BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga Saham Saham adalah surat

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain
yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas
aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain
dipenuhi jika terjadi likuiditas.
Husnan (2002:303), menyebutkan bahwa “sekuritas (saham) merupakan secarik
kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas
tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan
pemodal tersebut menjalankan haknya.” Sedangkan, menurut Tandelilin (2001:18)
“saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham.” Jadi, saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di
pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan, dimana saham tersebut
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari
perusahaan tersebut.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7), saham dapat dibagi menjadi
dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred
stock). Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling
yunior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak
istimewa). Karakterisktik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama
perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam
rapat umum pemegang saham (one share one vote). Pemegang saham biasa
Universitas Sumatera Utara
memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi
sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada
orang lain. Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak
pada 3 (tiga) hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama
masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan
(convertible) dengan saham biasa.
Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena
memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen
terlebih dahulu. Saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa,
karena jumlahnya yang sedikit.
Harga saham merupakan salah satu indikator kinerja manajemen dalam
pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan
memberikan kepuasan bagi investor secara rasional. Harga saham yang cukup
tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang
lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk
mendapatkan dana dari luar perusahaan. Harga saham menurut Susanto (2002:12),
yaitu “harga yang ditentukan secara lelang kontiniu.” Sedangkan, menurut
Sartono (2001:70), “harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan
dan penawaran di pasar modal”.
Harga saham mengalami perubahan naik turun dari satu waktu ke waktu yang
lain. Perubahaan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham akan
cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran, maka harga saham
cenderung turun. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka
harga saham akan cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran,
Universitas Sumatera Utara
maka harga saham cenderung turun. Sehingga perubahan harga saham
mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Jenis informasi yang
merupakan sinyal penting untuk menilai keadaan tersebut adalah laba dan dividen.
Dan informasi yang berkaitan dengan dividen meliputi dividen payout ratio dan
earning per share.
Penilaian atas saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian
variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diamati menjadi perkiraan
tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba
perusahaan, dividen yang dibagikan, aset perusahaan, variabilitas laba dan
sebagainya. Secara umum ada dua analisis yang sering digunakan dalam
melakukan analisis harga saham, yaitu analisis teknikal (technical analysis) dan
analisis fundamental (fundamental analysis).
a) Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan analisis yang memperhatikan
perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Analisis ini akan
menentukan nilai saham dengan menggunakan data pasar dari saham,
seperti harga dan volume transaksi saham. Harga suatu saham akan
ditentukan oleh penawaran (supply) dan permintaan (demand)
terhadap saham tersebut.
Menurut Widoatmodjo (2005:77), “analisis teknikal
merupakan salah satu metode penilaian saham dengan mengamati
pembentukan harga saham dengan berbagai varian yang mungkin
terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya”. Analisis
teknikal mengasumsikan bahwa harga saham mencerminkan informasi
yang ditujukan oleh perubahan harga di waktu lalu sehingga
perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut
akan berulang.
Analisis teknikal biasanya menggunakan data yang dianalisis
dengan menggunakan grafik atau program komputer. Dengan
mengamati grafik tersebut dapat diketahui bagaimana kecenderungan
harga, memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan,
Universitas Sumatera Utara
serta memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan
keluar pasar.
b) Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan alat analisis yang sangat
berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Widoatmodjo
(2007:263) menyatakan bahwa “analisis fundamental sebenarnya
merupakan metode analisis saham dengan melakukan penilaian atas
laporan keuangan.” Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:189),
“analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian
saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait
kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan”.
Dengan demikian analisis fundamental merupakan analisis yang
berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai
suatu saham.
Analisis fundamental mencoba memperhitungkan harga saham
di masa yang akan datang dengan : (1) mengestimasi nilai faktorfaktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang
akan datang dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham. Beberapa data atau indikator
yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah :
pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau
pengembalian ekuitas, margin laba, dan data-data keuangan lainnya
sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi
pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian terhadap
nilai saham yang sering digunakan para analisis sekuritas menurut
Kamaruddin (2004:81), yaitu:

Pendekatan nilai sekarang (present value)
Pendekatan nilai sekarang atau disebut juga dengan kapitalisasi
laba (capitalization of income method), melibatkan proses
kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi
nilai sekarang.

Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Salah satu pendekatan yang populer adalah dengan menggunakan
nilai pendapatan untuk memperkirakan nilai intrinsik, yaitu dengan
pendekatan Price Earnings Ratio (PER), atau disebut juga dengan
earnings multiplier.
Universitas Sumatera Utara
Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan
melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis
industri dan akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Analisis fundamental didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi
perusahaan tidak hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktorfaktor eksternal, yaitu kondisi ekonomi dan industri.
Kedua analisis harga saham baik yang dilakukan secara teknikal
maupun fundamental intinya adalah untuk memperkirakan keuntungan dan
resiko atas kepemilikan saham.

Keuntungan Pembelian Saham
Ekspektasi
atau
motivasi
setiap
investor
adalah
mendapatkan keuntungan dari transaksi yang mereka lakukan.
Saham memiliki potensi keuntungan dalam 2 (dua) hal, yaitu
pembagian dividen dan kenaikan harga saham (capital gain).
Deviden
merupakan
keuntungan
perusahaan
yang
dibagikan kepada semua pemegang saham. Biasanya dilakukan
satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu sendiri bisa berupa uang
tunai ataupun bentuk penambahan saham. Sedangkan capital gain
didapat berdasarkan selisih harga jual saham dengan harga beli.
Dimana keuntungan didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari
harga beli saham.

Resiko Kepemilikan Saham
Universitas Sumatera Utara
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13), ada beberapa
risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya yaitu:
a. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan diividen jika operasinya
menghasilkan keuntungan. Potensi ditentukan oleh kinerja
perusahaan tersebut.
b. Capital Loss
Dalam aktifitas perdagangan saham, investor tidak selalu
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang
dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham
dengan harga jual lebih rendah dari harga beli.
c. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi,
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek,
jika sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka
secara otomatis saham perusahaan tersebut akan
dikeluarkan dari bursa atau di-delist.
d. Saham di-delist dari bursa,
Resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika
saham perusahaan di-delist dari bursa umuumnya adalah
karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu
tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian
beberapa tahun.
e. Saham diberhentikan sementara (suspensi)
Di samping berbagai risiko di atas, risiko lain yang juga
“mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitasnya
adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan
perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang
menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya
hingga suspensi tersebut dicabut.
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan
setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus
mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari
internal maupun eksternal. Adapun fakotr internalnya antara lain adalah :
laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan
Universitas Sumatera Utara
total, penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan
pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar
mata uang, rumor dan sentimen pasar, penggabungan usaha (business
combination).
2.2 Set Kesempatan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana
yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada
berbagai bentuk investasi (Purnamasari, et al., 2009).
Keputusan investasi
dimulai dengan identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek
investasi modal.
Keputusan investasi juga disebut dengan keputusan
penganggaran modal, karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran
tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan (Brealey, et al., 2008:4).
Beberapa proksi yang digunakan dalam menghitung set kesempatan
investasi : proksi berdasarkan harga, proksi berdasarkan investasi, dan proksi
berdasarkan varian.
a. Proksi berdasarkan harga
Proksi berdasarkan harga ini percaya pada gagasan bahwa jika prospek yang
tumbuh dinyatakan dalam harga saham (Erlina, 2008 : 43). Perusahaan yang
tumbuh akan memiliki nilai pasar yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan
aktiva riilnya (assets in place).
b. Proksi berdasarkan investasi
Universitas Sumatera Utara
Proksi berdasarkan investasi ini percaya pada gagasan bahwa suatu level
kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu
perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang
investasi yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan di masa
berikutnya.
c. Proksi berdasarkan varian
Proksi berdasarkan varian ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan
lebih menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang
tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva
(Leman,2005). Berikut ini adalah beberapa proksi set kesempatan investasi.
Tabel 2.1
Proksi Kesempatan Investasi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
Set Kesempatan Investasi
Proksi Berdasarkan Harga
Market Value of Equity plus book of debt
Market to book value of assets
Market to book value of equity
Book to market value equity
Book to market value assets
Market value of the firm to book value of assets
Book value of propertyv, plant and equitment to firm value
Tobin's-q
Depreciation to firm value
Earning to price ratio
Gross proprty, plant and equitment to market value of the firm
Depreciation to total assets
Proksi Berdasarkan Investasi
R & D expense to firm value
R & D expense to firm assets
R & D expense to sales
Capital expenditure to market value of assets
Capital expenditure commited to total assets
Capital expenditure to book value of assets
Capital addition to assets book value
Capital addition to marketvalue of assets
Universitas Sumatera Utara
Proksi Berdasarkan Varians
Varians of total return
Market value beta
Assets beta
Varians of assets- deflacted sales
Ukuran Komposit
1
score factor
2
instrument variable
Sumber: Erlina (2008: 23)
1
2
3
4
Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah proksi berdasarkan harga yaitu
rasio Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE). Rasio MVEBVE
mengukur gabungan antara aliran kas yang berasal dari aset di tempat dengan
kesempatan investasi di masa depan. Rasio MVEBVE juga digunakan sebagai
proksi berbagai variabel seperti prestasi perusahaan.
2.3 Laba Per Saham
Ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan membuat
investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, karena hal itu
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan kepada
pemegang sahamnya yang dapat dilihat dari Laba per Saham atau Earning Per
Share (EPS). Laba per saham menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar saham
biasa. Apabila tidak terdapat dividen saham preferen, maka EPS dihitung dengan
membagi laba bersih setelah dikurangi pajak dengan jumlah saham biasa yang
beredar. Laba per saham adalah indikator yang baik untuk menilai kinerja operasi
perusahaan. Makin tinggi nilai EPS perusahaan, menunjukkan bahwa saham
perusahaan mempunyai keuntungan yang besar untuk tiap lembar sahamnya.
Rasio Laba per saham merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang
merupakan ikhtisar dari data informasi akuntansi yang berisi informasi yang
Universitas Sumatera Utara
bermanfaat. Menurut Aliminsyah dan Padji (2005:62), “Earning per share adalah
angka yang merupakan salah satu indikator tentang nilai perusahaan. Angka ini
dihitung sebagai laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.”
Laba per saham dirumuskan sebagai berikut:
EPS =
Laba per saham memiliki arti sangat penting bagi perusahaan karena
menyangkut laba yang diperoleh oleh tiap pemegang saham dalam perusahaan
tersebut. Kebanyakan perusahaan menampilkan laba per saham pada halaman
depan laporan keuangannya untuk menarik perhatian calon investor dan juga agar
investor yang telah terlebih dahulu menanamkan modalnya di perusahaan tersebut
tidak berpindah ke perusahan lain.
2.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya suatu perusahaan ditinjau
dari total aset yang dimiliki. Perusahaan kecil cenderung menggunakan modal
sendiri dan utang jangka pendek daripada utang jangka panjang karena biaya yang
lebih rendah. Sedangkan perusahaan besar cenderung memiliki sumber pendanaan
yang lebih kuat dan besar, misalnya beraktivitas di pasar modal.
Menurut Sawir (dalam Evayanti, 2013), ukuran perusahaan dapat menentukan
tingkat kemudahan perusahaan mendapatkan dana dari pasar modal, menentukan
kekuatan tawar-menawar dalam perjanjian keuangan, dan memungkinkan adanya
pengaruh skala dalam biaya dan return yang dapat membuat perusahaan yang
lebih besar memperoleh laba yang lebih banyak.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Elton dan Gruber (dalam Evayanti, 2013), perusahaan dengan skala yang
lebih kecil cenderung kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan
perusahaan yang berskala besar. Faktor-faktor pendukung dalam jumlah terbatas
membuat perusahaan kecil cenderung kurang menguntungkan dalam melakukan
aktivitas produksinya. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan total aset atau
besarnya harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan logaritma natural
dari total aset.
2.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang harga saham, antara
lain :
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Sugiartinings
ih (2004)
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Analisis
Variabel
Pengaruh antara Independen :
Earning
Per Earning
Per
Share Terhadap Share
Harga
Saham
(Studi
Kasus Variabel
Pada
Dependen
:
Perusahaan
Harga Saham
Manufaktur
Yang Go Publik
Di BEJ)
Cara
yang
Digunakan
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
linear
sederhana.
Populasi
diambil
dari
semua
perusahaan
maufaktur
yang go-publik
di Bursa Efek
Jakarta dalam
periode
pengamatan
tahun
2000
sampai tahun
2001
Hasil penelitian
EPS mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap return
saham untuk
perusahaan
manufaktur pada
kondisi EPSnya
konsisten positif.
Ini dapat dilihat
dari hasil regresi
terhadap
perkembangan
harga saham dari
79 emiten yang
menjadi sampel
dalam periode
pengamatan
tahun 2000 dan
Universitas Sumatera Utara
tahun 2001
menunjukkan
bahwa terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
EPS terhadap
return saham
Dr. Sanjeet Determinants of Variabel
Sharma
Equity
Share terikat:
Prices in India
Market price
of share
Backward
elimination
model
regression
Earning per share,
Dividend
per
share, Book value,
Dividend payout
ratio, dan Price
earning
ratio
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
harga
saham
Variabel
bebas:
Earning
per
share
Dividend per
share
Book value
Dividend
payout ratio
Price earning
ratio
Balachandra
Muniandy,
John Hillier,
dan Suvan
Naidu
(2009)
Paramitha
Idi Putri
Internal
Corporate
Governance,
Investment
Opportunity Set
and
Firm
Performance in
South
Africal/2009
Variabel
structural
terikat : nilai equation
saham
model (SEM)
Pengaruh EPS,
DER,
Kebijakan
Dividen, dan
Risiko
Sistematis
Terhadap
Harga Saham
Perusahaan
yang Terdaftar
di BEI (Sttudi
Variabel
Analisis
terikat : harga regresi linear
saham
berganda
Variabel
bebas : EPS,
DER,
Kebijakan
Dividen, dan
Risiko
Sistematis
Variabel bebas
:
Internal
Corporate
Governance,
Investment
Opportunity
Set
Internal corporate
governance
berpengaruh
positif terhadap
nilai saham
Investment
opportunity
berpengaruh
positif terhadap
nilai saham
EPS, DER,
Kebijakan
Dividen
berpengaruh
positif terhadap
harga saham
sedangkan
Resiko sistematis
berpengaruh
negatif namun
tidak signifikan
Universitas Sumatera Utara
Achmd
Syaiful
Susanto
(2012)
pada
Perusahaan
yang Masuk
LQ45 di BEI
2009-2011)
Pengaruh
terhadap harga
saham
variabel
- Secara simultan
Likuiditas,Prof
Analisis
regresi linear
terikat : harga berganda
itabilitas,Solva
saham
bebas
bilitas, dan
variabel
berpengaruh
Ukuran
bebas : Debt
signifikan
PerusahaanTer
to equity
terhadap harga
hadap Harga
ratio
saham
Saham
Current ratio
- Secara parsial,
PerusahaanFar
Return on
ROA
masi di BEI
assets
berpengaruh
- Firm size
positif tidak
seluruh variabel
signifikan
terhadap harga
saham
- Firm Size
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap harga
saham
Universitas Sumatera Utara
Sri
Hasnawati
(2005)
Dampak
Set
Peluang
Investasi
terhadap Nilai
Perusahaan
Publik di Bursa
Efek Jakarta
Dependen :
structural
Excess Return equation
to
Market, model (SEM)
SVOC
Independen:
Total Assets
Growth,
MTBA,
EPR,
CA/BVA,
Current Assets
to Total Assets
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa Set Peluang
Investasi memiliki
pengaruh
yang
signifikan terhadap
nilai perusahaan
2.6 Kerangka Konseptual
Berdasarkan telaah pustaka dari beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini
menggunakan variabel set kesempatan investasi, laba per saham, dan ukuran
perusahaan sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel
dependen. Kerangka koseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Set Kesempatan Investasi
(X1)
h1
Laba per Saham
(X2)
h2
Harga Saham
(Y)
Ukuran Perusahaan
(X3)
h3
h4
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis Penelitian
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Set Kesempatan Investasi Terhadap Harga Saham
Dalam teori manajemen keuangan, ada trade-off antara risiko dan return.
Jika risiko suatu investasi lebih tinggi, return yang diharapkan juga tinggi dan
banyak para manajer mengetahui risiko untuk dipertimbangkan dalam menilai dan
mangambil keputusan investasi. Penilaian dan pemahaman trade-off antara risiko
dan return membentuk landasan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang
saham. Secara umum investor enggan terhadap risiko (overse risk). Jika risiko
lebih besar, investor mengharapkan return yang lebih besar. Return yang tinggi
tidak selalu disertai investasi berisiko. Investasi yang berisiko tidak akan
dilakukan oleh investor jika investasi tersebut tidak memberi harapan tingkat
return yang tinggi atau nilai perusahaan yang baik. Dengan demikian banyak
perusahaan melakukan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan tentunya
dengan memilih risiko yang terkecil, hal ini akan bertujuan untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam mencapai profitabilitas yang nantinya jika profitabilitas tercapai
akan dapat membagikan deviden yang besar, dan secara tidak langsung harga
saham naik, dan tentunya berpengaruh pada naiknya nilai perusahaan. Hal ini
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati (2005:123) yang
menyatakan investment opportunity set berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian keterkaitan antara set kesempatan investasi dengan
harga saham dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut:
H1: Set kesempatan investasi mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham
2.7.2 Laba per Saham Terhadap Harga Saham
Universitas Sumatera Utara
Laba per saham adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah
lembar saham. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan
harapan akan memperoleh dividend atau capital gain. Laba biasanya menjadi
dasar penentuan pembayaran dividend dan kenaikan nilai saham dimasa datang.
Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang
dilaporkan perusahan. Kenaikan EPS atau penurunan EPS dari tahun ke tahun adalah
ukuran penting untuk mengetahui baiknya pekerjaan yang dilakukan perusahaan
untuk pemegang saham. EPS yang tinggi akan diminati oleh investor sehingga harga
saham akan meningkat. Karena EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan
tersebut mampu memberikan tingkat kesejakteraan yang lebih baik kepada pemegang
saham. Sedangkan EPS yang rendah menunjukan perusahaan gagal memberikan
keuntungan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Apabila Earnings per
Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang mau membeli
saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Paramitha Idi,
2013). Dengan demikian keterkaitan antara laba per saham dengan harga saham
dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut:
H2: Laba per saham mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham.
2.7.3 Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham
Ukuran perusahaan (Firm Size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan
dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva. Perusahaan yang
lebih besar memiliki pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan perusahaan
kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) saham perusahaan besar lebih besar
dibandingkan return saham pada perusahaan berskala kecil. Dengan demikian
keterkaitan antara ukuran perusahaan dengan harga saham dapat dirumuskan
melalui hipotesis sebagai berikut:
H3: Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham.
2.7.4 Investment Opportunity Set (IOS), Earning Per Share (EPS), dan Firm Size
Terhadap Harga Saham
Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil penelitian
terdahulu, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini :
H4: Set kesempatan investasi, laba per saham, dan ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh positif terhadap harga saham.
Universitas Sumatera Utara
Download