simulasi dan analisis pengaruh tegangan lebih impuls

advertisement
SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS
PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV
Priska Bayu Anugrah
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : [email protected]
Tegangan
impuls
pada
Abstrak
:
transformator distribusi 20 kV baik yang berasal dari
fenomena alam yaitu petir ataupun faktor dari dalam,
misalnya switching, dapat mengakibatkan rusaknya
isolasi dan kumparan transformator sehingga dapat
menyebabkan terganggunya sistem penyaluran tenaga
listrik. Hasil simulasi dengan menggunakan perangkat
lunak Electromagnetic Transients Program (EMTP)
menunjukan bahwa pengaruh terbesar yang terjadi
pada kumparan transformator distribusi disebabkan
oleh tegangan impuls petir, hal ini bisa dilihat dari
hasil simulasi yang menunjukan impuls petir yang
mempunyai nilai tegangan puncak yang paling tinggi
dibandingkan impuls switching.
2. Transformator dan Gelombang Impuls
2.1 Transformator
Transformator memberikan cara yang
sederhana untuk mengubah tegangan dari satu harga ke
harga yang lainnya. Jika transformator menerima
energi pada tegangan rendah dan mengubahnya
menjadi tegangan yang lebih tinggi, ia disebut
transformator penaik (step up). Jika transformator
diberi energi pada tegangan tertentu dan mengubahnya
menjadi tegangan yang lebih rendah, ia disebut
transformator
penurun
(step
down).
Setiap
transformator dapat dioperasikan baik sebagai
transformator penaik atau penurun, tetapi transformator
yang dirancang untuk suatu tegangan, harus digunakan
untuk tegangan tersebut.
Kata kunci : Transformator distribusi, Tegangan
impuls, dan Electromagnetic Transient Program
(EMTP).
2.2 Tegangan Lebih Impuls
Tegangan lebih impuls adalah tegangan
impuls dengan bentuk gelombang yang diberikan pada
isolasi sehingga terjadi kegagalan pada isolasi tersebut.
Tingkat tegangan lebih ini berdasarkan tegangan
ketahanan impuls baik petir atau switching dasar bisa
ditentukan sesuai BIL (Basic Impuls Insulation Level)
bersama dengan tingkat ketahanan frekuensi rendah
(rated short duration power frequency withstand
voltage) menjadi tingkat isolasi dasar (rated insulation
level) dari transformator. TID (Tingkat Isolasi Dasar)
tersebut telah ditetapkan dalam bentuk standard dan
besarnya tergantung pada tegangan maksimum.
1.
PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang ini energi listrik
memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Di Indonesia pemanfaatan energi
listrik secara tepat guna dapat membantu pertumbuhan
ekonomi negara kita. Karena luasnya wilayah negara
Indonesia maka dibutuhkan sistem transmisi dan
distribusi yang handal di dalam penyaluran energi
listrik dari sumber energi sampai ke beban.
Transformator merupakan salah satu unsur
utama dalam sistem transmisi dan distribusi energi
listrik. Karena transformator merupakan unsur utama
dari sistem transmisi dan distribusi energi listrik, maka
diperlukan sistem proteksi yang sangat handal pada
sebuah transformator terhadap gangguan-gangguan
yang terjadi, berupa :
• Gangguan yang disebabkan oleh petir (lightning).
• Gangguan yang disebabkan oleh operasi
pemutusan (switching operations).
Salah satu gangguan yang membahayakan
transformator adalah gangguan yang terjadi karena
adanya gelombang-gelombang surja atau yang
tegangan impuls. Tegangan impuls menghasilkan
tegangan yang jauh lebih tinggi dengan durasi kejadian
yang amat cepat dari tegangan kerja dari sebuah
transformator sehingga transformator tersebut perlu
diuji tingkat ketahanannya.
2.3 Karakteristik Gelombang Impuls
Dari bentuk umum gelombang berjalan, dapat
diketahui beberapa spesifikasi gelombang berjalan,
yaitu :
1. Puncak gelombang (crest), yaitu amplitude
maksimum dari gelombang.
2. Muka gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari
permulaan sampai puncak. Dalam praktek ini
diambil 10%E dan 90%E.
3. Ekor gelombang, yaitu bagian di belakang puncak.
Panjang gelombang, t2 (mikrodetik), yaitu waktu
dari permulaan sampai titik 50%E pada ekor
gelombang.
4. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang, positif
atau negatif.
Halaman 1 dari 7 halaman
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
3.1.1 Susunan dan Penyambungan Kumparan
Pada suatu transformator, kumparan primer
dengan sekunder harus bergandengan erat secara
magnetic. Kumparan dapat dibuat berbentuk piringan
(disc winding) dan dibelitkan pada satu poros pada
suatu inti atau berbentuk silindris (cylindrical winding)
yang dibelitkan pada suatu kaki. Kumparan-kumparan
disusun simetris, supaya gaya elektromagnetik yang
terjadi pada saat mengalirkan arus hubungan singkat
merata pada setiap kumparan.
Gambar 1 Karakteristik Tegangan Impuls Sesuai Standard
IEC
2.4 Sumber-Sumber Gelombang Impuls
Sampai dengan saat ini sebab-sebab dari
gelombang impuls yang diketahui adalah sebagai
berikut :
1. Sambaran kilat secara langsung pada kawat.
2. Sambaran kilat tidak langsung pada kawat
transmisi (induksi).
3. Operasi
pemutusan
saklar
(switching
operation)
4. Busur tanah (arching grounds)
5. Gangguan-gangguan pada sistem oleh
berbagai kesalahan.
2.4 Standard Gelombang Impuls
Standarisasi gelombang impuls ini telah
ditetapkan oleh beberapa negara, yaitu :
a) Untuk impuls petir ( Tf x Tt )
− Jerman dan Inggris :
± 1 x 50 µ sec
− Amerika Serikat :
± 1,5 x 40 µ sec
− Jepang
:
± 1 x 40 µ sec
− IEC
:
± 1,2 X 50 µ sec
b) Untuk impuls hubung (Tcr x Tt)
− Bentuk gelombang adalah 50 – 1000 µ
secuntuk Tcr dan sekitar 3000 µ sec untuk Tt.
− Standard IEC adalah 250 x 2500 µ sec.
Dari beberapa standard diatas dapat dilihat
bahwa standard yang ditetapkan oleh IEC merupakan
kompromi antara standard-standard tegangan impuls
dari beberapa negara.
KUMPARAN
TRANSFORMATOR
DAN
DISTRIBUSI
TEGANGAN
PADA
KUMPARAN TRANSFORMATOR
3.1. Kumparan Transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk
suatu kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik
terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain.
Kumparan terdiri dari kumparan primer dan sekunder.
Bila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan
atau arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut
timbul fluks. Fluks ini akan menginduksikan tegangan,
dan bila pada rangkaian sekunder ditutup (bila ada
rangkaian beban) maka akan menghasilkan arus pada
kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi
tegangan dan arus.
Gambar 2 Cara Penyambungan Elemen Belitan
3.2. Distribusi Tegangan
Kumparan dibelitkan pada inti besi yang
dibumikan, maka ada kapasitansi antara kumparan
dengan tanah (Ce), induktansi sendiri (L), dan ada juga
induktansi bersama antara satu kumparan dengan
kumparan yang ada di dekatnya (M). Selain tiu,
kapasitansi yang dibentuk antara satu kumparan
dengan kumparan yang lainnya (C). Dengan demikian
rangkaian ekivalen suatu elemen kumparan adalah
sepeti yang ditunjukkan pada gambar 3
Jika terminal transformator dihubungkan
secara tiba-tiba ke suatu sumber tegangan, maka akan
timbul gelombang berjalan seperti halnya pada
jaringan distribusi. Jika suatu tegangan impuls
diberikan pada terminal-terminal transformator, maka
akan terjadi isolasi tegangan yang dapat menimbulkan
tekanan dielektrik yang tinggi pada suatu lokasi
tertentu dalam kumparan.
3
Gambar 3 Rangkaian Ekivalen Kumparan Transformator
Rangkaian ini sangat disederhanakan namun
asumsi ini masih dapat digunakan. Sesaat setelah suatu
tegangan langkah impuls diberikan, hanya kapasitansi
jaringan yang diasumsikan berperan, Jika terminal
dihubungkan ke sumber tegangan langkah Vo sedang
titik netral dibumikan (Vn = 0), maka distribusi
tegangan sepanjang kumparan dapat diturunkan
dengan prinsip perhitungan distribusi tegangan pada
isolator rantai, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Halaman 2 dari 7 halaman
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
sinh(n - x)α
sinh nα
cosh(n - x)α
VX = VO
cosh nα
Ce
Dimana : α =
C
Dengan :
VX = VO
Vx = Tegangan terhadap tanah pada jarak x dari titik
netral
Vo = Tegangan terhadap tanah
n = Panjang gulungan diukur dari titik netral
Ce = Kapasitansi gulungan terhadap tanah
C = Kapasitansi dalam diukur dari ujung gulungan
sampai ke tanah.
4. SIMULASI DAN ANALISA DATA
4.1 Pemodelan Kumparan Transformator
Untuk
membuat
rangkaian
pengujian
tegangan impuls pada transformator distribusi 20kV,
maka terlebih dahulu perlu spesifikasi transformator
yang akan di uji menggunakan program ATP/EMTP.
Data spesifikasi transformator ini nantinya akan
digunakan untuk menghitung nilai dari resistansi dan
reaktansi yang terdapat pada lilitannya. Nilai-nilai ini
kemudian akan dipakai dalam rangkaian simulasinya.
4.1.1. Data Spesifikasi Transformator
Transformator yang digunakan adalah Trafo
Distribusi PT.PLN (persero), UPJ Bandung Utara di
Universitas Katolik Maranata (UKM) yang memiliki
spesifikasi trafo sebagai berikut :
Daya
=
50 kVA
HV
=
20 kV
Frekuensi
=
50 Hz
Ce
=
9 pF
4.1.2 Perhitungan Nilai Kapasitansi dan Induktansi
Dari data transformator diatas maka dapat
dihitung resistant dan induktansi pada transformator
sebagai berikut :
Sbase = 50 kVA
Nilai C didapatkan dengan menggunakan persamaan
3.3 :
Untuk nilai α = 3, maka nilai C :
C=
Ce
α
2
=
9 pF
= 1 pF
32
Untuk nilai α = 4, maka nilai C :
C=
Ce
α2
=
9 pF
= 0.5625 pF
42
Untuk nilai α = 5, maka nilai C :
C=
Ce
α
2
=
9 pF
= 0.36 pF
52
4.2 Parameter Pembentuk Kumparan Transfor
mator
Bagian transformator yang sering mengalami
kerusakan akibat terjadinya tegangan impuls adalah
bagian kumparan. Oleh karena itu pada rangkaian
simulasinya secara khusus difokuskan pada lilitan
transformator distribusi. Lilitan tersebut kemudian
diubah menjadi rangkaian yang berkomponen RLC
seperti pada rangkaian ekivalen transformator pada
gambar 4.
Gambar 4 Pemodelan Rangkaian Transformator
Untuk membentuK rangkaian simulasinya,
diambil beberapa parameter yang digunakan untuk
membentuk rangkaian ekivalen lilitan transformator
kumparan primer dalam ATP yaitu :
Resistor, sesuai dengan nilai perhitungan diatas
yaitu R = 0.12 Ω.
• Induktor, sesuai dengan nilai perhitungan diatas
yaitu L = 50 mH.
• Kapasitor, dengan nilai C = yang disesuaikan
dengan nilai α.
4.3 Tampilan Hasil Simulasi dan Analisa
4.3.1
Untuk Tegangan Impuls Petir 125 KV
•
Vbase = 20 kV
2
Z base =
(Vbase )
(20) 2
=
=8Ω
S base
50
R base = Z base × prosentase resistansi
= 8 ×1,51%
= 0,12 Ω
X L = Z base × prosentase reaktansi
= 8 ×1,99 %
= 0,1592 Ω
X
X
0,1592
L= L = L =
= 0,05 H = 50 mH
ω 2πf 2.3,14.50
Gambar 5 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 125 kV
Untuk Nilai α = 3 (C = 1 pF)
Halaman 3 dari 7 halaman
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Gambar 6 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 125 kV
Untuk Nilai α = 4 (C = 0.5625 pF)
Gambar 10 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 95
kV Untuk Nilai α = 5 (C = 0.36 pF
4.3.3 Untuk Tegangan Impuls Switching 104 kV
Gambar 7 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 125 kV
Untuk Nilai α = 5 (C = 0.36 pF)
4.3.2 Untuk Tegangan Impuls Petir 95 KV
Gambar 11 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 104 kV
Untuk Nilai α = 3 (C = 1 pF)
Gambar 8 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 95 kV
Untuk Nilai α = 3 (C = 1 pF)
Gambar 12 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 104 kV
Untuk Nilai α = 4 (C = 0.5625 pF)
Gambar 9 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 95 kV
Untuk Nilai α = 4 (C = 0.5625 pF)
Gambar 13 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 104
kV Untuk Nilai α = 5 (C = 0.36pF)
Halaman 4 dari 7 halaman
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
4.3.4 Untuk Tegangan Impuls Switching 79 kV
Gambar 17 Grafik Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls
Petir 125 kV
Gambar 14 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 79
kV Untuk Nilai α = 3 (C = 1 pF)
Gambar 15 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 79
kV Untuk Nilai α = 4 (C = 0.5625 pF)
Gambar 16 Tampilan Hasil Simulasi Dengan Impuls 79 kV
Untuk Nilai α = 5 (C = 0.36 pF)
Untuk nilai tegangan puncak pada saat α = 3,
α = 4 dan α = 5 memiliki pola yang sama, yaitu dari
kumparan ke-2 sampai kumparan ke-5 nilai tegangan
puncak mengalami penurunan hingga 0.38 pu untuk α
= 3, 0.45 pu untuk α = 4 dan 0.56 pu untuk α = 5. Pada
kumparan ke-6 nilai tegangan puncak mengalami
kenaikan dengan nilai 0.49 pu untuk α = 3, 0.63 pu
untuk α = 4 dan 0.65 pu untuk α = 5. Pada kumparan
ke-7 nilai tegangan puncak mengalami penurunan
turun hingga nilai 0.37 pu untuk α = 3, 0.61 untuk α =
4 dan 0.63 α = 5. Pada kumparan ke-8 nilai tegangan
puncak kembali mengalami kenaikan sampai 0.54 pu
untuk α = 3, 0.71 pu untuk α = 4 dan 0.88 pu untuk α =
5. Dan pada kumparan ke-9 nilai tegangan kembali
mengalami penurunan hingga 0.52 untuk α = 3, 0.57
untuk α = 4 dan 0.58 untuk α = 5.
4.4.2 Impuls Petir 95 kV
Dari Tabel 2 dan Gambar 18 bisa dilihat
bahwa pada kumparan pertama dianggap 1pu hal ini
dikarenakan nilai kumparan pertama yang terpaut
terlalu jauh dengan kumparan kedua, hal ini
disebabkan oleh karena kumparan pertama mengalami
pengaruh langsung dari sumber impuls. Tetapi untuk
pengaruh impuls petir 95KV ini pola grafik nilai
tegangan puncaknya hampir sama dengan impuls petir
125 kV namun dengan nilai tegangan puncaknya yang
lebih rendah.
Tabel 2 Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls 95 kV
4.4 Analisa Grafik dan Tabel
4.4.1 Impuls Petir 125 kV
Dari Tabel 1 dan Gambar 17 bisa dilihat
bahwa pada kumparan ke-1 dianggap 1pu hal ini
dikarenakan nilai kumparan 1 pu yang terpaut terlalu
jauh dengan kumparan ke-2, hal ini disebabkan oleh
karena kumparan ke-1 mengalami pengaruh langsung
dari sumber impuls.
Tabel 1 Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls 125 kV
Gambar 18 Grafik Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls
Petir 95 kV
Halaman 5 dari 7 halaman
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Untuk nilai tegangan puncak pada saat α = 3,
α = 4 dan α = 5 memiliki pola yang sama, yaitu dari
kumparan kedua sampai kumparan kelima nilai
tegangan puncak mengalami penurunan hingga 0.29 pu
untuk α = 3, 0.34 pu untuk α = 4 dan 0.43 pu untuk α =
5. Pada kumparan keenam nilai tegangan puncak
mengalami kenaikan dengan nilai 0.38pu untuk α = 3,
0.48pu untuk α = 4 dan 0.49pu untuk α = 5. Pada
kumparan ketujuh nilai tegangan puncak mengalami
penurunan turun hingga nilai 0.28 pu untuk α = 3, 0.31
pu untuk α = 4 dan 0.46 pu untuk α = 5. Pada
kumparan kedelapan nilai tegangan puncak kembali
mengalami kenaikan sampai 0.41 pu untuk α = 3, 0.54
untuk α = 4 dan 0.67 pu untuk α = 5. Dan pada
kumparan kesembilan nilai tegangan kembali
mengalami penurunan hingga 0.4 pu untuk α = 3, 0.43
pu untuk α = 4 dan 0.44 pu untuk α = 5.
sampai kumparan kesembilan α = 3 adalah 0.0071pu,
α= 4 adalah 0.0086 pu, dan α = 5 adalah 0.0099 pu.
Tabel 4 Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls 79 kV
4.4.3 Impuls Switching 104 kV
Tabel 3 Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls 104 Kv
Gambar 20 Grafik Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls
Switching 79 kV
5.
Gambar 19 Grafik Hasil Simulasi Dengan Tegangan Impuls
Switching 104 Kv
Berbeda dengan pengaruh impuls petir,
pengaruh tegangan impuls switching 104 KV ini dapat
dilihat pada tabel 3 dan gambar 19, dimana setiap
lapisannya selalu mengalami penurunan pada setiap
kumparannya. Hal ini bisa dilihat pada saat kumparan
dari mulai kumparan kedua untuk α = 3 adalah 0.09 pu,
untuk α = 4 adalah 0.104 pu, dan untuk α = 5 adalah
0.113 pu. yang mengalami penurunan nilai tegangan
puncak sampai kumparan kesembilan α = 3 adalah
0.0114 pu, α = 4 adalah 0.013pu, dan α = 5 adalah
0.01417 pu.
4.4.5 Impuls Switching 79 kV
Pengaruh tegangan impuls switching 79 kV
memiliki pola grafik yang sama dengan impuls
switching 104 kV, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4
dan Gambar 20, dimana setiap lapisannya selalu
mengalami penurunan pada setiap kumparannya. Hal
ini bisa dilihat pada saat kumparan dari mulai
kumparan kedua untuk α = 3 adalah 0.057 pu, untuk
α = 4 adalah 0.069 pu, dan untuk α = 5 adalah 0.079 pu
yang mengalami penurunan nilai tegangan puncak
KESIMPULAN
Dari hasil simulasi dan hasil analisis pengaruh
tegangan lebih impuls pada transformator distribusi
20kV dengan mengunakan simulator ATP/EMTP
didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh tegangan impuls baik petir atau
switching sebagian besar ditanggung oleh belitan
trafo yang ke-1, yang nilainya sangan jauh
berbeda dengan belitan ke-2 dan selanjutnya.
2. Grafik–grafik distribusi tegangan menunjukkan
hal yang hampir serupa, tetapi pengaruh tegangan
impuls switching lebih menunjukkan gradien
tergangan yang lebih linier dibanding dengan
grafik tegangan impuls petir. Hal ini bisa dilihat
dari grafik pengaruh tegangan impuls switching
pada saat nilai α = 3 yang mengalami penurunan
secara terus menerus dari belitan kedua sampai
dengan belitan ke-9 dengan nilai 0.057 pu untuk
belitan kedua, hingga 0.0071 pu untuk belitan ke9. Pada saat α = 4 juga mengalami penurunan
secara terus menerus dengan nilai 0.069 pu pada
belitan ke-2 hingga 0.086pu pada belitan
kesembilan. Dan α = 5 juga demikian, dengan nilai
pada kumparan ke-2 adalah 0.079, hingga
0.0099pu untuk belitan yang ke-9.
3. Dari harga tegangan standard impuls petir, yaitu
125 kV dan 95 kV dan tegangan impuls switching
104 kV dan 79 kV yang telah disimulasikan
menunjukkan bahwa apabila nilai tegangan
impulsnya semakin besar maka nilai tegangan
puncak pada setiap belitan pun akan semakin
tinggi. Bisa dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 4
nilai puncak tertinggi terjadi pada saat tegangan
impuls petir 125 kV.
Halaman 6 dari 7 halaman
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
4.
Perbedaan nilai kapasitansi pada belitan trafo (α)
yang disimulasikan yaitu α= 3, α = 4, dan α = 5
dapat mempengaruhi nilai tegangan puncaknya
sesuai dengan tegangan impuls yang diberikan.
Semakin kecil nilai α yang diberikan maka
semakin besar pula nilai tegangan puncak
pengaruh impulsnya. Dan yang nilai tegangan
puncaknya paling besar yaitu α = 5 dengan nilai
tegangan puncak sebesar 0.89pu.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. M. Popov, R.P.P.Smeeth, L. van der Sluis, H. de
Herdt, J. Declercq ”Analysis of Voltage
Distribution in Transformer Winding During
Circuit Breaker Prestrike ”, International
Conference on Power System Transient, Japan,
2009.
[2]. Suhadi, “Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1”.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Jakarta, 2008.
[3]. Arismunandar. Artono, “Teknik Tegangan
Tinggi”. Pradnya Paramita, Jakarta, 2001.
[4]. Bonggas L. Tobing, “Peralatan Tegangan Tinggi”.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
[5]. Zuhal, “Dasar Tenaga Listrik”. ITB Bandung,
Bandung, 1991.
[6]. IGN Satriyadi, I Made Yulistya N,
Misdiyanto.“Study
Karakteristik
Trasien
Lightning Arrester Tegangan Menengah 20Kv
Pada SUTM Dengan Menggunakan Simulasi
EMTP”, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi
Industri, ITS, Surabaya, 2009.
[7]. Ontoseno Penansang, IGN Satriyadi, Fitri,
“Simulasi dan Analisa Pengaruh Harmonisa pada
Kinerja Transfomator Distribusi Tegangan
Menengah 20kV (Studi Kasus : Transformator
Distribusi PT.PLN (PERSERO) Area Jaringan
Surabaya Barat)”. Bidang Studi Teknik Sistem
Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknologi Industri, ITS, Surabaya, 2009.
[8]. Hendri, “Studi Distribusi Tegangan Impuls Pada
Belitan Transformator”. Bidang Khusus Teknik
Tegangan Tinggi Program Studi Teknik Energi
Elektrik Program Pascasarjana, ITB Bandung,
Bandung, 1999.
[9]. S. M. H. Hosseini, M. Ghaffarian, M. Vakilian, G.
B. Gharehpetian, F. Forouzbakhsh, “Partial
Discharge in Transformers Through Application
of MTL Model”. International Conference on
Power System Transient, Japan, 2009.
[10].
Wiwin
Windini,
“Analisa
Gangguan
Transformator Pada Gardu Distribusi Universitas
Katolik Maranatha Bandung”. Politeknik Negeri
Bandung, Bandung, 2007.
[11]. Susilo Matair, Harijadi. Sentot, “Studi
Perencanaan Isolasi Transformator Distribusi
20kV Terhadap Ketahanan Impuls”. Bidang Studi
Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri, ITS, Surabaya, 1988.
[12]. Hutauruk, T.S, “Gelombang Berjalan Pada
Proteksi Surja”. Erlangga, Jakarta 1991.
RIWAYAT HIDUP
Priska Bayu Anugrah, lahir di
Cianjur, 16 Maret 1988, Agama
Islam, Anak pertama dari Bapak
Memet Rachmat dan Ibu Lestari
Andayani. Riwayat Pendidikan
SDN Ibu Dewi VI, Cianjur (
1993 – 1999), SMP Negeri 1
Cianjur ( 1999 – 2002 ), SMU
Negeri 1 Cianjur ( 2002 – 2005).
Melalui jalur PMDK Kemitraan
2005, diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik
Elektro ITS Surabaya. Selain mengikuti kuliah harian
penulis juga aktif sebagai asisten laboratorium
Tegangan Tinggi. Pada bulan Juni 2010 Penulis
mengikuti seminar dan ujian Tugas Akhir di Bidang
Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro
FTI-ITS sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana teknik elektro.
Halaman 7 dari 7 halaman
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Download