BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008), Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan usaha dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Disamping kegiatan pemasaran perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik. Menurut Hasan (2014), Pemasaran merupakan hal yang begitu mendasar sehingga tidak dapat dipandang sebagai suatu fungsi yang terpisah. Pemasaran merupakan keseluruhan bisnis yang dilihat dari hasil akhirnya, yaitu dari sudut pandang pelanggan. Oleh karena itu, keberhasilan usaha tidak ditentukan oleh produsen melainkan oleh pelanggan. Pemasar juga umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada pelanggan. Sesungguhnya, orang-orang pemasaran melakukan pemasaran lebih kompleks dari hal-hal tersebut. Seorang pemasar dituntut untuk dapat lebih sigap membaca situasi dan kondisi seorang pelanggan. Menurut Tjiptono (2008:5), Pemasaran adalah salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan di dalam sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan kegiatan usahanya secara berkesinambungan. Pemasaran mencakup semua kegiatan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya secara kreatif dan menguntungkan. 2.1.1 Manajemen Pemasaran Menurut Kurtz (2008), Manajemen Pemasaran merupakan merupakan suatu proses analisis, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan program pemasaran yang didesain untuk menciptakan, mengembangkan serta memelihara manfaat serta relasi antara perusahaan dan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan. Manajemen pemasaran merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasaran. Aktivitas pemasaran dalam perusahaan tentunya dipengaruhi oleh manajemen pemasarannya. Oleh karena itu maka manajemen perusahaan merupakan hal penting 9 10 yang memiliki peranan yang kuat dalam mencapai tujuan sedangkan tugas dari manajemen pemasaran itu sendiri adalah melakukan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan. Setelah itu, manajemen pemasaran mengimplementasikan rencana tersebut dengan cara melaksanakan strategi-strategi pemasaran untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pelanggan demi tercapainya tujuan perusahaan. American Marketing Association dalam Kotler (2009), mendefinisikan menajemen pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang-barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Definisi ini menjelaskan bahwa manjemen pemasaran adalah proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan barang dan jasa serta gagasan berdasarkan berdasarkan pertukaran dengan tujuan memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat. 2.1.2 Konsep Pemasaran Konsep Pemasaran merupakan falsafah perusahaan yang menyatakan bahwa keinginan pembeli adalah syarat utama bagi kelangsungan hidup perusahaan. Konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi konsep pemasaran menurut Swastha (2007:17) “Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan pelanggan merupakan syarat ekonomis dan social bagi kelangsungan hidup perusahaan”. Definisi menurut Philip Kotler adalah sebagai berikut, Sebuah falsafat bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan pelanggan merupakan syarat ekonomi dan social bagi kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mendukung kegiatan pemasaran tersebut, ada 5 konsep pemasaran yaitu: 1. Konsep Produksi (The Production Concept) Konsep ini menyatakan bahwa pelanggan akan menyukai produk yang tersedia, selaras dengan kemampuan. Oleh karenanya manajemen harus berupaya untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi. 2. Konsep Produk (The Product Concept) 11 Konsep ini mengandung pengertian bahwa pelanggan akan menyukai produk yang menawarkan kualitas dan prestasi terbaik serta keistimewaan yang menonjol. 3. Konsep Penjualan (The Selling Concept) Konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk, kecuali jika produsen mengupayakan promosi dan penjualan yang agresif. 4. Konsep Pemasaran (The Marketing Concept) Kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta pemberian kepuasan yang dinginkan secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaingnya. Dasar pemikiran dalam pemasaran yaitu: Pemuasan keinginan kelompok pembeli tertentu menjadi tugas perusahaan, untuk memuaskan keinginan pelanggan diperlukan program riset pemasaran agar dapat diketahui pola keinginan pembeli. 5. Konsep Pemasaran Kemasyarakatan (The Sociental Marketing Concept) Menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik daripada yang diberikan oleh pesaing – pesaing perusahaan sedemikian rupa sehingga dapat memperhatikan dan mempertinggi kesejahteraan masyarakat. 2.1.3 Product Menurut Sianipar (2006:24) Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun dilihat termasuk kemasan, warna, harga, prestise perusahaan maupun tingkat pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Hirarki produk dimulai dari kebutuhaan dasar sampai dengan item tertentu sampai dapat memuaskan kebutuhan tertentu (Lubis, 2007:17).Karateristik produk harus digambarkan. Yang menekankan apa yang menjadikan produk tersebut lebih diminati daripada produk sejenis yang ditawarkan oleh pesaing. Suatu produk mungkin diminati karena lebih mudah dipakai, lebih efektif atau lebih awet. Keunggulan kompetitif apapun dari suatu produk ini dengan produk sejenis dari pesaing harus dijelaskan. 12 2.1.3.1 Kategori Produk Untuk membantu strategi pemasaran perusahaan dapat berjalan secara efektif, pemasar membagi produk berdasarkan proses pembelian dan penggunaannya, menjad produk konsumsi dan produk industri. 1. Produk Konsumsi Produk konsumsi adalah barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga atau individual. Produk yang dibeli pelanggan akan langsung dikonsumsi sendiri. Produk itu tidak akan digunakan sebagai bahan baku produksi barang lain atau dijual kembali. 2. Produk Industrial Produk industrial adalah barang atau jasa yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa lain, atau dibutuhkan untuk kegiatan operasional perusahaan 2.2 Brand (Merek) Menurut Kotler & Armstrong (2008:346), Merek adalah salah satu atribut yang penting dari suatu produk, karena selain alat identifikasi merek mempunyai banyak manfaat bagi para pelanggan dan produsen, maupun middleman atau perantara. Pentingnya merek bagi pelanggan yaitu dengan adanya merek maka akan memudahkan bagi pelanggan untuk membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh satu perusahaan. Merek juga memberikan jaminan akan kestabilan kualitas yang berarti bahwa suatu produk dengan merek yang sama maka kualitasnya pun akan sama walau dibeli dimanapun juga. Sedangkan penggunaan merek bagi penjual adalah bahwa dengan adanya merek maka penjual dapat mempromosikannya untuk menumbuhkan citra terhadap perusahaan. Merek dari sebuah produk juga berarti memberikan nilai tambah produk tersebut. Menurut Waluyo (2010), Ketika orang-orang berfikir tentang suatu produk atau jasa, mereka biasanya memikirkan sifat-sifat dan keistimewaan, serta manfaat praktis yang akan diberikan dari produk atau jasa itu kepada pelanggan. Namun, ketika mereka memikirkan suatu merek, mereka berfikir melampaui hal ini dan dengan suatu cara yang benar-benar berbeda, karena pemberian merek menambahkan suatu dimensi emosional pada hubungan produk pelanggan. Menurut Janita (2005:15), Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk membedakan produk yang dihasilkan 13 perusahaan dari produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh pelanggan. Tujuan perusahaan menciptakan pembelian terhadap produk yang dihasilkan dan pemberian merek memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Dengan demikian hubungan ini diharapkan dapat menghasilkan pangsa pasar yang lebih besar dan meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan laba sesuai yang diharapkan oleh perusahaan. Kotler dan Gray Armstrong (2007:70) mendefinisikan Brand adalah satu atribut yang sangat penting dari sebuah produk yang penggunaanya pada saat ini sudah sangat meluas karena beberapa alasan, dimana merek suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk tersebut. Pikiran para pelanggan dipengaruhi oleh beragam pesan yang sampai pada angka ribuan pesan dan sering berubah-ubah. Merek tidak hanya kesan-kesannya, tetapi hanya kesan-kesannya, tetapi merek juga harus menempati suatu posisi khusus dalam pikiran untuk benar-benar menjadi sebuah merek. Merek juga merupakan janji penjual untuk menyampaikan kesimpulan sifat, manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek dapat menyampaikan empat tingkat arti : a. Atribut Merek akan mengingatkan orang pada atribut tertentu. Misalnya keawetan dan sebagainya sehingga hal ini memberikan suatu landasan pemosisian bagi atribut lain dari produk tersebut. b. Manfaat Pelanggan tidak membeli atribut tetapi mereka membeli manfaat dari produk tersebut. Oleh karena itu atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. c. Nilai Merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Misalnya saja menilai prestasi, keamanan, dan prestise tinggi suatu produk. d. Kepribadian Merek menggambarkan kepribadian. Merek akan menarik orang yang gambaran sebenarnya dan citra dirinya cocok dengan citra merek. 14 2.2.1 Fungsi Brand Keller (2008) menyatakan bahwa merek mempunyai dua peran utama, yakni fungsi brand bagi pelanggan dan fungsi bagi produsen seperti yang digambarkan dalam table 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1 Fungsi Brand Bagi Konsumen Consumers Identification of source of product Assigment of responsibility to product maker Risk reducer Search cost reducer Promise, bond, or pact with maker of product Symbolic device Signal of quality Sumber : Keller,Strategic Brand Management, 2008:7 Penjelasan dari fungsi-fungsi brand tersebut adalah sebagai berikut. Pertama sebagai media untuk mengidentifikasi asal keberadaan produk (identification of source of product). Brand membantu pelanggan dalam memberikan informasi tentang asal suatu produk, seperti korporasi asal pembuat produk, kualitas, persepsi mengenai produk serta hal lain yang menyangkut produk tersebut. Kedua, sebagai bentuk pertanggungjawaban oleh produsen bagi pelanggan (assiggnement of responsibility to product maker). Penggunaan suatu produk oleh pelanggan yang dilakukan dalam jangka panjang adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap produsen produk. Brand merupakan salah satu media penting untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Melalui brand, pihak produsen mempunyai tanggung jawab untuk dapat memberikan performa yang konsisten dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan. Ketiga, dengan adanya brand, maka akan mengurangi risiko (risk reducer). Dalam menentukan keputusan pembelian produk, pelanggan mempunyai risiko sebagai berikut: 15 a. Functional risk. Produk yang dipilih tidak dapat memberikan performa seperti yang telah dijanjikan sebelumnya. b. Physical risk. Produk yang ada dapat menggangu kepada fisik atau kesehatan pengguna. c. Financial risk. Produk yang ada tidak sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan pelanggan. d. Social risk. Hasil penggunaan dari produk dapat memberikan rasa malu bagi pelanggan kepada pihak lain. e. Phychological risk. Produk dapat mempengaruhi kondisi mental pelanggan. f. Time risk. Kegagalan dari performa suatu produk menghasilkan suatu opportunity cost dalam menemukan produk lain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Keempat, meminimalisasi biaya dalam proses pengambilan keputusan pembelian (search cost reducer). Tidak dapat dipungkiri bahwa pelanggan saat ini dipenuhi oleh berbagai macam pilihan brand dalam satu kategori jenis produk yang sama. Brand dapat membantu pelanggan dalam mengurangi biaya pencarian terhadap alternatif pilihan yang ada. Kelima, sebagai bentuk komitmen oleh produsen pembuat produk kepada pengguna melalui produk yang dihasilkan (promise, bond, or pact with maker of product). Sebuah brand memberikan suatu janji kepada pelanggan, dan pelangganakan melihat apakah janji tersebut dapat digunakan dengan baik. Jika pelanggan dapat menerima janji yang disampaikan oleh suatu brand maka akan terjadi sebuah ikatan yang kuat (bond). Keenam, brand dapat digunakan sebagai alat simbol pembeda (symbolic device). Pelanggan dapat memilih suatu brand yang sesuai dengan karakterisik yang mereka kehendaki atau dapat disesuaikan dengan personality dari seorang pelanggan, sehingga suatu brand dapat dijadikan suatu simbol pembeda dari pilihan kategori produk yang ada sesuai dengan pilihan pelanggan. Ketujuh, brand sebagai tanda kualitas (signal of quality). Sebuah brand yang mempunyai kualitas baik dengan otomatis akan mendapat kepercayaan dari pelanggan. Hal ini menjadi penting bagi konsumen sehingga dapat memberikan rasa aman akan kualitas dari sebuah brand dan menjadi alasan untuk penggunaan dalam jangka waktu yang panjang. 16 Keiningham, Vavra, Aksoy dan Wallard (2005) menyatakan bahwa pelanggan akan merubah pilihan pada suatu brand. Pertama jika brand yang menjadi preferensinya tidak ada. Kedua, brand kompetitor menawarkan value yang lebih baik dengan melakukan promosi khusus. Ketiga, adanya kebutuhan yang berbeda dan perbedaan level dari kualitas, variasi yang dibutuhkan. Disamping mempunyai peran bagi konsumen, brand juga mempunyai peran bagi perusahaan pemilik brand tersebut. Tabel 2.2 Fungsi Brand Bagi Perusahaan Consumers Identification of source of product Assigment of responsibility to product maker Risk reducer Search cost reducer Promise, bond, or pact with maker of product Symbolic device Signal of quality Sumber : Keller,Strategic Brand Management, 2008:7 Pertama, brand dapat membantu perusahaan tersebut mengetahui siapa pelanggan pengguna produk yang dihasilkan, perilaku pembelian, tren yang ada dalam pembelian dalam lokasi-lokasi tertentu (identification to simplify handling or tracing). Hal ini penting bagi produsen yang memiliki sebuah brand dalam melakukan strategi pemasaran dan penjualan untuk menempatkan suatu brand dalam kegiatan yang sesuai dengan pelanggannya. Kedua, brand juga dapat melindungi secara hukum terhadap fitur unik yang dimiliki oleh suatu produk (legal protection aspect). Bagian ini bisa termasuk kedalam bagian dari hak paten atau hak cipta. Ketiga, brand dapat memberikan suatu sinyal bagi pelangganakan kualitas dalam memenuhi kebutuhan pelanggan melalui produk ataupun services yang digunakan (signal of quality level to satisfield customers). 17 Keempat, brand dapat menjadi salah satu kenggulan kompetitif dalam persaingan yang ada (source of competitive advantage). Hal ini membedakan dengan kompetitornya dan menjadi suatu competitive advantage. Kelima, brand juga dapat menghasilkan pendapatan keuangan bagi perusahaan (source of financial returns). Kita dapat melihat bagaimana peringkat serta nilai brand yang ada dalam evaluasi yang dilakukan oleh Interbrand. Dalam transaksi penilaian suatu perusahaan, nilai brand masuk dalam kategori intangible asset atau good will. Perbedaan ini berguna bagi pelanggan karena akan membantu mengenali suatu produk, mengurangi search cost dan menjamin suatu kualitas tertentu dari produk yang dibelinya. Sedangkan dari segi produsen, perbedaan ini memfasilitasi upaya promosi, segmentasi pasar, introduksi produk baru, brand loyalty dan pembelian kembali dari produk yang ditawarkan produsen. 2.2.2 Brand Equity Menurut Kotler,Lane (2009:334)Munculnya konsep ekuitas merek dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa brand yang kuat adalah suatu asset yang dapat dikalkulasi nilainya walaupun merupakan salah satu asset perusahaan yang tak berwujud. Artinya, brand tersebut dapat diperjualbelikan sebagaimana asset lainnya dalam perusahaan. Menurut Simamora (2007:67) Brand Equity adalah kekuatan merek atau kesaktian merek yang memberikan nilai kepada pelanggan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa brand equity adalah kekuatan marek yang menjanjikan nilai yang diharapkan pelanggan atas suatu produk sehingga akhirnya pelangganakan merasa mendapatkan kepuasan yang lebih bila dibanding produk-produk lainnya. 2.2.2.1 Manfaat Brand Equity Brand equity dapat memberikan nilai dan manfaat, baik bagi konsumen maupun bagi perusahaan (Simamora, 2007:69), antara lain: 1) Nilai kepada pelanggan a. Aset brand equity membantu pelanggan menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek. 18 b. Brand equity memberikan rasa percaya diri kepada pelanggan dalam mengambil keputusan pembelian, baik karena pengalaman masa lalu dalam karateristiknya. c. Persepsi kualitas dan asosiasi merek bisa menguatkan kepuasan pelanggan dengan pengalaman menggunakannya. 2) Nilai kepada perusahaan a. Brand equity bisa menguatkan program memikat para pelanggan baru atau merangkul kembali pelanggan lama. b. Kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan asset-asset merek lainnya mampu menguatkan loyalitas merek, yaitu bisa memberikan alasan untuk membeli dan mempengaruhi keputusan penggunaan. c. Brand equity biasanya akan memungkinkan margin yang lebih tinggi dengan memungkinkan harga optimum (premium pricing) dan mengurangi ketergantungan pada promosi. d. Brand equity memberikan landasan untuk pertumbuhan melalui perluasan merek. e. Brand equity bisa memberikan dorongan dalam saluran ditribusi. f. Aset-aset brand equity memberikan keuntungan kompetitif yang seringkali menghadirkan rintangan nyata terhadap para competitor. 2.3 Brand Awareness Menurut jurnal Chi (2009) mendefinisikan brand awareness kemampuan pelanggan dapat mengenali dan mengingat merek dalam situasi yang berbeda, membuat pelanggan untuk mengingat atau mengindentifikasi merek dengan mudah, dan lebar mengungkapkan menyimpulkan ketika pelanggan membeli produk, nama merek akan datang ke pikiran mereka sekaligus. Menurut jurnal Irshad (2012) mendefinisikan brand awareness proses memulai apapun proses komunikasi dari pelanggan kepada perusahaan. Proses komunikasi tanpa kesadaran merek seperti yang penting bagi konsumen untuk berkenalan dengan merek sebelum membeli. Aaker dalam Handayani (2010:64) mendefinisikan brand awareness sebagai kemampuan dari seorang pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori atau produk tertentu. 19 Brand awareness membutuhkan jangkauan kotinum dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tetentu telah dikenal sebelumnya, sehingga pelanggan yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat suatu merek produk tergantung pada tingkat komunikasi atau persepsi pelanggan terhadap merek produk yang ditawarkan. Berikut adalah tingkatan dari brand awareness (Handayani, 2010:64): 1. Unware of brand Pada tahapan ini, pelanggan merasa ragu atau tidak yakin apakah sudah mengenali merek yang disebutkan atau belum. Pelanggan juga tidak menyadi akan kehadiran merek yang disebutkan. Misalnya ketika masyaratkan Indonesia merasa awam atau belum mengenal Restylane. Tingkatan unaware of brand telah dialami Restylane pada awal Restylane memasuki pasar Indonesia dengan menawarkan teknologi yang masih tergolong baru Indonesia. 2. Brand recognition Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengenditifikasi merek yang disebutkan. Pelanggan sudah mengenal tetapi masih membutuhkan alat (bantuan) untuk mengingat merek tersebut. Implikasi dari brand recognition ini menjadi penting ketika seseorang berada pada suatu point of purchase. 3. Brand recall Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengingat merek tanpa diberikan stimulus. Peringatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan sesorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. 4. Top of mind Pada tahapan ini, pelanggan mengingat merek sebagai yang pertama kali muncul di pikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu. 2.3.1 Peranan Brand Awareness Peran brand awareness dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suau nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (Durianto, et all, 2004:8-9) 1. Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain; 20 Suatu merek yang kesadaran tinggi dibenak pelanggan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut. 2. Familiar atau rasa suka; Jika kesadaran merek kita sangat tinggi, pelangganakan sangat akrab dengan merek kita dan lama kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang kita pasarkan. 3. Substansi atau komitmen; Kesadaran merek dapat menandakan keberasaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran akan merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran pelanggan tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: • Diiklankan secara luas • Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu • Jangkauan distribusi yang luas • Merek tersebut dikelola dengan baik • Mempertimbangkan merek 2.3.2 Cara Mencapai Brand Awareness Berdasarkan Keller (2006;264) ada 6 elemen untuk membentuk brand awareness, yiatu: 1. Memorable yang perlu diperhatikan adalah seberapakah gampangnya nama brand tersebut diingat oleh pelanggan? Seberapakah gampangnya untuk di sadari nama brand tersebut? 2. Meaningful untuk membuat nama merek itu mempunyai kredibilitas dan suggestif dengan produk dalam kategori tertentu? 3. Likeability Apakah nama brand anda mempunyai kemiringan secara nama, visual dengan produk anda? 21 4. Transferable Apakah nama brand tersebut dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan kategori yang berbeda? 5. Adaptable Seberapa besarkah kemungkinan elemen brand tersebut dapat beradaptasi? 6. Protectable Bagaimana secara legal brand elemen anda dilindungi?Apakah dapat dengan mudah untuk ditiru? Perlu diperhatikan dimana nama produk anda kemungkinan mempunyai kemiripan dengan nama merek anda . 2.3.3 Indikator Brand Awareness Menurut Aaker dalam Jalilvand (2011), diuraikan beberapa hal yang dapat mencerminkan brand awareness yang baik maupun buruk meliputi: 1. Kesadaran Kesadaran akan merek merupakan sebuah indikasi dimana apabila seorang pelanggan mampu menyadari produk apa yang ia gunakan, maka semakin baik kesadaran mereka akan sebuah brand. 2. Pembedaan Apabila pelanggan mampu membedakan sebuah produk dengan produk lainnya dari merek yang berbeda, maka brand awareness dari individu tersebut akan semakin tinggi. 3. Pengetahuan Dimana informasi yang akan di proses untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran dan pengalaman sehinggan pelanggan dapat mengaplikasikan ke dalam masalah atau proses bisnis tertentu. 2.4 Brand Association Menurut jurnal Irshad (2012) brand association yaitu sebagai asset dan kewajiban merek yang terkait dalam memori pelanggan. Sebagai informasi yang terkait dengan memori pelanggan yang mengandung makna yang ditugaskan untuk merek oleh pelanggan. Pentingnya brand association merek karena membantu pelanggan membentuk keputusan pembelian dengan cara pengolahan, pengorganisasian dan mengambil informasi berdasarkan asosiasi tersebut. 22 David Aaker dalam bukunya Managing Brand Equity seperti yang diikuti oleh Handayani (2010:66) mendefinisikan brand association sebagai “Segala sesuatu yang terhubung di memori pelanggan terhadap suatu merek”. Asosiasi merek merupakan kesan yang muncul di benak pelanggan yang terkait dengan ingatan mengenai suatu merek (Durianto, 2004:69). Kesan tersebut akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya pengalaman pelanggan dalam mengkonsumsi suatu merek. Merek yang memiliki kesan kuat di benak pelanggan akan memengaruhi pelanggan dalam menentukan pilihan dalam pembelian. Semakin sering seseorang memikirkan tentang suatu informasi produk dan hal-hal yang berhubungan dengan brand knowledge, maka brand association adalah berbagai macam hal yang terkait dengan suatu brand. “Brand association consists of all brand-related thoughts, feelings, perceptions, images, experiences, beliefs, attitudes, and so on that become linked to the brand node” yang dapat diartikan :brand association terdiri dari pemikiran yang berkaitan dengan merek, perasaan, persepsi, gambaran, pengalaman, kepercayaan, tingkah laku, dan lain sebagainya yang terhubung ke brand node. (Kotler and Keller, 2006:178) Berikut ini merupakan berbagai fungsi dari asosiasi merek : 1. Help process or retrieve information (Membantu proses penyusunan informasi) 2. Differentiate 3. Reason to buy (Alasan pembelian) 4. Create positive attitude or feelings (Menciptakan sikap atau perasaan positif) 5. Basis for extentions (Landasan untuk perluasan) Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa brand association adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Asosiasi ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkatan kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkonsumsikannya. 2.4.1 Nilai atau Manfaat Brand Association Menurut Simamora (2007:82), asosiasi merek yang menciptakan nilai bagi perusahaan dan para pelanggannya juga dapat digunakan untuk : 23 1) Membantu memproses/menyusun informasi Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama saat mengambil keputusan. Asosiasi juga bisa mempengaruhi interpretasi mengenai fakta-fakta. 2) Membedakan atau memposisikan merek Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk membedakan dan memisahkan suatu merek dengan merek yang lain. Asosiasi pembeda bisa menjadi keuntungan kompetitif yang penting. Jika sebuah merek sudah dalam kondisi yang mapan (dalam kaitannya dengan para kompetitor) untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertentu atau untuk suatu aplikasi tertentu, para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang. 3) Membangkitkan alasan untuk membeli Banyak asosiasi merek, membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat pelanggan (customer benefits) yang bisa menyodorkan suatu alasan spesifik untukmembeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini merupakan landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa asosiasi juga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan kredibilitas dan rasa percaya diri atas merek tersebut. 4) Menciptakan sikap/perasaan positif Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang akhirnya berpengaruh pada merek yang bersangkutan. Beberapa asosiasi mampu menciptakan perasaan positif selama pengalaman menggunakan dan mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain. 5) Memberikan landasan bagi perluasan Suatu asosiasi bisa menghasilkan suatu landasan bagi suatu perusahaan dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut. 24 2.4.2 Indikator Brand Association Pengukuran brand association dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dari Aaker dalam Jalilvand (2011) yang meliputi: 1. Ingatan Yaitu sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak ke dalam pengambilan informasi. Kemampuan jiwa kita untuk merekam, menyimpan dan memproduksi sesuatu kejadian yang telah terekam kembali. 2. Karateristik Karakteristik adalah ciri khas dari sebuah produk yang membuat karakteristik tersebut mudah untuk masuk dalam pikiran individu. 3. Kemudahan pembayangan Apabila seseorang mudah untuk membayangkan sebuah produk, maka brand association yang terbentuk pun akan semakin baik. 2.5 Perceived Quality Menurut jurnal Chi (2009) mendefinisikan perceived quality pengakuan pengguna menggunakan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk mengevaluasi keseluruhan manfaat produk, fungsi, daya tahan, teknologi dan kehandalan ketika pelanggan membeli produk. Menurut jurnal Irshad (2012) mendefinisikan perceived quality penilaian pelanggan tentang kualitas produk secara keseluruhan. Menurut Durianto (2004:96) “perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau jasa layanan dengan maksud yang diharapkan pelanggan”. David Aaker mendefinisikan perceived quality sebagai, persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya, dibandingkan dengan alternatif lain” (Handayani, 2010 :73). Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian pelanggan dan loyalitas terhadap merek. Persepsi kualitas adalah salah satu dimensi ekuitas merek. Persepsi kualitas mempunyai atribut penting. Perceived quality berbeda dengan konsep-konsep lain tentang kualitas seperti : 1) Kualitas actual atau obyektif (actual or objective quality), yaitu kemampuan produk atau layanan memberikan fungsi yang dijanjikan. 25 2) Kualitas produk (product-based quality), yaitu sifat dan kuantitas kandungan, fitur, dan layanan tambahan. 3) Kualitas manufaktur (manufacturing quality), yaitu kesesuaian dengan spesifikasi, hasil akhir yang tanpa cacat (zero defect) Kalau sebuah produk memiliki perceived quality tinggi, banyak manfaat yang biasa diperoleh. Selain itu, perusahaan yang memiliki perceived quality yang tinggi memiliki return of investment (ROI) yang tinggi pula. 2.5.1 Indikator Perceived Quality Indikator dari persepsi kualitas atau perceived quality akan menggunakan indikator dari Jalilvand (2011) yang mengukur persepsi kualitas dari 4 refleksi meliputi: 1. Kualitas Tinggi Adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat suatu produk dapat digunakan sesuai dengan fungsi dasarnya. Semakin tinggi persepsi seseorang atas tinggi rendahnya kualitas akan mencerminkan persepsi kualitas sebuah produk. 2. Kemungkinan Kemungkinan dari baik atau buruknya kualitas sebuah produk tidak dapat memastikan produk tersebut baik atau buruk, namun dengan adanya kemungkinan-kemungkinan, maka kecenderungan seseorang untuk berpersepsi atas kualitas produk akan semakin tinggi. 3. Keandalan Persepsi individu atas suatu produk yang dapat diandalkan mencerminkan sejauh mana seseorang akan menciptakan persepsi baik mengenai kualitas dari sebuah produk 4. Kepastian Apabila seseorang dapat memastikan sebuah produk baik, maka hal tersebut akan mendorong persepsi positif atas produk tersebut. 2.6. Brand Loyalty (Loyalitas Merek) Menurut jurnal Chi (2009) brand loyalty pelanggan memenuhi pengalaman masa lalu mereka dalam penggunaan merek yang sama dan menimbulkan perilaku pembelian kembali. Komitmen pembelian kembali dalam waktu pembelian yang 26 menjanjikan pelanggan tidak akan mengubah loyalitas merek mereka dalam situasi yang berbeda dan masih membeli merek yang menguntungkan mereka. Menurut Durianto (2004:126) brand loyalty merupakan ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek. Pelanggan yang loyal pada umumnya akan melanjutkan penggunaan merek tersebut walaupun dihadapkan dengan banyak alternatif merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul. Tingkat kedekatan pelanggan terhadap suatu merek dapat dibagi ke dalam empat tingkat yaitu: 1. Switchers / price sensitive, pada tingkat ini merek dipersepsikan memberi kepuasan yang sama. Merek berperan kecil dalam keputusan pembelian. Pada tingkatan ini, pelanggan lebih sensitif dengan perbedaan harga. 2. Satisfied / habitual buyer, pada tingkat ini pelanggan merasa puas terhadap produk atau setidaknya tidak merasa tidak puas terhadap suatu produk. Pelanggan akan memerhatikan benefit yang ditawarkan sebuah produk. 3. Satisfied buyer with switching cost, pada tahap ini pelanggan merasa puas terhadap produk. Mereka harus mengeluarkan biaya tertentu apabila ingin berpindah merek. 4. Committed buyer, pada tingkatan ini pelanggan merasa bangga menggunakan sebuah merek dan merekomendasikannya kepada orang lain. 2.6.1 Nilai atau Manfaat Brand Loyalty Loyalitas merek dan para pelanggan yang ada mewakili suatu strategic asset yang jika dikelola dan dieksploitasi dengan benar, mempunyai potensi untuk memberikan nilai (Simamora, 2007:85). Nilai-nilai yang diciptakan brand loyalty antara lain: 1) Mengurangi biaya pemasaran Suatu basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek bisa mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan lama lebih murah dibandingkan dengan berusaha mendapatkan pelanggan baru. Semakin tinggi loyalitas, semakin mudah menjaga pelanggan tetap puas. Loyalitas dan sekelompok konsumen merupakan rintangan besar bagi para kompetitor, karena untuk menang, pelanggan yang sudah loyal diperlukan sumber daya yang besar agar dapat membujuk para pelanggan beralih merek. 27 2) Meningkatkan perdagangan Loyalitas yang lebih besar memberikan dorongan perdagangan yang lebih besar karena para pelanggan mengharapkan merek tersebut selalu tersedia. Loyalitas merek juga dapat mendominasi keputusan pemilihan pertokoan dan meyakinkan pihak pertokoan untuk memajang produk di raknya karena para pelanggan akan mencantumkan merek tersebut didalam daftar belanja mereka. Peningkatan perdagangan menjadi penting apabila akan memperkenalkan ukuran baru, jenis baru, variasi atau perluasan merek. 3) Memikat para pelanggan baru Suatu basis pelanggan yang puas dan suka pada suatu merek tertentu dapat menimbulkan keyakinan bagi calon pelanggan khususnya jika pembelian tersebut agak mengandung resiko. Kelompok pelanggan yang relatif puas akan memberikan suatu citra bahwa merek tersebut merupakan produk yang diterima luas, berhasil, beredar di pasaran, dan sanggup memberikan dukungan pelayanan yang luas dan peningkatan mutu produk. Kesadaran merek juga dapat dibangkitkan dari kelompok pelanggan. Teman dan kolega para pengguna akan menjadi sadar akan produk tersebut hanya dengan menyaksikannya dan akan membangkitkan semacam kenangan yang berkaitan dengan konteks penggunaan dan pengguna yang sulit dijangkau oleh iklan manapun. Jadi, loyalitas merek dapat memikat pelanggan baru dengan dua cara, yakni menciptakan kesadaran merek dan meyakinkan kembali. 4) Memberi waktu untuk menanggapi ancaman-ancaman persaingan Loyalitas merek memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk merespons gerakan-gerakan kompetitif. Jika salah satu kompetitor mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut yang loyal akan memberi waktu pada perusahaan kepercayaannya untuk memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya. 28 2.6.2 Indikator Loyalitas Merek Loyalitas merek atau brand loyalty dalam penelitian ini diukur menggunakan 4 indikator yang dikemukakan oleh Jalilvand (2011) meliputi: 1. Ketersediaan Apabila seseorang tetap membeli sebuah produk setiap kali produk tetap tersedia, hal tersebut membuktikan adanya loyalitas seseorang terhadap brand. 2. Pilihan Utama Apabila seseorang tetap menjadikan sebuah merek dagang atau produk sebagai pilihan utama dibandingkan merek lain, hal tersebut merupakan indikasi dari tingginya loyalitas seseorang terhadap merek tersebut. 3. Loyalitas Apabila seseorang menganggap diri mereka loyal terhadap sebuah merek, hal tersebut menunjukkan sejauh mana mereka telah setia untuk terus menggunakan produk pilihan mereka. 4. Alternatif Pilihan Seseorang yang selalu menempatkan sebuah produk sebagai alternatif mereka menandakan kesetiaan seseorang terhadap sebuah merek dagang atau brand loyalty. 2.7 Purchase Intention Menurut jurnal Irshad (2012) mendefinisikanpurchase intention niat beli mengacu pada kesediaan pelanggan untuk membeli merek, peningkatan dan melanjutkan penggunaannya. Purchase intention menurut Irawan , Pane (2011:66-79) adalah : “Keinginan yang kuat gairah kecendrungan hati yang sangat tinggi untuk mendapatkan sesuatu dengan cara pengorbanan, mendapatkan sesuatu dengan cara pengorbanan, mendapatkan sesuatu dengan membayarkan uang”. Definisi purchase intention menurut Samuel, Wijaya (2009:41) adalah sebagai berikut: “Pernyataan mental dari pelanggan yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu”. 29 Kategori pertama merupakan hasil dari produk dengan keterlibatan tinggi (high involvement) dan penyelesaian masalah yang luas (extended problem solving). Dalam hal ini pelangganakan lebih memiliki keinginan untuk mengahabiskan waktu dan energi dalam berbelanja. Sedangkan kategori kedua, keputusan akhir mungkin akn tergantung pada promosi seperti potongan harga, display khusus, dan lainnya. 2.7.1 Indikator Purchase Intention Indikator purchase intention atau minat pemebelian menurut Jalilvand (2011) meliputi: 1. Akan Membeli Apabila seseorang telah memiliki pemikiran atau keinginan untuk membeli sebuah produk, hal tersebut mencerminkan salah satu indikasi tingginya purchase intention orang tersebut atas sebuah brand. 2. Merekomendasikan Apabila seseorang mulai mengarahkan orang lainuntuk membeli produk yang dia gunakan, maka orang minat pembelian orang tersebut atas sebuah produk atau merek dagang dapat dikatakan tinggi. 3. Membeli di masa depan Apabila seseorang telah memiliki rencana untuk membeli produk di masa depan (3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun), maka orang tersebut telah memiliki minat untuk membeli sebuah produk. 2.8 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini juga didukung dengan penelitian sebelumnya yang dapat diuraikan sebagai berikut: Penelitian 1 Penelitian yang dijalankan oleh Roozy et al (2014) dengan judul penelitian “Effect Of Brand Equity On Consumer Purchase Intention” dikutip hasil penelitian sebagai berikut: “Regarding the result of the original hypothesis, about two teensubordinate hypotheses ware presented eight subordinate hypotheses were accepted and fourwererefuse. The brand loyalty has the most influence on the purchases intention.”Dimana dari kutipan tersebut dapat diartikan bahwa pada penelitian 30 tersebut, pengaruh yang dihasilkan dalam mempengaruhi purchase intention adalah brand loyalty. Penelitian 2 Penelitian kedua yang dijalankan oleh Irshad, Waseem (2012) dengan judul penelitian “Service Based Brand Equity, Measure of Purchase Intention, Mediating Role of Brand Performance” menjelaskan bahwa dalam penelitian tersebut perceivedservice quality, brand association & awareness and service loyalty adalah tiga variabel yang secara signifikan mempengaruhi purchase intention. Penelitian 3 Menurut penelitian yang dijalankan oleh Chen dan Chang (2008) dengan judul “Airline brand equity, brand preference, and purchase intentions—The moderating effects of switching” ditemukan hasil penelitian sebagai berikut: “The findings indicate positive relationships between brand equity, brand preference, and purchase intentions with a moderation effect of switching cost affecting the relationship between brand equity and purchase intentions” yang dapat disimpulkan bahwa memang atribut pada brand equity memiliki pengaruh terhadap purchase intention Penelitian 4 Menurut penelitian yang dijalankan oleh Chi, Yeh dan Yang (2009) dengan judul “The Impact of Brand Awareness on consumer Purchase Intention : The Mediating Effect of Perceived Quality and Perceived Quality and Brand Loyalty” yang dapat disimpulkan bahwa memang Perceived Quality dan Brand Loyalty memiliki pengaruh memediasi terhadap Purchase Intention. 31 2.9 Kerangka Pemikiran Kualitas Tinggi Kepastian Kemungkinan Kehandalan Ingatan Karateristik Dapat Membayangkan Perceived Quality Brand Association Akan Membeli Kesadaran Pembedaan Brand Purchase Membeli di Awareness Intention Masa Depan Bentuk Merekomendasik an Brand Loyalty Ketersediaan Pilihan Utama Loyalitas Alternatif Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 32 2.10 Rancangan Uji Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pemikiran yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Selanjutnya, rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini adalah: Untuk Tujuan 1 Ho :Brand association tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Brand association memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) Untuk Tujuan 2 Ho :Brand Awareness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perceived quality pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Brand Awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perceived quality pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) Untuk Tujuan 3 Ho :Brand Awareness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Brand Awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) Untuk Tujuan 4 Ho :Perceived quality tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Perceived quality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) 33 Untuk Tujuan 5 Ho :Brand Awareness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Brand Awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) Untuk Tujuan 6 Ho :Perceived Quality tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Perceived Quality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) Untuk Tujuan 7 Ho :Brand Loyalty tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Brand Loyalty memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) Untuk Tujuan 8 Ho :Perceived Quality tidak signifikan memediasi pengaruh brand awareness terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor Ha :Perceived Quality secara signifikan memediasi pengaruh brand awareness terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) Untuk Tujuan 9 Ho :Brand Loyalty tidak signifikan memediasi pengaruh brand awareness terhadap purchase intentionpada PT Sun Star Prima Motor Ha :Brand Loyalty secara signifikan memediasi pengaruh brand awareness terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor (Menurut jurnal Chi : 2009) 34