BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum Seiring perkembangan teknologi pada bidang telekomunikasi saat ini banyak perusahaan di bidang telekomunikasi yang mulai menggunakan teknologi serat optik guna memberikan layanan yang terbaik, mudah dan cepat untuk masyarakat selain untuk persaingan yang kian ketat. Dengan perkembangan teknologi dalam bidang telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya yang relatif lebih rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat, aman, serta ditunjang oleh kapasitas yang besar dalam pengiriman informasi [1]. Seiring dengan perkembangan telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan teknologi serat optik semakin dikembangkan, sehingga dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional dimasa mendatang, terutama untuk transmisi jarak jauh. Dampak dari perkembangann teknologi ini adalah perubahan jaringan analog menjadi jaringan digital baik dalam sistem switching maupun dalam sistem transmisinya. Hal ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dikirim, serta biaya operasi dan pemeliharaan lebih ekonomis. Sebagai sarana transmisi dalam jaringan digital, serat optik berperan sebagai pemandu gelombang cahaya. Serat optik dari bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil dan sangat ringan dapat mengirimkan informasi dalam jumlah besar dengan rugi-rugi relatif rendah [2]. 2.1.1 Serat Optik 5 Universitas Sumatera Utara Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang menggunakan media cahaya sebagai penyalur informasi. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk sinyal elektris menjadi sinyal optik (cahaya), yang kemudian disalurkan melalui kabel serat optik dan diterima pada sisi penerima untuk diubah kembali menjadi sinyal elektris. Keunggulan transmisi serat optik dibanding transmisi lainnya antara lain [2]: 1. Redaman transmisi yang kecil 2. Range Frekuensi yang lebar 3. Ukuran lebih kecil, simple dan ringan 4. Bebas interferensi gelombang elektromagnetik Prinsip kerja dari serat optik ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh transducer elektrooptik (Dioda/Laser Dioda) menjadi gelombang cahaya yang kemudian ditransmisikan melalui kabel serat optik menuju penerima/receiver yang terletak pada ujung lainnya dari serat optik, pada penerima/receiver sinyal optik ini diubah oleh transducer optoelektronik (Photo Dioda/Avalanche Photo Dioda) menjadi sinyal elektris kembali. Dalam perjalanan sinyal optik dari transmitter menuju receiver akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan kabel dan konektor-konektor di perangkatnya, oleh karena itu jika jarak transmisinya jauh maka diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang berfungsi untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman sepanjang perjalanannya. Jenis-jenis serat optik berdasarkan sifat karakteristiknya secara global dapat dibagi menjadi 2 yaitu Single Mode dan Multi Mode [2]. Pada sistem komunikasi serat optik, sinyal informasi diubah ke sinyal 6 Universitas Sumatera Utara listrik lalu dirubah lagi ke optik/cahaya. Sinyal ini kemudian dilewatkan melalui serat optik, yang setelah sampai di penerima nanti, cahaya tersebut diubah kembali ke listrik dan akhirnya diterjemahkan menjadi sinyal informasi seperti pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik terbuat dari bahan dielektrik yang terdiri dari bahan inti yaitu kaca (glass) dan lapisan pelindung yaitu plastik. Di dalam serat inilah energi cahaya yang dibangkitkan oleh sumber cahaya, disalurkan (ditransmisikan) sehingga dapat diterima diujung unit penerima (receiver) seperti pada Gambar 2.2 [3]. Gambar 2.2 Fiber Optik 7 Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Struktur Serat Optik Pada setiap tabung tube dapat berisi 6, 8 atau 12 serat optik yang berukuran sangat kecil, dimana serat optik sendiri terdiri dari 3 bagian dasar, yaitu [3]: 1. Inti (core) 2. Jaket (cladding) 3. Mantel (coating) Gambar 2.3 Struktur Kabel Serat Optik Berdasarkan Gambar 2.3 terlihat bahwa struktur serat optik terdiri coating, cladding, dan core. Struktur tersebut mamiliki pengertian sebagai berikut [3]: 1. Inti (Core) Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari lapis kedua. Inti (core) terbuat dari bahan kaca (glass) yang berdiameter 2 μm – 50 μm, dalam hal ini tergantung dari jenis serat optiknya. Ukuran core juga dapat mempengaruhi karakteristik serat optik tersebut. 2. Jaket (Cladding) Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat dalam core serat optik. Cladding terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias yang 8 Universitas Sumatera Utara lebih kecil dari core. Cladding merupakan sekubung dari core. Diameter cladding berkisar antara 5 μm – 250 μm[3]. Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhiperambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis). 3. Mantel (Coating) Coating merupakan bagian terluar dari suatu serat optik yang terbuat dari bahan plastik yang berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan, pada coating juga terdapat warna yang membedakan urutan core. 2.2 Jenis – jenis Serat Optik Jenis – jenis serat optik menurut perambatannya ada 2 bagian ialah Single Mode dan Multi Mode 2.2.1 Single Mode Single mode yaitu mempunyai inti yang kecil antara 8-10 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer). Karena dimensinya sangat kecil, maka hanya ada 1 (satu) mode cahaya yang lewat didalamnya. Pada jenis single mode step index baik core maupun cladding nya dibuat dari bahan silica glass. Ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding nya dibuat demikian agar rugi-rugi transmisi berkurang akibat fading seperti pada Gambar 2.4 [3]. Gambar 2.4 Perambatan Gelombang pada Single Mode 9 Universitas Sumatera Utara Single mode step index mempunyai karakteristik sebagai berikut [3]: 1. Serat optik single mode step index memiliki diamater core yang sangat kecil jika dibandingkan dengan cladding nya. 2. Ukuran diameter core antara 8 μm – 12 μm. 3. Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan serat sumbu optik. 4. Memiliki redaman yang sangat kecil. 5. Memiliki bandwidth yang lebar. 6. Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. 2.2.2 Multi Mode Multi Mode yaitu mempunyai 0.0025 inch atau inti yang lebih besar ( berdiameter 62.5 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300 nanometer) dengan banyak mode cahaya yang lewat di dalamnya. Pada serat optik multi mode step index pulsa disisi terima akan lebih besar dibandingkan dengan pulsa disisi kirim. Pelebaran pulsa mengakibatkan adanya perbedaan bit-bit data yang ditransmisiskan. Pada jenis multi mode step index ini, diameter core lebih besar diameter cladding nya. Dampak dari besarnya diameter core menyebabkan rugi-rugi dispersi waktu transmitternya besar. Penambahan presentase bahan silica pada waktu pembuatan tidak terlalu berpengaruh dalam menekan rugi-rugi dispersi waktu pengiriman. Serat optik multi mode graded index digunakan dalam transmisi jarak pendek dengan laju data yang rendah dan memiliki loss yang besar seperti yampak pada gambar 2.5 [3]. 10 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Perambatan Gelombang pada Multi Mode 2.3 Alat Ukur Transmisi Optik Dalam pengukuran karakteristik optik digunakan alat ukur OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) dan Power Meter yang duraikan sebagai berikut[4]. 2.3.1 Optical Time Domain Reflektometer (OTDR) OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan gambar secara visual karakteristik dari redaman sebuah fiber dalam suatu jaringan. Selain itu, OTDR merupakan alat untuk menentukan lokasi dari fiber optik yang terputus dan juga dapat digunakan untuk menentukan rugirugi (loss) pada tiap sambungan atau konektor. Pada intinya OTDR memiliki 4 fungsi utama, yaitu[4]: 1. Dapat menentukan jarak lokasi pada jaringan yang patah. 2. Dapat menentukan loss dari setiap splice atau total end to end loss. 3. Dapat menentukan redaman serat sepanjang link. 4. Dapat melihat refleksi dari sebuah event seperti sebuah konektor informasi mengenai redaman serat, loss sambungan, loss konektor dan lokasi gangguan dapat ditentukan dari displaynya. 11 Universitas Sumatera Utara Prinsip kerja OTDR adalah dengan mengirimkan pulsa cahaya ke serat optik berupa sinar laser sampai ke ujung core yang di ukur. Cahaya yang dikirimkan sebagian dipantulkan kembali ke OTDR, hal tersebut terjadi karena ketidakmurnian dan ketidaksempurnaan serat optik sehingga menyebabkan refleksi sepanjang serat. Gambar 2.5 Blok Diagram OTDR Dari Gambar 2.5[4] dapat dijelaskan prinsip kerja dari OTDR. Pulsa generator membangkitkan sebuah pulsa elektrik yang diubah menjadi pulsa optik oleh laser diode. Pulsa tersebut diteruskan ke kabel optik melalui sebuah optical directional coupler. Pulsa tersebut akan dipantulkan kembali dan jika terjadi perubahan pada kabel (EVENT), yang disebabkan oleh adanya splicing (sambungan) pada kabel, konektor, microbending (kabel putus). Pulsa balik tersebut diterima kembali oleh optical directional coupler dan diteruskan ke photodiode yang mengubah kembali menjadi pulsa listrik. Pulsa tersebut diukur 12 Universitas Sumatera Utara besarnya dan ditampilkan di layar display. Lamanya waktu antara pulsa yang dibangkitkan dan pulsa yang diterima akan diukur dan dapat dikonversikan menjadi jarak antara pesawat OTDR dengan EVENT tersebut (splicing, konektor, ujung kabel dan lain – lain). Beberapa fungsi yang dapat dilakukan oleh OTDR yaitu : 1. Mengukur Loss per satuan panjang Loss Pada saat Instalasi serat optik mengasumsikan redaman serat optik tertentu dalam loss persatuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman sebelum dan setelah instalasi sehingga dapat memeriksa adanya ketidaknormalan seperti bengkokan (bend) atau beban yang tidak diinginkan. 2. Mengevaluasi sambungan dan konektor Pada saat instalasi OTDR dapat memastikan apakah redaman sambungan dan konektor masih berada dalam batas yang diperbolehkan. 3. Fault Location Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan dapat saat atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi faultnya atau ketidaknormalan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of fiber pada OTDR, jika kurang dari jarak sebenarnya maka pada jarak tersebut terjadi kebocoran/ keretakan (asumsi set OTDR benar). End of fiber pada OTDR ditandai dengan adanya daya <3 dB (dapat disesuaikan dengan menset) yang berfluktuasi. OTDR, pulse width, dispersi, rise time merupakan domain waktu, sedangkan bandwidth, merupakan domain frekuensi. 13 Universitas Sumatera Utara 2.3.2 Power Meter Power meter optik adalah peralatan penting untuk pengukuran daya dalam sistem komunikasi serat optik. Pengukuran daya adalah salah satu dasar banyak pengukuran serat optik. Nilai untuk pengukuran rugi -rugi dengan daya pada kirim (sumber) atau daya pada akhri penerima yang berbeda – beda. Jenis optical power meter menggunakan bahan semikonduktor photodetector seperti Silicon (Si), Germanium (Ge), atau Indium Gallium Arsenide (InGaAs), tergantung pada panjang gelombang yang digunakan. Si detector digunakan pada daerah panjang gelombang 850 nm, sedangkan Ge dan InGaAs detector adalah jenis yang digunakan pada daerah panjang gelombang 1310 and 1550 nm[4]. 2.4 Sejarah Perkembangan DWDM Pada mulanya, teknologi WDM, yang merupakan cikal bakal lahirnya DWDM, berkembang dari keterbatasan yang ada pada sistem serat optik, dimana pertumbuhan trafik pada sejumlah jaringan backbone mengalami kecepatan yang tinggi sehingga kapasitas jaringan tersebut dengan cepatnya terisi. Hal ini menjadi dasar pemikiran untuk memanfaatkan jaringan yang ada dibandingkan membangun jaringan baru. Konsep ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1970, dan pada tahun 1978 sistem WDM telah terealisasi di laboratorium. Sistem WDM pertama hanya menggabungkan 2 sinyal. Pada perkembangan WDM, beberapa sistem telah sukses mengakomodasikan sejumlah panjang-gelombang dalam sehelai serat optik yang masing-masing berkapasitas 2,5 Gbps sampai 5 Gbps. Namun penggunaan WDM menimbulkan permasalahan baru, yaitu ke-nonlinieran serat optik dan efek 14 Universitas Sumatera Utara dispersi yang semakin kehadirannya semakin significant yang menyebabkan terbatasnya jumlah panjang-gelombang 2-8 buah saja di kala itu. Pada perkembangan selanjutnya, jumlah panjang-gelombang yang dapat diakomodasikan oleh sehelai serat optik bertambah mencapai puluhan buah dan kapasitas untuk masing-masing panjang gelombang pun meningkat pada kisaran 10 Gbps, kemampuan ini merujuk pada apa yang disebut DWDM. Teknologi WDM pada dasarnya adalah teknologi transport untuk menyalurkan berbagai jenis trafik (data, suara, dan video) secara transparan, dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda-beda dalam suatu fiber tunggal secara bersamaan. Implementasi WDM dapat diterapkan baik pada jaringan long haul (jarak jauh) maupun untuk aplikasi short haul (jarak dekat)[5]. 2.4.1 DWDM Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan suau teknik transmisi yang yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sebuah serat optik. Gambar 2.7 Prinsip dasar sistem DWDM Teknologi DWDM adalah teknologi dengan memanfaatkan sistem SDH (Synchoronous Digital Hierarchy) yang sudah ada (solusi terintegrasi) dengan 15 Universitas Sumatera Utara memultipleksikan sumber-sumber sinyal yang ada. Menurut definisi, teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal. Artinya, apabila dalam satu fiber itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan transmisinya menjadi 4x10 Gbs (kecepatan awal dengan menggunakan teknologi SDH). Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuannya dalam hal ini diyakini banyak orang akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditramsmisikan dalam satu fiber. Pada perkembangan selanjutnya, teknologi DWDM ini tidak saja dipergunakan pada jaringan utama (backbone), melainkan juga pada jaringan akses di kota-kota metropolitan di seluruh dunia, seperti halnya New York yang memiliki distrik bisnis yang terpusat. Alasan utama yang mendorong penggunaan DWDM pada jaringan akses ini tentu saja kemampuan sehelai serat optik yang sudah mampu mengakomodasikan puluhan bahkan ratusan panjang-gelombang. Sehingga, setiap perusahaan penyewa dapat memiliki 'jaringan' masing-masing. Kemunculan teknologi DWDM tersebut dengan segera menjadi daya tarik sendiri bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa telekomunikasi (carriers). Hal ini dikarenakan teknologi DWDM memungkinkan carriers untuk memiliki sebuah jaringan tanpa perlu susah payah membangun sendiri infrastruktur jaringannya. Mereka cukup menyewa beberapa panjang-gelombang sesuai 16 Universitas Sumatera Utara kebutuhan dengan daerah tujuan yang sama ataupun berbeda. Metode penyewaan panjang-gelombang ini pula yang saat ini banyak dilakukan oleh carriers, khususnya yang tergolong baru, di kawasan Eropa, di mana traffic telepon dan internet di kota-kota besar di kawasan tersebut menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi. Namun pada dasarnya, DWDM merupakan pemecahan dari masalahmasalah yang ditemukan pada WDM, dimana dari segi infrastruktur sendiri praktis hanya terjadi penambahan peralatan pemancar dan penerima saja untuk masing-masing panjang-gelombang yang dipergunakan. Inti perbaikan yang dimiliki oleh teknologi DWDM terletak pada jenis filter, serat optik dan penguat amplifier. Jenis filter yang umum dipergunakan di dalam sistem DWDM ini antara lain Dichroic Interference Filters (DIF), Fiber Bragg Gratings (FBG), Array Waveguide Filters (AWG) and Hybrid Fused Cascaded Fiber (HFCF) dengan Mach-Zehnder (M-Z) interferometers. Komponen berikutnya adalah serat optik dengan dispersi yang rendah, dimana karakteristik demikian sangat diperlukan mengingat dispersi secara langsung berkaitan dengan kapasitas transmisi suatu sistem. Sementara penguat optik yang banyak dipergunakan untuk aplikasi demikian adalah EDFA dengan karakteristik flat untuk semua panjanggelombang di dalam spektrum DWDM. Teknik lain yang yang telah sukses di uji coba dengan memperpendek jarak antar kanal, yang biasanya berkisar 1 nm menjadi 0,3 nm. Hal ini terutama berguna pada sistem yang spektrum penguatan dari penguat optiknya kurang merata[5]. 17 Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Pemilihan DWDM Secara umum ada beberapa alternatif cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan kapasitas akibat perkembangan trafik yang sangat cepat, yaitu: 1. Menambah fiber Jika tidak ada core fiber yang tersisa, maka diperlukan upaya penanaman kabel yang berisi sejumlah core fiber, dengan memperhitungkan ketersediaan duct yang ada (terutama untuk kabel jenis conduit). Cara ini selain agak rumit juga relatif mahal. 2. Memperbesar kecepatan transmisi Penggantian perangkat/modul eksisting dengan sistem/kapasitas yang baru (Sistem SDH kapasitas STM-64) dengan kapasitas yang lebih besar. Cara ini menemui hambatan dengan keterbatasan kapasitas terbesar sistem SDH (STM-64). 3. Mengimplementasikan WDM Cara lain yang jauh lebih ekonomis dan berorientasi ke masa depan adalah dengan menerapkan sistem WDM. Sistem WDM ini memanfaatkan sistem SDH yang sudah ada (solusi terintegrasi) dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada, pada domain λ, pada komponen pasif WDM. Dengan memperhatikan faktor ekonomis, fleksibilitas dan kebutuhan pemenuhan kapasitas jaringan jangka panjang, maka solusi untuk mengimplementasikan DWDM merupakan yang paling cocok, terutama jika 18 Universitas Sumatera Utara dorongan pertumbuhan trafik dan proyeksi kebutuhan trafik masa depan terbukti sangat besar. Secara umum ada beberapa faktor yang menjadi landasan pemilihan teknologi DWDM ini, yaitu[5]: 1. Menurunkan biaya instalasi awal, karena implementasi DWDM berarti kemungkinan besar tidak perlu menggelar fiber baru, cukup menggunakan fiber eksisting (sesuai ITU-T G.652 atau ITU-T G.655) dan mengintegrasikan perangkat SDH eksisting dengan perangkat DWDM 2. Dapat dipakai untuk memenuhi demand yang berkembang, dimana teknologi DWDM mampu untuk melakukan penambahan kapasitas dengan orde n x 2,5 Gbps atau n x 10 Gbps (n= bilangan bulat). 3. Dapat mengakomodasikan layanan baru (memungkinkan proses rekonfigurasi dan transparency). Hal ini dimungkinkan karena sifat dari operasi teknologi DWDM yang terbuka terhadap protokol dan format sinyal (mengakomodasi format frame SDH). 2.5 Konsep Dasar DWDM Masukan sistem DWDM berupa trafik yang memiliki format data dan laju bit yang berbeda dihubungkan dengan laser DWDM. Laser tersebut akan mengubah masing-masing sinyal informasi dan memancarkan dalam panjang gelombang yang berbeda-beda λ1, λ2, λ3,………, λN. Kemudian masing-masing panjang gelombang tersebut dimasukkan kedalam MUX (multiplexer), dan keluaran disuntikkan ke dalam sehelai serat optik. Selanjutnya keluaran MUX ini akan ditransmisikan sepanjang jaringan serat. Untuk mengantisipasi pelemahan 19 Universitas Sumatera Utara sinyal, maka diperlukan penguatan sinyal sepanjang jalur transmisi. Sebelum ditransmisikan sinyal ini diperkuat terlebih dahulu dengan menggunakan penguat akhir (post amplifier) untuk mencapai tingkat daya sinyal yang cukup. ILA (in line amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal sepanjang saluran transmisi. Sedangkan penguat awal (pre-amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal sebelum dideteksi. DEMUX (demultiplexer) digunakan pada ujung penerima untuk memisahkan antar panjang gelombang yang selanjutnya akan dideteksi menggunakan photodetector. Multiplexing serentak kanal masukan dan demultiplexing kanal keluaran dapat dilakukan oleh komponen yang sama, yaitu multiplexer/demultiplexer[5].Gambar 2.8 memperlihatkan Konsep Dasar DWDM. Gambar 2.8 Konsep Dasar DWDM 2.6 Rentang Frekuensi DWDM Teknologi DWDM merupakan implementasi teknologi multipleksing frekuensi. Dalam hal ini multipleksing frekuensi cahaya yang dilewatkan melalui serat optik. Sumber cahaya atau sinar yang digunakan berasal dari LED atau LASER. Rentang frekuensi cahaya yang dihasilkan oleh LED atau LASER tersebut dikenal dengan sebutan "window", yang memiliki wavelength (panjang gelombang) berkisar antara 850 nm hingga 1700 nm. WDM sendiri memanfaatkan rentang frekuensi antara 1260 nm hingga 1675 nm, dimana rentang 20 Universitas Sumatera Utara frekuensi tersebut juga masih terbagi atas beberapa band frekuensi yaitu O, E, S, C, L dan U[6].Gambar 2.9 memperlihatkan Rentang Frekuensi / Window. Gambar 2.9 Rentang Frekuensi / Window Tabel 2.1 Rentang Frekuensi Lebar Pita Rentang Panjang (Bandwidth ) 2.7 Keterangan Gelombang O band Original 1260 to 1360 nm E band Extended 1360 to 1460 nm S band short wavelengths 1460 to 1530 nm C band conventional ("erbium window") 1530 to 1565 nm L band long wavelengths 1565 to 1625 nm U band Ultra long wavelengths 1625 to 1675 nm Cara Kerja Sumber Cahaya Sumber cahaya yang digunakan berasal dari LED ataupun LASER. Dalam teknologi ini diperlukan sumber cahaya yang memiliki nilai toleransi persebaran cahaya (dispersi) yang lebih besar serta panjang gelombang yang standar dan stabil. Oleh karena itu DWDM bekerja pada rentang frekuensi L dan C yaitu antara 1530 nm sampai dengan 1565 nm untuk C band dan 1565 nm sampai 21 Universitas Sumatera Utara dengan 1625 nm untuk L band. Jarak atau spacing antara 1 kanal dengan kanal lain atau 1 panjang gelombang (lambda) dengan panjang gelombang lain umumnya berkisar antara 200GHz, 100GHz dan 50 GHz atau setara dengan 0,4 nm, 0,8 nm dan 1,6 nm. Dan sedang dikembangkan untuk spacing yang lebih rapat pada 25 GHz dan 12.5 GHz atau yang setara dengan 0,2 dan 0,1 nm (yang nantinya disebut sebagai Ultra DWDM). Jarak atau spacing tersebut diperlukan agar tidak terjadi interferensi atau percampuran kanal yang masing-masing terhadap sinyal traffic, sehingga proses multipleksing dan demultipleksing nantinya berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 2.10 Spacing Antar Kanal DWDM 2.8 Sistem DWDM Secara umum sistem DWDM melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut[6]: 1. Menghasilkan sinyal. Sumber cahaya (LASER atau LED) harus menyediakan cahaya yang stabil dengan spesifikasi tertentu, bandwitdh yang sempit yang membawa data digital, dimodulasi sebagai suatu sinyal analog. 2. Menggabungkan sinyal. DWDM menggunakan multiplekser untuk menggabungkan sinyal-sinyal masukan. 3. Mentransmisikan sinyal. Efek degradasi sinyal atau gangguan lainnya dapat diminimalisir dengan cara mengontrol variabel-variabel yang 22 Universitas Sumatera Utara berpengaruh seperti spasi / jarak kanal, toleransi panjang gelombang cahaya dan tingkatan daya LASER. 4. Penguatan sinyal dan regenator. Sinyal yang dilewatkan melalui serat optik harus mengalami penguatan. Penguat sinyal berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diterima untuk diteruskan kembali, sementara regenerator selain memiliki kemampuan untuk menguatkan sinyal juga dapat memperbaiki kualitas sinyal yang diterima, sehingga sinyal keluarannya memiliki kualitas yang baik. Gambar 2.11 Sistem DWDM 2.8.1 Keunggulan DWDM Secara umum keunggulan teknologi DWDM adalah sebagai berikut[5]: 1. Tepat untuk diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi jarak jauh (long haul) baik untuk sistem point-to-point maupun ring topology. 2. Lebih fleksibel untuk mengantisipasi pertumbuhan trafik yang tidak terprediksi. 3. Transparan terhadap berbagai bit rate dan protokol jaringan 4. Tepat untuk diterapkan pada daerah dengan perkembangan kebutuhan Bandwidth sangat cepat. Namun dengan dukungan teknologi tingkat tinggi dan area implementasi utama pada jaringan long haul teknologi DWDM menjadi mahal, terutama jika 23 Universitas Sumatera Utara diperuntukkan bagi implementasi di area metro. Area metro menjadi penting terutama karena dorongan pertumbuhan trafik data yang significant pada area ini. 2.8.2 Teknik Operasional DWDM Pada dasarnya, teknologi WDM (awal adanya teknologi DWDM) memiliki prinsip kerja yang sama dengan media transmisi yang lain. yaitu untuk mengirimkan informasi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Namun, dalam teknologi ini dalam suatu kabel atau serat optik dapat dilakukan pengiriman bersamaan banyak informasi secara bersamaan melalui kanal yang berbeda. Setiap kanal ini dibedakan dengan menggunakan prinsip perbedaan panjang gelombang (wavelength) yang dikirimkan oleh sumber informasi. Sinyal informasi yang dikirimkan awalnya diubah menjadi panjang gelombang yang sesuai dengan panjang gelombang yang tersedia pada kabel serat optik kemudian dimultipleksikan pada satu fiber. Dengan teknologi DWDM ini, pada satu kabel serat optik dapat tersedia beberapa panjang gelombang yang berbeda sebagai media transmisi yang biasa disebut dengan kanal[5]. Gambar 2.12 mengilustrasikan pengiriman informasi pada WDM. Gambar 2.12 Ilustrasi pengiriman informasi pada WDM 2.8.3 Komponen penting pada DWDM Pada teknologi DWDM, terdapat beberapa komponen utama yang harus ada untuk mengoperasikan DWDM dan agar sesuai dengan standard channel ITU 24 Universitas Sumatera Utara sehingga teknologi ini dapat diaplikasikan pada beberapa jaringan optik seperti SONET dan yang lainnya. Komponen-komponennya adalah sebagai berikut[7]: 1. Transmitter yaitu komponen yang menjembatani antara sumber sinyal informasi dengan multiplekser pada sistem DWDM. Sinyal dari transmitter ini akan dimultipleks untuk dapat ditansmisikan. 2. Receiver yaitu komponen yang menerima sinyal informasi dari demultiplekser untuk dapat dipilah berdasarkan macam-macam informasi. 3. DWDM terminal multiplexer. Terminal mux sebenarnya terdiri dari transponder converting wavelength untuk setiap signal panjang gelombang tertentu yang akan dibawa. Transponder converting wavelength menerima sinyal input optic (sebagai contoh dari system SONET atau yang lainnya), mengubah sinyal tersebut menjadi sinyal optic dan mengirimkan kembali sinyal tersebut menggunakan pita laser 1550 nm. Terminal mux juga terdiri dari multiplekser optikal yang mengubah sinyal 550 nm dan menempatkannya pada suatu fiber SMF-28. 4. Intermediate optical terminal (amplifier). Komponen ini merupakan amplifier jarak jauh yang menguatkan sinyal dengan banyak panjang gelombang yang ditransfer sampai sejauh 140 km atau lebih. Diagnostik optikal dan telemetry dimasukkan di sekitar daerah amplifier ini untuk mendeteksi adanya kerusakan dan pelemahan pada fiber. Pada proses pengiriman sinyal informasi pasti terdapat atenuasi dan dispersi pada sinyal informasi yang dapat melemahkan sinyal, oleh karena itu harus dikuatkan. Gambar 2.13 memperlihatkan erbinum – doped optical fiber. 25 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.13 Erbium-doped Optical Fiber Sistem yang biasa dipakai pada fiber amplifier ini adalah sistem EDFA, namun karena bandwith dari EDFA ini sangat kecil yaitu 30 nm (1530 nm1560 nm), namun minimum attenuasi terletak pada 1500 nm sampai 1600 nm. Kemudian digunakan DBFA (Dual band fiber amplifier) dengan bandwidth 1528 nm to 1610 nm. Kedua jenis amplifier ini termasuk jenis EBFA (extended band filter amplifier) dengan penguatan yang tinggi, saturasi yang lambat dan noise yang rendah. Teknologi amplifier optik yang lain adalah sistem Raman Amplifier yang merupakan pengembangan dari sistem EDFA. 5. DWDM terminal demux. Terminal ini mengubah sinyal dengan banyak panjang gelombang menjadi sinyal dengan hanya 1 panjang gelombang dan mengeluarkannya ke dalam beberapa fiber yang berbeda untuk masing-masing client untuk dideteksi. Sebenarnya demultiplexing ini beritndak pasif, kecuali untuk beberapa telemetry seperti sistem yang dapat menerima sinyal 1550 nm. Pada transmisi jarak jauh dengan system client-layer seperti demultiplexing sinyal yan selalu dikirim ke 0/E/0. Teknologi terkini dari demultiplekser ini yaitu terdapat couplers (penggabung dan pemisah power wavelength) berupa fiber bragg grating dan dichroic filter untuk menghilangkan noise dan crosstalk. 26 Universitas Sumatera Utara Bragg Grating Dichronic Filter Gambar 2.14 FBG dan Dichroic filter 6. Optical supervisory channel. OSC merupakan tambahan panjang gelombang yang selalu ada di antara 1510 nm-1310 nm. OSC membawa informasi optik multi wavelength sama halnya dengan kondisi jarak jauh pada terminal optic atau daerah EDFA. Jadi OSC selalu ditempatkan pada daerah intermediate amplifier yang menerima informasi sebelum dikirimkan kembali. Gambar 2.15 memperlihatkan Aplikasi sistem DWDM. Gambar 2.15 Aplikasi sistem DWDM 27 Universitas Sumatera Utara 2.8.4 Aplikasi DWDM Dalam aplikasi DWDM terdapat beberapa elemen yang memiliki spesifikasi khusus disesuaikan dengan kebutuhan sistem[8]. Elemen tersebut adalah: 1. Wavelength Multiplexer/Demultiplexer Wavelength Multiplexer berfungsi untuk memultiplikasi kanal-kanal panjang gelombang optik yang akan ditransmisikan dalam serat optik. Sedangkan wavelength demultiplexer berfungsi untuk mendemultiplikasi kembali kanal panjang gelombang yang ditransmisikan menjadi kanal-kanal panjang gelombang menjadi seperti semula. 2. OADM (Optical Add/Drop Multiplexer) Di antara titik multiplexing dan demultiplexing dalam sistem DWDM merupakan daerah dimana berbagai macam panjang gelombang berada, pada beberapa titik sepanjang span ini sering diinginkan untuk dihilangkan atau ditambah dengan satu atau lebih panjang gelombang. OADM (Optical Add/Drop Multiplexer) inilah yang digunakan untuk melewatkan sinyal dan melakukan fungsi add and drop yang bekerja pada level optik. 3. OXC (Optical Cross Connect) Perangkat OXC (Optical Cross Connect) ini melakukan proses switching tanpa terlebih dahulu melakukan proses konversi OEO (Optikelektro optik) dan berfungsi untuk merutekan kanal panjang gelombang. OXC ini berukuran NxN dan biasa digunakan dalam konfigurasi jaringan ring yang memiliki banyak node terminal. 28 Universitas Sumatera Utara 4. OA (Optical Amplifier) Merupakan penguat optik yang bekerja dilevel optik, yang dapat berfungsi sebagai pre-amplifier, in line-amplifier dan post-amplifier. 2.9 Channel Spacing Channel spacing menentukan sistem performansi dari DWDM. Standard channel spacing dari ITU adalah 50 GHz sampai 100 GHz (100 GHz akhir-akhir ini sering digunakan). Spacing (sekat) ini membuat channel dapat dipakai dengan memperhatikan batasan-batasan fiber amplifier. Channel spacing bergantung pada komponen sistem yang dipakai[7]. Channel spacing merupakan sistem frekuensi minimum yang memisahkan 2 sinyal yang dimultipleksikan. Atau bias disebut sebagai perbedaan panjang gelombang diantara 2 sinyal yang ditransmisikan. Amplifier optic dan kemampuan receiver untuk membedakan sinyal menjadi penentu dari spacing pada 2 gelombang yang berdekatan.Gambar 2.16 memperlihatkan karakteristik DWDM. Gambar 2.16 Karakteristik DWDM Pada perkembangan selanjutnya, system DWDM berusaha untuk menambah channel yang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas data informasi. Salah satunya adalah dengan memperkecil channel spacing tanpa adanya suatu interferensi dari pada sinyal pada satu fiber optic tersebut. 29 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, hal ini sangat bergantung pada sistem komponen yang digunakan. Salah satu contohnya adalah pada demultiplekser DWDM yang harus memenuhi beberapa kriteria di antaranya adalah bahwa demux harus stabil pada setiap waktu dan pada berbagai suhu, harus memiliki penguatan yang relatif besar pada suatu daerah frekuensi tertentu dan dapat tetap memisahkan sinyal informasi sehingga tidak terjadi interferensi antar sinyal. Sistem yang sebelumnya sudah dijelaskan yaitu FBG (Fiber Bragg Grating) mampu memberikan spacing channel tertentu seperti pada Gambar 2.17. Gambar 2.17 Channel Spacing DWDM Fiber Bragg Grating Tiga dasar kriteria dalam teknik DWDM adalah .: a. Insertion loss yaitu jumlah power yang hilang dalam fiber optik line dari penambahan komponen sebuah DWDM kopling. b. Channel width yaitu range panjang gelombang yang dialokasikan kepada sebuah sumber optik tertentu. c. Cross talk yang mengacu pada jumlah sinyal copling dari suatu channel kepada yang lainnya. 30 Universitas Sumatera Utara