BAB I

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan memiliki dua aspek penting, yang pertama
adalah money (uang) dan yang kedua adalah men (manusia) yang memiliki
information (informasi). Seringkali orang menyatakan manajemen keuangan
adalah identik dengan uang. Hal ini tidaklah salah namun kurang tepat,
karena ada pihak yang mengambil keputusan atas kebijakan yang diambil
yaitu manajer keuangan. Manajer keuangan mengambil keputusan
tergantung pada dua hal, yaitu karakter/sikap sang manajer dan informasi
yang dimiliki oleh manajer. Sehingga manajemen keuangan merupakan dua
sisi mata uang yang tak terpisahkan yakni uang dan manusia.
Definisi manajemen keuangan menurut Martono (2007:4) yaitu :
“Manajemen Keuangan (financial management), atau dalam literatur lain
disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola
asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”.
Selanjutnya diperlukan aplikasi teknis dari aspek tersebut. Aplikasi ini
menjadi dasar dalam manajemen keuangan. Dalam hal ini, ada 4 (empat)
konsep penting yang perlu diketahui, yaitu :
1. Risk and return (risiko dan imbal hasil).
6
Risiko dan return adalah sepasang kata abadi dalam keuangan. Risiko
dalam keuangan merupakan peluang ‘kegagalan’ kegagalan, dimana
peluang inilah yang diestimasi. Jadi risiko bukan suatu yang pasti,
namun merupakan estimasi. Karena estimasi, bisa benar bisa pulang
tidak. Oleh karena itu, secara teoritis estimasi akan menuntun pada
langkah yang benar. Semakin tinggi risiko atau estimasi yang sulit untuk
mengarah tepat ke tujuan maka semakin tinggi pula imbal hasil yang
diharapkan. Sehingga muncul istilah high risk high return and low risk
low return.
2. Time value of money (diskonto).
Konsep ini pada dasarnya menyatakan apa yang diterima esok, secara
nilai (manfaat) tidak sama dengan yang diterima hari ini (meskipun
jumlah nominalnya sama). Konsep ini mengandung asas positif (pasti)
bahwa manfaat sekarang lebih besar daripada manfaat esok. Konsep
diskonto dipakai di seluruh aspek keuangan, kecuali keuangan syariah,
karena konsep ini menjadi kritikan utama dan menyebabkan konsep
keuangan syariah berbeda secara fundamental.
3. Dasar keuangan dan akuntansi.
Salah satu pondasi dalam keputusan keuangan adalah laporan keuangan.
Konsep keuangan dan akuntansi terlihat memang memiliki persamaan,
namun lebih jauh memiliki perbedaan fundamental. Karena penilaian
keuangan dengan ‘hanya’ mengandalkan laporan akuntansi dapat
membawa pada kesimpulan yang keliru. Prinsip utama perbedaan itu
7
adalah pada cashflow dan accrual. Dalam metode akuntansi, prinsip
yang dipakai adalah accrual yang dapar saja tidak sama dengan nilai
cashflow-nya. Karena akuntansi memuat pengakuan hasil (sales) pada
saat terjadinya deal transaksi, tidak peduli apakah kasnya telah diterima
atau belum. Selain itu, satu hal yang mendasar dalam laporan keuangan
adalah berhubungan dengan masa lampau. Tidaklah mudah menilai
kinerja perusahaan hanya berdasarkan laporan keuangan. Karena ada
banyak variabel yang menentukan dalam memutuskan kebijakan
keuangan.
4. Aliran dana serta perpajakan.
Aliran dana (cash flow) memiliki peranan penting dalam manajemen
keuangan, adagium “Cash is King” menjadi pegangan utama bagi
manajer keuangan, bahwa uang kas yang dipegang lebih berharga
dibanding piutang atau aset milik sendiri yang masih dipegang orang
lain. Kas juga berperan sebagai aset yang paling likuid bila perusahaan
sedang membutuhkan sesuatu. Di lain sisi, perpajakan patut menjadi
perhatian karena perusahaan senantiasa tak bisa dilepaskan dari
kewajiban kepada negara. Meskipun pengenaan pajak akan menggerus
keuntungan
perusahaan,
namun
dengan
pajak
justru
membuat
perusahaan secara tidak langsung dapat memetik manfaat darinya.
8
2.2
Teori Daya Saing (Model Diamond Porter)
Karena kajian utama skripsi ini mengkaji tentang analisis persaingan,
maka teori daya saing dirasa cukup relevan untuk menjadi bagian dalam
skripsi ini dalam menjelaskan bahwa persaingan dengan mengkomparasikan
jejak rekam data keuangan tak bisa lepas dari kondisi dan situasi dari pihak
yang akan diperbandingkan. Dalam skripsi ini, pihak yang akan
diperbandingkan itu adalah negara.
Untuk
menyelidiki
mengapa
negara
memperoleh
keunggulan
kompetitif dalam industri tertentu dan implikasinya bagi strategi perusahaan
dan perekonomian nasional, Porter (1990) melaksanakan suatu studi selama
empat tahun terhadap sepuluh negara utama dalam perdagangan. Porter
mendefinisikan industri sebuah negara menjadi sukses jika memiliki
keunggulan kompetitif relatif terhadap para pesaing terbaik di wilayahnya.
Porter juga menyimpulkan bahwa beberapa negara berhasil dalam industri
tertentu karena lingkungan asalnya bersifat forward-looking, dinamis, dan
menantang. Secara spesifik, beberapa penentunya adalah kondisi faktor;
kondisi permintaan; industri terkait dan industri pendukung; strategi
perusahaan, struktur, dan persaingan. Dan Porter juga menambahkan
terdapat dua variabel luar: pemerintah dan peluang.
9
Gambar 2.1 : Penentu Daya Saing Nasional
Strategi perusahaan,
struktur, dan persaingan
Kondisi faktor
Kondisi permintaan
Industri terkait dan
industri pendukung
2.3
Peran Industri Perbankan Terhadap Kehidupan Perekonomian Suatu
Bangsa
Sistem keuangan merupakan salah satu komponen yang paling penting
dari setiap perekonomian suatu negara. Sistem keuangan memberikan jasajasa yang sangat dibutuhkan dalam sistem ekonomi modern. Sistem
ekonomi modern tersebut tidak akan berfungsi tanpa adanya peran sistem
keuangan. Secara garis besar fungsi keuangan antara lain meliputi :
1.
menyediakan mekanisme pembayaran;
2.
menyediakan kredit bagi unit defisit;
3.
menciptakan uang melalui penyediaan kredit dan mekanisme
pembayaran;
4.
memberikan sarana penyimpanan dana dalam berbagai jenis simpanan.
Masalah yang dialami masyarakat berkembang, termasuk Indonesia
adalah masih minimnya tabungan dan investasi yang dimiliki masyarakat.
10
Pendapatan yang rendah menyebabkan tabungan masyarakat rendah.
Sedangkan pembangunan memerlukan tabungan yang besar untuk
membiayai
investasi
dinyatakan
sebagai
yang
salah
dilakukan.
satu
Kekurangan
sumber
yang
investasi
dapat
selalu
menghambat
pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, satu syarat penting yang perlu
dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
adalah meningkatkan tabungan masyarakat.
Dengan meningkatnya tabungan masyarakat di perbankan, maka
semakin banyak pihak pula perbankan melakukan ekspansi kredit kepada
masyarakat maka akan semakin mendorong pertumbuhan sektor usaha di
masyarakat. Dengan semakin berkembangnya usaha tersebut, maka secara
tidak langsung akan berpengaruh pula pada peningkatan perekonomian.
Dengan peningkatan perekonomian tersebut, berarti pula terwujudnya
pembangunan yang lebih merata, perluasan kesempatan tenaga kerja serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2.4
Perbankan Syariah
Perbankan yang merupakan bagian dari lembaga keuangan, merupakan
pemain yang akan berperan berperan penting terhadap perekonomian negara.
Hampir semua negara berkembang dan maju memiliki infrastruktur
perbankan yang modern, karena infrastruktur perbankan yang modern
menjadi syarat bagi kemudahan proses transaksi keuangan suatu negara baik
di untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri.
11
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang beroperasi disesuaikan prinsip-prinsip syariah.
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Dengan kata lain, Bank Islam (Bank Syariah) adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lau lintas permbayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Bank
Syariah
adalah
bank
yang
dalam
aktivitasnya,
baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan
dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi
hasil. Antonio dan Perwataatmadja membedakan bank syariah menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam yakni yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadist, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara
12
bermuamalat ini menghindari praktek yang dikhawatirkan mengandung
unsur riba dan diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil
dan pembiayaan perdagangan.
Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syariah adalah:
1.
Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
2.
Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
3.
Memberikan zakat.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak
menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan
sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember
2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut AlQur`an riba adalah haram. Pernyataan ini ditegaskan oleh ayat-ayat dalam
Al-Qur`an antara lain dalam QS. Al Baqarah: 275-279, Ali Imran: 130, An
Nissa: 161, Ar Rum: 39.
Selain itu dalam beberapa hadist juga disebutkan tentang riba
diantaranya: Dari Jubair R.A., Rasulullah SAW mencela penerima dan
pembayar bunga, orang yang mencatat begitu pula yang menyaksikan.
Beliau bersabda; “Mereka semua sama-sama berada dalam dosa”. (HR.
Muslim, Tirmizi dan Ahmad).
Dari Ubaidah bin Sami R.A, Rasulullah bersabda; “emas untuk emas,
perak untuk perak, gandum untuk gandum. Barang siapa membayar lebih
13
atau menerima lebih dia telah berbuat riba, pemberi dan penerima sama saja
(dalam dosa)”. (HR Muslim dan Ahmad).
Riba itu ada dua macam yaitu riba nasiah dan riba fadhl. Riba nasiah
ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan.
Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi
lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan
demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Untuk menghindari perbuatan yang dilarang dalam Al-Qur`an
maupun Al-Hadist, maka bank-bank yang menganut prinsip syariah
menerapkan prinsip bagi hasil yang sesuai dengan syariah.
Inilah yang membedakan bank yang menganut prinsip syariah dengan
bank konvensional yang telah ada selama ini. Dimana bank konvensional
masih menerapkan bunga sebagai imbalan yang diterima oleh nasabahnya.
Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam
tabel berikut:
14
Tabel 2.1 : Perbedaan antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
KETERANGAN
SISTEM BUNGA
SISTEM BAGI HASIL
Penentuan besarnya
hasil
Sebelumnya
Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya
Yang ditentukan
Bunga, besarnya nilai rupiah
Menyepakati proporsi pembagian untung untuk
masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40: 60, dst
Jika terjadi kerugian
Ditanggung nasabah
Ditanggung kedua belah pihak, nasabah dan
lembaga
Penghitungan untung
Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap
Dari untung yang bakal diperoleh, belum tentu
besarnya
Titik perhatian
proyek/usaha
Besarnya bunga yang harus dibayar
nasabah/pasti diterima bank
Keberhasilan proyek/usaha jadi perhatian bersama:
Nasabah dan Lembaga
Besarnya
Keuntungan
Pasti: (%) x jumlah pinjaman yang telah
diketahui
Proporsi: (%) x jumlah untung yang belum
diketahui = belum diketahui
Sumber : Muhammad (2005), Manajemen Bank Syariah
Sedangkan perbandingan antara bank konvesional dan bank yang menganut
prinsip syariah adalah seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 : Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK SYARIAH
BANK KONVENSIONAL
Investasi yang halal
Investasi yang halal dan haram
Prinsip jual beli, bagi hasil, atau sewa menyewa
Memakai perangkat bunga
Profit dan falah oriented
Profit oriented
Hubungan kemitraan
Hubungan kreditor – debitor
Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai
dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah (DSN)
Tidak ada dewan sejenis
Sumber : Antonio, Syafii (2001), Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek
2.5
Akad-Akad Yang Digunakan Dalam Praktik Perbankan Syariah
Dalam fiqih muamalah, kajian fiqih membedakan antara wa’ad dengan
akad. Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak dengan pihak lainnya,
15
sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya
mengikat satu pihak yakni pihak yang memberi janji, sedangkan pihak yang
diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya, bila
pihak pemberi janji tersebut ingkar maka sanksi yang diterimanya hanya
sebatas sanksi moral.
Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat,
yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka
masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms
and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah welldefined). Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu
tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi
seperti yang sudah disepakati dalam akad.
Selanjutnya, dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fiqih
muamalah membagi lagi akad menjadi dua bagian, yakni akad tabarru’ dan
akad tijarah/mu’awadah. Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala
macam perjanjian yang menyangkut transaksi nirlaba. Transaksi ini pada
hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad
tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka untuk
berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan
tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya.
Imbalan dari akad tabbaru’ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia.
Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta
kepada counterpart-nya untuk sekedar menutupi biaya yang dikeluarkannya
16
untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut. Namun ia tidak boleh
sedikitpun mengambil laba dari akad tabarru’ itu.
Pada dasarnya, akad tabarru’ ini adalah memberikan sesuatu (giving
something) atau meminjamkan sesuatu (lending something). Beberapa akad
tabarru’ yang digunakan dalam perbankan syariah yaitu :
1. Qard, yaitu penyediaan dana atau tagihan antara Bank Syariah dengan
pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan
pembayaran sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
2. Rahn, yaitu menahan barang sebagai jaminan atas hutang atau disebut
juga akad gadai.
3. Hiwalah, yaitu akad pengalihan hutang dari satu pihak yang berhutang
kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayarnya).
4. Wakalah, yaitu akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada
pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
5. Wadi’ah, yaitu perjanjian penitipan antara pemilik dana dengan pihak
penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.
6. Kafalah, yaitu akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewwajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
7. Waqaf, yaitu pemberian seseorang kepada orang lain yang objeknya
digunakan untuk kepentingan umum dan agama
8. Shadaqoh, pemberian sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan
bantuan.
17
9. Hibah atau hadiah, yaitu pemberian sesuatu secara sukarela kepada
orang lain.
Berbeda dengan akad tabarru’, akad tijarah (compensational contract)
adalah akad transaksi yang digunkan untuk mencari keuntungan, karena itu
bersifat komersil. Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil, maka akad
tijarah terbagi dua kelompok besar yakni :
1. Natural Uncertainty Contract (NUC); dan
2. Natural Certainty Contract (NCC)
NUC disebut juga teori percampuran, karena pihak-pihak yang
bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik real asset maupun
financial asset) menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko
bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Di sini, keuntungan dan
kerugian ditanggun bersama. Karena itu, kontrak ini tidak memberikan
kepastian pendapatan, baik dari jumlah maupun waktunya. Yang termasuk
kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Kontrak investasi ini secara
sunnatullah tidak menawarkan return yang tetap dan pasti. Akad NUC yang
populer di perbankan syariah adalah :
1.
Mudharabah, yaitu penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal)
kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan
rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue
18
sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
2.
Musyarakah, yaitu penanaman dana dari pemilik dana/modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya,
sedangkan
kerugian
ditanggung
semua
pemilik
dana/modal berdasarkan pembagian dana/modal masing-masing.
Akad selanjutnya adalah akad NCC (Natural Certainty Contracts),
dimana kedua belah pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya,
karena itu objek pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus
ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik jumlahnya, mutunya, harganya,
dan waktu penyerahannya. Jadi kontrak NCC secara “sunnatullah”
menawarkan return yang tetap dan pasti. Yang termasuk dalam kategori
akad NCC adalah kontrak-kontrak jual beli, upah-mengupah, dan sewamenyewa. Akad-akad NCC yang digunakan dalam perbankan antara lain :
1.
Murabahah, yaitu perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana
Bank Syariah membeli barang yang diperlukan nasabah dan kemudian
menjualnya kepada nasabah
yang bersangkutan sebesar harga
perolehan ditambah dengan margin atau keuntungan yang disepakati
antara Bank Syariah dan nasabah.
2.
Salam, yaitu jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
19
3.
Istishna`, yaitu jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
4.
Ijarah, yaitu transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa atau imbalan jasa.
5.
Ijarah Muntahiya Bit Tamlik, yaitu Ijarah dengan janji (wa’ad) yang
mengikat pihak yang menyewakan untuk mengalihkan kepemilikan
kepada penyewa.
20
Download