PENINGKATANAKTIVITASDOXORUBICINOLEHEKSTRAK

advertisement
JURNAL SAINTIFIKA.
VOLUME II NO.2.
DESEMBER
2010
PENINGKATANAKTIVITASDOXORUBICIN
OLEHEKSTRAK
ETANOLIKKULIT JERUK NIPIS (Citrusaurand/olia)MELALUI
PENGHAMBATANSIKLUSSELDANINDUKSIAPOPTOSIS
PADASELKANKERPAYUDARAMCF-7
Fina Aryani G *,DwiAna Nawangsari, Nanda Puspita, Sri Kasihaningsih
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Kokemoterapi doxorubicin dengan bahan alam perlu dikembangkan untuk menghindari
resistensi kanker payudara terhadap doxorubicin dan meminimalisasi eJeksamping. Kulitjeruk
nipis (Citrus aurantifolia) yang mengandung jlavonoid hesperidin dan naringin berpotensi
sebagai agen kokemoterapi doxorubicin. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa Ekstrak
Etanolik Kulit Jeruk Nipis (EKJN) mampu meningkatkan sensitivitas sel kanker payudara
MCF-7 terhadap doxorubicin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme EKJN
dan kombinasinya dengan doxorubicin dalam menghambat siklus sel dan menginduksi
apoptosis. Penghambatan siklus sel dan induksi apotosis dilihat dengan menggunakan metode
jlowcytometry.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EKJN 15 /lg/mL menyebabkan terjadinya apoptosis
sebesar 18,14% dan akumulasi sel terbesar pada Jase G2/M, sedangkan EKJN 6 /lg/mL
menyebabkan terjadinya apoptosis sebesar 9,04%dan akumulasi sel terbesar padaJase Gl.
Setelah perlakuan EKJN dikombinasi dengan doxorubicin 175 nM, terjadi peningkatan
apoptosis. Kombinasi doxorubicin 175 nM dan EKJN 15 /lg/mL menyebabkan terjadinya
apoptosis sebesar 18,40% dan a!cumulasisel terbesar pada Jase Gl, sedangkan kombinasi
doxorubicin 175 nM dan EKJN 6 /lg/mL menyebabkan terjadinya apoptosis sebesar 25,28%
dan akumulasi sel terbesar padaJase G2/M Peningkatan apoptosis pada perlakuan kombinasi
didukung denggan hasil uji double staning. Pada perlakuan kombinasi tampak lebih banyak
sel yang berjluoresensiorange dan mengalamifragmentasi DNA. Dari hasil penelitian, kami
menyimpulkan bahwa EKJN dan kombinasinya dengan doxorubicin mampu menghambat siklus
sel kanker payudara MCF-7 dan meningkatkan apoptosis sel. Oleh karena itu, EKJN berpotensi
untuk dikembangkan sebagai agen kokemoterapi.
Kata Kunci : Jeruk nipis, MCF-7, doxorubicin, siklus sel, apoptosis
PENDAHULUAN
Menurut data WHO (I), kanker payudara
menempati urutan ke lima di dunia sebagai
penyebab kematian akibat kanker. Pengobatan
kanker yang biasanya dilakukan selama ini
adalah dengan kemoterapi,pembedahan,
radioterapi, dan p~ngobatan dengan hormon.
Permasalahan yangterjadi adalah kebanyakfln
agen kemoterapi memiliki selektivitas yang
rendah sehingga membahayakan sel normal.
Selain itu, pada kanker payudara terjadi kasus
resistensi terhl\dap agen kemoterapi.
Salah satu agen kemoterapi yang
digunakan adalah doxorubicin. Namun,
penggunaan doxorubicin pada dosis tinggi
.
8
dapat menimbulkan resiko efek samping pada
jaringan normalterutamajantung sertamenekan
sistemimun(2).Olehkarenaitu,perludilakukan
kombinasi doxorubicin
dengan agen
kokemoterapi untuk meningkatkan aksi agen
kemoterapi sehingga dalam dosis kecil mampu
memberikan efek optimum sekaligus
menghindari efek samping yang tidak
menguntungkan.
Flavonoid dalam tanaman mampu
menghambat terjadinya proses kanker
(karsinogenesis) melalui berbagai mekanisme
sehingga dapat digunakan dalam terapi
kombinasi (ko-kemoterapi). Flavonoid yang
sudahditeliti sebagaiagen kokemoterapiantara
JURNAL SAINTIFIKA,
lain kuersetin (3), tangeretin dan nobiletin (4),
silybin (5), dan luteolin (6). Naringin dan hesperidin yang terkandung pada kulitjeruk nipis
(Citrus aurantifolia) merupakan flavonoid
yangtelahterbuktimemilikiefekantikanker(7).
Penelitian Hastuti (8) menyatakan bahwa
Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk Nipis (EKJN)
menginduksi apoptosispada sel payudara tikus
galur Sprague Dawley terinduksi 7, 12Dimetilbenz[a]antrasena. Penelitian Adina (9)
menunjukkanbahwa ekstraketanolikkulitjeruk
nipis dapatmeningkatkansensitifitassel kanker
payudara MCF-7 terhadap doxorubicin. Akan
tetapi belum diketahui mengenai mekanisme
molekuler pengahambatan ekstrak tersebut
dalamsiklussel.Olehkarenaitu,perludilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
mekanismeaksiekstraketanolikkulitjeruk nipis
maupun kombinasinya dengan doxorubicin
dalam siklus sel kanker payudara serta
kemampuannyadalam menginduksiapoptosis.
Penelitian ini dilakukan dengan metode
flowcytometry dan double staining untuk
mengamati pola penghambatan pada.siklus sel
dan besarnya induksi apoptosis pada
perlakuan ekstrak etanolik kulitjeruk nipis dan
kombinasinya dengan doxorubicin. Dengan
diketahuinya pola penghambatan pada siklus
sel akan diperoleh penjelasan mengenai
sinergisitasdariekstraketanolikkulitjeruk nipis
dan doxorubicin. Semakin sinergis kombinasi
agen kemoterapi dengan agen ko-kemoterapi,
semakin efektif agen kemoterapi tersebut.
METODEPENELITIAN.
Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan mulai
dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei
2009. Penelitian dilaksanakan di laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM,
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran UGM, Laboratorium Cancer
Chemoprevention Research Center (CCRe),
FakultasFarmasiUGM.
Alat Penelitian
Blender, seperangkat alat maserasi, rotary evaporator,oven, 6-wellplate (Iwaki),24well plate (Iwaki), mikropipet ,culture dish,
VOLUME II NO.2,
DESEMBER 2010
conical flask, bunsen, blue tip, yellow tip,
botol duran, haemocytometer, mikroskop
cahaya, mikroskop fluoresens, centrifugator,
kain kaca, vortex, Flow cytometer (FACSCalibur),KameraCanon IXY Digital25 IS 10,0
Megapixels, Flowcyto-tube, eppendorf, cover
slip.
Bahan Penelitian
Kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia),
etanoI70%, sel MCF-7, doxorubicin (Ebewe),
media pertumbuhan sel DMEM yang
mengandung FBS (Fetal Bovin Serum) 10%vi
v (Gibco), Penisilin-Steptomisin (10.000 unit!
ml Penisilin,10.000~g/mlStreptomisin)1% v/v
(Gibco), reagen Flow cytometry yang
mengandung 7% v/v Triton X (Merck), 0,2%
v/v RNAse dan 5% v/v PI (Sigma) 0,1 mg%
dalam PBS, Phosphate Buffer Saline (PBS),
Tripsin EDTA, Dimetil Sulfoksida (DMSO),
Pereaksi etidium bromida-akridin oranye
(Sigma, Sigma-Aldrich Corp, St. Louis, MO,
USA), Spiritus.
Penyiapan Sampel Uji
Sampelujiuntukpenelitianiniadalahkulit
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) setengah
masak (3 bulan) berwama hijau kekuningan.
Jeruk nipis terse but didapat dari Pasar
Gamping, Yogyakarta yang didatangkan dari
Banyuwangi. Jeruk nipis tersebut kemudian
diidentifikasidi BagianBiologiFakultasFarmasi
UGM untuk memberi kepastian bahwa bahan
yang digunakan tepat. Kulit jeruk nipis
kemudian dikeringkan hingga diperoleh kadar
air 10%dan diserbuk. Serbukkering kulitjeruk
nip is diekstraksi
secara
maserasai
menggunakan etanol 70%. Maserat kemudian
diuapkan dengan rotary evaporator untuk
memperoleh ekstrak kental.
Uji In Vitro
Pembuatan Larutan Uji
Ekstrak etanolik kulitjeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dilarutkan dalam media kultur
menggunakan kosolven Dimetil Sulfoksida
(DMSO) hingga mencapai kadar 10mg/l 00~l.
Selanjutnya dari larutan stok tersebut dibuat
seri konsentrasi yang mengacu pada penelitian
Adina et al. (2008)
9
JURNAL SAINTlFlKA,
VOLUME II NO.2,
DESEMBER
2010
Uji Penghambatan Daur Sel
Sebanyak3.105seVsumuranditransferke
dalam 6-well plate kemudian sel diinkubasi
hingga keadaan normal kembali. Sel diberi
perlakuandandiinkubasikembaliselama48jam.
Pada akhir waktu inkubasi, media diambil dan
ditransferke dalam eppendorfl,5 ml. Suspensi
selyangterlepasdisentrifus(2000rpm, 3 menit)
kemudian supernatan dibuang. Pada sumuran
yangtelahdiambilmedianya,ditambahkanPHS,
dan PHS ditransfer ke dalam eppendorfyang
sarnadari satu perlakuankemudian disentrifus,
lalu supernatan kembali dibuang. Tahap ini
diulangi sekali lagi kemudian sel dipanen
dengan tripsin. Panenan sel ditransferke dalam
eppendorf yang sarna kemudian disentrifus
(2000 rpm, 30 detik). Sisa panenan sel yang
masih berada dalam sumuran dibilas dengan
PHS dan disentrifus kembali. Kemudian PHS
dalam inkubator C02 hingga keadaan normal
kembali. Sel diberi perlakuan dan diinkubasi
kembali selama 15 jam. Pada akhir waktu
inkubasi, sel dicuci dengan PHS kemudian
ditambahkan10f.llpereaksiEtHr-Ao.Seldiamati
di bawah mikroskop fluoresens.
dibuang. Endapan sel di dalam .eppendorf
kemudian dicuci dengan PHS ding in dan
ditambahkan reagen PI. Eppendorf dibungkus
alumunium foil dan diinkubasi di dalam
penangas air 37°C selama lO menit. .Suspensi
sel dihomogenkan kembali dan ditransfer ke
dalam jlowcyto-tube dan langsung dianalisis
denganjlowcytometer.
Perlakuan yang dibagi menjadi 3
kelompok:
1 Sel+ ekstraketanolikkulitjeruk nipisdengan
konsentrasi 1/4 IC50 EKJN dan 1/10 IC50
ElUN.
Efek Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk Nipis
Terhadap MorfoIogiSelMCF-7
Perlakuan doxorubicin tunggal, EKJN
tunggal dan kombinasi doxorubicin dan EKJN
dengan waktu inkubasi 48 jam menunjukkan
jumlah kematian sel yang lebih besar daripada
kontrol sel dilihat dari morfologi seinya seperti
telihat pada gambar 1. Dilihat dari perubahan
morfologi selnya bila dibandingkan dengan
kontrol sel, perlakuan EKJN dosis tinggi
menunjukkan jumlah kematian sel yang lebih
besar daripada perlakuan EKJN dosis rendah
(gambar 1c, 1d). Morfologi sel pada perlakuan
kombinasi EKJN dengan doxorubicin
menunjukkanjumlah kematian sel yang lebih
besar dibandingkan dengan perlakuan EKJN
dan doxorubicin tunggal (gambar1e,1t).
2 Sel + doxorubicin dengan konsentrasi 1/2
IC50doxorubicin.
3 Sel + kombinasi ekstrak dan doxorubicin
dengankonsentrasi 1/2IC50 doxorubicin+1/
4 IC50EKJNdan 1/2IC50doxorubicin+1/lO
IC50 EKJN Menurut penelitian Adina (9),
IC50doxorubicinpada selMCF-7= 350nM,
IC50 EKJN pada sel MCF-7 = 59 f.lg/ml,
Konsentrasiekstraketanolikkulitjeruk nipis
= 10mg/100f.lL
Uji Apoptosis
Kultur sel MCF-7 yang telah konfluen
dipanen dengan tripsin-EDTA dan didistribusikan dengan konsentrasi 5xlO4sell
sumuranke dalam24-wellplate yang telah diisi
dengan co,:erslip kemudian sel diinkubasi di
10
HASILDANPEMBAHASAN
Preparasi Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk
Nipis
Ekstrak kental yang didapatkan sebesar
8 gram dengan rendemen 1,5%. Ekstrak yang
diperoleh berwarna hijau kecoklatan disimpan
dalam botol kaca terlindung dari cahaya dan
dalam almari es agar terhindar dari proses
oksidasi yang dapat merusak ekstrak.
a) b) c) d) Gambar 1.Efek Ekstrak Etanolik
Kulit Jeruk Nipis dan Kombinasinya
Terhadap Morfologi selMCF-7.
Sel dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran100xsetelahperlakuanpada 300.000
sel tiap sumuran selama 48 jam a) tanpa
(
J
f
JURNAL SAINTlFlKA,
VOLUME II NO.2,
DESEMBER 2010
perlakuan b) setelah perlakuan dengan doxorubicin 175 nM c) setelah perlakuan dengan 15
J.1g/mlEKJN d) setelah perlakuan dengan 6 J.1g/
ml EKJN e) setelah perlakuan dengan kombinasi
175 nM doxorubicin-I 5 J.1g/mlEKJN f) setelah
perlakuan dengan kombinasi 175 nM doxorubicin-6 J.1g/mlEKJ.
Efek Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk Nipis
TerhadapDaurSeldanApoptosis
.
Uji penghambatan daur sel dilakukan
dengan metodeflowcytometry. Dengan metode
ini dapat dilihat distribusi sel pada masingmasing fase dalam siklus sel setelah perlakuan
sehingga
dapat
diperkirakan
jalur
penghambatan EKJN serta kombinasinya
dengan doxorubicin dalam menghambat siklus
sel.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pada
kontrol sel terjadi apoptosis sebesar 7,02%.
Pada perlakuan dengan Yz IC50 doxorubicin
(175nM)terjadi apoptosissebesar 10,64%serta
dapat diamati bahwa akumulasi sel terbesar
terdapat pada fase G2/M. Pada p.erlakuan
dengan ~ IC50 ekstrak kulitjeruk nipis terjadi
apoptosis sebesar 18,14% dengan akumulasi
sel terbesar pada fase G2/M. Pada perlakuan
dengan 1/10 IC50ekstrakkulitjeruk nipisterjadi
apoptosis sebesar 9,04% dengan akumulasi se1
terbesar pada fase G 1. Pada perlakuan
kombinasi Yz IC50 doxorubicin dan ~ IC50
ekstrak kulit jeruk nipis terjadi apoptosis
sebesar 18,40%dengan akumulasi sel terbesar
padflfaseG1.PadaperlakuankombinasiYzIC50
doxorubicin dan 1/10 IC50 ekstrak kulitjeruk
nipis terjadi apoptosis sebesar 25,28% dengan
akumulasi sel terbesar pada fase G2/M. Datadata ini menunjukkanbahwa kombinasiekstrak
kulit jeruk nipis dapat meningkatkan aktivitas
doxorubicin dalam menghambat siklus sel
(gambar2).
,b .~ '!:1-~~~~~
;;;4
m.""
i"J\III",..j
it'"'W
lijii
-n;~
f!',*WIIi."",...
Gambar 2 Prom.Daur SelMCF-7 pada
Berbagai Perlakuan.
Setelah diberi perlakuan sel dipreparasi
sebagaimana yang tercantum pada metode,
kemudian dianalisis
dengan metode
flowcytometry menggunakanreagenPropidium
Iodida (PI) a) tanpa perlakuan b) setelah
perlakuan dengan doxorubicin 175 nM c)
setelah perlakuan dengan 15 J.1g/mlEKJN d)
setelah perlakuandengan 6 J.1g/mlEKJN e)
setelah perlakuan dengan kombinasi 175 nM
doxorubicin-I5 J.1g/mlEKJN
1)setelahperlakuan
dengan kombinasi 175 nM doxorubicin-6 J.1g/
ml EKJN g) grafik distribusi sel MCF-7.
menunjukkan jumlah sel yang mengalami
apoptosis.
Terjadinyaapoptosis ditandai perubahan
permeabilitasmembran sel, fragmentasiinti sel,
dan selanjutnya fragmentasi sel membentuk
badan-badan apoptosis. Sel apoptosis dapat
diamati dengan metode double staining
menggunakan dua senyawa fluoresens yang
dapat berikatan dengan DNA/RNA yaitu
etidium bromida-akridin oranye (EtBr-AO).
Akridin oranye akan menembus seluruh sel
hidup kemudian berinterkalasi dengan DNA!
RNA dan akan tampak berfluoresensi hijau.
a)
b)
c)
d)
Gambar3.EfekEkstrakEtanolikKulitJeruk Nipisdan KombinasinyaTerhadap
PemacuanApoptosisSelMCF-7.
11
JURNAL SAINTlFIKA.
VOLUME II NO.2,
DESEMBER
Sedangkanetidiumbromidaakan berinterkalasi
hanya dengan sel yang membrannya sudah
rusak dan akan tampak berfluoresensi
berwama oranye.
Sejumlah 50.000 sel tiap sumuran diberi
perlakuan yang berbeda-beda selama 15jam.
Setelah perlakuan sel dipreparasi sebagaimana
yang tereantum pada metode dan dilihat di
bawah mikroskop fluoresens dengan
perbesaran 100x a) tanpa perlakuan b) setelah
perlakuan dengan doxorubiein 175 nM c)
sete1ah perlakuan dengan 6 !J.g/mlEKJN d)
setelah perlakuan dengan kombinasi 175 nM
doxorubiein-6!J.g/mlEKJN.
PEMBAHASAN
Akumulasi sel yang terjadi pada fase G21
M oleh perlakuan
dengan doxorubiein
kemungkinan disebabkan mekanisme aksi doxorubiein dalam mengganggu
kerja enzim
topoisomerase II. Inhibitor topoisomerase
.
J
.
menstabilkan kompleks DNA-kovalentopoisomerase, yang merupakan reaksi intermediate normal dalam siklus katalitik enzim.
Pada kondisi fisiologi, durasi dari kompleks
DNA-topoisomerasehanya beberapa detik bila
dibandingkan dengan keberadaan obat yang
bermenit-menitataubahkanberjam-jam.Selama
jangka waktu ini, kompleks DNAtopoisomerase diubah menjadi single dan
double-strand DNA karena tabrakan antara
kompleks
DNA-topoisomerase
yang
terstabilkan dengan replication fork. Oleh
karena itu, inhibitor topoisomerase klasik
menyebabkan DNA terpotong-potong (10).
Terjadinya kerusakan DNA inilah yang
kemungkinan menyebabkan sel tidak dapat
melalui checkpoint antara G2 dan M sehingga
terjadi G2/M arrest.
Akumulasi se1yang terjadi pada fase G21
M oleh perlakuan dengan EKJN dosis tinggi
(1/4 IC50 EKJN=15 !J.g/ml) kemungkinan
disebabkan adanya kandungan senyawa aktif
lain yang be1um diketahui yang mekanisme
aksinya menghambat pada fase G2/M. Hsieh
et al. (11) menyatakan bahwa protein yang
berperan penting dalam transisi fase G2/M ke
fase mitosis adalah kompleks eyelin B l-Cde2.
Kompleks eyelin Bl-Cde2 diregulasi oleh pro12
2010
tein inhibitor p27. Physalis angulata
menurunkan ekspresi eyelin A, menurunkan
aktivitasCde2, meningkatkanfosforilasiCde2,
menurunkan Cde25C, meningkatkan ekspresi
p21 dan p27 serta meningkatkanekspresiChk2
dan Wee1 kinase. Peningkatan ekspresi Chk2
menyebabkanpeningkatanfosforilasiCde25C.
Akibatnya terjadi penurunan level Cde2 dan
peningkatan level Weel. Tugas dari Weel
adalah memfosforilasi Cde2. Kemungkinan
kandungan senyawa lain dalam EKJN yang
bukan merupakan flavonoid ini memiliki
aktivitas yang sama dengan Physalis
angulata. Padahal citrus flavonoid seeara
umum menghambat fase G 1, antara lain
tangeretin (12); naringin (13); tangeretin dan
nobiletin (14) dan hesperetin (15). Kandungan
senyawa aktif lain ini kemungkinan beraksi
lebih dominan sehingga terjadi G2/M arrest.
Olehkarenaitu,perlu dilakukanpenelitianlebih
lanjut untuk mengidentifikasi kandungan
senyawa aktif lain yang berperan dalam
penghambatan daur sel MCF-7 dan proteinprotein yang berperan penting dalam fase G21
M sehingga dapat diperoleh gambaran
mekanisme aksi yang lebihjelas.
Akumulasi sel yang terjadi pada fase G1
oleh perlakuan dengan EKJN dosis rendah (1/
10 IC50 EKJN= 6 !J.g/ml) kemungkinan
disebabkan oleh kandungan citrus flavonoid
berupa naringin dan hesperidin pada ekstrak
yang beraksi dominan sehingga terjadi G1arrest. Pan et al. (14) menyatakanbahwa aktivasi
kompleks CDK4-eyelin D dan CDK6-eyelinD
diperlukan dalam transisi dari fase awal G1ke
mid-fase G1 sedangkan yang berperan dalam
transisi midfase G1ke fase S adalah kompleks
CDK2-eyelin E. Transisi dari fase akhir G1ke
fase Sjuga memerlukan keberadaan kompleks
CDK2-eyelin A. Tangeretin yang juga
merupakan citrus flavonoid menginduksi G1
arrest dengan menurunkan ekspresi eyelin A,
eyelin D 1 dan eyelin E serta dengan
menghambataktivitasCDK2dan CDK4.Selain
itu tangeretinjuga meningkatkan ekspresi protein p27 dan p21 yang termasuk golongan Cipl
Kip protein yang aksinya mengganggu
aktivitaskompleks CDK2 dan CDK4. Ekspresi
p53 yang merupakanfaktortranskripsi dari p27
dan p21 juga meningkat dengan adanya
JURNAL SAINTIFIKA,
perlakuan tangeretin. Hesperidin dan naringin
dalamEKJNkemungkinanmemilikimekanisme
aksi yang sarna seperti tangere tin dalam
menginduksi G1 arrest. Oleh karena itu, perlu
dilakukanpenelitianlebih lanjutmengenaiprotein-protein yang berperan dalam fase G1
sehingga dapat diperoleh penjelasan lebih detail mengenai mekanisme aksi citrus flavonoid
dalam ekstrak kulit jeruk nipis dalam
menghambat fase G1.
Akumulasi sel yang terjadi pada fase G1
oleh perlakuandengankombinasidoxorubicinEKJN dosis tinggi (1/4 IC50 EKJN=151lg/ml)
kemungkinan karena pada EKJN dosis tinggi
senyawa aktiflain yang bukan citrus flavonoid,
mekanisme aksinya adalah G2/M arrest yang
mengarah pada DNA repair sehingga siklus
sel berlanjutke fase G1.Citrusflavonoiddalam
ekstrakjuga menyebabkanG1arrest,akibatnya
akumulasi sel terjadi terjadi pada fase G1.
Terjadinyaapotosis pada kombinasi doxorubicin dengan EKJN dosis tinggi lebih baik
daripada doxorubicin tunggal kemungkinan
karena adanya aksi sinergis antara senyawasenyawa yang terkandung dalam EKJN
dengan doxorubicin
sehingga dapat
meningkatkan apoptosis.
Akumulasi sel yang terjadi pada fase G2/
M oleh perlakuan dengan kombinasi doxorubicin-EKJN dosis rendah (1/10 IC50
EKJN=6Ilg/ml)kemungkinankarenapadaEKJN
dosis rendah, senyawa aktifyang bukan citrus
flavonoid mekanisme aksinya adalah G2/M
arrest yang mengarah pada apoptosis sehingga
terjadi akumulasi pada fase G2/M serta
diperoleh angka apoptosis yang paling tinggi
bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal
inijuga didukungdenganhasil uji doublestaining yang sesuai. Pada perlakuan kombinasi
doxorubicin-EKJN dosis rendah tampak lebih
banyak sel yang berpendar orange dan
mengalamiftagmentasiinti sel.Jadi mekanisme
aksi yang dominan terjadi kemungkinan besar
memang adalah G2/M yang mengarah pada
apoptosis. Tingginya angka apoptosis inijuga
dipengaruhi aktivitas doxorubicin yang
aktivitasnya juga menyebabkan G2/M arrest.
Kombinasi doxorubicin dengan EKJN kadar
rendah tampaknya merupakan kombinasi yang
paling baik dalam menginduksi apoptosis.
VOLUME II NO.2,
DESEMBER
2010
Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai daur sel dengan menggunakan
rentang dosis ekstrak tunggal maupun
kombinasi ekstrak yang lebih lebar sehingga
dapat ditentukan dosis optimum yang
menunjukkan sinergisme terbesar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
EKJN mampu meningkatkan aktivitas doxorubicin dalam menginduksi apoptosis sehingga
EKJN berpotensi dikembangkan menjadi agen
kokemoterapi alternatif dalam terapi kanker
payudara menggunakan doxorubicin. Potensi
EKJNuntukdikembangkansebagaifitofarmaka
sangat baik karena kulit jeruk nipis mudah
didapat, tersedia dalam jumlah besar serta
biasanya dibuang. Oleh karena itu,
pengembangan
EKJN sebagai agen
kokemoterapi ini akan sangat menguntungkan
karena akan diperoleh fitofarmaka alternatif
berkhasiat yang murah dari bahan yang
biasanya dianggap sebagai sampah.
KESIMPULAN
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (EKJN) mampu
meningkatkan aktivitas doxorubicin melalui
penghambatan
siklus
sel serta dapat
menginduksi
apoptosis pada sel kanker
payudara MCF -7.
DAFfARPUSTAKA
AdinaAB, HandokoFF,SetyariniII, Septistyani
EP, Riyanto S dan Meiyanto E. Ekstrak
Etanolik Kulit Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia
(Cristm.)
Swingle)
Meningkatkan Sensitivitas Sel MCF-7
Terhadap Doxorubicin. Proceeding
Kongres Ilmiah XVI Ikatan Sarjana
FarmasiIndonesia.2008;ISBN:978-979-
95108-6-0.ISF!55- 62
Choi E1. Hesperetin Induced Gi-Phase Cell
Cycle Arrest in Human Breast Cancer
MCF-7 Cells: InvolvementofCDK4 and
p2i. Nutrition and Cancer. 2007;
59:1532-7914.
Choi SY,Ko HC, Ko SY,Hwang JH, Park JG,
Kang SH, Han SH, Yun SH and Kim S1.
Correlation Between Flavonoid Con.13
JURNAI. SAINTIFlKA,
VOI.UME II NO.2,
D£S£MBER
tent and the NO Production Inhibitory
Activity of Peel Extracts from Various
Citrus Fruits. Bioi. Pharm. Bul. 2007
;30(4):772-778.
GiacomelliS, DanielaG,PatriziaA, CristianoF,
Mariagrazia D, Paolo M, Antonella R,
Ezio B, Salvatore M and Giovanni S.
Silybin and Its Bioavailable Phospholipid Complex (IdB 1016) Potentiate In
Vitro and In Vivo the Activity of
Cisplatin.
Life
sciences.
2007;70(12):1447-59.
HastutiN, PratiwiD,AnnandariI,NurN, Ikawati
M, Riyanto S dan Meiyanto E. Ekstrak
Etanolik Kulit Jeruk Nipis (citrus
Aurantiifollia
(Cristm.)
Swingle)Menginduksi Apopotosis pada
Sel Payudara Tikus Galur Spraygue
Dawley
Terinduksi
7,
12Dimetilbenz[aJantrasena, Proceeding
Kongres Ilmiah XVI Ikatan Sarjana
FarmasiIndonesia.2008;ISBN:978-979-
95108-6-0.ISFI94 - 99
Himani S, Sen S and SinghN. Molecular Pathways in the Chemosensitization of
Cisplatin by Quercetin in Human Head
and Neck Cancer. Cancer Biology &
Therapy.2005;4(9):1}41-947.
Hsieh YT, Huang KY, Lin HY and Chung Ja.
Physalis angulata Induced G2/M Phase
Arrest in Human Breast Cancer Cells.
Food and Chemical Toxicology.
2005;44(2006):974-983.
KimDI, Lee SJ, Lee SB, ParkK and Kim WJ.
and Moon, S.K. Requirement for Ras/
Raf/ERK Pathway in Naringin-Induced
GI-Cell Cycle Arrest via p21 WAF1 Expression.
Carcinogenesis.
2008;29(9):1701-1709.
Larsen AK, Escargueil AE and Skladanowski
A. From DNA Damage to G2Arrest: the
Many Roles of Topoisomerase II.
Progress in Cell Cycle Research.
2003;5:295-300.
Hsieh YT, Huang KY, Lin HY and Chung JG.
Physalis angulata Induced G2/M Phase
Arrest in Human Breast Cancer Cells.
Food and Chemical Toxicology.
2005;44(2006):974-983.
14
2010
Lin JK. TangeretinInduces Cell-Cycle G1Arrest Through Inhibiting Cyclin-Dependent Kinases 2 and 4 Activities as Well
as Elevating CDK Inhibitors p21 and
p27 in Human Colorectal Carcinoma
Cells. Carcinogenesis. 2002;23(10):
1677-1684.
Morley KL, Ferguson PJ and Koropatnick 1.
Tangeretinand Nobiletin Induce G1 Cell
Cycle Arrest But Not Apoptosis in Human Breast and Colon Cancer Cells.
CancerLetter.2007;251(1):168-78.
Samy RP, Gopalakrishnakone
P and
Ignacimuthu S. Anti-Tumor Promoting
Potential of Luteolin Against 7,12Dimethilbenz( a)anthracen-Induced
Mammary Tumors in Rats. Chem bioi
interact. 2006;164
Wattanapitayakul SK, Chularojmontri L,
HerunsaleeA, Charuchongkolwongse S,
Niumsakul S and Bauer JA. Screening of
Antioxidants from Medicinal Plants for
Cardioprotective Effect against Doxorubicin Toxicity.Basic & Clinical Pharmacology & Toxicology. 2005;96:80.
YunasRY,LatifahN, RokhmanMR, FitriasariA
dan Meiyanto E. Penggunaan Ekstrak
Etanolik Kulit Buah Jeruk Mandarin
(Citrus
reticulata)
Untuk
Meningkatkan Sensitivitas Sel Kanker
Payudara MCF-7 Terhadap Agen
Kemoterapi
Doxorubicin.
PHARMACON.2007;8(2):64-69.
Download