Zinc

advertisement
DEFISIENSI ZINC SEBAGAI FAKTOR RISIKO DIARE
AKUT MENJADI DIARE MELANJUT
TESIS
Dede Lia Marlia
Diare
Morbiditas dan mortalitas tinggi di negara berkembang.
Riskesdas (2007) insidens diare pada anak <5 tahun  16,7% dan
mortalitas pada bayi dan anak <5 tahun akibat diare 31,4% dan 25,2%.
Risiko terjadinya malnutrisi, defisiensi mikronutrien, rentan terkena
penyakit lain terkait diare serta gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Data WHO, mortalitas akibat diare persisten di negara berkembang 23-70%.
Moore, dkk  diare melanjut merupakan faktor risiko terjadinya diare
persisten (RR 6,09).
Ricci KA et al. Reducing stunting among children: the potential contribution of diagnostics. Nature 2006
Moore SR. Update on prolonged and persistent diarrhea in children. Curr Opin in Gastroenterol. 2011
Zinc
&
diare
Prevalens defisiensi zinc tertinggi di Asia tenggara dan
selatan (34%-73%).
Walker  defisiensi zinc menyebabkan 4,4% kematian
pada balita dengan 14,4% diakibatkan oleh diare.
Faktor risiko defisiensi zinc: asupan yang rendah
kandungan zinc, kebutuhan yang meningkat, atau
ekskresi yang berlebihan (diare).
Diare  peningkatan ekskresi zinc dalam tinja, balans zinc negatif &
menurunkan konsentrasi zinc dalam jaringan.
Defisiensi zinc rentan terjadi pada diare lebih dari 10 hari & diare
kronik, atau persisten.
Bitarakwate dkk  prevalens defisiensi zinc pada anak dengan diare
persisten mencapai 47,9%.
Scrimgeour AG et al. Zinc and diarrheal disease: current status and future perspectives. Curr Opin in Clin Nutr and Metab Care. 2008.
Bitarakwate E et al. Serum zinc status of children with persistent diarrhea admitted to diarrhea management unit of Mulago Hospital,
Uganda. Afr Health Sci 2003.
Zinc &
diare
Peran Zinc pada diare:
- Inhibisi second messenger (cAMP, cGMP, ion kalsium)-induced Cl
secretion.
- Meningkatkan absorpsi natrium.
- Memperbaiki permeabilitas usus & fungsi enzim pada enterosit.
- Meningkatkan regenerasi epitel usus & respons imun lokal
Penelitian
ini bertujuan
untuk mengevaluasi
dengan membatasi
bacterial
overgrowth berapa besar diare
akut
yang melanjut
yangpatogen.
mengalami defisiensi zinc dan apakah
- Meningkatkan
klirens
kadar zinc yang rendah berperan pada terjadinya diare melanjut
Studi kohort  kadar zincpada
yanganak,
rendah berhubungan dengan
insidens dan tingkat keparahan diare yang lebih tinggi.
Zinc Investigators Collaborative group dan metaanalisis oleh
Aggarwall  zinc mengurangi morbiditas diare.
Studi Cohrane  zinc untuk terapi diare akut pada anak >6 bulan
Identifikasi Masalah
Belum adanya data mengenai prevalens defisiensi zinc
pada anak dengan diare akut dan diare melanjut di
Indonesia.
Belum adanya data mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan defisiensi zinc pada anak
dengan diare akut di Indonesia
Belum adanya data apakah defisiensi zinc sebagai
faktor risiko diare melanjut.
Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah proporsi defisiensi zinc pada diare akut?
Adakah hubungan antara usia status gizi, riwayat diare berulang, pendidikan ibu, dan
pendapatan orangtua dengan defisiensi zinc pada anak dengan diare akut?
Bagaimana kadar zinc pada diare akut?
Bagaimana kadar zinc pada diare melanjut?
Adakah perbedaan bermakna kadar zinc antara diare akut dan melanjut?
Berapakah insidens diare melanjut?
Apakah defisiensi zinc merupakan faktor risiko terjadinya diare akut menjadi diare melanjut?
Apakah faktor usia, status gizi, riwayat diare berulang, pendidikan ibu, dan pendapatan
orangtua merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut?
Hipotesis penelitian
Defisiensi zinc berkaitan faktor usia, status gizi, riwayat diare
berulang, pendidikan ibu, dan pendapatan orangtua.
Defisiensi zinc merupakan faktor risiko terjadinya diare melanjut.
Faktor usia, status gizi, riwayat diare berulang, pendidikan ibu,
dan pendapatan orangtua merupakan faktor risiko terjadinya
diare akut menjadi diare melanjut.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
• Mengetahui kadar zinc pada anak dengan diare.
Tujuan khusus:
• Mengetahui proporsi defisiensi zinc pada anak dengan diare akut.
• Mengetahui hubungan antara usia, status gizi, riwayat diare berulang, pendidikan ibu dan
pendapatan orangtua berhubungan dengan defisiensi zinc pada anak dengan diare akut.
• Mengetahui kadar zinc pada anak dengan diare akut.
• Mengetahui kadar zinc pada anak dengan diare melanjut.
• Mengetahui adakah perbedaan kadar zinc antara diare akut dan melanjut.
• Mengetahui insidens diare melanjut.
• Mengetahui apakah defisiensi zinc merupakan faktor risiko terjadinya diare akut menjadi
diare melanjut.
• Mengetahui apakah faktor usia, status gizi, riwayat diare berulang, pendidikan ibu dan
pendapatan orangtua, juga merupakan faktor risiko terjadinya diare akut menjadi diare
melanjut
Manfaat Penelitian
Manfaat ilmiah:
• Penelitian ini akan menghasilkan data dasar mengenai profil kadar zinc pada anak
dengan diare akut, faktor-faktor yang berkaitan dengan defisiensi zinc pada anak
dengan diare akut dan faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya diare akut
menjadi diare melanjut.
Manfaat pengembangan penelitian
• Hasil penelitian ini menjadi data tambahan tentang kondisi defisiensi zinc pada
anak dengan diare akut di Indonesia dan bahwa riwayat diare berulang
merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut.
Manfaat pengabdian masyarakat
• Penelitian ini memberikan pengetahuan tambahan bahwa riwayat diare berulang
merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut, sehingga anamnesis
mengenai hal tersebut perlu dimasukkan dan menjadi perhatian.
Definisi Diare
Diare akut
Disentri
diare persisten
Diare kronik
• diare yang
• diare yang disertai
• WHO  diare
• diare yang
berlangsung
kurang
darah
dan
lendir. secara berlebihan
dengan awitan
akut feses, lebih
berlangsung lebih
i.
Hilangnya
cairan
dan
elektrolit
dalam
dari 14 hari. spesifik bila feses lebih dari 10 gram/kg/hari
dan berlangsung
dari 7 hari.
pada bayi dan anak.
lebih dari 14 hari.
ii.
Peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali perhari dan
• Working Group
atau perubahan konsistensi feses menjadi
lebih
cair.
Report
of the
Second World
CPGN buang air
besar lebih atau
sama dengan tiga
kali perhari dan
berlangsung lebih
dari dua minggu
pada anak yang
menyebabkan gagal
tumbuh atau
terjadi penurunan
berat badan.
World Health Organization. The treatment of diarrhoea. A manual for physicians and other senior health workers
Bhutta ZA et al. Persistent and Chronic Diarrhea and Malabsorption: Working Group Report of the Second World Congress of Pediatric
Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2004.
Epidemiologi Diare
WHO dan UNICEF  2,5 milyar anak <5 tahun mengalami diare dan
1,9 juta anak usia di bawah 5 tahun mengalami diare setiap tahunnya.
India Selatan  prevalens diare akut 22,5% pada anak<5 thn.
Di Indonesia, Riskesdas (2007)  prevalens diare akut 16,7% pada
anak <5 tahun.
Diare persisten (WHO)  3% hingga 20%.
Triatmojo (1992)  61,2% anak <5 tahun (total 136 anak dengan diare
melanjut) mengalami diare persisten.
RSCM  diare persisten pada pasien non-HIV antara Januari 2009
hingga Desember 2010 sebesar 19%.
World Health Organization. Diarrhoeal Disease Control Programme. Persistent diarrhea in children in developing countries:
memorandum from a WHO meeting. Bull World Health Org. 1988:66;709-17.
Trihatmodjo P et al. Etiologi mikrobiologi diare kronik pada anak balita di Jakarta. CDK. 1993;85:52-6.
Etiologi Diare
Sebagian besar penyebab diare akut adalah infeksi
saluran cerna (virus, bakteri atau parasit).
Rotavirus merupakan penyebab diare pada sekitar 35%40% kasus di negara maju dan negara berkembang.
Etiologi diare persisten berbeda-beda.
• negara maju  penyebab terbanyak non infeksi.
• negara berkembang  infeksi merupakan etiologi tersering.
World Health Organization. Diarrhoeal Disease Control Programme. Persistent diarrhea in children in developing countries:
memorandum from a WHO meeting. Bull World Health Org. 1988:66;709-17.
Trihatmodjo P et al. Etiologi mikrobiologi diare kronik pada anak balita di Jakarta. CDK. 1993;85:52-6.
Faktor Risiko Diare
WHO meetings  diare persisten lebih sering terjadi pada usia 1
tahun, malnutrisi, gangguan imunologis, riwayat diare akut 2 bulan
sebelumnya, episode diare persisten 1 tahun sebelumnya dan kesulitan
makan sebelumnya.
Moore dkk  diare melanjut memiliki risiko 6 kali untuk menjadi diare
persisten dan bayi dengan riwayat diare melanjut sebelum usia 1 tahun
akan berisiko mengalami diare persisten saat usia anak.
Studi kohort di Turki pada 204 neonatus yang diikuti sampai usia 1
tahun  faktor-faktor risiko terjadinya diare persisten meliputi status
gizi kurang (berat badan/usia), stunded children, wasting children,
status pekerjaan ayah, pendidikan ibu dan tinggal di daerah kumuh.
World Health Organization. Diarrhoeal Disease Control Programme. Persistent diarrhea in children in developing countries: memorandum from a WHO meeting.
Bull World Health Org. 1988:66;709-17.
Moore SR, Lima NL, Soares AM, Oria RB, Pinkerton RC, Barrett LJ, et al. Gastroenterol. 2010; 139: 1156-64.
Etiler N, Velipasaoglu S, Aktekin M. Public health. 2004: 118: 62-69.
..faktor risiko diare
• Sodemann dk dalam penelitiannya di Afrika Barat tahun 1999 pada anak usia di
bawah 5 tahun : gejala anak dengan riwayat menetek harus dipaksa, anak
tampak lemas dan napas cepat, konsultasi yang terlambat, infeksi oleh
Crytosporidium, usia 6-11 bulan, dan usia  12 bulan merupakan faktor risiko
terjadinya progresifitas diare akut menjadi diare persisten.
• Penelitian oleh Umamaheswari faktor risiko diare persisten adalah malnutrisi,
infeksi saluran napas bawah, defisiensi vitamin A, dan riwayat penggunaan
antibiotik sebelumnya.
Sodemann M, Jakobsen MS, Molbak M, Martins C, Aaby P. Transactions of the royal soc of trop med and hyg. 1999; 93: 65-68
Umamaheswari, Biswal N, Adhisivam B, Parija SC, Srinivasan S. Indian J of Paed. 2010;77;885-8.
..faktor risiko diare
• Studi oleh Patel  usia lebih muda, jenis kelamin perempuan, lama diare
sebelumnya, demam dan gizi kurang merupakan faktor risiko diare melanjut
dengan OR berturut-turut 1,08; 2,33; 1,06; 1,7 dan 4,32.
• Studi oleh Ghani di Indonesia  faktor gizi kurang, pemakaian antibiotik, feses
berlendir, feses berdarah, dan intoleransi laktosa merupakan risiko terjadinya
diare persisten pada anak < 5 tahun.
Patel AB, Ovung R, Badhoniya NB, Dibley MJ. Indian J Pediatr. 2012;79:472-7.
Ghani L. Faktor-faktor risiko terjadinya diare persisten di bagian ilmu kesehatan anak FKUI RSCM Jakarta 1990-1996. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat FKUI
1997.
Tabel 1. Penelitian-penelitian faktor risiko diare melanjut dan
diare persisten
Peneliti
Sodemann
Tahun
1996
Subjek
0-5 tahun
Desain
Kasus
kontrol
Faktor risiko yang bermakna
Riwayat menetek harus dipaksa, anak tampak
lemas dan napas cepat, konsultasi yang
terlambat, infeksi oleh Crytosporidium, usia 6-11
bulan, dan usia  12 bulan
Etiler
19971999
0-1 tahun
Kohort
Status gizi kurang (berat badan/usia), stunded
children, wasting children, status pekerjaan ayah,
pendidikan ibu, tinggal di daerah kumuh
Karim
19981999
< 5 tahun
Kasus
kontrol
Malnutrisi berat, riwayat penggunaan antibiotik,
sumber air minum tidak bersih, tidak mendapat
ASI eksklusif
Moore
19892000
< 5 tahun
Kasus
kontrol
Diare melanjut, bayi dengan riwayat diare
melanjut sebelum usia 1 tahun
Umamaheswari
20002002
1bln-10
tahun
Kasus
kontrol
Malnutrisi, riwayat penggunaan antibiotik,
defisiensi vitamin A, dan infeksi saluran napas
bawah
Ghani
1996
< 5 tahun
Kasus
kontrol
Gizi kurang, pemakaian antibiotik, tinja
berlendir, tinja berdarah, intoleransi laktosa
Patofisiologi Diare:
Diare akibat infeksi
Malnutrisi
Defisiensi imun
Malnutrisi mikronutrien
(zinc dan vitamin A)
Pengobatan diare
suboptimal atau terlambat
Re-infeksi
Rekurensi
Diare melanjut
Diare persisten &
enteropati
Aldo A, Lima M, Guerrant L. Epid Rev. 1992;14:22242
Patofisiologi Diare Persisten:
sekretorik, osmotik atau gabungan keduanya
Diare sekretorik terjadi bila terdapat mekanisme sekresi
berlebihan dibandingkan dengan mekanisme absorpsi. Dua
mekanisme utama penyebab diare sekretorik adalah sekresi
elektrolit usus karena proses fosforilasi dalam enterosit dan
peningkatan permeabilitas paraselular. Kedua mekanisme ini
sering dicetuskan oleh berbagai patogen baik secara langsung
maupun melalui enterotoksin yang dihasilkan.
Diare osmotik terjadi bila terdapat zat-zat nutrisi yang tidak
dapat dicerna dan diabsorbsi secara adekuat oleh usus sehingga
menimbulkan perubahan gradien osmotik dan menyebabkan
perpindahan air dari mukosa ke lumen usus
Aldo A, Lima M, Guerrant L. Epid Rev. 1992;14:22242
Zinc
• Kadar zinc pada manusia dewasa 1,5-3 g.
• Zinc dapat ditemukan pada berbagai organ , jaringan, cairan
dan hasil sekresi akan tubuh.
• Tidak ada organ yang secara khusus menyimpan zinc sebagai
cadangan dalam tubuh, sehingga memerlukan asupan secara
teratur
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH,
editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204.
Absorpsi zinc
Salgueiro MJ, Zubillaga M, Lysionek A, Sarabia MI,
Care R, Paoli T et al. Nutr Res. 2000; 20:737-55.
Peran zinc
Kofaktor >300 enzim
Sintesis protein
Transkripsi protein
(untuk ekspresi gen):
epitel saluran cerna
dan sistem imun
Status zinc individu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya pengaruh diet, absorbsi makanan, fungsi fisiologis
individu, termasuk ekskresi endogen dari tubuh.
Integritas sistem
imun
Zat limfoproliferatif
dan anti-oksidan
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204
Lazzerini M, Ronfani L. Oral zinc for treating diarrhoea in children. Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 1.
Salgueiro MJ, Zubillaga M, Lysionek A, Sarabia MI, Care R, Paoli T et al. Nutr Res. 2000; 20:737-55
Duggan C, Gannon J, Walker WA. Am J Clin Nutr. 2002;75:789-808.
Salgueiro MJ, Zubillaga MB, Lysionek AE, Caro RA, Weill R, Boccio JR. Nutr. 2002:18:510-9.
Defisiensi zinc
• Prevalensnya sebesar 31% (4% hingga 73%)
• Negara berkembang di Asia Selatan dan Asia tenggara
•
•
•
•
prevalens 34%-73%.
Di India pada 5 penelitian, prevalens pada anak usia di bawah 5
tahun reratanya 43,8%.
Di Thailand sebesar 57% anak usia 6-13 tahun.
Iran pada anak usia 3-18 tahun:7,9% kasus.
Di Indonesia pada anak usia di bawah 1 tahun prevalens
defisiensi zinc berkisar antara 6%-39% di Jawa Barat, Jawa
tengah dan Lombok.
Caulfield LE, Black RE. Diunduh dari www.who.int/publications/cra/chapters/volume1/0257-0280pdf
Akhtar S. J Health Popul Nutr. 2013 Jun;31(2):139-149.
Thurlow RA, Winichagoon P, Pongcharoen T, Gowachirapant S, Boonpraderm A, Manger MS et al. Eur J of Clin Nutr. 2006;60:623-32.
Deghani SM, Katibeth P, Haghighat M, Moravej H, Asadi S. Iran Red Crescent Med J. 2011;13:4-8.
Atmarita. Nutrition Problems In Indonesia. The article forAn Integrated International Seminar and Workshop on Lifestyle – Related Diseases
Gajah Mada University, 19 – 20 March, 2005.
Dijkhuizen MA, Wieringa FT, West CE, Muherdiyantiningsih, Muhilal. Am J Clin Nutr 2001;73:786–91.
Etiologi defisiensi zinc
Penyebab
nutrisi
Kondisi yang
berpengaruh
terhadap zinc
• Asupan yang tidak adekuat,
kebutuhan meningkat,
malabsorpsi, ekskresi berlebihan
dan gangguan dalam penggunaan
• Penyakit akrodermatitis
enteropatika, penyakit Crohn,
sirosis hepatis, penyakit ginjal
kronis, kistik fibrosis.
Caulfield LE, Black RE. Diunduh dari www.who.int/publications/cra/chapters/volume1/0257-0280pdf
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–
204
Salgueiro MJ, Zubillaga M, Lysionek A, Sarabia MI, Care R, Paoli T et al. Nutr Res. 2000; 20:737-55
Nriagu J. Diunduh dari
http://www.extranet.elsevier.com/homepage_about/mrwd/nvrn/Zinc%20Deficiency%20in%20Humans.pdf
Faktor risiko defisiensi zinc
Berbagai penelitian mendapatkan pola asuh dan cara pemberian makan  kesehatan
anak terkait pendidikan ibu.
Pendidikan ibu yang rendah berkaitan dengan asupan yang tidak adekuat, higiene dan
perilaku tidak sehat yang kesemuanya dinilai meningkatkan risiko defisiensi zinc.
Golongan ekonomi rendah  sumber protein hewani yang rendah dan lebih banyak
plant based diets.
Penelitian di Amerika Serikat pada daerah dengan pendapatan rendah prevalens yang
tinggi defisiensi zinc yakni sebesar 42,8%.
Penelitian di China prevalens defisiensi zinc lebih tinggi di pedesaan, tinggal di rumah
yang kecil dan jumlah anggota keluarga yang sedikit.
Thailand mendapatkan hal sebaliknya bahwa tidak ada hubungan antara tingkat sosial
ekonomi dengan defisiensi zinc
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204
Thurlow RA, Winichagoon P, Pongcharoen T, Gowachirapant S, Boonpraderm A, Manger MS et al. Eur J of Clin Nutr. 2006;60:623-32.
Schneider JM, Fujii ML, Lamp CL, Lonnerdal B, Zidenberg-cherr S.. J Am Diet Assoc. 2007;107:1924-9.
Liu J, Ai Y, Hanlon A, Shi Z, Dickerman B, Compher C. World J Pediatr. 2011;7:217-23.
….faktor risiko defisiensi zinc
Kebutuhan zinc akan meningkat pada usia anak dini, remaja, kehamilan, menyusui dan
usia lanjut.
Akhtar mendapatkan usia anak paling tinggi terjadi defisiensi zinc dibandingkan wanita
hamil dan menyusui.
Asupan yang rendah pada malnutrisi terutama protein akan mengakibatkan defisisensi
zinc.
Studi di Nepal, pada kondisi penurunan albumin plasma 1 g/L akan terjadi penurunan
kadar zinc plasma sebesar 0,25 µmol/L (IK 95% 0,21-0,29).
Data di Vietnam pada anak usia di bawah 1 tahun dengan malnutrisi, pada 50% kasus
mengalami defisiensi zinc.
Malnutriisi risiko infeksi meningkat, diare salah satunya risiko defisiensi zinc
meningkat
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204
Akhtar S. J Health Popul Nutr. 2013 Jun;31(2):139-149.
Salgueiro MJ, Zubillaga M, Lysionek A, Sarabia MI, Care R, Paoli T et al. Nutr Res. 2000; 20:737-55.
Diagnosis defisiensi zinc
• Tidak ada standar atau pedoman / guideline
• Penilaian asupan nutrisi yang mengandung zinc adekuat pada populasi
• Modalitas lain adalah pemeriksaan biormarker seperti kadar zinc
serum/plasma, kadar zinc feses, urin, kadar zinc dalam beberapa sel dan
enzim.
• Indikator klinis setelah suplementasi zinc merupakan penilaian defisiensi
zinc tanpa tergantung hasil biormarker, klinis diare, pneumonia dan
pertumbuhan sudah luas dan banyak diteliti sebagai indikator klinis adanya
defisiensi zinc
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204
Caulfield LE, Black RE. Zinc deficiency. Diunduh dari www.who.int/publications/cra/chapters/volume1/0257-0280pdf.
Lowe NM, Fekete K, Decsi T. Methods of assessment of zinc status in humans: a systematic review. Am J Clin Nutr. 2009;89(suppl):2040S–51S.
…diagnosis defisiensi zinc
• Zinc serum selama ini paling sering digunakan dalam menilai status zinc
pada populasi
• Sebuah Telaahan sistematik menyimpulkan bahwa pemeriksaan kadar zinc
plasma, urin dan rambut cukup handal dalam menentukan status zinc.
• Zinc plasma hanya mewakili 0,2% dari total zinc tubuh.
• Konsentrasi zinc plasma dipengaruhi asupan selama periode singkat 
mekanisme homeostatis yang bertindak untuk menjaga konsentrasi zinc
plasma dalam rentang fisiologis.
• Kadar zinc yang normal dalam plasma berbeda-beda tergantung usia dan
dipengaruhi asupan.
Defisiensi pada anak kurang dari 10 tahun bila kadar zinc serum kurang dari
65 µg/dL atau < 9,9 µmol/L
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204
Lowe NM, Fekete K, Decsi T. Methods of assessment of zinc status in humans: a systematic review. Am J Clin Nutr. 2009;89(suppl):2040S–51S.
Defisiensi Zinc
Kadar zinc serum µg/dL (µmol/L)
Usia
< 10 tahun
>10 tahun
Anak
Wanita
Tidak hamil
Puasa
Sewaktu
Tidak ada 70 (10,7)
data
65 (9,9)
66 (10,1)
Pagi
57 (8,7)
Defisiensi
59
(9)
Lelaki
Hamil
Trimester
pertama: 56
(8,6)
Trimester
kedua dan
ketiga: 50 (7,6)
74 (11,3)
70 (10,7)
61 (9,3)
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204
Hotz C, Peerson JM, Brown KH. Am J Clin Nutr. 2003;78:756–64.
Defisiensi Zinc dan Diare
Diare akan menyebabkan peningkatan ekskresi
zinc feses, balans zinc yang negatif dan
menurunkan konsentrasi zinc
Konsekuensi keadaan tersebut tentunya rentan
terhadap timbulnya defisiensi zinc, terutama
pada diare lebih dari 10 hari dan diare kronik
atau persisten
Diare persisten sendiri juga akan menyebabkan
absorbsi zat-zat nutrien mengalami penurunan
bahkan kadar zinc dapat menurun hingga 300
µg per kilogram berat badan
Scrimgeour AG, Lukaski HC.. Curr Opin in Clin Nutr and Metab Care. 2008;11:711–17.
Wapnir RA.. J. Nutr. 2000;130:1388S-1392S.
Interaksi antara defisiensi zinc, malnutrisi, dan diare
Episode diare
meningkat
(lama diare)
Malnutrisi
Gangguan imunitas
seluler
Malabsorpsi zinc
Kehilangan zinc
Defisiensi zinc
Wapnir RA. J. Nutr. 2000;130:1388S-1392S.
Zinc pada Diare
• Mekanisme zinc sendiri dalam terapi diare belum sepenuhnya
diketahui.
• Beberapa mekanisme yang diajukan meliputi:
• peran zinc dalam inhibisi second meszincer (cAMP, cGMP, ion kalsium)•
•
•
•
•
induced Cl secretion,
meningkatkan absorbsi natrium,
memperbaiki permeabilitas intestinal,
fungsi enzim pada enterosit,
meningkatkan regenerasi epitel usus dan respons imun lokal dengan
membatasi bacterial overgrowth,
meningkatkan klirens patogen.
Scrimgeour AG, Lukaski HC.. Curr Opin in Clin Nutr and Metab Care. 2008;11:711–17.
Wapnir RA.. J. Nutr. 2000;130:1388S-1392S.
Cuevas LE, Koyanagi A. zinc and infection: a review. Ann of Trop Paedtr. 2005;25:149-60.
Hoque KM, Sarker R, Guggino SE, Tse CM. Ann N.Y. Acad. Sci. 2009;1165:279-284.
Lazzerini M, Ronfani L Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 1.
Mekanisme zinc sebagai anti diare
Scrimgeour AG, Lukaski HC.. Curr Opin in Clin Nutr and Metab Care. 2008;11:711–17.
….zinc pada diare
• Anak dengan diare akut dan persisten seringkali memiliki kadar zinc serum
yang rendah saat datang, dan hal ini dihubungkan dengan durasi diare.
• Dhingra dkk mendapatkan prevalens defisiensi zinc sebesar 73,3% pada
anak usia pra-sekolah dengan diare akut.
• Penelitian Bitarakwate, dkk  rerata kadar zinc serum pada anak dengan
diare persisten adalah 5,83 µmol/L (dengan kelompok kontrol 8,99 µmol/L),
dengan prevalens defisiensi zinc pada anak dengan diare persisten
mencapai 47,9%.
Studi kohort membandingkan subjek defisiensi zinc dengan subjek
normal,
menunjukkan
bahwamembedakan
kadar zinc yangapakah
rendah berhubungan
• Walaupun
demikian,
sulit untuk
kadar zinc yang
dengan insidens
dan tingkat
keparahan
yangterhadap
lebih tinggi.
rendah tersebut
menyebabkan
anak
menjadidiare
rentan
infeksi atau
akibat peningkatan ekskresi zinc dan redistribusi zinc selama fase akut yang
menyebabkan kadar zinc menurun tajam dalam fase akut infeksi.
Scrimgeour AG, Lukaski HC.. Curr Opin in Clin Nutr and Metab Care. 2008;11:711–17.
Wapnir RA.. J. Nutr. 2000;130:1388S-1392S.
Dhingra U, Hiremath G, Menon VP, Dhingra P, Sarkar A, Sazawal S. Zinc Deficiency: J Health Popul Nutr. 2009; 27(5):632-39.
Bitarakwate E, Mworozi E, Kekitiinwa A. Afr Health Sci 2003;3:54–60.
Bahl R, Bhandari N, Hambidge M, Bhan MK. Am J Clin Nutr. 1998;68:414S-7S.
Suplementasi Zinc untuk preventif
Zinc Investigators
Collaborative: RCT
suplementasi zinc
• Suplementasi zinc sebagai terapi preventif
yang diberikan selama 2 minggu hingga 54
minggu, menyimpulkan suplementasi zinc
akan menurunkan insidens dan prevalens
diare.
Metaanalisis lain menunjukkan suplementasi zinc
menurunkan insidens dan prevalens diare hingga 9%
dan 19%. Namun tidak untuk diare persisten, disentri
maupun kematian
Metaanalisis
• Suplementasi zinc selama 3 bulan dibanding
plasebo, menurunkan episode diare, dan
parahnya diare, begitupun pada diare
persisten
Bhutta ZA, Black RE, Brown KH, Gardner JM, Gore S, Hidayat A, et all. Zinc Investigators’Collaborative Group.. J Pediatr. 1999.
Aggarwal R, Sentz J, Miller MA.. Pediatrics2007;119;1120-30.
Patel AB, Mamtani M, Badhoniya N, Kulkarni H. BMC Infectious Disease. 2011;11:122.
Suplementasi Zinc untuk Terapi
World Health Organization telah merekomendasikan
penggunaan suplementasi zinc oral (10-20 mg/hari)
pada anak dengan diare akut dan persisten.
World Health Organization. The treatment of diarrhoea. A manual for physicians and other senior health workers. Diunduh dari
http://whqlibdoc.who.int/hq/2003/WHO_FCH_CAH_03.7.pdf.
Suplementasi Zinc untuk Terapi
Zinc Investigator
Collaborative Group
• Suplementasi zinc
menurunkan
probabilitas
berlanjutnya diare
hingga 24% (IK95%
9-37%) dan
menurunkan angka
kegagalan terapi
dan kematian
hingga 42% (IK95%
10-63%) pada diare
persisten.
Lukacik, dkk
• Suplementasi zinc
pada diare
persisten akan
menurunkan 12,5%
frekuensi diare,
15,5% durasi diare
dan 18% perbaikan
diare.
Cohrane 2013
• Menyimpulkan
pada wilayah
dengan prevalens
defisiensi zinc dan
malnutrisi tinggi,
pemberian zinc
dapat bermanfaat,
pada anak di atas 6
bulan dengan diare
akut.
Lazzerini M, Ronfani L.. Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 1.
Zinc Investigators’Collaborative Group. Am J Clin Nutr. 2000;72:1516–22.
Lukacik M, Thomas RL, Aranda JV. Pediatrics. 2008;121:328-337.
Kerangka
Teori
Kerangka
Konsep
Metode Penelitian
Desain
•Penelitian potong lintang untuk melihat prevalens defisiensi zinc pada diare
akut dan faktor-faktor yang memengaruhinya
•Dilanjutkan penelitian kohort untuk melihat hubungan defisiensi zinc dengan
kejadian diare melanjut.
Tempat dan Waktu Penelitian
•Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA)FKUI/RSCM
Jakarta, RSUD Budhi Asih Jakarta (RSBA), RSUD Bayu Asih Purwakarta dan
RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
•Lokasi perekrutan subjek termasuk poliklinik, instalasi gawat darurat & ruang
perawatan.
•Pemeriksaan kadar zinc serum dilakukan di laboratorium Saemeo Tropmed
Regional Centre For Community Nutrition, FKUI-RSCM.
•Waktu penelitian selama bulan Oktober dan November 2013.
Subjek Penelitian
Populasi penelitian
•Populasi target adalah semua anak di Indonesia usia >1 bulan – 60 bulan
dengan diare akut.
•Populasi terjangkau adalah semua anak usia >1 bulan – 60 bulan dengan
diare akut baik rawat jalan maupun rawat inap yang berobat ke Departemen
IKA FKUI RSCM Jakarta, RSUD Budhi Asih Jakarta, RSUD Bayu Asih Purwakarta
dan RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi selama penelitian berlangsung.
•Subjek penelitian adalah semua anak pada populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi.
Subjek Penelitian
Kriteria inklusi
• Diagnosis diare akut kurang dari 7 hari.
• Orangtua bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani
informed consent.
Kriteria eksklusi
•
•
•
•
Gizi buruk
Diare berdarah
Infeksi HIV
Penyakit penyerta: pneumonia, morbili, sindrom nefrotik, kelainan
hati, infeksi SSP
• Keganasan
Besar Sampel: potong lintang
• n= (Z)2pq
d2
Keterangan:
Z=1,96
p= prevalens defisiensi zinc pada diare akut (0,7)
d= selisih rerata dua kelompok yang bermakna (0,1)
maka n= (1,96)2x0,7x0,3
(0,1)2
n = 80
• Jumlah subjek 80 ditambah dengan drop out 10% menjadi 88.
Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi
ke-4. Jakarta: Sagung Seto, 2011. h. 348-82
Dhingra U, Hiremath G, Menon VP, Dhingra P, Sarkar A, Sazawal S. J Health Popul Nutr. 2009; 27(5):632-39.
Besar Sampel: kohort
• n1=n2=
P1= proporsi diare melanjut pada pasien dengan kadar zinc
normal (0,52)
P2= proporsi diare melanjut pada pasien defisiensi zinc (0,48)
P= ½(P1+P2) = 0,39
maka n1=n2= 25
Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi
ke-4. Jakarta: Sagung Seto, 2011. h. 348-82
Bitarakwate E, Mworozi E, Kekitiinwa A. Afr Health Sci 2003;3:54–60.
Subjek Penelitian
Metode perekrutan subjek
• Subjek diambil secara convenient dari pasien diare akut rawat jalan dan
rawat inap di Departemen IKA FKUI RSCM Jakarta, RSUD Budhi Asih Jakarta,
RSUD Bayu Asih Purwakarta dan RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
sampai jumlah subjek terpenuhi.
Variabel Penelitian
Variabel bebas
• Usia (numerik)
• Status gizi (nominal atau ordinal)
• Riwayat diare berulang (kategorikal)
• Pendapatan orangtua (ordinal)
• pendidikan orangtua (ordinal)
Variabel tergantung
• Kadar zinc (nominal)
• Diare melanjut (nominal)
Prosedur Penelitian
• Seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi & eksklusi, dimintakan
persetujuan dari orangtua dilakukan pencatatan data dasar.
• Data dasar sebagai berikut: usia, lama diare, frekuensi diare, riwayat
diare berulang, BB, TB, tingkat pendidikan terakhir orangtua,
pekerjaan dan pendapatan orangtua, riwayat pemberian antibiotik
dan riwayat terapi zinc.
• Dilakukan pengambilan sampel darah sebanyak 3 mL untuk
mengukur kadar zinc. Sampel dilakukan sentrifuge di laboratorium
perinatalogi RSCM, , dan laboratorium Sayang Bunda di Purwakarta
 dibawa ke Laboratorium Saemeo Tropmed Regional Centre For
Community Nutrition FKUI-RSCM. Pemeriksaan kadar zinc dilakukan
dengan menggunakan metode fotometrik (kimia).
• Pemantauan terhadap lama diare dilakukan setiap hari hingga subjek
sembuh, meliputi frekuensi dan konsistensi BAB.
Alur Penelitian
Definisi Operasional
• Diare: peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali
•
•
•
•
•
perhari dan atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair.
Diare akut: diare yang berlangsung/sembuh dalam waktu kurang dari
14 hari.
Diare melanjut: diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
Diare berulang: jika mengalami episode diare ≥2 kali per 6 bulan,
terhitung 6 bulan terakhir saat subjek diikutsertakan dalam
penelitian.
Riwayat terapi zinc: jika mendapat terapi zinc minimal satu hari atau
lebih dalam diare saat ini.
Riwayat antibiotik: jika mendapat terapi antibiotik baik oral maupun
parenteral untuk morbiditas saat ini atau terdapat riwayat mendapat
antibiotik dalam 2 bulan terakhir.
..definisi operasional
• Usia: Usia subjek yang dinyatakan dalam tahun berdasarkan tanggal
lahir.
• Status gizi: menggunakan kurva pertumbuhan WHO 2007
• Status ekonomi dinilai berdasarkan tingkat pendapatan per kapita,
menurut klasifikasi yang ditetapkan Bank Dunia tahun 2010.
• Tingkat pendidikan ibu: tingkat pendidikan yang pernah ditempuh
secara formal oleh ibu, ditetapkan berdasarkan ijazah tertinggi yang
dimiliki.
• Defisiensi zinc: kadar serum zinc < 9,9 µmol/L.
• Bristol stool chart : gambar konsistensi feses, digunakan untuk
memudahkan penentuan konsistensi tinja.
• Kriteria sembuh dari diare: bila konsistensi tinja sesuai dengan nomor 5
pada Bristol stool chart
..definisi operasional
• Penyakit penyerta: pasien diare yang juga menderita penyakit
tersebut (pneumonia, campak, sindrom nefrotik, kelainan hati seperti
sirosis hepatis, hepatitis)
• Defisiensi zinc: didefinisikan bila kadar serum zinc <9,9 µmol/L.
• Bristol stool chart : gambar konsistensi feses, digunakan untuk
memudahkan penentuan konsistensi tinja.
• Kriteria sembuh dari diare: bila konsistensi tinja sesuai dengan
nomor 5 pada Bristol stool chart.
Pengolahan data
• Data akan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tekstular, tabular, dan
grafik menggunakan program SPSS versi 16.0.
• Uji perbandingan dua proporsi dan uji perbandingan proporsi >2 variabel
akan digunakan untuk membandingkan proporsi defisiensi zinc pada tiaptiap variabel bebas.
• Variabel bebas yang memiliki nilai p <0,05 akan diikutsertakan dalam
analisis regresi logistik dengan variabel tergantung kadar zinc (defisiensi
atau tidak).
• Uji perbandingan dua proporsi akan digunakan untuk membandingkan
proporsi diare melanjut pada kelompok dengan/tanpa defisiensi zinc.
Etik penelitian
• Persetujuan etik penelitian akan diperoleh dari Komisi Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebelum subjek diikutsertakan
dalam penelitian, persetujuan tertulis dimintakan dari orangtua/wali
setelah sebelumnya diberikan penjelasan mengenai tujuan, prosedur,
manfaat, serta risiko penelitian (informed consent).
Alur Subjek Penelitian
Karakteristik Subjek
Kadar Zinc
• Subjek dengan diare akut memiliki
median kadar zinc 12,9µmol/L
(4,9-21,4)
• Subjek dengan diare melanjut 13,4
µmol/L (7,2-22,5).
• Tidak ada perbedaan
bermakna kadar zinc
antara subjek dengan
diare akut dan diare
melanjut (p 0,074).
• Prevalens defisiensi zinc
adalah 20/99 (20,2%).
Defisiensi Zinc dan Hubungannya dengan Sosial Ekonomi dan
Karakteristik Subjek
Diare Melanjut
Defisiensi Zinc terhadap Kejadian Diare Melanjut
Hubungan Diare Melanjut dengan Pendidikan,
Pendapatan Orangtua, Usia, Status Nutrisi, dan
Riwayat Diare Berulang
Analisis multivariat
Hubungan riwayat diare berulang dengan riwayat
antibiotika terhadap diare melanjut
Defisiensi zinc, riwayat antibiotika dan diare melanjut
Pembahasan….
• Defisiensi zinc saat ini merupakan salah satu masalah global
• Morbiditas dan mortalitas terkait defisiensi mikronutrien inipun
cukup signifikan.
• Ekskresi zinc yang meningkat saat diare, tentunya akan
meningkatkan risiko menurunnya kadar zinc.
Penelitian ini  studi analitik potong lintang untuk mengetahui
hubungan antara kadar zinc serum dengan tingkat pendidkan ibu,
status ekonomi, usia, status nutrisi dan riwayat diare berulang
• Penelitian dilanjutkan dengan kohort hingga sembuh, untuk
mengetahui apakah defisiensi zinc merupakan faktor risiko
diare akut menjadi diare melanjut.
Keterbatasan penelitian
• Kadar zinc sebagai faktor yang diteliti tidak disertai data asupan
•
•
•
•
makanan.
Terapi zinc sebelumnya yang tidak dieksklusi. Studi di Turki
dengan subjek usia 6-60 bulan dengan diare akut, kadar zinc
serum baru meningkat secara bermakna bila pemberian zinc
15-30 mg selama 14 hari. Lama pemberian zinc pada penelitian
Dapat diabaikan
ini memiliki median 2 hari
Teknik pengambilan sampel
Penelitian bukan kohort murni.
Analisis kadar zinc serum dilakukan setelah semua sampel.
Boran P, Tokuc G, Vagas E, Oktem S, Gokduman MK. Arch Dis Child. 2005;14:
Karakteristik Subjek Penelitian
Kriteria inklusi usia < 5 tahun
Usia terbanyak diare akut dan defisiensi zinc
Pendidikan ibu > 90% rendah
Pendapatan >> menengah rendah hingga rendah
Pengetahuan seputar zinc ↓
Asupan zinc ↓
Rentan “defisiensi zinc”
Report on Result of national basic health research (RISKESDAS 2007).
http://203.90.70.117/searo/Indonesia/LinkFiles/Health__Information_and_evidence_for_policy_Riskesdas_2007.pdf.
diakses 08 Februari 2013.
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr Bull2004;25:94–204.
Median kadar zinc
13,05 µmol/L
Global : 4%-73%
India : 73,3%
Perbedaan dengan
di India:
Subjek di India 940
Studi ini 99
Riwayat terapi zinc
tidak dieksklusi
Di India tidak
disebutkan tentang
riwayat zinc
Defisiensi zinc
Prevalens
defisiensi zinc
20,2%
Defisiensi zinc
Defisiensi zinc
Hubungan Defisiensi Zinc dengan
Karakteristik Subjek
Studi di Turki,
kadar zinc serum
meningkat
bermakna, setelah
terapi 14 hari
Pada studi ini 
median lama
terapi zinc 2 hari.
Mungkin tidak
berpengaruh??
Caulfield LE, et al. Zinc deficiency.
www.who.int/publications/cra/chapters/volume1/0257-0280pdf.
Dhingra U, et al. J Health Popul Nutr. 2009; 27:632-39.
Hubungan Defisiensi Zinc dengan
Sosial Ekonomi
• Pendidikan ibu yang sebagian besar rendah dan pendapatan orangtua
berada di level menengah rendah hingga rendah tidak memiliki hubungan
dengan terjadinya defisiensi zinc pada studi ini.
• Studi Thurlow di Thailand mendapatkan hasil yang sama
• Namun IZincG menyebutkan bahwa kondisi sosial ekonomi yang rendah
merupakan kelompok berisiko untuk terjadinya defisiensi zinc
• Faktor tanah dan sumber air? Seperempat tanah di dunia memiliki
kandungan zinc yang rendah. Indonesia?
Thurlow RA, et al. Eur J of Clin Nutr. 2006;60:623-32.
Walker CLF, et al. European J of clin Nutr. 2009:63;591-7.
Nielsen FH. Adv. Nutr. 2012;3: 783–89.
Hubungan Defisiensi Zinc dengan Usia
Defisiensi zinc
Usia
• Hasil analisis bivariat, pada
• Usia di atas 1 tahun lebih
studi ini tidak ada hubungan
antara defisiensi zinc dengan
usia
• OR 1,08 (IK95% 0,404-2,879)
dengan p 0,879
rentan, karena asupan ASI
mulai menurun
• ASI memiliki kadar zinc
cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian tubuh
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors.
Food and Nutr Bull2004;25:94–204.
Hubungan Defisiensi Zinc dengan Malnutrisi
• Hubungan defisiensi zinc dan malnutrisi  saling memengaruhi
• Penelitian di Vietnam, 50% anak dengan malnutrisi memiliki
kadar zinc rendah/defisiensi.
• Asupan yang kurang
Kondisi yang sering terjadi pada
• Sering infeksi
malnutrisi  rentan defisiensi zinc
• Hipoalbuminemia
Tidak ada hubungan antara malnutrisi dengan defisiensi zinc
International Zinc Nutrition Consultative Group (IZincG), Hotz C, Brown KH, editors. Food and Nutr
Bull 2004;25:94–204.
Wapnir RA. J. Nutr. 2000;130:1388S-92S.
Schneider JM, et al. J Am Diet Assoc. 2007;107:1924-9.
Hubungan Defisiensi Zinc dengan
Diare Berulang
• Diare akan menyebabkan meningkatnya ekskresi zinc feses,
membuat balans negatif dan mengurangi kadar zinc dalam
jaringan
• Pada penelitian ini riwayat diare berulang tidak berhubungan
dengan defisiensi zinc.
Sejak awal subjek
memang tidak
defisiensi zinc
Kontrol hemostatic
zinc yang efektif pada
subjek
Scrimgeour AG, Lukaski HC. Curr Opin in Clin Nutr and Metab Care.
2008;11:711–17.
Wapnir RA. J. Nutr. 2000;130:1388S-92S.
Defisiensi Zinc sebagai Faktor Risiko
Diare Akut menjadi Diare Melanjut
• Prevalens diare melanjut pada penelitian ini adalah 25,3%.
• Uji korelasi dengan chi square  defisiensi zinc bukan
merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut, RR
1,82 (IK95%0,633-5,260) p 0,261
• Analisis lebih lanjut dengan riwayat penggunaan antibiotik
karena memiliki hubungan yang hampir bermakna (p 0,056) 
subjek dengan defisiensi zinc dan memiliki riwayat terapi
antibiotik  RR 2,75 kali terjadi diare melanjut.
• Penelitian lain: diare akut akan berisiko menjadi diare melanjut
bila terdapat riwayat pemberian antibiotik.
Ghani L. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat FKUI 1997.
Karim ASMB, et al. J Gastroenterol. 2001;20:59-61.
Umamaheswari, et al. Indian J of Paed. 2010;77;885-8.
Faktor risiko diare melanjut
• Untuk mengetahui faktor risiko lain terjadinya diare melanjut, dilakukan
analisis bivariat antara faktor sosial ekonomi, usia, status nutrisi dan riwayat
diare berulang apakah berhubungan dengan diare melanjut.
• Dari kelima variabel hanya riwayat diare berulang yang memenuhi,
selanjutnya bila riwayat pemberian antibiotik diikutsertakan dalam analisis
tersebut, terdapat dua variabel yang dapat dianalisis multivariat.
• Hasilnya subjek tanpa diare berulang merupakan faktor protektif untuk
terjadinya diare melanjut.
• Diare berulang dapat disebabkan kerusakan mukosa usus akibat infeksi yang
belum sempurna peyembuhannya, alergi makanan atau defisiensi
disakaridase. Namun, mekanisme penyembuhan mukosa usus yang belum
sempurna pasca-infeksi maupun infeksi baru dipercaya menjadi penyebab
tersering. Sehingga hal ini dapat berisiko untuk terjadinya diare melanjut.
Guarino A, De Marco G. Persistent diarrhea. Dalam: Walker WA, Goulet O, Kleinman RE, Sherman
PM, Shneider BL, Sanderson IR, penyunting. Pediatric gastrointestinal disease. Ed ke-4. Hamilton,
Ontario: BC Decker; 2004. h.180-93.
Simpulan
• Prevalens defisiensi zinc pada anak dengan diare akut pada penelitian ini
•
•
•
•
adalah 20,2%.
Tidak ada perbedaan bermakna median kadar zincserum pada diare akut
dan diare melanjut (12,9 µmol/L vs 13,4 µmol/L).
Tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu, pendapatan orangtua, usia,
status gizi dan riwayat diare berulang dengan defisiensi zinc.
Defisiensi zinc tidak terbukti merupakan faktor risiko diare akut menjadi
diare melanjut.
Defisiensi zinc disertai riwayat pemberian antibiotik dan riwayat diare
berulang merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut.
Saran
• Penelitian lain diperlukan dengan jumlah subjek lebih besar
untuk menilai hubungan faktor risiko tersebut dengan diare
melanjut.
• Pada tata laksana diare akut akibat infeksi virus, tidak
disarankan pemberian antibiotik dan perlu dicermati riwayat
diare sebelumnya, guna mencegah diare akut menjadi diare
melanjut.
Download