KEMENTERIAN PU PUNYA POTENSI LAKUKAN PERDAGANGAN

advertisement
KEMENTERIAN PU PUNYA POTENSI LAKUKAN PERDAGANGAN KARBON
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memiliki potensi yang cukup besar untuk melakukan
perdagagan karbon (carbon trading), bukan hanya dari penanganan sampah dan limbah, namun
juga dari peningkatan persentase ruang terbuka hijau (RTH) terhadap kawasan budidaya lainnya;
perwujudan ecocity, penerapan konsep konstruksi berkelanjutan; pembangunan green building dan
green road, serta pemanfaatan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air dalam pengelolaan Sumber
Daya Air.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam sambutan ketika
membuka Sosialisasi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Sektor Pekerjaan Umum, Senin
(16/4) di Jakarta.
Lebih lanjut Djoko mengungkapkan, pada umumnya pembiayaan merupakan salah satu kendala
dalam upaya pengurangan emisi Co2, mengingat biaya investasi pengelolaan yang mahal. Untuk
itu kita harus cerdas dalam menyikapi berbagai peluang yang ada, yang salah satunya melalui
potensi penghasilan dari penjualan sertifikat penurunan emisi (Certified Emission Reduction/ CER)
melalui Carbon Development Mechanism (CDM), dengan demikian diharapkan sebagian dari biaya
investasi dapat ditutupi dari hasil penjualan sertifikat tersebut.
“Sesuai tujuannya, CDM menghasilkan proyek yang dapat menurunkan emisi gas rumah kaca
serta mendukung pembangunan berkelanjutan. Bukti bahwa suatu proyek telah menurunkan emisi
GRK adalah diterbitkannya sertifikat pengurangan emisi oleh Badan Eksekutif CDM atas proyek
yang bersangkutan,― ujar Djoko Kirmanto
Dalam kesempatan yang sama, pengurus Asosiasi Pengelola Karbon Indonesia (APKI), Muslich
Ramelan mencatat bahwa dalam mengantisipasi perubahan iklim global dan penurunan emisi,
Indonesia relatif tertinggal dibandingkan negara lain, seperti China dengan 1.641 proyek CDM
yang diperkirakan menurunkan emisi sekitar 442,5 juta tCO2, sementara Indonesia sampai 31
November 2011 baru memiliki 72 proyek CDM yang sudah tercatat dengan penurunan emisi 3 juta
tCO2.
Lebih lanjut Muslich mengatakan bahwa upaya penurunan karbon melalui proses CDM, selain
memberikan manfaat untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan, juga memberikan nilai
tambah melalui bisnis carbon.
“Namun proses CDM ini belum banyak diketahui oleh para pelaku bisnis di Indonesia, menurut
kami hal ini karena kurang tersedianya informasi, antara lain kurang informasi dari pengembang
proyek dan terbatasnyasosialisasi dari pemerintah tentang CDM,― tambahnya. (nrm/jons)
page 1 / 2
Pusat Komunikasi Publik
160412
page 2 / 2
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download