BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu proses dimana perusahaan menciptkan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya (Kotler, Amstrong 2012:6). Pemasaran merupakan merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditunjukan untuk merencanakan, menentukan harga mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial Swastha dalam Zaini (2013). Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan, khususnya perusahaan yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba, memperbesar volume penjualan, mengiginkan pertumbuhan, memiliki pangsa pasar dan untuk menciptakan pelanggan yang loyal „Surachman dalam Zaini (2013)‟. Menurut Kotler dan Keller (2009:9) pemasaran terbagi dalam 10 jenis entitas, yaitu : 1) Barang 2) Jasa 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3) Pengayaan Pengalaman 4) Peristiwa 5) Orang. 6) Tempat. 7) Properti 8) Organisasi 9) Informasi 10) Gagasan Manajemen pemasaran adalah seni ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu (Kotler, Amstrong 2012:10) Secara umum, tujuan sistem pemasaran adalah memaksimumkan konsumsi, memaksimumkan pilihan, memaksimumkan memaksimumkan kepuasan mutu konsumsi, hidup, serta meningkatkan kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga, dan memperoleh laba bagi perusahaan. Tujuan pemasaran dapat tercipta dengan melakukan analisa dalam hal bauran pemasaran (marketing mix), marketing mix merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaranya di pasar sasaran (Kotler, 2009:101). 2. Filosofi Manajemen Pemasaran Kita menguraikan manajemen pemasaran sebagai melaksanakan tugas untuk mencapai pertukaran yang didambakan dengan pasar sasaran. 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Falsafah apa yang sebaiknya menjadi pedoman usaha pemasaran itu. Berapa bobot kepentingan yang harus diberikan pada organisasi, pelanggan dan masyarakat yang berkepentingan sering kali kepentingan saling bertentangan, menurut Kotler dan Amstrong (2012:11), ada lima konsep alternative yang mendasari langkah-langkah organisasi dalam merancang dan melaksanakan strategi pemasaran: a. Konsep Produksi. Filosofi yang menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan harganya terjangkau. Karena itu, manajemen harus berfokus pada peningkatan efesiensi produksi dan distribusi. b. Konsep Produk Menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, dan fitur inovatif yang terbaik. c. Konsep Penjualan Bahwa konsumen tidak akan membeli produk perusahaan kecuali jika produk itu dijual dalam skala penjualan dan usaha promosi yang besar. d. Konsep Pemasaran. Menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik dari pada pesaing . 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ e. Konsep Pemasaran berwawasan sosial. Menyatakan bahwa perusahaan harus mengambil keputusan pemasaran yang baik dengan memperhatikan keinginan konsumen, persyaratan perusahaan, kepentingan jangka panjang konsumen, dan kepentingn jangka panjang masyarakat 3. Kualitas Produk 1) Pengertian Produk Produk merupakan elemen yang paling mendasar dan penting dari bauran pemasaran.Dikatakan paling penting karena dengan produklah perusahaan menetapkan harga yang pantas, menyalurkan produk tersebut dengan suatu bauran komunikasi yang tepat. Produk adalah semua hal yang ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akusisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan seuatu keiginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong 2012 : 266). Produk mencakup lebih dari sekedar barangbarang yang berwujud (tangible). Dalam arti luas, produk, meliputi objekobjek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran entitasentitas ini. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produk adalah segala sesuatu baik berwujud barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan konsumen, dimana tiap barang atau jasa tersebut memiliki manfaat yang berbeda.Dapat dikatakan pelanggan dalam membeli barang tidak hanya membeli sekumpulan atribut fisiknya saja 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tetapi lebih dari itu, pelanggan tersebut membayar sesuatu yang diharapkan agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. 2) Lima Tingkatan Produk Menurut Kotler (2009:4) Ada lima tingkatan produk, yaitu core benefit, basic product, expected product, augmented product dan potential product. Penjelasan tentang kelima tingkatan produk adalah: a) Pada tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit): layanan atau manfaat yang benar-benar dibeli pelanggan. b) Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic product). c) Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan (expected product), sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini. d) Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan (augmented product) yang melebihi harapan pelanggan. e) Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product), yang mencakup semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami sebuah produk atau penawaran di masa depan. Ini adalah tempat dimana perusahaan mencari cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan penawaran mereka. 3) Klasifikasi Produk Kotler & Amstrong (2012:267) Mengklasifikasikan produk menjadi dua kelompok besar berdasarkan tipe konsumen yang menggunakannya---produk konsumen dan produk 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ industry. Dalam defenisi luas, produk juga meliputi entitas lain yang dapat dipasarkan seperti pengalaman, organisasi, orang, tempat, dan ide. Produk konsumen (consumer product) adalah produk dan jasa yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Pemasar biasanya menggolongkan produk ini lebih jauh berdasarkan bagaimana cara konsumen membelinya. Produk konsumen meliputi produk kebutuhan sehari-hari, produk belanja, produk khusus, dan produk yang tak dicari. a) Produk kebutuhan sehari-hari (convenience product) Produk yang konsumen yang biasa sering dan segera dibeli pelanggan, dengan usaha pembandingan dan pembelian minimum. Contohnya, sabun, permen, surat kabar, makanan cepat saji. Produk kebutuhan sehari-hari biasanya murah, dan pemasar menempatkannya dibanyak tempat agar produk itu tersedia ketika pelanggan membutuhkannya atau memerlukannya. b) Produk belanja (shoping product) Produk yang konsumen jarang dibeli dan pelanggan membandingkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya produk secara cermat. Ketika membeli produk belanja, konsumen menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mengumpulkan informasi dan membuat perbandingan. Contohnya produk belanja meliputi perabot, pakaian, mobil bekas, peralatan rumah tangga utama. Pemasar produk belanja biasanya mendistribusikan produk mereka melalui sedikit gerai tetapi 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ menyediakan dukungan penjualan yang lebih mendalam untuk membantu pelanggan dalam melakukan usaha perbandingan mereka. c) Produk Khusus (specialy product) Produk konsumen dengan karakteristik unik atau identifikasi merek dimana sekelompok pembeli signifikan bersedia melakukan usaha pembelian khusus. Contoh produk khusus meliputi merek dan tipe mobil tertentu, perlengkapan fotografi mahal, pakaian rancangan desainer, mobil Lamborghini. Contohnya adalah produk khusus karena pembeli biasanya tidak membandingkan produk khusus. Mereka hanya menginvestasikan waktu yang diperlukan untuk menjangkau penyalur yang membawa produk yang diinginkan. d) Produk yang tidak dicari (unsought product) Produk konsumen yang mungkin tidak dikenal konsumen atau produk yang mungkin dikenal konsumen tetapi biasanya konsumen tidak berpikir untuk membelinya.Kebanyakn inovasi iklan. Contoh klasik produk yang dikenal tetapi tak dicari adalah asuransi jiwa, jasa perencanaan pemakaman, dan donor darah untuk palang merah. Sesuai sifatnya, produk yang tidak dicari memerlukan banyak iklan, penjualan pribadi, dan usaha pemasaran lainnya. Produk Industri (industrial product) adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Oleh karena itu, perbedaan antara prodk konsumen dan produk industry didasarkan pada tujuan untuk apa produk itu dibeli. Tiga 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ kelompok produk indutri meliputi bahan baku dan suku cadang, barangbarang modal, dan persediaan. a) Bahan dan suku cadang mencakup bahan mentah serta bahan dan suku cadang manufaktur. b) Bahan mentah terdiri dari produk pertanian ( tepung, kapas, ternak, buah-buahan, sayur-mayur) dan produk alami (ikan, kayu, minyak mentah, bijih besi). c) Bahan dan suku cadang manufaktur terdiri dari bahan komponen (besi, benang, semen, kabel baja) dan suku cadang komponen (motor kecil, ban, dan cetakan). Kebanyakan bahan dan komponen manufaktur dijual langsung kepada pengguna industry. d) Barang-baran modal adalah produk industry yang membantu produksi atau operasi pembeli, termasuk peralatan instalasi dan aksesoris. Instalasi terdiri dari pembelian besar seperti bangunan (pabrik, kantor) dan peralatan tetap (generator, penekan bor, system komputer, dan lift) peralatan aksesoris meliputi perlengakapan dan peralatan pabrik portable (perkakas, truk pengangkut) dan perlenkapan kantor (komputer, mesin fax, meja). e) Persediaan mencakup persediaan operasi (pelumas, batu bara, kertas, pencil) serta barang perbaikan dan pemeliharaan (cat, paku, sapu). Persediaan merupakan produk kebutuhan sehari-hari dalam bidang industry karena persediaan ini biasanya dibeli dengan usaha atau perbandingan minimum. 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4) Kualitas (Quality) Tjiptono dalam (Zulfikar 2013) mendefenisikan kualitas sebagai kecocokan untuk pemakian (fitness for use). Defenisi ini menekankan orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan. 5) Pengertian Kulitas Produk (Product Quality) Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah “The totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy given needs”, artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Sedangkan kualitas produk menurut Kotler dan Amstrong (2012:272) adalah salah satu sarana positioning utama pemasaran. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa, oleh karena itu, kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Atau juga kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannnya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6) Dimensi Kualitas Produk Menurut „Mullins, Orville, Lareche dan Boyd (2005:442), apabila perusahan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari: 1) Kinerja (performance), karakteristik operasi suatu produk utama, seperti kemudahan dan kenyamanan. 2) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan. Dimensi ini mencakup umur ekonomis. 3) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformence to specification), yaitu sejauh mana karakteristik oprasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukanya cacat pada produk. 4) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature), yaitu karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen. 5) Reabilitas (reliability), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat di andalkan. 6) Estetika (estethic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indra, misalkan model atau desain yang artistik, warna dan sebagainya. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7) Serviceability, yaitu karkteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kumudahan, akurasi, dalam memberikan layanan layanan untuk perbaikan barang 8) Kesan kualitas (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. 4. Persepi Harga 1) Pengertian Persepsi Harga Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:186), “how a consumer perceives a price (as high, as low, as fair) has a strong influence on both purchase intentions and purchase satisfaction”, yang bearti persepsi harga adalah pandangan atau persepsi mengenai harga bagaimana pelanggan memandang harga tertentu (tinggi, rendah, wajar) mempengaruhi pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan kepuasan membeli. Menurut Malik dan Yaqoob (2012:487) persepi harga adalah “the process by which consumers interpret price and attribute value to a good or service proses”, yang berarti sebuah proses dimana pelanggan menafsirkan nilai harga dan atribut ke barang atau pelayanan yang diinginkan. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan persepsi harga adalah pandangan pelanggan dalam melihat harga dilihat dari tinggi dan rendahnya harga yang mempengaruhi keputusan pembelian. 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2) Pengertian Harga Dalam arti yang sempit, harga (price) adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa.Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Dalam bentuk yang paling sederhana, harga dapat didefinisikan sebagai nilai nominal yang dibebankan kepada pelanggan untuk memperoleh produk dan akan mendapat manfaat dari kepemilikan atau penggunaan produk (Kotler dan Armstrong, 2013) Sepanjang sejarahya, harga telah menjadi factor utama yang mempengaruhi pilihan para pembeli. Dalam dekade terakhir, beberapa faktor diluar harga menjadi semakin penting. Namun, harga menjadi salah satu elemen yang penting dalam menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan. Harga adalah salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan (Kotler dan Amstrong 2012:345) semua elemen lainnya melambangkan biaya. Harga juga merupakan satu dari elemen baruan pemasaran yang paling fleksibel. Tidak seperti fitur produk dan komitmen penyalur, harga dapat berubah dengan cepat. 3) Kebijakan Penetapan Harga Perusahan Harus mempertimbangkan banyak factor dalam menentukan kebijakan penetapan harganya. Menurut Kotler dan Keller (2013:76), berikut ini adalah prosedur kebijakan penetapan harga: 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Langkah 1: MemilihTujuan Penetapan Harga Mula-mula perusahaan memutuskan dimana perusahaan ingin memposisikan penawaran pasarnya.Semakin jelas tujuan perusahaan, semakin mudah perusahaan menetapkan harga.Lima tujuan utama adalah kemampuanbertahan, laba saat ini maksimum, pangsa pasar maksimum, dan kepemimpinan kualitas produk. Langkah 2: Menentukan Permintaan Setiap harga akan mengarah ketingkat permintaan yang berbeda dan arena itu akan memeiliki berbagai dampak pada tujuan pemsaran perusahaan. Hubungan antar harga dan permintaan ditangkap dalam kurva permintaan. Langkah 3: Memperkirakan Biaya Permintaan menetapkan batas atas harga yang dapat dikenakan perusahaan untuk produknya. Biaya menetapkan batas bawah. Perusahaan ingin mengenakan harga yang dapat menutupi biaya memproduksi, mendistribusikan dan menjual produk, termasuk tingkat pengembalian yang wajar untuk usaha dan resikonya. Langkah 4: Menganalisa biaya, Harga dan Penawaran Pesaing Dalam kisaran kemungkina harga yang ditentukan oleh permintaan pasar dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga, dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Mula-mula perusahaan harus mempertimbangkan harga pesaing terdekat, lalu mengevaluasi nilai mereka bagi pelanggan. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Langkah 5: Memilih Metode Penetapan harga Berikut ini adalah tujuh metode penetapan harga menurut Kotler dan Keller (2013 : 83) : a) Penetapan harga mark up Metode penetapan harga paling mendasar adalah marku up standar kebiaya produk. b) Penetapan harga tingkat pengembalian sasaran (target return pricing) Perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian asat investasi sasarannya (ROI). c) Penetapan harga nilai anggapan (perceived value) Nilai anggapan terdiri dari beberapa elemen, seperti citra pembelian akan kinerja produk, kemampuan penghantaran dari saluran, kualitas jaminan, dukungan pelanggan, reputasi pemasok, kepercayaan dan harga diri. d) Penetapan harga nilai (value pricing) Perusahaan menetapkan harga yang cukup rendah untuk penawaran berkualitas tinggi. e) Penetapan harga going rate Perusahaan mendasarkan sebagian besar harganya pada harga pesaing, mengenakan harga yang sama, lebih mahal, atau lebih murah disbanding harga pesaing utama. f) Penetapan harga jenis lelang 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tujuan lelang yang utama adalah membuang persediaan berlebih atau barang bekas. 4) Tujuan Penetapan Harga Menurut Tjiptono (2012: 152), terdapat 5 jenis tujuan penetapan harga, yaitu : a) Tujuan berorientasi pada laba Dengan berasumsi mengenai teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi.Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. b) Tujuan berorientasi pada volume Selain tujuan berorientasi laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau disebut volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak ditetapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel, dan perusahaan bioskop. c) Tujuan berdasarkan pada citra Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius, sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk citra nilai tertentu, misalnya dengan memberikan 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ jaminan bahwa harganya merupakan harga yang paling rendah disuatu wilayah tertentu. d) Tujuan stabilisasi harga Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industry.Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitive terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya maka pesaing harus menurunkan pula harga mereka. e) Tujuan – tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan lain, yaitu mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah. 5) Fungsi dan Faktor Penentu Harga Bagi perusahaan maupun konsuen, harga berfungsi sebagai : a) Sumber pendapatan dan atau keuntungan perusahaan untuk mencapai tujuan produsen. b) Pengendali tingkat permintaan dan penawaran c) Mempengaruhi program pemasaran dan fungsi-fungsi bisnis lainnya d) Mempengaruhi perilaku konsumsi dan pendapatan masyarakat 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6) Faktor Penentu Harga Dipengaruhi oleh Faktor Eksternal dan Internal : Faktor internal : a) Tujuan pemasaran (biaya, penguasaan pasar dan usaha) . b) Strategi marketing-mix (aspek harga dan non-harga). c) Organisasi (struktur, skala, tipe) . Faktor eksternal : a) Elastisitas permintaan dan kondisi persaingan pasar. b) Harga pesaing dan reaksi pesaing terhadap perubahan harga 7) Peranan Harga Harga memiliki peran penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Menurut „Sutojo (2001:64-69)peranan harga adalah sebagai berikut : a) Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar. Dalam kehidupan sehari-hari harga dapat bersifat elastis dan tidak elastis terhadap perubahan harga.Permintaan dapat dikatakan elastis apabila permintaan berubah setiap kali harga naik atau turun.Sedangkan harga tidak elastis apabila permintaan tidak banyak berubah karena perubahan harga.Termasuk dalam kategori produk yang elastis adalah barang atau jasa yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. b) Harga menentukan hasil penjualan dan keuntungan. Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama dengan 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ jumlah satuan yang terjual dikali harga persatuan produk. Sedangkan keuntungan yang diperoleh setiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama . c) Harga dalam strategi harga mempengaruhi distribusi produk. Harga per satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran mempunyai peranan penting terhadap kesediaan distributor dalam mendistribusikan produk.Dimana harga tersebut harus kompetitif, dalam arti tidak terlalu besar bedanya dengan harga produk yang setara.Apabila perbandingan harga tersebut terlalu besar maka kelancaran penjualan produk dapat terhambat. Akibatnya resiko yang ditanggung distributor lebih besar dibandingakan apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku. Hal itu dapat menimbulkan keseganan distributor, mendistribusikan produk yang bersangkutan, apalagi jika syarat penjualan adalah kredit penjualan bukan konsinyasi. d) Harga dapat mempengaruhi segmen pasar dan dapat menembus perusahaan. Melebarkan sayap pemasaran produk sengan memasuki segmen pasar lain yang belum pernah ada sebelumnya dapat menambah keuntungan. Dengan penentuan segmen pasar, perusahaan harus menetapkan harga dan kualitas yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Salah satu segmen pasar dibanyak negara yang digunakan sebagai sarana melebarkan jangkauan pemasaran adalah segmen pasar 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tingkat bawah. Harga telah menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk (jasa) tersebut atau tidak. Harga memiliki beberapa indikator yaitu, kuantitas (elastisitas harga) dan segmen pasar (jaminan kualitas dan kesesuaian harga). 8) Batas Penentu Harga-Harga Berubah dan diubah tidaklah tanpa batas. Penentu harga terbatasi oleh permintaan (customer demand), biaya (cost) maupun persaingan (competition). Posisi ataupun tingkat harga akan bergerak berfluktuasi dalam gerak persaingan mengikuti kekuatan persaingan yang besar. Perubahannya tetapi tidak sampai melebihi batas tertinggi dari permintaan pasar (batas atas) maupun tidak akan lebih rendah dari biaya yang akan ditanggung produsen (batas bawah). Kaitan antara Tujuan, Orientasi dan Strategi Harga.Tujuan, orientasi dan strategi harga mempunyai kekuatan yang erat satu sama lain. Pemilihan tujuan dan orientasi harga akan menentukan dalam pemilihan strategi harga. 9) Indikator Harga Dalam penelitian ini menggunakan 5 indikator yang mencirikan harga dari beberapa pendapa ahli, yaitu (Kotler Amstrong dalam Selang (2013:75) (Stanton:1988) (Dinawan:2010) a) Perbandingan harga dengan produk lain 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b) Kesesuaian Harga dengan kualitas Produk c) Kesesuaian harga dengan manfaat produk d) Daya saing harga e) Keterjangkauan Harga 5. Citra Merek 1) Pengertian Citra (Image) Citra (Image) adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya.Image dipengaruhi oleh banyak faktor yang di luar kontrol perusahaan. Citra yang efektif melakukan tiga hal: a) Memanfaatkan karakter produk. b) Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan dengan karakter pesaing. c) Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental. Citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek (Kotler, 2009:299).Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras.Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran manusia dalam semalam atau disebarkan melalui media masa.Sebaliknya, citra itu harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi terusmenerus.Untuk yang berhasil tersedia dan memperoleh disebarkan dan secara mempertahankan 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ konsumenmya maka perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan produk dengan memiliki citra merek (brand image) yang positif di mata konsumen. Dengan menampilkan produk yang memiliki citra merek yang positif dapat mempertinggi kepercayaan konsumen terhadap produknya dan mendorong konsumen semakin lama akan menjadi konsumen yang loyal terhadap produknya tersebut. 2) Pengertian Merek Merek lebih dari sekedar nama dan lambang. Merek adalah kunci dalam hubungan perusahaan dengan konsumen ( Kotler, Amstrong 2012:281). Merek mempresentasikan persepsi dan perasaan konsumen atas sebuah produk dan kinerjanya---semua hal tentang arti produk atau jasa kepada konsumen.Dalam analisis akhir, merek ada dalam pikiran konsumen. Dimensi kedua dari pengetahuan tentang merek yang berdasarkan konsumen (consumer-based brand knowledge) adalah citra dari sebuah merek.Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan. Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat dan sikap.Atribut terdiri dari atribut yang berhubungan dengan produk misalnya desain, warna, ukuran dan atribut 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang tidak berhubungan dengan produk, misalnya harga, pemakai dan citra penggunaan. Menurut UU Merek N0.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 (www.wikisource.org/wiki/Undang_Undang_Republik_Indonesia_Nomor _15_Tahun_2001) merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka susunan wana, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Perkembnagan terakhir menunjukan bahwa bentuk, suara, hologram, dan bahkan aroma juga dimasukan dalam lingkup definisi merek Tjiptono (2011:13). Melalui pengetahuan merek yang cukup, konsumen dapat menghemat waktu dan biaya pencarian (searching cost) serta menghindari risiko-risiko yang dapat muncul kemudian, seperti risiko fungsional, finansial, fisik, sosial, dan psikologis. Bagi konsumen, kesan merek yang melekat pada suatu produk disebut citra merek. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut market share (pangsa pasar). Salah satu aset untuk mencapai keadaan tersebut adalah merek (brand).Merek sendiri pada dasarnya digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu Tjiptono (2008:104): a) Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b) Alat promosi, sebagai daya tarik produk. c) Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen. d) Untuk mengendalikan pasar. Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa pesaing” Dengan demikian sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikan dari produk dan jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau berwujud yang dikaitkan dengan kinerja produk dari merek (Kotler, 2009:332). Elemen - Elemen Dari Merek 1) Nama 2) Logo 3) Simbol 4) Desain 5) Slogan 6) Kemasan 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Beberapa Kriteria Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Elemen Merek a. Mudah Diingat Artinya elemen merek yang dipilih hendaknya mudah diingat, dan disebut atau diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi. b. Memiliki Makna Artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun penjelasan atau deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut. Deskripsi makna yang terkandung dapat berupa: Informasi umum tentang kategori dan isi produk. Dan informasi tentang komposisi penting yang ditonjolkan produk dan manfaat dari produk. c. Menarik dan Lucu Pendekatan lain untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang unik, lucu, pemilihan elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu. d. Fleksibel Artinya elemen merek dapat dimengerti dan tetap dapat diterima oleh daerah atau pasar, bahkan budaya lain. Nama 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang digunakan pun tidaklah terlalu sulit untuk diterjemahkan. Seringkali pemilihan elemen merek mudah diingat oleh masyarakat lokal, namun sangatlah sulit dimengerti oleh masyarakat lain. Hal ini, tentunya akan menghambat produsen untuk masuk dalam pasar yang baru. e. Legal Artinya brand elemen tersebut sah menurut hukum dan undang-undang yang berlaku, sehingga berada di bawah perlindungan hukum. 3) Hal - Hal Yang Berkaitan Erat Dengan Merek a) Nama merek (brand name), yaitu bagian dari suatu merek yang dapat diucapkan atau dilafalkan. Contohnya Avon, Toyota, Disneyland, Pepsodent, dan lain-lain. b) Tanda merek (brand mark), yaitu bagian dari merek yang dapat dikenali, namun tidak dapat dibaca atau diucapkan. Tanda merek ini berupa logo, simbol, warna, gambar, desain. 4) Karakteristik brand supaya menjadi brand yang berpotensi: a) A Quality Product Sejak kepuasan konsumen digunakan untuk mengukur nilainilai merek (brand values), kualitas adalah nomor satu yang diinginkan konsumen. b) Being First Menjadi yang pertama dalam pasar, bukan dalam tekhnologi. 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c) Unique Positioning Concept Merek harus memiliki posisi konsep yang unik, yang akan membedakan dari pesaingnya. d) Strong Communication Program Brand yang sukses harus disertai dengan penjualan yang efektif, pengiklanan, kampanye promosi yang akan mengkomunikasikan fungsi dari brand itu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan usahyang keras, dan komitmen untuk memperkuat komunikasi itu, maka akan menimbulkan kesadaran konsumen akan brand tersebut. e) Time and Consistency Merek tidak dibangun dalam waktu yang cepat, membutuhkan waktu untuk membangun merek tersebut dan nilai-nilai yang ada di dalamnya.Dan memelihara nilai-nilai merek dibutuhkan waktu yang berkesinambungan secara terus-menerus dan dihubungkan dengan perubahan lingkungan. 5) Manfaat Merek Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek berperan penting sebagai Tjiptono (2011:43) a. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. e. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. f. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang. 6) Pengertian Citra Merek (Brand Image) Citra Merek (Brand Image)adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image. Citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen (Kotler, 2009:346). 7) Pengukur Citra Merek (Brand Image) Pengukuran citra merek menurut „Kotler & Keller (2009:270), bahwa pengukur citra merek dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu: 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. kekuatan ( Strengthness) Dalam hal ini adalah keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat dan tidak ditemukan pada merek lainnya.keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut sehingga bisa dianggap sebagai sebuah kelebihan dibanding dengan merek lainnya. yang termasuk pada sekelompok kekuatan (strength) adalah keberfungsian semua fasilitas produk, penampilan fisik, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut dan memiliki cakupan pasar yang luas. b. Keunikan (Uniquenes) Adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek lainnya.kesan ini muncul dari atribut produk tersebut yang menjadi bahan pembeda atau diferensiasi dengan produk-produk lainnya. Yang termasuk dalam kelompok unik ini adalah variasi penampilan atau nama dari sebuah merek yang mudah diingat dan diucapkan, dan fisik produk itu sendiri. c. kunggulan (Favorable) Yang termasuk dalam kelompok Favorable ini antara lain, kemudahan merek produk diucapkan serta kemampuan merek untuk tetap diingat oleh pelanggan yang membuat produk terkenal dan menjadi favorit dimasyarakat maupun keseuaian antara kesan merek dibenak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek yang bersangkutan. 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8) Faktor-Faktor Pembentuk Citra Merek Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Wiratama (2012) menyebutkan faktor- faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut: a) Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang akan ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. b) Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapatan atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. c) Keguanaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. d) Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya. e) Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. f) Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendah atau banyaknya sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. 6. Keputusan Pembelian 1) Pengertian keputusan Pembelian Keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli (Kotler dan Amstrong 2012;181). Menurut Schiffman, Kanuk 43 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dalam (Akbar 2012), keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternative pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan.Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Dari beberapa pengertian diatas tentang keputusan pembelian, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa keputusan pembelian merupakan perilaku konsumen dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai pemecahan masalah yang dihadapinya, akhirnya konsumen akan memutuskan membeli suatu produk pada waktu tertentu. 2) Tipe-tipe Perilaku Konsumen Pengambilan keputusan oleh konsumen akan berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Asal, Seperti dikutip dalam Kotler dan Amstrong (2012:177), membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keteribatan dan tingkat perbedaan diantara merek, yaitu: a) Perilaku Pembelian Kompleks Ketika merasa sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek.Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri.Umumnya, konsumen harus mempelajari banyak hal tentang katagori produk. Pembeli ini akan 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ melewati proses pembelajaran, mula-mula ia mengembangkan keyakinan tentang produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan masak-masak. b) Perilaku Pembelian Pengurangan Disnonansi Perilaku pembelian seperti ini menunjukkan keterlibatan konsumen yang tinggi dalam suatu pembelian yang hanya meliha sedikit perbedaan diantara berbagai merek yang ada.Perilaku pembelian ini terjadi untuk pembelian produk yang harganya mahal, tidak sering dibeli, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. c) Perilaku Pembelian Kebiasaan Perilaku pembelian karena kebiasaan terjadi apabila konsumen membeli suatu produk karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan terhadap merek.Perilaku ini terjadi pada kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli.Setelah membeli produk tersebut konsumen tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. d) Perilaku Pembelian Pencarian Variasi Perilaku pembelian ini memiliki keterlibatan konsumen yang rendah, namun terdapat perbedaan merek yang signifikan.Pada situasi ini konsumen sering melakukan perpindahan 45 http://digilib.mercubuana.ac.id/ merek.Konsumen berperilaku mencari keragaman bukan kepuasan.Jadi dalam perilaku ini merek bukan suatu yang mutlak. 3) Proses Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Amstrong (2012:179) pada umumnya, keputusan pembelian suatu produk oleh konsumen akan melalui tahapan proses sebagai berikut: a. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Jika kebutuhan diketahui maka konsumen akan serta memahami kebutuhan yang belum perlu segera dipenuhi atau masalah dapat ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Jadi, pada tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan (Kotler dan Amstrong, 2012:179). b. Pencarian Informasi Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya dapat atau tidak dapat mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini. Menurut Kotler dan Amstorng (2012:180), sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu: 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan. Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, pedagang perantara, pengemasan. Sumber umum meliputi media massa, organisasi ranting konsumen. Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk. c. Evaluasi Alternatif Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif dalam satu susunan pilihan.Kotler dan Amstrong (2012:180), evaluasi sering mencerminkan keyakinan dan sikap.Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu.Keyakinan orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka.Yang tak kalah pentingnya dengan keyakinan adalah sikap.Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ d. Keputusan Pembelian Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benarbenar membeli produk.Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pemgambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual.Kotler dan Amstrong (2012:181), menjelaskan bahwa “Keputusan pembelian konsumen meliputi enam sub- keputusan yaitu keputusan memilih produk, memilih merek, tempat pembelian, kuantitas, waktu dan metode pembayaran”. Kadang-kadang dalam pengambilan keputusan akhir ini ada pihak lain yang memberi pengaruh terakhir, yang harus dipertimbangkan kembali, sehingga dapat merubah seketika keputusan semula. e. Perilaku Pasca Membeli etelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain sebagainya. Kotler dan Amstrong (2012:181), menyatakan 48 http://digilib.mercubuana.ac.id/ konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian tidak merasa puas dengan produk yang telah dibelinya ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh konsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen tidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari informasi tambahan mengenai produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi. Gambar 2.1 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Pengenalan masalah Pencarian Masalah Pengenalan Alternatif Keputusan pembelian Prilaku Pasca Pembelian Sumber: (Kotler dan Amstrong 2012:179) 49 http://digilib.mercubuana.ac.id/ B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini anatara laim terdapat pada tabel dibawah ini Tabel 2.1 Contoh Penelitian Terdahulu N o 1 . Peneliti Judul Penelitian Variabel Noerchoi dah (jurnal wiga : 2013) Analisa Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Iklan Terhadap Brand Image dan Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Kawasaki Harga, Kualitas Produk, Iklan, Brand Image, serta Keputusan Pembelian. Hasil Penelitian Variabel Harga dan kualitas produk masing-masing secara parsial mempengaruhi brand image secara siginifikan, ditunjukan dengan nilai CR sebesar 4,568 dengan probabilitas 0.000. kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan berpengaruh. Variabel kualitas produk dan harga masing-masing dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan pembelian . ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 3,285 dengan probabilitas <0,05 Serta variable brand image secara parsial mempengaruhi keputusan pembelian, ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 3,285 dengan probabilitas 0.013, karena kurang dari 0.05 maka dapat dikatakan berpengaruh. 2 . Muhammad Riky P, Pengaruh kualitas Produk dan Citra Kualitas Produk, Kualitas Produk secara parsial mempengaruhi 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Univeersitas Mercubuana Jakarta ( 2013) 3 . Adam Akbar, Universitas Gunadharma, Jakarta (2012) Merek Terhadap Keputusan Pembelian Produk Helm KYT ( Studi Kasus Pada Universita Mercubuana, Meruya Selatan Jakarta (2013) Citra Merek, serta Keputusan Pembelian keputusan pembelian Analisa Pengaruh Citra Merek, Harga, Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian NoteBook Toshiba Citra Merek, Harga, kualitas Produk, Serta Keputusan Pembelian. Nilai T Hitung Pada Variabel Citra Merek (X1) adalah sebesar 2,011 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena 2,011>1.985 dan 0,000<0,5 Maka Ho ditolak dan Ha diterima kesimpulannya Citra merek berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Citra Merek secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan Pembelian. Nilai T Hitung pada variabel harga (X2) adalah sebesar1,997dengan tingkat signifikan 0,017, karena >1,997>1,998 dan 0,017<0,05 Maka HO ditolak dan HA diterima, harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Nilai T hitung pada variabel kualias produk (X3) sebesar 2,952 dengan tingkat signifikan 0,004. Karena >2,952>1,985 dan 0,004 <0,05 Maka HO ditolak dan HA diterima, kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 . Candra Hakim Arif Prasetya, Srikandi Kumadji, EdyYulianto, Universittas Brawijaya, Malang (2014) Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk Terhadap Kepercayaan serta Keputusan Pembelian. (Survei pada pembeli sepeda motor Honda Vario pada PT Sumber Purnama Sakti di Kabupaten Gresik) Citra Merek, Kualitas Produk, Kepercaya an, Serta Keputusan Pembelian Menujukkan bahwa Koefesien beta pada Hubungan citra merek terhadap Keputusan Pembelian adalah sebesar 0,007 (p<0,05) maka Keputusannya adalah Ho ditolak dan Citra Merek berpengaruh signifiakn terhadap keputusan Pembelian. 5 . Alfian B, Universitas Hasannudin, Makasar (2012) Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Kijang Innova Pada PT Hadji Kalla Cabang Polman Citra Merek (keunggula n asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek) dan Keputun Pembelin Beradasarkan pengujian secara simultan ternyata citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian, serta berdasarkan analisa seacara parsial ternyata hasil semua varibel citra merk (kekuatan, keunggulan, keunikan asosiasi merek) mempunyai pengaruh yang posisitif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Ujang Setiawan, Phatricia Dhiana, Andi Tri haryono, Universitas Pandanaran Semarang (2014) Pengaruh Citra Merek, Harga, Kualitas Produk, Dan Gaya Hidup, Terhadap Keputusan Pembelian Handphone BlackBerry Gemini Citra Merek, Harga, Kualitas Produk, gaya Hidup, serta Keputusan Pembelian Citra Merek secara parsial berpengaruh signifikan Terhadap Keputusan Pembelian. 6 Kualitas produk secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ C. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh kualitas Produk Terhadap Citra Merek. Produk adalah semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong 2012:266), sedangkan menurut Tjiptono dalam Zulfikar (2013) mendefenisikan kualitas sebagai kecocokan untuk pemakian (fitness for use). Defenisi ini menekankan orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan. Sehingga kualitas produk (product quality) menurut Kotler dan Amstrong (2012:272) adalah “one of marketer’s major positioning tools.Quality has a diect impact on product or service performance. Thus, it is closely linked to customer value and satisfaction”. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kualitas produk merupakan salah satu perangkat utamapemasar dalam mempromosikan dirinya di pasar. Hubungan Kualitas Produk terhadap citra merek adalah kualitas produk merupakan suatu bagian dari factor- factor yang membentuk dari citra merek itu sendiri, seperti yang diungkapkan Schiffman dan kanuk dalam Wiratama (2012), pada salah satu point factor-faktor yang membentuk citra merek adalah kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yag ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. Dengan demikian jika suatu produk dengan nama merek tertentu yang memiliki karakteristik kualitas yang sangat baik dalam hal 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ pemenuhan dan mengatasi pada setiap kebutuhan konsumen maka persepsi yang diciptkan konsumen saat menggunakan merek tersebut akan bernilai citra yang positif dengan citra merek yang berkualitas tinggi. Menurut Nurchoidah (Jurnal Wiga Vol 3 NO.1, Maret 2013 ISSN NO 2088-0944) menunjukkan bahwa Variabel kualitas produk mempengaruhi secara signifiikan terhadap brand imge (citra merek) ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 4,568 dengan probabilitas sebesar 0,000, oleh karena itu nilai porbabilitas <0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh terhadap brand image (citra merek). Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: HA1 : Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap Citra Merek 2. Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Citra Merek Harga adala jumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa Kotler dalam Haris (2013). Harga adalah salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan (Kotler dan Amstrong 2012:345) : semua elemen lainnya melambangkan biaya. Harga juga merupakan satu dari elemen baruan pemasaran yang paling fleksibel.Tidak seperti fitur produk dan komitmen penyalur, harga dapat berubah dengan cepat. 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hubungan Harga terhadap Citra merek adalah dalam pernyataan Tjiptono (2012: 152), terdapat 5 jenis tujuan penetapan harga, salah satu pointnya adalah Tujuan berdasarkan pada citra. Pada suatu perusahaan dalam menetapkan harga mempunyai tujuan tertentu mengenai merek barang dagangnya. Jika memilih menetapkan harga pada posisi prestise maka citra merek yang dihasilkan adalah merek tersebut memiliki citra merek dengan harga yang prestise berlaku juga sebaliknya jika perusahaan menetapkan harga yang murah dan dibawah rata-rata maka citra merek produk tersebut akan bernilai citra merek dengan harga murah. Sehingga harga mempunyai persepsi yang kuat dalam menilai citra merek. Serta hubungan harga terhadap Citra Merek adalah harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra merek. Menurut Nurchoidah (Jurnal Wiga Vol 3 NO.1, Maret 2013 ISSN NO 2088-0944) menunjukkan bahwa Variabel Harga mempengaruhi secara signifiikan terhadap brand imge (citra merek) ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 4,568 dengan probabilitas sebesar 0,000, oleh karena itu nilai porbabilitas <0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh terhadap brand image (citra merek). Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: HA2 : Persepsi Harga berpengaruh positif terhadap Citra Merek 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Pengaruh Citra Merek Terhadap keputusan pembelian. Brand Image (citra merek) adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image.Citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan olehkonsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memorikonsumen (Kotler, 2009:346). Citra Merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen (Rangkuti 2004:244). Citra Merek juga merupakan kesuluruhan dari persepsi konsumen mengenai merek tersebut, atau bagaimana cara mereka memandangnya yang mungkin tidak serupa dengan indentitas merek. Menurut Abul Haris Agung W (2013) mengenai pengaruh kualitas produk, kualitas layanan, harga, dan brand image terhadap keputusan pembelian mie setan di jember. Menyatakan dalam penelitian tersebut yaitu brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, penelitian tersebut dilakukan dengan total responden sebanyak 147 responden, dengan metode analisis pengolahan data dengan SEM (Structural Equation Modeling) dengan hasil koefesioen brand image terhadap keputusan pembelian memiliki jalur positif sebesar 0,041 yang berarti semakin baik brand image akan menaikkan keputusan pembelian. Nilai probabylitas (p) 0,041<0,05. 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: HA3 : Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian 4. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Pengertian Kualitas produk adalah tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit produk yang diproduksi oleh perusahaan terhadap konsumen. Tingkat kesesuaian dan pemenuhan produk didasarkan oleh keinginan dan kebutuhan konsumen. Hal ini menyatakan bahwa kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari perusahaan, mengingat kualitas produk berkaitan erat dengan pengambilan keputusan pembelian. Setiap perusahaan atau produsen harus memiliki ukuran kualitas yang akan menunjang peningkatan dan pengembangan produk dipasar. Menurut Adam Akbar (2012) dalam penelitiannya yaitu, analisi pengaruh citra merek, harga, terhadap keputusan pembelian notebook Toshiba, menyatakan kualitas produk mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap keputusan pembelian. Nilai T hitung pada variabel kualitas produk (X3) adalah sebesar 2,952dengan tingkat signifikan 2,952>1,985 dan 0,004<0,05 maka disimpulkan kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian. 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: HA4 : Kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian 5. Pengaruh Persepsi Harga terhadap Keputusan Pembelian Harga merupakan salah satu bauran pemasaran yang dapat digunakan perusahaan untuk menentukan besarnya volume secara langsung dan laba yang ingin dicapai perusahaan. Harga sering dikaitkan dengan kualitas produk dan layanan yang diberikan perusahaan dan harga produk pesaing yang beredar dipasaran. Berdasarkan hasil penelitian Rizky Iryanita, Y Sugiarto (2013) menyatakan, hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel persepsi harga diperoleh nilai koefesiensi regresi memiliki arah positif dan nilai T hitung 2,521 dengan tingkat signifikan 0,015. Dengan menggunakan batas signifikan 0,05, maka nilai signifikansi 0,015 tersebut lebih kecil dari pada 0,05 dengan demikian menyatakan bahwa persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: HA5 : Persepsi harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian 58 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dari rerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis diatas, maka dapat digambarkan model penelitian pada gambar 2.2 HA4 Kualitas Produk (X1) HA1 Citra Merek (Y) HA3 HA2 Persepsi Harga (X2) Keputusan Pembelian (Z) (y) HA5 Gambar 2.2: Kerangka Pemikiran D. Hipotesa Berlandaskan teori kerja dan kerangka pemikiran tersebut diatas, hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: HA1 : Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap Citra Merek. HA2 : Persepsi Harga berpengaruh positif terhadap Citra Merek HA3 : Citra Merek berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian HA4 : Kualitas Produk bepengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian. HA5 : Persepsi Harga berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 http://digilib.mercubuana.ac.id/