fototerapi dengan durasi 3x6
jam, mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam
sekali, menghitung respirasi dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta
mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali. Setelah diberi asuhan
selama 5 hari maka kondisi bayi sudah membaik.
2.
Laila Fajria (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. S dengan Ikterus
Neonatus Derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen” dengan hasil
asuhan selama empat hari dengan tindakan pemberian ASI sesuai
kebutuhan bayi secara disendokin, observasi suhu inkubator 32oC,
pemberian injeksi Logafox 2x20 gram, Ottogenta 2x20 gram, Neo K
2x0,5 gram tiap 12 jam, pemantauan TTV. Hasil keadaan umum bayi
baik, kesadaran composmentis, cairan terpenuhi, bilirubin dalam darah
turun menjadi 1,75 mg%.Setelah diberi asuhan selama 4 hari keadaan
umum bayi sudah sehat.
6
Perbedaan dari keaslian studi kasus adalah pada pengambilan tempat, waktu,
subjek dan terapi. Sedangkan persamaan studi kasus adalah jenis studi kasus
yang membahas ikterus pada bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1.
Bayi Baru Lahir (BBL)
a.
Definisi
1) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
minggu. Biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu
(Marmi dan Raharjo, 2012).
2) Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai Apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat
bawaan (Yulianti dan Rukiyah, 2013).
b.
Ciri-ciri bayi normal
Menurut Dewi (2013), ciri bayi normal adalah:
1) Lahir aterm antara 37-42 minggu.
2) Berat badan 2.500-4.000 gram.
3) Panjang badan 48-52 cm.
4) Lingkar dada 30-38 cm.
5) Lingkar kepala 33-35 cm.
6) Nilai APGAR > 7.
7) Gerakan aktif.
8) Bayi lahir langsung menangis kuat.
7
8
9) Kriteria neorologis neonatus nornal.
10) Genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan pada
perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
11) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama.
c.
Klasifikasi bayi baru lahir
Menurut Rahardjo dan Marmi (2012), klasifikasi bayi baru lahir
menurut gestasi, yaitu :
1) Preterm infant
: Kurang dari 37 minggu lengkap (kurang
dari 259 hari).
2) Term infant
: Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari
42 minggu lengkap (259 hari sampai 293
hari).
3) Posterm infant
: 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau
lebih).
d.
Komplikasi pada bayi baru lahir
1) Asfiksia
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir
atau beberapa saat sesudah lahir.Bayi mungkin lahir dalam
kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas
9
tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir
(asfiksia sekunder) (Fauziah dan Sudarti, 2013).
2) BBLR ( Berat Badan Lebih Rendah)
Bayi berat lahir rndah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram) (Prawirohardjo, 2009).
3) Ikterus Neonatorum
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi
baru lahir (Arief dan Weni, 2009).
4) Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia
kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium Tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem
saraf pusat (Prawirohardjo, 2009).
2.
Ikterus Neonatorum
a.
Pengertian
1) Ikterus adalah gejala kuning pada sklera kulit dan mata akibat
bilirubin yang berlebihan didalam darah dan jaringan
(Nuraif dan Kusuma, 2015).
2) Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sklera mata (normal
berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar
bilirubin dalam darah (Dwi dkk, 2011).
10
3) Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang
terdapat
pada
bayi
baru
lahir
akibat
terjadinya
hiperbilirubinemia (Dewi, 2013).
b.
Klasifikasi Ikterus
Menurut Sugeng dan Weni (2011), ikterus ada 2 macam yaitu:
1) Ikterus fisiologis ialah:
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga.
b) Peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
c) Tidak mempunyai dasar patologis.
d) Tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus.
2) Ikterus patologis ialah:
a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b) Peningkatan bilirubin lebih dari 5% per hari.
c) Mempunyai dasar patologis.
d) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
c.
Etiologi
Menurut Kusuma dan Nuraif (2015), penyebab ikterus pada bayi
baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Produksi bilirubin yang berlebihan.
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
3) Gangguan transportasi dalam metabolisme.
4) Gangguan dalam eksresi.
11
d.
Patofisiologis Ikterus
Menurut Yuliani dan Suryadi (2010), patofisiologis ikterus adalah :
1) Pigmen kuning yang ditemukan dalam empedu yang terbentuk
dari pemecahan hamoglobin oleh kerja heme oksigenase,
biliverdin reduktase dan agen pereduksi nonenzimatik dalam
sistem retikuloentelial.
2) Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi
diambil oleh protein intraselular “Y protein” dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya
ikatan protein.
3) Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi
oleh
enzim
asam
uridin
difosfoglukuronat
uridin
diphodpfoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transfase menjadi
bilirubin mono dan diglucuronida yang polar dan larut dalam
air.
4) Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat
dieliminasi melalui ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk
dalam empedu melalui membran kanalikular. Kemudian ke
sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
urobilinogen dalam tinja dan urin. Beberapa bilirubin diabsorbsi
kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
12
5) Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi
inderek).
6) Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan
hasil dari difisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transfarase.
Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena
penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran
darah hepatik.
7) Warna kuning yang terkait dengan pemberian ASI merupakan
hasil
dari
hambatan
kerja
glukoronil
transferase
oleh
pregnanediol atau asam lemak bebas yang terdapat dalam ASI.
Terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapak kenaikan
bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl
selama minggu ke 2 sampai ke 3. Biasanya dapat mencapai usia
4 minggu dan menurun 10 mingggu. Jika pemberian ASI
dilanjutkan, hiperbilirubinemia akan menurun berangsur-angsur
dapat menetap selama 3 sampai 10 minggu pada kadar yang
lebih rendah. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin
serum akan turun dengan cepat, biasanya mencapai normal
dalam beberapa hari. Perhentian ASI selama 1 sampai 2 hari dan
penggantian ASI dengan formula mengakibatkan penurunan
bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat
13
dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke kadar yang
tinggi seperti sebelumnya.
8) Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dala 24
jam pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus
fisiologis muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir.
e.
Manifestasi klinis
1) Tampak ikterus : sklera, kuku, atau kulit dan membran mukosa.
Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan
diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari kedua
atau hari ketiga dan mencapai puncak pada hari ketiga sampai
hari ke empat dan menuurun pada hari ke lima sampai hari ke
tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
2) Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin inderek pada kulit
yang cendurung tampak kuring atau orange, ikterus pada tipe
obstuksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning
kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada
ikterus yang berat.
3) Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.
f. Penilaian kadar bilirubin
Menurut Prawirohardjo (2009), penilaian kadar bilirubin adalah:
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari
14
dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk
menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Ada
beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan
resiko terjadinya kern ikterus, misalnya kadar bilirubin bebas; kadar
bilirubin 1 atau secara klinis dilakukan di bawah sinar biasa (day
light). Sebaiknya penilaian klinis dilakukan secara laboratoris,
apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.
Menurut Prawirohardjo (2009), berikut gambar pembagian derajat
ikterus dan kulit bayi yang berwana kuning untuk penerapan rumus
Kramer :
Gambar 2.1
Pembagian derajat ikterus dan daerah kulit bayi yang berwarna
kuninguntuk penerapan rumus Kramer (Prawirohardjo, 2009)
Menurut Prawirohardjo (2009), berikut tabel rumus Kramer :
15
Tabel 2.1 Rumus Kramer
Daerah
Luas Ikterus
(lihat gambar)
1
Kepala dan Leher
2
Daerah 1
(+)
Badan bagian atas
3
Daerah 1, 2
(+)
Badan bagian bawah dan tungkai
4
Daerah 1, 2, 3
(+)
Lengan dan kaki di bawah dengkul
5
Daerah 1, 2, 3, 4
(+)
Tangan dan kaki
Sumber Prawirohardjo, (2009)
3.
Kadar Bilirubin
(mg/dL)
5
9
11
12
16
IkterusDerajat I
a.
Pengertian
Ikterus derajat I dalam rumus Kramer adalah daerah kepala sampai
leher yang mengalami perubahan warna menjadi kuning
(Prawirohardjo, 2009).
b.
Etiologi
Menurut Kusuma dan Nuraif (2015), penyebab ikterus pada bayi
baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Produksi bilirubin yang berlebihan.
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
3) Gangguan transportasi dalam metabolisme.
4) Gangguan dalam eksresi.
16
c.
Penanganan Ikterus derajat I
Menurut Puspita dan Maryunani (2013), ada dua situasi untuk
penanganan hiperbilirubin pada bayi baru lahir, antara lain:
1) Penanganan sendiri di rumah:
a) Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari).
b) Sinar matahari dapat membantu memecahkan bilirubin
sehingga lebih mudah di proses oleh hati. Tempatkan bayi
dekat dengan jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi
antara jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi
kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung.
Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang
dan 15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan
kulit seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai
pakaian
(telanjang)
tetapi
hati-hati
jangan
sampai
kedinginan.
2) Terapi Medis
a) Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan
terapi medis (fototerapi) sesuai dengan peningkatan kadar
bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan
apakah bayi lahir cukup bulan atau prematur. Bayi akan
ditempatkan di bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu
untuk menembus kulit bayi dan akan mengubah bilirubin
menjadi lumirubin yang lebih mudah di ubah oleh tubuh
17
bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan di buat untuk
melindungi mata.
b) Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk
menurunkan kadar bilirubin, maka bayi akan ditempatkan
pada selimut fiber optic atau terapi sinar ganda / triple akan
dilakukan (double / triple light therapy).
c) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi
tukar yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini
adalah prosedur yang sangat khusus dilakukan pada fasilitas
yang mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis,
namun secara kesehatan, hanya sedikit bayi yang akan
membutuhkan transfusi tukar.
18
Menurut
Prawirohardjo
(2009),
berikut
tabel
Pedoman
pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin.
Tabel 2.2 Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar
bilirubin
Bilirubin (mg %)< 24 jam 24 – 48 jam
49-72 jam
>72 jam
<5
Pemberian
makanan yang dini
5–9
Terapi sinar bila
Kalori cukup
Hemolisis
10 – 14
Transfusi tukar*
Terapi sinar
Bila hemolisis
15 – 19
Trnsfusi tukar*
Transfusi tukar Terapi sinar+
Bila hemolisis
>20
Transfusi tukar +
Sumber : Prawiroharjo, (2009).
*Sebelum dan sesudah transfusi tukar selanjutnya diberi terapi sinar
+ Bila tak berhasil selanjutnya dilakukan transfusi tukar
Bil < 5mg% selalu observasi
Bil > 5mg% penyebab ikterus perlu diselidiki
B. Teori Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampiran dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2009).
2.
Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajmen kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan
menggunakan metode yang terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan
19
dalam urutan yang logis untuk keuntungan pasien dan tenaga kesehatan
(Nurhayani dkk, 2012). Proses manajemen kebidanan ada 7, antara lain:
a.
Langkah I : Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh
data
dapat
dilakukan
dengan
cara
anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang
(Walyani, 2014).
1) Data subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau
keluarga dan tenaga kesehatan (Sari, 2012).
a) Biodata Pasien
Menurut Sondakh (2013), indentitas pasien meliputi:
(1) Nama bayi
Untuk menghindari kekeliruan.
(2) Tanggal lahir
Untuk mengetahui usia/umur bayi
(3) Jenis kelamin
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
(4) Umur bayi
Untuk mengetahui usia bayi.
20
(5) Alamat
Untuk memudahkan kunjungan rumah.
(6) Nama orang tua
Untuk
memudahkan
memanggil
/
minghindari
kekeliruan atau sebagai penanggung jawab.
(7) Umur orang tua
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi
atau tidak.
(8) Pekerjaaan
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.
(9) Pendidikan
Untuk memudahkan pemberian KIE.
(10) Agama
Untuk mengetahui keyakinan yang dianut.
(11) Alamat
Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
b) Anamnesa dengan orang tua
(1) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien
datang
ke
fasilitas
pelayanan
kesehatan
(Sulistyawati, 2014).Pada kasus ikterus neonatorum
derajat I keluhan utama kepala dan leher bayi terlihat
kuning (Prawirohardjo, 2009).
21
(2) Riwayat kehamilan dan persalinan
(a) Riwayat Prenatal (kehamilan)
Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam
kandungan. Pengkajian ini meliputi : hamil
keberapa, umur kehamilan, ANC, HPHT, HPL
(Sondakh, 2013).
(b) Riwayat Intranatal (persalinan)
Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan
tanggal persalinan), jenis persalinan, penolong
persalinan, komplikasi persalinan dan keadaan bayi
saat lahir (Sondakh, 2013).
(c) Riwayat Postnatal
Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat nifas
yang meliputi : observasi TTV, keadaan tali pusat,
apakah sudah diberikan injeksi Vitamin K dan
HBo (Sondakh, 2013).
2) Data objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan untuk melengkapi data kita
dalam menegakan diagnosa, maka kita harus melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan fisik, inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara berurutan
(Sulistyawati, 2009), yang meliputi:
22
a) Pemeriksaan fisik
(1) Pemeriksaan
Khusus
(apgar
score)
yang
dikaji
meliputi:
(a) Denyut jantung, dengan nilai batas normal 120-160
kali/menit.
(b) Pernapasan, dengan nilai batas normal 20-62
kali/menit.
(c) Tonus otot, dengan batas normal adalah bayi dapat
bergerak normal dan aktif.
(d) Reaksi penghisapan, dengan batas normal adalah
dapat menghisap dengan baik, pada saat menetek
atau pada saat pemeriksaan fisik.
(e) Warna kulit, dengan batas normal adalah merah
muda dan tidak kebiru-biruan.
(2) Pemeriksaan Umum, meliputi :
(a) Kesadaran
Ukuran dari kesadaran dan respon seseorang
terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat
kesadaran yaitu composmentis (normal), apatis
(acuh tak acuh), delirium (gelisah), somnolen
(kesadaran menurun), stupor (keadaan seperti tidur
lelap), coma (tidak ada respon) (Astuti, 2012)
23
(b) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Nilai
batas normal 36,5-37oC (Sondakh, 2013).
(c) Nadi
Untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak.Nilai
batas normal 130-160 kali/menit (Sondakh, 2013).
(d) Pernapasan
Pemeriksaan mencakup
frekuensi pernapasan,
irama atau keteraturan dan kedalaman.Nilai batas
normal 40-60 kali/ menit (Sondakh, 2013).
(3) Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis, meliputi :
(a) Kepala
Ada/tidak caput succedaneum, chepal hematoma
(Sondakh, 2013).
(b) Muka
Warna kulit kemerahan (Sondakh, 2013), Pada
kasus ikterus neonatorum derajat I muka terlihat
kuning.
(c) Mata
Sklera
putih
dan
conjungtiva
merah
muda
(Sondakh, 2013).Pada kasus ikterusneonatorum
derajat I sklera terlihat kuning.
24
(d) Hidung
Lubang simetris, bersih dan tidak ada secret
(Sondakh, 2013).Pada kasus ikterus neonatorum
derajat I hidung terlihat kuning.
(e) Mulut
Reflek menghisap baik dan tidak ada palatoskisis
(Sondakh, 2013).Pada kasus ikterus neonatorum
derajat I mulut terlihat mencucu seperti ikan.
(f) Telinga
Simetris
dan
tidak ada
serumen
(Sondakh,
2013).Pada kasus ikterusneonatorum derajat I
telinga terlihat kuning.
(g) Leher
Tidak ada pemesaran kelenjar tiroid, pembesaran
bendungan vena jugularis (Sondakh,2013). Pada
kasus ikterus neonatorum derajat I leher terlihat
kuning.
(4) Pemeriksaan Reflek, meliputi :
(a) Reflek Morro/Terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama
dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan
gerak terkejut (Sondakh, 2013). Pada bayi ikterus
neonatorum derajat I biasanya lemah.
25
(b) Reflek Grasping/Menggenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari
pemeriksa, maka ia akan berusaha memegang
jaripemeriksa (Sondakh, 2013). Pada bayi dengan
ikterus neonatorum derajat I biasanya lemah.
(c) Reflek Rooting/Mencari
Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa,
maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu
(Sondakh, 2013). Pada kasus ikterus neonatorum
derajat I biasanya lemah.
(d) Reflek Menghisap/sucking reflex
Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia akan
berusaha untuk menghisap (Sondakh, 2013). Pada
kasus ikterus neonatorum derajat I biasanya
lemah.
(e) Grabella Refleks
Apabila bayi disentuh pada daerah os glabella
dengan jari tangan, maka ia akan menyerutkan
keningnya dan mengedipkan matanya (Sondakh,
2013). Pada kasus ikterus neonatorum derajat I
biasanya lemah.
26
(f) Tonick Neck Reflex
Apabila
bayi
diangkat
dari
tempat
tidur
(digedong), maka ia akan berusaha mengangkat
kepalanya (Sondakh, 2013). Pada kasus ikterus
neonatorum derajat I biasanya lemah.
(5) Pemeriksaan Antropometri
(a) Berat Badan
Berat badan bayi normal 2500-4000 gram
(Sondakh, 2013).
(b) Panjang Badan
Panjang badan bayi lahir normal 48-52 cm
(Sondakh, 2013).
(c) Lingkar Kepala
Lingkar kepala bayi normal 33-38 cm (Sondakh,
2013).
(d) Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas bayi normal 10-11 cm
(Sondakh, 2013).
(6) Pemeriksaan Penunjang
Digunakan untuk mengetahui kondisi pasien untuk
menegakkan diagnosa (Safitri, 20012). Pemeriksaan
penunjang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
27
antara lain : Pemeriksaan Hb dan golongan darah serta
kadar bilirubin dalam darah (Sondakh, 2013).
b.
Langkah II Interprestasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).
1) Diagnosa Kebidanan
Setelah menentukan masalah dan masalah utama, selanjutnya
bidan memutuskan dalam suatu pernyataan yang mencakup
kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi
tersebut.Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial
dan prognosis dari hasil perumusan masalah yang merupakan
keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut dengan
diagnosa kebidanan (Sari, 2012).
Diagnosa kebidanan : Bayi baru lahir Ny. X dengan ikterus
neonatorum derajat I (Sondakh, 2013)
DS : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal…dengan normal
Ibu mengatakan ini anak yang ke… Ibu mengatakan
bayinya terlihat kuning.
(a) DO: Reflek menghisap dan menelan masih
melemah, sklera, conjungtiva, kulit terlihat kuning
dan keadaan umum bayi nampak lemah (Sondakh,
2013). Pemeriksaan penunjang diperoleh dari
28
pemeriksaan
laboratorium
antara
lain
:
Pemeriksaan Hb dan golongan darah serta kadar
bilirubin
dalam
darah
(Sondakh,
2013).
Pemeriksaan Umum, meliputi : Suhu, untuk
mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Nilai batas
normal 36,5-37oC (Sondakh, 2013). Nadi, untuk
mengetahui nadi lebih cepat atau tidak. Nilai batas
normal 130-160 kali/menit (Sondakh, 2013).
Kesadaran
merupakan
ukuran
dari
respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,
tingkat kesadaran yaitu composmentis (normal),
apatis
(acuh
tak
acuh),
delirium
(gelisah),
somnolen (kesadaran menurun), stupor (keadaan
seperti tidur lelap), coma (tidak ada respon)
(Astuti, 2012). Pernapasan, pemeriksaan mencakup
frekuensi pernapasan, irama atau keteraturan dan
kedalaman. Nilai batas normal 40-60 kali/ menit
(Sondakh, 2013). Masalah, permasalahan yang
muncul berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati
dkk, 2010). Masalah yang sering dijumpai pada
bayi dengan ikterus adalah kekurangan cairan dan
reflek menghisap lemah
(Kusuma dan Nurarif, 2015).
29
2) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).
Kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan ikterus
adalah pemberian cairan/ASI yang cukup
(Kusuma dan Amin, 2015).
d.
Langkah III Diagnosa Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi.Langkah
memungkinkan
ini
dilakukan
membutuhkan
pencegahan
antisipasi
sambil
bila
mengawasi
pasien.Bidan bersiap-siap bila masalah potensial benar-benar terjadi
(Walyani, 2015). Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan
ikterus derajat I akan muncul apabila kadar bilirubin semakin
meningkat dan meneyebabkan kern ikterus (Prawirohardjo, 2009).
e.
Langkah IV Tindakan Segera/Antisipasi
Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada
beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi) di
mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan
pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang
memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter,
atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan
konsultasi dengan tim kesehatan lain (Sulisyawati, 2009).
30
Antisipasi menurut Rahardjo dan Marmi (2012), untuk tanda
ikterus derajat I antara lain:
1) Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin dengan
pemberian agar-agar, early feeding dan pemberian fenobarbital.
2) Pemberian kebutuhan nutrisi.
3) Pemberian terapi sinar.
f.
Langkah V Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat
harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,
teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based
care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).
Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
neonatorum, antara lain observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital, pemenuhan kebutuhan dan cairan, jemur bayi pada sinar
matahari pagi jam 7-8 selama 15 menit sampai 30 menit, periksa
kadar bilirubin dalam darah dengan dokter spesialis anak untuk
melakukan terpi dan terapi sinar (Winkjosastro, 2007).
Penatalaksanaan pada kasus ikterus derajatI menurut Puspita
dan Maryunani (2013), yaitu:
31
1) Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari).
2) Sinar matahari dapat membantu memecahkan bilirubin sehingga
lebih mudah di proses oleh hati. Tempatkan bayi dekat dengan
jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi antara jam 7-8
pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah
tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran
selama 30 menit, 15 menit tengkurap.
Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena
itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati
jangan sampai kedinginan.
3) Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi
medis (fototerapi) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin
pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir
cukup bulan atau prematur. Bayi akan di tempatkan di bawah
sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk menembus kulit bayi
dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih
mudah di ubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup
khusus akan di buat untuk melindungi mata.
4) Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan
kadar bilirubin, maka bayi akan di tempatkan pada selimut fiber
optic akan dilakukan (double / triple light therapy).
5) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar
yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah
32
prosedur yang sangat khusus dilakukan pada fasilitas yang
mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun,
secara keseluruhan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan
transfusi tukar.
g.
Langkah VI Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan, pasien dan anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan
penatalaksanaannya manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu dan asuhan pada
bayi baru lahir dengan ikterus (Sulistyawati, 2009). Pelaksanaan
seusai perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
ikterus neonatorum, antara lain observasi keadaan umum dan tandatanda vital, pemenuhan kebutuhan dan cairan, jemur bayi pada sinar
matahari pagi jam 7-8 selama 15 menit sampai 30 menit, periksa
kadar bilirubin dalam darah dengan dokter spesialis anak untuk
melakukan terapi dan terapi sinar (Winkjosastro, 2007).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
ikterus menurut Puspita dan Maryunani (2013), yaitu :
33
1) Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari)
2) Sinar matahari dapat membantu memecahkan bilirubin sehingga
lebih mudah di proses oleh hati. Tempatkan bayi dekat dengan
jendela terbuka untuk mendapat matahri pagi antara jam 7-8 jam
pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah
tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran
selama 30 menit, 15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar
dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak
memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati jangan sampai
kedinginan.
3) Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi
medis (fototerapi) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin
pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir
cukup bulan atau prematur. Bayi akan di tempatkan di bawah
sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk menembus kulit bayi
dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih
mudah di ubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup
khusus akan di buat untuk melindungi mata.
4) Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan
kadar bilirubin, maka bayi akan di tempatkan pada selimut fiber
optic akan dilakukan (double / triple light therapy).
5) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar
yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah
34
prosedur yang sangat khusus dilakukan pada fasilitas yang
mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun,
secara keseluruhan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan
transfusi tukar.
g.
Langkah VII Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi efektifitas dari
asuhan yang sudah diberikan, meliputi bantuan pemenuhan
kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam penatalaksanaannya (Nurhayati dkk, 2012).
Setelah diberikan asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, cairan terpenuhi,
bilirubin turun dan berat badan bayi naik.
Data Perkembangan
Pendokumentasian
data
perkembangan
menggunakan
“SOAP”
(Rismalinda, 2014):
SOAP merupakan urutan langkah yang dapat mengatur pola pikir kita
dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
S : Subjektif
Adalah data yang berhubungan atau masalah dari sudut pandang
pasien (Rismalinda, 2014).
35
O : Objektif
Adalah Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain
(Rismalinda, 2014).
A : Assesment
Adalah
pendokumentasian
hasil
analisis
dan
interpretasi
(kesimpulan) data subjektif dan objektif (Rismalinda, 2014).
P : Planning
Adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang, untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau
mempertahankan kesejahteraannya (Rismalinda, 2014).
C. Landasan Hukum
Menurut keputusan Permenkes RI Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan dan Kepmenkes RI Nomor
369/Menkes/Sk/III/2007 tentang standar profesi bidan. Seorang bidan
berwenang untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan
ikterusneonatorum, sesuai dengan:
1.
Pasal 11
Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi: pemeriksaan bayi baru lahir,
perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi bayi baru lahir,
pemantauan tumbuh kembang bayi, pemberian imunisasi dan pemberian
penyuluhan (Permenkes RI, 2010)
36
2.
Kompetensi 6 :
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi
baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
Pengetahuan Dasar:
Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti:
hypoglikemi, dehidrasi, diare, infeksi dan ikterus.
3.
Kompetensi 7:
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi
dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).
Pengetahuan Dasar:
Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya
(Kepmenkes RI, 2007).
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS
A. Jenis studi kasus
Jenis studi kasus yang digunakan penulis adalah metode observasional
deskriptif dengan pendekatan studi kasus.Studi kasus adalah melakukan
penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu
tertentu. Metode observasional yaitu suatu prosedur berencana yang antara
lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek (Notoatmodjo, 2012).
Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini
adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah
Varney dari pengkajian sampai evaluasi dan data perkembangannya
menggunakan SOAP. Studi kasus ini menggambarkan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir Bayi Ny. Adengan ikterus neonaturum derajat I di RSUD
Karanganyar.
B. Lokasi studi kasus
Lokasi merupakan tempat yang digunakan untuk mengambil kasus
(Notoatmodjo, 2012).Pengambilan studi kasus inidilaksanakan di RSUD
Karanganyar.
37
38
C. Subjek studi kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti dan menjadi
pusat perhatian dan sasaran peneliti (Arikunto, 2013). Subjek dalam studi
kasus ini adalah bayi baru lahir Bayi Ny. A umur 10 jam dengan ikterus
neonaturum derajat I di RSUD Karanganyar.
D. Waktu studi kasus
Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010).Batas
waktu yang digunakan penulis untuk pendahuluan studi kasus pada
November 2015 – Juni 2016 dan pelaksanaan studi kasus ini pada tanggal 23
– 26 Juni 2016.
E. Instrument studi kasus
Instrument adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2012).Pada kasus ini penulis menggunakan format asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen 7 langkah Varney
dan SOAP untuk data perkembangan.
F. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data primer dan
sekunder.
1.
Data primer
Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung
(Saryono, 2011).
39
a.
Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seorang sasaran peneliti atau bercakapcakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Dalam pengambilan kasus ini wawancara ditujukan pada orang tua
bayi, keluarga bayi dan tim medis RSUD Karanganyar. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan pedoman format asuhan kebidanan
bayi baru lahir sesuai dengan 7 langkah Varney.
b.
Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan
seperti perilaku pasien, ekspresi wajah, bau dan suhu (Sulistyawati
dan Nugraheny, 2010).
Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum derajat I
yang diobservasi yaitu tanda-tanda vital, kadar bilirubin, intake
cairan dan output cairan (Suryadi dan Yuliani, 2010).
Pada studi kasus kasus bayi baru lahir pada Bayi Ny. A dengan
ikterus neonatorum derajat I yang diobservasi yaitukeadaan umum,
tanda-tanda vital, kadar bilirubin, intake cairan dan output cairan.
c.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ditujukan untuk memenuhi kebutuhan fisik
pasien secara sistematis dengan cara:
40
1)
Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik
yang berhubungan dengan status fisik (Priharjo, 2007).
Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus noenaturum derajat I
inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala, muka,
hidung, telinga, mulut dan leher terlihat kuning dibagian
permukaan tubuh bayi (Dwi dkk, 2011).
2)
Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan,
metode ini dilakukan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan
atau organ (Priharjo, 2007).
Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus neonaturum derajat I
dilakukan palpasi untuk memeriksa tugor kulit dan reflek
(Sondakh, 2013).
3)
Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop
untuk
memperjelas
pendengaran
(Priharjo,
2007).Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus neonaturum
derajat I pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk memeriksa
detak jantung dan pernapasan bayi (Sondakh, 2013).
41
4)
Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau
bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan
akibat adanya gerakan yang diberikan kebawah jaringan
(Priharjo, 2007).
Pada kasus bayi denganikterus untuk memeriksa perut
kembung atau tidak (Alimul, 2008).
2.
Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya
berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia
(Saryono, 2011).
a.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu kegiatan mencari data mengenai halhal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2013).
Pengambilan
kasus
bayi
baru
lahir
dengan
ikterus
nneonaturum derajat I diambil dari catatan rekam medik yang
menjadikan informasi tentang berbagai hal yang diperoleh di RSUD
Karanganyar.
42
b.
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari
permasalahan penelitian (Hidayat, 2014).Studi kepustakaan pada
kasus bayi baru lahir dengan ikterusneonatorum menggunakan
sumber referensi dari tahun 2007-2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain:
1.
2.
Alat dan bahan pengambilan data antara lain:
a.
Format pengkajian bayi baru lahir.
b.
Buku tulis.
c.
Bolpoint.
Alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi:
a.
Thermometer.
b.
Stetoskop.
c.
Jam tangan.
d.
Alat ukur tinggi badan bayi.
e.
Timbangan berat badan bayi.
f.
Alat Fototerapi.
H. Jadwal studi kasus
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus,
43
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012).Jadwal studi kasus ini terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. A
DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT I
DI RSUD KARANGANYAR
A. Tinjauan Kasus
1.
Pengkajian
Tanggal : 23 Juni 2016
a.
Pukul : 15.00 WIB
IDENTITAS BAYI
1) Nama Bayi
: By. Ny. A
2) Umur
: 10 jam
3) Tgl/Jam Lahir
: 23 Juni 2016 / 04.35 WIB
4) Jenis Kelamin
: Laki-laki
5) BB/PB
: 3300 gram / 49 cm
IDENTITAS IBU
IDENTITAS AYAH
1) Nama
: Ny. A
Nama
: Tn. N
2) Umur
: 24 tahun
Umur
: 26 tahun
3) Agama
: Islam
Agama
: Islam
4) Suku bangsa
: Jawa
Suku Bangsa : Jawa
5) Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMK
6) Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
10) Alamat
: Tegal gedhe 04 / 02, Karanganyar
44
45
b.
ANAMNESA ( DATA SUBJEKTIF )
Pada Ibu
1) Keluhan utama pada waktu masuk :
Ibu mengatakan bayinya malas menyusu dan kepala sampai
dengan leher terlihat kuning.
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) HPHT : 13 September 2015
b) HPL
: 20 Juni 2016
c) Keluhan-keluhan pada
Trimester I
: Ibu mengatakan mengeluh mual muntah.
Trimester II
: Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Trimester III : Ibu mengatakan mengeluh pegal-pegal.
d) ANC 6 kali teratur di bidan, Ibu mengatakan
Trimester I
: 1x pada usia kehamilan 8 minggu.
Trimester II
: 2x pada usia kehamilan 20 minggu dan
24 minggu.
Trimester III : 3x pada usia kehamilan 28 minggu, 30
minggu dan 34 minggu.
e) Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan pernah mendapat konseling tentang Gizi
Ibu Hamil dan Tablet Fe di bidan.
46
f)
Imunisasi TT :
Ibu mengatakan mendapat imunisasi pada saat akan
menikah, TT 1 pada saat umur kehamilan 1 minggu dan TT
2 pada saat hamil 4 bulan.
3) Riwayat persalinan ini
a) Tempat persalinan
: RSUD Karanganyar, penolong bidan
b) Jenis persalinan
: Spontan
c) Komplikasi dalam persalinan: tidak ada komplikasi
d) Plasenta
(1) Ukuran
: ±500 gram
(2) Panjang
: ± 50 cm
(3) Insersi tali pusat : Sentralis
(4) Cairan ketuban
: ±100 cc
(5) Jumlah kotiledon : 20 buah
(6) Kelainan
: Tidak ada kelainan
e) Lama persalinan
Kala I
:7
jam
-
menit
Kala II
:1
jam
30
menit
Kala III
:-
jam
10
menit
Kala IV
:2
jam
-
menit
47
4) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit saat hamil :
Ibu mengatakan tidak mengidap penyakit apapun seperti
batuk, pilek dan demam.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung
:
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan jantung
berdebar-debar, cepat lelah bila beraktivitas ringan,
tidak keluar keringat dingin.
(2) Ginjal
:
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri perut
bagian bawah, tidak nyeri pinggang.
(3) Asma
:
Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
(4) TBC
:
Ibu mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan
lebih dari 2 minggu.
(5) Hepatitis
:
Ibu mengatakan tidak pernah berwarna kuning pada
mata, kuku dan kulit.
(6) DM
:
Ibu mengatakan tidak sering minum, lapar dan BAK
pada malam hari lebih dari 5 kali.
48
(7) Hipertensi :
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg.
(8) Epilepsi
Ibu
:
mengatakan
tidak
pernah
kejang
sampai
mengeluarkan busa dari mulut.
(9) Lain-lain :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
lainnya seperti HIV/AIDS.
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menurun seperti DM, Jantung, Hipertensi dan
penyakit menular seperti Hepatitis, TBC dan HIV/AIDS.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami
tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun.
49
c.
PEMERIKAAN FISIK (DATA OBJEKTIF )
Pada Bayi
Tabel 4.1Riwayat Pemeriksaan Khusus (Apgar Score)
Aspek yang
NILAI
dinilai
0
Appearance
(Warna
Kulit)
Pulse
(Denyut
Jantung)
Grimace
(Tonus Otot)
Activity
(Aktifitas)
Respiratory
(Pernafasan)
1
2
Biru/Pucat Badan merah
muda,
ekstremitas
biru
Tidak
<100
teraba
Tidak ada
Lambat
Lemas/
lumpuh
Tidak ada
Gerakan
sedikit lambat
Tidak teratur
Badan &
ekstremitas
merah muda
>100,
menangis
kuat
Aktif
JUMLAH
(Menit)
Mnt 5Mnt 5Mnt
I
II
III
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
8
8
9
Baik
Menangis
kuat
JUMLAH
Sumber : Data Primer
Tanggal : 23 Juni 2016
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
: Sedang
b) Suhu
: 36,7℃
c) Pernafasan
: 42x/menit
d) Nadi
: 124x/menit
e) Keaktifan
: Kurang aktif
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
: Tidak ada caput succadeum, tidakada
chepal hematoma dan rambuthitam.
50
b) Ubun-ubun
: Berdenyut.
c) Muka
: Simetris dan tampak kuning.
d) Mata
: Sklera kuning.
e) Telinga
: Simetris, tidak ada kotoran, tidak
adaserumen dan tampak kuning.
f)
Hidung
: Simetris, tidak ada kotoran, tidak
adaserumen dan tampak kuning.
g) Mulut
: Tidak ada labioskizis atau
labiospalatozkizis dan tampak kering.
h) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
dan tampak kuning.
i)
Dada
: Simetris tidak ada retraksi.
j)
Perut
: Tidak ada pembesaran.
k) Tali pusat
: Tidak perdarahan,belum lepas dan
tidakkeluar darah.
l)
Punggung
: Tidak ada kelainan dan tidak ada spina
bifida.
m) Ekstremitas
: Normal, simetris dan jari-jari lengkap.
n) Genetalia
: Testis sudah turun ke skrotum.
o) Anus
: Tidak ada atresia ani, positif berlubang.
3) Reflek
a) Reflek morro
: Kuat, saat dikejutkan oleh suara atau
gerakan, bayi akan kaget.
51
b) Reflek rooting
:
Lemah,
saat
dilakukan
sentuhan
padapipi, kepala bayi sedikit menoleh
kearah sentuhan.
c) Reflek sucking
:
Lemah,
padabibir
saat
bayi,
diberi
rangsangan
bayi
menghisap
denganlemah.
d) Reflek grasping
: Kuat, bayi menggenggam dengan kuat
saat telapak tangan.
e) Reflek tonik neck : Lemah, saat bayi ditengkurapkan maka
kepala akan menengadah ke atasdan
berputar.
4) Antropometri
a) Lingkar kepala
: 32 cm
b) Lingkar dada
: 34 cm
c) LLA
: 11 cm
d) BB/PB
: 3300 gram / 49 cm
5) Eliminasi
a) Urine
: Sehari BAK 6 - 7 kali, warna jernih,
terakhir pukul 14.00 WIB.
b) Mekoninum
: Sehari BAB 2 kali, warna hijau
kehitaman, konsistensi lembek, terakhir
pukul 14.00 WIB.
52
6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No.
Pemeriksaan
Hasil
1.
Hemoglobin
18,3
2.
Hematokrit
38,5
3.
Leukosit
21,2
4.
Bilirubin direk
3,35
5.
Bilirubin indirek
3,70
6.
Bilirubin total
7,05
Golongan darah O
Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 23 Juni 2016
2.
Normal
12-16
35-45
5000 -10000
0-0,25
0-0,75
0-1
Satuan
gr%
%
ribu
mg%
mg%
mg%
Interpretasi Data
Tanggal : 23 Juni 2016
a.
Pukul : 15.10 WIB
Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
Data Dasar :
DS
1) Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 23 Juni 2016 jam
4.35 WIB.
2) Ibu mengatakan bayinya malas minum dan wajah sampai leher
bayinya terlihat kuning.
DO
1) Keadaan umum
: Sedang
2) Suhu
: 36,7℃
3) Pernafasan
: 42x/menit
4) Nadi
: 124x/menit
53
5) Keaktifan
: Kurang aktif
6) Lingkar kepala
: 32 cm
7) Lingkar dada
: 34 cm
8) LLA
: 11 cm
9) BB/PB
: 3300 gram / 49 cm
10) Kulit kelihatan kuning dari kepala sampai ke leher
11) Riwayat APGAR score 8, 8, 9
12) Reflek rootinglemah dan sucking lemah
13) Hasil Laboratorium
b.
Bilirubin direk
: 3,35 mg%
Bilirubin indirek
: 3,70 mg%
Bilirubin total
: 7,05 mg%
Masalah
1) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2) Peningkatan kadar bilirubin darah.
c.
Kebutuhan
Pemenuhan cairan dan ASI yang adekuat.
3.
Diagnosa Potensial
Potensial terjadi kern ikterus.
4.
Antisipasi / Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter agar tidak berpotensial terjadi kern ikterus,
diantaranya:
54
a.
Fototerapi dengan program penyinarannya selama 6 jam pada sore
hari, dengan menutupi mata dan alat kelamin.
b.
Pemberian ASI untuk kebutuhan nutrisi dan cairan 30 cc/2 jam
dengan cara disendoki dan menjaga kehangatan bayi dengan suhu
inkubator 32℃.
5.
Rencana Tindakan
Tanggal : 23 Juni 2016
Pukul : 15.20 WIB
a.
Beri informasi kepada Ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya.
b.
Observasi keadaan ikerus, meliputi : warna kulit, reflek menghisap
dan menelan bayi.
c.
Observasi BAB dan BAK setiap 2 jam.
d.
Mandikan bayi pada pagi dan sore hari.
e.
Ganti pakaian bayi dan melakukan perawatan tali pusat.
f.
Jaga lingkungan dan kehangatan dengan suhu inkubator 32℃ .
g.
Beri ASI sesuai kebutuhan 30cc/2jam dengan cara disendoki.
h.
Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital suhu, nadi dan
respirasi bayi 4 jam sekali.
i.
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi,
yaitu:beri sinar fototerapi sesuai program selama 6 jam pada sore
hari.
j.
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan kadar
bilirubin.
55
6.
Pelaksanaan
Tanggal : 23 Juni 2016
a.
Pukul : 15.30 WIB
Pukul 15.30 WIB
Memberi informasi kepada Ibu dan keluarga bahwa bayinya masih
dalam keadaan lemah.
b.
Pukul 15.35 WIB
Mengobservasi keadaan ikterus : warna kulit, reflek menghisap dan
menelan dengan cara memasukkan jari kelingking ke dalam mulut
bayi, mengkaji bayi tersedak atau tidak jika bayi diberi minum.
c.
Pukul 17.00 WIB
Mengobservasi BAB dan BAK setiap 2 jam sekali.
d.
Pukul 15.50 WIB
Memandikan bayi di bak mandi khusus bayi dengan temperatur suhu
air ±36 - 38℃, memandikan bayi dengan cara mengusap rambut
setelah itu mengusap badan dan alat genetalianya. Lalu membilas
badan bayi dengan menggunakan waslap dan air hangat bersih.
e.
Pukul 15.55 WIB
Mengganti pakaian bayi setelah mandi, mengeringkan tubuh bayi di
tempat bersih dan datar dengan menggunakan handuk bersih.
Memakaikan baby oil mengganti pembungkus tali pusat dengan
kassa steril dan memakaikan popok.
56
f.
Pukul 16.00 WIB
Menjaga lingkungan dan kehangatan bayi dengan suhu inkubator
32℃ .
g.
Pukul 19.00 WIB
Memberi ASI dengan cara disendoki sebanyak ±30cc.
h.
Pukul 16.10 WIB
Mengobservasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital meliputi
suhu, nadi dan respirasi.
i.
Pukul 16.20 WIB
Melakukan advis dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu
sinar fototerapi sesuai program selama 6 jam pada sore hari.
j.
Pukul 16.30 WIB
Melakukan
kolaborasi
dengan
petugas
laboratorium
untuk
pemeriksaan kadar bilirubin.
7.
Evaluasi
Tanggal : 23 Juni 2016
a.
Pukul 15.30 WIB
Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang keadaan bayinya.
b.
Pukul 15.35
Hasil observasi keadaan ikterus : kepala sampai leher tampak
kuning, reflek menghisap dan menelan lemah, ditandai dengan
tersedak bila diberi minum.
57
c.
Pukul 17.10 WIB
Bayi sudah BAK 1 kali warna kuning jernih dan BAB 1 kali warna
hijau kehitaman, konsistensi lembek.
d.
Pukul 15.54WIB
Bayi sudah dimandikan.
e.
Pukul 15.59 WIB
Bayi sudah diganti pakaianya dan tali pusat sudah terbungkus kassa
steril.
f.
Pukul 16.04 WIB
Lingkungan disekitar bayi bersih, hangat dan bayi sudah terjaga
kehangatannya dalam suhu inkubator 32℃ .
g.
Pukul 19.10WIB
Bayi sudah diberi ASI ±30cc dengan cara disendoki.
h.
Pukul 19.00 WIB
Hasil observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi:
1) Keadaan umum
: Sedang
2) Kesadaran
: Composmentis
3) Suhu
: 36,1℃
4) Nadi
: 124x/menit
5) Pernafasan
: 42x/menit
58
i.
Pukul 16.28 WIB
Advis dokter spesialis anak sudah dilakukan, yaitu pemberian terapi
sinar fototerapi selama 6 jam pada sore hari dari pukul 16.30 sampai
dengan pukul 22.30 WIB.
j.
Pukul 16.35 WIB
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium kadar
bilirubin sudah dilakukan dan hasil laboratorium diketahui tanggal
24 Juni 2016.
59
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 24 Juni 2016
S
Pukul : 15.00 WIB
: Data Subjektif
1.
Ibu mengatakan bayinya masih malas minum.
2. Bidan mengatakan bayinya sudah dimandikan pukul 06.00 WIB.
3. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 kali, konsistensi lembek dan
BAK 5 kali warna kuning jernih.
O
: Data Objektif
1.
Keadaan umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Suhu
: 37℃
4. Nadi
: 128x/menit
5. Pernafasan
: 44x/menit
7. Reflek menghisap dan menelan masih lemah.
8. Kepala dan leher tampak kuning.
9. Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan tanggal 23 Juni 2016
A
Bilirubin direk
: 4,20 mg%
Bilirubin indirek
: 2,10 mg%
Bilirubin total
: 6,30 mg%
: Assesment
Bayi Ny. A umur 1 hari dengan Ikterus Neonatorum derajat I.
60
P
: Planning
Tanggal : 24 Juni 2016
Pukul : 15.43 WIB
1. Observasi keadaan ikterus.
2. Kaji reflek menghisap dan menelan.
3. Observasi BAK dan BAB setiap 2 jam.
4. Mandikan bayi, ganti pakaian bayi dan melakukan perawatan tali pusat.
5. Beri ASI sesuai kebutuhan bayi dengan cara disendoki sebanyak 30 cc /
2 jam.
6. Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi
dan respirasi.
7. Melanjutkan advis dokter spesialis anak untuk pemberian terapi sinar
fototerapi selama 6 jam pada sore hari.
8. Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan kadar
bilirubin.
Evaluasi
Tanggal : 24 Juni 2016
1. Pukul 15.48 WIB Kepala sampai leher tampak kuning.
2. Pukul 15.54 WIB Reflek menghisap dan menelan masih lemah.
3. Pukul 19.00 WIB Bayi BAK 1kali warna kuning jernih.
4. Pukul 16.09 WIB Pukul Bayi sudah dimandikan, pakaian bayi sudah
diganti dan tali pusat sudah terbungkus kassa steril.
5. Pukul 17.10 WIB ASI sudah diberikan sebanyak ±30cc dengan cara
disendoki.
61
6. Pukul 19.10 WIBHasil observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
bayi:
1) Keadaan umum
: Sedang
2) Kesadaran
: Composmentis
3) Suhu
: 36,8℃
4) Nadi
: 126 x/menit
5) Pernafasan
: 44 x/menit
7. Pukul 16.30 WIB Advis dokter spesialis anak sudah dilakukan, yaitu
pemberian terapi sinar fototerapi selama 6 jam pada sore hari dari
pukul 16.30 sampai dengan pukul 22.30 WIB.
8. Pukul 16.20 WIB Kolaborasi dengan petugas laboratorium sudah
dilakukan.
62
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 25 Juni 2016
S
Pukul : 15.00 WIB
: Data Subjektif
1.
Ibu mengatakan bayinya masih malas minum.
2. Bidan mengatakan bayinya sudah dimandikan pukul 06.00 WIB.
3. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 kali, konsistensi lembek dan
BAK 6 kali warna kuning jernih.
O
: Data Objektif
1.
Keadaan umum
: baik
2. Kesadaran
: composmentis
3. Suhu
: 37,1℃
4. Nadi
: 126x/menit
5. Pernafasan
: 46x/menit
7. Reflek menghisap dan menelan cukup.
8. Kepala dan leher tampak kuning.
9. Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan tanggal 24 Juni 2016
A
Bilirubin direk
: 1,40 mg%
Bilirubin indirek
: 2,70 mg%
Bilirubin total
: 4,10 mg%
: Assesment
Bayi Ny. A lahir mormal, cukup bulan umur 2 hari dengan Ikterus
Neonatorum derajat I.
63
P
: Planning
Tanggal : 25 Juni 2016
Pukul : 15.15 WIB
1. Observasi keadaan ikterus.
2. Kaji reflek menghisap dan menelan.
3. Observasi BAK dan BAB setiap 2 jam.
4. Mandikan bayi, mengganti pakaian bayi dan melakukan perawatan tali
pusat.
5. Beri ASI sesuai kebutuhan bayi dengan cara disendoki sebanyak 30 cc /
2 jam.
6. Mengobservasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital meliputi
suhu, nadi dan respirasi.
7. Melanjutkan advis dokter spesialis anak untuk pemberian terapi
sinarfototerapi selama 6 jam pada sore hari.
8. Melakukan
kolaborasi
dengan
petugas
laboratorium
untuk
pemeriksaan kadar bilirubin.
Evaluasi
Tanggal : 25 Juni 2016
Pukul :16.10 WIB
1. Pukul 15.19 WIB Keadaan umum bayi cukup baik.
2. Pukul 15.24 WIB Kepala sampai leher tampak kuning.
3. Pukul 15.29 WIB Reflek menghisap dan menelan masih lemah.
4. Pukul 17.00 WIB Bayi BAK 1kali warna kuning jernih.
5. Pukul 16.09 WIB Pukul Bayi sudah dimandikan, pakaian bayi sudah
diganti dan tali pusat sudah terbungkus kassa steril.
64
6. Pukul 19.00 WIB ASI sudah diberikan sebanyak ±30cc dengan cara
disendoki.
7. Pukul 19.10 WIB Hasil observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
bayi :
1) Keadaan umum
: Sedang
2) Kesadaran
: Composmentis
3) Suhu
: 36,9℃
4) Nadi
: 124 x/menit
5) Pernafasan
: 44 x/menit
8. Pukul 16.00 WIB Advis Advis dokter spesialis anak sudah dilakukan,
yaitu pemberian terapi sinar fototerapi selama 6 jam pada sore hari dari
pukul 16.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB.
9. Pukul 16.05 WIB Kolaborasi dengan petugas laboratorium sudah
dilakukan.
65
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 26 Juni 2016
S
Pukul : 09.00 WIB
: Data Subjektif
1.
Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu.
2. Bidan mengatakan bayinya sudah dimandikan pukul 06.00 WIB.
3. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 kali, konsistensi lembek dan
BAK 5 kali warna kuning jernih semalam.
O
: Data Objektif
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Suhu
: 36,8℃
4. Nadi
: 128x/menit
5. Pernafasan
: 44x/menit
6. BB
: 3400 gram
7. Reflek menghisap dan menelan baik.
8. Kepala dan leher tidak tampak kuning.
9. Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan tanggal 25 Juni 2016
A
Bilirubin direk
: 0,30 mg%
Bilirubin indirek
: 1,00 mg%
Bilirubin total
: 1,30 mg%
: Assesment
Bayi Ny. A umur 3 hari dengan riwayat Ikterus Neonatorum derajat I.
66
P
: Planning
Tanggal : 26 Juni 2016
Pukul : 09.10 WIB
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi.
2. Ganti pakaian bayi yang basah terkena keringat.
3. Jaga kehangatan bayi dengan cara dibedong dan diselimuti.
4. Anjurkan Ibu memberikan ASI secara on demand.
5. Beri penyuluhan tentang ASI Ekslusif.
6. Anjurkan Ibu untuk menjemur bayinya dirumah setiap jam 7 pagi
selama15-30 menit dengan menutupi mata dan alat genetalia bayinya.
7. Anjurkan Ibu untuk mengimunisasikan bayinya pada umur 1 bulan
untuk mendapatkan imunisasi BCG.
8. Beri tahu Ibu untuk kotrol ulang 1 minggu lagi.
9. Hasil kolaborasi dengan dokter spesialis anak bahwa bayi Ny. A sudah
diijinkan pulang.
Evaluasi
Tanggal : 26 Juni 2016
1. Hasil pemeriksaan
Pukul 09.10 WIB
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Suhu
: 36,6℃
Nadi
:128x/menit
Pernafasan
: 44x/menit
67
BB
: 3400 gram
2. Pukul 09.11 WIB Pakaian bayi yang basah sudah diganti.
3. Pukul 09.14 WIB Kehangatan bayi sudah terjaga, bayi sudah dibedong
dan diselimuti.
4. Pukul 09.19 WIB Ibu bersedia memberikan ASI secara on demand,
bayi mau menyusu dengan kuat.
5. Pukul 09.30 WIB Ibu sudah diberikan KIE tentang ASI Ekslusif.
6. Bayi BAB 1 kali konsistensi lembek warna hitam kecoklatan, BAK 1
kali warna kuning jernih.
7. Pukul 09.36 WIB Ibu bersedia menjemur bayinya.
8. Pukul 09.39 WIB Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya.
9. Pukul 09.45 WIB Bayi diijinkan pulang oleh dokter.
68
B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan kebidanan pada By. Ny. A
dengan ikterus neonatorum derajat I di RSUD Karanganyar menggunakan
manajemen asuhan kebidanan menurut Varney, yang terdiri dari 7 langkah
varney, yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun penatalaksanaanya
adalah sebagai berikut:
1.
Pengkajian
Pengkajian pada bayi dengan ikterus derajat I dilakukan dengan
pengumpulan anamnesa, data subjektif, data objektif, dan data
penunjang. Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan ikterus
neonatorum derajat I adalah daerah kepala sampai leher yang mengalami
perubahan warna menjadi kuning (Prawirohardjo, 2009). Menurut
Prawirohardjo (2009), rumus Kramer bagian tubuh bayi yang tampak
kuning mulai dari kepala sampai leher adalah ikterus neonatorum derajat
I. Pemeriksaan penunjang digunakan untuk mengetahui kondisi pasien
untuk menegakkan diagnosa (Safitri, 20012). Pemeriksaan penunjang
diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara lain : Pemeriksaan Hb
dan golongan darah serta kadar bilirubin dalam darah (Sondakh, 2013).
Kadar bilirubin dalam darah >1 mg/dL dalam 24 jam pertama adalah
yang dinyatakan ikterus patologi (Prawirohardjo, 2009).
Sedangkan data objektif didapatkan dari pemeriksaan fisik pada
Bayi Ny. A yang meliputi keadaan umum bayi: sedang, kesadaran:
69
composmentis, nadi: 124x/menit, respirasi: 42x/menit, suhu: 36,7℃,
gerakan kurang aktif. dengan hasil pemeriksaan laboratorium bilirubin
total 7,05 mg%, bilirubin direk 3,35 mg%, bilirubin indirek 3,70 mg%.
Pengkajian dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik lapangan.
2.
Interpretasi Data
Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan
prognosis dari hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang
ditegakkan oleh bidan yang disebut dengan diagnosa kebidanan(Sari,
2012). Diagnosa kebidanan : Bayi baru lahir Ny. X dengan ikterus
neonatorum derajat I (Sondakh, 2013). Masalah yang sering dijumpai
pada bayi dengan ikterus adalah kekurangan cairan dan reflek menghisap
lemah (Nuraif dan Kusuma, 2015). Kebutuhan yang harus diberikan pada
bayi dengan ikterus adalah pemberian cairan/ASI yang cukup
(Nuraif dan Kusuma, 2015).
Pada tahap interpretasi data didapatkan bayi Ny. A dengan ikterus
derajat I. Kulit tampak kuning pada kepala sampai leher. Dalam kasus
bayi Ny. A dengan ikterus neonatorum derajat I ini ditemukan masalah
reflek menghisap dan menelan lemah, sehingga kebutuhan yang
diberikan adalah pemberian rasa nyaman dan hangat serta pemenuhan
nutrisi yang adekuat. Pada interpretasi dalam kasus ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.
70
3.
Diagnosa Potensial
Pada langkah ini, masalah potensial pada bayi baru lahir dengan
ikterus derajat I akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat
dan meneyebabkan kern ikterus (Prawirohardjo, 2009).Bidan bersiapsiap bila masalah potensial benar-benar terjadi (Walyani, 2015). Namun
diagnosa potensial dalam kasus pada bayi Ny. A dengan ikterus derajat I
yang berpotensi menjadi kern ikterus ini tidak terjadi karena penanganan
yang tepat dan pada hasil pemeriksaan kadar bilirubin yang semakin
membaik.
4.
Antisipasi
Langkah
antisipasi
merupakan
kesinambungan
dari
proses
manajemen kebidanan. Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan
dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera
(emergensi) di mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien
yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter,
atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain (Sulisyawati, 2009).
Antisipasi menurut Marmi dan Raharjo (2012), untuk tanda ikterus
derajat I antara lain : Mempercepat metabolisme dan pengeluaran
bilirubin dengan pemberian agar-agar, early feeding dan pemberian
fenobarbital, pemberian kebutuhan nutrisi dan pemberian terapi sinar.
Antisipasi dalam kasus pada bayi Ny. A dengan ikterus derajat I ini
71
dilakukan sesuai advis dokter yaitu dengan pemberian sinar fototerapi
dengan program penyinarannya selama 6 jam pada sore hari, dengan
menutupi mata dan alat kelamindan pemberian ASI untuk kebutuhan
nutrisi dan cairan 30cc/2 jam. Jadi, pada Antisipasi dalam kasus ini
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lapangan yaitu pada kasus
tidak dilakukan pemberian fenobarboital dan agar-agar (early feeding).
5.
Rencana Tindakan
Pada
langkah
ini
direncanakan
asuhan
yang
menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang
up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based care), serta
divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak
diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
neonatorum, antara lain observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital,
pemenuhan kebutuhan dan cairan, jemur bayi pada sinar matahari pagi
jam 7-8 selama 15 menit sampai 30 menit, periksa kadar bilirubin dalam
darah dengan dokter spesialis anak untuk melakukan terapi sinar
(Winkjosastro, 2007).
Perencanaan dalam kasus pada bayi Ny. A dengan ikterus derajat I
ini adalah beri informasi kepada Ibu dan keluarga, observasi keadaan
ikterus, observasi BAB dan BAK setiap 2 jam, memandikan bayi, jaga
lingkungan dan kehangatan, beri ASI sesuai kebutuhan 30cc/2jam,
72
pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi dan respirasi
setiap 4 jam sekali, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk
pemberian terapi sinar fototerapi sesuai program selama 6 jam pada sore
hari, kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan kadar
bilirubin. Rencana tindakan dalam kasus ini tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan praktik lapangan.
6.
Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan.
Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, pasien
dan anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya
manajemen
yang
efisien
akan
menyingkat
waktu,
biaya
dan
meningkatkan mutu dan asuhan pada bayi baru lahir dengan ikterus
(Sulistyawati, 2009).
Pelaksanaan yang berdasarkan rancana tindakan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum, antara lain observasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital, pemenuhan kebutuhan dan cairan,
jemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7-8 selama 15 menit sampai 30
menit, periksa kadar bilirubin dalam darah dengan dokter spesialis anak
untuk melakukan terapi dan terapi sinar (Winkjosastro, 2007).
Pelaksanaan dalam kasus pada bayi Ny. A dengan ikterus derajat I
ini adalah beri informasi kepada Ibu dan keluarga, observasi keadaan
ikterus, observasi BAB dan BAK setiap 2 jam, memandikan bayi, jaga
73
lingkungan dan kehangatan, beri ASI sesuai kebutuhan 30cc/2jam
dengan cara disendoki, pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi
suhu, nadi dan respirasi setiap 4 jam sekali, kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk pemberian terapi sinar fototerapi sesuai program
selama 6 jam pada sore hari, kolaborasi dengan petugas laboratorium
untuk pemeriksaan kadar bilirubin. Pelaksanaan dalam kasus ini tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.
7.
Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan
yang sudah diberikan, meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam penatalaksanaannya
(Nurhayati dkk, 2012). Setelah diberikan asuhan kebidanan hasil yang
diharapkan adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, cairan
terpenuhi, bilirubin turun dan berat badan bayi naik.
Dalam kasus pada bayi Ny. A dengan ikterus derajat I setelah
dilakukan asuhan selama 4 hari, didapatkan hasil keadaan umum bayi
baik, kesadaran composmentis, reflek menelan dan menghisap baik, bayi
bergerak aktif, warna kuning pada wajah, mata, hidung, telinga sampai
leher sudah tidak terlihat, bayi sudah menyusu dengan kuat, berat badan
naik menjadi 3400 gram, keadaan lingkungan bayi tetap bersih, hangat
dan nyaman, serta kadar bilirubin dalam darah sudah turun. Evaluasi ini
74
sudah sesuai dengan teori sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan praktik lapangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari asuhan kebidanan pada kasus bayi baru lahir pada bayi Ny. A
dengan ikterus neonatorum derajat I di RSUD Karanganyar dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pengkajian pada kasus bayi Ny. A dengan ikterus derajat I, ibu
mengatakan bayinya tampak kuning pada kepala sampai leher dan malas
minum. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda ikterus pada kepala
sampai leher, dengan hasil pemeriksaan bilirubin total 7,05 mg%,
bilirubin direk 3,35 mg%, bilirubin indirek 3,70 mg%.
2.
Interpretasi data didapatkan Bayi Ny. A, lahir cukup bulan, umur 10 jam
dengan Ikterus Neonatorum derajat I. Masalahyang ditemukan pada
kasus bayi Ny. A dengan ikterus derajat I terjadi masalah pada gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan kadar bilirubin dalam
darah. Kebutuhan yang terpenuhi pada kasus bayi Ny. A dengan ikterus
derajat I adalah pemberian cairan dan ASI.
3.
Diagnosa potensial tidak muncul karena penanganan yang tepat dan
cepat.
4.
Antisipasi dalam langkah ini yaitu kolaborasi dengan dokter spesialis
anak yang tindakannya meliputi pemberian terapi sinar fototerapi dengan
program penyinarannya selama 6 jam pada sore hari, dengan menutupi
75
76
mata dan alat kelamin dan pemberian ASI untuk kebutuhan nutrisi dan
cairan 30cc/2 jam.
5.
Rencana tindakan pada bayi Ny. A meliputi pemberian informasi kepada
Ibu dan keluarga, observasi keadaan ikterus, observasi BAB dan BAK
setiap 2 jam, memandikan bayi, jaga lingkungan dan kehangatan, beri
ASI sesuai kebutuhan30cc/2jam, pemeriksaan tanda-tanda vital yang
meliputi suhu, nadi dan respirasi setiap 4 jam sekali, kolaborasi dengan
dokter spesialis anak untuk pemberian terapi sinar fototerapi sesuai
program selama 6 jam pada sore hari, kolaborasi dengan petugas
laboratorium untuk pemeriksaan kadar bilirubin.
6.
Pelaksanaan tindakan pada bayi Ny. A yaitu beri informasi kepada Ibu
dan keluarga, observasi keadaan ikterus, observasi BAB dan BAK setiap
2 jam, memandikan bayi, jaga lingkungan dan kehangatan, beri ASI
sesuai kebutuhan 30cc/2jam, pemeriksaan tanda-tanda vital yang
meliputi suhu, nadi dan respirasi setiap 4 jam sekali, kolaborasi dengan
dokter spesialis anak untuk pemberian terapi sinar fototerapi sesuai
program selama 6 jam pada sore hari, kolaborasi dengan petugas
laboratorium untuk pemeriksaan kadar bilirubin.
7.
Evaluasi yaitu setelah dilakukan asuhan selama 4 hari didapatkan hasil
gangguan kebutuhan cairan reflek menghisap dan menelan dapat diatasi
dengan baik dengan hasil sebagai berikut: Keadaan umum bayi aktif dan
baik, bayi tidak tampak kuning, berat badan bayi menjadi 3400 gram,
77
ASI sudah diberikan secara on demand oleh Ibu, bayi sudah BAB 1 kali
konsistensi lembek dan BAK 5 kali dan bayi tampak nyaman.
8.
Setelah melakukan asuhan kebidanan dengan Ikterus Neonatorum derajat
I pada bayi Ny. A dengan menerapkan manajemen 7 langkah Varney
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik lahan yaitu dalam
antisipasi, perencanaan, pelaksanaan tidak diberikan fenobarbital dan
agar-agar (early feeding).
B. Saran
1.
Bagi Pasien
Ibu diharapkan dapat mengetahui tanda-tanda bayi dengan ikterus dengan
melakukan penjemuran bayi setiap pagi sekitar jam 7 – 8 selama 15 – 30
menit dan diharapkan Ibu mampu merawat bayinya sendiri di rumah
dengan baik dan mampu menyusui bayinya dengan ASI Ekslusif.
2.
Bagi Profesi
Meningkatkan mutu pelayanan dan penanganan bagi bayi dengan ikterus
derajat I yang cepat, tepat dan komprehensif.
3.
Bagi Institusi
a.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan agar rumah sakit lebih meningkatkan mutu pelayanan
terutama dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan
ikterus.
78
b.
Bagi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau
menambah referensi, sehingga dapat membantu penulis atau
mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Z. R, Kristianasari, W. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djitowoyono, S, Kristianasari, W. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dewi, V. N. L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Dinkes.2015. Buku Saku Kesehatan Triwulan 3 Tahun 2015.http : //
www.dinkesjatengprov.go.id
Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data
edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
______________. 2010. Metode penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: salemba Medika.
KEMENKES RI. 2015. Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian
Bayi di Indonesia. http : // www.kemenkesRI.go.id
Maryanti, D et al. 2011. Buku Ajar Neonatus, Byi, dan Balita. Jakarta: Trans Info
Media.
Maryunani, A, Sari, E.P. 2013.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika.
Marmi, Raharjo, K. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mufdlila, et al. 2012.Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A.H, Kusuma, H 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC - NOCK. Edisi Revisi 2. Yogyakarta:
Mediaction Yogyakarta.
Nurhayati, et al. 2012.Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo. 2009. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka..
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Permenkes.
2010.
Peraturan
Menteri
1464//MENKES/PER/X/2010.
Kesehatan
Indonesia
NO
Rukiah, A. Y, Yulianti, L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Trans
Info Media.
Rismalinda, P.H. 2014.Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: In Media
Suryadi, Yuliani, R. 2010. Asuhan keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto..
Sudarti, Fauziah, A. 2012. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Yokyakarta: Nuha Medika.
Sondakh, et al. 2015.Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.
Sulistiyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
_______________2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
______________ dan Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika
Sari, N.R. 2011.Konsep Kebidanan. Yokyakarta: Graha Ilmu
Sarwono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yokyakarta: Mitra Cendekia
press.
Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Yokyakarta: Pustaka
Baru press.
Wiknjosastro, H.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Download