PENDAHULUAN Latar Belakang Faktor musim dan luas area tanam merupakan faktor yang mempengaruhi fluktuasi ketersediaan pakan hijauan untuk ternak ruminansia. Beberapa peternakan modern telah memiliki solusi untuk menangani kelangkaan pakan hijauan dengan pembuatan silase, bahan pembuatan silase perkebunan di diperoleh Indonesia dari seperti hasil sisa perkebunan perkebunan. sawit, dan Sektor kakao berkembang cukup pesat. Perkebunan kakao menjadi salah satu perkebunan di Indonesia yang memiliki area yang cukup luas. Limbah kakao yang hanya ditumpuk dapat menyebabkan sumber penyakit, bau dan polusi. Pengolahan limbah kakao untuk dijadikan sebagai pakan ternak merupakan solusi cerdas yang cukup efektif dan efisien. Kulit buah kakao memiliki batasan penggunaan sebagai pakan ternak karena adanya faktor anti nutrisi yang dimiliki oleh bahan tersebut, sehingga diperlukan suatu teknologi pengolahan pakan yang dapat meningkatkan kualitas nutrisi limbah kakao. Teknologi pengolahan hijauan seperti teknologi fermentasi silase dapat mempengaruhi kualitas nutrisi KBK. Kulit buah kakao memiliki kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pembuatan silase KBK diperlukan penambahan bahan aditif silase seperti bakteri ataupun jamur yang bertujuan untuk 1 meningkatkan kualitas silase. Inokulum L. plantarum merupakan inokulum yang biasa digunakan untuk menghasilkan silase yang berkualitas baik. Penambahan inokulum L. plantarum memiliki fungsi untuk menstimulasi fermentasi selama proses silase. Inokulum L. plantarum menghasilkan asam laktat, asam laktat akan menurunkan akan derajat keasaman silase yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen. Inokulum L. plantarum memiliki kemampuan untuk menghasilkan peptida bioaktif yang dikenal dengan istilah bakteriosin, bakteriosin berfungsi untuk mengikat toksik dari beberapa mikroorganisme pembusuk dan patogen. Silase yang berkualitas baik diperoleh dengan memperpendek fase aerobik, akibat fase aerobik yang lama akan mengakibatkan kerusakan yang tinggi pada silase yang diindikasikan tumbuhnya mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia yang mengkonversi asam laktat menjadi asam butirat. Upaya untuk mencegah fase aeorbik berkepanjangan yaitu dengan penambahan S. cerevisiae. Penambahan S. cerevisiae berfungsi sebagai agen pengguna oksigen, karena proses metabolisme S. cerevisiae bersifat fakultatif anaerobik. Aktivitas S. cerevisiae secara aerobik (menggunakan oksigen) akan menghaslkan CO 2 yang mengkondisikan kondisi silase menjadi anaerob. Inokulum S. cerevisiae juga memiliki potensi untuk memproduksi enzim untuk merengganggkan dan mengurai fraksi serat. Oboh (2006), menyatakan bahwa S. cerevisiae 2 memiliki kemampuan untuk mensekresikan enzim ekstraseluler berupa amilase, linamarase dan selulase Fungsi interaksi antara L. plantarum dan S. cerevisiae pada silase akan menghasilkan silase yang berkualitas yang baik. Gobetti (1998), menyatakan bahwa keberadaan S.cerevisiae dalam suatu medium pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) tidak menujukkan reaksi antagonis, dikarenakan aktivitas metabolisme S. cerevisiae mendukung pertumbuhan BAL. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya penelitian terhadap silase KBK dengan penambahan bahan aditif silase berupa inokulum campuran L. plantarum dan S. cerevisiae terhadap kualitas silase, sehingga dapat meningkatkan penggunaan limbah kakao untuk subtitusi pakan hijauan dan tidak mengganggu produktivitas ternak. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inokulasi L. plantarum dan S. cerevisiae pada 1) komposisi kimia bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) silase KBK, 2) komposisi fraksi serat silase KBK, 3) kecernaan BK dan BO silase KBK di dalam rumen. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi untuk peningkatan kualitas kulit buah kakao dalam penggunaannya sebagai pakan ternak. 3