Jadwal Rutin DOJCC Bali Gathering pertemuan Doa setiap minggu I,II, dan III di Basement Gereja FX pk. 11.30 Wita diawali makan siang bersama Terbuka Untuk UMUM Sharing Group sebulan 2 x Formation Teaching sebulan sekali Celebration Meal (Makan malam bersama) Setiap Sabtu terakhir dalam bulan pk. 18.30 bergantian di rumah anggota Tugas Koor Misa English Setiap Minggu ke - 3 pk. 18.00 di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kuta Tugas Tatib di Gereja FX Sebulan sekali DOA Kontemplasi (Taize, Adorasi, dll) Setiap Rabu ke -3 Ruang Pastoran Gereja FX pk. 18.30 Info mengenai DOJCC Hubungi : 0878 6180 5088 [email protected] www.DOJCC.com Misa Peletakan Batu Pertama di Rumah Pelangi Kasih Bali - Pelaga Senin 5 Jan 2015 Persembahan kasih untuk pembangunan Rumah Pelangi di Pelaga - Bali dapat disalurkan ke Bank BCA No Rek: 4040400007 An: H B Hady Setiawan Kegiatan DOJCC Bulan Februari 2015 C C J O D g n i r e h t 5 a 1 0 G 2 i r a u r b e F n a l Bu C C J O D g n i r e Gath 5 1 0 2 i r a u r b e F Bulan aring Group Kunjungan Sh Maria Theresa gah ke Rumah Sinagng Bali Yayasan Say team Foto bersamaera ngkat ke APSE yang akan bustralia Canberra -A e dan Herman Ratna, Tina Bikounti APSE di yang meng Australia Koor Misa Nuansa Imlek di Gereja FX Kuta 19 Feb 2015 Misa Perkawinan Arman dan Maia (2 anggota DOJ Bali) Foto bersambung ke halaman 40 Fresh JUICE ! refresh your soul Fresh JUICE ! Fresh Juice adalah buku renungan harian berdasarkan penanggalan liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com). Terbit sebulan sekali di awal bulan. Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223) Kritik dan saran : [email protected] Fresh JUICE ! Team Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr Penasehat : Yovie Setiawan Pemimpin Redaksi : Nathasa Editor : Nathasa, Yovie Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi, Martina, Agatha, Fransiska, Hanz, Franky, Yovie, Rm. Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Joseph MGL, Rm Wenz MGL, Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Maia, Fr David, Alin, Yudi, Betty, Fr. Anis, MGL, Betty, Daniel, Yance, Pras, Iwan Setiawan, Yustina, Rita, Lia, Siska Langganan & Marketing Iklan : Nathasa (0361- 85 11223) Distribusi : Anggota DOJ Bali Seluruh hasil Fresh Juice akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Pelangi di Pelaga Sumbangan dapat disalurkan ke : BCA No Rek: 4040400007 An: H B Hady Setiawan Harap sms / telpon 0361 - 8511223 untuk konfirmasi. Fresh JUICE ! managed by : www.DOJCC.com Syalom....salam sejahtera buat kita semua Pesan bapak Paus untuk masa prapaskah tahun 2015, masa prapaskah adalah masa perubahan. Yang pastinya kerinduan kita semua untuk berubah dan disempurnakan selalu. Dalam masa ini kita diingatkan kembali untuk belajar mengendalikan diri. Pengendalian diri bisa dibilang hal yang paling susah untuk dilakukan. Kalo saya sebagai orang tua, meminta anak saya untuk berhenti menangis misalnya.... rasanya lebih mudah daripada saya harus mengendalikan kemarahan saya. Saya bersyukur dalam masa ini, saya bisa kembali belajar. Untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Seperti syair lagu ini.... Ubah hatiku....seputih hatiMu Setulus salibMu KasihMu Tuhan Semoga masa prapaskah, masa perubahan, membawa hidup kita kedepan menjadi sahabat Yesus yang setia Nathasa PemRed Fresh Juice Renungan Harian Audio Katolik bisa klik di www.DailyFreshJuice.net Kehidupan Kekal Hari Minggu Prapaskah II Kej. 22:1-2.9a.10-13.15-18; Rom. 8:31b-34; Mrk. 9:2-10 Minggu 1 Maret 2015 Mrk. 9:9-10 “Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceritakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum anak manusia bangkit dari antara orang mati...” Bagi kita pengikut Kristus, kita yakin akan kebangkitan badan dan adanya hidup yang kekal, dengan kata lain, sekali kita dilahirkan dalam Kristus lewat pembaptisan, maka kita akan terus hidup meskipun kita telah mati. Pengakuan iman seperti ini mengundang response atau tanggapan yang berbeda-beda. Ada yang ragu-ragu dan mulai mempersoalkan kebenaran iman ini, ada pula yang percaya penuh dan mulai mempersoalkan seperti apa kelak di kehidupan yang kekal itu atau apa yang akan kita alami nanti, apakah sama dengan hidup kita di dunia ini, atau mungkin lebih baik lagi. Lebih ekstrim lagi, bahkan ada yang berpikir bahwa surga itu tempatnya terbatas jadi hanya orang tertentu saja yang bisa masuk, atau ada lagi yang menjanjikan bahwa di dalam kehidupan kekal nanti akan ada tujuh bidadari yang siap menyambut dan melayani kita dan seterusnya dan sebagainya. Petrus, Yakobus dan Yohanes baru saja diperkenankan untuk mengintip kehidupan kekal. Mereka melihat Yesus, guru mereka, sedang mengobrol bersama Musa dan Elia. Dengan sangat antusias mereka mulai mempersoalkan kehidupan setelah kematian; mungkin saja mereka mempersoalkan tentang siapa-siapa yang boleh masuk ke kehidupan kekal, dan seperti apa rasanya hidup di sana, lalu apa mereka akan juga memperoleh pakaian yang sama seperti Yesus kenakan pada peristiwa penampakan tersebut. Mereka mulai memikirkan hal-hal diluar proporsi daya nalar manusia normal, ini yang Yesus tidak inginkan. Sebagai manusia beriman, baik juga kita mengarahkan tujuan hidup kita kepada janji akan kehidupan kekal. Namun demikian, tugas kita adalah menghidupi hidup kita di dunia dengan lebih bertanggung jawab. Janji akan kehidupan yang kekal hanyalah instrumen pemacu agar hidup kita di dunia ini bisa lebih bermutu baik sebagai manusia. Kita tidak lahir di dunia untuk menghabiskan waktu memikirkan kehidupan yang kekal sampai lupa daratan, yang kita perlu buat adalah berusaha menjadikan hidup kita di dunia ini bermutu baik, bahkan sangat baik, bukan setengah-setengah aja. Ketika kita menahan lapar di Masa Prapaskah ini, kita diajak untuk kembali kepada kenyataan hidup. Lapar yang kita tahan adalah pengingat bahwa hidup yang nyata adalah saat sekarang, dimana kita diingatkan untuk mengasihi Tuhan dan sesama seperti diri sendiri dan dengan demikian memperoleh ganjaran hidup yang kekal. Amin. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 9 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Ukuran yang Dipakai Senin 2 Maret 2015 Lukas 6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Dan 9:4b-10; Luk 6:36-38 Ketika masih sekolah, saya memiliki beberapa teman dari agama yang berbedabeda. Pada masa Tri hari suci, saya dan beberapa teman hadir mengikuti misa dari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Haleluya, hingga Minggu Paskah. Ketika selesai misa pada hari Minggu, kami berkumpul bersama teman-teman yang lain untuk makan malam, karena sudah beberapa hari ini kami tidak berkumpul bersama. Pada saat bertemu, salah satu teman menarik saya dan bertanya, kok akhir-akhir ini kamu setiap hari ke Gereja ? Kemudian dia bertanya, si A pakaiannya kok gitu ya kalau ke Gereja ? Memangnya kalian ke Gereja atau ke Mall sih, boleh ya berpakaian dan berdandan seperti itu ? Ketika mendengar pertanyaan tersebut saya sedikit kaget, dan tentunya bingung untuk menjawabnya. Pernahkah kita berada pada situasi seperti ini ? Ternyata apa yang kita lakukan dan apa yang kita pakai sangat diperhatikan oleh orang lain, yang tentunya bisa memberi pandangan negatif pada kita dan tentunya pada Gereja. Bacaan hari ini, kembali mengingatkan kita tentang menghakimi. Ukuran yang kita pakai untuk menilai orang, akan kembali pada kita, bagaimana orang akan menilai kita dengan apa yang tidak pernah kita duga. Memasuki masa pra-paskah, kita diajak untuk merenungkan kembali kisah sengsara Yesus, mengenang kembali perjalanan-Nya untuk menebus dosa kita. Marilah kita mencoba untuk bertindak dengan bijaksana dan tidak menghakimi satu sama lain dalam masa pra-Paskah ini. Melihat kedalaman hati kita masing-masing, perbuatan yang kita lakukan apakah sudah berkenan di hadapan-Nya atau belum. Bersama mari kita melakukan yang terbaik untuk kemuliaan-Nya, dan tidak membuat pengorbananNya menjadi sia-sia. Hilda Renungan Harian Audio Katolik bisa klik di www.DailyFreshJuice.net Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 10 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Kerendahan Hati Yes 1:10.16-20; Mat 23:1-12 Selasa 3 Maret 2015 Matius 23:12 “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Tuhan sangat menyukai orang yang sungguh rendah hati. Booker T. Washington, seorang pendidik berkulit hitam yang terkenal, adalah salah satu contohnya. Ketika ia menjadi pimpinan pada Institut Tuskegee di Alabama, ia senang berjalan-jalan di pinggir kota. Suatu hari ia dihentikan oleh seorang wanita kaya kulit putih. Karena tak mengenal Washington, maka ia menawarkan apakah laki-laki kulit hitam itu mau ia beri upah dengan memotongkan kayu untuknya. Setelah mengingat bahwa tak ada urusan mendesak pada saat itu,maka Profesor Washington menyatakan kesediaannya. Ia tersenyum, menggulung lengan baju, dan mulai mengerjakan pekerjaan kasar yang diminta wanita tadi. Kemudian ia membawa kayu-kayu itu ke dalam rumah dan meletakkannya di dekat perapian. Tuskegee Univ.Seorang gadis kecil yang mengenalnya, kemudian mengatakan kepada wanita itu siapa Pak Washington sebenarnya. Keesokkan harinya wanita tadi dengan perasaan malu datang ke kantor Washington untuk meminta maaf : “Tak apa-apa, Nyonya, saya sangat senang dapat menolong anda”. Wanita tadi dengan hangat menjabat tangan Pak Washington dan mengatakan bahwa perilaku Washington yang sangat terpuji itu tertanam dalam hatinya. Tak lama kemudian wanita tadi menyatakan penghormatannya dengan menyumbang beribu-ribu dolar untuk Institut Tuskegee. Berlaku rendah hati bukanlah perkara yang mudah bagi manusia dan sikap pamrihdari manusia-lah alasannya. Kita pasti sering mendengar orang-orang yang menurut kita hebat berkata, “Karena saya perusahaan ini menjadi besar seperti sekarang” atau “Karena saya pelayanan ini berkembang pesat”. Disukai atau tidak, inilah yang sering kali menjerat orang-orang besar dunia maupun pelayan Tuhan luar biasa akhirnya hancur. Hanya di dalam Allah lah kita dapat menjadi orang-orang yang rendah hati. Dengan terus membangun hubungan tiap-tiap hari dengan-Nya, ‘keakuan’ diri kita akan terkikis habis.Ingatlah bahwa mengerjakan sesuatu tanpa pamrih akan membuat anda dihormati manusia dan disayangi Allah. Ini merupakan hadiah sejati atas kerendahan hati. Tak ada pakaian yang lebih pantas bagi kita selain jubah kerendahan hati. Semogaa.. Lulu Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 11 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Hati sebagai Hamba Rabu 4 Maret 2015 Mat 20:26-27 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu...” PF S. Kasimirus Yer 18:18-20, Mat 20:17-28 Sssttt… ada tips dari Tuhan Yesus buat sukses lohhh. ‘Barangsiapa ingin jadi besar, hendaklah menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin jadi terkemuka hendaklah menjadi hambamu’. Sebenarnya kalau kita jeli melihat, banyak tips tips sukses sewaktu Yesus memberi pengajaran. Adalagi perihal ‘carilah kerajaan surga terlebih dahulu, maka semua akan ditambahkan padamu’. Ini juga salah satu tips sukses dari Tuhan. Ada pula ‘mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu’. Tidak akan habisnya kalau saya tuliskan tips tips nya, baca aja kitab suci dan kumpulin tips tips nya yaaa. Tips Tuhan ini ngga cuma teori, tapi langsung dipraktekin sewaktu perjamuan akhir, semua kaki murid murid Nya dibasuh satu per satu kakinya. Seorang guru, yang harusnya dilayani kebutuhannya, malah membasuh kaki kaki kotor para murid. Tips Yesus ini tentu bukan berarti kita disuruh mengambil profesi sebagai pelayan. Akan tetapi lebih ditujukan agar kita memiliki kerendahan hati. Hati yang mau melayani seperti seorang hamba melayani majikan atau tamu tamu majikan. Secara logika, ini gampang, tapi prakteknya sering lupa melayani, karena ego lebih besar, saya lebih tua, dia dong yang harus ambilkan, saya lebih terkenal dia dong yang harus mengalah, saya yang menggaji dia, dia dong yang layani saya, saya lebih tahuuu tentang kita suci, dia dong yang diam saja, saya lebih melayani Tuhan, saya berhak dihargai dikomunitas ini, dan sebagainya. Ego manusia, kecil kecil mencelakakan. Atasan saya , pemilik perusahan dengan kekayaan banyak, menggaji karyawan ratusan orang, tapi satu hal yang membuat saya salut padanya. Saat ada acara makan bersama, dia pasti akan ambilkan semua orang nasi, atau ambilkan semua orang makanan dan bagikan. Dia pastikan semua makan dan dapat menikmati semua menu terlebih dahuu, setelah dia lihat semua sudah dapat porsinya, barulah dia ambil nasi dan hidangan di meja. Meskipun saat itu mungkin dari 10 menu, tersisa 3 menu saja, dia nikmati sisanya tanpa marah, padahal dia yang bayar dia pula yang dapat sisanya. Apa yang atasan saya lakukan, bukan membuat yang lain menganggap dia rendah, tapi justru membuat semua salut akan sikap melayani dan lebih menghargai dia. Dari sanalah saya belajar mencontoh. Yesus sudah mengatakan bila kita ingin menjadi besar, maka hendaklah melayani. Mother Theresa salah satu contoh nyata dalam melayani, dan beliau sungguh menjadi besar sampai saat ini, meski sudah meninggal. Pertanyaannya bagi saya dan semua.. mampukah membuang semua ego manusia kita, menjadi kecil diantara yang besar, menjadi pelayan diantara sesama, melayani dengan senyum dan bukan emosi/ngambul ? Maka ambilah tindakan nyata dalam melayani, dalam berkomunitas dan keluarga kita. Rita Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 12 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Siapakah Lazarus dalam hidupmu? Yer: 17:5-10; Luk. 16:19-31 Kamis 5 Maret 2015 Luk. 16:20 “Pada pintu rumahnya berbaring Lazarus, seorang pengemis yang badannya penuh dengan borok” Suatu malam aku berdoa Tuhan bukalah mata-hatiku agar aku dapat melihat-Mu dalam diri sesamaku, khususnya orang-orang yang tidak diperhitungkan dalam hidup bersama atau sosial saat ini. Aku berpikir dalam hati bahwa Tuhan akan mengabulkan doaku dalam beberapa bulan atau setahun mendatang. Selain itu, aku juga berpikir mungkin Tuhan akan memberikanku seseorang yang berada di luar komunitasku. Ternayata pikiranku itu salah dan tak disangka bahwa doaku langsung dikabulkan oleh Tuhan dalam waktu yang relatif sangat singkat. Sehari setelah itu, Tuhan langsung memberikan aku seseorang yang adalah teman sekomunitasku sendiri. Dalam kehidupan berkomunitas atau menggereja, kita banyak membuat karya amal untuk membatu orang yang berkekurangan, baik dalam bentuk materi maupun spiritual. Kita melakukan aksi cinta-kasih ke luar komunitas atau gereja bahkan dalam jangkauan yang lebih luas sekalipun. Hal itu baik, tapi belum tentu tindakan amal tersebut di atas menyenangkan hati Tuhan. Hari ini, kita ditantang oleh Tuhan Yesus sendiri melalui kisah Lazarus dan orang kaya. Dalam bacaan injil, orang kaya tidak melihat atau memperhatikan Lazarus yang sehari-hari duduk di depan pintu rumahnya, seorang pengemis yang badannya penuh dengan borok” (Lk. 16:20). Keadaan Lazarus yang sangat memprihatikan ini, tidak bisa membuka mata-hati orang kaya untuk membagi apa yang dia miliki. Ia mungkin memikirkan atau memperhatikan hal lain yang lebih menarik daripada pusing dan repot untuk memparhatikan si Lazarus yang saat itu lagi berada di depam matanya. Pengalaman atau situasi Lazarus dalam kisah hari ini, tidak berbeda jauh dengan keadaan kita saat ini. Lazarus bisa hadir dalam diri orang-orang yang kita jumpai setiap hari. Ia adalah suami atau istri anda. Ia juga hadir dalam diri saudara atau saudari anda mungkin juga orang tua anda. Ia juga hadir dalam diri anak anda, teman dan mungkin tetangga anda. Ia mungkin juga hadir dalam diri pastor, frater, suster atau orang-orang yang bekerja dengan ataupun bekerja untuk anda setiap hari. Semoga kita dapat memperhatikan Lazarus-Lazarus dalam kehidupan dan pelayananan kita hari ini. Tuhan bukalah mata-hatiku agar aku dapat melihat kehadiran-Mu hari ini. Fr. Anis, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 13 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Jumat 6 Maret 2015 Kej 37:3-4.12-13a.17b-28; Mat 21:33-43.45-46 Kini aku mengerti rancanganNya Mzm 27:1 TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Nick Vujicic adalah seorang anak laki-laki yang dilahirkan tanpa lengan dan tanpa kaki. Kehadirannya di dunia ini, pastilah membuat kaget orangtuanya, yang telah berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan kehadirannya. Nick kecil mengalami banyak sekali tantangan dalam hal keterbatasan fisiknya tersebut. Bullying pun pernah ia alami. Kecemasan akan masa depannya menghantui masa remaja Nick dan juga Orangtua Nick. Tetapi ketika ia mulai memahami dan sungguh percaya bahwa ada pekerjaan Allah yang harus dinyatakan untuknya, maka kehidupannya mulai berubah, dan saat ini , dalam pandangan umum yang mengatakan “keterbatasan fisik”, kenyataannya hidup Nick menjadi Tak Terbatas. Ia menaburkan benih harapan kepada Yesus ke seluruh dunia melalui keadaannya. Yusuf dibenci dan dijual saudara-saudaranya. Di balik kejadian yang cukup menyedihkan itu, ada jalan keselamatan yang direncanakan Allah untuk keluarga besarnya. Dalam kesulitannya, Yusuf tetap percaya akan penyelanggaraan Tuhan dan taat pada ajaran-Nya. Yusuf menjadi raja dan menyelamatkan seluruh keluarganya. Batu yang dibuang oleh para pembangun justru menjadi batu sendi. Yesus ditolak bangsa-Nya sendiri, didera, disalibkan. Namun justru dengan ini Yesus menjadi batu penjuru yang menyelamatkan umat manusia. Rencana Tuhan selalu indah bagi mereka yang percaya, taat dan setia pada hukumhukum-Nya. Tuhan, ajarilah aku untuk tetap setia dan taat pada-Mu dalam setiap hal yang boleh terjadi dalam hidupku. Amin. Siska Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 14 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Bertobat PWS. Perpetua dan Felisitas, Martir. Mi 7:14-15, 18-20, Luk 15:1-3,11-32. Sabtu 7 Maret 2015 Luk15:32:”Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, Ia telah hilang dan didapat kembali.” Dalam hidup ini pada suatu ketika sebagian besar orang pernah menjadi seperti anak bungsu yang pergi meninggalkan rumah Bapa, pergi kenegeri yang jauh (gambaran putusnya hubungan dengan Tuhan karena tidak berada dirumah Bapa) , untuk mengikuti keinginannya sendiri karena merasa sudah dewasa , mengetahui hal terbaik yang dapat menyenangkan dirinya dan tidak perlu tunduk pada peraturan yang ada. Namun demikian seindah-indahnya kenikmatan duniawi yang dapat dipandang mata, bahkan kenikmatan yang kelihatannya tidak berdosa sekalipun, apabila dikejar melebihi apapun , suatu saat akan berbalik menjadi jerat yang akan membuat seseorang meninggalkan Tuhan. Anak sulung memang tidak pernah meninggalkan rumah Bapa, ia bekerja pada Bapanya, namum demikian ia tidak sepenuhnya merasa sebagai anak Bapa karena ia selalu mengharapkan upah. Ia memendam keinginan untuk diperlakukan secara khusus oleh Bapanya oleh karena ia menjadi satu-satunya anak Bapanya namun perlakuan itu tak kunjung datang. Ia lupa bahwa seluruh milik Bapanya itu adalah miliknya juga. Bila ia ingin mengadakan pesta atau apapun yang ia suka tentu Bapanya tidak akan melarang. Maka dapat dikatakan bahwa anak sulung ini tidak memiliki kasih karena selalu menuntut penghargaan dari Bapanya, jadi sesungguhnya ia bekerja hanya untuk dirinya sendiri. Seperti Bapa dalam cerita Injil hari ini, Bapa di surga juga sangat merindukan anakanakNya yang pergi ke negeri jauh untuk pulang kerumah untuk kembali menjalin relasi yang erat denganNya. Mungkin kita adalah anak bungsu ataupun anak sulung atau tidak kedua-duanya, nanum dalam masa prapaskah yang masih kita jalani mengajak kita semua untuk senantiasa bertobat terus menerus, datang dan kembali kepada-Nya. Allah tidak menolak kita, ketika kita mau datang kepada-Nya. Doa: Bapa di surga kami mohon bimbingan Roh KudusMu untuk menyadarkan kami tentang segala sesuatu yang telah kami lakukan yang telah menyedihkan hatiMu, agar kami dapat mengubahnya sehingga sesuai dengan kehendakMu. Amin. Betty Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 15 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Tanda Mujizat menambah Iman akan Yesus Minggu 8 Maret 2015 Yoh. 2:23 “Banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tandatanda yang diadakanNya. Hari Minggu Prapaskah III Kel. 20:1-17; 1Kor 1:22-25; Yoh. 2:13-25 Sejak awal tahun lalu, setelah mendapat restu dari bapa uskup Maumere Flores, kami para MGL (Missionaries of God’s Love) mengadakan misa penyembuhan tiap bulan, yakni tiap hari jumat terakhir dalam bulan. Misa kami dahului dengan doa kerahiman Ilahi Koronka jam 3 sore dan dilanjutkan dengan puji-pujian. Selanjutnya diadakan misa kudus jam 4 sore dan setelah itu dilanjutkan dengan penumpangan tangan dan meminta Tuhan untuk menyembuhkan entah itu fisik, mental ataupun spiritual. Sampai saat ini memang terjadi mukjizat penyembuhan. Dan banyak orang kembali ke gereja karena pengalaman kasih Tuhan yang mereka alami lewat penyembuhan. Nah, yang menjadi pertanyaan kita saat ini adalah apakah kita beriman kepada Yesus sesudah melihat tanda mukjizat yang kita alami dalam hidup ataupun kita perlu iman tersebut sebelum mukjizat terjadi? Hari ini bacaan injil menerangkan bahwa banyak orang yang percaya kepada Yesus karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan oleh Yesus. Tapi yang terpenting adalah kalimat berikutnya, “Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Yesus mengenal mereka semua.” Apa maksudnya? Banyak orang mengikuti Yesus karena mereka telah dikenyangkan, karena mereka melihat orang buta melihat, orang lumpuh berjalan lagi dan lain sebagainya. Mereka berhenti pada tanda-tanda mukjizat yang lakukan tanpa perubahan hati yang mendalam karena Yesus mengenal mereka. Yang seharusnya tanda-tanda mukjizat membawa mereka kepada pemahaman Yesus sebagai Putra Allah hanya berhenti pada “pembuat mukjizat”. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh Yesus. Yesus ingin agar dengan mukjizat yang dilakukanNya, orang dibawa kepada pengenalan akan Allah Bapa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita beriman kepada Tuhan Yesus setelah mengalami kasihNya dalam hidup ini ataukah membawa kita semakin mencintai Allah? Marilah kita murnikan lagi motivasi kita mengapa kita mengikuti Yesus. Amin Rm. Vincent, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 16 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Seorang Nabi di jaman kita PW S. Fransiska dari Roma, Biarawati 2Raj 5:1-15a; Luk 4:24-30 Senin 9 Maret 2015 Luk 4:24 “… Sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya” Ketika mendengar perkataan Yesus yang menyatakan kebenaran tentang penolakan yang tidak mungkin tidak diterima oleh setiap nabi, mungkin anda berpikir yang Ia maksudkan adalah para nabi dalam Perjanjian Lama, yang bukan saja tidak diakui dan tidak dipercaya oleh bangsa Israel, labih dari itu banyak dari mereka bahkan dibunuh secara kejam. Atau barangkali Yesus tengah berbicara tentang diri-Nya, meskipun orang banyak menganggap Ia seorang nabi, tidak sedikit pula yang menolak-Nya, hingga akhirnya menyalibkan Dia. Tetapi pernahkah anda berpikir perkataan Yesus ini ditujukan juga pada setiap murid-Nya? Oleh sakramen pembaptisan setiap pengikut Kristus menerima rahmat perutusan sebagai nabi untuk bersaksi tentang kerajaan Allah, mewartakan kehendak keselamatan Allah bagi semua orang dan menjadi tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Tetapi bagaimana caranya? Semua nabi dalam Perjanjian Lama hingga Yohanes Pembaptis menjadi ‘tanda’ kehadiran Allah dalam seluruh diri dan hidup mereka: dalam sikap, perkataan dan perbuatan mereka. Diutus sebagai nabi berarti membawa Allah hadir dalam seluruh keberadaan kita. Dasar iman kristiani bukanlah mujizat yang menakjubkan, melainkan seorang Yesus Kristus yang dalam seluruh perilaku dan karya-Nya bersaksi tentang Allah, tentang kebesaran kasih-Nya yang menghendaki keselamatan setiap manusia dan mewujudnyatakan kasih-Nya dalam karya penebusan oleh Putra-Nya. Teladan setiap nabi di jaman kita adalah Kristus. Mengikuti teladan-Nya setiap murid Kristus diutus sebagai saksi kehadiran Allah di tengah dunia dalam kerendahan dan ketulusan hati, tanpa mengharapkan penghargaan dan imbalan, meskipun tidak sedikit penolakan dari sesama saudara bahkan yang paling dekat sekalipun tengah menanti. Sr. Benedicta, OSB Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 17 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Selasa 10 Maret 2015 Pengampunan Yang Berputar Mat 18:35, “Maka Bapa-Ku yang disurga akan berbuat demikian juga Dan 3:25, 34-43; Mat 18:21-35 terhadap kamu,...” Waktu masih anak-anak, adik laki-laki saya (saat kelas 3SD) pernah bercanda mengejek seorang kakak kelas 6. Kakak kelas itu tidak terima walaupun adik saya sudah meminta maaf. Kakak kelas saya tersebut mengajak temannya, dan menantang kami berkelahi. Walaupun 2 orang kakak kelas kami itu wanita, tetapi perawakan mereka cukup besar untuk seusia mereka, dibandingkan saya (saat itu kelas 5 SD) dan adik saya. Kami akhirnya berkelahi hingga dilerai oleh seseorang. Beberapa tahun kemudian, saat saya SMP dan kakak kelas itu sudah SMA, kami bersekolah disekolah yang berbeda. Tapi ternyata kami berteman dengan seorang cowok yang sama. Bahkan kakak kelas itu menyukai cowok tersebut. Sebenarnya cowok tersebut juga menyukai kakak kelas itu. Tetapi cowok itu tidak mau berpacaran dengan kakak kelas itu karena mengetahui kalau saya kurang menyukai kakak kelas itu, walau pun saya tidak pernah mengatakan ketidak-sukaan saya. Sedangkan bagi cowok tersebut, karena dia anak tunggal, pendapat saya yang sudah dianggap sebagai adik cukup penting. Hingga pada akhirnya kakak kelas saya tersebut mengatakan kalau ia ingin dekat dengan saya dan menyesal dengan kejadian waktu SD dulu. Lucu memang kalau memikirkan bagaimana kami bisa berada pada posisi yang terhubung kembali seperti itu. Ketika membaca injil ini, saya teringat kisah kecil ini, yang menyiratkan pelajaran berharga buat saya. Dalam kondisi apapun, sekalipun saat marah, hendaklah kita ingat suatu saat kita pasti memerlukan pengampunan dari orang lain dan juga Tuhan. Sehingga kita haruslah berbelas kasih dan mengampuni orang lain, jika kita juga mau diampuni. Bukan hanya sekali atau dua kali... menurut Tuhan Yesus hingga tujuh puluh kali tujuh kali. Mudahkah hal itu? Sama sekali tidak. Tetapi menurut saya, dosa / kesalahan yang kita lakukan bagaikan hutang yang suatu saat harus kita bayar harganya. Oleh karena itu apa yang kita terima (pengampunan dari Tuhan) atau apa yang kita ingin orang lain lakukan untuk kita, sebaiknya juga kita bagikan (pengampunan) / lakukan untuk orang lain. Kebaikan ataupun pengampunan itu berputar. Pada saat kita mengampuni orang lain, orang lain juga akan tergerak untuk mengampuni sesamanya yang lain...berputar....hingga kembali pada kita, dimana kita akan menerima pengampunan ketika kita butuh diampuni. Jesus bless us Lia Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 18 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Berbicara dan bertindak Ul 4:1.5-9 ; Mat 5:17-19 Rabu 11 Maret 2015 Ulangan 4: 9c; Matius 5:19b, “Ceritakanlah kepada anak-cucumu; Barangsiapa menjalankan perintah-perintah itu dan mengajar orang lain berbuat begitu juga, akan menjadi besar di antara umat Allah.” Beata Bunda Teresa dari Kalkuta, semasa hidupnya, suka menceritakan kasih Allah kepada mereka yang ia tolong dengan kata-kata singkat, bermakna dan yang telah diwujudkannya dalam tindakannya. Hingga saat ini, kutipan-kutipan pesannya, disebarkan orang lewat buku, tulisan-tulisan di dunia maya yang gampang dicopy atau disave, bahkan dibuatkan film. Dan masih banyak sekali orang-orang bijaksana yang hidup pada jaman yang berbeda, tetapi menyampaikan pesan tentang kasih Allah kepada orang-orang di sekitarnya. Setiap jaman, cara yang dipakai berbeda. Tetapi intinya sama, yakni menyampaikan pesan Allah kepada sesama. Bagi setiap orang yang dipilih untuk mewartakan, dituntut juga untuk mewujudkan dalam tindakannya. Mari kita menerima Sabda Tuhan hari ini, sebagai sapaan Yesus kepada kita pribadi untuk meneruskan ajaran Yesus ini mula-mula kepada keluarga, lalu teman dan sahabat serta juga kepada orang-orang yang bahkan tidak kita kenal. Kita bisa menggunakan berbagai system komunikasi yang semakin canggih ini. Misalnya melalui Face book, Twitter, Whats App, Blackberry dan berbagai ponsel pintar lainnya. Tetapi yang tidak boleh kita lupakan, yakni sikap dan perilaku. Semoga Masa Prapaskah ini membantu kita mengajak orang-orang yang kita kasihi untuk mencintai peraturan Tuhan melalui kata dan perbuatan kita. Narita Renungan Harian Audio Katolik bisa klik di www.DailyFreshJuice.net Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 19 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Netralitas: Penyakit Suam Kuku Kamis 12 Maret 2015 Yer 7:23-28; Luk. 11:14-23. Luk 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Ponsius Pilatus mencuci tangannya saat Yesus dihadapkan padanya. Dia tidak mau ikut campur. Di satu pihak dia berkata, “Orang ini tidak bersalah.” Tetapi dia juga tidak memihak Yesus. Dia punya kesempatan untuk jadi pengikut Kristus, tetapi memilih untuk bersikap netral. Dia tidak membela Yesus karena mementingkan nyawanya sendiri. Tidak ada pengorbanan sama sekali, bahkan dia tidak menggunakan kuasanya sedikitpun sebagai gubernur Romawi. Yesuspun dibiarkannya mati disalib. Ketika seorang teman saya membawa teman saya yang lain ke pengadilan, saya mencoba untuk bersikap netral, tetapi saya sadar bahwa ini sama sekali tidak membantu. Saya dipanggil menjadi saksi. Saya mencoba mengatakan apa adanya, walaupun akhirnya saya sepertinya kehilangan seorang teman karena dia menuduh saya berbohong dan menjelekan nama saya kemana-mana. Mungkin teman-teman pernah dihadapkan dengan dilema seperti ini… di keluarga, di sekolah, ataupun di tempat kerja? Perkataan Tuhan Yesus diatas sepertinya keras. Saya yakin bahwa kebanyakan orang tidak mau berpihak pada sang Iblis secara langsung! Tetapi kalau kita tidak bersama Tuhan Yesus, kita pada dasarnya menjadi tentara boneka sang Iblis, tidak sadar bahwa kita sudah dipakainya untuk mencerai beraikan ciptaan Tuhan di dunia. Uskup Agung Desmond Tutu berkata “Jika anda bersikap netral dalam situasi ketidakadilan, anda telah memilih sisi penindas. Jika gajah seenaknya meletakkan kakinya diatas ekor tikus, dan anda mengatakan bahwa anda netral, sang tikus tidak akan menghargai kenetralitasan anda. “ Banyak situasi ketidakadilan yang terjadi di dunia tempat kita hidup, di negara kita, di masyarakat, bahkan di keluarga kita. Saat kita bersikap netral, kita menjadi penindas. Saat kita melanggar hukum Tuhan, kita menjadi penindas. Saat kita suam kuku, pasif dan tidak melakukan kehendak Tuhan dalam hidup kita, kita menjadi musuhNya. Dante, penyair Italia yang paling termasyur berhikmat, “tempat paling gelap di neraka disediakan bagi mereka yang menjaga netralitas mereka di saat krisis moral.” Tuhanpun berkata: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Wahyu 3:15-16) Ya Bapa, curahkanlah Roh Kudusmu agar kami senantiasa berada bersama putraMu, memihakMu, berkerja bersamaMu. Kuatkanlah kami sehingga kami bisa selalu solider, dan membela Engkau yang hadir di saudari-saudara kami yang tertindas. Amin. Frater David Lemewu MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 20 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Perintah yang paling utama Hosea 14:2-10; Mzm 81: 6c.8a,8bc-9.10-11ab.14.17; Mrk 12:28-34 Jumat 13 Maret 2015 Mrk 12:30-31 Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap apa yang engkau miliki Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri Di Jaman yang semakin modern ini kita tentu sudah tidak asing lagi bahkan sudah sangat bosan untuk mendengar kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu. Sepertinya kedua kata ini hampir hilang dengan seiring perkembangan jaman, bahkan banyak orang lebih senang mengikuti apa yang mereka inginkan dan bahkan mencari keuntungan bagi diri mereka atau golongan tertentu. Mungkin hanya segelintir orang yang dapat dihitung dengan jari yang masih mau menghayati dan melaksanakan apa yang menjadi tujuan dan maksud mengapa manusia diciptakan oleh Allah. Pada intinya Allah yang adalah sumber dari kasih itu sendiri. Ia telah menyatakan kasih-Nya yang besar kepada kita, lewat setiap peristiwa yang terjadi didalam kehidupan kita sehari-hari. Seperti sebuah cerita berikut ini adalah di sebuah desa yang sangat terpencil hiduplah sebuah keluarga seorang ayah, ibu, dan anak gadisnya. Tak lama setelah anak perempuan mereka melanjutkan sekolah di sebuah asrama ayahnya meninggal dunia. Maka tinggalah ibunya seorang diri, anak perempuan ini semakin hari semakin sombong dan sangat membenci ibunya yang buta dan malahan kalau ibunya datang menjenguk anak gadisnya ia selalu berkata kepada teman-teman bahwa ibu ini adalah pembantunya lalu bahkan di dorong sampai terjatuh. Suatu hari ia mendapat kabar dari desa bahwa ibunya sedang sakit tetapi ia tidak mau pulang dan menganggap sakit biasa lalu seminggu kemudian sakit ibunya semakin parah dan hampir meninggal, lalu ia pulang ke desa. Sebelum ibunya meninggal ia berkata kepada anak gadisnya: anakku kamu boleh membenci saya, semenjak engkau lahir engkau sudah buta maka saya mendonorkan mata saya agar kamu bisa melihat. Lalu anak gadis ini menangis karena ia begitu menyesal atas perbuatanya selama ini. Inti yang mau saya sampaikan untuk kita semua khususnya dalam hari biasa pekan III Prapaskah Bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa kita mencintai Allah yang tidak dapat kita lihat, sedangkan orang yang sangat dekat dan dapat kita lihat tidak kita cintai? Bruder Martin, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 21 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Siapakan aku? Sabtu 14 Maret 2015 Lukas 18:13 “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak beranai menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah kasihanilah aku orang berdosa ini” Hos 6:1-6; Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab; Luk 18:9-14 Aku sering berpikir, dunia dan perkembangannya terkadang membuat manusia selalu berpikir negatif dan buruk tentang dirinya. Manusia selalu merasa kurang. Karena itu kita mulai bercermin dari orang lain. Orang lain menjadi pedoman untuk menilai hidup kita. Dengan itu kita sulit untuk mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya. Sering kita dipaksa untuk meninggalkan diri kita yang asli, sederhana dan polos di hadapan Tuhan dan sesama. Bahkan ada yang dapat melupakan diri sendiri (brain washed). Bacaan hari ini mengajak kita untuk merenungkan kenyataan hidup kita. Penginjil Lukas menampilkan suatu kisah tentang perjalanan hidup rohani dari seorang Farisi dan pemungut cukai. Keduanya ingin melakukan suatu perjalanan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Mereka memulai dengan suatu langkah yang baik dan benar, namun akhirnya sang Farisi itu menemukan suatu jalan buntu. Dia mulai membeda-bedakan dirinya dengan sang pemungut cukai itu, Dia menyadari bahwa dia tidak seperti pemungut cukai itu yang selalu memungut dan memeras cukai lebih dari ketentuan. Yesus lewat SabdaNya mengingatkan dan menyadarkan kita untuk masuk kembali ke dalam diri kita. Dia mengajak kita untuk mengenal dan mengetahui siapa diri kita. Yesus selalu menolong banyak orang untuk melihat ke dalam dan merenungkan diri kita sebagaimana telah diciptakan seturut gambaran Allah. Namun karena perngaruh dunia ini, kita sering berlari dari hadapan Allah. Kita tidak melakukan sesuatu yang dikehendaki Allah. Bercermin dari pengalaman sang pemungut cukai itu, marilah kita berbenah diri. Marilah kita masuk kembali ke dalam diri kita dan mengenal diri kita di hadapan Allah bahwa kita adalah orang berdoa. Marikah kita balik bertanya kepada diri kita, “Siapakah aku.” Doa: Yesus yang baik, bantulah aku anakMu di masa puasa ini, untuk mengenal diriku. Bantulah aku untuk selalu mendekatkan diriku dengan Mu. Bantulah aku supaya selalu memeriksa diriku bahwa aku sungguh membutuhkan keselamatMu. Semoga aku dapat dan setia menjalani masa puasa ini dengan penuh iman dan bakti. Amin. Rm. Joseph, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 22 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Teologi Kasih Hari Minggu Prapaskah IV 2Taw. 36:14-16.19-23; Ef. 2:4-10; Yoh. 3:14-21 Minggu 15 Maret 2015 Yoh. 3:17 “Allah mengutus anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,melainkan untuk menyelamatkan-Nya oleh Dia“ Suatu waktu di Melbourne saya pernah sharing dengan seorang calon guru sekolah dasar di paroki tempat saya bekerja. Ia bercerita tentang teknik berbicara dengan anak-anak didiknya. Hal penting yang harus ia buat adalah, mensejajarkan dirinya sesuai dengan tinggi tiap anak, atau paling tidak sama tinggi agar ia bisa berbicara sambil menatap mata anak yang diajaknya bicara tanpa harus kehilangan perhatian si anak lantaran harus mendongak memandangnya. Teknik berbicara seperti ini, tampaknya memang sangat Kristiani sifatnya. Bayangkanlah diri kita sebagai anak kecil dan Allah adalah sang guru. Allah harus turun mensejajarkan tinggi-Nya dengan kita agar kita bisa berkomunikasi dengan-Nya, muka dengan muka. Mungkin ini penjelasan paling sederhana dan tepat sasar tentang Teologi Inkarnasi. Menjadi manusia adalah pengorbanan terbesar Allah untuk sekedar bisa merebut perhatian dan hati kita kembali setelah kita menyalahgunakan kebebasan yang telah Allah anugerahkan untuk kita. Kita bebas, bebas memilih, dan juga bebas mempertanggungjawabkan apa pun resiko yang timbul dari tiap pilihan kita tersebut. Namun demikian tidak berarti Allah akan membiarkan kita sendirian menghadapi resiko pilihan kita tersebut jika itu akan menggiring kita pada kebinasaan dan kesesatan. Justru karena kita sering tersesat dan kerap melakukan keputusan memilih yang salahlah, maka Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Teologi Inkarnasi adalah Teologi Kasih. Allah menjadi manusia bukan karena benci dengan manusia dan karena itu datang untuk menyampaikan bahwa hari kiamat sudah dekat, melainkan Allah menjadi manusia karena kasih dan ingin supaya manusia tahu bahwa Kerajaan Sorga, yaitu kasih-Nya sendiri sudah dekat. Dekat sekali, setatapan mata saja. Dekat sekali, seperti bisikan suara hati. Dekat sekali, seperti rasa lapar yang mendera saat kita berpuasa dan berpantang di Masa Prapakah ini. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 23 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 I know that was You, God !! Senin 16 Maret 2015 Yoh 4:50 Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Senin Pekan Prapaskah IV Yes 65:17-21; Yoh 4:43-54 There can be miracles, When you believe !! Penggalan lirik lagu dari OST (Original Sound Track) Prince of Egypt di atas menjadi lagu favorit saya di kala itu, ketika masih duduk di bangku SD. Film animasi kartun tersebut menceritakan tentang Musa yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan bangsa Mesir. Dulu sich saya hanya suka dengan liriknya saja, tetapi sekarang saya mulai menyadari bahwa ada pesan yang ingin disampaikan melalui lagu tersebut. Pembaca Fresh Juice tentu masih ingat bagaimana kisah Musa dan Harun membawa bangsa Israel menyeberangi laut merah. Musa yang waktu itu berumur 80 tahun, dan Harun 83 tahun merasa bahwa mereka tidak mampu menghadap Firaun dan berbicara seperti apa yang telah diperintahkan Tuhan kepada mereka. Mereka tidak pandai berbicara, tetapi Tuhan membekali mereka dengan berbagai mukjizat-mukjizat. Peristiwa tulah terakhir, yaitu anak sulung mati – menjadi pertanda Musa dan Harun mulai membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan bangsa Mesir. Musa dan Harun mau menuruti perkataan Tuhan dan percaya apa yang difirmankan Tuhan. Dalam bacaan Injil hari ini, pegawai istana tersebut percaya akan apa yang dikatakan Yesus. Ia tidak ragu-ragu dan memiliki iman yang penuh akan perkataan dan mukjizat Tuhan. Maka, ketika ia kembali ke rumahnya, ia mendapati anaknya telah sembuh kembali. Menjadi pengikut Yesus zaman sekarang, gampang-gampang susah. Kita lebih percaya akan omongan tetangga atau orang lain apabila ada sebuah berita / kejadian yang menarik di sekitar kita. Homili ataupun pesan-pesan dari Pastor atau orang yang lebih tua dari kita, hanya dianggap angin lalu. Sekarang saatnya kita semakin peka dan mendengarkan kehendak Tuhan, melalui orang-orang ataupun peristiwa di sekitar kita. Yesus ingin kita lebih percaya kepada-Nya, bukan kepada ramalan, gosip, ataupun berita simpang siur lainnya. Akan ada keajaiban / mukjizat yang Ia berikan kepada kita, sehingga jangan heran kalau tiba-tiba suatu saat anda melihat ke atas, tersenyum, dan berkata,”Aku tahu itu bahwa itu adalah Kau – Tuhan !” terima kasih. KRIS Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 24 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Jadilah Saksi Kristus PF S. Patrick, Uskup Yeh. 47:1-9.12; Yoh. 5:1-16 Selasa 17 Maret 2015 Yohanes 5:15, “Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada orangorang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.” Sewaktu masih di bangku kuliah, saya bersahabat akrab dengan teman-teman dari latar belakang agama yang berbeda. Marisi Panjaitan-Kristen HKBP, Maya-Budha, Chandra RismaMuslim dan Sastrawati-Hindu. Kami saling membantu terutama selama penelitian-Skripsi sampai ujian akhir Skripsi, sehingga kami bisa menyelesaikan kuliah bersamaan. Ketika mulai bekerja, masing-masing harus berjuang sendiri, walau kadang kami masih saling berbagi informasi. Suatu malam Sastrawati datang ke kamar kost saya untuk curhat soal pekerjaan sambil menemani adiknya mengetik. Malam itu entah mengapa saya ngantuk sekali dan tertidur saat kami sedang ngobrol. Saya hanya terbangun saat hampir pagi dan mengantar Sastra dan adiknya pulang. Seminggu kemudian, Sastra datang lagi dan kali ini dengan hati bahagia menceritakan kejadian yang dia alami dengan Yesus di kamar saat saya tertidur itu. Dengan bersemangat Sastra bercerita, “Aku yakin, Yesusnya kamu itu emang benar-benar penuh kasih. Dia memberikan aku pekerjaan pas tanggal 14 Februari. Enggak sia-sia selama ini aku menyukai lagu-lagu Natal. Memang benar Yesus itu ada!” Lalu tanpa ditanya, Sastra bercerita, “Seminggu lalu, waktu kamu tertidur, aku iseng membaca buku kamu yang bercerita tentang Padre Pio, yang mengalami luka-luka seperti Yesus Kristus. Aku heran, tetapi dalam hati kupikir di dalam agama Hindu juga sering ada hal-hal di luar nalar. Sementara itu aku mulai mengeluh, kenapa sudah dua tahun aku belum bekerja. Mataku tertuju pada gambar Yesus yang tergantung di dinding kamar kamu. Dan dengan hati yang penuh amarah karena sedih, aku bertanya pada gambar Yesus itu, ‘Yesus, kenapa hidupku seperti ini? kenapa Tina dan Chandra sudah bekerja dan aku belum? Emangnya yang disebut orang beragama hanya Kristen dan Islam? Lalu untuk apa setiap hari aku ngebanten, bikin canang? Kalau begini terus, lebih baik aku mati saja!’ Lalu aku pun tertidur dan dalam tidur aku bermimpi diangkat dari sebuah kegelapan ke tempat yang terang. Sekembalinya ke rumah, esoknya ada yang datang menawarkan pekerjaan. Kukirimkan surat lamaran dan CVku, dan luar biasa tepat tanggal 14 Februari mendapat jawaban diterima bekerja. Jadi aku sungguhsungguh percaya, walau aku bukan Kristen, tetapi Yesus telah menolongku!” Kesaksian teman saya ini meneguhkan iman saya akan Yesus, yang datang untuk menyelamatkan dan mencintai seluruh umat manusia. Terima kasih Tuhan Yesus, kami boleh beriman kepada-Mu. Narita Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 25 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Damai dari-NYA Rabu 18 Maret 2015 Yes 49:15 Dapatkan seorang perempuan melupakan bayinya sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, AKU tidak akan melupakan engkau PF S. Sirilus dari Yerusalem, Uskup dan Pujangga Gereja Yes 49:8-15; Yoh 5:17-30 Waktu mempersiapkan renungan ini, saya baru kembali dari Surabaya. Kontrakan saya bermasalah, jadi saya sementara numpang di rumah teman. Waktu itu pun sekitar hari ulang tahun saya. Ada rasa miris, ulang tahun kok tinggal di mana tidak jelas, belum lagi nanti keluarga kakak saya yang rencana pindah ke Bali July mendatang .. mau tinggal di mana? Ha??? Ada sisi hati yang menyentil satire .. Hadeeh… Namun di atas semua pergolakan kecil yang saya hadapi ini, dan harus rempong cari kontrakan sambil kerja, apalagi saya baru memulai pekerjaan baru, ada rasa tenang di hati saya. Saya masih bercanda bahwa sabda bahagia harus di tambah “Berbahagialah mereka yang punya rumah, karena mereka tidak perlu rempong mencari kontrakan” Saya juga mensyukuri pertolongan teman yang boleh saya terima, tangan-tangan Tuhan yang menolong saya melalui mereka. Sungguh -- Ia memang tidak menjanjikan hidup yang selalu baik-baik saja, namun janjiNya Ya dan Amin bahwa Ia tak pernah meninggalkan saya. Membaca ayat-ayat indah di Yesaya ini juga meneguhkanku. Yes 49:8 “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau”. Ya; kadang hidup terasa kurang manis, dan di saat-saat itulah kita perlu menantikan perkenananNya di dalam tinggal tenang dan percaya. Yes 49 :11 Aku akan membuat segala gunungKu menjadi jalan. Amin untuk semua janjiMu, Tuhan. Senang , boleh dianugerahi rasa tenang ketika hal-hal berjalan tidak sesuai yang kita harapkan. Pikir-pikir… rasa damai, rasa tenang.. itu adalah Anugerah yang Terindah. Penelitian menuliskan lebih banyak orang dirumahsakitkan karena menderita psychosomatic daripada benar-benar sakit, yakni sakit yang dikarenakan pikiran, bukan karena secara physic dia menderita sakit. Harta ini sangat berharga, Damai yang daripadaNya. Tidak bisa di beli. Hanya bisa didapatkan melulu dari anugerah Tuhan, Ia berikan gratis. Mari membuka hati dan membaharui kepercayaan akan penyertaanNya. Mari membuka hati untuk percaya PenyertaanNya SEMPURNA, rancanganNya penuh damai. La la la la…. Yustina Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 26 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Siapakah malaikat dalam hidupmu? HR S. Yusuf, Suami S.P. Maria 2Sam. 7:4-5a. 12-14a; Rm. 4:13. 16-18. 22. Mat. 1:16. 18-21. 24a. Kamis 19 Maret 2015 Rm. 4:22 “Oleh karena imannya ini maka Allah telah memperhitungkan dia sebagai orang benar” Suatu hari aku ke rumah salah-satu keluarga dari Indonesia yang kebetulan berdekatan dengan tempat seminari kami di Melbourne. Setibanya di rumah, aku ditanya sama pak Deny (bukan nama benaran), “Apa kabarmu saat ini?”Aku menjawab baik-baik saja. Mendengar jawabanku tersebut, pak Deny sedikit tercengang dan tampaknya kurang percaya dengan jawabanku saat itu. Ia melihat bahwa ada sesuatu yang kurang beres denganku. Aku pun dengan jujur mengatakan kepadanya bahwa, sebenarnya saat ini aku sedang mengalami keraguan dalam panggilanku. Mendengar hal itu, tak panjang kata, pak Deny lalu menawarkan diri untuk mendoakanku. Akupun menyetujui permintaannya. Setelah didoakan, ia menyampaikan beberapa hal kepadaku. Aku merasakan begitu besar kasih-sayang pak Deny untuk diriku. Bagaikan seorang ayah yang dengan sifat kebapaan yang dimilikinya memahami keadaan sang anak. Aku merasa dicintai dan diperhatikan oleh pak Deny sekeluarga. Hampir semua yang disampaikan pak Deny saat itu, sejalan dengan isi hatiku. Doa pak Deny seakan mengubah cara pandangku dalam menghadapi persoalan atau pergumulan hidup panggilan. Bacaan hari ini, mengisahkan tentang perjalanan iman St. Yusuf yang percaya bahwa Tuhan berbicara kepadanya dalam mimpi melalui seorang malaikat. Ia percaya bahwa Allah berbicara kepadanya melalui malaikat meskipun dalam bentuk mimpi. Dengan kepercayaanya itu, ia mengambil keputusan untuk menerima Maria sebagai istrinya seumur hidup. Oleh karena imannya ini, maka Allah telah memperhitungkan dia sebagai orang benar (Rm. 4:22). Dalam menjalani kehiduapan ini, entah apapun panggilan saya dan anda, di sana selalu ada krisis. Pangalaman krisis dalam hidup apapun membuat saya dan anda merasa ragu akan kekuasaan Tuhan. Selain itu, kita juga merasa kehilangan arah dan tujuan dalam hidup. Lebih jauh lagi bahwa kita bisa saja murtad atau meninggalkan iman dan kepercayaan yang saya dan anda miliki. Tapi hari ini, Gereja merayakan pesta St. Yusuf sebagai contoh atau model iman dalam mengikuti Tuhan Yesus. Meski dalam situasi sulit sekalipun, ia masih membuka hatinya untuk mendengarkan suara Tuhan dalam setiap situasi hidupnya. Karena ia percaya bahwa apapun situasi hidup yang dialaminya, Tuhan pasti akan memberikan seorang penolong untuknya. Apakah saya dan anda percaya akan hal ini? Marilah kita mohon doa dari St. Yusuf, agar kita dianugerhai rahmat untuk tetap terbuka matahati dan telinga kita akan suara Tuhan hari ini. Fr. Anis, mgl. Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 27 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Sampai Saatnya Tiba Jumat 20 Maret 2015 Yoh 7:30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba. Keb. 2:1a,12-22; Mzm. 34:17-18,19-20,21,23; Yoh. 7:1-2,10,25-30. BcO Ibr. 10:1-10 Membaca bacaan Injil pada hari ini, saya teringat pada satu lagu yang biasa dinyanyikan di gereja, yaitu yang berjudul “Hai umat apa salahku”, yang saya yakin teman – teman semua pasti tahu lagu ini kan? Kalau dipikir – pikir, sebetulnya semua tindakan Yesus adalah tindakan yang mengajarkan cinta kasih, dan juga tidak merugikan orang lain. Namun kok ya ada saja yang tidak suka dengan hal itu, bahkan sampai ingin membunuh Dia. Tetapi, Yesus tetap setia pada tugas perutusanNya. Meskipun awalnya datang dengan sembunyi – sembunyi, toh akhirnya Yesus tetap menampakkan diriNya di depan semua orang. Yesus terus berkeliling, sampai saatnya tiba, Dia kembali naik ke Surga. Bagi saya pribadi, hal ini memberikan suatu sentilan tersendiri bagi saya, yaitu tentang kesetiaan. Bagaimana kesetiaan Yesus terhadap panggilannya dihadapkan dengan banyak orang yang menentangnya, bahkan sampai ingin membunuhnya. Saya termasuk orang pecinta damai :-D, jadi menurut saya pastinya tidak enak banget hidup Yesus. Hidup di tengah – tengah orang yang tidak suka dengan dia. Tapi, Dia terus saja melayani orang – orang yang membutuhkanNya, serta mewartakan kabar sukacita. Hmmm.. Sebuah pilihan yang membutuhkan komitmen yang besar.. Dan pada akhirnya, sentilan ini meninggalkan jejak sebuah pertanyaan, yaitu : Dapatkah saya setia pada perjalanan pelayanan saya sampai saatnya tiba? Salam Hangat, Daniel Anugroho, S.E, C.Ht Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 28 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Keyakinan Buta Yer 11:18-20, Yoh 7:40-53 Sabtu 21 Maret 2015 Yoh 7:51” Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah diperbuat-Nya?”. Kepercayaan dan tradisi dari suatu kelompok masyarakat tertentu memegang peranan penting yang menentukan dalam mengambil suatu keputusan. Bila pendapat yang mereka yakini itu kelihatannya tidak sama dengan kenyataan yang ada , maka tampa ragu mereka akan menentangnya. Orang Yahudi mengalami kesulitan untuk mempercayai Yesus adalah Mesias yang ditunggu karena mereka terlalu terpaku pada tradisi turun temurun dan lupa bahwa jalan Allah tidak selalu sama dengan apa yang dipikirkan dan dirumuskan oleh manusia. Dalam hidup ini kita juga sering melakukan kesalahan dengan menuduh dan mencurigai seseorang, untuk hal yang belum tentu dilakukannya, seperti kisah berikut ini. Sambil menunggu keberangkatan pesawat , seorang wanita membeli sebungkus biskuit untuk dimakan sambil membaca buku. Ketika ia menoleh dari buku yang sedang dibacanya, ia melihat seorang pria yang duduk diseberang mejanya juga sedang membaca buku dan memakan biskuit yang baru saja dibelinya. Wanita itu berkata di dalam hatinya, dasar pria tidak tau malu, enak saja memakan biskuit yang saya beli tampa permisi. Maka supaya tidak kehabisan, dengan wajah cemberut wanita itu segera mengambil dan memakan biskuit itu. Pria itu terus memakan biskuit itu sambil tersenyum pada wanita itu. Ketika biskuitnya tinggal 1 pria itu mengambil separuhnya dan meninggalkan yang separuh untuk wanita itu yang segera beranjak karena pesawatnya akan berangkat. Ketika tiba didalam pesawat wanita itu memasukan tangannya kedalam tas untuk mengeluarkan buku untuk melajutkan membaca. Didalam tas ia menemukan biskuit yang masih utuh yang tadi dibelinya, jadi siapa yang telah makan biskuit tampa permisi. Pada masa puasa ini kita juga diajak untuk merubah cara pandang kita yang lama dan menerima dengan tangan terbuka petunjuk Allah, yang seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Doa: Ya Tuhan, bukalah mata hatiku untuk menerima petunjukMu sehingga aku dengan lebih mudah mentaati Engkau dalam kehidupanku sehari-hari Amin. Betty Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 29 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Mati Seperti Kristus Minggu 22 Maret 2015 Yoh 12:24, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Yer. 31:31-34; Ibr. 5:7-9; Yoh. 12:20-33 Kita pasti mengenal pribahasa “mati satu tumbuh seribu”. Hal ini sangatlah benar dikaitkan dengan ilmu pertanian dimana satu biji padi atau gandum yang jatuh di tanah, dia akan mati dan selanjutnya akan tumbuh menjadi sebuah pohon padi atau gandum yang bisa menghasilkan seribu butir padi atau gandum lainnya. Dengan kata lain, kematian yang dialami oleh sang biji tidak sia-sia karena dirinya menjadi berlipat ganda dan akan dapat dinikmati banyak orang. Seandainya semua biji dimakan dan tidak ada yang ditanam, maka siklus perlipatgandaan akan putus dan rantai makanan akan putus. Bacaan injil hari ini mengisahkan Yesus yang mengumpamakan diriNya seperti biji gandum yang mati supaya semua orang memperoleh hidup. Yesus mati di kayu salib supaya kematianNya tidak sia-sia dimana semua orang menikmati hidup baru karena setiap dosa ditebus olehNya. Nah, kalau seseorang sudah mengenal Yesus yang mengorbankan diriNya dan mau mati bagi orang lain, orang tersebut juga diajak untuk meneladani Yesus yang mau mati untuk orang lain. Yesus berkata bahwa barangsiapa mau mengikuti aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku. inilah yang dimaksud menjadi biji-biji gandum yang mau mati supaya orang lain memperoleh hidup. Caranya? Kita bisa “mematikan” keegoisan kita supaya orang bisa hidup. Kita bisa “memadamkan” api amarah kita supaya orang lain memperoleh kehidupan yang lebih damai. Kita bisa menyerahkan segala kesombongan dan keangkuhan kita dengan rendah hati supaya orang lain mendapat berkat dan pujian sehingga hidup orang lain bermakna dan lain sebagainya. Maka marilah saya mengajak kita semua supaya mengikuti sabda Yesus hari ini menjadi biji gandum yang mati supaya orang lain memperoleh hidup. Namun sebelum itu, marilah kita merenungkan kembali dengan mengucap syukur betapa Yesus mati untuk kita sehingga kita mendapatkan hidup baru seperti sekarang ini. Amin Rm. Vincent, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 30 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Mengampuni seperti Yesus PF S. Turibius Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8:1-11 Senin 23 Maret 2015 Yoh 8:11 “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi” Sulit dibayangkan bagaimana kita dapat bersikap setenang Yesus saat dihadapkan pada situasi sulit dan menjebak seperti ini. Tetapi bila hati kita bersedia menerima kasih Allah yang mengampuni dan menjadikan kita mampu untuk mengampuni tentu jadinya lebih mudah dan mungkin bagi kita. Dengan ketenangan sikap Yesus yang tidak terburu-buru menanggapi pertanyaan yang ingin menjatuhkan-Nya dalam perangkap, Yesus memberi jawaban yang menyentuh kesadaran hati para penjebakNya. Seringkali sikap menghakimi kita lahir dari niat untuk menyangkal, membenarkan kesalahan yang kita perbuat dan melemparkannya pada orang lain. Yesus yang tidak mengenal dosa tidak punya kecenderungan untuk menghakimi melainkan mengampuni dan menasihati agar tidak jatuh ke dalam dosa yang sama. Inilah misi yang diwariskan pada kita sebagai murid-murid-Nya. Sr. M. Benedicta, OSB. Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 31 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 “Siapakah Aku? Selasa 24 Maret 2015 Yoh 8:29 “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30 “Siapakah Aku? Untuk apa dan siapakah aku hidup dan bekerja?” Ketika berbicara tentang anak manusia yang ditinggikan, Yesus merujuk ke salibNya sendiri (Yoh.19:18). Yesus mengetahui, selama ia masih hidup sebagai manusia, orangorang akan memandangnya tak lebih daripada seorang manusia istimewa dari Nazaret. Kita mengimani Yesus dan salibNya sebagai inti kebenaran iman Kristiani. Oleh iman kita mudah menerimanya. Disini kewajiban kita ialah menampilkan buah-buah salib, seperti kesalehan, penghargaan terhadap martabat manusia, kasih dan persaudaraan yang tulus. Dengan cara itu mungkin kita dapat menolong saudara-saudari yang mencari kebenaran untuk menemukan Tuhan. Dalam pengalaman hidup sehati - hari saya alami sebagai admin di DFJ yaitu membantu menyebarkan warta sukacita Firman Tuhan setiap hari. Disini letak ujian yang harus dilakukan setiap hari yaitu menjaga diri supaya tidak jauh dari Tuhan sendiri. Kita semua disini juga diutus. Atas tugas yang sama pun kita dipanggil, yakni agar kita dapat mencintai Allah dan sesama. Jika kecenderungan manusia untuk selalu bertanya siapakah Aku? maka alangkah baiknya jika di pagi ini kita tunduk merendah dan bertanya jujur; “Siapakah aku?” Banyak tidak pernah bertanya seperti ini sehingga mereka pun tidak tahu untuk apa mereka ada dan hidup. Jika kita sadar sebagai seorang utusan dan bahkan sebagai seorang anak, maka tidak lain yang kita buat adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus. Karena itu, menjadi bahan permenungan bagi kita di pagi ini, yakni; “Siapakah Aku? Untuk apa dan siapakah aku hidup dan bekerja?” Hanya mengingatkan bahwa Yesus telah membuat seluruh kata dan perbuatan-Nya, bahkan Diri-Nya dibagi-bagikan kepada orang lain sampai tuntas lewat pengorban-Nya di salib untuk saudara dan saya. Cutam Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 32 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Mijizat itu Nyata Rabu 25 Maret 2015 Luk 1:37 HR Kabar Sukacita Yes 7:10-14;8:10; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil Banyak kejadian yang saya alami sepanjang hidup saya. Ada banyak juga kejadian yang sepertinya mustahil tapi nyata. Saya ceritakan satu kejadian yang saya alami dengan Yonathan. Waktu itu saya sedang hamil Vina (anak ke-2) dan sudah masuk bulan ke-9. Kami sedang berjalan-jalan di mall, saya dan seorang pembantu menunggu Yovie di dekat eskalator. Saya dan pembantu ngobrol sehingga kurang memperhatikan Yonathan. Dia berumur 2,5 tahun. Usia dimana anak kecil kepingin tahu banyak hal tanpa mengerti bahayanya. Tiba-tiba saya mendengar Yonathan menangis keras. Saya lihat Yonathan sedang jongkok sambil salah satu tangannya masuk ke bagian pinggiran eakalator. Bagian pinggir eskalator berupa karet warna hitam yang biasa kita gunakan sebagai pegangan. Eskalator itu mengarah turun. Kalau saya mereka-reka kejadian itu, Yonathan sedang memegang karet eskalator yang menuju kebawah, dan tangannya mengikuti sampai karet itu masuk kebagian bawah. Saya bingung dan panik. Apa yang terjadi dengan tangan Yonathan yang masuk sampai pergelangan tangannya dan membuat eskalator itu mendadak berhenti. Yovie yang ada ditengah eskalator langsung berlari turun.. Di mall itu saya berteriak minta tolong. Saya berdoa, Tuhan tolong selamatkan tangan Yonathan. Yovie mencoba menarik tangan Yonathan keluar, tapi dia semakin menangis kesakitan. Akhirnya datang seorang lakilaki, entah dia pegawai mall atau pengunjung saya sudah tidak memperhatikan lagi. Orang itu manarik karet hitam kearah yang berlawanan sampai akhirnya tangan Yonathan bisa keluar. Tangan itu keluar utuh tidak ada darah sedikitpun hanya berwarna biru kemerahan. Terimakasih Tuhan, saya langsung berujar. Saya periksa tangannya untuk memastikan tidak ada tulang yang patah. Bagi kami ini adalah mujizat, dan bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Dia melindungi tangan Yonathan. Banyak kejadian-kejadian yang kita alami dalam hidup kita. Mungkin ada yang tidak kita sadari bahwa dalam kejadian itu Tuhan turut campur tangan. Mari kita belajar seperti Maria yang percaya bahwa setiap kejadian yang dialaminya penyertaan Tuhan selalu besertanya. Mujizat nyata dalam diri Maria, dan mujizat itupun Nyata dalam hidup kita. Asal kita mau menyadarinya..... Bukan karna kekuatan Namun roh Mu ya Tuhan Ketika Kuberdoa Mujizat itu nyata........ (nathasa) Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 33 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Kamis 26 Maret 2015 Identitas Palsu vs Identitas Asli Yoh 8:53 “Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabinabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Kej 17:3-9; Yoh 8:51-59 “Jangan biarkan pendapat atau pikiran orang meredam suara hati anda sendiri!” ucap si co-founder dan chairman dari perusahaan Apple Inc., Steve Jobs. Mungkin karena begitu suksesnya di dunia digital, dia awalnya kurang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi di akhir hidupnya dia merasa lebih mau percaya akan kehidupan kekal, akibat kanker yang akhirnya merengut nyawanya di tahun 2011. Tuhan Yesus di bacaan Injil hari inipun tidak membiarkan perkataan orang lain meredam identitas diriNya yang sesungguhnya. Dia tahu bahwa dia Putra tunggal Allah, walaupun ini sepertinya menyinggung perasaan orang Yahudi saat itu yang sangat kaku dengan identitas mati mereka sebagai keturunan Abraham. Yesus tidak takut akan akibat buruk saat dia mengklaim identitas dirinya yang tinggi dan mulia, yang lebih dari Abraham. Dia tidak mencoba untuk pura-pura merendahkan dirinya supaya selamat. Yesus berkata yang sesungguhnya, tentang diriNya sendiri. Teman-teman terkasih, kitapun mempunyai identitas diri yang sungguh mulia. Kita diciptakan dengan rancangan yang dahsyat. Saat kita dibaptis, kita ditebus oleh Tuhan Yesus dan menjadi anak angkat Allah Bapa, dan turut mewariskan kerajaan Allah Bapa bersama dengan Tuhan Yesus. Kita ini putra dan putri Raja Surgawi. Inilah identitas kita yang utama. Tetapi kita juga hidup di dunia yang belum sempurna. Kita dibesarkan oleh orang tua yang juga punya luka batin. Kita hidup di keluarga dan lingkungan yang tidak sepenuhnya baik. Dunia kita tinggal adalah tempat dimana sang Iblis, pangeran kebohongan juga giat bekerja. Sangatlah mungkin bahwa sejak kecil, ada orang lain yang membohongi kita. Sebagai manusia lemah, kitapun gampang dipengaruhi. Saya ingat oma saya yang cukup sayang dengan saya. Dia selalu membawa coklat dan celengannya sisa uang belanja dia setiap hari untuk saya. Tetapi saat saya mungkin umur 5 tahun dan sedikit jahil menarik rok beliau, dia dengan marah berkata, “dasar kamu anak setan!!” Anehnya saya ingat persis perkataan ini. Saya bertanya-tanya apa mungkin ini mempengaruhi proses saya saat mencari jati diri. Mungkin ada juga orang yang dekat dengan anda pernah berkata, “Kamu tidak berguna, anak sialan, tidak ada harapan, dll.” Dan saat kita sedang bingung, perkataan ini membentuk alam bawah sadar kita. Alhasil, kita gampang minder, gagal dalam kehidupan, cepat tersinggung, atau berkompensasi dengan meninggikan diri atau membandingkan diri kita dengan orang lain. Teman-teman, kita tahu identitas kita sesungguhnya sebagai anak Allah. Tetapi apakah kita sadar akan identitas palsu kita yang terselubung? Mari undang Roh Kudus untuk menerangi hati kita. Frater David Lemewu mgl Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 34 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Percaya jika terbukti Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42 Jumat 27 Maret 2015 Yoh 10:37 “ Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan- pekerjaan Bapa-Ku janganlah pecaya kepada-Ku” Banyak hal yang bisa terjadi pada saat kita masuk didalam penyembahan, baik ber-Bahasa Roh, Bersukacita, menangis, menari, ber-Mazmur dan lain lain. Dan banyak yang belum mempercayai hal hal tersebut pada saat kita benar benar masuk didalam Penyembahan yang kudus. Salah satu yang ‘waktu itu’ tidak percaya adalah teman sepelayanan saya di persekutuan. Saat itu Beliau hanya pelayanan saja tanpa benar benar merasakah indahnya “JATUH CINTA” dengan NYA, tetapi saya sendiri tidak tau kalau beliau belum merasakah Kasih Tuhan didalam Penyembahan yang Kudus. Jadi saat itu saya tiba tiba bertemu dengan beliau saat retret di Tumpang(Karmel). Saat itu kita melakukan Doa Taize, dan ada banyak umat yang hadir Berkata kata dalam Roh, Bersukacita, Menangis dan Menari, luar bisa Kasih Tuhan didalam penyembahan saat itu. Tetapi saya dikagetkan dengan pernyataan Beliau (saat itu dalam suasana Menyembah) “ ah, paling dibuat buat tuh menangis menari dan lain lainnya”, saya saat itu kaget juga dengan pernyataan Beliau. Lalu saya katakan, bahwa itu hal yang biasa dan tidak dibuat buat oleh mereka. Pada saat engkau merasakan baru engkau tau ‘nikmat’nya penyembahan itu. Hari berikutnya ada doa Taize lagi, dan saat itu saya katakana pada beliau untuk berserah dan diam saja saat penyembahan. Dan ternyata tidak sampai 5 menit kita melakukan penyembahan beliau merasakan Kasih Tuhan didalam penyembahannya, semua roh yang tidak baik terbuang didalam penyembahannya, dan beliau menangis tidak berhenti sampai selesainya Penyembahan tersebut. Setelah selesai Doa Taize nya, saya menanyakan dengan sedikit menyindir, kok kamu nangis? Pasti pura pura ya?, dan beliau hanya tertawa dan berkata sekarang saya tahu rasanya bagaimana. Jadi apakah kita harus seperti ‘Thomas’ dijaman modern hanya untuk mempercayai kasih Tuhan? Mari kita belajar menyerahkan diri kita Tubuh Jiwa dan Roh kepada Tritungal yang Maha Kudus saat kita menyembah. Maka Tuhan Yesus sendiri yang akan hadir didalam kehidupan kita pribadi. Tuhan memberkati Prast Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 35 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Cinta yang Nyata Sabtu 28 Maret 2015 Yeh. 37:22 “Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gununggunung Israel, dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan” Yeh 37:21-28; Yer. 31:10,11-12ab,13; Yoh 11:45-56 Kalau kita melihat di televisi atau di dalam surat kabar kita dapat menemukan banyak bertita tentang oknum-oknum dari aparat pemerintahan yang korupsi. Kita juga mungiin pernah mengalami atau mendengar banyak berita dari pelbagai negara tentang pemerintah yang keras dan otoriter. Mereka berjuang dan bekerja untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga ataupun kepentingan kelompoknya. Hari ini kita diteguhkan oleh Sabda Tuhan lewat Nabi Yehesekial dan penginjil Yohanes. Dengan melihat dan menyaksikan kesengsaraan umatNya dan bangsaNya Israel, Allah menyatakan janjiNya kepada kita umatNya. Dia akan menjadikan kita umatNya, satu bangsa pilihanNya dan akan memilih seorang raja untuk memerintah dan memimpin kita. “Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gununggunung Israel, dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan” Allah menjadikan bagi kita seorang raja yang akan memerintah, bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia memilih seorang pemimpin untuk menjaga kita, seorang pemimpin yang mengorbankan dirinya demi kita, sampai mati di kayu salib demi kita umatNya. Dia rela mati karena dosa dan salah kita. Dan Snag Raja itu adalah Yesus, Putera Alla sendiri seperti yang dikisahkan di dalan Injil Yohanes. Di dalam Injil Yohanes 3:16 mengatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.”Dari perikop ini nyatalah bahwa, Allah sungguh peduli akan kita umatNya. Dia memiliki suatu kasih dan cinta yang nyata lewat persiatiwa salib. Dalam masa puasa ini, marilah kita berdoa untuk selalu dipenuhi oleh Roh Allah, untuk selalu peduli akan sesama kita. Semoga kita memberikan yang terbaik untuk sesame yang membutuhkan kita, mulai dari yang paling sederhana. Marilah kita memberikan senyum dan menciptakan kebahagiaan bagi sesame yang menderita. Marilah kita saling berbagi rasa dengan mereka. Masa puasa ini juga merupakan suatu saat di mana kita diajak untuk masuk kembali ke dalam sutuasi kepuarga kita dan juga kelompok di mana kita berasosiasi. Kita dipanggil dan diajak oleh Tuhan untuk membagi dan menunjukan suatu cinta yang nyata seperti Yesus. Rm. Joseph, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 36 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Wujud Kasih Hari Minggu Palma, Mengenang Sengsara Tuhan Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Mrk 14:1-15:47. Minggu 29 Maret 2015 Markus 14:6 Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Hari ini Gereja merayakan hari minggu Palma, hari pertama sebelum memasuki Pekan Suci. Penderitaan, kematian, dan kebangkitan Tuhan Yesus merupakan inti sari renungan kita selama Pekan Suci yang dimulai pada hari Minggu Palma ini. Penderitaan Tuhan Yesus harus memasuki hati kita, yang sering sering mati rasa dalam hidup kita. Selama Pekan Suci, kita mendapat kesempatan untuk melihat dan mengenal siapakah Yesus, dan siapakah orang-orang yang menganiaya Dia. Tetapi bukan hanya orang-orang pada saat itu. Haruslah ini juga menjadi refleksi dalam kehidupan kita saat ini. Apakah kita termasuk dalam kelompok orang-orang yang membenci, memusuhi, menghina, dan menganiaya sesama kita. Pada bacaan hari ini, kita juga dapat belajar dari sosok seorang perempuan yang meminyaki kepala Yesus dengan minya narswastu murni yang sangat mahal harganya, dan perempuan ini dikritik pedas perbuatannya. Apakah pelajarannya bagi kita? Murid-murid laki-laki Yesus tidak setia kepada Guru mereka, malahan meninggalkan-Nya. Sedangkan si perempuan yang tak terkenal itu justru membuktikan kesetiaan, keberanian dan kasihnya yang murni kepada Yesus. Isi pelajaran itu ialah, bahwa hidup kita harus jadikan seperti buli-buli berisi minyak murni yang berharga bagi Tuhan dan bagi sesama kita! Bukan hanya untuk kepentingan kita sendiri. Kita harus rela memberikan apa yang berharga dan apapun bentuknya, untuk mewujudkan kasih kita yang sejati kepada sesama. -Santo- Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 37 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 S. Yohanes Klimaks Senin 30 Maret 2015 Yes 42:1-7 Yoh 12:1-11 Kisah Orang Kudus St. Yohanes dilahirkan di Palestina pada abad ketujuh. Kemungkinan besar ia adalah murid dari St. Gregorius dari Nazianze. St. Yohanes mempunyai masa depan gemilang untuk menjadi seorang guru termashyur, namun demikian ia memutuskan untuk melayani Tuhan dengan segenap hatinya. Ia masuk biara di Gunung Sinai ketika usianya enambelas tahun. Kemudian, ia pergi untuk hidup seorang diri saja selama empatpuluh tahun. Ia mempergunakan seluruh waktunya untuk berdoa dan membaca riwayat para kudus. Pada mulanya, St. Yohanes dicobai oleh iblis. Ia merasakan segala jenis nafsu jahat yang menggodanya untuk jatuh dalam dosa. Tetapi, Yohanes mengandalkan Yesus dan berdoa lebih khusuk dari sebelumnya. Sehingga, godaan-godaan itu tidak berhasil membuatnya jatuh dalam dosa. Malahan, ia menjadi semakin kudus. Yohanes semakin dekat dengan Tuhan dan banyak orang mendengar tentang kekudusannya. Mereka datang kepadanya untuk meminta nasehat. Tuhan memberi St. Yohanes suatu karunia yang mengagumkan. Ia dapat membawa damai bagi mereka yang tertekan dan yang mengalami godaan. Suatu ketika, seorang laki-laki yang mengalami godaan yang mengerikan datang kepadanya. Ia menceritakan betapa berat baginya untuk melawan godaan-godaan tersebut dan memohon pada St. Yohanes untuk menolongnya. Setelah mereka berdoa bersama, damai segera memenuhi hati lakilaki malang itu. Tidak pernah lagi ia diganggu oleh godaan-godaan tersebut. Ketika St. Yohanes berusia tujuhpuluh empat tahun, ia dipilih menjadi pemimpin biara di Gunung Sinai. Ia menjadi pemimpin dari semua rahib serta pertapa di negerinya. Seorang pemimpin biara lainnya meminta St. Yohanes untuk menuliskan peraturan-peraturan yang telah diterapkannya sepanjang hidupnya, agar para rahib dapat meneladaninya. Dengan segala kerendahan hati, St. Yohanes menulis sebuah buku berjudul Tangga Kesempurnaan. Dalam bahasa Yunani `tangga' disebut `klimax'. Oleh sebab itulah ia dijuluki “St. Yohanes Klimaks”. St. Yohanes wafat pada tahun 649. Semoga damai Kristus berakar dalam hati kita - tertanam dalam iman yang teguh akan kasih-Nya bagi masing-masing kita, tanpa mempedulikan kelemahan-kelemahan kita. “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.” Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 38 Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 www.DOJCC.com Setia akan janji Yes 49:1-6; Yoh 13:21-33.36-38 Selasa 31 Maret 2015 Yoh 13 : 37 “Tuhan, mengapa saya tidak dapat mengikuti Tuhan sekarang?” tanya Petrus lagi. “Saya rela mati untuk Tuhan!” Ketika kita jatuh cinta, sangat mudah untuk berkata seperti Petrus,”Saya rela mati untuk kamu”. Tapi apabila hal itu benar benar diminta, apakah kita berani melakukannya? Kejadian ini mengingatkan saya ketika DOJCC melakukan retret di Bedugul selama 2 malam. Sepulang dari retret, beberapa anak perempuan merasakan hal yang aneh, mereka merasa diikuti oleh sesosok bayangan. Ketakutan menerpa mereka. Saya tidak menyaksikan hal itu langsung, tapi saya mendengar cerita nya. Katanya, mereka ketakutan lalu berdoa di depan patung Bunda Maria. Namun bayangan itu tetap menghantui. Akhirnya mereka dan group DOJ menghadap romo Hadi untuk minta bantuan. Romo hanya minta semua anak DOJCC untuk masuk ke dalam misa harian jam 6 sore. Di akhir misa, romo memanggil kami semua, dan berkata, “Sejujurnya, romo juga tidak tahu harus berbuat apa. Tapi di dalam misa, romo teringat janji kalian”. Kami semua bertanya tanya, “Janji apa?” Romo melanjutkan,”Kalian pernah janji, akan mengikuti misa harian, setidaknya sekali dalam seminggu. Tapi hal itu tidak pernah dipenuhi. Tuhan tidak pernah meminta, tapi kita manusia yang sering berjanji, lalu mengingkarinya” Kami terdiam. Bacaan hari ini juga seperti itu. Petrus berjanji akan siap mati untuk Yesus, tapi malah mengingkari Dia 3 x sebelum ayam jantan berkokok. Saat itu, kami merasa seperti Petrus. Hari ini kita diajak untuk mengingat kembali akan janji kita untuk mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus lebih dari sekedar janji. Mengikuti Yesus butuh kesetiaan, komitmen dan pengorbanan. Dengan kekuatan Roh Kudus lah kita akan mampu menjalani kesetiaan itu. Bali, Jeff Kristianto Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 39 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 64 / 2015 Misa Syukur Perkawinan dan Misa Komunitas DOJ 25 Feb 2015 Tugas tatib Februari 2015 di Gereja FX Rapat persiapan Weekend Mencari Tulang Rusuk