PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan pangan manusia mengandung satu atau lebih mikroorganisme yang hidup dan tumbuh di dalamnya, kecuali untuk beberapa pangan yang steril. Beberapa dari mikroorganisme ini diinginkan oleh manusia berada dalam bahan pangan, karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam memproduksi pangan yang difermentasi secara alami. Mikroorganisme lain dapat menyebabkan kerusakan pada bahan pangan dan menjadi penyebab penyakit akibat keracunan pangan tersebut. Oleh karena itu, keberadaan mikroorganisme pada bahan pangan perlu untuk dikontrol. Preservasi merupakan kegiatan untuk mengawetkan produk pangan agar terhindar dari pembusukan akibat cemaran mikroorganisme pembusuk dan patogen. Pertumbuhan bakteri perusak makanan ini dapat dihambat dengan penggunaan bahan kimia seperti boraks, nitrit, formalin, rhadomin, dan lain-lain sebagai bahan pengawet makanan kimiawi. Bahan-bahan tersebut akan tetapi, dapat menimbulkan alergi pada individu yang sensitif dan memiliki efek samping yang berpotensi sebagai zat karsinogenik (seperti nitrosamine dari nitrit). Tantangan untuk mengembangkan sistem pengawetan baru yang dapat mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan bahan pangan mulai banyak berkembang, yaitu dengan pengawet pangan alami (biopreservatif). Salah satu metode pengawetan secara alami adalah dengan penambahan zat antimikrob. Zat antimikrob alami yang termasuk Generally Recognize as Safe (GRAS) banyak dihasilkan dari golongan bakteri asam laktat (BAL) yang banyak ditemukan pada bahan pangan hasil ternak seperti susu, daging, dan juga dapat tumbuh pada sayur-sayuran meskipun dalam jumlah yang terbatas. Bakteri asam laktat (BAL) dapat menghasilkan produk metabolit seperti asam-asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin yang memiliki sifat antimikrob. Salah satu jenis BAL yang potensial dalam memproduksi zat antimikrob adalah Lactobacillus plantarum yang bersifat homofermentatif. Beberapa bakteri patogen dan pembusuk makanan seperti Bacillus cereus dan Salmonella enterica ser. Typhimurium dapat bertahan hidup pada kondisi pH yang 1 rendah (asam). Hal ini merupakan salah satu alasan perlunya ditambahkan zat antimikrob agar dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan. Aplikasi bakteriosin sebagai biopreservatif pada bahan pangan memiliki keistimewaan antara lain dengan tidak merubah rasa dan tekstur produk pangan tetapi dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen. Oleh karena itu bakteriosin menjadi perhatian khusus sebagai biopreservatif yang potensial dan aman untuk kesehatan. Akan tetapi faktor pH seringkali menjadi pertimbangan bagi bahan pengawet yang akan digunakan pada bahan pangan, khususnya bagi pangan hasil peternakan dengan kondisi pH rendah seperti daging sapi, ham, bakso, susu, butter, keju, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan bakteriosin asal empat galur L. plantarum pada kondisi pH rendah (asam). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : 1. Karakteristik morfologis dari bakteri Lactobacillus plantarum 1A5, 1B1, 2B2, dan 2C12 serta kelima bakteri patogen melalui uji pewarnaan Gram. 2. Ketahanan bakteriosin asal empat galur Lactobacillus plantarum terhadap kondisi pH asam dan aktivitas antimikrob yang dihasilkan dalam menghambat bakteri patogen. 2