Memanfaatkan Produk Jaringan Sekretori Pada Tumbuhan Jumat, 19 September 2014 WIB, Oleh: Satria Jaringan sekretori merupakan salah satu jaringan yang ada pada tumbuhan. Jaringan ini mulai diperhatikan orang setelah merebaknya slogan “back to nature” yang mengarahkan para ahli obat untuk melakukan penelitian ke produk alami (metabolit sekunder) mengingat bahwa sebagian besar metabolit sekunder di timbun pada jaringan sekretori. Namun demikian tidak sedikit metabolit sekunder di timbun di vakuola ataupun sitosol sel parenkim. “Metabolit sekunder yang dulu adalah produk yang dianggap buangan oleh para peneliti, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, diketahui bahwa senyawa tersebut bermanfaat bagi manusia maupun bagi tumbuhan itu sendiri,” papar Prof. Dr. L. Hartanto Nugroho, M.Agr., pada peringatan Dies Natalis ke-59 Fakultas Biologi UGM, Jumat (19/9). Hartanto pada pidato ilmiahnya yang berjudul "Dari Produk Buangan Menjadi Produk Yang Dicari: Struktur dan Produk Jaringan Sekretori pada Tumbuhan" ini menambahkan telah banyak ditemukan senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia yang umumnya diperoleh berdasarkan etnobotani ataupun etnofarmakologi. Distribusi metabolit sekunder berdasarkan pemahaman anatomi, baik pada tingkat organ, jaringan maupun sel merupakan informasi yang sangat ditunggu guna dipetakannya metabolit sekunder, khususnya yang bermanfaat bagi manusia, untuk simplifikasi pemanenan produk. “Minyak atsiri yang bermanfaat bagi industri farmasi, parfum dan kosmetik dapat dijumpai pada daun sereh khususnya terakumulasi pada sel sekretori yang terletak pada sisi adaksial dari mesofil daun,” ujarnya. Selain minyak atsiri, Hartanto mencontohkan gasipol yang merupakan terpen pada tumbuhan kapas diketahui bermanfaat sebagai bahan kontrasepsi pria dapat dijumpai pada epidermis dan jaringan kortek akar kapas; artemisinin merupakan sesquiterpens yang diisolasi dari Artemisia annua dikenal sebagai senyawa antimalaria serta pada tapak dara, viscristin (alkaloid) yang dikenal sebagai senyawa anti kanker, banyak ditimbun pada sel mesofil dan idioblas. Sementara itu Dekan Fakultas Biologi, Dr. Suwarno Hadisusanto pada laporan tahunannya mengungkapkan beberapa capaian yang telah dilakukan, seperti prestasi mahasiswa. Suwarno menyebutkan dari 80 proposal PKM yang dikirim ke DIKTI, 40 proposal didanai DIKTI dan 6 PKM terpilih mengikuti PIMNAS 2014 di Semarang dengan 1 medali perak dan 1 medali perunggu. “Belum lagi yang tingkat internasional, seperti penghargaan International Young Inventors Award karena berhasil memanfaatkan tinta cumi-cumi sebagai bahan biomedis,” tutur Suwarno. (Humas UGM/Satria) Berita Terkait ● ● ● ● ● Pengukuhan Prof Nursamsi: Peluang dan Tantangan Produk Pertanian di Era Global Penyakit Tumbuhan Timbulkan Kerugian 30 Persen Prof. L. Hartanto Nugroho Raih Guru Besar Mangga dan Mengkudu Mengandung Bahan Imunomodulator Mahasiswa Jepang Mengikuti Summer Course di UGM