Gathering pertemuan Doa

advertisement
Jadwal Rutin DOJCC Bali
Gathering pertemuan Doa
setiap minggu I,II, dan III
di Basement Gereja FX pk. 11.30 Wita
diawali makan siang bersama
Terbuka Untuk UMUM
Sharing Group sebulan 2 x
Formation Teaching sebulan sekali
Celebration Meal
(Makan malam bersama)
Setiap Sabtu terakhir dalam bulan
pk. 18.30 bergantian di rumah anggota
Tugas Koor Misa English
Setiap Minggu ke - 3 pk. 18.00
di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kuta
Tugas Tatib di Gereja FX Sebulan sekali
DOA Kontemplasi (Taize, Adorasi, dll)
Setiap Rabu ke -3 Ruang Pastoran Gereja FX pk. 18.30
Info mengenai DOJCC
Hubungi : 0878 6180 5088
[email protected]
www.DOJCC.com
Misa Peletakan Batu Pertama
di Rumah Pelangi Kasih Bali - Pelaga
Senin 5 Jan 2015
Persembahan kasih
untuk pembangunan Rumah Pelangi
di Pelaga - Bali
dapat disalurkan ke Bank BCA No Rek: 4040400007
An: H B Hady Setiawan
Kegiatan DOJCC
Bulan Februari 2015
C
C
J
O
D
g
n
i
r
e
h
t
5
a
1
0
G
2
i
r
a
u
r
b
e
F
n
a
l
Bu
C
C
J
O
D
g
n
i
r
e
Gath
5
1
0
2
i
r
a
u
r
b
e
F
Bulan
aring Group
Kunjungan Sh
Maria Theresa
gah
ke Rumah Sinagng Bali
Yayasan Say
team
Foto bersamaera
ngkat ke APSE
yang akan bustralia
Canberra -A
e dan Herman
Ratna, Tina Bikounti APSE di
yang meng
Australia
Koor Misa Nuansa Imlek
di Gereja FX Kuta 19 Feb 2015
Misa Perkawinan
Arman dan Maia
(2 anggota DOJ Bali)
Foto bersambung
ke halaman 40
Fresh JUICE ! refresh your soul
Fresh JUICE !
Fresh Juice adalah buku renungan
harian berdasarkan penanggalan
liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com).
Terbit sebulan sekali di awal bulan.
Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223)
Kritik dan saran : [email protected]
Fresh JUICE ! Team
Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr
Penasehat : Yovie Setiawan
Pemimpin Redaksi : Nathasa
Editor : Nathasa, Yovie
Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi,
Martina,
Agatha,
Fransiska,
Hanz, Franky, Yovie, Rm. Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina,
Rm. Joseph MGL, Rm Wenz
MGL, Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Maia, Fr David, Alin, Yudi,
Betty, Fr. Anis, MGL, Betty, Daniel,
Yance, Pras, Iwan Setiawan,
Yustina, Rita, Lia, Siska
Langganan & Marketing Iklan :
Nathasa (0361- 85 11223)
Distribusi : Anggota DOJ Bali
Seluruh hasil Fresh Juice akan
disumbangkan untuk pembangunan Rumah Pelangi di Pelaga
Sumbangan dapat disalurkan ke :
BCA
No Rek: 4040400007
An: H B Hady Setiawan
Harap sms / telpon
0361 - 8511223 untuk konfirmasi.
Fresh JUICE !
managed by : www.DOJCC.com
Syalom....salam sejahtera buat kita semua
Pesan bapak Paus untuk masa prapaskah
tahun 2015, masa prapaskah adalah masa
perubahan. Yang pastinya kerinduan kita
semua untuk berubah dan disempurnakan
selalu. Dalam masa ini kita diingatkan
kembali untuk belajar mengendalikan
diri. Pengendalian diri bisa dibilang hal
yang paling susah untuk dilakukan. Kalo
saya sebagai orang tua, meminta anak
saya untuk berhenti menangis misalnya....
rasanya lebih mudah daripada saya harus
mengendalikan kemarahan saya.
Saya bersyukur dalam masa ini, saya bisa
kembali belajar. Untuk menjadi lebih baik
dan lebih baik lagi.
Seperti syair lagu ini....
Ubah hatiku....seputih hatiMu
Setulus salibMu
KasihMu Tuhan
Semoga
masa
prapaskah,
masa
perubahan, membawa hidup kita kedepan
menjadi sahabat Yesus yang setia
Nathasa
PemRed Fresh Juice
Renungan Harian Audio Katolik
bisa klik di www.DailyFreshJuice.net
Kehidupan Kekal
Hari Minggu Prapaskah II
Kej. 22:1-2.9a.10-13.15-18;
Rom. 8:31b-34;
Mrk. 9:2-10
Minggu 1 Maret 2015
Mrk. 9:9-10 “Yesus berpesan
kepada mereka, supaya mereka jangan
menceritakan kepada seorang pun apa
yang telah mereka lihat itu, sebelum anak
manusia bangkit dari antara orang mati...”
Bagi kita pengikut Kristus, kita yakin akan kebangkitan badan dan adanya hidup yang kekal,
dengan kata lain, sekali kita dilahirkan dalam Kristus lewat pembaptisan, maka kita akan
terus hidup meskipun kita telah mati. Pengakuan iman seperti ini mengundang response atau
tanggapan yang berbeda-beda. Ada yang ragu-ragu dan mulai mempersoalkan kebenaran
iman ini, ada pula yang percaya penuh dan mulai mempersoalkan seperti apa kelak di
kehidupan yang kekal itu atau apa yang akan kita alami nanti, apakah sama dengan hidup
kita di dunia ini, atau mungkin lebih baik lagi. Lebih ekstrim lagi, bahkan ada yang berpikir
bahwa surga itu tempatnya terbatas jadi hanya orang tertentu saja yang bisa masuk, atau
ada lagi yang menjanjikan bahwa di dalam kehidupan kekal nanti akan ada tujuh bidadari
yang siap menyambut dan melayani kita dan seterusnya dan sebagainya.
Petrus, Yakobus dan Yohanes baru saja diperkenankan untuk mengintip kehidupan kekal.
Mereka melihat Yesus, guru mereka, sedang mengobrol bersama Musa dan Elia. Dengan
sangat antusias mereka mulai mempersoalkan kehidupan setelah kematian; mungkin saja
mereka mempersoalkan tentang siapa-siapa yang boleh masuk ke kehidupan kekal, dan
seperti apa rasanya hidup di sana, lalu apa mereka akan juga memperoleh pakaian yang
sama seperti Yesus kenakan pada peristiwa penampakan tersebut. Mereka mulai memikirkan
hal-hal diluar proporsi daya nalar manusia normal, ini yang Yesus tidak inginkan.
Sebagai manusia beriman, baik juga kita mengarahkan tujuan hidup kita kepada janji akan
kehidupan kekal. Namun demikian, tugas kita adalah menghidupi hidup kita di dunia dengan
lebih bertanggung jawab. Janji akan kehidupan yang kekal hanyalah instrumen pemacu agar
hidup kita di dunia ini bisa lebih bermutu baik sebagai manusia. Kita tidak lahir di dunia untuk
menghabiskan waktu memikirkan kehidupan yang kekal sampai lupa daratan, yang kita perlu
buat adalah berusaha menjadikan hidup kita di dunia ini bermutu baik, bahkan sangat baik,
bukan setengah-setengah aja.
Ketika kita menahan lapar di Masa Prapaskah ini, kita diajak untuk kembali kepada kenyataan
hidup. Lapar yang kita tahan adalah pengingat bahwa hidup yang nyata adalah saat
sekarang, dimana kita diingatkan untuk mengasihi Tuhan dan sesama seperti diri sendiri dan
dengan demikian memperoleh ganjaran hidup yang kekal.
Amin.
Rm. Wenz, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
9
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Ukuran yang Dipakai
Senin 2 Maret 2015
Lukas 6:38
Berilah dan kamu akan diberi: suatu
takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang
dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam
ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Dan 9:4b-10;
Luk 6:36-38
Ketika masih sekolah, saya memiliki beberapa teman dari agama yang berbedabeda. Pada masa Tri hari suci, saya dan beberapa teman hadir mengikuti misa dari
Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Haleluya, hingga Minggu Paskah. Ketika selesai misa
pada hari Minggu, kami berkumpul bersama teman-teman yang lain untuk makan
malam, karena sudah beberapa hari ini kami tidak berkumpul bersama. Pada saat
bertemu, salah satu teman menarik saya dan bertanya, kok akhir-akhir ini kamu setiap
hari ke Gereja ? Kemudian dia bertanya, si A pakaiannya kok gitu ya kalau ke Gereja
? Memangnya kalian ke Gereja atau ke Mall sih, boleh ya berpakaian dan berdandan
seperti itu ? Ketika mendengar pertanyaan tersebut saya sedikit kaget, dan tentunya
bingung untuk menjawabnya.
Pernahkah kita berada pada situasi seperti ini ? Ternyata apa yang kita lakukan dan
apa yang kita pakai sangat diperhatikan oleh orang lain, yang tentunya bisa memberi
pandangan negatif pada kita dan tentunya pada Gereja. Bacaan hari ini, kembali
mengingatkan kita tentang menghakimi. Ukuran yang kita pakai untuk menilai orang,
akan kembali pada kita, bagaimana orang akan menilai kita dengan apa yang tidak
pernah kita duga.
Memasuki masa pra-paskah, kita diajak untuk merenungkan kembali kisah sengsara
Yesus, mengenang kembali perjalanan-Nya untuk menebus dosa kita. Marilah kita
mencoba untuk bertindak dengan bijaksana dan tidak menghakimi satu sama lain
dalam masa pra-Paskah ini. Melihat kedalaman hati kita masing-masing, perbuatan
yang kita lakukan apakah sudah berkenan di hadapan-Nya atau belum. Bersama mari
kita melakukan yang terbaik untuk kemuliaan-Nya, dan tidak membuat pengorbananNya menjadi sia-sia.
Hilda
Renungan Harian Audio Katolik
bisa klik di www.DailyFreshJuice.net
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
10
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Kerendahan Hati
Yes 1:10.16-20;
Mat 23:1-12
Selasa 3 Maret 2015
Matius 23:12
“Dan barangsiapa meninggikan diri, ia
akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Tuhan sangat menyukai orang yang sungguh rendah hati. Booker T. Washington, seorang
pendidik berkulit hitam yang terkenal, adalah salah satu contohnya. Ketika ia menjadi
pimpinan pada Institut Tuskegee di Alabama, ia senang berjalan-jalan di pinggir kota.
Suatu hari ia dihentikan oleh seorang wanita kaya kulit putih. Karena tak mengenal
Washington, maka ia menawarkan apakah laki-laki kulit hitam itu mau ia beri upah
dengan memotongkan kayu untuknya.
Setelah mengingat bahwa tak ada urusan mendesak pada saat itu,maka Profesor
Washington menyatakan kesediaannya. Ia tersenyum, menggulung lengan baju, dan
mulai mengerjakan pekerjaan kasar yang diminta wanita tadi. Kemudian ia membawa
kayu-kayu itu ke dalam rumah dan meletakkannya di dekat perapian.
Tuskegee Univ.Seorang gadis kecil yang mengenalnya, kemudian mengatakan kepada
wanita itu siapa Pak Washington sebenarnya. Keesokkan harinya wanita tadi dengan
perasaan malu datang ke kantor Washington untuk meminta maaf : “Tak apa-apa,
Nyonya, saya sangat senang dapat menolong anda”. Wanita tadi dengan hangat
menjabat tangan Pak Washington dan mengatakan bahwa perilaku Washington yang
sangat terpuji itu tertanam dalam hatinya. Tak lama kemudian wanita tadi menyatakan
penghormatannya dengan menyumbang beribu-ribu dolar untuk Institut Tuskegee.
Berlaku rendah hati bukanlah perkara yang mudah bagi manusia dan sikap pamrihdari manusia-lah alasannya. Kita pasti sering mendengar orang-orang yang menurut
kita hebat berkata, “Karena saya perusahaan ini menjadi besar seperti sekarang” atau
“Karena saya pelayanan ini berkembang pesat”. Disukai atau tidak, inilah yang sering
kali menjerat orang-orang besar dunia maupun pelayan Tuhan luar biasa akhirnya
hancur.
Hanya di dalam Allah lah kita dapat menjadi orang-orang yang rendah hati. Dengan
terus membangun hubungan tiap-tiap hari dengan-Nya, ‘keakuan’ diri kita akan terkikis
habis.Ingatlah bahwa mengerjakan sesuatu tanpa pamrih akan membuat anda
dihormati manusia dan disayangi Allah. Ini merupakan hadiah sejati atas kerendahan
hati. Tak ada pakaian yang lebih pantas bagi kita selain jubah kerendahan hati.
Semogaa..
Lulu
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
11
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Hati sebagai Hamba
Rabu 4 Maret 2015
Mat 20:26-27 Tidaklah demikian di
antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi
besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu...”
PF S. Kasimirus
Yer 18:18-20, Mat 20:17-28
Sssttt… ada tips dari Tuhan Yesus buat sukses lohhh. ‘Barangsiapa ingin jadi besar, hendaklah
menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin jadi terkemuka hendaklah menjadi hambamu’.
Sebenarnya kalau kita jeli melihat, banyak tips tips sukses sewaktu Yesus memberi pengajaran.
Adalagi perihal ‘carilah kerajaan surga terlebih dahulu, maka semua akan ditambahkan
padamu’. Ini juga salah satu tips sukses dari Tuhan. Ada pula ‘mintalah maka akan diberikan
kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan
bagimu’. Tidak akan habisnya kalau saya tuliskan tips tips nya, baca aja kitab suci dan
kumpulin tips tips nya yaaa.
Tips Tuhan ini ngga cuma teori, tapi langsung dipraktekin sewaktu perjamuan akhir, semua
kaki murid murid Nya dibasuh satu per satu kakinya. Seorang guru, yang harusnya dilayani
kebutuhannya, malah membasuh kaki kaki kotor para murid. Tips Yesus ini tentu bukan berarti
kita disuruh mengambil profesi sebagai pelayan. Akan tetapi lebih ditujukan agar kita memiliki
kerendahan hati. Hati yang mau melayani seperti seorang hamba melayani majikan atau
tamu tamu majikan. Secara logika, ini gampang, tapi prakteknya sering lupa melayani,
karena ego lebih besar, saya lebih tua, dia dong yang harus ambilkan, saya lebih terkenal
dia dong yang harus mengalah, saya yang menggaji dia, dia dong yang layani saya, saya
lebih tahuuu tentang kita suci, dia dong yang diam saja, saya lebih melayani Tuhan, saya
berhak dihargai dikomunitas ini, dan sebagainya. Ego manusia, kecil kecil mencelakakan.
Atasan saya , pemilik perusahan dengan kekayaan banyak, menggaji karyawan ratusan
orang, tapi satu hal yang membuat saya salut padanya. Saat ada acara makan bersama,
dia pasti akan ambilkan semua orang nasi, atau ambilkan semua orang makanan dan
bagikan. Dia pastikan semua makan dan dapat menikmati semua menu terlebih dahuu,
setelah dia lihat semua sudah dapat porsinya, barulah dia ambil nasi dan hidangan di
meja. Meskipun saat itu mungkin dari 10 menu, tersisa 3 menu saja, dia nikmati sisanya
tanpa marah, padahal dia yang bayar dia pula yang dapat sisanya. Apa yang atasan saya
lakukan, bukan membuat yang lain menganggap dia rendah, tapi justru membuat semua
salut akan sikap melayani dan lebih menghargai dia. Dari sanalah saya belajar mencontoh.
Yesus sudah mengatakan bila kita ingin menjadi besar, maka hendaklah melayani. Mother
Theresa salah satu contoh nyata dalam melayani, dan beliau sungguh menjadi besar
sampai saat ini, meski sudah meninggal.
Pertanyaannya bagi saya dan semua.. mampukah membuang semua ego manusia kita,
menjadi kecil diantara yang besar, menjadi pelayan diantara sesama, melayani dengan
senyum dan bukan emosi/ngambul ? Maka ambilah tindakan nyata dalam melayani, dalam
berkomunitas dan keluarga kita.
Rita
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
12
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Siapakah Lazarus dalam hidupmu?
Yer: 17:5-10;
Luk. 16:19-31
Kamis 5 Maret 2015
Luk. 16:20 “Pada pintu rumahnya
berbaring Lazarus, seorang pengemis
yang badannya penuh dengan borok”
Suatu malam aku berdoa Tuhan bukalah mata-hatiku agar aku dapat melihat-Mu
dalam diri sesamaku, khususnya orang-orang yang tidak diperhitungkan dalam hidup
bersama atau sosial saat ini. Aku berpikir dalam hati bahwa Tuhan akan mengabulkan
doaku dalam beberapa bulan atau setahun mendatang. Selain itu, aku juga berpikir
mungkin Tuhan akan memberikanku seseorang yang berada di luar komunitasku.
Ternayata pikiranku itu salah dan tak disangka bahwa doaku langsung dikabulkan
oleh Tuhan dalam waktu yang relatif sangat singkat. Sehari setelah itu, Tuhan langsung
memberikan aku seseorang yang adalah teman sekomunitasku sendiri.
Dalam kehidupan berkomunitas atau menggereja, kita banyak membuat karya amal
untuk membatu orang yang berkekurangan, baik dalam bentuk materi maupun spiritual.
Kita melakukan aksi cinta-kasih ke luar komunitas atau gereja bahkan dalam jangkauan
yang lebih luas sekalipun. Hal itu baik, tapi belum tentu tindakan amal tersebut di atas
menyenangkan hati Tuhan. Hari ini, kita ditantang oleh Tuhan Yesus sendiri melalui kisah
Lazarus dan orang kaya.
Dalam bacaan injil, orang kaya tidak melihat atau memperhatikan Lazarus yang
sehari-hari duduk di depan pintu rumahnya, seorang pengemis yang badannya penuh
dengan borok” (Lk. 16:20). Keadaan Lazarus yang sangat memprihatikan ini, tidak
bisa membuka mata-hati orang kaya untuk membagi apa yang dia miliki. Ia mungkin
memikirkan atau memperhatikan hal lain yang lebih menarik daripada pusing dan
repot untuk memparhatikan si Lazarus yang saat itu lagi berada di depam matanya.
Pengalaman atau situasi Lazarus dalam kisah hari ini, tidak berbeda jauh dengan
keadaan kita saat ini. Lazarus bisa hadir dalam diri orang-orang yang kita jumpai setiap
hari. Ia adalah suami atau istri anda. Ia juga hadir dalam diri saudara atau saudari
anda mungkin juga orang tua anda. Ia juga hadir dalam diri anak anda, teman dan
mungkin tetangga anda. Ia mungkin juga hadir dalam diri pastor, frater, suster atau
orang-orang yang bekerja dengan ataupun bekerja untuk anda setiap hari. Semoga
kita dapat memperhatikan Lazarus-Lazarus dalam kehidupan dan pelayananan kita
hari ini. Tuhan bukalah mata-hatiku agar aku dapat melihat kehadiran-Mu hari ini.
Fr. Anis, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
13
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Jumat 6 Maret 2015
Kej 37:3-4.12-13a.17b-28;
Mat 21:33-43.45-46
Kini aku mengerti rancanganNya
Mzm 27:1 TUHAN adalah terangku dan
keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?
TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah
aku harus gemetar?
Nick Vujicic adalah seorang anak laki-laki yang dilahirkan tanpa lengan dan
tanpa kaki. Kehadirannya di dunia ini, pastilah membuat kaget orangtuanya,
yang telah berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan kehadirannya. Nick
kecil mengalami banyak sekali tantangan dalam hal keterbatasan fisiknya
tersebut. Bullying pun pernah ia alami. Kecemasan akan masa depannya
menghantui masa remaja Nick dan juga Orangtua Nick. Tetapi ketika ia mulai
memahami dan sungguh percaya bahwa ada pekerjaan Allah yang harus
dinyatakan untuknya, maka kehidupannya mulai berubah, dan saat ini , dalam
pandangan umum yang mengatakan “keterbatasan fisik”, kenyataannya hidup
Nick menjadi Tak Terbatas. Ia menaburkan benih harapan kepada Yesus ke
seluruh dunia melalui keadaannya.
Yusuf dibenci dan dijual saudara-saudaranya. Di balik kejadian yang cukup
menyedihkan itu, ada jalan keselamatan yang direncanakan Allah untuk keluarga
besarnya. Dalam kesulitannya, Yusuf tetap percaya akan penyelanggaraan
Tuhan dan taat pada ajaran-Nya. Yusuf menjadi raja dan menyelamatkan
seluruh keluarganya. Batu yang dibuang oleh para pembangun justru menjadi
batu sendi.
Yesus ditolak bangsa-Nya sendiri, didera, disalibkan. Namun justru dengan ini
Yesus menjadi batu penjuru yang menyelamatkan umat manusia. Rencana
Tuhan selalu indah bagi mereka yang percaya, taat dan setia pada hukumhukum-Nya.
Tuhan, ajarilah aku untuk tetap setia dan taat pada-Mu dalam setiap hal yang
boleh terjadi dalam hidupku. Amin.
Siska
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
14
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Bertobat
PWS. Perpetua dan Felisitas, Martir.
Mi 7:14-15, 18-20,
Luk 15:1-3,11-32.
Sabtu 7 Maret 2015
Luk15:32:”Kita patut bersukacita
dan bergembira karena adikmu telah
mati dan menjadi hidup kembali, Ia telah
hilang dan didapat kembali.”
Dalam hidup ini pada suatu ketika sebagian besar orang pernah menjadi seperti anak
bungsu yang pergi meninggalkan rumah Bapa, pergi kenegeri yang jauh (gambaran
putusnya hubungan dengan Tuhan karena tidak berada dirumah Bapa) , untuk
mengikuti keinginannya sendiri karena merasa sudah dewasa , mengetahui hal terbaik
yang dapat menyenangkan dirinya dan tidak perlu tunduk pada peraturan yang
ada. Namun demikian seindah-indahnya kenikmatan duniawi yang dapat dipandang
mata, bahkan kenikmatan yang kelihatannya tidak berdosa sekalipun, apabila dikejar
melebihi apapun , suatu saat akan berbalik menjadi jerat yang akan membuat
seseorang meninggalkan Tuhan.
Anak sulung memang tidak pernah meninggalkan rumah Bapa, ia bekerja pada
Bapanya, namum demikian ia tidak sepenuhnya merasa sebagai anak Bapa karena ia
selalu mengharapkan upah. Ia memendam keinginan untuk diperlakukan secara khusus
oleh Bapanya oleh karena ia menjadi satu-satunya anak Bapanya namun perlakuan
itu tak kunjung datang. Ia lupa bahwa seluruh milik Bapanya itu adalah miliknya juga.
Bila ia ingin mengadakan pesta atau apapun yang ia suka tentu Bapanya tidak akan
melarang. Maka dapat dikatakan bahwa anak sulung ini tidak memiliki kasih karena
selalu menuntut penghargaan dari Bapanya, jadi sesungguhnya ia bekerja hanya
untuk dirinya sendiri.
Seperti Bapa dalam cerita Injil hari ini, Bapa di surga juga sangat merindukan anakanakNya yang pergi ke negeri jauh untuk pulang kerumah untuk kembali menjalin relasi
yang erat denganNya. Mungkin kita adalah anak bungsu ataupun anak sulung atau
tidak kedua-duanya, nanum dalam masa prapaskah yang masih kita jalani mengajak
kita semua untuk senantiasa bertobat terus menerus, datang dan kembali kepada-Nya.
Allah tidak menolak kita, ketika kita mau datang kepada-Nya.
Doa:
Bapa di surga kami mohon bimbingan Roh KudusMu untuk menyadarkan kami tentang
segala sesuatu yang telah kami lakukan yang telah menyedihkan hatiMu, agar kami
dapat mengubahnya sehingga sesuai dengan kehendakMu. Amin.
Betty
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
15
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Tanda Mujizat menambah Iman akan Yesus
Minggu 8 Maret 2015
Yoh. 2:23 “Banyak orang percaya dalam
namaNya, karena mereka telah melihat tandatanda yang diadakanNya.
Hari Minggu Prapaskah III
Kel. 20:1-17; 1Kor 1:22-25;
Yoh. 2:13-25
Sejak awal tahun lalu, setelah mendapat restu dari bapa uskup Maumere Flores, kami para
MGL (Missionaries of God’s Love) mengadakan misa penyembuhan tiap bulan, yakni tiap hari
jumat terakhir dalam bulan. Misa kami dahului dengan doa kerahiman Ilahi Koronka jam 3 sore
dan dilanjutkan dengan puji-pujian. Selanjutnya diadakan misa kudus jam 4 sore dan setelah
itu dilanjutkan dengan penumpangan tangan dan meminta Tuhan untuk menyembuhkan
entah itu fisik, mental ataupun spiritual.
Sampai saat ini memang terjadi mukjizat penyembuhan. Dan banyak orang kembali ke gereja
karena pengalaman kasih Tuhan yang mereka alami lewat penyembuhan. Nah, yang menjadi
pertanyaan kita saat ini adalah apakah kita beriman kepada Yesus sesudah melihat tanda
mukjizat yang kita alami dalam hidup ataupun kita perlu iman tersebut sebelum mukjizat terjadi?
Hari ini bacaan injil menerangkan bahwa banyak orang yang percaya kepada Yesus karena
mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan oleh Yesus. Tapi yang terpenting adalah
kalimat berikutnya, “Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Yesus
mengenal mereka semua.” Apa maksudnya?
Banyak orang mengikuti Yesus karena mereka telah dikenyangkan, karena mereka melihat
orang buta melihat, orang lumpuh berjalan lagi dan lain sebagainya. Mereka berhenti
pada tanda-tanda mukjizat yang lakukan tanpa perubahan hati yang mendalam karena
Yesus mengenal mereka. Yang seharusnya tanda-tanda mukjizat membawa mereka kepada
pemahaman Yesus sebagai Putra Allah hanya berhenti pada “pembuat mukjizat”. Hal inilah
yang tidak diinginkan oleh Yesus. Yesus ingin agar dengan mukjizat yang dilakukanNya, orang
dibawa kepada pengenalan akan Allah Bapa.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita beriman kepada Tuhan Yesus setelah mengalami
kasihNya dalam hidup ini ataukah membawa kita semakin mencintai Allah?
Marilah kita murnikan lagi motivasi kita mengapa kita mengikuti Yesus. Amin
Rm. Vincent, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
16
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Seorang Nabi di jaman kita
PW S. Fransiska dari Roma, Biarawati
2Raj 5:1-15a;
Luk 4:24-30
Senin 9 Maret 2015
Luk 4:24 “… Sesungguhnya tidak
ada nabi yang dihargai
di tempat asalnya”
Ketika mendengar perkataan Yesus yang menyatakan kebenaran tentang penolakan
yang tidak mungkin tidak diterima oleh setiap nabi, mungkin anda berpikir yang Ia
maksudkan adalah para nabi dalam Perjanjian Lama, yang bukan saja tidak diakui dan
tidak dipercaya oleh bangsa Israel, labih dari itu banyak dari mereka bahkan dibunuh
secara kejam. Atau barangkali Yesus tengah berbicara tentang diri-Nya, meskipun
orang banyak menganggap Ia seorang nabi, tidak sedikit pula yang menolak-Nya,
hingga akhirnya menyalibkan Dia. Tetapi pernahkah anda berpikir perkataan Yesus ini
ditujukan juga pada setiap murid-Nya?
Oleh sakramen pembaptisan setiap pengikut Kristus menerima rahmat perutusan sebagai
nabi untuk bersaksi tentang kerajaan Allah, mewartakan kehendak keselamatan Allah
bagi semua orang dan menjadi tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Tetapi
bagaimana caranya?
Semua nabi dalam Perjanjian Lama hingga Yohanes Pembaptis menjadi ‘tanda’
kehadiran Allah dalam seluruh diri dan hidup mereka: dalam sikap, perkataan dan
perbuatan mereka. Diutus sebagai nabi berarti membawa Allah hadir dalam seluruh
keberadaan kita. Dasar iman kristiani bukanlah mujizat yang menakjubkan, melainkan
seorang Yesus Kristus yang dalam seluruh perilaku dan karya-Nya bersaksi tentang Allah,
tentang kebesaran kasih-Nya yang menghendaki keselamatan setiap manusia dan
mewujudnyatakan kasih-Nya dalam karya penebusan oleh Putra-Nya.
Teladan setiap nabi di jaman kita adalah Kristus. Mengikuti teladan-Nya setiap murid
Kristus diutus sebagai saksi kehadiran Allah di tengah dunia dalam kerendahan dan
ketulusan hati, tanpa mengharapkan penghargaan dan imbalan, meskipun tidak sedikit
penolakan dari sesama saudara bahkan yang paling dekat sekalipun tengah menanti.
Sr. Benedicta, OSB
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
17
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Selasa 10 Maret 2015
Pengampunan Yang Berputar
Mat 18:35, “Maka Bapa-Ku
yang disurga akan berbuat demikian juga
Dan 3:25, 34-43;
Mat 18:21-35
terhadap kamu,...”
Waktu masih anak-anak, adik laki-laki saya (saat kelas 3SD) pernah bercanda mengejek
seorang kakak kelas 6. Kakak kelas itu tidak terima walaupun adik saya sudah meminta maaf.
Kakak kelas saya tersebut mengajak temannya, dan menantang kami berkelahi. Walaupun
2 orang kakak kelas kami itu wanita, tetapi perawakan mereka cukup besar untuk seusia
mereka, dibandingkan saya (saat itu kelas 5 SD) dan adik saya. Kami akhirnya berkelahi
hingga dilerai oleh seseorang. Beberapa tahun kemudian, saat saya SMP dan kakak kelas itu
sudah SMA, kami bersekolah disekolah yang berbeda. Tapi ternyata kami berteman dengan
seorang cowok yang sama. Bahkan kakak kelas itu menyukai cowok tersebut. Sebenarnya
cowok tersebut juga menyukai kakak kelas itu. Tetapi cowok itu tidak mau berpacaran
dengan kakak kelas itu karena mengetahui kalau saya kurang menyukai kakak kelas itu,
walau pun saya tidak pernah mengatakan ketidak-sukaan saya. Sedangkan bagi cowok
tersebut, karena dia anak tunggal, pendapat saya yang sudah dianggap sebagai adik
cukup penting. Hingga pada akhirnya kakak kelas saya tersebut mengatakan kalau ia ingin
dekat dengan saya dan menyesal dengan kejadian waktu SD dulu. Lucu memang kalau
memikirkan bagaimana kami bisa berada pada posisi yang terhubung kembali seperti itu.
Ketika membaca injil ini, saya teringat kisah kecil ini, yang menyiratkan pelajaran berharga
buat saya. Dalam kondisi apapun, sekalipun saat marah, hendaklah kita ingat suatu saat
kita pasti memerlukan pengampunan dari orang lain dan juga Tuhan. Sehingga kita haruslah
berbelas kasih dan mengampuni orang lain, jika kita juga mau diampuni. Bukan hanya
sekali atau dua kali... menurut Tuhan Yesus hingga tujuh puluh kali tujuh kali. Mudahkah hal
itu? Sama sekali tidak. Tetapi menurut saya, dosa / kesalahan yang kita lakukan bagaikan
hutang yang suatu saat harus kita bayar harganya. Oleh karena itu apa yang kita terima
(pengampunan dari Tuhan) atau apa yang kita ingin orang lain lakukan untuk kita, sebaiknya
juga kita bagikan (pengampunan) / lakukan untuk orang lain.
Kebaikan ataupun pengampunan itu berputar. Pada saat kita mengampuni orang lain,
orang lain juga akan tergerak untuk mengampuni sesamanya yang lain...berputar....hingga
kembali pada kita, dimana kita akan menerima pengampunan ketika kita butuh diampuni.
Jesus bless us
Lia
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
18
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Berbicara dan bertindak
Ul 4:1.5-9 ;
Mat 5:17-19
Rabu 11 Maret 2015
Ulangan 4: 9c; Matius 5:19b,
“Ceritakanlah kepada anak-cucumu; Barangsiapa
menjalankan perintah-perintah itu dan mengajar
orang lain berbuat begitu juga, akan menjadi
besar di antara umat Allah.”
Beata Bunda Teresa dari Kalkuta, semasa hidupnya, suka menceritakan kasih Allah
kepada mereka yang ia tolong dengan kata-kata singkat, bermakna dan yang telah
diwujudkannya dalam tindakannya.
Hingga saat ini, kutipan-kutipan pesannya, disebarkan orang lewat buku, tulisan-tulisan
di dunia maya yang gampang dicopy atau disave, bahkan dibuatkan film.
Dan masih banyak sekali orang-orang bijaksana yang hidup pada jaman yang
berbeda, tetapi menyampaikan pesan tentang kasih Allah kepada orang-orang di
sekitarnya.
Setiap jaman, cara yang dipakai berbeda.
Tetapi intinya sama, yakni menyampaikan pesan Allah kepada sesama.
Bagi setiap orang yang dipilih untuk mewartakan, dituntut juga untuk mewujudkan
dalam tindakannya.
Mari kita menerima Sabda Tuhan hari ini, sebagai sapaan Yesus kepada kita pribadi
untuk meneruskan ajaran Yesus ini mula-mula kepada keluarga, lalu teman dan sahabat
serta juga kepada orang-orang yang bahkan tidak kita kenal. Kita bisa menggunakan
berbagai system komunikasi yang semakin canggih ini. Misalnya melalui Face book,
Twitter, Whats App, Blackberry dan berbagai ponsel pintar lainnya. Tetapi yang tidak
boleh kita lupakan, yakni sikap dan perilaku.
Semoga Masa Prapaskah ini membantu kita mengajak orang-orang yang kita kasihi
untuk mencintai peraturan Tuhan melalui kata dan perbuatan kita.
Narita
Renungan Harian Audio Katolik
bisa klik di www.DailyFreshJuice.net
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
19
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Netralitas: Penyakit Suam Kuku
Kamis 12 Maret 2015
Yer 7:23-28;
Luk. 11:14-23.
Luk 11:23 Siapa tidak bersama
Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak
mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan.
Ponsius Pilatus mencuci tangannya saat Yesus dihadapkan padanya. Dia tidak mau ikut
campur. Di satu pihak dia berkata, “Orang ini tidak bersalah.” Tetapi dia juga tidak memihak
Yesus. Dia punya kesempatan untuk jadi pengikut Kristus, tetapi memilih untuk bersikap netral.
Dia tidak membela Yesus karena mementingkan nyawanya sendiri. Tidak ada pengorbanan
sama sekali, bahkan dia tidak menggunakan kuasanya sedikitpun sebagai gubernur Romawi.
Yesuspun dibiarkannya mati disalib.
Ketika seorang teman saya membawa teman saya yang lain ke pengadilan, saya mencoba
untuk bersikap netral, tetapi saya sadar bahwa ini sama sekali tidak membantu. Saya dipanggil
menjadi saksi. Saya mencoba mengatakan apa adanya, walaupun akhirnya saya sepertinya
kehilangan seorang teman karena dia menuduh saya berbohong dan menjelekan nama saya
kemana-mana. Mungkin teman-teman pernah dihadapkan dengan dilema seperti ini… di
keluarga, di sekolah, ataupun di tempat kerja?
Perkataan Tuhan Yesus diatas sepertinya keras. Saya yakin bahwa kebanyakan orang tidak mau
berpihak pada sang Iblis secara langsung! Tetapi kalau kita tidak bersama Tuhan Yesus, kita
pada dasarnya menjadi tentara boneka sang Iblis, tidak sadar bahwa kita sudah dipakainya
untuk mencerai beraikan ciptaan Tuhan di dunia.
Uskup Agung Desmond Tutu berkata “Jika anda bersikap netral dalam situasi ketidakadilan,
anda telah memilih sisi penindas. Jika gajah seenaknya meletakkan kakinya diatas ekor tikus,
dan anda mengatakan bahwa anda netral, sang tikus tidak akan menghargai kenetralitasan
anda. “
Banyak situasi ketidakadilan yang terjadi di dunia tempat kita hidup, di negara kita, di
masyarakat, bahkan di keluarga kita. Saat kita bersikap netral, kita menjadi penindas. Saat
kita melanggar hukum Tuhan, kita menjadi penindas. Saat kita suam kuku, pasif dan tidak
melakukan kehendak Tuhan dalam hidup kita, kita menjadi musuhNya. Dante, penyair Italia
yang paling termasyur berhikmat, “tempat paling gelap di neraka disediakan bagi mereka
yang menjaga netralitas mereka di saat krisis moral.”
Tuhanpun berkata: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas.
Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan
tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Wahyu 3:15-16)
Ya Bapa, curahkanlah Roh Kudusmu agar kami senantiasa berada bersama putraMu,
memihakMu, berkerja bersamaMu. Kuatkanlah kami sehingga kami bisa selalu solider, dan
membela Engkau yang hadir di saudari-saudara kami yang tertindas. Amin.
Frater David Lemewu MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
20
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Perintah yang paling utama
Hosea 14:2-10;
Mzm 81: 6c.8a,8bc-9.10-11ab.14.17;
Mrk 12:28-34
Jumat 13 Maret 2015
Mrk 12:30-31 Kasihilah Tuhan
Allahmu, dengan segenap
apa yang engkau miliki
Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri
Di Jaman yang semakin modern ini kita tentu sudah tidak asing lagi bahkan sudah
sangat bosan untuk mendengar kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu.
Sepertinya kedua kata ini hampir hilang dengan seiring perkembangan jaman, bahkan
banyak orang lebih senang mengikuti apa yang mereka inginkan dan bahkan mencari
keuntungan bagi diri mereka atau golongan tertentu. Mungkin hanya segelintir orang
yang dapat dihitung dengan jari yang masih mau menghayati dan melaksanakan apa
yang menjadi tujuan dan maksud mengapa manusia diciptakan oleh Allah. Pada intinya
Allah yang adalah sumber dari kasih itu sendiri. Ia telah menyatakan kasih-Nya yang
besar kepada kita, lewat setiap peristiwa yang terjadi didalam kehidupan kita sehari-hari.
Seperti sebuah cerita berikut ini adalah di sebuah desa yang sangat terpencil hiduplah
sebuah keluarga seorang ayah, ibu, dan anak gadisnya. Tak lama setelah anak
perempuan mereka melanjutkan sekolah di sebuah asrama ayahnya meninggal
dunia. Maka tinggalah ibunya seorang diri, anak perempuan ini semakin hari semakin
sombong dan sangat membenci ibunya yang buta dan malahan kalau ibunya datang
menjenguk anak gadisnya ia selalu berkata kepada teman-teman bahwa ibu ini adalah
pembantunya lalu bahkan di dorong sampai terjatuh. Suatu hari ia mendapat kabar dari
desa bahwa ibunya sedang sakit tetapi ia tidak mau pulang dan menganggap sakit
biasa lalu seminggu kemudian sakit ibunya semakin parah dan hampir meninggal, lalu ia
pulang ke desa. Sebelum ibunya meninggal ia berkata kepada anak gadisnya: anakku
kamu boleh membenci saya, semenjak engkau lahir engkau sudah buta maka saya
mendonorkan mata saya agar kamu bisa melihat. Lalu anak gadis ini menangis karena
ia begitu menyesal atas perbuatanya selama ini.
Inti yang mau saya sampaikan untuk kita semua khususnya dalam hari biasa pekan III
Prapaskah Bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa kita mencintai Allah yang tidak
dapat kita lihat, sedangkan orang yang sangat dekat dan dapat kita lihat tidak kita cintai?
Bruder Martin, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
21
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Siapakan aku?
Sabtu 14 Maret 2015
Lukas 18:13 “Tetapi pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak beranai
menengadah ke langit, melainkan ia
memukul diri dan berkata: Ya Allah kasihanilah
aku orang berdosa ini”
Hos 6:1-6;
Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab;
Luk 18:9-14
Aku sering berpikir, dunia dan perkembangannya terkadang membuat manusia selalu
berpikir negatif dan buruk tentang dirinya. Manusia selalu merasa kurang. Karena itu kita
mulai bercermin dari orang lain. Orang lain menjadi pedoman untuk menilai hidup kita.
Dengan itu kita sulit untuk mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya. Sering kita dipaksa
untuk meninggalkan diri kita yang asli, sederhana dan polos di hadapan Tuhan dan sesama.
Bahkan ada yang dapat melupakan diri sendiri (brain washed).
Bacaan hari ini mengajak kita untuk merenungkan kenyataan hidup kita. Penginjil Lukas
menampilkan suatu kisah tentang perjalanan hidup rohani dari seorang Farisi dan pemungut
cukai. Keduanya ingin melakukan suatu perjalanan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Mereka memulai dengan suatu langkah yang baik dan benar, namun akhirnya sang Farisi
itu menemukan suatu jalan buntu. Dia mulai membeda-bedakan dirinya dengan sang
pemungut cukai itu, Dia menyadari bahwa dia tidak seperti pemungut cukai itu yang selalu
memungut dan memeras cukai lebih dari ketentuan.
Yesus lewat SabdaNya mengingatkan dan menyadarkan kita untuk masuk kembali ke dalam
diri kita. Dia mengajak kita untuk mengenal dan mengetahui siapa diri kita. Yesus selalu
menolong banyak orang untuk melihat ke dalam dan merenungkan diri kita sebagaimana
telah diciptakan seturut gambaran Allah. Namun karena perngaruh dunia ini, kita sering
berlari dari hadapan Allah. Kita tidak melakukan sesuatu yang dikehendaki Allah.
Bercermin dari pengalaman sang pemungut cukai itu, marilah kita berbenah diri. Marilah kita
masuk kembali ke dalam diri kita dan mengenal diri kita di hadapan Allah bahwa kita adalah
orang berdoa. Marikah kita balik bertanya kepada diri kita, “Siapakah aku.”
Doa: Yesus yang baik, bantulah aku anakMu di masa puasa ini, untuk mengenal diriku.
Bantulah aku untuk selalu mendekatkan diriku dengan Mu. Bantulah aku supaya selalu
memeriksa diriku bahwa aku sungguh membutuhkan keselamatMu. Semoga aku dapat dan
setia menjalani masa puasa ini dengan penuh iman dan bakti. Amin.
Rm. Joseph, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
22
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Teologi Kasih
Hari Minggu Prapaskah IV
2Taw. 36:14-16.19-23;
Ef. 2:4-10; Yoh. 3:14-21
Minggu 15 Maret 2015
Yoh. 3:17 “Allah mengutus anak-Nya
ke dalam dunia bukan untuk menghakimi
dunia,melainkan untuk
menyelamatkan-Nya oleh Dia“
Suatu waktu di Melbourne saya pernah sharing dengan seorang calon guru sekolah
dasar di paroki tempat saya bekerja. Ia bercerita tentang teknik berbicara dengan
anak-anak didiknya. Hal penting yang harus ia buat adalah, mensejajarkan dirinya
sesuai dengan tinggi tiap anak, atau paling tidak sama tinggi agar ia bisa berbicara
sambil menatap mata anak yang diajaknya bicara tanpa harus kehilangan perhatian
si anak lantaran harus mendongak memandangnya. Teknik berbicara seperti ini,
tampaknya memang sangat Kristiani sifatnya. Bayangkanlah diri kita sebagai anak kecil
dan Allah adalah sang guru. Allah harus turun mensejajarkan tinggi-Nya dengan kita
agar kita bisa berkomunikasi dengan-Nya, muka dengan muka. Mungkin ini penjelasan
paling sederhana dan tepat sasar tentang Teologi Inkarnasi.
Menjadi manusia adalah pengorbanan terbesar Allah untuk sekedar bisa merebut
perhatian dan hati kita kembali setelah kita menyalahgunakan kebebasan yang
telah Allah anugerahkan untuk kita. Kita bebas, bebas memilih, dan juga bebas
mempertanggungjawabkan apa pun resiko yang timbul dari tiap pilihan kita tersebut.
Namun demikian tidak berarti Allah akan membiarkan kita sendirian menghadapi resiko
pilihan kita tersebut jika itu akan menggiring kita pada kebinasaan dan kesesatan.
Justru karena kita sering tersesat dan kerap melakukan keputusan memilih yang salahlah, maka Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Teologi Inkarnasi adalah Teologi Kasih. Allah menjadi manusia bukan karena benci
dengan manusia dan karena itu datang untuk menyampaikan bahwa hari kiamat sudah
dekat, melainkan Allah menjadi manusia karena kasih dan ingin supaya manusia tahu
bahwa Kerajaan Sorga, yaitu kasih-Nya sendiri sudah dekat. Dekat sekali, setatapan
mata saja. Dekat sekali, seperti bisikan suara hati. Dekat sekali, seperti rasa lapar yang
mendera saat kita berpuasa dan berpantang di Masa Prapakah ini.
Rm. Wenz, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
23
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
I know that was You, God !!
Senin 16 Maret 2015
Yoh 4:50 Kata Yesus kepadanya:
“Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu
percaya akan perkataan yang dikatakan
Yesus kepadanya, lalu pergi.
Senin Pekan Prapaskah IV
Yes 65:17-21; Yoh 4:43-54
There can be miracles, When you believe !!
Penggalan lirik lagu dari OST (Original Sound Track) Prince of Egypt di atas menjadi lagu
favorit saya di kala itu, ketika masih duduk di bangku SD. Film animasi kartun tersebut
menceritakan tentang Musa yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan
bangsa Mesir. Dulu sich saya hanya suka dengan liriknya saja, tetapi sekarang saya
mulai menyadari bahwa ada pesan yang ingin disampaikan melalui lagu tersebut.
Pembaca Fresh Juice tentu masih ingat bagaimana kisah Musa dan Harun membawa
bangsa Israel menyeberangi laut merah. Musa yang waktu itu berumur 80 tahun,
dan Harun 83 tahun merasa bahwa mereka tidak mampu menghadap Firaun dan
berbicara seperti apa yang telah diperintahkan Tuhan kepada mereka. Mereka tidak
pandai berbicara, tetapi Tuhan membekali mereka dengan berbagai mukjizat-mukjizat.
Peristiwa tulah terakhir, yaitu anak sulung mati – menjadi pertanda Musa dan Harun
mulai membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan bangsa Mesir.
Musa dan Harun mau menuruti perkataan Tuhan dan percaya apa yang difirmankan
Tuhan. Dalam bacaan Injil hari ini, pegawai istana tersebut percaya akan apa yang
dikatakan Yesus. Ia tidak ragu-ragu dan memiliki iman yang penuh akan perkataan
dan mukjizat Tuhan. Maka, ketika ia kembali ke rumahnya, ia mendapati anaknya telah
sembuh kembali.
Menjadi pengikut Yesus zaman sekarang, gampang-gampang susah. Kita lebih percaya
akan omongan tetangga atau orang lain apabila ada sebuah berita / kejadian yang
menarik di sekitar kita. Homili ataupun pesan-pesan dari Pastor atau orang yang lebih
tua dari kita, hanya dianggap angin lalu. Sekarang saatnya kita semakin peka dan
mendengarkan kehendak Tuhan, melalui orang-orang ataupun peristiwa di sekitar kita.
Yesus ingin kita lebih percaya kepada-Nya, bukan kepada ramalan, gosip, ataupun
berita simpang siur lainnya. Akan ada keajaiban / mukjizat yang Ia berikan kepada kita,
sehingga jangan heran kalau tiba-tiba suatu saat anda melihat ke atas, tersenyum, dan
berkata,”Aku tahu itu bahwa itu adalah Kau – Tuhan !” terima kasih.
KRIS
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
24
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Jadilah Saksi Kristus
PF S. Patrick, Uskup
Yeh. 47:1-9.12;
Yoh. 5:1-16
Selasa 17 Maret 2015
Yohanes 5:15, “Orang itu keluar,
lalu menceritakan kepada orangorang Yahudi, bahwa Yesuslah yang
telah menyembuhkan dia.”
Sewaktu masih di bangku kuliah, saya bersahabat akrab dengan teman-teman dari latar
belakang agama yang berbeda. Marisi Panjaitan-Kristen HKBP, Maya-Budha, Chandra RismaMuslim dan Sastrawati-Hindu. Kami saling membantu terutama selama penelitian-Skripsi
sampai ujian akhir Skripsi, sehingga kami bisa menyelesaikan kuliah bersamaan. Ketika mulai
bekerja, masing-masing harus berjuang sendiri, walau kadang kami masih saling berbagi
informasi.
Suatu malam Sastrawati datang ke kamar kost saya untuk curhat soal pekerjaan sambil
menemani adiknya mengetik. Malam itu entah mengapa saya ngantuk sekali dan tertidur
saat kami sedang ngobrol. Saya hanya terbangun saat hampir pagi dan mengantar Sastra
dan adiknya pulang.
Seminggu kemudian, Sastra datang lagi dan kali ini dengan hati bahagia menceritakan
kejadian yang dia alami dengan Yesus di kamar saat saya tertidur itu. Dengan bersemangat
Sastra bercerita, “Aku yakin, Yesusnya kamu itu emang benar-benar penuh kasih. Dia
memberikan aku pekerjaan pas tanggal 14 Februari. Enggak sia-sia selama ini aku menyukai
lagu-lagu Natal. Memang benar Yesus itu ada!”
Lalu tanpa ditanya, Sastra bercerita,
“Seminggu lalu, waktu kamu tertidur, aku iseng membaca buku kamu yang bercerita tentang
Padre Pio, yang mengalami luka-luka seperti Yesus Kristus. Aku heran, tetapi dalam hati
kupikir di dalam agama Hindu juga sering ada hal-hal di luar nalar. Sementara itu aku mulai
mengeluh, kenapa sudah dua tahun aku belum bekerja. Mataku tertuju pada gambar Yesus
yang tergantung di dinding kamar kamu. Dan dengan hati yang penuh amarah karena
sedih, aku bertanya pada gambar Yesus itu, ‘Yesus, kenapa hidupku seperti ini? kenapa Tina
dan Chandra sudah bekerja dan aku belum? Emangnya yang disebut orang beragama
hanya Kristen dan Islam? Lalu untuk apa setiap hari aku ngebanten, bikin canang? Kalau
begini terus, lebih baik aku mati saja!’ Lalu aku pun tertidur dan dalam tidur aku bermimpi
diangkat dari sebuah kegelapan ke tempat yang terang. Sekembalinya ke rumah, esoknya
ada yang datang menawarkan pekerjaan. Kukirimkan surat lamaran dan CVku, dan luar
biasa tepat tanggal 14 Februari mendapat jawaban diterima bekerja. Jadi aku sungguhsungguh percaya, walau aku bukan Kristen, tetapi Yesus telah menolongku!”
Kesaksian teman saya ini meneguhkan iman saya akan Yesus, yang datang untuk
menyelamatkan dan mencintai seluruh umat manusia. Terima kasih Tuhan Yesus, kami boleh
beriman kepada-Mu.
Narita
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
25
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Damai dari-NYA
Rabu 18 Maret 2015
Yes 49:15 Dapatkan seorang perempuan
melupakan bayinya sehingga ia tidak
menyayangi anak dari kandungannya?
Sekalipun dia melupakannya, AKU tidak akan
melupakan engkau
PF S. Sirilus dari Yerusalem,
Uskup dan Pujangga Gereja
Yes 49:8-15;
Yoh 5:17-30
Waktu mempersiapkan renungan ini, saya baru kembali dari Surabaya. Kontrakan saya
bermasalah, jadi saya sementara numpang di rumah teman. Waktu itu pun sekitar hari
ulang tahun saya. Ada rasa miris, ulang tahun kok tinggal di mana tidak jelas, belum
lagi nanti keluarga kakak saya yang rencana pindah ke Bali July mendatang .. mau
tinggal di mana? Ha??? Ada sisi hati yang menyentil satire .. Hadeeh…
Namun di atas semua pergolakan kecil yang saya hadapi ini, dan harus rempong cari
kontrakan sambil kerja, apalagi saya baru memulai pekerjaan baru, ada rasa tenang di
hati saya. Saya masih bercanda bahwa sabda bahagia harus di tambah “Berbahagialah
mereka yang punya rumah, karena mereka tidak perlu rempong mencari kontrakan”
Saya juga mensyukuri pertolongan teman yang boleh saya terima, tangan-tangan
Tuhan yang menolong saya melalui mereka. Sungguh -- Ia memang tidak menjanjikan
hidup yang selalu baik-baik saja, namun janjiNya Ya dan Amin bahwa Ia tak pernah
meninggalkan saya.
Membaca ayat-ayat indah di Yesaya ini juga meneguhkanku. Yes 49:8 “Pada waktu Aku
berkenan, Aku akan menjawab engkau”. Ya; kadang hidup terasa kurang manis, dan
di saat-saat itulah kita perlu menantikan perkenananNya di dalam tinggal tenang dan
percaya. Yes 49 :11 Aku akan membuat segala gunungKu menjadi jalan. Amin untuk
semua janjiMu, Tuhan.
Senang , boleh dianugerahi rasa tenang ketika hal-hal berjalan tidak sesuai yang
kita harapkan. Pikir-pikir… rasa damai, rasa tenang.. itu adalah Anugerah yang
Terindah. Penelitian menuliskan lebih banyak orang dirumahsakitkan karena menderita
psychosomatic daripada benar-benar sakit, yakni sakit yang dikarenakan pikiran,
bukan karena secara physic dia menderita sakit. Harta ini sangat berharga, Damai
yang daripadaNya. Tidak bisa di beli. Hanya bisa didapatkan melulu dari anugerah
Tuhan, Ia berikan gratis.
Mari membuka hati dan membaharui kepercayaan akan penyertaanNya. Mari
membuka hati untuk percaya PenyertaanNya SEMPURNA, rancanganNya penuh damai.
La la la la….
Yustina
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
26
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Siapakah malaikat dalam hidupmu?
HR S. Yusuf, Suami S.P. Maria
2Sam. 7:4-5a. 12-14a;
Rm. 4:13. 16-18. 22.
Mat. 1:16. 18-21. 24a.
Kamis 19 Maret 2015
Rm. 4:22 “Oleh karena imannya
ini maka Allah telah memperhitungkan
dia sebagai orang benar”
Suatu hari aku ke rumah salah-satu keluarga dari Indonesia yang kebetulan berdekatan dengan
tempat seminari kami di Melbourne. Setibanya di rumah, aku ditanya sama pak Deny (bukan
nama benaran), “Apa kabarmu saat ini?”Aku menjawab baik-baik saja. Mendengar jawabanku
tersebut, pak Deny sedikit tercengang dan tampaknya kurang percaya dengan jawabanku
saat itu. Ia melihat bahwa ada sesuatu yang kurang beres denganku. Aku pun dengan jujur
mengatakan kepadanya bahwa, sebenarnya saat ini aku sedang mengalami keraguan
dalam panggilanku. Mendengar hal itu, tak panjang kata, pak Deny lalu menawarkan diri
untuk mendoakanku. Akupun menyetujui permintaannya. Setelah didoakan, ia menyampaikan
beberapa hal kepadaku. Aku merasakan begitu besar kasih-sayang pak Deny untuk diriku.
Bagaikan seorang ayah yang dengan sifat kebapaan yang dimilikinya memahami keadaan
sang anak. Aku merasa dicintai dan diperhatikan oleh pak Deny sekeluarga. Hampir semua yang
disampaikan pak Deny saat itu, sejalan dengan isi hatiku. Doa pak Deny seakan mengubah cara
pandangku dalam menghadapi persoalan atau pergumulan hidup panggilan.
Bacaan hari ini, mengisahkan tentang perjalanan iman St. Yusuf yang percaya bahwa Tuhan
berbicara kepadanya dalam mimpi melalui seorang malaikat. Ia percaya bahwa Allah
berbicara kepadanya melalui malaikat meskipun dalam bentuk mimpi. Dengan kepercayaanya
itu, ia mengambil keputusan untuk menerima Maria sebagai istrinya seumur hidup. Oleh karena
imannya ini, maka Allah telah memperhitungkan dia sebagai orang benar (Rm. 4:22).
Dalam menjalani kehiduapan ini, entah apapun panggilan saya dan anda, di sana selalu ada
krisis. Pangalaman krisis dalam hidup apapun membuat saya dan anda merasa ragu akan
kekuasaan Tuhan. Selain itu, kita juga merasa kehilangan arah dan tujuan dalam hidup. Lebih
jauh lagi bahwa kita bisa saja murtad atau meninggalkan iman dan kepercayaan yang saya
dan anda miliki. Tapi hari ini, Gereja merayakan pesta St. Yusuf sebagai contoh atau model
iman dalam mengikuti Tuhan Yesus. Meski dalam situasi sulit sekalipun, ia masih membuka
hatinya untuk mendengarkan suara Tuhan dalam setiap situasi hidupnya. Karena ia percaya
bahwa apapun situasi hidup yang dialaminya, Tuhan pasti akan memberikan seorang penolong
untuknya. Apakah saya dan anda percaya akan hal ini?
Marilah kita mohon doa dari St. Yusuf, agar kita dianugerhai rahmat untuk tetap terbuka matahati
dan telinga kita akan suara Tuhan hari ini.
Fr. Anis, mgl.
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
27
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Sampai Saatnya Tiba
Jumat 20 Maret 2015
Yoh 7:30 Mereka berusaha menangkap
Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang
menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Keb. 2:1a,12-22;
Mzm. 34:17-18,19-20,21,23;
Yoh. 7:1-2,10,25-30.
BcO Ibr. 10:1-10
Membaca bacaan Injil pada hari ini, saya teringat pada satu lagu yang biasa dinyanyikan
di gereja, yaitu yang berjudul “Hai umat apa salahku”, yang saya yakin teman – teman
semua pasti tahu lagu ini kan?
Kalau dipikir – pikir, sebetulnya semua tindakan Yesus adalah tindakan yang mengajarkan
cinta kasih, dan juga tidak merugikan orang lain. Namun kok ya ada saja yang tidak suka
dengan hal itu, bahkan sampai ingin membunuh Dia.
Tetapi, Yesus tetap setia pada tugas perutusanNya. Meskipun awalnya datang dengan
sembunyi – sembunyi, toh akhirnya Yesus tetap menampakkan diriNya di depan semua
orang. Yesus terus berkeliling, sampai saatnya tiba, Dia kembali naik ke Surga.
Bagi saya pribadi, hal ini memberikan suatu sentilan tersendiri bagi saya, yaitu tentang
kesetiaan. Bagaimana kesetiaan Yesus terhadap panggilannya dihadapkan dengan
banyak orang yang menentangnya, bahkan sampai ingin membunuhnya.
Saya termasuk orang pecinta damai :-D, jadi menurut saya pastinya tidak enak banget
hidup Yesus. Hidup di tengah – tengah orang yang tidak suka dengan dia. Tapi, Dia terus
saja melayani orang – orang yang membutuhkanNya, serta mewartakan kabar sukacita.
Hmmm.. Sebuah pilihan yang membutuhkan komitmen yang besar..
Dan pada akhirnya, sentilan ini meninggalkan jejak sebuah pertanyaan, yaitu :
Dapatkah saya setia pada perjalanan pelayanan saya sampai saatnya tiba?
Salam Hangat,
Daniel Anugroho, S.E, C.Ht
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
28
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Keyakinan Buta
Yer 11:18-20,
Yoh 7:40-53
Sabtu 21 Maret 2015
Yoh 7:51” Apakah hukum Taurat kita
menghukum seseorang sebelum ia didengar
dan sebelum orang mengetahui apa yang
telah diperbuat-Nya?”.
Kepercayaan dan tradisi dari suatu kelompok masyarakat tertentu memegang peranan
penting yang menentukan dalam mengambil suatu keputusan. Bila pendapat yang
mereka yakini itu kelihatannya tidak sama dengan kenyataan yang ada , maka tampa ragu
mereka akan menentangnya. Orang Yahudi mengalami kesulitan untuk mempercayai Yesus
adalah Mesias yang ditunggu karena mereka terlalu terpaku pada tradisi turun temurun dan
lupa bahwa jalan Allah tidak selalu sama dengan apa yang dipikirkan dan dirumuskan oleh
manusia.
Dalam hidup ini kita juga sering melakukan kesalahan dengan menuduh dan mencurigai
seseorang, untuk hal yang belum tentu dilakukannya, seperti kisah berikut ini. Sambil
menunggu keberangkatan pesawat , seorang wanita membeli sebungkus biskuit untuk
dimakan sambil membaca buku. Ketika ia menoleh dari buku yang sedang dibacanya, ia
melihat seorang pria yang duduk diseberang mejanya juga sedang membaca buku dan
memakan biskuit yang baru saja dibelinya. Wanita itu berkata di dalam hatinya, dasar pria
tidak tau malu, enak saja memakan biskuit yang saya beli tampa permisi. Maka supaya tidak
kehabisan, dengan wajah cemberut wanita itu segera mengambil dan memakan biskuit
itu. Pria itu terus memakan biskuit itu sambil tersenyum pada wanita itu. Ketika biskuitnya
tinggal 1 pria itu mengambil separuhnya dan meninggalkan yang separuh untuk wanita itu
yang segera beranjak karena pesawatnya akan berangkat. Ketika tiba didalam pesawat
wanita itu memasukan tangannya kedalam tas untuk mengeluarkan buku untuk melajutkan
membaca. Didalam tas ia menemukan biskuit yang masih utuh yang tadi dibelinya, jadi
siapa yang telah makan biskuit tampa permisi.
Pada masa puasa ini kita juga diajak untuk merubah cara pandang kita yang lama dan
menerima dengan tangan terbuka petunjuk Allah, yang seringkali tidak sesuai dengan apa
yang kita pikirkan.
Doa:
Ya Tuhan, bukalah mata hatiku untuk menerima petunjukMu sehingga aku dengan lebih
mudah mentaati Engkau dalam kehidupanku sehari-hari Amin.
Betty
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
29
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Mati Seperti Kristus
Minggu 22 Maret 2015
Yoh 12:24, “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh
ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak
buah.”
Yer. 31:31-34;
Ibr. 5:7-9;
Yoh. 12:20-33
Kita pasti mengenal pribahasa “mati satu tumbuh seribu”. Hal ini sangatlah benar dikaitkan
dengan ilmu pertanian dimana satu biji padi atau gandum yang jatuh di tanah, dia akan
mati dan selanjutnya akan tumbuh menjadi sebuah pohon padi atau gandum yang bisa
menghasilkan seribu butir padi atau gandum lainnya. Dengan kata lain, kematian yang
dialami oleh sang biji tidak sia-sia karena dirinya menjadi berlipat ganda dan akan dapat
dinikmati banyak orang. Seandainya semua biji dimakan dan tidak ada yang ditanam,
maka siklus perlipatgandaan akan putus dan rantai makanan akan putus.
Bacaan injil hari ini mengisahkan Yesus yang mengumpamakan diriNya seperti biji gandum
yang mati supaya semua orang memperoleh hidup. Yesus mati di kayu salib supaya
kematianNya tidak sia-sia dimana semua orang menikmati hidup baru karena setiap dosa
ditebus olehNya.
Nah, kalau seseorang sudah mengenal Yesus yang mengorbankan diriNya dan mau mati
bagi orang lain, orang tersebut juga diajak untuk meneladani Yesus yang mau mati untuk
orang lain. Yesus berkata bahwa barangsiapa mau mengikuti aku harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku. inilah yang dimaksud menjadi biji-biji gandum
yang mau mati supaya orang lain memperoleh hidup.
Caranya? Kita bisa “mematikan” keegoisan kita supaya orang bisa hidup. Kita bisa
“memadamkan” api amarah kita supaya orang lain memperoleh kehidupan yang lebih
damai. Kita bisa menyerahkan segala kesombongan dan keangkuhan kita dengan rendah
hati supaya orang lain mendapat berkat dan pujian sehingga hidup orang lain bermakna
dan lain sebagainya.
Maka marilah saya mengajak kita semua supaya mengikuti sabda Yesus hari ini menjadi biji
gandum yang mati supaya orang lain memperoleh hidup. Namun sebelum itu, marilah kita
merenungkan kembali dengan mengucap syukur betapa Yesus mati untuk kita sehingga
kita mendapatkan hidup baru seperti sekarang ini. Amin
Rm. Vincent, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
30
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Mengampuni seperti Yesus
PF S. Turibius
Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62;
Yoh 8:1-11
Senin 23 Maret 2015
Yoh 8:11 “Akupun tidak
menghukum engkau. Pergilah, dan
jangan berbuat dosa lagi”
Sulit dibayangkan bagaimana kita dapat bersikap setenang Yesus saat
dihadapkan pada situasi sulit dan menjebak seperti ini. Tetapi bila hati
kita bersedia menerima kasih Allah yang mengampuni dan menjadikan
kita mampu untuk mengampuni tentu jadinya lebih mudah dan mungkin
bagi kita.
Dengan ketenangan sikap Yesus yang tidak terburu-buru menanggapi
pertanyaan yang ingin menjatuhkan-Nya dalam perangkap, Yesus
memberi jawaban yang menyentuh kesadaran hati para penjebakNya.
Seringkali sikap menghakimi kita lahir dari niat untuk menyangkal,
membenarkan kesalahan yang kita perbuat dan melemparkannya
pada orang lain.
Yesus yang tidak mengenal dosa tidak punya kecenderungan untuk
menghakimi melainkan mengampuni dan menasihati agar tidak jatuh
ke dalam dosa yang sama. Inilah misi yang diwariskan pada kita
sebagai murid-murid-Nya.
Sr. M. Benedicta, OSB.
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
31
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
“Siapakah Aku?
Selasa 24 Maret 2015
Yoh 8:29 “Dan Ia, yang telah mengutus Aku,
Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku
sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa
yang berkenan kepada-Nya.”
Bil 21:4-9;
Yoh 8:21-30
“Siapakah Aku? Untuk apa dan siapakah aku hidup dan bekerja?”
Ketika berbicara tentang anak manusia yang ditinggikan, Yesus merujuk ke salibNya
sendiri (Yoh.19:18). Yesus mengetahui, selama ia masih hidup sebagai manusia, orangorang akan memandangnya tak lebih daripada seorang manusia istimewa dari Nazaret.
Kita mengimani Yesus dan salibNya sebagai inti kebenaran iman Kristiani. Oleh iman
kita mudah menerimanya. Disini kewajiban kita ialah menampilkan buah-buah salib,
seperti kesalehan, penghargaan terhadap martabat manusia, kasih dan persaudaraan
yang tulus. Dengan cara itu mungkin kita dapat menolong saudara-saudari yang
mencari kebenaran untuk menemukan Tuhan. Dalam pengalaman hidup sehati - hari
saya alami sebagai admin di DFJ yaitu membantu menyebarkan warta sukacita Firman
Tuhan setiap hari. Disini letak ujian yang harus dilakukan setiap hari yaitu menjaga diri
supaya tidak jauh dari Tuhan sendiri. Kita semua disini juga diutus. Atas tugas yang
sama pun kita dipanggil, yakni agar kita dapat mencintai Allah dan sesama. Jika
kecenderungan manusia untuk selalu bertanya siapakah Aku? maka alangkah baiknya
jika di pagi ini kita tunduk merendah dan bertanya jujur; “Siapakah aku?” Banyak tidak
pernah bertanya seperti ini sehingga mereka pun tidak tahu untuk apa mereka ada
dan hidup. Jika kita sadar sebagai seorang utusan dan bahkan sebagai seorang anak,
maka tidak lain yang kita buat adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus.
Karena itu, menjadi bahan permenungan bagi kita di pagi ini, yakni; “Siapakah Aku?
Untuk apa dan siapakah aku hidup dan bekerja?” Hanya mengingatkan bahwa Yesus
telah membuat seluruh kata dan perbuatan-Nya, bahkan Diri-Nya dibagi-bagikan
kepada orang lain sampai tuntas lewat pengorban-Nya di salib untuk saudara dan
saya.
Cutam
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
32
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Mijizat itu Nyata
Rabu 25 Maret 2015
Luk 1:37
HR Kabar Sukacita
Yes 7:10-14;8:10;
Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38
Sebab bagi Allah
tidak ada yang mustahil
Banyak kejadian yang saya alami sepanjang hidup saya.
Ada banyak juga kejadian yang sepertinya mustahil tapi nyata.
Saya ceritakan satu kejadian yang saya alami dengan Yonathan. Waktu itu saya sedang
hamil Vina (anak ke-2) dan sudah masuk bulan ke-9. Kami sedang berjalan-jalan di mall,
saya dan seorang pembantu menunggu Yovie di dekat eskalator. Saya dan pembantu
ngobrol sehingga kurang memperhatikan Yonathan. Dia berumur 2,5 tahun.
Usia dimana anak kecil kepingin tahu banyak hal tanpa mengerti bahayanya. Tiba-tiba saya
mendengar Yonathan menangis keras. Saya lihat Yonathan sedang jongkok sambil salah
satu tangannya masuk ke bagian pinggiran eakalator. Bagian pinggir eskalator berupa karet
warna hitam yang biasa kita gunakan sebagai pegangan. Eskalator itu mengarah turun.
Kalau saya mereka-reka kejadian itu, Yonathan sedang memegang karet eskalator yang
menuju kebawah, dan tangannya mengikuti sampai karet itu masuk kebagian bawah.
Saya bingung dan panik. Apa yang terjadi dengan tangan Yonathan yang masuk sampai
pergelangan tangannya dan membuat eskalator itu mendadak berhenti.
Yovie yang ada ditengah eskalator langsung berlari turun.. Di mall itu saya berteriak minta
tolong. Saya berdoa, Tuhan tolong selamatkan tangan Yonathan. Yovie mencoba menarik
tangan Yonathan keluar, tapi dia semakin menangis kesakitan. Akhirnya datang seorang lakilaki, entah dia pegawai mall atau pengunjung saya sudah tidak memperhatikan lagi. Orang
itu manarik karet hitam kearah yang berlawanan sampai akhirnya tangan Yonathan bisa
keluar. Tangan itu keluar utuh tidak ada darah sedikitpun hanya berwarna biru kemerahan.
Terimakasih Tuhan, saya langsung berujar. Saya periksa tangannya untuk memastikan tidak
ada tulang yang patah.
Bagi kami ini adalah mujizat, dan bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Dia melindungi tangan Yonathan.
Banyak kejadian-kejadian yang kita alami dalam hidup kita.
Mungkin ada yang tidak kita sadari bahwa dalam kejadian itu Tuhan turut campur tangan.
Mari kita belajar seperti Maria yang percaya bahwa setiap kejadian yang dialaminya
penyertaan Tuhan selalu besertanya.
Mujizat nyata dalam diri Maria, dan mujizat itupun Nyata dalam hidup kita.
Asal kita mau menyadarinya.....
Bukan karna kekuatan
Namun roh Mu ya Tuhan
Ketika Kuberdoa
Mujizat itu nyata........
(nathasa)
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
33
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Kamis 26 Maret 2015
Identitas Palsu vs Identitas Asli
Yoh 8:53 “Adakah Engkau lebih besar dari
pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabinabipun telah mati; dengan siapakah Engkau
samakan diri-Mu?”
Kej 17:3-9;
Yoh 8:51-59
“Jangan biarkan pendapat atau pikiran orang meredam suara hati anda sendiri!” ucap si
co-founder dan chairman dari perusahaan Apple Inc., Steve Jobs. Mungkin karena begitu
suksesnya di dunia digital, dia awalnya kurang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi di
akhir hidupnya dia merasa lebih mau percaya akan kehidupan kekal, akibat kanker yang
akhirnya merengut nyawanya di tahun 2011.
Tuhan Yesus di bacaan Injil hari inipun tidak membiarkan perkataan orang lain meredam
identitas diriNya yang sesungguhnya. Dia tahu bahwa dia Putra tunggal Allah, walaupun ini
sepertinya menyinggung perasaan orang Yahudi saat itu yang sangat kaku dengan identitas
mati mereka sebagai keturunan Abraham. Yesus tidak takut akan akibat buruk saat dia mengklaim identitas dirinya yang tinggi dan mulia, yang lebih dari Abraham. Dia tidak mencoba
untuk pura-pura merendahkan dirinya supaya selamat. Yesus berkata yang sesungguhnya,
tentang diriNya sendiri.
Teman-teman terkasih, kitapun mempunyai identitas diri yang sungguh mulia. Kita diciptakan
dengan rancangan yang dahsyat. Saat kita dibaptis, kita ditebus oleh Tuhan Yesus dan
menjadi anak angkat Allah Bapa, dan turut mewariskan kerajaan Allah Bapa bersama
dengan Tuhan Yesus. Kita ini putra dan putri Raja Surgawi. Inilah identitas kita yang utama.
Tetapi kita juga hidup di dunia yang belum sempurna. Kita dibesarkan oleh orang tua yang
juga punya luka batin. Kita hidup di keluarga dan lingkungan yang tidak sepenuhnya baik.
Dunia kita tinggal adalah tempat dimana sang Iblis, pangeran kebohongan juga giat
bekerja. Sangatlah mungkin bahwa sejak kecil, ada orang lain yang membohongi kita.
Sebagai manusia lemah, kitapun gampang dipengaruhi.
Saya ingat oma saya yang cukup sayang dengan saya. Dia selalu membawa coklat dan
celengannya sisa uang belanja dia setiap hari untuk saya. Tetapi saat saya mungkin umur
5 tahun dan sedikit jahil menarik rok beliau, dia dengan marah berkata, “dasar kamu anak
setan!!” Anehnya saya ingat persis perkataan ini. Saya bertanya-tanya apa mungkin ini
mempengaruhi proses saya saat mencari jati diri.
Mungkin ada juga orang yang dekat dengan anda pernah berkata, “Kamu tidak berguna,
anak sialan, tidak ada harapan, dll.” Dan saat kita sedang bingung, perkataan ini
membentuk alam bawah sadar kita. Alhasil, kita gampang minder, gagal dalam kehidupan,
cepat tersinggung, atau berkompensasi dengan meninggikan diri atau membandingkan diri
kita dengan orang lain.
Teman-teman, kita tahu identitas kita sesungguhnya sebagai anak Allah. Tetapi apakah kita
sadar akan identitas palsu kita yang terselubung? Mari undang Roh Kudus untuk menerangi
hati kita.
Frater David Lemewu mgl
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
34
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Percaya jika terbukti
Yer 20:10-13;
Yoh 10:31-42
Jumat 27 Maret 2015
Yoh 10:37 “ Jikalau Aku tidak melakukan
pekerjaan- pekerjaan Bapa-Ku janganlah
pecaya kepada-Ku”
Banyak hal yang bisa terjadi pada saat kita masuk didalam penyembahan, baik ber-Bahasa
Roh, Bersukacita, menangis, menari, ber-Mazmur dan lain lain. Dan banyak yang belum
mempercayai hal hal tersebut pada saat kita benar benar masuk didalam Penyembahan
yang kudus.
Salah satu yang ‘waktu itu’ tidak percaya adalah teman sepelayanan saya di persekutuan.
Saat itu Beliau hanya pelayanan saja tanpa benar benar merasakah indahnya “JATUH CINTA”
dengan NYA, tetapi saya sendiri tidak tau kalau beliau belum merasakah Kasih Tuhan didalam
Penyembahan yang Kudus.
Jadi saat itu saya tiba tiba bertemu dengan beliau saat retret di Tumpang(Karmel). Saat
itu kita melakukan Doa Taize, dan ada banyak umat yang hadir Berkata kata dalam Roh,
Bersukacita, Menangis dan Menari, luar bisa Kasih Tuhan didalam penyembahan saat itu.
Tetapi saya dikagetkan dengan pernyataan Beliau (saat itu dalam suasana Menyembah)
“ ah, paling dibuat buat tuh menangis menari dan lain lainnya”, saya saat itu kaget juga
dengan pernyataan Beliau. Lalu saya katakan, bahwa itu hal yang biasa dan tidak dibuat
buat oleh mereka. Pada saat engkau merasakan baru engkau tau ‘nikmat’nya penyembahan
itu.
Hari berikutnya ada doa Taize lagi, dan saat itu saya katakana pada beliau untuk berserah
dan diam saja saat penyembahan. Dan ternyata tidak sampai 5 menit kita melakukan
penyembahan beliau merasakan Kasih Tuhan didalam penyembahannya, semua roh
yang tidak baik terbuang didalam penyembahannya, dan beliau menangis tidak berhenti
sampai selesainya Penyembahan tersebut. Setelah selesai Doa Taize nya, saya menanyakan
dengan sedikit menyindir, kok kamu nangis? Pasti pura pura ya?, dan beliau hanya tertawa
dan berkata sekarang saya tahu rasanya bagaimana.
Jadi apakah kita harus seperti ‘Thomas’ dijaman modern hanya untuk mempercayai kasih
Tuhan? Mari kita belajar menyerahkan diri kita Tubuh Jiwa dan Roh kepada Tritungal yang
Maha Kudus saat kita menyembah. Maka Tuhan Yesus sendiri yang akan hadir didalam
kehidupan kita pribadi.
Tuhan memberkati
Prast
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
35
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Cinta yang Nyata
Sabtu 28 Maret 2015
Yeh. 37:22 “Aku akan menjadikan mereka
satu bangsa di tanah mereka, di atas gununggunung Israel, dan satu raja memerintah mereka
seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua bangsa
dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan”
Yeh 37:21-28;
Yer. 31:10,11-12ab,13;
Yoh 11:45-56
Kalau kita melihat di televisi atau di dalam surat kabar kita dapat menemukan banyak
bertita tentang oknum-oknum dari aparat pemerintahan yang korupsi. Kita juga mungiin
pernah mengalami atau mendengar banyak berita dari pelbagai negara tentang
pemerintah yang keras dan otoriter. Mereka berjuang dan bekerja untuk kepentingan
diri sendiri dan keluarga ataupun kepentingan kelompoknya.
Hari ini kita diteguhkan oleh Sabda Tuhan lewat Nabi Yehesekial dan penginjil Yohanes.
Dengan melihat dan menyaksikan kesengsaraan umatNya dan bangsaNya Israel, Allah
menyatakan janjiNya kepada kita umatNya. Dia akan menjadikan kita umatNya, satu
bangsa pilihanNya dan akan memilih seorang raja untuk memerintah dan memimpin
kita. “Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gununggunung Israel, dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi
dua bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan” Allah menjadikan bagi kita
seorang raja yang akan memerintah, bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia
memilih seorang pemimpin untuk menjaga kita, seorang pemimpin yang mengorbankan
dirinya demi kita, sampai mati di kayu salib demi kita umatNya. Dia rela mati karena
dosa dan salah kita. Dan Snag Raja itu adalah Yesus, Putera Alla sendiri seperti yang
dikisahkan di dalan Injil Yohanes.
Di dalam Injil Yohanes 3:16 mengatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.”Dari perikop
ini nyatalah bahwa, Allah sungguh peduli akan kita umatNya. Dia memiliki suatu kasih
dan cinta yang nyata lewat persiatiwa salib.
Dalam masa puasa ini, marilah kita berdoa untuk selalu dipenuhi oleh Roh Allah, untuk
selalu peduli akan sesama kita. Semoga kita memberikan yang terbaik untuk sesame
yang membutuhkan kita, mulai dari yang paling sederhana. Marilah kita memberikan
senyum dan menciptakan kebahagiaan bagi sesame yang menderita. Marilah kita
saling berbagi rasa dengan mereka. Masa puasa ini juga merupakan suatu saat di mana
kita diajak untuk masuk kembali ke dalam sutuasi kepuarga kita dan juga kelompok
di mana kita berasosiasi. Kita dipanggil dan diajak oleh Tuhan untuk membagi dan
menunjukan suatu cinta yang nyata seperti Yesus.
Rm. Joseph, MGL
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
36
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Wujud Kasih
Hari Minggu Palma,
Mengenang Sengsara Tuhan
Yes 50:4-7; Flp 2:6-11;
Mrk 14:1-15:47.
Minggu 29 Maret 2015
Markus 14:6 Tetapi Yesus berkata:
“Biarkanlah dia. Mengapa kamu
menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu
perbuatan yang baik pada-Ku.
Hari ini Gereja merayakan hari minggu Palma, hari pertama sebelum memasuki
Pekan Suci. Penderitaan, kematian, dan kebangkitan Tuhan Yesus merupakan
inti sari renungan kita selama Pekan Suci yang dimulai pada hari Minggu Palma
ini. Penderitaan Tuhan Yesus harus memasuki hati kita, yang sering sering mati
rasa dalam hidup kita. Selama Pekan Suci, kita mendapat kesempatan untuk
melihat dan mengenal siapakah Yesus, dan siapakah orang-orang yang
menganiaya Dia. Tetapi bukan hanya orang-orang pada saat itu. Haruslah
ini juga menjadi refleksi dalam kehidupan kita saat ini. Apakah kita termasuk
dalam kelompok orang-orang yang membenci, memusuhi, menghina, dan
menganiaya sesama kita.
Pada bacaan hari ini, kita juga dapat belajar dari sosok seorang perempuan
yang meminyaki kepala Yesus dengan minya narswastu murni yang sangat
mahal harganya, dan perempuan ini dikritik pedas perbuatannya. Apakah
pelajarannya bagi kita? Murid-murid laki-laki Yesus tidak setia kepada Guru
mereka, malahan meninggalkan-Nya. Sedangkan si perempuan yang tak
terkenal itu justru membuktikan kesetiaan, keberanian dan kasihnya yang murni
kepada Yesus. Isi pelajaran itu ialah, bahwa hidup kita harus jadikan seperti
buli-buli berisi minyak murni yang berharga bagi Tuhan dan bagi sesama kita!
Bukan hanya untuk kepentingan kita sendiri. Kita harus rela memberikan apa
yang berharga dan apapun bentuknya, untuk mewujudkan kasih kita yang
sejati kepada sesama.
-Santo-
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
37
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
S. Yohanes Klimaks
Senin 30 Maret 2015
Yes 42:1-7
Yoh 12:1-11
Kisah Orang Kudus
St. Yohanes dilahirkan di Palestina pada abad ketujuh. Kemungkinan besar ia adalah
murid dari St. Gregorius dari Nazianze. St. Yohanes mempunyai masa depan gemilang
untuk menjadi seorang guru termashyur, namun demikian ia memutuskan untuk melayani
Tuhan dengan segenap hatinya. Ia masuk biara di Gunung Sinai ketika usianya enambelas
tahun. Kemudian, ia pergi untuk hidup seorang diri saja selama empatpuluh tahun. Ia
mempergunakan seluruh waktunya untuk berdoa dan membaca riwayat para kudus.
Pada mulanya, St. Yohanes dicobai oleh iblis. Ia merasakan segala jenis nafsu jahat yang
menggodanya untuk jatuh dalam dosa. Tetapi, Yohanes mengandalkan Yesus dan berdoa
lebih khusuk dari sebelumnya. Sehingga, godaan-godaan itu tidak berhasil membuatnya
jatuh dalam dosa. Malahan, ia menjadi semakin kudus. Yohanes semakin dekat dengan
Tuhan dan banyak orang mendengar tentang kekudusannya. Mereka datang kepadanya
untuk meminta nasehat.
Tuhan memberi St. Yohanes suatu karunia yang mengagumkan. Ia dapat membawa damai
bagi mereka yang tertekan dan yang mengalami godaan. Suatu ketika, seorang laki-laki
yang mengalami godaan yang mengerikan datang kepadanya. Ia menceritakan betapa
berat baginya untuk melawan godaan-godaan tersebut dan memohon pada St. Yohanes
untuk menolongnya. Setelah mereka berdoa bersama, damai segera memenuhi hati lakilaki malang itu. Tidak pernah lagi ia diganggu oleh godaan-godaan tersebut.
Ketika St. Yohanes berusia tujuhpuluh empat tahun, ia dipilih menjadi pemimpin biara di
Gunung Sinai. Ia menjadi pemimpin dari semua rahib serta pertapa di negerinya. Seorang
pemimpin biara lainnya meminta St. Yohanes untuk menuliskan peraturan-peraturan yang
telah diterapkannya sepanjang hidupnya, agar para rahib dapat meneladaninya. Dengan
segala kerendahan hati, St. Yohanes menulis sebuah buku berjudul Tangga Kesempurnaan.
Dalam bahasa Yunani `tangga' disebut `klimax'. Oleh sebab itulah ia dijuluki “St. Yohanes
Klimaks”. St. Yohanes wafat pada tahun 649.
Semoga damai Kristus berakar dalam hati kita - tertanam dalam iman yang teguh akan
kasih-Nya bagi masing-masing kita, tanpa mempedulikan kelemahan-kelemahan kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
38
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
www.DOJCC.com
Setia akan janji
Yes 49:1-6;
Yoh 13:21-33.36-38
Selasa 31 Maret 2015
Yoh 13 : 37 “Tuhan, mengapa saya
tidak dapat mengikuti Tuhan sekarang?” tanya
Petrus lagi. “Saya rela mati untuk Tuhan!”
Ketika kita jatuh cinta, sangat mudah untuk berkata seperti Petrus,”Saya rela mati untuk
kamu”. Tapi apabila hal itu benar benar diminta, apakah kita berani melakukannya?
Kejadian ini mengingatkan saya ketika DOJCC melakukan retret di Bedugul selama 2 malam.
Sepulang dari retret, beberapa anak perempuan merasakan hal yang aneh, mereka merasa
diikuti oleh sesosok bayangan. Ketakutan menerpa mereka. Saya tidak menyaksikan hal itu
langsung, tapi saya mendengar cerita nya. Katanya, mereka ketakutan lalu berdoa
di depan patung Bunda Maria. Namun bayangan itu tetap menghantui. Akhirnya mereka
dan group DOJ menghadap romo Hadi untuk minta bantuan.
Romo hanya minta semua anak DOJCC untuk masuk ke dalam misa harian jam 6 sore. Di
akhir misa, romo memanggil kami semua, dan berkata, “Sejujurnya, romo juga tidak tahu
harus berbuat apa. Tapi di dalam misa, romo teringat janji kalian”.
Kami semua bertanya tanya, “Janji apa?” Romo melanjutkan,”Kalian pernah janji, akan
mengikuti misa harian, setidaknya sekali dalam seminggu. Tapi hal itu tidak pernah dipenuhi.
Tuhan tidak pernah meminta, tapi kita manusia yang sering berjanji, lalu mengingkarinya”
Kami terdiam.
Bacaan hari ini juga seperti itu. Petrus berjanji akan siap mati untuk Yesus, tapi malah
mengingkari Dia 3 x sebelum ayam jantan berkokok.
Saat itu, kami merasa seperti Petrus.
Hari ini kita diajak untuk mengingat kembali akan janji kita untuk mengikuti Yesus.
Mengikuti Yesus lebih dari sekedar janji.
Mengikuti Yesus butuh kesetiaan, komitmen dan pengorbanan.
Dengan kekuatan Roh Kudus lah kita akan mampu menjalani kesetiaan itu.
Bali,
Jeff Kristianto
Setelah membaca renungan hari ini
Saya akan
39
www.DOJCC.com
Fresh Juice !
Vol. 64 / 2015
Misa Syukur Perkawinan
dan Misa Komunitas DOJ
25 Feb 2015
Tugas tatib Februari 2015
di Gereja FX
Rapat persiapan Weekend
Mencari Tulang Rusuk
Download