Tugas Anlan minggu ke 3

advertisement
Proses pembentukan wilayah berdasar tenaga endogen
Fenomena geologi dikawasan Tulungagung selatan adalah berupa munculnya gunung api
(vulkanisme), tumbunya koral dan foraminifera yang membentuk endapan sedimen organik yang
berupa batuan kapur dengan endapan yang sangat tebal (sedimentasi) dan pengangkatan
kawasan tersebut hingga membentuk pegunungan (tektonik). Bersama dengan aktivitas –
aktivitas tersebut diatas proses eksogen juga melakukan aktivitasnya, bahkan aktivitas proses ini
terus berlangsung hingga saat ini.
Vulkanisme
Kegiatan vulkanisme yang ada di daerah ini sekarang tinggal bekas – bekasnya saja, yaitu
berupa batuan beku hasil pembekuan magma yang ada pada lubang diatrema (sumbat lava) yang
disebut juga dengan vulkanic neck maupun dalam bentuk intrusi yang tersingkap di beberapa
tempat.
Keberadaan batuan beku di kawasan ini merupakan fenomena yang sangat menarik. Hal ini
disebabkan karena batuan tersebut berada ditengah – tengah daerah yang sebagian besar tersusun
dari batuan kapur. Batuan beku yang berupa vulkanic neck yang ada di kawasan ini secara
keseluruhan merupakan batuan masif yang secara morfologis muncul lebih tinggi daripada
daerah sekitarnya dengan dinding – dinding yang sangat terjal. Batuan tersebut membetuk
struktur aliran dengan arah tegak lurus. Hal ini sebagai bukti bahwa batuan beku yang ada di
kawasan ini terjadi dari pembekuan magma yang terperangkap dalam lubang diatrema dari
vulkan – vulkan aktif yang pernah ada di kawasan ini.
Bentukan intrusi juga tersingkap di beberapa tempat, salah satunya terdapat di salah satu
sisi pantai Pasir putih yang terletak di teluk Prigi Kecamatan Watulimo. Intrusi ini tersingkap
karena adanya abrasi gelombang laut.
Ditinjau dari sejarah geologinya seperti yang telah dikemukakan di atas, vulkan – vulkan di
kawasan ini muncul pada kala Oligosen. Pada saat itu kawasan tersebut masih berupa laut,
sehingga vulkan – vulkan tersebut membentuk pulau – pulau gunung api. Selanjutnya pada
Miosen bawah koral dan foraminifera tumbuh di sekitar pulau – pulau tersebut dan membentuk
sedimen organik yang berupa batuan kapur. Pada Miosen Atas, daerah ini mulai terangkat
sehingga membentuk sedimen organik yang berupa batuan kapur.
Pada Miosen Atas, daerah ini mulai terangkat sehingga membentuk pegunungan seperti
saat ini. Dari sejarah geologi tersebut “keanehan” keberadaan batuan beku seperti tersebut di atas
dapat dijelaskan. Jenis batuan beku di kawasan ini adalah andesit dan tersebar pada beberapa
tempat antara lain berupa Gunung Sikambe dengan ketinggian 838 meter dan Gunung Suwur
dengan ketinggian 855 meter. Kedua gunung tersebut terdapat di Desa Watuagung Kecamatan
Watulimo yang tidak lain sebenarnya adalah vulcanic neck. Contoh lain yang menunjukkan
kenampakan cukup bagus adalah Gunung Tanggul (660 meter) yang terdapat di Desa Bandung
Kecamatan Besuki.
Studi secara mendalam dari batuan beku di kawasan ini dapat dilakukan pada Gunung
Sikambe yang terletak di Desa Watuagung. Studi di sini dapat dilakukan antara lain mengenai
analisis susunan mineral, tekstur dan struktur batuannya serta proses-proses geologis lain yang
telah dan sedang berpengaruh terhadap batuan tersebut.
2. Tektonik.
Aktivitas tektonik di Pulau Jawa bagian selatan termasuk kawasan Tulungagung dan
Trenggalek selatan sudah berlangsung sejak awal Paleogen, yaitu dengan munculnya sederetan
pegunungan. Pengangkatan terus berlangsung sehingga pada kala eosen daerah tersebut telah
berkembang menjadi geantiklin ini disertai dengan munculnya sederetan gunung api. Selanjutnya
pada Miosen terjadi penurunan hingga daerah ini mengalami genang laut sedang gunung api
yang ada muncul sebagai pulau-pulau gunung api dan disekitar pulau-pulau tersebut tumbuh
koral dan foraminifera yang membentuk endapan kapur. Peristiwa terakhir yang secara tektonik
memberikan warna dominan pada kawasan Tulungagung selatan terjadi pada Miosen atas. Pda
saat itu terjadi pengangkatan daerah tersebut dan membentuk pegunungan selatan seperti yang
ada saat ini.
Berdasarkan kemiringan lapisan batuan (dip) yang ada di daerah ini dapat diketahui bahwa
pengangkatan yang terjadi di kawasan ini berlangsung dengan kekuatan yang tidak sama. Dip
yang mengarah ke Samudera Hindia menunjukkan bahwa pengangkatan di bagian utara kawasan
ini lebih kuat daripada bagian selatan. Lapisan batuan kapur di kawasan ini banyak yang telah
tersingkap sehingga studi mengenai stratigrafi dapat dilakukan dengan baik namun pengangkatan
yang semakin kuat di bagian utara tidak bisa terus berlanjut, karena di bagian utara dari kawasan
ini justru terjadi patahan yang membentuk gawir (escarpment) yang cukup terjal. Gawir yang ada
di kawasan ini sebenarnya merupakan bagian dari gawir yang berskala lebih luas yang
membentang dari Jawa Tengah bagian selatan hingga bagian selatan Jawa Timur bagian timur.
Untuk kawasan Tulungagung selatan gawir tersebut dapat diikuti sejak dari sebelah selatan
Desa Besole Kecamatan Campurdarat, sebelah selatan Desa Badung Kecamatan Besuki sampai
di Desa Nglampir Kecamatan Watulimo. Gawir yang ada di kawasan tersebut memberikan
gambaran yang sangat jelas yang berupa singkapan mengenai struktur lapisan- lapisan batuan
yang menyusun kawasan ini. Melalui singkapan ini dapat dilakukan studi stratigrafi secara
seksama seperti jenis batuan, kemiringan lapisan batuan, arah lapisan batuan, ketebalan lapisan
batuan dan lain-lain sehingga proses-proses geologis yang pernah dan sedang berlangsung dapat
dianalisis.
Singkapan batuan tidak hanya terdapat di sepanjang gawir saja. Di Pantai Popoh yang
berhadapan dengan laut lepas juga terdapat singkapan yang sangat bagus. Ada yang menarik dari
singkapan yang ada di tempat ini, yaitu diantara beberapa lapisan batuan kapur tersisip suatu
lapisan yang berbentuk lensa tipis yang terdiri dari jenis batuan lain, yaitu terdiri dari batuan
pasir. Berdasarkan material penyusunnya, maka kemungkinan batuan ini merupakan hasil
aktivitas vulkanik yang ada pada saat koral dan foraminifera mulai tumbuh pada Miosen Bawah.
Sebagai objek studi mengenai stratigrafi dapat dilaksanakan di sini dengan baik karena tempat
ini mudah terjangkau dan lapisan batuannya cukup bervariasi. Singkapan yang ada di sini
dibentuk oleh hantaman gelombang (abrasi) dari Samudra Hindia. Singkapan yang terjadi oleh
abrasi juga ditemukan di sepanjang bekas pantai klif di Teluk Sidem, namun keberadaannya
telah banyak terganggu oleh bangunan pembangkit listrik tenaga air di tempat ini.
Pengamatan terhadap salah satu singkapan batuan yang ada di gawir utara dapat dilakukan
dari Desa Nglampir. Dari tempat ini, yaitu dari salah satu bagian ruas jalan raya yang
menghubungkan kota Tulungagung – Pantai Prigi, dapat diamati secara jelas singkapan lapisanlapisan batuan kapur yang ada.
Pada singkapan tersebut dapat diamati ketebalan lapiasan-lapisan, kemiringan lapisan
batuan yang bervariasi, bahkan dibeberapa bagian terjadi struktur patahan yang sifatnya lokal.
Prosese-proses eksogen terhadap batuan tersebut juga dapat diamati di sini. Dari tempat ini juga
dapat diadakan pengamatan secara bagus sekali terhadap dua buah bekas vulkan yang
membentuk vulkanic neck yang sekarang merupakan “menara” batuan beku yang menjulang
jauh lebih tinggi daripada tempat-tempat disekitarnya. Kedua bekas vulkan tersebut adalah
Gunung Suwur dan Gunung Sikambe.
Dengan mengamati singkapan yang ada di Desa Nglampir, maka dapat di ketahui bahwa
secara setmpat-setempat terjadi perbedaan kekuatan pengangkatan, namun secara umum
sediment batuan gamping di kawasan Tulungagung/Trenggalek selatan mempunyai dip dengan
kecenderungan miring kearah selatan (Samudra Hindia).
Dua aktivitas geologi yang berupa vulkanisme dan tektonik berkaitan erat dengan
terdapatnya batuan metamorf di kawasan Tulungagung selatan. Jenis batuan metamorf yang ada
di kawasan ini adalah marmer, yaitu merupakan malihan dari batuan kapur.
Mengenai proses terjadinya batuan marmer di daerah ini ada dua kemungkinan yang
menyebabkannya, yang pertama adalah adanya aktivitas vulkanisme dan yang kedua adalah
karena adanya proses tektonik yang telah berlangsung di daerah ini.
Kemungkinan prosese vulkanik yang menyebabkannya bisa saja terjadi, karena meskipun
kegiatan vulkan di kawasan ini pada umumnya muncul lebih dulu dari terbentuknya endapan
batuan kapur, aktivitas vulkanisme yang berupa intrusi di daerah ini sebagai suatu kasus dapat
saja muncul setelah pengendapan terjadi. Akibat panas yang ditimbulkan oleh magma yang
barada di bawahnya, maka batuan kapur dapat berubah menjadi marmer (metamorfosis sentuh).
Penjelasan ini barulah merupakan suatu hipotesis, karena sampai saat ini intrusi seperti yang
diuraikan di atas yang belum dapat dibuktikan keberadaannya.
Di samping belum/ tidak ditemukannya singkapan intrusi sebagai sumber panas terjadinya
metamorfosis tersebut, kelemahan dari hipotesis tersebut adalah bahwa batuan marmer yang ada
di daerah ini masih mempunyai komposisi mineral yang sama dengan batuan kapur yang ada
disekitarnya. Perbedaan antara marmer dan kapur di sini hanya terletak pada strukturnya saja,
yaitu lebih padat. Padahal jika benar-benar terjadi melalui metamorfosis sentuh, mestinya
komposisi batuannya juga mengalami perubahan.
Kemungkinan yang kedua adalah bahwa terjadinya batuan metamorf karena adanya
tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga tektonik yang dialami oleh batuan kapur yang ada
di kawasan ini. Tekanan yang tinggi ini bisa terjadi ketika pada daerah ini berlangsung aktivitas
tenaga tektonik yang memberi tekanan besar pada batuan kapur yang ada. Jika kedua kelemahan
dalam metamorfosisme sentuh seperti tersebut di atas tidak dapat di perbaiki, maka kemungkinan
yang kedua inilah yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya batuan metamorf di
kawasan ini. Batuan metamorf di kawasan ini tidak tersebar secara meluas, yaitu hanya disekutar
Desa Besole.
Download