BAB IV PENUTUP 5. PENUTUP Penelitian ini bertujuan

advertisement
BAB IV
PENUTUP
5. PENUTUP
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon variabel makroekonomi
Indonesia seperti output, inflasi, jumlah uang beredar dalam arti sempit, dan nilai
tukar nominal terhadap kejutan suku bunga SBI sebagai proksi atas kebijakan
moneter. Selain itu, penelitian ini juga berusaha menganalisis kejutan harga minyak
dunia dan kejutan fed funds rate terhadap variabilitas output, inflasi, jumlah uang
beredar dalam arti sempit, suku bunga SBI, dan nilai tukar nominal dalam kaitannya
Indonesia sebagai perekonomian terbuka kecil. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis yang telah dilakukan dapat dirumuskan kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
5.1
Kesimpulan
1. Hasil analisis impulse response function menunjukkan bahwa respon
output, inflasi, jumlah uang beredar dalam arti sempit adalah negatif
terhadap kejutan suku bunga SBI sebesar satu standar deviasi. Sedangkan
respon nilai tukar nominal adalah positif yang berarti apresiasi nilai tukar
nominal. Hal ini berarti kebijakan moneter kontraktif berdampak pada
penurunan tingkat output, inflasi, jumlah uang beredar dalam arti sempit,
dan apresiasi nilai tukar nominal. Respon penurunan inflasi atas kontraksi
kebijakan moneter menunjukkan tidak terjadinya price puzzle. Selain itu,
exchange rate puzzle juga tidak terjadi karena kontraksi kebijakan moneter
mengapresiasi nilai tukar.
71
2. Hasil analisis forecast error variance decomposition menunjukkan bahwa
kejutan harga minyak dunia dan kejutan fedl funds rate terhadap variabilitas
variabel domestik cukup tinggi pada periode waktu yang panjang. Pengaruh
tertinggi dari kejutan harga minyak yaitu pada jumlah uang beredar yang
mencapai 17,79% pada periode ke-24, inflasi mencapai 11,73% pada
periode ke-12, dan pada output mencapai 8,55% pada periode ke-48.
Sedangkan pengaruh tertinggi dari kejutan federal funds rate terhadap
variabilitas variabel domestik yaitu pada suku bunga SBI mencapai 19,17%
pada periode ke-48 dan nilai tukar nominal mencapi 14,39% pada periode
ke-48. Hasil ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan
perekonomian terbuka kecil dipengaruhi oleh fluktuasi perekonomian
dunia. Namun demikian, variabilitas variabel domestik lebih dipengaruhi
oleh kejutan variabel domestik itu sendiri. Nilai tukar berperan penting
dalam menjelaskan fluktuasi makroekonomi domestik, yang terlihat dari
tingginya pengaruh kejutan nilai tukar terhadap variabilitas variabel
makroekonomi domestik.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Kebijakan moneter kontraktif yang tercermin pada kenaikan suku bunga
SBI berdampak pada perbaikan makroekonomi Indonesia yaitu turunnya
tingkat inflasi dan apresiasi nilai tukar nominal. Namun demikian,
72
kebijakan moneter kontraktif juga berdampak pada penurunan output. Oleh
karena itu pemerintah melalui kementrian terkait seharusnya mempunyai
tindakan antisipasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
output yaitu mendorong peran APBN sebagai stimulus pembangunan
dengan meingkatkan kualitas belanja negara, memperlancar penyerapan
anggaran, dan meningkatkan anggaran infrastruktur secara signifikan.
2. Kejutan variabel harga minyak dunia dan kejutan fed funds rate terhadap
variabilitas variabel domestik meskipun kecil pengaruhnya dibandingkan
kejutan variabel domestik itu sendiri tetap menyebabkan ketidakstabilan
perekonomian domestik. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan antisipasi
saat kedua variabel ini mengalami gejolak. Pemerintah dapat mengambil
langkah penghematan saat adanya kenaikan harga minyak dunia. Apabila
kebijakan BBM dilakukan oleh Pemerintah, maka penyesuaian suku bunga
kebijakan oleh Bank Indonesia merupakan opsi kebijakan yang perlu
dipertimbangkan untuk meredam dampak lanjutan dari kenaikan harga
BBM. Langkah-langkah tersebut juga perlu didukung penguatan koordinasi
dengan Pemerintah dan kebijakan makroprudensial dalam rangka
pengendalian inflasi pasca kenaikan harga BBM dan upaya memelihara
kestabilan sistem keuangan. Sementara itu, Bank Indonesia dapat
melakukan stabilisasi nilai tukar saat adanya kenaikan fed funds rate.
Tingginya pengaruh nilai tukar nominal terhadap variabel makroekonomi
Indonesia menekankan pentingnya stabilitas nilai tukar. Upaya kebijakan
stabilisasi nilai tukar dilakukan sesuai dengan fundamental dan untuk
73
mencegah ekspektasi depresiasi yang berlebihan. Depresiasi nilai tukar
yang berlebihan dapat mengakibatkan tingginya inflasi sehingga
mengganggu tercapainya tujuan akhir kebijakan moneter, yaitu stabilitas
harga. Stabiilitas nilai tukar dapat dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
intervensi atau sterilisasi valas, mengeluarkan berbagai aturan dan regulasi
untuk mengurangi perilaku spekulatif yang terjadi di pasar valas, dan
melakukan pemantauan terhadap pasar keuangan secara ketat sehingga
tekanan aliran dana (capital flows) dapat diketahui secara dini. Sementara
itu, pemerintah dapat melakukan upaya perbaikan pada defisit transaksi
berjalan dengan cara mendorong ekspor dan menurunkan impor. Untuk
mendorong ekspor dilakukan dengan keringanan pajak pada industri yang
beriorientasi ekspor. Sementara pengurangan impor dilakukan dengan
pengingkatan pajak barang impor, hal ini sekaligus untuk memicu produksi
dalam negeri akan produk impor tersebut.
Bank Indonesia dan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan daya saing,
agar kapasitas produksi nasional bisa lebih baik dalam menghadapi
perubahan situai serta kondisi ekonomi dan keuangan global terkini.
74
Download