BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pemasaran Sosial Social marketing menggunakan prinsip dan teknik dalam marketing komersial untuk mempengaruhi target adopter untuk secara suka rela menerima, menolak, memodifikasi, atau meninggalkan sebuah perilaku untuk menciptakan keuntungan individu, kelompok, atau masyarakat keseluruhan. Pemasaran sosial bertujuan untuk menigkatkan mutu kehidupan (Kotler & Nancy lee, 2007). 2. Jasa Menurut Christoper Lovelock (2010), jasa merupakan suatu aktivitas ekonomi yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang menekankan terjadinya pertukaran nilai anta penjual dan pembeli di pasar. Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu (Kotler dan Amstrong, 2008). Sedangkan Tjiptono (2011), mendefinisikan bahwa jasa adalah aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. 13 14 Contohnya bengkel reparasi kendaraan motor, salon, travel, transportasi, hotel, rumah sakit, universitas, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian jasa diatas, Tjiptono (2011) mengungkapkan bahwa jasa atau layanan memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya dari barang, yaitu: a. Tidak berwujud (intangibility) : bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan atau tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usah. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para konsumen, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan. Selain itu, jasa biasanya mengandung unsur experience quality dan credence quality yang tinggi. Experience quality adalah karakteristik-karakteristik yang hanya dapat dinilai konsumen setelah pembelian, misalnya kualitas, efiensi, dan kesopanan. Sedangkan credence quality merupakan aspek-aspek sulit dievaluasi, bahkan setelah pembelian dilakukan. b. Tidak terpisahkan (inseparability) : barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa 15 umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. c. Bervariasi/berubah-ubah(variability/heterogeneity) : jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. d. Tidak tahan lama(perishability) : jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. 3. Harapan Pelanggan a. Definisi Harapan Pelanggan Harapan dibentuk dalam proses pencarian dan pengambilan keputusan, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh pencarian informasi dan pengevaluasian atribut-atribut produk (Lovelock et al, 2010). Harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang diterimanya. Pengertian ini didasarkan pada pandangan 16 bahwa harapan merupakan standar prediksi yang dilakukan konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Zeithaml et. Al (dalam Fandy & Gregorius, 2011), harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut. Meskipun demikian, dalam beberapa hal belum tercapai kesepakatan, misalnya : sifat standar harapan yang spesifik, jumlah standar yang digunakan, maupun sumber harapan. Menurut Rust, et al. Dalam Tjiptono (2005), harapan pelanggan bisa berupa tiga macam tipe, yaitu: 1. Will Expectation Yaitu tingkat kinerja yang diprediksi atau diperkirakan konsumen akan diterimanya, berdasarkan semua informasi yang diketahuinya. Tipe ini merupakan tingkat harapan yang paling sering dimaksudkan oleh konsumen, sewaktu menilai kualitas jasa tertentu. 2. Should Expectation Yaitu tingkat kinerja yang dianggap sudah sepantasnya diterima konsumen. Biasanya tuntutan dari apa yang seharusnya diterima jauh lebih besar daripada apa yang diperkirakan akan diterima. 17 3. Ideal Expectation Yaitu tinkat kinerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat diterima konsumen. b. Dimensi Harapan Pelanggan Menurut Horovitz dalam Tantrisna (2006), harapan konsumen dapat terbentuk oleh empat faktor, antara lain: 1. Kebutuhan Setiap konsumen yang memiliki kebutuhan selalu berharap kebutuhannya dapat dipenuhi oleh produsen sebagai penyedia barang dan jasa. Oleh karena itu produsen harus mengetahui kebutuhan konsumen dengan memberikan pelayanan yang terbaik sehingga harapannya dapat tercapai. 2. Media Massa Media massa adalah sarana promosi yang digunakan perusahaan untuk bersaing menarik perhatian konsumen dengan memberikan janji-janji pada konsumen. Janjijanji tersebut akan menimbulkan harapan pada konsumen. 3. Pengalaman masa lalu Jika seorang konsumen pernah menikmati layanan yang memuaskan di suatu tempat, maka bila lain kali menggunakan layanan yang sama maka konsumen akan 18 mengharapkan pelayanan yang sama seperti yang pernah dialami. 4. Mulut ke mulut (word of mouth) Bila seorang konsumen yang tidak puas pada pelayanan yang diberikan, konsumen akan menceritakan pengalaman buruknya pada teman atau relasinya sehingga teman atau relasi dari konsumen itu tidak akan berharap banyak dari pelayanan yang disajikan atau dengan kata lain tidak akan mencoba menggunakan pelayanan tersebut nantinya. Sebaliknya, bila konsumen sudah merasa puas akan pelayanan yang diberikan, maka mereka akan menceritakan pengalamannya tersebut kepada teman atau relasinya sehingga teman atau relasi ini menggunakan pelayanan dan berharap mendapat pengalaman yang menyenangkan juga. 4. Kepercayaan a. Definisi Kepercayaan Menurut Sangadji dan Sopiah (2013) kepercayaan adalah kekuatan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen bahwa produk mempunyai objek, atribut dan manfaat. 19 Menurut Suwarman (2004) dalam Sangadji dan Sopiah (2013), kepercayaan adalah kekuatan bahwa suatu produk memiliki atribut tertentu. Kepercayaan itu sering disebut perkaitan objekatribut, yaitu kepercayaan konsumen tentang kemungkinan adanya hubungan antara sebuah objek dengan atributnya yang relevan. Morgan dan Hunt dalam Vandayuli (2003) menjelaskan beberapa manfaat dan adanya kepercayaan, antara lain: 1. Kepercayaan dapat mendorong pemasar untuk berusaha menjaga hubungan yang terjalin dengan bekerjasama dengan rekan perdagangan. 2. Kepercayaan menolak pilihan jangka pendek dan lebih memilih keuntungan jangka panjang yang diharapkan dengan mempertahankan rekan yang ada. 3. Kepercayaan dapat mendorong pemasar untuk memandang sikap yang mendatangkan resiko besar dengan bijaksana karena percaya bahwa rekannya tidak akan mengambil kesempatan yang dapat merugikan pemasar. b. Dimensi Kepercayaan Menurut McKnight et al., (dalam Febrina Salim et al., 2006), kepercayaan dibangun antara pihak – pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses transaksi. Ada dua dimensi kepercayaan konsumen, yaitu: 20 a. Trusting Belief Trusting Belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual) yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. McKnight (2002) menyatakan bahwa ada tiga elemen yang membangun trusting belief, yaitu benevolence, integrity, competence. 1) Benevolence Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual untuk berperilaku baik kepada konsumen. Bevelonce merupakan kesediaan penjual untuk melayani kepentingan konsumen. 2) Integrity Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada konsumen. 3) Compentence Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh 21 konsumen. Inti dari kompetensi adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. b. Trusting Intention Trusting Intention adalah suatu hal disengaja dimana seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. McKnight (2002) menyatakan bahwa ada dua elemen yang membangun trusting intention yaitu willingness to depend dan subjective probability of depending. 1) Willingness to Depend Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. 2) Subjective Probability of Depending Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual. 22 5. Kualitas Layanan a. Definisi Kualitas Layanan Pelayanan merupakan paradigma dan komitmen dari suatu perusahaan kepada pihak yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun untuk memuaskan kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya. Salah satu upaya untuk menciptakan, memperhatikan dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan adalah dengan memberikan jasa yang berkualitas secara konsisten dan nilai yang lebih baik pada setiap kesempatan serta memberikan jasa yang lebih unggul dari pesaing. Menurut Kotler dan Keller (2009), kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa berdasarkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Sedangkan definisi kualitas pelayanan yaitu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007). b. Dimensi Kualitas Layanan Menurut Parasuraman (dalam Lupiyoadi, 2013), kualitas layanan dapat dilihat pada dimensi kualitas pelayanan yang meliputi : a. Tangibles (bukti fisik), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. 23 Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanna yang diberikan oleh pembeli jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelaynaan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh karyawan langsung untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan permintaan, karyawan yang pertanyaan, dan terlibat untuk keluhan menanggapi konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan 24 karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan dalam melayani pelanggan, dan penaganan keluhan pelanggan. d. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya dan yakin pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi keterampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain. e. Emphaty (empati), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan para pegawai dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan pengetahuan diharapkan tentang memiliki pelanggan, pengertian memahami dan kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu utnuk pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. 25 6. Kepuasan Pelanggan a. Definisi Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan terus berlanjut sebagai sebuah topik yang seringkali diteliti oleh perusahaan, karena kepuasan pelanggan merupakan suatu daerah kehidupan setiap perusahaan, dimana kepuasan pelanggan menjadi salah satu elemen penting dalam meningkatkan kinerja pemasaran dalam suatu perusahaan atau organisasi. Westbrook dan Reilly dalam Tjiptono (2007), berpendapat bahwa kepuasan pelanggan merupakan respons emosional terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan. Respons emosional dipicu oleh proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan, keinginan dan hasrat) individual. Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan yang diharapkan (Kotler, dalam Lupiyoadi & A. Hamdani, 2008). Dalam era globalisasi ini, perusahaan akan menyadari pentingnya faktor pelanggan. 26 Banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi biaya operasi yang diakibatkan reputasi bisnis (Fornell, dalam Lupiyoadi & A. Hamdani, 2008). Karakteristik pribadi berupa kecenderungan seseorang untuk merasa cemas/gelisah juga berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya disonansi purnabeli. Semakin besar kecenderungan untuk merasa cemas, semakin besar pula kemungkinan terjadinya disonansi. Dalam hal terjadinya disonansi, ada dua kemungkinan reaksi konsumen. Pertama, mengonfirmasi atau menjustifikasi pilihannya. Misalnya, dengan menerima perbedaan-perbedaan hasil (outcome) yang dianggap tidak signifikan. Sedangkan kemungkinan kedua, menyimpulkan bahwa keputusan yang telah dibuat itu tidak bijaksana atau keliru. Sebaliknya, situasi ketidakpuasan terjadi setelah konsumen menggunakan produk atau mengalami jasa yang dibeli dan merasakan bahwa kinerja produk ternyata tidak memenuhi harapan. Ketidakpuasan bisa menimbulkan sikap negatif terhadap merk maupun produsen/penyedia jasanya (bahwa bisa pula distributornya), berkurangnya kemungkinan pembelian ulang, 27 peralihan merek (brand switching), dan berbagai macam peerilaku komplain (Tjiptono, 2007). Menurut Kotler, et al dalam Tjiptono dan Chandra (2005)ada beberapa metode yang bisa digunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing, antara lain: 1. Sistem Keluhan Dan Saran Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customeroriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar (yang bisa diisi langsung maupun yang dikirim via pos kepada perusahaan), saluran telepon khusus bebas pulsa, websites dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk bereaksi secara tanggap dan cepat untuk mengatasi masalahmasalah yang timbul. 28 2. Ghost Shopping(Mystery Shopping) Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Ghost shoppers diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk atau jasa perusahaan. Biasanya para ghost shoppers diminta mengamati secara seksama dan menilai cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan dan menangani setiap keluhan. 3. Lost Customer Analysis Kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam metode ini yaitu menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang diperlukan, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting, dimana peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. Hanya saja kesulitan penerapan metode ini adalah saat mengidentifikasi dan mengkontak mantan 29 pelanggan yang bersedia memberikan masukan dan evaluasi terhadapa kinerja perusahaan. 4. Survei Kepuasan Pelanggan Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik survei melalui pos, telepon, e-mail, websites maupun wawancara langsung. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan kesan positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. b. Dimensi Kepuasan Pelanggan Dalam menentukan kepuasan konsumen ada lima faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan menurut Lupiyoadi dalam Sondakh (2014) antara lain : a. Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. b. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. c. Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung 30 mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau self esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu. d. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggan. e. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. 7. Penelitian Terdahulu TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No 1 Nama Peneliti (Tahun) Stefhanie sahanggamu (2015) Variabel-Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil (Kesimpulan) Kualitas layanan, SERVICESCAPE, kepercayaan, kepuasan nasabah Analisis Regresi Linear Berganda Hasil penelitian menunjukkan secara simultan kualitas layanan, servicescape dan kepercayaan berpengaruh terhadap kepuasan. Secara parsial kualitas layanan dan kepercayaan berpengaruh 31 2 Ni Putu Lenny Pratiwi dan Ni Ketut Seminari (2015) Kualitas pelayanan, kepercayaan, nilai nasabah, kepuasan nasabah Analisis Regresi Linear Berganda 3 Basrah Saidani dan Samsul Arifin (2012) Kulitas produk, kualitas layanan, kepuasan konsumen dan minat beli Structural Equation Modelling (SEM) 4 Ida Ayu Kualitas Layanan, Regresi Inten Surya Kepuasan Linear Utami dan I Pelanggan Berganda Made Jatra (2015) 5 Iqbal Miftakhul Ulum (2013) Harapan pelanggan, kualitas layanan, kepuasan pelanggan, loyalitas pelangan Structural Equation Modelling (SEM) signifikan terhadap kepuasan sedangkan servicescape tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Hasil analisis dapat diketahui kualitas pelayanan, kepercayaan, dan nilai nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah. Berdasarkan hasil penelitian kualitas produk, kualitas layanan dapat diterima karena adanya pengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan dan minat beli. Dalam penelitian ini kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Dalam penelitian ini harapan pelanggan, kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan. 32 6 Dr. Abdel Fattah Mahmoud Al-Azzam (2015) 7 Samaan Almsalam (2014) Tangibles, Reliability, Responsiveness, Emphaty, Security, Customers Satisfaction Multiple Berdasarkan hasil Regression penelitian ini dapat Analysis diterima karena ada pengaruh signifikan antara Tangibles, Reliability, Responsiveness, Emphaty dan security terhadap customers satisfaction. Customer Regression Hasil penelitian Expectation, Analysis menunjukkan Perceived Service bahwa harapan Quality, Customer pelanggan dan Satisfaction persepsi kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. 8. Hubungan Antar Variabel I. Pengaruh harapan pelanggan terhadap kepuasan pelanggan Pada hasil penelitian Iqbal Miftakhul Ulum (2013) menyatakan bahwa harapan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan secara langsung pada kepuasan pelanggan, yang berarti jika persepsi akan harapan pelanggan meningkat, maka kepuasan pelanggan akan meningkat, sebaliknya jika persepsi tentang harapan pelanggan menurun, maka persepsi tentang kepuasan pelanggan akan menurun. 33 H1 : Harapan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan II. Pengaruh kepercayaan terhadap kepuasan pelanggan Menurut hasil penelitian Ni Putu Lenny Pratiwi dan Ni Ketut Seminari (2015) kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Stefhanie sahanggamu (2015) mengemukakan bahwa kepercayaan secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah. Apabila kepercayaan naabah tinggi maka kepuasan nasabah juga akan tinggi. Sebaliknya, apabila kepercayaan nasabah rendah maka kepuasan nasabah juga akan rendah. H2 : Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan III. Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan Ida Ayu Inten Surya Utami dan I Made Jatra (2015) menyatakan bahwa hasil penelitian kualitas layanan yang terdiri dari bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. H3 : Kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan 34 B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan dengan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, penelitian ini akan meneliti pengaruh harapan pelanggan, kepercayaan dan kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan dalam penggunaan BPJS kesehatan. Rerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Harapan Pelanggan H1 Kepercayaan H2 Kepuasan Pelanggan H3 Kualitas Layanan GAMBAR 2.1 RERANGKA PEMIKIRAN Keterangan: 1) Variabel Independent atau variabel bebas, yang nilainya tidak tergantung dengan nilai lain, variabel ini diberikan simbol (X). Antara lain: X1 : Harapan Pelanggan X2 : Kepercayaan X3 : Kualitas Layanan 35 2) Variabel Dependent atau variabel tidak bebas, yang nilainya tergantung variabel lain. Variabel ini diberi simbol (Y). Antara lain: Y1 : Kepuasan Pelanggan