1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air bersih

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air bersih atau air tawar merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
yang mutlak di samping energi dan bahan pangan. Tanpa ketiganya manusia tidak
akan bisa hidup dengan layak. Ketiga kebutuhan pokok tersebut juga saling
bergantung satu dengan yang lainnya. Kelangkaan energi akan berpengaruh
terhadap kelangkaan air. Hal ini dikarenakan untuk memproduksi air (dengan
desalinasi) dibutuhkan energi dalam jumlah besar, misalnya untuk desalinasi,
pengolahan air limbah, pendistribusian air (pompa), dan lainnya. Sebaliknya,
untuk memproduksi energi juga dibutuhkan air, misalnya PLTMH (Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro). Di sisi lain, kelangkaan air jelas akan menyebabkan
kelangkaan bahan pangan. Begitu pula kelangkaan pangan akan menyebabkan
standar kehidupan manusia menurun, sehingga berdampak pada kualitas kerja,
misalnya pada sektor industri energi. Hubungan antara ketiganya inilah yang
disebut dengan “The nexus of Water, Energy, and Food” (red: hubungan air,
energi/listrik, pangan). [1]
Pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang pesat menyebabkan sumber
daya air di dunia menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air
merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi manusia, untuk produksi
berbagai barang industri serta untuk produksi makanan dan serat kain. Kebutuhan
air akan irigasi pun semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan pangan
manusia. Perancangan yang didasarkan keahlian serta pengelolaan yang seksama
merupakan hal penting untuk mencapai efisiensi pemanfaatan air.
[2]
Sumber air
dari sungai tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok air dasar dan
kebutuhan pangan berupa irigasi sawah dan ladang, namun juga digunakan
sebagai sumber penggunaan PLTMH. Pada akhirnya hal tersebut menyebabkan
dibutuhkannya manajemen tata kelola penggunaan DAS (Daerah Aliran Sungai)
2
yang akan digunakan untuk kebutuhan air dasar, irigasi pangan, dan sumber
energi PLTMH.
Air tidak dapat lepas dari sumber air, salah satu sumber air adalah sungai.
Sungai terdapat di berbagai daerah di belahan bumi. Air dari berbagai tempat
mengalir ke sungai yang akan diteruskan menuju laut. Daerah Aliran Sungai
(DAS) merupakan suatu wilayah di permukaan bumi di mana di dalamnya
terdapat sistem aliran air yang terdiri dari sungai utama dan beberapa anak
cabangnya (Ritter 2003). Geometri DAS yang mempengaruhi limpasan adalah
ukuran, bentuk, kemiringan, orientasi, elevasi dan kerapatan sungai (Shelton
2009). Sedangkan, beberapa sifat fisik DAS yang juga berpengaruh adalah tata
guna dan tutupan lahan, infiltrasi permukaan, jenis tanah, permeabilitas, kapasitas
air bumi dan ada tidaknya danau dan rawa. Sifat sungai seperti ukuran, bentuk,
keterjalan dan panjang mempengaruhi kapasitas simpan sungai dan menentukan
waktu debit puncak (Shelton 2009). [3]
Perubahan iklim merupakan ancaman bagi bumi, karena dapat
memengaruhi semua aspek kehidupan yang akan mempengaruhi keseimbangan
kehidupan bumi. Perubahan iklim adalah terjadinya perubahan kondisi atmosfer,
seperti suhu, dan cuaca yang menyebabkan suatu kondisi yang tidak menentu.
[3]
Kenaikan temperatur akan menyebabkan terjadinya pemuaian massa air dan
permukaan air laut. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi sistem hidrologi
seperti DAS dan debit sungai.
Irigasi dilakukan para petani di Indonesia sejak zaman dahulu kala dengan
menggunakan aliran anak sungai. Jaringan-jaringan irigasi kecil ini dibangun
dengan memanfaatkan DAS untuk mengairi sawah dan ladang yang akan
memenuhi kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan dipengaruhi oleh kemampuan
daerah-daerah untuk menyediakan sumber daya pangan, karena dari grafik, impor
beras pun dari waktu ke waktu semakin meningkat. Sehingga kebutuhan air,
energi, dan pangan dapat diperoleh dari satu sumber daya, yaitu sumber daya air
sungai.
3
Dalam Kebijakan Energi Nasional Perpres No. 5 Tahun 2006 dengan
tujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan
energi (security of supply) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, yang
diharapkan pada tahun 2025 akan dicapai sasaran elastisitas energi. Dimana
elastisitas energi adalah perbandingan antara tingkat pertumbuhan konsumsi
energi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu dilakukan program
konservasi energi untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kemiskinan, keberlanjutan lingkungan hidup, keamanan pasokan energi dengan
pola dasar efisiensi energi yang didukung oleh peraturan di bidang konservasi
energi. Energi air adalah termasuk dalam kategori SDA (Sumber Daya Alam)
yang dapat diperbaharui (renewable). Pembangunan Pembangkit Energi Listrik
yang dapat diperbaharui
mendapat
prioritas disebabkan SDA yang dapat
diperbaharui dapat tersedia sepanjang zaman. [4]
Pada penelitian mengenai analisis bagaimana hubungan sungai dengan
pembangkit energi, mengenai bagaimana manajemen sumber daya air, mengenai
nexus air, energi, pangan dalam skala makro, dan mengenai prediksi kebutuhan
listrik, kebutuhan energi umum menggunakan aplikasi Long-range Energy
Alternative Planning (LEAP) dan mengenai prediksi produksi pembangkitpembangkit listrik air maupun solar menggunakan LEAP.
Dalam tinjauan skala mikro, salah satu atau beberapa Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang melingkupi suatu daerah dapat dikelola menjadi sumber daya
air yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sumber daya air.
Kebutuhan yang dapat dikelola adalah kebutuhan air pokok, kebutuhan air untuk
irigasi ladang sebagai sumber pangan dan kebutuhan energi yang dapat diperoleh
dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Untuk selanjutnya, prediksi permintaan
listrik, sumber air pokok dan air untuk irigasi pangan dapat diperoleh. Proyeksi
pemenuhan kebutuhan permintaan listrik, sumber air pokok dan air untuk irigasi
juga akan diperoleh. Begitu pula skenario perubahan iklim yang akan berpengaruh
pada pemenuhan kebutuhan pun akan dapat diperoleh. Sehingga diharapkan
4
pengelolaan sumber daya air secara maksimal untuk memenuhi nexus air, pangan,
dan energi di suatu daerah dapat dilakukan.
Kecamatan IV Nagari Bayang Utara berada di Kabupaten Pesisir Selatan,
Provinsi Sumatera Barat. Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Batang berada di
Kecamatan IV Nagari Bayang Utara. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan
mengenai PLTMH dan skenario manajemen air-energi yang terintegerasi di
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Wilayah ini dipilih dikarenakan
terdapat satu aliran yang memiliki lebih dari satu PLTMH, juga ketersediaan data,
karena terdapat stasiun pengukur curah hujan di sungai tersebut dan di Sungai
Tarusan yang berada bersebelahan dengan Sungai Bayang yang dapat digunakan
sebagai data, dan kemudian kemudahan akses ke lokasi tersebut. Lokasi ini dapat
dikatakan cukup terpencil, ditambah masyarakat penduduk sekitar menggunakan
air sungai langsung untuk memenuhi kebutuhan air, sehingga DAS merupakan
sumber kehidupan vital bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian pengelolaan
DAS yang baik merupakan masalah yang penting bagi daerah ini.
I.2 Batasan Masalah
Batasan permasalahan tersebut, pada penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produksi listrik oleh PLTMH
yang terdapat pada Bt. Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produksi pangan di sekitar Bt.
Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.
3. Konsumsi energi yang dihitung dalam penelitian ini hanya pada sektor
listrik.
4. Konsumsi air yang dihitung dalam penelitian ini adalah konsumsi
kebutuhan pokok air.
5. Konsumsi air untuk irigasi sawah dan ladang dalam penelitian ini adalah
kebutuhan pengairan dari irigasi sederhana anak aliran sungai.
6. Proyeksi pembangkitan listrik PLTMH dihitung menggunakan perangkat
lunak WEAP (Water Evaluation and Planning).
5
7. Prediksi permintaan listrik, pangan, dan air dihitung menggunakan
perangkat lunak LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning).
8. Forecasting pada penelitian ini hanya dibatasi hingga tahun 2025.
I.3 Tujuan Penelitian
1. Memberi proyeksi permintaan air, pangan, dan listrik Kabupaten Pesisir
Selatan hingga tahun 2025.
2. Menyediakan prediksi produksi air, pangan, dan listrik PLTMH yang
terdapat pada Bt. Bayang Kabupaten Pesisir Selatan hingga tahun 2025.
3. Mengetahui jumlah pemenuhan kebutuhan air, pangan, dan listrik oleh
PLTMH.
I.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai gambaran teknis mengenai sistem pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH) dan dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim
terhadap sistem PLTMH tersebut.
2. Sebagai gambaran awal mengenai manajemen energi antara kebutuhan
akan air, irigasi pangan, dan energi dari suatu DAS.
3. Sebagai acuan oleh pemerintah atau pihak swasta untuk melakukan
perencanaan air-energi-pangan yang terintegrasi secara umum.
4. Hasil dari penelitian ini harapannya dapat dilanjutkan untuk memberi
analisa lebih mendalam dan pengelolaan lebih detail mengenai manajemen
air sebagai sumber air pokok, irigasi pangan, dan energi pembangkit
tenaga air dari suatu DAS bagi keberlangsungan hidup penduduk sekitar
untuk tahun-tahun mendatang.
5. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan manajemen air-energi-pangan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan serta dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi
mahasiswa.
6
I.5 Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang, batasan masalah,
tujuan penelitian, manafaat penelitian, dan sistematika penelitian.
2. Bab II Pustaka, berisi tentang studi-studi dari penelitian sebelumnya yang
mendukung penelitian penulis.
3. Bab III Dasar Teori, menjelaskan teori-teori yang menjadi dasar pada
penelitian ini.
4. Bab IV Metodelogi Penelitian, membahas mengenai tata cara dan metode
yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini.
5. Bab V Data dan Pembahasan, memuat data-data hasil penelitian dan
pembahasan dari data tersebut yang mengacu pada dasar teori dan studi
pustaka yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya
6. Bab VI Kesimpulan dan Saran, mengemukakan kesimpulan dari hasil
pembahasan dari bab sebelumnya dan saran bagi penelitian selanjutnya.
Download