BAB IV SEJARAH GEOLOGI Sejarah geologi daerah penelitian dapat disintesakan berdasarkan ciri litologi, umur, lingkungan pengendapan, hubungan stratigrafi, mekanisme pembentukan batuan dan pola strukturnya. Selain itu juga berdasarkan hasil interpretasi data-data geologi baik di lapangan maupun dari literatur para peneliti terdahulu yang menyangkut sejarah geologi regional. Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dari Kala Miosen Tengah ketika batuan tertua yang tersingkap pertama kali diendapkan hingga saat ini (Resen). Pada Kala Miosen Tengah, pada selang waktu N9 – N12 (Gambar 6.1), diendapkan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian yaitu Satuan Batupasir pada lingkungan laut sebagai endapan gosong lepas pantai (offshore bar). Sumber sedimen satuan ini relatif berasal dari utara-timurlaut daerah penelitian. Pada Kala Miosen Tengah, di antara N13 – N14 (Gambar 6.2), diendapkan Satuan Batugamping dan Satuan Batulempung secara selaras di atas Satuan Batupasir. Satuan Batugamping diendapkan pada lingkungan laut zona neritik tepi – neritik tengah dengan geometri reef slope – reef crest. Satuan Batulempung diendapkan pada lingkungan laut zona neritik luar – batial atas dengan geometri slope – basin. Kondisi tektonik relatif stabil pada kala ini karena memungkinkan adanya pertumbuhan terumbu. Satuan Batugamping yang diendapkan di utara daerah penelitian berubah fasies dan saling menjari dengan Satuan Batulempung yang diendapkan di selatan daerah penelitian. Perubahan lingkungan pengendapan pada kala ini menunjukkan terjadinya kenaikan muka laut (transgresi), yang pada akhirnya mengakibatkan pertumbuhan terumbu terhenti (drowning) digantikan oleh pengendapan Satuan Batulempung (Gambar 6.3). Menurut informasi regional, dikemukakan bahwa pada Miosen Akhir di daerah Cibinong diendapkan Formasi Subang (Martodjojo, 2003). Akan tetapi, pada Peta Geologi Regional Lembar Jakarta yang disusun oleh Turkandi dkk (1992) menyatakan bahwa Formasi Subang tidak tersingkap di daerah penelitian. Penulis juga tidak menemukan litologi yang mirip dengan ciri litologi Formasi Subang, tersingkap di daerah penelitian. Berdasarkan hal – hal yang telah 29 diuraikan tersebut, disimpulkan bahwa Formasi Subang kemungkinan diendapkan di daerah penelitian. Namun telah tererosi, sehingga tidak ditemukan singkapannya di daerah penelitian. Struktur geologi daerah penelitian kemudian berkembang pada saat mengalami suatu fasa deformasi berupa tektonik kompresional yang menyebabkan terbentuknya zona anjakan – lipatan berupa sesar naik (sesar anjakan) berasosiasi dengan lipatan dan sesar mendatar yang diduga terjadi antara Kala Miosen Akhir - Pleistosen (Gambar 6.4). Tegasan utama terbesar yang menyebabkan deformasi pada kala itu relatif berarah NNE-SSW. Hal ini menunjukkan pola struktur daerah penelitian relatif berarah WNW-ESE. Martodjojo (2003) menyatakan pada permulaan Kala Pliosen terutama pada akhir Pliosen, terlihat perpindahan busur vulkanik ke tengah Pulau Jawa, yang sebelumnya pada Kala Miosen berada di selatan Pulau Jawa. Perpindahan ini mengakibatkan status beberapa cekungan di Jawa berubah. Perubahan status ini menyebabkan perubahan aktivitas tektonik menjadi tektonik kompresi. Pada Kala Plio-Pleistosen (Gambar 6.5) terjadi pengangkatan secara regional, yang kemudian menyebabkan satuan batuan sebelumnya tersingkap dan tererosi, serta mengubah lingkungan pengendapan dari darat menjadi laut. Setelah itu, pada Zaman Kuarter secara tidak selaras terjadi pengendapan satuan konglomerat pada lingkungan darat dan geometri kipas aluvial (Gambar 6.5). Struktur geologi daerah penelitian tidak berpengaruh pada Satuan Konglomerat. Berdasarkan literatur peta geologi regional Lembar Jakarta skala 1;100.000 (Turkandi dkk., 1992), sumber satuan ini diinterpretasikan berasal dari selatan daerah penelitian khususnya aktivitas vulkanisme gunung api kuarter. Proses erosi terus berlangsung sehingga membentuk morfologi bentang alam seperti saat ini. Proses ini disertai dengan sedimentasi berupa endapan aluvial secara tidak selaras di atas satuan batuan di bawahnya yang masih berlangsung hingga sekarang. 30 Gambar 6.1 Pengendapan Satuan Batupasir pada N9 – N12 (Miosen Tengah) dengan geometri offshore bar. Gambar 6.2 Pengendapan Satuan Batugamping yang menjemari dengan Satuan Batulempung pada N13 – N14 (Miosen Tengah). 31 Gambar 6.3 Pengendapan Satuan Batulempung pada N13 – N14 (Miosen Tengah). Gambar 6.4 Terjadinya deformasi rezim kompresi berarah NNE-SSW membentuk sistem perlipatan, sesar naik, dan sesar mendatar. 32 Gambar 6.5 Terjadi erosi yang cukup intensif, kemudian diendapkan Satuan Konglomerat pada sistem kipas aluvial. Erosi terus berlanjut hingga membentuk morfologi seperti sekarang. 33