pengantar psikologi umum

advertisement
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
SEJARAH DAN DEFINISI PSIKOLOGI
A. FILSUF YUNANI KUNO
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani: Psyche = Jiwa dan Logos =
Ilmu. Jadi secara harfiah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Namun,
psikologi itu tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut, yakni
berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga kemudian dapat diartikan bahwa
psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Sebelum psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1879, psikologi
(atau tepatnya gejala-gejala kejiwaan) dipelajari oleh filsafat dan ilmu faal. Filsafat sudah
mempelajari gejala-gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun SM, yaitu melalui filsuf-filsuf Yunani
kuno. Di antara para filsuf itu adalah Thales (624-548 SM) yang dianggap sebagai Bapak
Filsafat.
•
Thales
(624-548
SM)
mengartikan
jiwa
sebagai
sesuatu
yang
supernatural.
Menurutnya, jiwa itu tidak ada karena yang ada di alam hanyalah gejala alam dan gejala
alam berasal dari air.
•
Anaximander (611-546 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari apeiron,
yang artinya tak terbatas, tak terbentuk, tak bisa mati, yaitu seperti konsep tentang
Tuhan di zaman kita sekarang. Maka, kemudian Anaximander berpendapat bahwa jiwa
itu ada.
•
Anaximenes (490-430 SM) mendukung pendapat Anaximander bahwa jiwa itu ada
karena segala sesuatu berasal dari udara.
•
Empedokles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen dasar alam, yaitu
bumi/tanah, udara, api dan air. Sedangkan manusia bisa dianalogikan sama, yakni
tulang/otot/usus (dari bumi/tanah), fungsi hidup (udara), rasio (api), dan cairan tubuh
(air).
•
Hipokrates (460-375 SM) dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran menganggap bahwa
jiwa manusia dapat digolongkan ke dalam empat tipe kepribadian berdasarkan cairan
tubuh yang dominan, yaitu (1) Sanguine (riang) yang didominasi oleh darah, (2)
Melankolis (murung) oleh sumsum hitam, (3) Kolerik (cepat bereaksi) oleh sumsum
kuning, dan (4) Plegmatis (lamban) oleh lendir.
•
Demokritus (460-370 SM) mempunyai pandangan bahwa seluruh realitas yang ada di
dunia ini terdiri dari partikel-partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (indivisible
particlses). Menurut Demokritus, jiwa terdiri dari semacam atom-atom. Cara berpikir
Demokritus ini adalah cara berpikir yang mengikuti prinsip-prinsip mekanistis dan
materialistis.
Berdasarkan pendapat para filsuf di atas, jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang
sama dan tunduk pada hukum-hukum yang sama. Pandangan ini disebut dengan monoism. Di
samping pandangan yang monoism ini, kemudian tumbuh pula pandangan dualism, dimana
jiwa tidak sama dengan badan dan masing-masing tunduk pada peraturan atau hukum-hukum
yang terpisah.
Tokoh yang paling berperan penting dalam terhadap perkembangan psikologi ratusan
tahun ke depan adalah tiga serangkai: Sokrates (469-399 SM), Plato (427-327 SM), dan
Aristoteles (384-322 SM). Plato adalah murid Sokrates, dan Aristoteles adalah murid Plato.
Ketiga tokoh tersebut adalah penganut paham dualism.
•
Sokrates (469-399 SM) memperkenalkan teknik maeutics, yaitu wawancara untuk
menggali keluar pikiran-pikiran dari seseorang. Ia percaya bahwa pikiran-pikiran itu
mencerminkan keberadaan jiwa di balik tubuh manusia.
•
Plato (427-327 SM) mengatakan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-ide yang berdiri
sendiri dan terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Jiwa yang berisi ide-ide diberi
nama psyche. Plato mengatakan bahwa psyche terdiri dari tiga bagian, yaitu Logisticon
(akal) yang berpusat di kepala, Thumeticon (rasa) yang berpusat di dada, dan Abdomen
(kehendak) yang berpusat di perut. Pembagian tersebut disebut dengan trichotomi dari
Plato. Bagi Plato, fungsi berpikir (Logisticon) yang paling penting dalam jiwa manusia.
Keadaan jiwa seseorang dan arah perkembangan jiwa orang itu terutama dipengaruhi
oleh fungsi berpikir dari seseorang. Pendapat Plato tersebut membuatnya disebut
sebagai rasionalis atau penganut paham rasionalisme, yaitu paham yang mementingkan
rasio (akal) di atas fungsi-fungsi kejiwaan yang lain.
•
Aristoteles (384-322 SM) memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang berbentuk
kejiwaan (form) harus menempati suatu wujud tertentu (matter). Wujud ini hakikatnya
merupakan pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Hanya Tuhan satu-satunya yang tanpa
wujud. Tuhan adalah “form” saja tanpa “matter”. Pandangannya tersebut membuat
Aristoteles disebut sebagai penganut paham empirisme. Kaum empirisme meyakini
bahwa segala sesuatu harus bertitik tolak dari realita, yaitu dari “matter” itu. Matter yang
dapat diketahui melalui pengamatan atau pengalaman empiris merupakan sumber
utama pengetahuan. Dengan pendapatnya ini, Aristoteles sering disebut sebagai “Bapak
Psikologi”. Aristoteles juga menyumbangkan pikiran yang sangat penting dalam
tulisannya yang berjudul “The Anima”. Dia mengatakan bahwa makhluk hidup terbagi
dalam tiga golongan, yaitu: (1) Anima Vegetativa (Tumbuhan), Anima Sensitiva
(Hewan), dan Anima Intelektiva (Manusia); manusia memiliki kemampuan mengingat
(mneme) yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kecerdasan (intelek).
B. RENAISANS
Pemikiran para filsuf Yunani Kuno terus berkembang sampai pada masa Renaisans,
yaitu masa revolusi ilmu pengetahuan di Eropa.
•
Rene Descartes (1596-1650), seorang filsuf dari Perancis mencetuskan definisi bahwa
ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu tentang kesadaran (rasio). Ia mengemukakan mottonya
yang terkenal “cognito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada), karena menurutnya
segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang dapat dipastikannya, kecuali pikirannya
sendiri.
•
George Berkeley (1658-1753) seorang filsuf Inggris, mengemukakan bahwa yang
terpenting adalah penginderaan, bukan kesadaran atau rasio. Menurutnya, segala
sesuatu berasal dari penginderaan, rasio hanya mengikuti apa yang diserap oleh
penginderaan. Oleh karena itu, dalam pandangan Berkeley, psikologi adalah ilmu
tentang penginderaan (persepsi).
C. PASCA RENAISANS
Era ilmu Faal dimulai pasca-renaisans. Para ahli ilmu Faal (Fisiologi), khususnya para
dokter mulai tertarik pada masalah-masalah kejiwaan. Pada saat itu, dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan di negara-negara Eropa, khususnya di bidang Fisika (ilmu alam) dan Biologi,
para ahli ilmu Faal berpendapat bahwa jiwa erat sekali kaitannya dengan susunan syaraf dan
refleks-refleks.
•
Sir Charles Bell (1774-1842) seorang ahli bedah, ahli anatomi dan ilmu faal dari Inggris
dan Francois Megendie (1783-1885) seorang ilmuwan Perancis, menemukan syarafsyaraf sensorik (penginderaan) dan syaraf-syaraf motorik (yang mempengaruhi gerak
dan kelenjar-kelenjar).
•
Paul Broca (1824-1880) seorang dokter Jerman, menemukan pusat bicara di otak yang
kemudian diberi nama Pusat Broca. Apabila terjadi gangguan di Pusat Broca ini, maka
orang tidak bisa berbicara, dan disebut menderita aphasia.
•
Marshal Hall (1790-1857) seorang dokter dari Inggris, menemukan mekanisme dari
refleks (gerak refleks).
•
Ivan Pavlov (1849-1936) seorang ilmuwan Faal dari Rusia, mendefinisikan psikologi
sebagai ilmu tentang refleks dan karena itu psikologi tidak berbeda dengan ilmu Faal.
Setelah penemuan-penemuan dari para ahli di atas, maka muncullah definisi-definisi
tentang psikologi yang mengaitkan psikologi dengan tingkah laku dan selanjutnya mengaitkan
tingkah laku dengan refleks.
D. ERA MODERN
Perkembangan definisi-definisi psikologi masih berlanjut hingga sekarang. Di antara
para sarjana psikologi modern yang mengemukakan definisi psikologi antara lain:
•
Gardner Murphy (1929) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari
respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
•
Boring, Edwin G, Herbert S, Langfeld, Harry P. Weld (1948) mengemukakan bahwa
psikologi adalah ilmu tentang hakikat manusia.
•
Clifford T. Morgan (1966) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan hewan.
Berdasarkan pemaparan mengenai beberapa definisi psikologi di atas, ada beberapa
unsur dalam psikologi, yaitu:
•
Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu. Selain sebagai ilmu pengetahuan,
psikologi merupakan seni karena dalam mengaplikasikannya ke berbagai aspek
kehidupan manusia, memerlukan keterampilan dan kreativitas sendiri.
•
Perilaku
Perilaku mempunyai arti yang lebih konkrit (nyata) daripada jiwa, sehingga perilaku akan
lebih mudah untuk dipelajari daripada jiwa dan melalui perilaku kita tetap akan dapat
mempelajari jiwa. Perbuatan-perbuatan overt (terbuka) dan covert (tertutup) termasuk
dalam perilaku. Perilaku overt adalah perilaku yang dapat diamati langsung melalui
panca indera dan kasat mata. Perilaku covert adalah perilaku yang hanya dapat
diketahui secara tidak langsung, melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya sedih,
takut, bahagia, dan lain-lain.
•
Manusia
Objek materiil psikologi adalah manusia karena manusia yang paling membutuhkan ilmu
psikologi dalam berbagai aspek kehidupannya. Hewan menjadi objek studi psikologi,
tetapi hanya sebagai perbandingan saja atau untuk mencari fungsi-fungsi psikologis
yang paling sederhana yang sulit dipelajari pada manusia karena struktur psikologis
manusia yang rumit.
•
Lingkungan
Lingkungan adalah tempat manusia hidup, beradaptasi, dan mengembangkan dirinya.
Manusia diciptakan dengan memiliki akal budi, yang membuat manusia mampu
mengatasi persoalan, hambatan dan tantangan dalam hidupnya sehingga manusia
mampu bertahan hidup (survive). Ernst Cassirer (1944) mengatakan bahwa dengan
akal budinya manusia menyusun simbol-simbol berupa mitos, bahasa, kesenian,
agama, sejarah dan ilmu pengetahuan. Dengan simbol-simbol tersebut manusia mampu
“menguasai” dunianya, baik berupa alam fisik (gunung, laut, udara) maupun alam sosial
(orang-orang lain di sekitarnya). Menurut Ernst Cassirer, manusia adalah mahluk
simbolis.
HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA
Berdasarkan sejarahnya, psikologi berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lainnya.
Psikologi sangat berguna dan dapat membantu ilmu-ilmu lainnya, terutama yang secara
langsung menyangkut kehidupan manusia.
•
Sosiologi
Konflik antar kelompok, urbanisasi, tawuran, memerlukan penjelasan psikologi,
sehingga timbul cabang psikologi yang khusus mempelajari masalah-masalah sosial,
yang dinamakan Psikologi Sosial.
•
Ilmu Ekonomi
Kurs Valuta Asing, berhasil tidaknya strategi marketing tidak hanya tergantung pada
hukum supply and demand dalam ilmu ekonomi, tetapi juga dalam proses pembuatan
keputusan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses ekonomi
(penjual, pembeli, produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah, dan lain-lain).
•
Ilmu Hukum
Ilmu yang mempelajari bagaimana mencapai kebenaran dan keadilan ini terkait dengan
psikologi, karena kebenaran dan keadilan itu sendiri sangat subjektif dan karenanya
bersifat psikologis.
•
Antropologi
Antropologi mempelajari perilaku manusia secara sistematis. Antropologi mempelajari
perilaku manusia dalam kelompok-kelompok etnik. Bagaimana kebudayaan yang ada di
antara manusia mampu mempengaruhi perilaku manusia.
•
Ilmu Kedokteran dan Keperawatan
Psikologi membantu para dokter dan perawat untuk mengadakan pendekatan yang
sebaik-baiknya terhadap pasien. Bagi dokter, psikologi membantu menemukan
penyebab-penyebab non-medis dari gejala penyakit yang tidak ditemukan faktor
penyebabnya secara medis, dalam rangka mengatasi penyakit. Bagi perawat, psikologi
membantu cara pendekatan yang sebaik-baiknya dalam merawat kondisi fisik dan psikis
pasien untuk menjadi lebih sehat dari sebelumnya.
•
Arsitektur dan Tata Kota
Psikologi membantu para arsitek untuk membuat rumah yang nyaman bagi penghunipenghuninya. Membantu menyusun tata kota/pemukiman yang sesuai dengan pola
perilaku warga/pemukimnya.
Selain ilmu-ilmu yang disebutkan di atas, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang saling
berhubungan dengan psikologi, baik yang sifatnya membantu psikologi maupun dibantu oleh
psikologi.
ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI
Psikologi adalah ilmu yang masih muda. Ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri
sejak tahun 1879, yaitu pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh
Wilhelm Wundt (1832-1920) di Leipzig, Jerman.
Dua pendekatan pertama
Sebelum sampai pada psikologi eksperimental oleh Wilhelm Wundt, terdapat dua teori
yang mulai mengarahkan beridirinya psikologi sebagai ilmu, yaitu:
1. Psikologi Pembawaan atau Psikologi Nativistik
Teori dalam pendekatan ini mengatakan bahwa jiwa terdiri dari beberapa faktor yang
dibawa sejak lahir, yang disebut pembawaan atau bakat. Pembawaan terpenting adalah
pikiran, perasaan, dan kehendak, yang masing-masing terbagi lagi kedalam beberapa
jenis pembawaan yang lebih kecil. Perilaku jiwa ditentukan oleh pembawaan ini. Tokoh
terkenal dari aliran ini adalah Franz Joseph Gall (1785-1828) yang mencoba
menemukan lokasi pembawaan-pembawaan itu di otak. Gall mengajukan suatu metode
untuk mengenal seseorang dengan memeriksa tengkorak kepalanya dan metode ini
dikenal dengan nama phrenology. Metode ini tidak bertahan lama karena dianggap tidak
akurat.
2. Psikologi Asosiasi atau Psikologi Empirik
Menurut pendekatan ini, jiwa berisi ide-ide yang didapatkan melalui panca indera,
dimemorikan dan saling diasosiasikan satu sama lain melalui prinsip-prinsip persamaan,
kekontrasan, dan kelangsungan. Perilaku diterangkan oleh teori ini melalui prinsip
asosiasi ide-ide, misalnya: Seorang bayi yang lapar diberi makan oleh ibunya. Melalui
panca inderanya, bayi itu mengetahui bahwa rasa lapar selalu diikuti oleh makanan
(prinsip kelangsungan) dan makanan itu akan menghilangkan rasa laparnya. Lama
kelamaan, rasa lapar diasosiasikan dengan makanan dan tiap kali lapar, ia akan
mencari makanan. Demikian halnya dengan ide-ide lain yang mempunyai persamaanpersamaan (misalnya, makan dengan minum, burung dengan kupu-kupu, kursi dengan
bangku) atau yang saling berlawanan (misalnya, siang dengan malam, pria dengan
wanita, air dengan api) saling diasosiasikan satu dengan lainnya melalui prinsip asosiasi
serupa.
PENGARUH-PENGARUH TOKOH LAIN TERHADAP PSIKOLOGI
•
Francis Galton (1822-1911)
Perintis psikologi eksperimental di Inggris, mempelajari untuk yang pertama kalinya
perbedaan-perbedaan antara satu orang dengan orang lainnya dalam berbagai
kemampuan (individual differences). Hal tersebut mempunyai peran penting dalam
perkembangan tes intelegensi.
•
Charles Darwin (1809-1882)
Berasal dari Inggris, dan terkenal dengan teori evolusi. Darwin berpendapat bahwa ada
kontinuitas antara hewan dengan manusia. Maka timbullah Psikologi Komparatif
(Psikologi Perbandingan), studi pada hewan bisa dibandingkan pada manusia.
•
Anton Mesmer (1734-1815)
Sarjana Jerman yang membawa pengaruh dari dunia ilmu kedokteran dan pengobatan,
khususnya
psikiatri,
terutama
dalam
pengobatan
penderita
sakit
jiwa.
Ia
memperkenalkan teknik mesmerisme, yang dikemudian hari dikenal dengan teknik
hipnotisme.
TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI
Setelah psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu ilmiah, para ahli psikologi mengembangkan
sistematika dan metode-metodenya sendiri yang saling berbeda satu sama lain. Sehingga
timbullah apa yang disebut dengan aliran-aliran dalam psikologi.
1. Elementisme atau Strukturalisme
Wilhelm Wundt (1832-1920) sebagai pelopor aliran Elementisme/Strukturalisme. Ia
sangat mengutamakan penyelidikan tentang struktur kejiwaan. Pertanyaan dalam aliran
ini mengenai jiwa adalah “Apa itu jiwa?”. Ia menemukan bahwa jiwa manusia itu terdiri
dari berbagai elemen (bagian), seperti penginderaan, perasaan, ingatan, dan lain-lain.
Masing-masing elemen itu saling dikaitkan satu dengan yang lain oleh asosiasi. Aliran
Wundt disebut juga dengan elementisme, strukturalisme dan asosianisme. William
James (1842-1910) pelopor perkembangan psikologi di Amerika Serikat tidak setuju
dengan penyelidikan yang mendalam tentang struktur elemen jiwa. Mereka lebih suka
mempelajari fungsi atau kegunaan jiwa. Pertanyaan utama dari aliran ini mengenai jiwa
adalah “Untuk Apakah Jiwa Itu?”. Maka aliran ini disebut sebagai aliran fungsionalisme.
2. Behaviorisme atau Psikologi S-R
Aliran Behaviorisme khususnya terdapat di Amerika Serikat. John B. Watson (18781958) menentang pendapat yang umum pada saat itu bahwa dalam eksperimeneksperimen psikologi diperlukan introspeksi. Menurut Watson, proses-proses kesadaran
tidak perlu diselidiki, karena yang lebih penting adalah proses adaptasi, gerakan otototot dan aktivitas kelenjar-kelenjar. Ia lebih mementingkan perilaku yang terbuka (overt),
yang langsung dapat diamati dan diukur daripada perilaku tertutup (covert) yang hanya
dapat diketahui secara tidak langsung. Emosi gembira atau emosi sedih adalah
manifestasi dari adanya ketegangan (tarikan) otot-otot dan syaraf tertentu. Aliran ini
disebut juga dengan psikologi “S-R” (Stimulus – Respons). Penganut aliran ini percaya
bahwa perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsang (stimulus) dan diikuti oleh suatu
reaksi (respons) terhadap rangsang itu. Watson memiliki keyakinan bahwa ia dapat
melatih 10 anak untuk mempunyai sifat yang berbeda-beda (penakut, pemberani,
pemalu, dan lain-lain) hanya dengan melatihnya melalui proses condisioning. Salah satu
penganut Watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan Behaviorisme
adalah Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990). Ivan Pavlov (1849-1936) yakin
bahwa perilaku maupun kebudayaan hanyalah rangkaian refleks terkondisi (conditioned
reflex) saja. Penemuan Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan
pengembangan teori-teori tentang belajar.
3. Psikologi Gestalt
Pada saat di Amerika Serikat tumbuh aliran “Behaviorisme”, di Jerman muncul aliran
yang disebut dengan Psikologi “Gestalt”. Dalam bahasa Inggris “Gesalt” diterjemahkan
sebagai “Form” atau “Confoguration” (bentuk). Aliran ini pertama kali dicetuskan oleh
Max Wertheimer (1912). Tokoh-tokoh lainnya adalah Kurt Koffka (1886-1941) dan
Wolfgang Kohler (1887-1967). Teori yang mereka ajukan adalah bahwa rangsangan
ditangkap secara keseluruhan dalam proses pengamatan atau persepsi suatu situasi.
Artinya persepsi bukanlah penjumlahan rangsang-rangsang kecil (detail) yang ditangkap
oleh suatu alat-alat indera, melainkan merupakan suatu keseluruhan yang berarti dari
detail-detail tadi.
4. Psikoanalisis
Psikoanalisis dikenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) pada tahun 1909. Ia dikenal
karena teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Teori ini merupakan penemuan baru
pada saat itu, karena para ahli hanya fokus dengan alam kesadaran. Ketidaksadaran
(unconsciousness) menurut Freud berisi dorongan-dorongan yang timbul pada masa
kanak-kanak, yang oleh karena satu dan lain hal terpaksa ditekan sehingga tidak
muncul dalam kesadaran. Dorongan-dorongan terlarang ini, menurut teori Freud yang
klasik adalah naluri seksual atau libido dan naluri agresi atau tanatos. Dorongandorongan ini, meskipun ditekan tetap berpengaruh dan sering timbul dalam mimpimimpi, kesalahan bicara (Slip of Tounge) atau bahkan dalam perbuatan-perbuatan yang
bisa diterima dalam masyarakat karya seni, karya sastra, ilmu pengetahuan, dan lainlain. Sebaliknya apabila dorongan-dorongan ini sama sekali tidak dapat disalurkan,
maka akan mengganggu kepribadian orang yang bersangkutan, antara lain dapat
berbentuk
gangguan-gangguan
kejiwaan
penyembuhan
penyakit-penyakit
menggunakan
metode
yang
kejiwaan
dapat
yang
disebut
(psikoterapi)
membongkar
psikoneurosis.
dalam
Teknik
psikoanalisis,
gangguan-gangguan
dalam
ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi
bebas. Dalam perkembangan teori selanjutnya, Freud mengemukakan pula teori tentang
id, ego, dan superego, yang masing-masing berarti dorongan-dorongan naluri (id), aku
(ego), dan hati nurani (superego).
5. Psikologi Humanistik
Paham yang dianut dalam aliran ini adalah mengutamakan manusia sebagai mahluk
keseluruhan. Manusia harus dilihat sebagai totalitas yang unik, yang mengandung
semua aspek dalam dirinya dan selalu berproses untuk menjadi dirinya sendiri
(aktualisasi diri). Psikologi bertugas untuk mendorong potensi-potensi yang baik pada
diri seseorang dalam proses aktualisasi dirinya. Manusia dipandang sebagai individu
yang unik. Oleh karena itu, penanganannya dalam psikoterapi juga harus unik. Carl
Rogers (1902-1987) mengembangkan teknik Non-Directive Psychotherapy
atau
disebut juga dengan Client Centered Psychotherapy. Abraham Maslow (1908-1970)
terkenal dengan teori Hierarki Motivasi.
REFERENSI
Sarwono, S.W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa
Sarwono, S.W. 2002. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi.
Jakarta: PT. Bulan Bintang
Download