Cadangan Valuta Asing BI Makin Besar

advertisement
Cadangan Valuta Asing BI Makin Besar
Selasa, 29 Desember 2009 | 03:35 WIB
Jakarta, Kompas - Cadangan valuta asing yang bisa digunakan Bank Indonesia untuk menstabilkan
nilai tukar rupiah semakin besar seiring ditandatanganinya perjanjian Chiang Mai Initiative
Multilateralization, pekan lalu. Semakin besar cadangan valuta asing BI, akan makin besar
kemampuan BI meredam gejolak kurs.
Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah dalam pernyataan pers, Senin (28/12),
menjelaskan, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara ASEAN, China, Jepang,
Korea Selatan (ASEAN+3), dan Otoritas Moneter Hongkong telah menandatangani perjanjian
Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), sebagai kelanjutan dari kesepakatan pertemuan
menteri keuangan negara ASEAN+3 pada Mei 2009 di Bali.
Perjanjian CMIM merupakan kesepakatan membentuk cadangan devisa siaga (pooling fund) yang
bisa digunakan bersama oleh negara anggotanya. Total cadangan devisa siaga yang disepakati
saat ini 120 miliar dollar AS. ”CMIM akan memperkuat kemampuan regional untuk mempertahankan
diri terhadap peningkatan risiko dan tantangan di perekonomian global,” kata Difi.
CMIM akan menyediakan bantuan keuangan melalui transaksi tukar-menukar (swap) mata uang
kepada peserta CMIM yang mengalami masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek.
Sesuai prosedur dan persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian itu, setiap peserta CMIM berhak
melakukan swap atas mata uang lokalnya dengan dollar AS maksimal sebesar nilai kontribusi yang
dikalikan dengan angka pengganda pembelian.
Dengan kontribusi sebesar 4,77 miliar dollar AS dan angka pengganda pembelian 2,5 kali, dana
cadangan devisa siaga yang bisa dimanfaatkan Indonesia maksimal 11,93 miliar dollar AS.
Dana itu menambah cadangan valuta asing yang telah diperoleh Indonesia dari sejumlah perjanjian
swap sebelumnya, yakni bilateral swap arrangement (BSA).
Total nilai BSA mencapai 18 miliar dollar AS. Rinciannya, dari China sebesar 4 miliar dollar AS,
Korea Selatan 2 miliar dollar AS, dan Jepang 12 miliar dollar AS.
Jika ditambah dengan CMIM, cadangan valas dari kerja sama swap mencapai 30 miliar dollar AS.
Adapun untuk cadangan valas yang benar-benar dimiliki Indonesia, yakni cadangan devisa, per
akhir November 2009 mencapai 65,84 miliar dollar AS.
Besarnya cadangan valas tentu menambah kepercayaan diri BI di tengah dangkalnya pasar valas di
Indonesia. Volume perdagangan valas di Indonesia hanya sekitar 700 juta dollar AS per hari,
sementara dana yang mudah ditarik oleh pemiliknya sewaktu-waktu atau uang panas yang
tersimpan di saham dan Sertifikat Bank Indonesia lebih dari 5 miliar dollar AS.
Jika terjadi pembalikan uang panas dalam jumlah besar dan seketika (sudden reversal), nilai tukar
rupiah bisa terjerembap. Namun, dengan adanya cadangan valas yang besar, BI bisa melakukan
intervensi guna menahan pelemahan nilai rupiah.
Ekonom Iman Sugema mengatakan, BI seharusnya membatasi uang panas di SBI sebagai upaya
mengurangi kerentanan di pasar valas. (FAJ)
Download