tesis pengaruh struktur kepemilikan saham, struktur

advertisement
iii
TESIS
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM,
STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PADA NILAI
PERUSAHAAN
KADEK APRIADA
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
iv
TESIS
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM,
STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PADA NILAI
PERUSAHAAN
KADEK APRIADA
NIM 1191661011
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
i
v
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM,
STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PADA NILAI
PERUSAHAAN
Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
KADEK APRIADA
NIM 1191661011
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
ii
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini telah disetujui
Tanggal 14 Mei 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, M.Si., Ak.
NIP. 19550910 198403 1 001
Dr. I D.G. Dharma Suputra, SE, M.Si.,Ak
NIP. 19570110 198601 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi
Magister Akuntansi
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak
NIP. 19641224 199103 1 002
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 19590215 198510 2 001
iii
vii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIAN TESIS
Tesis ini telah diuji pada
Tanggal 28 Mei 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor
Universitas Udayana Nomor : 1356/UN.14.4/HK/2014
Tanggal 14 Mei 2014
Ketua: Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, M.Si., Ak.
Anggota:
1. Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, M.Si., Ak.
2. Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE., M.Si., Ak.
3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si.
4. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak.
iv
viii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
: Kadek Apriada
Nim
: 1191661011
Program Studi : Magister Akuntansi Universitas Udayana
Judul Tesis
: Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Struktur Modal dan
Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17
Tahun 2010 dan peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.
.
Denpasar,
Penulis
Kadek Apriada
v
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama
perkenankanlah
penulis
memanjatkan
puji
syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul: “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Struktur Modal dan Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan.” Tesis ini
merupakan hasil penelitian sebagai persyaratan akhir studi jenjang Stata-2,
dibidang Akuntansi, Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Denpasar.
Berbagai pihak telah berkontribusi besar dalam penyelesaian tesis ini
sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Bapak Dr. I Made Sadha Suardikha,
SE, M.Si., Ak. sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE,
M.Si., Ak. sebagai pembimbing II, yang dengan tulus dan penuh kesabaran
membimbing, memberi nasihat serta semangat kepada penulis selama mengikuti
seluruh rangkaian penulisan proposal sampai dengan tahap penyelesaian tesis.
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof.
Dr. I Wayan Suartana, SE., M.Si., Ak., Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE.,
M.Si., dan Ibu Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak., sebagai tim penguji
yang telah berkenan memberi masukan konstruktif guna penyempurnaan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas
Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesikan
pendidikan Magister Akuntansi Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga
penulis tujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk menjadi mahasiswa di Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus
Wiksuana, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
vi
x
Udayana atas ijin yang diberikan. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada para dosen pengajar atas bimbingan, motivasi, dan
arahannya selama penulis menjalankan proses perkuliahan. Terima kasih juga
kepada Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., Bapak Dr. Ida Bagus
Putra Astika, SE., M.Si., Ak., selaku pengelola Program Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberi perhatian
dan bantuan yang tulus selama penulis mengikuti pendidikan di Program ini.
Terima kasih pula kenapa segenap rekan-rekan MAKSI angkatan VIII atas
dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyediaan data guna penyelesaian tesis
ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis persembahkan kepada kedua
orang tua tercinta, Bapak Nyoman Jesna dan Ibu Nyoman Sampun atas doa restu
dan dukungannya selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih juga kepada saudari Putu Riska Wulandari, S.Si, M.Si., atas
dukungan moral maupun material selama penulis mengikuti pendidikan sehingga
penyelesaian tesis ini.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi
kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
tesis ini. Penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
jika ada kekurangan yang pastinya tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis
ini bermanfaat.
Denpasar,
Penulis
vii
xi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan managerial, struktur modal, dan profitabilitas pada nilai perusahaan.
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan. Untuk
mencapai tujuan perusahaan, struktur kepemilikan saham mampu memengaruhi
jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada nilai perusahaan.
Dalam peningkatan nilai perusahaan, struktur modal merupakan masalah yang
sangat penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan
mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Nilai
perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas, dimana
profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan perusahaan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan kriteria yang telah ditentukan. Diperoleh jumlah sempel
sebanyak 82 perusahaan dari 131 perusahaan selama periode pengamatan 2 tahun
pada sektor manufaktur. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan
manejerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Struktur modal
mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk tidak meneliti pada sektor manufaktur saja, melainkan seperti
sektor perbankkan, pelayanan transportasi dan telekomunikasi yang memiliki
karakteristik yang baik untuk dijadikan populasi, serta meneliti variabel keuangan
yang lain yang mempengaruhi nilai perusahaan. Bagi perusahaan disarankan
memperhatikan struktur kepemilikan saham, penentuan struktur modal yang
optimal, dan profitabilitas untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Kata kunci : Kepemilikan Institusinal, Kepemilikan Managerial, Struktur Modal,
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan.
viii
xii
ABSTRACT
This research is performed in order to test the influence of institutional
ownership institute, managerial ownership, debt to equity ratio, and return on
equity variables towards price book value variable. A great value company is the
inclination of the owners. The stockholding structure is affecting the operation of
a company which in return influencing the performance of the company in order
to achieve the company‟s goals. In an increase of the great value, the capital
structure is a major issue for every company, the good and bad of the capital
structure will have a direct effect on the company financial position. A value of a
company can also be affected by profitability where as a performance indicator
done by the management in managing the company assets which indicated by the
company‟s profit. Purposive sampling is the technique that is being used as a
sampling technique with predetermined criteria. 82 from 131 companies have
been collected as samples after 2 years observation in manufacture sector. Linear
regression analysis is used as analysis technique.
Based on the results of the study indicate that institutional ownership has a
positive effect on firm value, while ownership manejerial negative effect on firm
value. Capital structure has a negative effect on firm value. Profitability
negatively affect the value of the company. It is recommended that the future
researchers study not only the manufacture sector, but rather as banking,
transportation services and telecommunication which have good characteristics to
be used as the research population but also other financial variables which
influence the value of company and for company it is suggested that it pay
attention on determining the optimum capital structure, debt to equity ratio and
profitability to improve the value of the company.
Key words; Ownership Institutional, Managerial Ownership, Debt to Equity
Ratio, Return on Equity, and Price Book Value.
ix
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... ....
i
PRASYARAT GELAR .............................................................................. ....
ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ....
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................................... ....
iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................... ....
v
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... ....
vi
ABSTRAK ................................................................................................. .... viii
ABSTRACT ............................................................................................... ....
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. ....
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ....
xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... .... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. .... xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................
1
8
8
8
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) ..............................................
2.2 Teori Keagenan (Agency Theory) .............................................
2.3 Nilai Perusahaan .......................................................................
2.4 Struktur Kepemilikan Saham ...................................................
2.5 Struktur Modal..........................................................................
2.6 Profitabilitas .............................................................................
2.7 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ...............................
10
12
16
22
27
32
35
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................
3.2 Konsep Penelitian.....................................................................
3.3 Hipotesis Penelitian..................................................................
3.3.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan pada Nilai
Perusahaan .....................................................................
3.3.2 Pengaruh Struktur Modal pada Nilai Perusahaan ..........
3.3.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan ..............
x
42
45
46
46
48
50
xiv
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rencana Penelitian…………. ..................................................
4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian ........................
4.3 Identifikasi Variabel .................................................................
4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................
4.5 Jenis dan Sumber Data .............................................................
4.5.1 Data Menurut Sifatnya ..................................................
4.5.2 Data Menurut Sumbernya .............................................
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ...................
4.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................
4.8 Teknik Analisis Data ................................................................
4.8.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................
4.8.2 Uji Hipotesis .................................................................
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif ...................................................................
5.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................
5.2.1 Uji Normalitas ..............................................................
5.2.2 Uji Multikolinearitas ....................................................
5.2.3 Uji Heteroskedastisitas .................................................
5.2.4 Uji Autokorelasi ...........................................................
5.3 Analisis Regresi Berganda.........................................................
5.3.1 Uji t (Uji pengaruh secara parsial) ...............................
5.3.2 Uji F (Uji pengaruh secara simultan) ...........................
5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R²) ....................................
52
52
53
55
57
57
58
58
59
60
60
64
67
72
72
76
77
79
80
81
83
84
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN
6.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Nilai Perusahaan 85
6.2 Pengaruh Stuktur Modal pada Nilai Perusahaan ...................... 87
6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan ......................... 89
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ..................................................................................
7.2 Saran dan keterbatasan .............................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN
xi
91
93
94
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 44
3.2 Konsep Penelitian .................................................................................. 46
5.1 Uji Normalitas ......................................................................................... 73
5.2 Plot Normalitas Data Transformasi ........................................................ 75
5.3 Scaterplot ................................................................................................ 78
xii
0
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
Tabel 4.1
Identifikasi Variabel Penelitian
53
Tabel 4.2
Proses Pengambilan Sampel
59
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif
67
Tabel 5.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
74
Tabel 5.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
76
Tabel 5.4
Variance inflation faktor (VIF)
77
Tabel 5.5
Uji Glejser
79
Tabel 5.6
Uji Durbin Watson
79
Table 5.7
Uji t (Uji Pengaruh Secara Parsial)
81
Tabel 5.8
Uji Simultan
83
Table 5.9
Uji Koefisien Determinasi (R²)
84
xiii
0
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1.
Daftar Perusahaan Sampel 2011-2012
Lampiran 2.
Tingkat Sampel Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Kepemilikan
istitusional (KI), kepemilikan manajerial (KM), struktur modal
(DER), profitabilitas (ROE) dan nilai perusahaan (PBV) di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2012
Lampiran 3.
Statistik Deskriptif dan Hasil Analisis Regresi Berganda
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk
mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Investor akan menanamkan
modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan sejumlah
keuntungan. Keberadaan pasar modal menjadikan perusahaan mempunyai alat
untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Apabila
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan baik maka pasar akan merespon dengan
positif melalui peningkatan harga saham perusahaan.
Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan
memaksimumkan nilai perusahaan dengan asumsi bahwa pemilik perusahaan atau
pemegang saham akan makmur jika kekayaannya meningkat. Tujuan utama
perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value
of the firm) (Salvatore, 2005).
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan,
sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi. Fama (1978: 284) menyebutkan bahwa nilai perusahaan akan tercermin
dari harga pasar sahamnya. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai
saham (Karnadi, 1993: 49). Nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai
perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang
1
2
tinggi kepada pemegang saham. Nilai saham yang tinggi menggambarkan nilai
perusahaan yang tinggi. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut:
nilai perusahaan (value) adalah hutang (debt) ditambah modal sendiri (equity).
Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham perusahaan
(Atmaja, 2003: 4).
Struktur kepemilikan saham mampu memengaruhi jalannya perusahaan
yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena
adanya kontrol yang dimiliki oleh para pemegang saham. Struktur kepemilikan
saham
dalam
perusahaan
umumnya
meliputi
kepemilikan
institusional,
kepemilikan manajerial, serta kepemilikan saham oleh individual atau publik.
Ismiyanti dan Mamduh (2004) semakin tinggi kepemilikan institusional maka
akan semakin meningkatkan pengawasan eksternal terhadap perusahaan. Dengan
adanya pengawasan pihak eksternal maka jalannya perusahaan dapat lebih diawasi
sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menciptakan usaha
pengawasan yang besar juga oleh pihak investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Permanasari (2010)
menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka
semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan. Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional maka proses
monitoring akan berjalan lebih efektif sehingga dapat mengurangi tindakan
3
manajer dalam hal manajemen laba yang dapat merugikan kepentingan pihak lain
(stakeholder).
Menurut Slovin dan Sushka (1993) nilai perusahaan dapat meningkat jika
institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif. Selain kepemilikan
institusional, adanya kepemilikan oleh manajerial juga memengaruhi nilai
perusahaan. Morck et al. (1988) menyimpulkan bahwa kepemilikan saham yang
besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Penelitian
tersebut menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan komposisi dewan
komisaris terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menemukan bahwa nilai
perusahaan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai
dengan 5%, kemudian menurun pada saat kepemilikan manajerial 5% - 25% dan
kemudian meningkat kembali seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan
manajerial secara berkelanjutan.
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Proporsi kepemilikan saham
yang dikontrol oleh manajemen dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan, hal
ini tentunya akan mempengaruhi jalannya perusahaan. Kepemilikan manajerial
akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena
mereka juga ikut memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan publik selalu berprinsip dalam pencapaian maksimalisasi laba
atau nilai perusahaan, namun hal tersebut tidak selalu diimbangi dengan kesadaran
4
para pengusaha tersebut dalam melakukan penilaian konsep dan prinsip-prinsip
maksimalisasi laba itu sendiri, sehingga terjadi banyak tindakan ketidaktepatan
penggunaan modal perusahaan terutama yang berasal dari debt. Penggunaan
modal perusahaan yang berasal dari hutang memiliki risiko yang lebih besar
daripada yang berasal dari modal sendiri baik milik pribadi atau perseorangan,
pemilik saham, ataupun pemilik modal dari pihak manajerial. Penggunaan dana
perusahaan harus diatur sedemikian rupa sehingga pemanfaatannya dapat
dilaksanakan secara optimal dan dapat menghindari risiko-risiko keuangan yang
dapat terjadi.
Menurut Satmoko dan Sudarman (2011), kebijakan pendanaan perusahaan
ditentukan dengan menganalisa komposisi antara hutang dan modal sendiri yang
dimiliki oleh perusahaan. Sumber pembiayaan operasional perusahaan dalam
melaksanakan kegiatannya terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama berasal dari
hutang dan yang kedua berasal dari modal sendiri. Kedua jenis sumber
pembiayaan tersebut tergabung dalam struktur modal perusahaan. Modal tersebut
memiliki peranan penting dalam mewujudkan tujuan perusahaan yaitu
menciptakan laba dan memberikan kesejahteraan bagi para pemilik saham,
sehingga ketika pemilik saham semakin sejahtera, maka nilai perusahaan juga
akan meningkat.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001: 62). Struktur modal dapat
didefinisikan sebagai pembiayaan permanen yang terdiri hutang jangka panjang,
saham preferen dan modal pemegang saham (Capeland dan Weston, 1997).
5
Mogdiliani dan Miller, (1963: 53) menyatakan nilai perusahaan ditentukan oleh
struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting
bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai
efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Suatu perusahaan yang
mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang
sangat besar akan memberikan beban berat kepada perusahaan yang bersangkutan
(Riyanto, 2001: 85).
Suatu perusahaan untuk dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya
haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Nilai
perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang
dihasilkan oleh perusahaan. Copeland dan Weston (1997) mendefinisikan
profitabilitas sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dari penjualan dan
investasi perusahaan. Apabila profitabilitas perusahaan baik maka para
stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat
sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi
perusahaan.
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan berasal
dari penjualan dan keputusan investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu
ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan adalah laba yang dihasilkan oleh perusahaan (Subramanyam, 1996).
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga
6
investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujono dan
Soebiantoro, 2007).
Pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing
pengukuran dihubungkan dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri
(Syamsuddin, 2007: 43). Santika dan Kusuma (2002) menyatakan pengaruh
profitabilitas sebagai indikator kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap
perusahaan. Ang (1997: 20) menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi nilai
perusahaan
secara
positif.
Karena
rasio
profitabilitasnya
menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka
semakin tinggi nilai perusahaan, sehingga untuk meningkatkan nilai perusahaan,
perusahaan harus meningkatkan kinerjanya. Mardiyati et al. (2012) profitabilitas
memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan karena profit
yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga
dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan
saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat.
Akan tetapi selain itu profitabilitas juga bisa menurunkan nilai perusahaan, hal ini
dapat terjadi karena di dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan akan
meningkatkan kegiatan operasionalnya sehingga biaya yang ditimbulkan dari
kegiatan ini juga akan meningkat.
Peningkatan biaya ini akan mengakibatkan perusahaan harus menutup
biaya tersebut lebih banyak sehingga perlu pengkajian ulang mengenai hubungan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Selain itu profitabilitas lebih bersifat
7
likuid bagi perusahaan namun tidak solvabel sehingga profitabilitas tidak akan
menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini pada
akhirnya juga akan berperngaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh struktur kepemilikan saham, struktur modal dan profitabilitas terhadap
nilai perusahaan. Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan
institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan, struktur
modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka
panjang dengan modal sendiri yang diindikasikan dengan debt to equity ratio
(DER) serta profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) sedangkan nilai
perusahaan dapat diproksikan dengan price to book value (PBV). Objek penelitian
ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit tahun 2011-2012 dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2012.
Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena
perusahaan manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak disektor riil yang
memiliki jumlah perusahaan yang paling banyak dibandingkan jenis usaha lain
yang terdiri dari beberapa industri. Meskipun terdiri dari berbagai macam industri,
perusahaan manufaktur memiliki karakteristik yang serupa. Disamping itu,
perkembangan perekonomian telah menyebabkan perusahaan manufaktur
mengalami kesulitan untuk meneruskan usahanya dan memiliki kinerja yang
kurang memuaskan. Periode 2011-2012 dipilih karena merupakan periode yang
belum pernah disajikan sebagai bahan penelitian sejenis serta memberikan
gambaran terkini keuangan dari sebuah perusahaan.
8
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka masalah
penelitian yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal dan profitabilitas pada nilai
perusahaan?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
struktur modal dan profitabilitas pada nilai perusahaan.
1.4
Manfaat Penelitian
Berikut adalah manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini:
a.
Bagi khasanah ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan evaluasi dari
teori dengan keadaan yang ada di lapangan dan memberikan kontribusi
pada perkembangan teori akuntansi serta menambah khasanah yang baru
dalam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan saling melengkapi dengan
penelitian sebelumnya maupun yang akan dilakukan oleh para peneliti
yang akan datang dalam mengkaji nilai perusahaan serta penelitian ini
diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai pengaruh
pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur
modal dan profitabilitas pada nilai perusahaan di masa yang akan datang.
9
b.
Bagi penyelesaian operasional dan kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat positif
antara lain:
(a) Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran khusus
kepada
pihak
manajerial
perusahaan
mengenai
pentingnya
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal,
dan profitabilitas dalam meningkatkan aspek nilai perusahaan
sehingga perusahaan menjadi semakin baik di mata masyarakat.
(b) Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
investor tentang pentingnya mempertimbangkan aspek-aspek yang
berkaitan dengan nilai perusahaan dengan cara penganalisaan secara
lebih mendalam ketika investor akan melakukan kegiatan investasi
dengan melihat aspek kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, struktur modal dan profitabilitas.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen
perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
Menurut Wolk et al. (2000) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan
menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna
laporan keuangan.
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan
sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan
dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan yang berkualitas buruk
(Hartono, 2005: 38). Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap
pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang
berkualitas buruk (Hartono, 2005: 46).
Teori sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan
perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai
informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman
yang
dilakukan
oleh
suatu
emiten.
Pengumuman
ini
nantinya
dapat
mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan
pengumuman (Suwardjono, 2005).
10
11
Perusahaan yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan
berita tersebut terhadap para investor (Ross, 1977). Pada penelitian ini perusahaan
yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan
laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal ini tidak bisa ditiru oleh perusahaan
yang berkualitas buruk karena perusahaan berkualitas buruk akan cenderung tidak
tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Pada penelitian ini sinyal
yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas baik dianggap sebagai berita
baik (good news) sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang
berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk (bad news).
Jama‟an (2008) mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer
untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui
laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme
yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah
perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak
overstate.
12
Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan (agen), pemilik
(prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan
menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk
memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi
keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agen), perlu mendapatkan opini
dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan
(Jama‟an, 2008).
2.2
Teori Keagenan (Agency Theory)
Awal dari paradigma agensi analitis mengacu pada contoh yang disajikan
dalam makalah seminar Coase, dimana Coase memberikan penekanan pada
kontrak sukarela yang muncul antara berbagai pihak organisasi perusahaan
sebagai penyelesaian yang efisien terhadap berbagai konflik kepentingan
(Belkaoi, 2007: 217). Perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai
nexus (penghubung) dari serangkaian hubungan kontrak antara para individu
(Belkaoi, 2007: 217).
Hubungan keagenan adalah hubungan antara prinsipal (principal) dengan
agen (agent) yang di dalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan
prinsipal dan atas tindakannya (actions) tersebut agen mendapat imbalan tertentu
(Suwardjono, 2005). Yang dimaksud prinsipal adalah para pemegang saham
sedangkan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976: 81) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajer (agen) dengan investor (principal). Manajer
13
merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan kekuasaan untuk
membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu
manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang
saham.
Asimetri informasi antara manajemen (agen) dengan pemilik (principal) dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan opportunistic
seperti manajemen laba (earnings management) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan sehingga dapat merugikan pemilik (pemegang saham). Manajer akan
berusahaa melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya
tanpa persetujuan pemilik atau pemegang saham.
Dengan adanya masalah agensi yang disebabkan karena konflik kepentingan
dan asimetri informasi ini, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan
(agency cost). Agency Cost sendiri merupakan biaya yang timbul akibat dari
adanya pemberian amanat yang diberikan oleh pemegang saham kepada pihak
lain untuk melaksanakan pengelolaan perusahaan demi kelangsungan hidup
perusahaan serta demi kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen dan
Meckling (1976) terdapat tiga macam biaya keagenan (agency cost), antara lain:
a. Biaya Bonding (Bonding cost)
Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang timbul akibat sikap manajer
yang berani memberikan jaminan kepada pemilik perusahaan (principal)
untuk tidak membuat perusahaan yang dikelola manajer tersebut merugi.
14
Contoh: Membayar kewajiban hutang perusahaan secara teratur,
melaksanakan kegiatan operasional sesuai jadwal atau bahkan lebih cepat
dari jadwal yang telah ditentukan.
b. Biaya Monitoring (Monitoring cost)
Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang muncul akibat pemegang
saham mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh manajerial di
perusahaan.
Contoh: Menyewa akuntan publik untuk melakukan audit terhadap laporan
keuangan perusahaan.
c. Biaya kerugian residual (Residual loss)
Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang muncul karena perbedaan
keputusan antara pihak pemegang saham dengan pihak manajerial di mana
seharusnya keputusan tersebut memberikan keuntungan yang maksimal
bagi pemegang saham.
Contoh: Pengeluaran tambahan biaya produksi dan inovasi perusahaan
demi meningkatkan produktivitas perusahaan
Hubungan keagenan dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
seseorang atau lebih, seorang prinsipal, seorang agen, dan orang lainnya untuk
memberikan jasa demi kepentingan prinsipal termasuk melibatkan adanya
pemberian
delegasi
kekuasaan
pengambilan
keputusan
kepada
agen
(Belkaoi, 2007: 192). Baik prinsipal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi
hanya oleh kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan
subjek dan juga untuk menyadari kepentingan bersama mereka. Agen berjuang
15
untuk memaksimalkan pembayaran kontraknya yang bergantung pada suatu
tingkatan usaha tertentu yang dibutuhkan.
Prinsipal berjuang untuk memaksimalkan pengembalian atas penggunaan
sumber dayanya yang bergantung pada pembayaran yang terutang kepada agen.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan
dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Konflik kepentingan antara prinsipal dan
agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan
kepentingan prinsipal. Terjadinya konflik kepentingan tersebut disebut dengan
konflik keagenan (agency conflict) (Belkaoi, 2007: 192).
Terjadinya konflik keagenan dapat berpengaruh pada investor. Pemikiran
bahwa manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan
keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan
setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau selfinterested behaviour. Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara
manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen
bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan
cenderung melakukan kecurangan akuntansi (Rachmawati dan Triatmoko, 2007).
Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic
manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba
akan mengakibatkan para pemakai laporan keuangan membuat kesalahan dalam
pembuatan keputusan seperti investor dan kreditur, sehingga nilai perusahaan
akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006)
16
2.3
Nilai Perusahaan
Nilai diciptakan ketika perusahaan memberikan return kepada para
investornya melebihi biaya modal. Nilai untuk investor perusahaan dapat dicapai
hanya dengan menyumbangkan nilai kepada customers (Sudana, 2008: 221).
Salah satu paradigma baru yang berkembang dalam manajemen untuk
menghadapi lingkungan bisnis global, kompetitif, dan turbulen adalah dengan
customer value strategy (Mulyadi, 2007: 40). Paradigma customer value strategy
memandang bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan value terbaik
bagi customer merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan untuk bertahan
hidup dan bertumbuh dalam lingkungan bisnis global yang kompetitif dan
turbulen ini (Mulyadi 2007: 40).
Customer adalah satu-satunya alasan eksistensi suatu perusahaan.
Keberadaan suatu perusahaan ditentukan bukan oleh kualitas yang melekat pada
produk/jasa yang dihasilkan perusahaan, namun ditentukan oleh kemampuan
produk/jasa dalam memenuhi kebutuhan customer. Customer value strategy
merupakan kombinasi manfaat yang diperoleh dari penggunaan suatu produk dan
pengorbanan yang dilakukan oleh customer untuk memperoleh manfaat tersebut.
Customers dalam lingkungan bisnis yang kompetitif memegang kendali bisnis.
Suara customer dalam kondisi seperti ini harus didengarkan agar perusahaan
mampu menghasilkan produk yang memberikan value bagi customer-nya.
Penciptaan nilai bagi konsumen akan berdampak pada penciptaan nilai
perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.
17
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan dalam mengelola sumber daya. Bagi perusahaan yang menerbitkan
saham di pasar modal, harga saham yang ditransaksikan di bursa efek merupakan
indikator nilai perusahaan. Fama (1978) menyatakan nilai perusahaan akan
tercermin dari harga pasar sahamnya.
Dalam perspektif teori keagenan, agen yang risk adverse dan yang
cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources yang
tidak meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan ini mengindikasikan bahwa
nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan
perilaku manajemen agar tidak menghancurkan resource perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) berargumen bahwa konflik keagenan terjadi
karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian. Konflik keagenan
menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan nilai perusahaan akan
memengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham akan
melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen.
Nilai perusahaan dapat direfleksikan melalui tiga cara, yaitu melalui nilai
buku, nilai likuidasi ataupun nilai pasar saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 64).
Bernard (2003) menyebutkan tiga ukuran dari kinerja perusahaan yang dapat
dipakai untuk melihat nilai perusahaan yaitu tobin‟s Q, market to book ratio dan
price flow ratio. Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan
menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan
keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Beberapa variabel kuantitatif yang
sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut:
18
a. Nilai Buku
Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung
dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham
yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity, yaitu agio
saham (paidup capital in excess of par value) dan laba ditahan (retained
earning).
b. Nilai Appraisal
Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal
independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat
beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya
penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan
sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil
dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam
menghasilkan earnings dan kemudian nilai going concern dari suatu
perusahaan.
Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan akan
bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode
penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi
tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam
atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan
dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai
perusahaan
yang
berdasarkan
penilaian
independen
(appraiser
19
independent) juga akan menghasilkan pengurangan good-will dengan
meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal.
c. Nilai Pasar Saham
Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal
adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.
Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas
diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai
pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering
dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini
dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh
spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan
keputusan pribadi.
d. Nilai “Chop-Shop”
Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh
Dean Lebaron dan Lawrence, Speidell of Batterymarch Financial
Management. Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi
perusahaan multi industry yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila
dipisahkan
menjadi
bagian-bagian.
Pendekatan
“Chop-Shop”
ini
mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di
bawah harga penempatan mereka.
e.
Nilai Arus Kas
Pendekatan
arus
kas
untuk
penilaian
dimaksudkan
agar
dapat
mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang
20
menawarkan sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus
kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum
yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal
kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari
merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham,
yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik
(intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan
emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan
nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk
memaksimumkan kekayaan perusahaan atau nilai perusahaan (value of the firm)
(Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi
suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002). Husnan dan Pudjiastuti (2006: 39) nilai
perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown et al. (2004: 470) nilai
perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas
perusahaan yang beredar.
Nilai perusahaan pada penelitian ini diukur dengan price book value
(PBV). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau PBV,
menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relative terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham
21
yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga
saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan
harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula
(Sartono, 2001: 6), secara sederhana menyatakan bahwa PBV merupakan rasio
pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham
terhadap nilai bukunya.
Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. PBV digunakan untuk melihat berapa besar tingkat
undervalued maupun overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku
setelah dibandingkan dengan harga pasar (Slamet, 2003: 41). Semakin tinggi PBV
berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Pada penelitian kali ini,
rumus inilah yang dipakai untuk menghitung nilai perusahaan.
PBV dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut:
Harga pasar per lembar saham
……….…….……... (1)
PBV =
Nilai buku per lembar saham
Sumber : Husnan (2006: 181)
PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :
a) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya
dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value
sebagai perbandingan
22
b) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua
perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan
yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.
c) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai
dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi
menggunakan PBV
2.4
Struktur Kepemilikan Saham
Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan (Sujono dan
Soebiantoro, 2007). Dua jenis kepemilikan dalam struktur kepemilikan adalah:
(1) Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh
investor institusi. Investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk
memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual.
Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi
kesalahan yang terjadi. Menurut Lee et al. (1992: 61) ada perbedaan pendapat
mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan
bahwa investor institusional adalah pemilik sementara, sehingga hanya
terfokus pada laba sekarang (current earnings). Jika perubahan pada laba
sekarang tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat
melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dalam
jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan memengaruhi
23
nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari
investor, manajer akan melakukan manajemen laba.
Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang
berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus
pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba
sekarang. Penelitian Shiller dan Pound (1989) menjelaskan bahwa investor
institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis
investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal
perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan
monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan
manipulasi yang dilakukan manajer.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku opportunistic manajer. Barnae dan Rubin (2005)
menyatakan bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham
yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan
perusahaan. Wening (2009) menyatakan semakin besar kepemilikan oleh
institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:
a) Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat
menguji keandalan informasi.
24
b) Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat
atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
Smith (1996) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu
mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan
kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh penelitian Cruthley dan
Hansen (1989) yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi
mampu mensubstutisi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun
dan nilai perusahaan meningkat.
Menurut Riswari (2012) kepemilikan institusional dapat menekan
kencederungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan
keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Prosentase
saham tertentu yang dipunyai oleh institusi bisa mempengaruhi proses
penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat
tindakan penyimpangan pelaporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui
pihak institusional.
Kepemilikan institusional diungkapkan melalui jumlah kepemilikan saham
yang dimiliki institusi dibagi dengan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Secara sistematis perhitungan kepemilikan institusional tersebut dirumuskan
sebagai berikut (Masdupi, 2005):
Kepemilikan saham oleh institusi
….. (2)
Kepemilikan Institusional (KI) =
Total keseluruhan saham perusahaan
25
(2) Kepemilikan manajerial
Kepemilikan saham manajerial merupakan kepemilikan saham terbesar oleh
manajemen perusahaan. Siallagan dan Machfoedz (2006) mengadakan
penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba
dengan discretionary accrual dan nilai perusahaan yang diukur dengan
Tobin‟s Q, menyimpulkan hasil pengujiannya bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh secara positif terhadap kualitas laba, sedangkan pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan adalah negatif. Kepemilikan
manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan oleh direktur dan
komisaris (Diyah dan Widanar, 2009).
Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan
menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat
sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh
manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan.
Morck et al. (1988) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari
segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Morck et al.
(1988) menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan komposisi
dewan komisaris terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini menemukan bahwa nilai perusahaan meningkat sejalan
dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai dengan 5%, kemudian
menurun pada saat kepemilikan manajerial 5%-25%, dan kemudian meningkat
kembali seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial secara
26
berkelanjutan. Menurut Sujono dan Soebiantoro (2007) kepemilikan
manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya,
karena mereka juga ikut memiliki perusahaan. Ross (1977) menyatakan bahwa
semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen
akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Dengan
kinerja yang meningkat maka akan meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
oleh direktur dan komisaris (Diyah dan Widanar, 2009). Munculnya
kepemilikan saham dalam pihak manajemen akan menjadikan nilai
perusahaan dapat meningkat karena pihak manajemen bisa melaksanakan dan
selalu mengawasi perkembangan perusahaan sekaligus memperhitungkan
kebijakan dividen yang terbaik dari dua sisi yaitu dari sisi pemegang saham
dan kemajuan perusahaan.
Semakin besar kepemilikan saham pada pihak manajerial, maka pihak
manajerial akan bekerja lebih proaktif dalam mewujudkan kepentingan
pemegang saham dan akhirnya akan meningkatkan kepercayaan, kemudian
nilai perusahaan juga akan naik. Kepemilikan manajemen diungkapkan
melalui jumlah kepemilikan saham yang dimiliki manajemen dan dewan
komisaris dibagi dengan total keseluruhan saham perusahaan.
27
Secara sistematis perhitungan tersebut dirumuskan sebagai berikut (Masdupi,
2005):
Kep. saham manajer + dewan komisaris
Kepemilikan Manajerial (KM) =
...(3)
Total keseluruhan saham perusahaan
2.5
Struktur Modal
Struktur modal adalah bentuk pembelanjaan yang permanen di dalam
mencerminkan keseimbangan di antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Struktur modal terlihat pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur
dalam modal sendiri, di mana kedua jenis tersebut merupakan dana permanen atau
dana jangka panjang. Oleh karena itu maka struktur modal hanya merupakan
sebagian saja dari struktur financial. Struktur financial mencerminkan
perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal
asing baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri
(Riyanto, 2001: 22).
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan, saat keputusan investasi dan kebijakan dividen
dipegang secara konstan, dalam kata lain bila perusahaan merubah sebagian
modal sendiri dengan menggunakan hutang atau sebaliknya apakah harga saham
akan turut berubah, namun jika dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai
perusahaan ikut berubah, maka akan didapatkan kesimpulan tentang struktur
modal yang terbaik. Di dalam pengambilan keputusan, perlu dilakukan
28
pertimbangan yang mendalam untuk dapat memutuskan sumber dana mana yang
akan digunakan dalam kegiatan operasional di dalam perusahaan. Keputusan yang
tepat akan mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Riyanto (2001: 240) Struktur modal perusahaan secara umum
terdiri atas beberapa komponen, antara lain:
a. Modal Sendiri
Modal sendiri sesungguhnya adalah modal yang berasal dari orang yang
menanam
modal
dalam
suatu
perusahaan,
baik
untuk
perusahaan
perseorangan, Firma, CV, ataupun Perseroan Terbatas. Modal sendiri juga
dapat didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak
terbatas dari para pemegang saham. Berdasarkan beberapa pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal yang berasal dari
pemilik perusahaan yang tidak memiliki batas waktu dan dapat digunakan
dalam kegiatan usaha. Modal sendiri dapat diperoleh dari pihak internal
maupun eksternal. Dari pihak internal bisa berasal dari retairned earning, dan
dari pihak eksternal bisa didapatkan dari saham preferen dan saham biasa.
Komponen modal sendiri yang ada didalam perusahaan perseroan terbatas
terbagi menjadi:
(a) Saham (Stock)
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
yang diterbitkan oleh emiten baik secara terbatas atau tertutup kepada
orang-orang tertentu saja ataupun bisa diterbitkan secara go public melalui
29
bursa efek yang kemudian ditawarkan kepada para investor publik. Saham
sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham mayoritas yang diterbitkan oleh emiten
kepada sebagian besar investor. Dividen akan dibagikan kepada
pemegang saham biasa ketika perusahaan mendapatkan laba dan
berkeinginan membagi kepada pemegang saham biasa.
2) Saham Preferen (Prefered Stock)
Saham preferen adalah jenis saham di mana pemegang saham
memiliki beberapa hak istimewa dibandingkan pemilik saham
biasa antara lain mendapatkan prioritas untuk mendapatkan dividen
terlebih dahulu daripada pemilik saham biasa. Selain itu pemilik
saham preferen juga memiliki hak untuk mendapatkan dana dari
hasil likudasi perusahaan terlebih dahulu dibandingkan pemilik
saham biasa.
3) Saham Preferen Kumulatif (Prefered Cumulative Stock) Saham ini
memiliki hak yang sama dengan saham preferen namun terdapat
perbedaan yang terletak pada hak kumulatif pemegang saham ini
dalam menuntut pembayaran dividen. Pada saat beberapa periode
pembayaran dividen perusahaan tidak mampu membayar dividen
kepada pemegang saham ini karena berbagai sebab, maka ketika
perusahaan pada suatu saat dapat membayar dividen, pemegang
30
saham ini bisa menuntut pembayaran dividen yang tidak
dibayarkan pada periode-periode sebelumnya.
(b) Laba Ditahan
Laba ditahan atau dikenal juga dengan retairned earning adalah sebagian
laba yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan dan kemudian
tidak dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen namun
digunakan kembali sebagai dana untuk kegiatan operasional perusahaan
selanjutnya atau bisa juga ditabung sebagai dana cadangan perusahaan.
b. Hutang
Hutang adalah sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari pinjaman yang
diperoleh dari pihak ketiga perusahaan atau pihak di luar yang berkepentingan
secara langsung dengan perusahaan. Hutang didapatkan melalui beberapa cara
mulai dari penerbitan obligasi, meminjam dana dari pihak bank, melaksanakan
leasing, dan lain-lain. Bentuk-bentuk hutang antara lain:
(a) Hutang Hipotik
Hutang hipotik adalah hutang jangka panjang kepada pihak asing dengan
jaminan aktiva tetap atau tidak bergerak. Hutang ini bisa diperoleh melalui
dana pinjaman dari bank dengan menggunakan sistem agunan.
(b) Obligasi
Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh
perusahaan kepada khalayak publik. Di dalam lembar obligasi terdapat
kupon yang menunjukkan persentase bunga yang harus dibayarkan oleh
31
pihak penerbit obligasi kepada pihak yang membeli dan memegang
obligasi.
Di dalam melakukan kebijakan hutang, perusahaan selalu meninjau setiap
fungsi dana hutang yang akan diperoleh apakah hutang tersebut dapat
memberikan kesejahteraan bagi perusahaan terutama pemegang saham karena
setiap hutang pasti terdapat bunga yang merupakan suatu tambahan kewajiban
bayar yang harus dilaksanakan oleh pihak yang memperoleh hutang. Di dalam
pemilihan jenis hutang yang akan dipakai, perusahaan wajib mempertimbangkan
akibat dan hasil yang bisa didapatkan ketika melakukan pembiayaan dengan
menggunakan hutang.
Menurut Kusumajaya (2011: 101), struktur modal adalah perimbangan
atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang
terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis
Debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2009: 158)
Total Hutang
………..…...……...…………..… (4)
Debt to equity ratio (DER) =
Total Ekuitas
Total hutang merupakan total liabilities yaitu baik hutang jangka pendek
maupun jangka panjang sedangkan total shareholder’s equity merupakan total
modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang
dimiliki perusahaan. Rasio ini menjelaskan komposisi struktur modal dari total
hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total
32
hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan
total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak luar (kreditur) (Angg, 1997).
Debt to equity ratio mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan
untuk dijadikan jaminan semua hutang Menurut Brigham et al. (2001) perusahaan
dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian yang kecil
ketika keadaan ekonomi mengalami kemerosotan, namun ketika kondisi ekonomi
membaik, kesempatan dalam memperoleh laba juga rendah.
2.6
Profitabilitas
Profitabilas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam
mengelola perusahaan (Petronila dan Mukhlasin, 2003). Ukuran profitabilitas
dapat berbagai macam seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian
investasi atau aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Ang (1997)
mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan
keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan. Kusumawati et al. (2005)
mengatakan,
profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari
keberhasilan operasi perusahaan. Horne dan Wachowicz (2005: 209-2010)
mengatakan bahwa, rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu, rasio yang
menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan (margin laba kotor
dan margin laba bersih), dan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi yaitu
return on asset (ROA) return on equity (ROE).
33
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
manajemen perusahaan (Brigham et al., 2001). Dengan demikian dapat dikatakan
profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi.
Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik
sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan
meningkat (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Investor menanamkan saham pada
sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan return, yang terdiri dari
yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka
semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai
perusahaan menjadi lebih baik.
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh return on equity
(ROE). ROE digunakan sebagai pengukuran rasio profitabilitas karena memiliki
keunggulan yaitu mudah dihitung dan dipahami. Ang (1997) menyatakan bahwa
return on asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap
total aset. Hal ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan asetaset perusahaan yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dalam rangka
menghasilkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi
(return) semakin besar.
ROE merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang
diperoleh pemilik atau pemegang saham atas investasi di perusahaan. ROE
membandingkan besarnya laba bersih terhadap ekuitas saham biasa. Semakin
34
tinggi ROE menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap
investasi yang dilakukan dan semakin rendah ROE suatu perusahaan maka tingkat
pengembaliannya akan semakin rendah pula. Seorang calon investor perlu melihat
ROE suatu perusahaan sebelum memutuskan melakukan investasi supaya dapat
mengetahui seberapa banyak yang akan dihasilkan dari investasi yang
dilakukannya (Sitepu, 2010).
Menurut Na‟im (1999) dalam mengukur profitabilitas digunakan return on
investment (ROI) dan return on equity (ROE). ROI merupakan tingkat
pengembalian atas investasi perusahaan pada aktiva. ROI sering disebut juga
return on asset (ROA). Nilai ROA sebuah perusahaan diperoleh dengan rumus:
Return on asset ( ROA)
Lb
…………………………………(5)
Jap
Ket : ROA= return on asset; Lb = Laba bersih; Jap = Jumlah aktiva perusahaan
ROA merupakan perbandingan laba bersih dengan jumlah aktiva
perusahaan. Sedangkan ROE merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan ekuitas yang akan di investasikan pemegang saham pada
perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam modal ekuitas
untuk menghasilkan laba.
Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian ekuitas pemilik
perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Sehingga
perhitungan ROE sebuah perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Return on equity ( ROE)
Lb
……………………………….(6)
Ms
Ket: ROE = Return on equity; Lb = Laba bersih; Ms = Modal sendiri
35
ROE sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang
sangat penting bagi para investor. ROE dibutuhkan investor untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan
dividen. Pemilihan ROE sebagai proksi dari profitabilitas adalah karena dalam
ROE ditunjukkan, semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan
dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba investor yang
ditanam pada perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005).
Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan berarti terjadi
adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Naiknya laba
bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena
naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan
harga saham yang berarti juga kenaikan dalam nilai perusahaan (Horne dan
Wachowicz, 2005).
2.7
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan Siallagan dan Machfoeds tahun 2006 penelitian
dengan judul “pengaruh kepemilikan perusahaan terhadap nilai perusahaan,
sebuah
tinjauan
non-linear”.
Dengan
variabel
independen
kepemilikan
institusioanal dan variabel dependen adalah nilai perusahaan. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi non-linear. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kepemilikan institusional pasif, kepemilikan publik dan ukuran perusahaan tidak
menunjukkan hubungan non linear terhadap nilai perusahaan.
36
Soliha dan Taswan (2002), meneliti analiais pengaruh insider ownership,
kebijakan hutang dan dividen terhadap nilai perusahaan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Nilai perusahaan menggunakan proksi PBV. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan (PBV). Kebijakan dividen yang berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dividen yang lebih rendah ternyata lebih
memberikan nilai perusahaan. Insider ownership yang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa semakin besar
kepemilikan oleh insider akan menaikkan nilai perusahaan. Kepemilikan insider
merupakan insentif bagi peningkatan kinerja perusahaan, para investor
memandang proporsi kepemilikan saham sebagai sinyal yang baik. Peningkatan
insider ownership ini mendapat dukungan dari peningkatan hutang dan penurunan
dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007) dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan,” penelitian ini menggunakan 38 sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2005. Penelitian ini menggunakan
Investment Opportunity Set (IOS) dan mekanisme corporate governance sebagai
variabel independen serta kualitas laba dan nilai perusahaan sebagai variabel
dependennya.
Penelitian ini juga menggunakan tiga variabel kontrol, yaitu ukuran KAP,
ukuran perusahaan, dan leverage. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) kualitas
laba yang diukur dengan discretionary accrual tidak berpengaruh terhadap nilai
37
perusahaan, (2) IOS berpengaruh negatif terhadap kualitas laba dan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, (3) keberadaan komite audit dan komposisi
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan, (4) kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas
laba
tetapi
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan, (5) variabel kontrol: ukuran KAP berpengaruh positif terhadap
kualitas laba tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Leverage dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba tetapi keduanya
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan sekarang
adalah sama-sama meneliti struktur kepemilikan pada nilai perusahan yaitu
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian
sekarang lebih memfokuskan pada nilai perusahaan, perbedaan periode serta
perbedaan variabel independen lainnya. Penelitian sekarang menggunakan
profitabilitas sebagai variabel independen selain struktur kepemilikan saham dan
struktur modal.
Sujono dan Soebiantoro (2007) melakukan penelitian tentang nilai
perusahaan dengan judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada
perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini
menggunakan periode waktu 2000-2004. Penelitian ini menggunakan struktur
kepemilikan saham, leverage, faktor intern dan faktor ekstern sebagai variabel
independen dan leverage serta nilai perusahaan sebagai variabel dependen.
38
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kepemilikan institusional
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage dan nilai perusahaan, (2)
kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
leverage dan nilai perusahaan, (3) suku bunga mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadap leverage dan nilai perusahaan, (4) keadaan pasar modal tidak
berpengaruh signifikan terhadap leverage namun berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, (5) pertumbuhan pasar berpengaruh positif
terhadap leverage dan nilai perusahaan, (6) profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap leverage namun berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (7)
pembayaran
dividen
berpengaruh
positif
terhadap
leverage
dan
nilai
perusahaan, (8) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage dan
nilai perusahaan, (9) pangsa pasar tidak berpengaruh terhadap leverage namun
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (10) leverage mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan sekarang
adalah sama-sama meneliti pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap nilai
perusahaan. Perbedaannya adalah penelitian sekarang lebih difokuskan pada nilai
perusahaan, penelitian sekarang juga lebih mengkhususkan pada penelitian di
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penelitian
sekarang menambahkan variabel independen lain yaitu profitabilitas dan struktur
modal , serta adanya perbedaan periode waktu penelitian.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis faktor yang
dapat memengaruhi nilai perusahaan yang hasil penelitiannya ada yang sejalan
39
dan ada juga yang bertentangan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2010) yang
berjudul “ Determinan Kebijakan Hutang“ yang menganalisis pengaruh variabel
free cash flow, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva
Perusahaan, Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada Hutang.
Penelitian menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan
sampelnya. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2010 dengan jumlah 135 sampel
perusahaan manufaktur menunjukkan kebijakan utang tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara hasil dari penelitian Sujono dan
Soebiantoro (2007) tentang nilai perusahaan dengan judul “Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di
Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini menggunakan periode waktu 2000-2004. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: struktur modal berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan.
Rachmawati dan Triatmoko (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”.
yang menyatakan dalam penelitiannya kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan tetapi berlawanan dengan penelitian Siallagan dan
Machfoedz (2006), yang berjudul “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas
Laba dan Nilai Perusahaan” memperoleh hasil kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian dari Carlson dan
40
bathala (1997), yang berjudul. Ownership differences and firms‘ income smoothing
behavior”, menyatakan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan
penelitian Sujono dan Soebiantoro (2007) melakukan penelitian tentang nilai
perusahaan dengan judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada
perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta periode waktu
2000-2004). Hasil penelitian ini menyatakan profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian oleh Sudarman (2011) yang meneliti tentang pengaruh struktur
modal, kebijakan dividen dan kinerja terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2007
sampai dengan 2009. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan Metode purposive sampling, dengan kriteria sampel (1). perusahaan
terdaftar pada LQ45; (2). secara konsisten masuk dalam kelompok LQ 45 selama
periode 2007 sampai dengan 2009 dan; (3). Tidak bergerak pada sektor
perbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan struktur modal (leverage)
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, ROA berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian oleh Safrida (2008) yang meneliti mengenai pengaruh struktur
modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan. Penentuan
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Jakarta periode 2003-2006 sedangkan penentuan sampel berdasarkan metode
purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal
41
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti
bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan
perusahaan daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada menurunnya nilai
perusahaan.
Permanasari (2010) melakukan penelitian terhadap pengaruh kepemilikan
manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate social responsibility
terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaanperusahaan non keuangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2007 dan 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadaap
nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional yang merupakan pemilik mayoritas cenderung berpihak pada
manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi sehingga mengabaikan
pemegang saham minoritas, hal ini direspon negatif oleh pasar.
42
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Laporan
keuangan
merupakan
sarana
bagi
perusahaan
untuk
menyampaikan informasi keuangan perusahaan mengenai pertanggungjawaban
pihak manajemen atas sumber daya ekonomi yang dikelola (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2004: 4). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004: 4) laporan
keuangan mempunyai tujuan penyampaian informasi untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak eksternal dan internal perusahaan yang kurang memiliki wewenang
untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung
perusahaan yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat menunjukkan
seberapa besar nilai perusahaan (firm value). Soliha dan Taswan (2002)
menyatakan bahwa semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang
saham juga tinggi. Fama (1978) menyatakan bahwa nilai perusahaan akan
tercermin dari harga saham pasarnya.
Banyak faktor yang dapat menentukan nilai perusahaan (firm value).
Beberapa peneliti meyakini struktur kepemilikan saham mampu memengaruhi
42
43
jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Struktur
kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manajemen
dalam kepemilikan saham perusahaan (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Penelitian
Wening (2009) menyatakan semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan
maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan
nilai perusahaan. Sujono dan Soebiantoro (2007) menyatakan kepemilikan
manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya, karena
mereka juga ikut memiliki perusahaan.
Nilai perusahaan dapat ditentukan oleh struktur modal (Mogdiliani dan
Miller 1963). Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting
bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai
efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Suatu perusahaan yang
mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang
sangat besar akan memberikan beban berat kepada perusahaan yang bersangkutan
(Riyanto, 2001: 296).
Salah satu komponen informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan
keuangan adalah profitabilitas. Laba yang dihasilkan berasal dari penjualan dan
keputusan investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu ukuran kinerja
perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah
laba
yang dihasilkan (Subramanyam,
1996).
Profitabilitas
yang tinggi
menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon
positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujono dan Soebiantoro, 2007).
44
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pengukuran
terhadap profitabilitas dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan
penjualan, total aktiva dan modal sendiri (Syamsuddin, 2007).
Kajian empiris
Kajian teori
1. Teori Sinyal (Signalling Theory)
(1) Carlson dan Bathala (1997)
2. Teori Keagenan (Agency theory)
(2) Siallagan dan Machfoedz (1996)
3. Nilai Perusahaan
(3) Soliha dan Taswan (2003)
4. Struktur Kepemilikan Saham
(4) Rachmawati
5. Struktur Modal
dan
Triatmoko
(2007)
6. Profitabilitas
(5) Sujono dan Soebiantoro (2007)
(6) Sofyaningsih dan Hardiningsih
(2010)
(7) Permanasari (2010)
Hipotesis
Analisis Statistik (Regresi Linier Berganda)
Tesis
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi
dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam
45
menghadapi masalah itu para pengelola perusahaan membutuhkan jasa akuntan,
khususnya jasa akuntan publik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka akuntan
publik dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan
dari
klien
(perusahaan)
yaitu
dengan
tetap
menjaga
akuntabilitasnya.
Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang
dibuatnya (Utami, 2004: 17). Hasil penelitian Josoprijonggo (2005) agar laporan
audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan
pekerjaannya secara professional.
Tujuan utama perusahaan adalah untuk dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya diperoleh faktor yang
menentukan nilai perusahaan adalah pengaruh struktur kepemilikan saham
(kepemilikan institusional dan kepemilikan managerial), struktur modal, dan
profitabilitas.
3.2 Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya,
kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antarvariabel dalam
penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori
dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep
tersebut dapat disajikan dalam Gambar 3.2 berikut:
46
Kepemilikan
Institusional
H1a
Institusional
Kepemilikan
Manajerial
H1b
Nilai Perusahaan
Manajerial
Struktur
Modal H2
Profitabilitas
H3
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
3.3.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Nilai Perusahaan
Beberapa
penelitian
tentang
struktur
kepemilikan
terhadap
nilai
perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti. Siallagan dan Machfoedz (2006)
menyebutkan bahwa pemisahan kepemilikan dapat menimbulkan konflik dalam
pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para
manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik. Konflik yang
terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan konflik keagenan.
Ismiyanti dan Mamduh (2003) menyebutkan bahwa semakin tinggi
kepemilikan institusional maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak
eksternal terhadap perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka
semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Dengan adanya pengawasan
pihak eksternal maka jalannya perusahaan dapat lebih diawasi sehingga dapat
mencapai tujuan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi
47
alat monitoring yang efektif (Slovin dan Sushka, 1993). Penelitian Chen dan
Steiner (1999) menyebutkan hubungan antara analysts coverage yang merupakan
external monitoring function dan Tobins‟Q sebagai proksi nilai perusahaan adalah
positif dan signifikan.
Fuerst dan Kang (2000) menemukan hubungan insider ownership dengan
nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Hasil penelitian yang
dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menyebutkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ini sejalan dengan penelitian
Iturriaga dan Sanz (1998) yang mengatakan bahwa hubungan struktur
kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan nonmonotonik. Hubungan non-monotonik timbul karena adanya insentif yang dimiliki
manajer dan mereka berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan
outsider ownership dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika
nilai perusahaan meningkat. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan salah satu
cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan
saham oleh manajemen.
Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat
memengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan
kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), sehingga
akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta
menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang
salah. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan
manajemen dalam perusahaan, maka manajemen akan cenderung lebih giat untuk
48
kepentingan pemegang saham yang notabene adalah dirinya sendiri. Peningkatan
kinerja dari manajemen tentunya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini mendukung teori agency cost yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial merupakan mekanisme yang efektif untuk mengatasi
konflik keagenan yang terjadi akibat kepentingan antara manajer dan pemilik.
Kepemilikan institusional akan dapat memonitor tim manajemen secara lebih
efektif dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, pemilik
institusional akan berusaha melakukan usaha-usaha positif guna meningkatkan
nilai perusahaan miliknya.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis 1a dan 1b dalam penelitian ini adalah:
H1a:
Kepemilikan institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
H1b:
Kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
3.3.2 Pengaruh Struktur Modal pada Nilai Perusahaan
Penelitian mengenai struktur modal terhadap nilai perusahaan telah banyak
dilakukan. Setiap penelitian mengindikasikan bahwa dalam pemaparan hubungan
antara struktur modal erat kaitannya dengan nilai perusahaan. Pemaparan struktur
modal kali ini diproyeksikan menggunakan rumus Debt to Equity Ratio di mana
semakin besar nilai DER ini, maka jumlah hutang yang mampu dijamin dengan
modal sendiri perusahaan semakin kecil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Safrida (2008) yang
menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini disebabkan semakin tinggi hutang yang dimiliki
49
perusahaan, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung perusahaan
sehingga menurunkan nilai perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian ini
bertentangan yang dilakukan oleh Sudarman (2011) dan Kusumajaya (2011),
menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan dengan hasil semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri,
maka semakin tinggi nilai perusahaan.
Ekayana (2007) dan Sujono dan Soebiantoro (2007) yang menemukan
bahwa kebijakan hutang yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan
ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset berpengaruh positif dan
signifikan terhadap price book value (PBV). Sedangkan Chen (2002) menemukan
bahwa struktur modal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, penelitian ini juga membuktikan bahwa nilai perusahaan akan
meningkat jika perusahaan memilih tidak ada hutang pada struktur modal pada
perusahaan Belanda.
Meningkatnya proporsi hutang terhadap modal sendiri akan meningkatkan
kemungkinan munculnya kebangkrutan dan meningkatnya biaya kebangkrutan
karena meningkatnya tanggungan hutang yang melebihi kapasitas modal sendiri,
namun dengan adanya hutang akan membuat manajerial perusahaan bekerja
seefisien mungkin sehingga ini akan memberikan sinyal positif bagi investor
(Husnan, 2006: 276). Oleh karena itu struktur modal yang meningkat akan turut
meningkatkan nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
H2:
Struktur modal berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
50
3.3.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pengukuran
terhadap
profitabilitas
perusahaan
dimana
masing-masing
pengukuran
dihubungkan dengan penjualan perusahaan, total aktiva dan modal sendiri
(Syamsuddin, 2007). Profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur
modal, dimana keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sebagian dapat
ditanamkan kembali ke dalam perusahaan untuk menambah modal sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin kecil profitabilitas
perusahaan, semakin kecil pula nilai perusahaan.
Profitabilitas dapat dihitung dengan return on equity (ROE). ROE
mencerminkan tingkat hasil penembalian investasi bagi pemegang saham.
Profitabilitas yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Dengan rasio
profitabilitas yang tinggi yang dimilki sebuah perusahaan akan menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan. Tingginya minat investor
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dengan ROE yang tinggi akan
meningkatkan harga saham (Bon et al, 1993 dan Kusumawati et al, 2005). Maka,
akan terjadi hubungan positif antara profitabilitas dengan harga saham dimana
tingginya harga saham akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Semakin tingginya profitabilitas perusahaan juga akan meningkatkan laba
per lembar saham (EPS atau earning per share) perusahaan. Adanya peningkatan
EPS akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya dengan
51
membeli saham perusahaan. Kinerja perusahaan dalam mengelola manajemen
dapat digambarkan dengan profitabilitas. Ang (1997) menyatakan bahwa rasio
profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Profitabilitas merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Dengan banyaknya investor yang membeli saham perusahaan maka
akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan
nilai perusahaan
Sujono dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa profitabilitas yang
tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor akan
merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat. Hal
tersebut dapat dipahami karena perusahaan yang berhasil membukukan laba yang
meningkat, mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik,
sehingga dapat menciptakan sentimen positif para investor dan dapat membuat
harga saham perusahaan meningkat. Meningkatnya harga saham di pasar, maka
akan meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian Soliha dan Taswan (2002) serta Sujono dan
Soebiantoro (2007) juga menemukan bukti profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis empat dalam penelitian ini adalah:
H3:
Profitabilitas berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasi nonperilaku analisis catatan
yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan terhadap aspek-aspek
nonperilaku yang dapat berupa catatan historis atau catatan sekarang perusahaan
publik dan swasta. Metode penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan
pola hubungan di antara dua variabel atau lebih yang jenis ini dukungan teori telah
dibutuhkan sebagai landasan dalam mengajukan hipotesis maupun untuk
menemukan kriteria pengukuran terhadap adanya hubungan antara variabelvariabel yang diteliti, di antaranya penelitian melalui pengujian terhadap hipotesis.
Penelitian ini membahas kajian pengaruh struktur kepemilikan saham,
struktur modal dan profitabilitas pada nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2012.
4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2012 yang dipublikasikan dalam situsnya yaitu www.idx.co.id dan
Indonesian capital market directory (ICMD).
Perusahaan manufaktur sebagai subjek penelitian karena perusahaan
manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak disektor riil yang memiliki jumlah
52
53
perusahaan yang paling banyak dibandingkan jenis usaha lain yang terdiri dari
beberapa industri. Meskipun terdiri dari berbagai macam industri, perusahaan
manufaktur memiliki karakteristik yang sama. Perusahaan manufaktur merupakan
jumlah emiten yang terbesar dibanding jumlah emiten lain yang listing di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2012 terdaftar sebanyak 131 perusahaan manufaktur.
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
telah diaudit tahun 2011-2012. Periode 2011-2012 dipilih karena merupakan
periode yang belum pernah disajikan sebagai bahan penelitian sejenis serta
memberikan gambaran terkini keuangan dari sebuah perusahaan.
4.3 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel perlu dilakukan untuk memberikan gambaran dan
acuan dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang
diajukan, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel
Kode
Indikator
Kepemilikan
Institusional
KI
Persentase Kepemilikan
oleh Institusional
Saham
Kepemilikan
Manajerial
KM
Persentase Kepemilikan
oleh Manajerial
Saham
Struktur Modal
Profitabilitas
Nilai Perusahaan
DER
Total Hutang : Total Ekuitas
ROE
Laba Bersih : Modal Sendiri
PBV
Harga Pasar per Saham : Nilai
Buku per Saham
54
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Variabel terikat atau dependen
Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009: 39). Variabel
terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan adalah nilai suatu perusahaan yang dilihat dari harga sahamnya
(Fama, 1978). Nilai perusahaan diproksikan dengan Price to Book Value
(PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga saham perusahaan dengan
nilai buku perusahaan. Nilai buku perusahaan merupakan hasil kali antara
harga pasar saham dengan jumlah saham beredar. Sedangkan harga pasar
saham merupakan harga penutupan akhir tahun setiap perusahaan yang
datanya diambil dari www.idx.co.id.
(2) Variabel bebas atau independen
Variabel bebas atau independen adalah variabel yang memengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat
(Sugiyono, 2009: 59). Variabel bebas atau independen dalam penelitian ini
adalah struktur kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, struktur modal dan profitabilitas. Kepemilikan
institusional
merupakan
proporsi
kepemilikan
saham
oleh
investor
institusional yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
investor institusional (Christiawan dan Tarigan, 2007). Kepemilikan
managerial merupakan proporsi kepemilikan saham oleh manajer atau dengan
kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham yang diukur
55
dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manager (Christiawan dan
Tarigan, 2007). Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan rasio total
utang terhadap total ekuitas perusahaan sampel pada periode pengamatan.
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen
dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang
dihasilkan diukur dengan rasio laba bersih terhadap modal sendiri perusahaan
(Rachmawati dan Triatmoko, 2007).
4.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Penelitian
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada
variabel dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikasikannya. Penelitian ini
definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut.
(1) Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya. Rachmawati dan
Triatmoko (2007) mengukur nilai perusahaan dengan PBV. Adapun rumus
PBV dalam satuan pengukuran persentase adalah sebagai berikut:
Harga pasar per lembar saham
PBV =
X 100 %…………..(7)
Nilai buku per lembar saham
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada
akhir tahun atau closing price.
56
(2) Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan
manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Struktur kepemilikan
saham dapat terdiri atas berikut ini.
(a)
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh
investor institusional yang diukur dengan persentase jumlah saham yang
dimiliki oleh investor institusional.
Kepemilikan saham oleh institusi
x 100 % ….. (8)
KI =
Total keseluruhan saham perusahaan
(b)
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen
perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki
oleh manajemen.
Kep. saham manajer + dewan komisaris
KM =
x 100 %.....(9)
Total keseluruhan saham perusahaan
(3) Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER) adalah
perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas
perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2011-2012. Satuan
pengukuran DER dalam persentase adalah
Total Hutang
DER =
x 100 % …………...……… (10)
Total Ekuitas
(4) Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen
dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang
dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari
57
penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas juga
merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan
(Petronila dan Mukhlasin, 2003). Profitabilitas dapat diukur menggunakan
ROE (return on equity) yang merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas
pemilik perusahaan. Menurut Copeland dan Weston (1997), Horne dan
Wachowicz (2005), Brigham dan Houston (2001), satuan pengukuran ROE
adalah dalam persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Laba bersih setelah pajak
x 100 % …………(11)
ROE =
Ekuitas
4.5 Jenis Data dan Sumber Data
4.4.1 Jenis Data Menurut Sifatnya
Data berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi data kuantitatif dan data
kualitatif (Sugiyono, 2010: 13). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
data kualitatif yang dijadikan berbentuk angka. Data kuantiatif yang digunakan
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan auditan dan
ringkasan kinerja
perusahaan sampel selama periode amatan.
4.4.2 Jenis Data Menurut Sumbernya
Menurut sumbernya, data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder eksternal, yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari sumbernya,
tetapi diperoleh dalam bentuk jadi yang dikumpulkan, diolah, dan dipublikasikan
58
oleh pihak lain di luar perusahaan yang bersangkutan. Data-data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah publikasi-publikasi perusahaan berupa laporan
keuangan auditan dan ringkasan kinerja perusahaan sampel selama periode
amatan.
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 115).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2012. Sampel adalah bagian dari
jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2010: 116). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metoda purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria
tertentu (Sugiono, 2010: 117). Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan
sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Menerbitkan laporan keuangan tahunan secara lengkap dari tahun 2011-2012
(2) Memiliki data mengenai kepemilikan institusional selama periode pengamatan
pada struktur kepemilikan saham perusahaan
(3) Memiliki data mengenai kepemilikan manajerial selama periode pengamatan
pada struktur kepemilikan saham perusahaan
(4) Tidak memiliki nilai variabel yang negatif dalam kurun waktu periode
penelitian.
59
Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak
dalam Tabel 4.2
Tabel 4.2 Proses Pengambilan Sampel
No
Karakteristik Sampel
Jumlah
Perusahaan
131
1
Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara
lengkap dari Tahun 2011-2012
2
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data kepemilikan
saham institusional dari Tahun 2011-2012
(1)
3
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data kepemilikan
saham manajerial dari Tahun 2011-2012
( 39 )
4
Memiliki nilai variabel yang negatif dalam kurun waktu periode
penelitian
(9)
Jumlah Sampel Akhir
82
Tahun Pengamatan
2
Jumlah Pengamatan
164
Sumber : BEI, data diolah
4.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi nonperilaku analisis catatan, yaitu teknik pengumpulan data
dengan pengamatan terhadap aspek-aspek nonperilaku yang dapat berupa catatan
historis atau catatan sekarang perusahaan publik atau swasta. Dalam penelitian ini
pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati, mencatat dan menganalisis
laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) dan mengakses website PT. Bursa Efek
Indonesia yaitu www.idx.co.id
60
4.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan regresi
linier berganda dengan bantuan program Statistical Package for Social Science
(SPSS) versi 17.0. Berdasarkan hipotesis dalam penelitian ini maka metode
analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif untuk memperhitungkan
atau memperkirakan secara kuantitatif dari beberapa faktor secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama terhadap variabel terikat. Hubungan fungsional antara satu
varibel terikat dengan variabel bebas dapat dilakukan dengan regresi linier
berganda.
4.7.1 Uji asumsi klasik
Sebelum menggunakan model regresi linear berganda dalam menguji
hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik agar model
regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil nantinya menghasilkan
penaksir bias linier terbaik sehingga hasil perhitungan dapat diinterpretasikan
dengan efisien dan akurat. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Uji normalitas
Uji normalitas, yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov. Data populasi dikatakan berdistribusi normal
jika koefisien Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Data yang tidak
61
terdistribusi secara normal dapat ditransformasi agar menjadi normal (Ghozali,
2006: 149). Langkah lain yang dapat dilakukan adalah mendeteksi adanya data
outlier. Outlier adalah kasus data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul
dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi. Salah satu penyebab timbulnya outlier adalah berasal dari populasi
yang kita ambil sebagai sampel, tetapi distribusi dari variabel dalam populasi
tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak berdistribusi secara normal (Ghozali,
2006: 149). Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi
menjadi normal yaitu dengan melakukan transformasi data misalnya mengubah
data menjadi bentuk logaritma (Log) atau logaritma natural (ln), menambah
jumlah data, menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak
normalnya data, menerima data apa adanya.
(2) Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dengan kata lain, tidak terjadi
multikolinearitas adalah yang memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF)
tidak lebih dari 10 dan tidak mempunyai angka tolerance kurang dari 10
persen (Ghozali, 2006: 96). Ghozali (2006: 96) menyebutkan beberapa cara
mengobati multikolinearitas antara lain:
(a) Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data).
62
(b) Keluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi
tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya
untuk membantu prediksi.
(c) Transformasi variabel merupakan salah satu cara mengurangi hubungan
linear di antara variabel independen. Transformasi dapat dilakukan dalam
bentuk logaritma natural dan bentuk first difference atau delta.
(d) Gunakan model dengan variabel independen yang mempunyai korelasi
tinggi hanya semata-mata untuk prediksi (jangan mencoba untuk
menginterpretasikan koefisien regresinya).
(e) Gunakan metode analisis yang lebih canggih seperti Bayesian regresion
atau dalam kasus khusus ridge regresion.
(f) Gunakan center data untuk analisis. Center data adalah data mentah
dikurangi nilai mean (Xi – Xmean).
(3) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang
lain.
Model
homoskedastisitas
regresi
atau
yang baik
tidak
terjadi
adalah
model
regresi
heteroskedastisitas.
yang
Pengujian
heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser yakni dengan cara meregresi
nilai absolut residual dari model yang diestimasi terhadap variabel
independen. Kriterianya bila output koefisien parameter untuk variabel bebas
tidak ada yang signifikan secara statistik maka disimpulkan bahwa model
63
regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Ghozali (2006: 126) menyebutkan
beberapa cara memperbaiki model jika terdapat heterokedastisitas yaitu:
(a) Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi
model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan
dalam model tersebut.
(b) Melakukan transformasi logaritma sehingga model persamaan regresinya
menjadi: Log Y = b0 + b1LogX1 + b2LogX2.
(4) Uji autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara variabel gangguan
satu dengan variabel gangguan lainnya (Ghozali, 2006: 100). Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin-Watson
Statistik, dengan ketentuan sebagai berikut:
d < di
: terjadi autokorelasi positif dalam model
di < d < du
: jatuh pada daerah keragu-raguan
du < d < 4-du
: tidak terjadi autokorelasi baik positif ataupun negatif
4-du < d < 4-di : jatuh pada daerah keragu-raguan
4-di < d
: terjadi autokorelasi negatif dalam model
Suyana (2005) menyebutkan jika dalam pelacakan adanya serial korelasi
dengan menggunakan uji d statistik tidak memberikan keputusan, maka
pengujian dilakukan dengan metode statistik non parametrik yaitu uji „runs‟.
64
4.7.2 Uji Hipotesis
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui atau
memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel bebas (x1, x2, x3, x4) terhadap
variabel terikat (y) baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Package
for Social Science (SPSS) 17.0 for Windows.
Model regresi linier berganda ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut:
PBV= bo + b1 KI + b2 KM + b3 DER + b4 ROE + e.............................................(12)
Keterangan :
PBV
= nilai perusahaan
b0
= konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
e
KI
KM
DER
ROE
= variabel pengganggu
= kepemilikan institusional
= kepemilikan manajerial
= stuktur modal
= profitabilitas
Secara statistik dapat diukur dari uji statistik t, uji statistik F, koefisien
determinasi (R2).
(1) Uji Statistik t
Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
individu terhadap variabel terikat. Apabila thitung lebih besar dari pada ttabel atau
PValue ≤ 0,05, maka hubungan antara variabel independen dan dependen adalah
signifikan. PValue yang paling rendah menunjukkan variabel yang paling
65
dominan
memengaruhi
nilai
perusahaan.
Adapun
langkah-langkah
pengujiannya sebagai berikut:
(a) Merumuskan hipotesis
Untuk hipotesis 1a, hipotesis 1b, hipotesis 2 dan hipotesis 3 adalah:
Ho : bi = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh positif terhadap
variabel terikat.
Hi : bi > 0, artinya variabel bebas berpengaruh positif terhadap variabel
terikat.
(b) Menentukan tingkat keyakinan 95% dan α = 5%.
(c) Menentukan besarnya tingkat signifikansi t yang diperoleh dari hasil
pengujian dengan program SPSS 17.0.
(d) Membandingkan tingkat signifikansi t dengan α = 0,05
Apabila tingkat signifikansi t ≤ α = 0,05 maka Ho ditolak.
Apabila tingkat signifikansi t ≥α = 0,05 maka Ho diterima.
(2) Uji Statistik F
Pengujian model fit (kelayakan model) dilakukan dengan uji F. Uji ini untuk
mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama
memengaruhi nilai perusahaan. Apabila Fhitung lebih besar dari pada Ftabel atau
PValue ≤ 0,05, maka hubungan variabel-variabel bebas memengaruhi nilai
perusahaan secara serempak. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai
berikut:
(a) Merumuskan hipotesis
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 berarti variabel bebas secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat
66
Hi : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 berarti ada variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat
(b) Menentukan tingkat keyakinan = 95% dan α = 5%
(c) Menentukan besarnya tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil
pengujian dengan program SPSS 17.0.
(d) Membandingkan tingkat signifikansi F dengan α = 0,05
Apabila tingkat signifikansi F ≤ α = 0,05 maka Ho ditolak
Apabila tingkat signifikansi F ≥ α = 0,05 maka Ho diterima.
(3) Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006: 87).
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan dari koefisien
determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka
R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
digunakan nilai Adjusted R2. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila
satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
67
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif
Penelitian ini mengunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan criteria sampel dan
prosedur penyampelan yang telah dilakukan diperoleh 82 perusahaan dengan 164
sampel dalam tahun pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan
perusahaan tahun 2011-2012, maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional (KI),
kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE)
dannilai perusahaan (PBV). Hasil tabulasi data untuk variable dependen dan
independen disajikan pada Lampiran 2.
Statistik deskriptif masing-masing variable disajikan pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KI
164
1,25
99,96 69,0718
KM
164
0,01
70,00
4,9030
9,81664
DER
164
0,09
98,60 24,1002
27,17497
ROE
164
0,01
54,55 11,6118
11,59819
PBV
164
0,01
24,68
3,0607
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Descriptive Statistics
67
19,78963
4,19162
68
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata kepemilikan institusional (KI) dari 164 sampel sebesar 69,0718
yang lebih besar dari nilai standar deviasi data sebesar 19,78963 yang artinya
data variabel kepemilikan institusional (KI) mengindikasikan hasil yang baik
(tidak terjadi penyimpangan data). Nilai rata-rata kepemilikan institusional
sebesar 69,0718 dengan nilai maksimum 99,96 persen dan nilai minimum 1,25
persen, hal inimenunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki
kepemilikan saham institusional sebesar 69,0718 persen dimana nilai
kepemilikan saham institusional sudah lebih besar dari saham yang beredar,
sehingga pengawasan dari pihak investor institusi lebih besar sehingga
menghalangi perilaku opportunitistic manajer. Kepemilikan saham institusi
yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan
perusahaan. Namun ada pula perusahaan sampel yang memiliki nilai
kepemilikan saham institusional sebesar 1,25 persen yang mengindikasikan
bahwa peluang terjadinya opportunitistic manajer cukup besar.
b. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial (KM) menunjukkan penyimpangan data
yang tinggi, dikarenakan nilai standard deviation lebih tinggi daripada mean.
Dimana rata-rata kepemilikan manajerial (KM) selama periode pengamatan
tahun 2011-2012 sebesar 4,9619 dengan standard deviation sebesar 9,86297.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standard deviation lebih besar daripada
rata-rata kepemilikan managerial (KM) yang menunjukkan bahwa data variabel
kepemilikan managerial (KM) mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal
69
tersebut dikarenakan standard deviation yang mencerminkan penyimpangan
dari data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rataratanya. Dari 164 sampel diperoleh nilai maksimum sebesar 70,00 dan nilai
minimum sebesar 0,01 hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel
memiliki kepemilikan saham manajerial sebesar 4,9030 persen dimana nilai
kepemilikan saham manajerial lebih kecil dari saham yang beredar, sehingga
semakin kecil kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen
kurang berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham
serta kurang efektif dalam memonitoring perusahaan. Namun ada pula
perusahaan sampel yang memiliki nilai kepemilikan saham manajerial sebesar
70,00 persen yang mengindikasikan bahwa semakin besar kepemilikan
manajerial dalam perusahaan maka pihak manajerial akan bekerja lebih pro aktif
dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan
meningkatkan kepercayaan memonitor perusahaan.
c. Nilai rata-rata struktur modal (DER) menunjukkan penyimpangan data yang
tinggi, dikarenakan nilai standard deviation lebih tinggi daripada mean. Dimana
rata-rata struktur modal (DER) selama periode pengamatan (2011-2012) sebesar
24,1002 dengan standard deviation sebesar 27,17497. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai standard deviation lebih besar daripada rata-rata
struktur modal (DER) mengindikasikan bahwa terjadi penyimpangan dari data
variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya.
Dari 164 sampel diperoleh nilai maksimum sebesar 98,60 dan nilai minimum
70
sebesar 0,09 ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki
struktur modal sebesar 24,1002 persen dimana nilai struktur modal lebih kecil
dari standar prosentase struktur modal untuk perusahaan yang sehat. Sehingga
sampel perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana
mempunyai modal dan hutang yang rendahakan memberikan beban kepada
perusahaan dalam operasionalnya, karena baik buruknya struktur modal akan
mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Namun
ada pula perusahaan sampel yang memiliki nilai struktur modal sebesar 98,60
persen yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang mempunyai struktur
modal yang baik, dimana mempunyai modal yang besar memiliki resiko yang
kecil, akan tetapi bila hutang yang sangat besar akan memberikan beban berat
kepada perusahaan. Pengunaan dana perusahaan harus diatur sehingga
pemanfaatannya dapat dilaksanakan secara opetimal dan dapat menghindari
resiko-risiko keuangan.
d. Nilai rata-rata profitabilitas (ROE) dari 164 sampel sebesar 11,6118 yang lebih
besar dari nilai standar deviasi data sebesar 11,59819 yang artinya data variabel
profitabilitas
(ROE)
mengindikasikan
hasil
yang
baik
(tidak
terjadi
penyimpangan data). Nilai rata-rata profitabilitas sebesar 11,6118 dengan nilai
maksimum 54,55 persen dan nilai minimum 0,01 persen, hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki profitabilitas sebesar 11,6118
persen dimana nilai profitabilias yang tinggimenunjukan prospek perusahaan
yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai
71
perusahaan akan meningkat (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Investor
menanamkan saham pada sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan
return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan
memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor,
sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik. Namun ada pula
perusahaan sampel yang memiliki nilai profitabilitas sebesar 0,01 persen yang
mengindikasikan bahwa peluang terjadinya penurunan nilai perusahaan karena
semakin rendah atau semakin kecil return yang didapatkan investor, sehingga
menjadikan nilai perusahaan menjadi kurang baik.
e. Nilai rata-rata nilai perusahaan (PBV) menunjukkan penyimpangan data yang
tinggi, dikarenakan nilai standard deviation lebih tinggi daripada mean. Dimana
rata-rata nilai perusahaan (PBV) selama periode pengamatan (2011-2012)
sebesar
3,0607 dengan standard deviation sebesar 4,19162. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai standard deviation lebih besar daripada rata-rata nilai
perusahaan (PBV) mengindikasikan bahwa terjadi penyimpangan dari data
variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya.
Dari 164 sampel diperoleh nilai maksimum sebesar 24,68 dan nilai minimum
sebesar 0,01hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki
rata-rata nilai perusahaan (PBV) sebesar 3,0607 persen dimana nilai perusahaan
yang rendah kurang diinginkan oleh para pemilik perusahaan, sebab dengan
nilai yang rendah menunjukkan ketidakmakmuran pemegang saham juga tinggi.
Semakin rendah harga saham, maka perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai
72
bagi pemegang saham. Fama (1978: 284) menyebutkan bahwa nilai perusahaan
akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Namun ada pula perusahaan sampel
yang
memiliki
nilai
perusahaan
(PBV)
sebesar
24,68
persen
yang
mengindikasikan bahwa perusahaan dengan nilai perusahaan (PBV) yang tinggi
mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar
saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan
nilai bagi pemegang saham.
5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda. Dari
hasil perhitungan sampel rata-rata rasio keuangan selama dua tahun, maka dalam
penelitian ini perlu dilakuakan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang
meliputi:
uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut:
5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, salah
satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histrogram
yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal.
73
Berdasarkan Gambar 5.1 Uji Normalitas yang terbentuk sebagai berikut:
Gambar 5.1 Uji Normalitas
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Normal P-P Plot
Jika dilihat berdasarkan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal, serta penyebaran agak jauh dari garis diagonal. Hal ini
menunjukkan bahwa grafik tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam uji normalitas residual
dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati secara visual kelihatan
normal, oleh karena itu untuk melengkapi uji grafik dilakukan juga uji statistik
lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji
74
statistiknon parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S) dapat dilihat pada Tabel 5.2,
sebagai berikut:
Tabel 5.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parameters(a,b)
Most
Extreme
Differences
Standardize
d Residual
164
0,0000000
0,98765385
0,209
0,209
-0,162
2,679
0,000
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov Smirnov
Untuk menentukan data dengan uji statistik non – parametrik KolmogrovSmirnov, nilai signifikasi harus diatas 0,05 atau 5% (Imam Ghozali, 2009).
Pengujian terhadap normalitas residual dengan menggunakan uji KolmogrovSmirnov, mempunyai nilai kolmogrov-smirnov sebesar 2,679 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti H0 ditolak yang berarti data residual
terdistribusi tidak normal. Hasil konsisten dengan uji sebelumnya. Uji normalitas
secara residual pada industri manufaktur terdistribusi tidak normal, hal ini
dikarenakan industri manufaktur yang listed di BEI tahun 2011-2012 mempunyai
fluktuasi data yang tidak stabil artinya banyak data residual yang tidak terpenuhi.
Oleh karena dilakukan teknik menormalkan distribusi data dalam bentuk
transformasi bentuk natural (LN).
Secara rinci hasil perhitungan uji normalitas residual dengan uji normal
probability plot dan uji Komolgrov-Smirnov berdasarkan data transform-LN dari
75
lima variabel kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM),
Struktur Modal (DER), Profitabilitas (ROE), Nilai Perusahaan (PBV) ditunjukkan
pada gambar dan table sebagai berikut:
Gambar 5.2 Uji Normalitas Data Transformasi
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Normal P-Plot
Dari grafik normal probility plots titik-titik menyebar berhimpit disekitar
diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. Uji
komolgrov-smirnov dapat dilakukan untuk menguji apakah residual terdistribusi
secara normal. Hasil uji Komolgrov-Smirnov dapat dilihat pada Table 5.3 sebagai
berikut:
76
Tabel 5.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parameters(a,b)
Most
Extreme
Differences
Standardized
Residual
164
0,0000000
0,98765385
0,071
0,031
-0,071
0,905
0,386
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov Smirnov
Hasil sampel pada Tabel 5.2 tersebut menunjukkan bahwa nilai
kolmogrovsmirnov sebesar 0,905 dan tingkat signifikan pada 0,386 (karena p =
0,386 lebih besar dari 0,05). Jadi tidak dapat menolak H0 yang mengatakan bahwa
residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual berdistribusi
normal.
5.2.2 Uji Multikolinearitas
Untuk menditeksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel
independen yang digunakan, dapat diketahui melalui variance inflation faktor
(VIF). Hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besarnya VIF dari empat
variabel independen yang digunakan kepemilikan istitusional (KI), kepemilikan
managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) dapat dilihat pada
Tabel 5.4 sebagai berikut;
77
Model
Tabel 5.4 Variance inflation faktor (VIF)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Tolerance
Std. Error
Beta
VIF
1
(Constant)
-2,937
0,846
0,805
0,201
lnDER
-0,039
lnROE
lnKM
lnKI
-3,471
0,001
0,324
4,001
0,000
0,856
1,168
0,055
-0,057
-0,724
0,470
0,906
1,103
0,069
0,055
0,100
1,271
0,206
0,901
1,099
0,045
0,044
0,086
1,021
0,309
0,783
1,277
a. Dependent variable : lnPBV
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Variance inflation faktor
Hasil dari uji VIF pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa keempat variabel
independen tidak terjadi multikolonieritas karena nilai VIF < 10 dan TOL > 0,1.
Hal ini dapat dilihat besarnya nilai tolerance untuk variabel kepemilikan
institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER),
profitabilitas (ROE).Nilai tolerance semua variabel diatas 0,1. Sedangkan nilai
variance inflation factor
(VIF) dari variabel kepemilikan institusional (KI),
kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) nilai
variance inflation faktor (VIF) semua variabel dibawah 10. Dengan demikian
keempat variabel independen (kepemilikan institusional (KI), kepemilikan
managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) dapat digunakan
untuk memprediksi nilai perusahaan PBV selama periode pengamatan.
5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser dan
grafik scatterplot, titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak , tersebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil uji heteroskedastisitas
78
dapat dilihat melalui grafik Scatterplot, yang ditunjukkan pada Gambar 5.3
dibawah ini.
Gambar 5.3 Scaterplot
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Scaterplot
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, tidak
berkumpul disatu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam
artian bahwa varian semua variabel ini menunjukkan variabel independen dapat
digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan
manufaktur selama periode 2011-2012.
Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05
79
Tabel 5.5 Uji Glejser
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beda
1
(Constant)
0,145
0,525
lnKI
0,236
0,125
0,157
lnDER
-0,046
0,034
-0,109
lnROE
-0,054
0,034
-0,129
lnKM
-0,001
0,027
-0,004
a. Dependent variable : absRES
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Uji Glejser
Model
t
Sig
0,276
1,893
-1,351
-1,600
-0,045
0,783
0,060
0,179
0,112
0,964
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi keempat
variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
5.2.4 Uji Autokorelasi
Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan uji DurbinWatson (DW-test). Hasil regresi dengan level of signifikan 0,05dengan sejumlah
variabel independen 4 dan banyak data (n = 164). Adapun hasil dari uji
autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut;
Model
1
Tabel 5.6 Uji Durbin Watson
R Square
Adjusted R Std. Error
Square
of the
Estimate
0,329a
0,108
0,086
1,25562
R
DurbinWatson
2,160
a. Predictors : (Constant), lnKM, lnROE, lnDER, lnKI
b. Dependent Variable : lnPBV
Sumber ;Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov
Smirnov
80
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson sebesar 2,160 ; sedangkan dalam
tabelDurbin-Watson (DW) untuk “k” = 4 dan N = 164 besar Durbin-Watson tabel: dl (batas luar) = 1,6950 dan du (batas dalam) = 1,7948 ; 4 – du = 2,2052
dan 4 – dl = 2,305. Oleh karena nilai Durbin-Watson (DW) 2,160 lebih besar dari
batas (du) 1,7948 dan Durbin-Watson (DW) kurang dari 2,2052, maka dapat
disimpulkan bahwa Durbin-Watson (DW)-test tidak dapat menolak H0 yang
menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat
disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
5.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis pengaruh rasio keuangan kepemilikan institusional (KI),
kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabiltas (ROE)
terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda. Pengujian
koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y) baik secara bersama-sama (dengan
uji F) maupun secara individual (dengan uji t) serta dengan uji koefisien
determinasi.
Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan meliputu; uji parsial
(t-test), uji pengaruh simulta (F-test), uji koefisien determinasi (R²). Model regresi
linier berganda dalam penelitian ini adalah ditunjukkan sebagai berikut :
PBV = bo + b1KI + b2KM + b3DER + b4ROE + e.............................................(13)
81
5.3.1 Uji t (Uji pengaruh secara parsial)
Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara parsial
empat variabel independen tersebut kepemilikan institusional (KI), kepemilikan
managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) terhadap nilai
perusahaan (PBV) seperti ditunjukkan pada Tabel 5.7 sebagai berikut:
Tabel5.7 Uji t (Uji Pengaruh Secara Parsial)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-2,937
0,846
lnKI
0,805
0,201
0,324
lnDER
-0,039
0,055
-0,057
lnROE
0,069
0,055
0,100
lnKM
0,045
0,044
0,086
a. Dependent Variable : lnPBV
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Uji t
Model
t
-3,471
4,001
-0,724
1,271
1,021
Sig
0,001
0,000
0,470
0,206
0,309
Dari hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS seperti
terlihat pada Tabel 5.7, persamaan regeresi linier yang terbentuk adalah:
PBV = -2,937 + 0,805KI + 0,045 KM - 0,039DER + 0,069 ROE…………...(14)
Dari persamaan regresi linier berganda diatas maka dapat dianalisis sebagai
berikut:
a. Konstanta sebesar -2,937 menyatakan bahwa jika variabel independen
dianggap konstan, maka nilai perusahaan (PBV) sebesar -2,937
b. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 4,001
dan nilai signifikan sebesar 0,000, maka hipotesis H1a diterima ini berarti
terdapat pengaruh antara variabel kepemilikan institusional (KI) terhadap
perubahan variabel nilai perusahaan (PBV). Perubahan variabel kepemilikan
82
institusional (KI) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,805. Koefisien
bertanda positif, berarti bahwa setiap peningkatan rasio kepemilikan
institusional (KI) sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan
(PBV) sebesar 0,805% (dengan catatan variabel independen lainnya konstan).
c. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,021
dan nilai signifikan sebesar 0,309, maka hipotesis H1b tidak dapat diterima ini
berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel kepemilikan manejerial (KM)
terhadap perubahan variabel nilai perusahaan (PBV).
d. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -0,724
dan nilai signifikan sebesar 0,470, maka hipotesis H2tidak dapat diterima ini
berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel struktur modal (DER) terhadap
perubahan variabel nilai perusahaan (PBV). Perubahan variabel struktur modal
(DER) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar (-0,039). Menunjukan bahwa
nilai koefisien regresi sebesar (-0,039) dengan arah negatif dapat diartikan
bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan,
atau dengan kata lain ketika struktur modal menunjukan kenaikan maka nilai
perusahaan akan mengalami penurunan.
e. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,271
dan nilai signifikan sebesar 0,206, maka hipotesis H3 tidak dapat diterima ini
berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel profitabilitas (ROE) terhadap
perubahan variabel nilai perusahaan (PBV).
83
5.3.2 Uji F (Uji pengaruh secara simultan)
Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara bersamasama empat variabel independen tersebut kepemilikan istitusional (KI),
kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE)
terhadap nilai perusahaan (PBV) seperti ditunjukkan pada Tabel 5.8 sebagai
berikut:
Tabel 5.8 Uji Simultan
Model
Sum of
Df
Mean
F
Sig
Squares
Square
1 Regression
30,384
4
7,596
4,818
0,001a
Residual
250,677
159
1,577
Total
281,060
163
a. Predictors : (Constant), lnKM, lnROE, lnDER, lnKI
b. Dependent Variable : lnPBV
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov Smirnov
Dari hasil pengujian uji-F pada tabel 5.8 diatas adalah variabel
independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen apabila nilai
F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel, atau nilai signifikansinya kurang dari 0,05.
Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa nilai F-hitung adalah sebesar 4,818 atau
lebih besar dari nilai F-tabel (3,05) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 atau
lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara simultan,
kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal
(DER), profitabilitas (ROE) berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai
perusahaan (PBV)
84
5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari
model regresi. Berdasarkan hasil output SPSS besarnya nilai adjusted R² dapat
dilihat pada Tabel 5.9 sebagai berikut:
Tabel 5.9 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model
R
0,329a
1
R Square
0,108
Adjusted
R Square
0,086
Std. Error Of
the Estimate
1,2562
DurbinWatson
2,160
a. Predictors: (Constant), lnKM, lnROE, lnKI
b. Dependent Variable : lnPBV
Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Uji Koefisien Determinasi
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 5.9 Model
Summary diatas dari hasil uji analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil
tersebut, diperoleh angka Adjusted R Square yaitu 0,086 atau sama dengan 8,6%
yang artinya pengaruh variabel independen yaitu kepemilikan institusional (KI),
kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE)
terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan (PBV) hanya sebesar 0,086
atau sama dengan 8,6%. Sedangkan sisa nilainya sebesar 0,914 atau sama dengan
91,4% dijelaskan oleh variabel lainyang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.
Besarnya Standar Error of theEstimate (SEE) sebesar 1,2562 atau 125,62%
(untuk variabel dependen). Jika angka tersebut dibandingkan dengan angka
Standar Deviasi (STD) sebesar 4,19162 atau 419,162%, maka angka (SEE) ini
lebih kecil yang berarti angka (SEE) ini baik untuk dijadikan angka prediktor
dalam menentukan variabel dependen. Angka yang baik untuk dijadikan sebagai
prediktor variabel dependen harus lebih kecil dari angka standar deviasi
(SEE < STD)
85
BAB VI
PEMBAHASAN PENELITIAN
6.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Nilai Perusahaan
Struktur kepemilikan saham dalam penelitian ini diukur dengan persentase
jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi dan manajemen. Hasil
perhitungan rata-rata nilai kepemilikan institusional adalah sebesar 69,0718. Nilai
maximum kepemilikan institusional sebesar 99,96. Semakin tinggi kepemilikan
institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Adanya
kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
mengoptimalkan nilai perusahaan.
Nilai minimum kepemilikan institusional sebesar 1,25. Semakin rendah
kepemilikan institusional maka semakin rendah kontrol eksternal terhadap
perusahaan. Rendahnya kepemilikan institusional akan menurunkan pengawasan
terhadap manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu mengoptimalkan
nilai perusahaan. Karena tujuan manajer mungkin bertentangan dengan
memaksimalisasi kekayaan pemegang saham. Khususnya manajer mungkin lebih
tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri dari pada kekayaan
pemegang sahamnya (Ismiyanti dan Mamduh, 2004). Sedangkan standard
deviation kepemilikan institusional pada penelitian ini adalah sebesar 19,7863
hasil tersebut menunjukan bahwa nilai standar devisiasinya lebih rendah daripada
85
86
rata-rata kepemilikan
institusional yang menunjukkan bahwa data variabel
kepemilikan institusional mengidentifikasikan hasil yang baik.
Kepemilikan institusional merupakan proprosi pemegang saham yang
dimiliki oleh pemilik institusional. Perusahaan dengan kepemilikan institusional
yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan (Faizal, 2004). Hasil perhitungan uji secara parsial
diperoleh nilai t hitung sebesar 4,001 dan nilai signifikan sebesar 0,000 maka
hipotesis diterima. Ini berarti terdapat pengaruh antara variabel kepemilikan
institusional terhadap perubahan variabel nilai perusahaan. Perubahan variabel
kepemilikan institusional mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,805.
Koefisien bertanda positif, berarti bahwa setiap peningkatan rasio kepemilikan
institusional sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan
sebesar 0,805%.
Melalui
kepemilikan
manajerial,
pemilik
atau
pemegang
saham
mengharapkan agar manajer bekerja dengan hati-hati dalam mengelola
perusahaan untuk mencapai nilai perusahaan yang tinggi. Bagi pemilik atau
pemegang saham dengan kepemilikan manajerial maka manajer dapat dikontrol
agar mereka tidak mengambil kebijkan dengan risiko yang tinggi yang dapat
mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Dari hasil pengolahan data
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang diteliti memiliki rata-rata sebesar
4,9030 dengan nilai minimum 0,01 dan nilai maksimum 70,00. Sedangkan
standard deviation kepemilikan manajerial pada penelitian ini adalah sebesar
87
9,81664 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standar devisiasinya lebih besar
daripada rata-rata kepemilikan manajerial yang menunjukkan bahwa data variabel
kepemilikan manajerial mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal tersebut
dikarenakan standard deviation yang mencerminkan penyimpangan dari data
variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya.
Rata-rata nilai kepemilikan manajerial tersebut menunjukkan besarnya %
saham yang dimiliki oleh para manajer perusahaan. Rendahnya kepemilikan
manejerial dalam perusahaan, sehingga pihak manajerial kurang proaktif bekerja
dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan menurunkan
kepercayaan, kemudian nilai perusahaan menurun. Hasil perhitungan uji secara
parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,021 dan nilai signifikan sebesar 0,309
maka hipotesis tidak dapat diterima. Ini berarti tidak terdapat pengaruh antara
variabel kepemilikan manajerial terhadap perubahan variabel nilai perusahaan.
6.2 Pengaruh Struktur Modal pada Nilai Perusahaan
Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio
(DER) adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total
ekuitas perusahaan. Debt to equity ratio mengukur kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk dijadikan jaminan semua hutang oleh Brigham et al. (2001)
perusahaan dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian yang
kecil ketika keadaan ekonomi mengalami kemerosotan, namun ketika kondisi
ekonomi membaik, kesempatan dalam memperoleh laba juga rendah. Dari hasil
pengolahan data menyatakan bahwa struktur modal yang diteliti memiliki rata-rata
88
sebesar 24,1002 dengan nilai minimum 0,09 dan nilai maksimum 98,60.
Sedangkan standard deviation struktur modal pada penelitian ini adalah sebesar
27,17497 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standar devisiasinya lebih besar
daripada rata-rata struktur modal yang menunjukkan bahwa data variabel struktur
modal mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan standard
deviation yang mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut cukup
tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya.
Hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -0,724
dan nilai signifikan sebesar 0,470 maka hipotesis H2 tidak dapat diterima ini
berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel struktur modal pada perubahan
variabel nilai perusahaan. Perubahan variabel struktur modal mempunyai nilai
koefisien regresi sebesar (-0,039). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai
koefisien regresi berdasarkan analisis regresi linier adalah (-0,039) dengan arah
negatif sehingga dapat diartikan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan, atau dengan kata lain ketika struktur modal
menunjukan kenaikan maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan.
Secara teori, struktur modal dapat dipahami sebagai penafsir dari resiko
yang melekat pada perusahaan. Artinya, stuktur modal yang besar menunjukan
resiko investasi yang semakin besar pula. Berdasarkan pembahasan yang
dijelaskan diatas hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan
Rosalina (2010) yang menyatakan bahwa struktur modal keuangan perusahaan
akan mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat resiko dan harga saham dan
juga mendukung penelitian yang dilakukan Nurchanifia (2012) bahwa struktur
89
modal yang besar menandakan tingginya resiko kegagalan perusahaan untuk
mengembalikan hutang-hutangnya sehingga investor memandangnya sebagai
resiko yang akhirnya menyebabkan turunnya harga saham. Kemampuan
penjelasan varian variabel struktur modal adalah sebesar 0,01% menunjukan
tingkat penjelasan model yang relative kecil, dalam artian masih ada faktor-faktor
lain diluar model yang mampu menjelaskan perubahan variabel perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Safrida (2008) hal ini bahwa
perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan
perusahaan daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada menurunnya nilai
perusahaan.
6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunkan Return on
equity (ROE) sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang
sangat penting bagi para investor. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang
dicapai perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan, sehingga untuk
meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus meningkatkan kinerjanya.
Profitabilitas yang rendah menunjukan prospek perusahaan yang kurang baik
sehingga investor tidak merespon hal tersebut dan nilai perusahaan akan menurun.
Investor menanamkan saham pada sebuah perusahaan dengan tujuan untuk
mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi
kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan
investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik.
90
Profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang
baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham.
Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang
meningkat. Akan tetapi selain itu profitabilitas juga bisa menurunkan nilai
perusahaan, hal ini dapat terjadi karena di dalam meningkatkan profitabilitas,
perusahaan akan meningkatkan kegiatan operasionalnya sehingga biaya yang
ditimbulkan dari kegiatan ini juga akan meningkat.
Peningkatan biaya ini akan mengakibatkan perusahaan harus menutup
biaya tersebut lebih banyak, Selain itu profitabilitas lebih bersifat likuid bagi
perusahaan namun tidak solvabel sehingga profitabilitas tidak akan menjamin
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini pada akhirnya juga
akan berperngaruh negatif pada nilai perusahaan. Hasil perhitungan uji secara
parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,271 dan nilai signifikan sebesar 0,206
maka hipotesis tidak dapat diterima. Ini berarti tidak terdapat pengaruh antara
variabel profitabilitas pada perubahan variabel nilai perusahaan.
91
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, dan hasil
pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Hal ini berarti menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional
maka semakin kuat
kontrol eksternal terhadap perusahaan. Adanya
kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
mengoptimalkan nilai perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang
tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic
manajer. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ismiyanti dan
Mamduh (2003) serta Slovin dan Sushka (1993) yang menunjukkan bahwa
kepemilikan saham institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
b. Kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif pada nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siallangan dan Machfoedz
(2006) yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh
negatif pada nilai perusahaan. Rendahnya kepemilikan manejerial dalam
perusahaan, sehingga pihak manajerial kurang proaktif bekerja dalam
91
92
mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan menurunkan
kepercayaan, kemudian nilai perusahaan menurun.
c. Struktur modal berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Safrida (2008) yang menunjukkan bahwa
struktur modal berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa bila perusahaan lebih banyak menggunakan hutang
sebagai sumber pendanaan daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada
menurunnya nilai perusahaan.
d. Profitabilitas berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian Soliha dan Taswan (2002) serta Sujono
dan Soebiantoro (2007) yang menemukan bukti profitabilitas berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Profit yang tinggi akan memberikan indikasi
prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan
menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Akan tetapi profitabilitas bisa
menurunkan nilai perusahaan, hal ini terjadi karena di dalam meningkatkan
profitabilitas, perusahaan akan meningkatkan kegiatan operasionalnya sehingga
biaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini juga akan meningkat. Peningkatan
biaya ini akan mengakibatkan perusahaan harus menutup biaya tersebut lebih
banyak, selain itu profitabilitas lebih bersifat likuid bagi perusahaan namun
tidak solvabel sehingga profitabilitas tidak akan menjamin kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang.
93
7.2 Saran
Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi
bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat
disampaikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Nilai koefisien Determinasi (adjusted R²) sebesar 0,086 atau 8,6% hal ini
berarti 8,6% variasi nilai perusahaan (PBV) yang bisa dijelaskan oleh variasi
dari kempat variabel independen yaitu kepemilikan institusional (KI),
kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE).
Sedangkan sisanya sebesar 91,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu
diidentifikasikan untuk menjelaskan nilai perusahaan. Variabel lain yang secara
teoritis mungkin dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu kebijakan
deviden, likuiditas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Oleh
karena itu, penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan variabel lain
tersebut dan variabel tersebut dapat diuji dengan teknik analisis yang berbeda.
b. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian
dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan maupun
sektor pertambangan untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian.
c. Penelitian ini hanya menggunakan nilai perusahaan untuk menilai kinerja
perusahaan. Untuk selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian
ini dengan menilai rasio keuangan lainya yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja perusahaan seperti ROA, ROI, EPS, kebijakan deviden, dan yang
lainnya.
94
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, L.S. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. (The Intelegent Guide to
Indonesia Capital Market). Mediasoft Indonesia. Jakarta.
Barnae, Amir dan Rubin, Amir. 2005. Corporate Social Responsibility as a
Conflict between Shareholders. Diambil dari situs
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&
cad=rja&ved=0CDsQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.austincc.edu%2F
njacobs%2F1370_Ethics%2FCSR_Conflict.pdf&ei=7trlUsdMiauIBHOgOAL&usg=AFQjCNHau49sfhkK4AKk5ELtzMiEu3w0jQ&sig2=oYU
sKK87zyiUj0XnOhpQUg. (diskses tanggal 29 Juni 2013).
Belkaoui, Ahmed R. 2007. Accounting Theory. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat.
Bernard, S Black. 2003. Does Corporate Governance Affects Firm Value?
Evidence From Korea. Diambil dari situs
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&c
ad=rja&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.aicg.org%2Fdata%
2Fhasung3.pdf&ei=TcblUqWmBIiViQfO9oHYDw&usg=AFQjCNEe7ZQb
zqxbqqKo5I8LsEUSfGH-cA&sig2=vfc
cwRw_3o0EAUarOdAKQ&bvm=bv.59930103,d.aGc.
(diskses tanggal 29 Juni 2013).
Bon, Kim Jeong, Krinsky, Itzhak, dan Lee, Jason. 1993. Motives for Going Public
and Underpricing: New Findings from Korea. Journal of Business Financial
and Accounting. January. p. 195-211.
Brigham, Eugene F., dan Houston, F. Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi
Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Carlson, S. J. dan Bathala, C.T. 1997. Ownership Differences and Firm‟s Income
Smoothings Behaviour. Journal of Business Finance & Accounting, 24 (2),
179-196.
Chen, R. Carl, dan Steiner, T.L. 1999. Managerial Ownership and Agency
Conflict : A Nonlinear Simultaneous Equation Analysis of Managerial
Ownership , Risk Taking, Debt Policy and Dividend Policy, Financial
Review, Vol. 34, pp. 119-137
Christiawan, Yulius Jogi, dan Tarigan, Josua. 2007. Kepemilikan Manajerial:
Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol 9. No.1 Mei 2007
95
Copeland, E. Thomas, dan Weston, Fred. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Diyah, Pujiati, dan Widanar, Erman. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel
Intervening.” Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12. No.1,
h. 71-86
Ekayana. 2007. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Tahun 2001-2005), ASET Vol.9 No. 2 Agustus
Faizal. 2004. “Analisis Agency cost. Struktur Kepemilikan dan mekanisme corporate
governance” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII. Ikatan Akuntansi
Indonesia.
Fama, E.F. 1978. “The Effect of a Firm‟s Investment and Financing Decision on
the Welfare of its Security Holders. “American Economic Review 68: June
272-284.
Fuerst, Oren dan Kang-Sok, Hyon. 2000, Corporate Governance Expected
Operating Performance, and Pricing, Working Papers; Yale School of
Management, pp. 1-138
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa:Sumarno Zain.
Jakarta: Erlangga
Hartono. 2005. “Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Manajemen : pp 35-48.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51053550.pdf (8 Maret 2012).
Horne, James C.V., dan Wachowicz, John M. 2005. Fundamental of Financial
Management. Buku satu edisi ke dua belas.Jakarta : Salemba Empat.
Husnan, Suad, dan Pudjiastuti, Enny. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat.
96
Ismiyanti, Fitri dan Mamduh, M. Hanafi. 2004. “Struktur Kepemilikan, Risiko,
dan Kebijakan Keuangan: Analisis Persamaan Simultan”. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, Vol 19, No 2, 176-196.
Iturriaga, F. J.L. dan Sanz, J. A. R. 1998. Ownership Structure, Corporate Value
and Firm Investment: a Spanish Firms Simulataneous Equations Analysis.
Working Paper Universidad de Valladolid, Approach, Bell Journal of
Economics, Vol. 8 No. 1, p. 319- 328.
Jama‟an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas
Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan
(Studi Kasus Perusahaan publik yang Listing di BEJ). Semarang:
Universitas Diponegoro
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial
Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from: audit
Delay, Vol.10, No.3, h.109-121.
Josoprijonggo, Maya D. 2005. Pengaruh Batasan Waktu Audit Terhadap
KualitasAudit dan Kepuasan Kerja Auditor. Disertasi. Salatiga : Fakultas
Ekonomi Satya Wacana.
Karnadi, Steve H. 1993. Manajemen Pembelanjaan, Yayasan Promotio Humana,
Jakarta.
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Penerbit : PT. Rajagrafindo
Persada
Kusumastuti, Sari, Supatmi, dan Perdana, Sastra. 2005. Pengaruh Board Diversity
terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal
dan Keuangan. Vol 9. No.2 Nopember.2007. hal 88-98.
Kusumajaya, D.K.O. 2011. Pengaruh struktur modal dan pertumbuhan
perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur di bursa efek Indonesia. Universitas Udayana, Denpasar: Tesis
yang tidak dipublikasikan.
Keown, Arthur J. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 2
(Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.
Lee, C. Rosentein, SN, Rangan, dan Davidson III, W.N. 1992. “Board
Composition and Shareholder Wealth: The Case of Management Buyout”.
Financial Management, 21:58-72
97
Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan
Hutang dalam Mengentrol Konflik Keagenan, Jurnal ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol 20, No. 1, Januari, Hlm 57-69
Modigliani, F dan Miller, M. 1963. Corporate Income Taxses and The Cost of
Capital: A Correction, American Economic Review, 53, June, pg. 433-443
Morck, R., A. Shleifer, dan Vishny, R.W. 1988. Management Ownership and
Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics,
Vol.20, hal.293-315.
Mulyadi. 2007. Activity Based Cost System. Ed. 6. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Mulyono, Sri. 1998. Statistika Untuk Ekonomi. Jakarta Fakultas: Ekonomi
Universitas Indonesia.
Na‟im, Ainun. 1999. Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia. Jurnal
Ekonomi & Bisnis Indonesia. Vol. 14, No. 2 : 85 – 100.
Nurchanifia, Siti. 2012. “Analisis Pengaruh Finacial Leverage Terhadap Nilai
Perusahaan pada Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di bursa
Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan bisnis. Sekolah Ilmu Ekonomi
Perbanas. Surabaya.
Permanasari, Wein I. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusional dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro 22, 21-28
Petronila T.A dan Mukhlasin. 2003. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan dengan Opini Audit Sebagai
Moderating Variabel, Jurnal Ekonomi dan Bisnis PP. 17-26 pp. 1-32.
Rachmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar.
Ross, S. 1977. The Determination of Financial Structure: the Icentive Signalling
Approach, Bell Jounal Of Economics, 8, 23-40
Riswari, Dyah Ardana. 2012. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderating. Tesis
tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
98
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjan Perusahaan, Yogyakarta:
BPFE
Rosalina Cristy. 2010. “Pengaruh Struktur Modal Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan pada PT. Telkom Indonesia Tbk”. Tesis tidak dipublikasikan
Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Safrida, Eli. 2008. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta. Tesis Publikasi. Universitas Sumatra Utara. Medan
Santika, R dan Kusuma, Putra. 2002. pengaruh profitabilitas sebagai indikator
kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap perusahaan. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No.1, hal. 60-71
Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.
Salemba Empat: Jakarta.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE UGM,
Yogyakarta.
Satmoko, Agung dan Sudarman. 2011. Impact of Personal Taxes on Corporate
Dividend Policy and Capital Structure Decisions, Finance Management.
Financial Management Association. 19 (2), pp. 21-31
Shiller, R. J. dan Pound, J. 1989. Survey evidence on the di_usion of interest and
information among investors. Journal of Economic Behavior and
Organization 12 (1), 47-66.
Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, M. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang.
Sitepu, Citra Noveli. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga saham
pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI,
Jurnal Akuntansi, Universtias Sumatera Utara fakultas Ekonomi Medan.
Slamet, Achmad. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Jurusan Ekonomi UNNES
Slovin, Myron B. dan Sushka, Merie E. 1993. Ownership Concentration,
Corporate Control Activity, and Firm Value: Evidence from The Death of
Inside Block holder, Journal of Finance; Vol. XLVII, No. 4
Smith, Michael P. 1996. “Shareholder activision by institusional investor,
evidence fro, calpers”, Journal of Finance, Vol. XLI, No. 1.
99
Sofyaningsih, Sri dan Hardiningsih, Pancawati. 2010. Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan . Universitas
Stikubank.
Soliha, Evis dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Faktor yang Memengaruhinya. Dalam Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, STIE Stikubank Semarang. (online), (www.google.com).
Subramanyam, K.R. 1996. "The Pricing of Discretionary Accruals". Journal of
Accounting and Economics, pp. 249-281. Retrieved: March 2nd, 2007, from
ProQuest database.
Sudana, I Putu. 2008. Organizational Culture and Strategic Cost Reduction.
Dalam Jurnal Akuntansi Bisnis (AUDI), h: 216-224.
Sudarman, Subchan. 2011. Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Deviden dan
Kinerja Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal ekonomi-Manajemen-Akuntansi.
Vol 18, No. 30
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-13. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-14. Bandung : Alfabeta.
Sujono dan Soebiantoro, Ugy. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa
Efek Jakarta). Dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 9(1): h:43-47.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi
III). Yogyakarta: BPFE.
Suyana Utama, Made. 2005. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi
Dalam Perencanaan Pengawasan Dan Pengambilan Keputusan). Edisi
Baru, cetakan kesembilan PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mardiyati, Umi, Ahmad, Gatot Nazir, dan Putri, Ria. 2012. Pengaruh Kebijakan
Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEi) Periode 20052010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) vol. 3, No. 1, 2012
Utami, Intiyas. 2004. Studi Praktik Rekayasa Akuntansi Yang Terungkap Melalui
Media Massa. Dian Ekonomi. UKSW. Salatiga.
100
Wahyudi, Untung dan Pawestri, H.P. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel
Intervening. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX
Padang.
Wening, Kartikawati. 2009. “Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. http://hana.wordpres/2009/05/17/pengaruhkepemilikan-institusionalterhadap-kinerja-keuangan-perusahaan/,
diakses
tanggal 30 Juni 2013
Wirawan, Nata. 2001. Cara Mudah Memahami Statistika 1 (Statistik Deskriptif),
untuk Ekonomi dan Bisnis. Ed. II. Denpasar: Keraras Emas.
Wolk, Harry, Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2000. Accounting Theory:
A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College
Publishing
www.bapepam.go.id
www.idx.co.id
http://bataviase.co.id/node/520049 diunduh tanggal 03 Juni 2013.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perkembangan_pasar_modal/BAB%2
01.%20PASAR%20MODAL%20INDONESIA.pdf http://papers.ssrn.com
diunduh pada tanggal 1 Juni 2013.
http://www.ibpa.co.id/News/ArsipBerita/tabid/126/EntryId/701/Danareksa
Mandiri-Kuasai-Pasar-Underwriting.aspx, diunduh pada tanggal 12 Juli
2013.
http://www.idx.co.id/Home/Information/ForCompany/HowToBeaListedCompany
/tabid/177/language/id-ID/Default.aspx, diunduh pada tanggal 3 Juni 2013.
http://www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/CompanyProfile/tabid/89/language/
id-ID/Default.aspx, diunduh pada tanggal 4 Juni 2013.
101
Lampiran 1
Sampel Penelitian Perusahaan Manufaktur Tahun 2011-2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
31
32
33
34
35
36
Emiten
AMFG (Asahimas Flat Glass Tbk)
ARNA (Arwana Citra Mulia Tbk)
KIAS (Keramika Indonesia Assosiasi Tbk)
MLIA (Mulia Industrindo Tbk)
ALKA (Alaska Industrindo Tbk)
ALMI (Alumindo Light Metal Industry Tbk)
BTON (Beton Jaya Manunggal Tbk)
CTBN (Citra Turbindo Tbk)
GDST (Gunawan Dianjaya Steel Tbk)
INAI (Indal Aluminium Industry Tbk)
JPRS (Jaya Pari Steel Tbk)
KRAS (Krakatau Steel Tbk)
LION (Lion Metal Works Tbk)
LMSH (Lionmesh Prima Tbk)
PICO (Pelangi Indah Canindo Tbk)
TBMS (Tembaga Mulia Semanan Tbk)
BUDI (Budi Acid Jaya Tbk)
DPNS (Duta Pertiwi Nusantara)
ETWA (Eterindo Wahanatama Tbk)
INCI (Intan Wijaya International Tbk)
SRSN (Indo Acitama Tbk)
UNIC (Unggul Indah Cahaya Tbk)
AKPI (Argha Karya Prima Industry Tbk)
APLI (Asiaplast Industries Tbk)
BRNA (Berlina Tbk)
IGAR (Champion Pasific Indonesia Tbk)
SIAP (Sekawan Intipratama Tbk)
TRST (Trias Sentosa Tbk)
YPAS (Yana Prima Hasta Persada Tbk)
SIPD (Siearad Produce Tbk)
TIRT (Tirta Mahakam Resources Tbk)
ALDO (Alkindo Naratama Tbk)
FASW (Fajar Surya Wisesa Tbk)
KBRI (Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk)
SPMA (Suparma Tbk)
102
No
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Emiten
TKIM (Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk)
ASII (Astra International Tbk)
AUTO (Astra Auto Part Tbk)
BRAM (Indo Kordsa Tbk)
GJTL (Gajah Tunggal Tbk)
INDS (Indospring Tbk)
MASA (Multistrada Arah Sarana Tbk)
NIPS (Nipress Tbk)
PRAS (Prima alloy steel Universal Tbk)
SMSM (Selamat Sempurna Tbk)
ADMG (Polychem Indonesia Tbk)
ESTI (Ever Shine Textile Industry Tbk)
HDTX (Pan Asia Indosyntec Tbk)
PBRX (Pan Brothers Tbk)
UNIT (Nusantara Inti Corpora Tbk)
IKBI (Sumi Indo Kabel Tbk)
JECC (Jembo Cable Company Tbk)
KBLM (Kabelindo Murni Tbk)
SCCO (Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk)
VOKS (Voksel Electric Tbk)
PTSN (Sat Nusa Persada Tbk)
ADES (Akasha Wira International Tbk)
AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk)
CEKA (Cahaya Kalbar Tbk)
DLTA (Delta Djakarta Tbk)
ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk)
INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk)
PSDN (Prashida Aneka Niaga Tbk)
ROTI (Nippon Indosari Corporindo Tbk)
SKLT (Sekar Laut Tbk)
STTP (Siantar Top Tbk)
ULTJ (Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk)
GGRM (Gudang Garam Tbk)
HMSP (Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk)
KAEF (Kimia Farma Tbk)
KLBF (Kalbe Farma Tbk)
MERK (Merck Tbk)
PYFA (Pyridam Farma Tbk)
SQBB (Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk)
TSPC (Tempo Scan Pasific Tbk)
103
No
77
78
79
80
81
Emiten
MBTO (Martina Berto Tbk)
MRAT (Mustika Ratu Tbk)
TCID (Mandom Indonesia Tbk)
KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk)
KICI (Kedaung Indag Can Tbk)
LMPI (Langgeng Makmur Industry Tbk)
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2011-2012
0
Lampiran 2
Tingkat Sampel Perusahaan Manufaktur Berdasarkan
Kepemilikan Saham,
DER, ROE dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012
No
Emiten
Kep.
Institusional
2011
2012
Kep. Manajerial
2011
2012
DER
2011
ROE
2012
2011
PBV
2012
2011
2012
3
AMFG (Asahimas Flat Glass
Tbk)
ARNA (Arwana Citra Mulia
Tbk)
KIAS (Keramika Indonesia
Assosiasi Tbk)
4
MLIA (Mulia Industrindo Tbk)
67.25
67.25
0.06
0.06
4.30
6.01
29.00
26.00
0.72
0.28
5
ALKA (Alaska Industrindo Tbk)
ALMI (Alumindo Light Metal
Industry Tbk)
BTON (Beton Jaya Manunggal
Tbk)
CTBN (Citra Turbindo Tbk)
83.96
83.68
0.04
0.07
93.29
69.73
20.53
9.34
1.15
1.02
81.04
81.04
1.60
1.60
2.17
2.20
9.30
2.40
0.42
0.48
81.54
81.54
9.58
9.58
22.73
28.85
20.74
11.65 0.84
1
2
6
7
8
95.17
84.70
0.05
0.05
25.40
26.80
15.70
11.10
1.34
1.47
69.27
64.10
0.06
0.06
72.00
55.00
20.00
26.00
1.39
4.98
93.51
98.24
0.03
0.03
0.92
0.09
1.00
4.00
0.59
1.48
0.66
1
80.92
86.35
0.03
0.03
0.70
0.88
35.00
24.00
23.60
24.68
97.96
97.96
0.01
0.01
31.14
46.79
13.37
5.87
1.12
1.42
65.86
65.86
0.02
0.02
4.13
3.74
24.85
17.92
0.80
0.55
10
GDST (Gunawan Dianjaya
Steel Tbk)
INAI (Indal Aluminium
Industry Tbk)
11
JPRS (Jaya Pari Steel Tbk)
68.40
68.40
15.54
15.54
29.61
14.70
11.16
2.79
1.08
0.71
12
KRAS (Krakatau Steel Tbk)
80.00
80.00
0.02
0.02
1.07
1.32
0.83
6.31
11.51
9.21
13
LION (Lion Metal Works Tbk)
57.70
57.70
0.23
0.23
0.21
0.17
17.39
22.96
0.90
1.45
14
LMSH (Lionmesh Prima Tbk)
PICO (Pelangi Indah Canindo
Tbk)
TBMS (Tembaga Mulia
Semanan Tbk)
32.22
32.22
25.61
25.12
16.11
2.40
0.19
0.42
1.26
1.25
94.01
93.13
0.08
0.08
1.99
1.99
6.56
5.62
2.78
0.88
86.23
85.33
0.05
0.05
8.10
9.04
0.13
0.15
3.21
3.73
51.04
51.04
1.56
1.56
14.62
1.69
7.30
4.27
1.12
1.18
68.09
66.48
6.89
5.74
33.96
19.77
3.22
14.51
1.99
1.06
55.63
55.63
0.08
0.27
0.44
0.81
8.61
8.79
1.11
0.69
20
BUDI (Budi Acid Jaya Tbk)
DPNS (Duta Pertiwi
Nusantara)
ETWA (Eterindo Wahanatama
Tbk)
INCI (Intan Wijaya
International Tbk)
3.04
1.25
8.38
8.38
12.00
14.00
0.01
4.00
0.04
0.03
21
22
SRSN (Indo Acitama Tbk)
UNIC (Unggul Indah Cahaya
96.05
82.26
0.05
0.05
43.19
49.37
9.51
1.17
0.01
5.48
9
15
16
17
18
19
2
96.98
99.96
0.04
0.04
96.34
77.67
4.19
23
Tbk)
AKPI (Argha Karya Prima
Industry Tbk)
76.37
65.13
0.53
0.53
1.06
1.03
7.43
3.69
1.33
8.51
24
APLI (Asiaplast Industries Tbk)
80.86
79.99
0.03
0.05
0.35
0.30
2.02
2.14
0.02
0.04
25
BRNA (Berlina Tbk)
IGAR (Champion Pasific
Indonesia Tbk)
SIAP (Sekawan Intipratama
Tbk)
72.09
51.42
10.53
15.90
1.53
1.55
0.16
0.16
0.78
1.78
85.24
84.82
0.08
0.08
0.29
0.43
16.00
16.79
3.06
2.42
72.83
72.83
17.50
17.50
43.00
55.00
3.18
0.03
0.54
0.30
60.36
60.36
1.91
1.91
60.30
61.70
11.20
4.50
0.94
0.68
29
TRST (Trias Sentosa Tbk)
YPAS (Yana Prima Hasta
Persada Tbk)
89.47
89.47
0.35
0.35
12.20
5.09
0.11
0.10
9.56
9.85
30
MAIN (Malindo Feedmill Tbk)
59.10
59.30
0.18
0.18
21.35
16.32
48.20
44.17
1.33
1.44
31
SIPD (Siearad Produce Tbk)
TIRT (Tirta Mahakam
Resources Tbk)
41.23
41.44
0.10
0.18
10.80
15.80
1.85
1.18
0.37
0.40
79.10
79.10
0.14
0.14
4.02
5.45
40.25
54.55
0.47
0.67
ALDO (Alkindo Naratama Tbk)
FASW (Fajar Surya Wisesa
Tbk)
KBRI (Kertas Basuki Rachmat
Indonesia Tbk)
SPMA (Suparma Tbk)
58.41
58.41
14.32
14.32
50.00
49.00
7.00
10.00
0.68
0.75
75.70
75.70
5.80
5.80
1.40
1.20
0.24
0.17
4.40
3.50
56.11
50.38
10.20
8.06
10.32
4.12
2.88
5.14
0.61
0.62
26
27
28
32
33
34
35
36
3
78.30
78.30
7.00
7.00
1.07
5.10
0.41
0.44
4.98
5.36
37
TKIM (Pabrik Kertas Tjiwi
Kimia Tbk)
60.00
60.00
0.02
0.02
24.49
24.64
9.50
4.50
0.51
0.36
38
ASII (Astra International Tbk)
50.11
50.11
0.04
0.04
10.00
10.00
28.00
25.00
3.95
3.43
39
AUTO (Astra Auto Part Tbk)
95.65
95.65
0.02
0.02
0.50
0.60
23.00
21.00
2.78
2.72
40
BRAM (Indo Kordsa Tbk)
89.74
89.74
3.85
3.85
39.25
39.94
0.02
0.13
6.27
7.96
41
GJTL (Gajah Tunggal Tbk)
59.81
59.81
0.09
0.09
72.32
55.97
0.30
0.54
1.77
2.21
42
INDS (Indospring Tbk)
MASA (Multistrada Arah
Sarana Tbk)
88.10
88.10
0.41
0.41
80.30
46.50
19.00
11.08
1.74
1.16
47.70
47.70
3.46
3.46
56.00
68.00
3.00
0.10
1.45
1.11
NIPS (Nipress Tbk)
PRAS (Prima alloy steel
Universal Tbk)
SMSM (Selamat Sempurna
Tbk)
ADMG (Polychem Indonesia
Tbk)
ESTI (Ever Shine Textile
Industry Tbk)
HDTX (Pan Asia Indosyntec
Tbk)
37.11
37.11
24.42
24.42
16.95
14.45
10.74
10.03
4.70
3.51
45.24
45.24
5.91
5.91
2.00
1.00
11.20
3.00
5.28
9.65
58.13
58.13
6.01
6.01
70.00
76.00
32.00
36.00
2.39
4.43
78.00
78.00
8.00
5.00
1.00
2.00
11.20
3.00
0.91
1.37
59.10
59.10
6.98
6.98
10.12
12.01
1.40
4.80
4.86
8.82
88.63
88.63
3.66
3.66
0.79
1.14
3.06
0.49
0.33
0.34
43
44
45
46
47
48
49
4
50
PBRX (Pan Brothers Tbk)
UNIT (Nusantara Inti Corpora
Tbk)
53.00
53.00
0.42
0.42
12.13
14.02
3.32
3.35
1.95
1.75
54.79
54.79
1.08
1.08
0.58
0.27
0.15
0.93
0.09
0.11
IKBI (Sumi Indo Kabel Tbk)
JECC (Jembo Cable Company
Tbk)
93.06
93.06
0.11
0.11
0.23
0.30
0.04
0.08
3.01
2.97
90.15
90.15
0.18
0.18
30.06
28.23
23.30
22.30
6.69
17.61
68.48
21.58
21.58
16.31
17.30
7.80
6.00
9.58
0.47
55
KBLM (Kabelindo Murni Tbk)
68.48
SCCO (Supreme Cable
Manufacturing and Commerce
Tbk)
67.26
67.26
0.19
0.19
18.18
12.83
21.28
26.09
1.25
1.28
56
VOKS (Voksel Electric Tbk)
48.65
48.65
0.21
0.21
21.67
18.16
22.30
24.40
1.37
1.76
57
22.07
70.00
70.00
62.00
72.00
0.98
1.83
0.86
1.26
91.94
0.80
0.80
1.51
0.86
21.00
40.00
4.70
5.41
59
PTSN (Sat Nusa Persada Tbk)
22.07
ADES (Akasha Wira
International Tbk)
91.94
AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk)
48.48
48.48
5.00
5.00
0.49
0.90
8.18
12.47
1.15
1.77
60
CEKA (Cahaya Kalbar Tbk)
87.02
87.02
4.99
4.99
10.30
12.20
24.00
13.00
0.18
0.14
61
DLTA (Delta Djakarta Tbk)
ICBP (Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk)
INDF (Indofood Sukses
Makmur Tbk)
58.33
58.33
3.34
3.34
22.22
25.08
20.84
27.92
3.12
6.83
80.53
80.53
0.04
0.04
0.62
0.58
14.50
12.80
4.84
3.54
50.07
50.07
0.02
0.02
0.70
0.74
9.70
8.50
1.28
1.50
51
52
53
54
58
62
63
5
65
PSDN (Prashida Aneka Niaga
Tbk)
ROTI (Nippon Indosari
Corporindo Tbk)
66
SKLT (Sekar Laut Tbk)
64.88
64.88
0.12
0.12
74.30
92.90
4.90
6.20
0.79
0.96
67
STTP (Siantar Top Tbk)
ULTJ (Ultrajaya Milk Industry
and Trading Company Tbk)
56.76
56.76
3.10
3.10
90.74
98.60
8.71
12.87
3.74
4.43
61.34
61.34
3.25
3.25
61.28
44.39
10.11
25.61
2.31
2.29
75.55
75.55
0.80
0.85
44.19
59.21
19.76
20.19
18.05
23.51
70
GGRM (Gudang Garam Tbk)
HMSP (Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk)
98.18
98.15
0.07
0.07
0.88
0.97
0.01
0.18
0.47
0.61
71
KAEF (Kimia Farma Tbk)
90.03
90.03
0.20
0.20
43.25
44.50
13.71
14.38
0.38
0.87
72
KLBF (Kalbe Farma Tbk)
56.63
56.63
0.01
0.01
2.15
2.77
22.75
23.52
0.98
6.74
73
MERK (Merck Tbk)
86.65
86.65
0.01
0.01
0.18
0.37
46.78
25.87
6.01
8.17
74
53.85
53.85
23.08
23.08
43.25
54.89
6.28
6.05
1.14
1.07
75
PYFA (Pyridam Farma Tbk)
SQBB (Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk)
91.00
91.00
0.02
0.02
20.00
22.00
40.00
42.00
4.32
7.49
76
TSPC (Tempo Scan Pasific Tbk)
77.29
77.29
0.09
0.09
39.54
38.17
18.58
18.73
3.42
5.43
77
MBTO (Martina Berto Tbk)
66.82
66.82
8.94
8.94
35.24
40.25
10.65
10.48
0.99
0.94
64
68
69
72.09
72.09
20.57
20.57
94.00
67.00
12.00
6.00
2.16
0.72
71.50
71.50
4.20
4.20
0.40
0.80
0.21
0.22
6.16
10.48
6
78
MRAT (Mustika Ratu Tbk)
8.96
8.96
23.20
23.20
17.90
18.00
7.80
8.00
0.57
0.54
79
TCID (Mandom Indonesia Tbk)
KDSI (Kedawung Setia
Industrial Tbk)
72.10
72.10
5.10
5.10
10.82
15.02
13.72
13.71
1.52
2.02
49.10
75.70
0.03
0.03
90.47
80.55
8.46
11.66
0.36
0.63
KICI (Kedaung Indag Can Tbk)
LMPI (Langgeng Makmur
Industry Tbk)
82.55
82.55
0.24
0.24
0.36
0.43
0.55
3.39
3.86
7.98
83.27
83.27
0.03
0.03
36.00
43.00
1.00
2.00
0.66
1.09
80
81
82
0
Lampiran 3
Descriptive Statistics
N
KI
KM
DER
ROE
PBV
Valid N (listwise)
164
164
164
164
164
164
Minimum
1.25
.01
.09
.01
.01
Maximum
99.96
70.00
98.60
54.55
24.68
Mean
69.0718
4.9030
24.1002
11.6118
3.0607
Std. Deviation
19.78963
9.81664
27.17497
11.59819
4.19162
1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Standardized
Residual
164
.0000000
.98765385
.209
.209
-.162
2.679
.000
2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Standardized
Residual
164
.0000000
.98765385
.071
.031
-.071
.905
.386
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
lnKI
lnDER
lnROE
lnKM
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2.937
.846
.805
.201
-.039
.055
.069
.055
.045
.044
a. Dependent Variable: lnPBV
Standardized
Coefficients
Beta
.324
-.057
.100
.086
t
-3.471
4.001
-.724
1.271
1.021
Sig.
.001
.000
.470
.206
.309
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.856
.906
.910
.783
1.168
1.103
1.099
1.277
3
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
lnKI
lnDER
lnROE
lnKM
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.145
.525
.236
.125
-.046
.034
-.054
.034
-.001
.027
a. Dependent Variable: absRES
Standardized
Coefficients
Beta
.157
-.109
-.129
-.004
t
.276
1.893
-1.351
-1.600
-.045
Sig.
.783
.060
.179
.112
.964
4
Model Summaryb
Model
1
R
.329 a
R Square
.108
Adjusted
R Square
.086
Std. Error of
the Estimate
1.25562
DurbinWatson
2.160
a. Predictors: (Constant), lnKM, lnROE, lnDER, lnKI
b. Dependent Variable: lnPBV
UJI T SUDAH DI TRANSFORMASI
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
lnKI
lnDER
lnROE
lnKM
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2.937
.846
.805
.201
-.039
.055
.069
.055
.045
.044
Standardized
Coefficients
Beta
.324
-.057
.100
.086
t
-3.471
4.001
-.724
1.271
1.021
Sig.
.001
.000
.470
.206
.309
a. Dependent Variable: lnPBV
UJI F SUDAH DI TRANSFORMASI
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
30.384
250.677
281.060
df
4
159
163
Mean Square
7.596
1.577
F
4.818
a. Predictors: (Constant), lnKM, lnROE, lnDER, lnKI
b. Dependent Variable: lnPBV
R SQUARE SETELAH DITRANSFORMASI
Model Summaryb
Model
1
R
.329 a
R Square
.108
Adjusted
R Square
.086
Std. Error of
the Estimate
1.25562
a. Predictors: (Constant), lnKM, lnROE, lnDER, lnKI
b. Dependent Variable: lnPBV
DurbinWatson
2.160
Sig.
.001 a
5
UJI T BELUM DI TRANSFORMASI
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
KI
KM
DER
ROE
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-.004
1.473
.039
.019
.006
.039
-.013
.012
.058
.028
Standardized
Coefficients
Beta
.182
.015
-.085
.162
t
-.003
2.088
.164
-1.089
2.056
Sig.
.998
.038
.870
.278
.041
a. Dependent Variable: PBV
UJI F SEBELUM DI TRANSFORMASI
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
204.429
2659.432
2863.861
df
4
159
163
Mean Square
51.107
16.726
F
3.056
a. Predictors: (Constant), ROE, DER, KI, KM
b. Dependent Variable: PBV
R SQUARE SEBELUM DITRANSFORMASI
Model Summaryb
Model
1
R
.267 a
R Square
.071
Adjusted
R Square
.048
a. Predictors: (Constant), ROE, DER, KI, KM
b. Dependent Variable: PBV
Std. Error of
the Estimate
4.08974
DurbinWatson
2.295
Sig.
.019 a
Download