Analisis Manajemen

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal dan Saham
Pasar modal sebagai salah satu jalur untuk permodalan perusahaan dalam
membiayai proyek dan assetnya, sehingga dapat pula menjadi indikasi awal dalam
pertumbuhan perekonomian. Pasar Modal dapat dijumpai di banyak negara karena
pasar modal menjalankan salah satu fungsi perekonomian. Dalam melaksanakan
fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk menyalurkan dana dari
investor kepada perusahaan yang terdaftar di pasar modal.
Dari sisi investor
mengharapkan akan memperoleh return dari dana yang ditempatkan, berupa capital
gain, maupun dividen dan juga keuntungan dari produk derivative, sedangkan dari
sisi perusahaan yang memperoleh dana dapat digunakan untuk mengelola assetnya,
yang pada akhirnya dapat menghasilkan keuntungan untuk masing-masing pihak.
Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivative dari efek. Jadi saham
adalah efek yang bersifat ekuitas dan diperdagangkan dalam pasar modal untuk
perusahaan yang terbuka..
7
8
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar
modal yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, Perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
utang ataupun modal sendiri. Pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga
jangka panjang. Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan (financial
market).
Pasar modal memperjualbelikan instrumen keuangan seperti saham,
obligasi, warrant, right, obligasi konvertibel dan berbagai produk turunan (derivatif)
seperti opsi (put dan call) dan Indeks LQ-45 periodik.
Menurut Teweles J. dan Bradley E. (1998, p4) dalam Pasar Modal terbagi
menjadi primary market dan secondary market. Penjualan yang pertama dari saham
perusahaan yang menerbitkan, kepada investor disebut sebagai primary distribution.
Penerbitnya, menggunakan dana yang dikumpulkan dari penjualan untuk memperluas
produksi, riset selanjutnya, membangun jembatan dan sebagainya. Karena sedikit
9
investor dapat diyakinkan untuk mengikat dana mereka secara tidak pasti,
kebanyakan saham adalah negotiable, dan pembeli awal mereka dapat menjual
kembali ke pihak yang tertarik dalam harga berapa saja yang secara mutu
memuaskan. Fungsi dari pasar modal yang akan menentukan harga. Setiap
perdagangan berikutnya dari primary offering, disebut secondary transaction. Untuk
itu setiap perdagangan saham dalam pasar modal adalah secondary secara alami.
2.1.2 Peranan Pasar Modal
Pada dasarnya terdapat tiga peranan strategis dari pasar modal bagi
perekonomian suatu negara yaitu :
1. Sebagai alternatif sumber perhimpunan dana untuk perusahaan publik.
Pasar modal berfungsi sebagai sumber perhimpunan dana untuk perusahaan
publik, baik itu dari efek hutang obligasi, maupun dari efek ekuitas, yaitu penerbitan
saham. Sebagai alternatif pendanaan selain perbankan dan venture capital untuk
perusahaan privat, disini akan diperhitungkan cost of fund yang lebih murah untuk
kebijakan pendanaan perusahaan.
2. Sebagai alternatif investasi untuk para investor, sesuai dengan risk profile.
Investasi di pasar modal cukup menarik, untuk kategori investor yang mempunyai
risk profile adalah risk taker. Dengan ini investasi di pasar modal merupakan
kesempatan untuk berinvestasi dengan Expected Return yang tinggi, namun juga
10
dengan risk
yang lebih besar juga. Adapun investor mengharapkan keuntungan
melalui capital gain dan dividen dari para emiten.
3. Bagi pemerintah, pasar modal adalah penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Pasar modal merupakan indikasi awal pertumbuhan perekonomian, yang biasanya
apabila berlanjut ke sektor riil, maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi. Selain
keuntungan dari pajak, pemerintah juga memperoleh kentungan dari kemajuan
perusahaan publik, maupun perusahaan-perusahaan pendukungnya, seperti sekuritas
yang berfungsi sebagai; underwriter, Manajer Investasi, maupun dari perdagangan
sehari-harinya, yang mendorong pertumbuhan GDP dan penyerapan tenaga kerja.
2.1.3 Indeks Harga Saham
Di Bursa Efek Jakarta terdapat lima indeks yaitu :
1. Index individual yaitu indeks yang menggunakan harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya.
2. Indeks LQ45 yaitu perhitungan indeks yang menggunakan 45 saham tertentu
berdasarkan likuiditas saham dan disesuaikan setiap enam bulan.
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu perhitungan yang menggunakan
semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
11
4. Jakarta Islamic Indeks (JII) adalah indeks yang terdiri dari saham-saham yang
sesuai dengan Syariah Islam.
5. Indeks Harga Saham Sektoral yaitu indeks yang perhitungannya menggunakan
semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks sektoral terdiri
dari sepuluh sektor yaitu :
a. Pertanian.
b. Pertambangan.
c. Industri dasar dan kimia.
d. Aneka industri.
e. Barang konsumsi.
f. Manufaktur.
g. Properti dan real estate.
h. Infrastruktur dan transportasi.
i. Keuangan.
j. Perdagangan, jasa, dan investasi.
Fungsi adanya indeks di pasar modal adalah :
1. Sebagai indikator tren pasar.
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio.
4. Membantu pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
5. Membantu berkembangnya produk derivatif.
12
2.1.4
Saham dan Faktor-Faktor yang Menjadi Acuan
Pengambilan Keputusan
Menurut Pedoman Akuntansi Perusahan Efek Indonesia (2006, p6), saham
merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang dapat berbentuk warkat
atau tanpa warkat. Saham yang berbentuk warkat dinyatakan dalam bentuk Surat
Kolektif Saham (SKS) yang diterbitkan oleh Emiten. Sedangkan saham tanpa warkat
tercatat dalam Rekening efek di Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan (LPP)
secara elektronik atas nama LPP.
Menurut Teweles, J. dan Bradley E. (1998, p3), saham berarti kepemilikan
atau modal dalam suatu perusahaan. Saham diterbitkan dalam bentuk bagian, dan
bagian dari kepemilikan singkatnya menjelaskan apa saham itu.
Faktor-faktor yang menjadi acuan pengambilan keputusan investasi dalam
pasar saham:
1. Faktor Fundamental:
Di sini laporan keuangan yang diterbitkan perkuartalnya menjadi pedoman
investor untuk valuasi perubahan harga saham ke depannya. Di dalam
fundamental ini juga diperhatikan kondisi ekonomi makro, analisis
industrinya., kebijakan pemerintah, faktor indeks regional, dual listing saham-
13
saham lokal, perubahan kurs mata uang asing dan perubahan harga komoditi
yang dapat mempengaruhi harga saham.
2. Faktor Teknikal
Di sini disebut juga dengan psikologi pasar, dimana yang menjadi acuan,
adalah harga tertinggi per hari, harga terendah perhari, volume perdagangan
dan harga penutupan perharinya. Maka disini akan terlihat tren pergerakannya,
untuk acuan investor mengambil tindakan beli, jual atau menahan.
2.1.5 Jenis – Jenis Saham
Menurut Keown (2005, pp256-261), ada dua macam bentuk saham, yaitu
saham biasa (common stock) dan saham preferensi (preferred stock).
A. Saham Preferensi (Preferred Stock)
Saham Preferensi adalah gabungan dari saham umum dengan obligasi. Sama
dengan saham umum karena tidak emmpunyai tanggal kadaluarsa yang pasti,
tidak adanya pembayaran dalam dividen tidak berarti mengakibatkan
kebangkrutan, dividen tidak dipotong untuk tujuan pajak. Saham preferensi
mirip dengan obligasi, yaitu dividennya dibayar dengan jumlah yang tetap.
14
B. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa mencerminkan kepemilikan dalam perusahaan Saham biasa tidak
memiliki jangka waktu yang dapat kadaluarsa, tetapi akan tetap ada selama
perusahaan itu masih ada. Pembayaran dividen ditetapkan
oleh Dewan
Direksi sebelum mereka diterbitkan.
2.2 Analisis Fundamental
Menurut Damodaran (1994, p5), tema yang mendasari dalam analisis
fundamental adalah nilai sebenarnya dalam suatu perusahaan yang dikaitkan dengan
karakteristik finansialnya, yaitu prospek pertumbuhannya, profil risiko dan arus
kasnya. Setiap penyimpangan dari nilai sebenarnya mengindikasikan bahwa saham
tersebut adalah under valued (dibawah nilai sebenarnya) atau over valued (diatas nilai
sebenarnya).
Ini adalah strategi investasi jangka panjang, dengan sumsi yang
mendasari itu semua adalah (a) hubungan antar nilai dan faktor finansial yang
mendasari dapat diukur, (b) hubungannya adalah stabil sepanjang waktu, (c)
penyimpangan dari hubungan ini akan dikoreksi dalam periode waktu yang wajar.
Valuasi adalah fokus sentral dari analisis fundamental. Beberapa analis
menggunakan model discounted cash flow untuk menilai perusahaan-perusahaan,
sementara yang lain menggunakan perkalian seperti price earnings dan price book
value ratios.
15
Bodie, Kane, Marcus (2005, p377) menuliskan bahwa analisis fundamental
menggunakan prospek pendapatan dan dividen dari suatu perusahaan, ekspektasi dari
suku bunga di masa depan dan evaluasi risiko dari suatu perusahaan untuk
menentukan harga saham yang pantas. Pada akhirnya itu mencerminkan suatu usaha
untuk menentukan nilai sekarang yang telah didiskon dari semua pembayaran yang
akan diterima oleh pemegang saham dari setiap lembar sahamnya. Bila nilainya
melebihi harga saham, maka analis fundamental akan merekomendasikan untuk
membeli saham tersebut.
Analisa fundamental biasanya dimulai dari studi akan pendapatan sebelumnya
dan pemeriksaan akan neraca dari perusahaan. Mereka melengkapi analisis ini dengan
analisa ekonomi yang detail, yang biasanya meliputi evaluasi terhadap kualitas
manajemen, nama baik peusahaan tersebut dalam industrinya dan prospek dari
industri tersebut secara keseluruhan. Harapannya disini adalah untuk mencapai
pengertian yang mendalam terhadap performa masa depan dari suatu perusahaan,
yang masih belum diketahui oleh sisa pasar yang lain.
16
2.3
Laporan keuangan
Larson, Wild, Chiappetta (2002, pp18, 36-40) dalam bukunya menuliskan
akuntansi adalah suatu sistem informasi dan pengukuran yang mengidentifikasi,
mencatat dan mengkomunikasikan informasi yang relevan, terpercaya dan dapat
dibandingkan mengenai kegiatan dari aktivitas bisnis suatu organisasi.
Laporan keuangan merupakan bentuk dari pelaporan informasi akuntansi
terhadap pengguna internal dan eksternal suatu perusahaan. Empat laporan keuangan
yang utama adalah laporan rugi laba, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas. Yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:
1.
Laporan rugi laba melaporkan pendapatan yang dihasilkan dikurangi biaya
yang timbul dalam suatu bisnis selama periode waktu tertentu.
2.
Laporan perubahan ekuitas mengarah kepada kepemilikan pemilik terhadap
asset. Laporan ini sendiri melaporkan perubahan ekuitas selama periode tertentu.
3.
Neraca melaporkan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu, biasanya
pada akhir bulan, triwulan, atau tahun. Neraca itu sendiri melaporkan posisi keuangan
dalam sejumlah mata uang dari asset, kewajiban dan modal yang penting.
4.
Laporan arus kas melaporkan sumber arus kas masuk dan keluar selama
periode pencatatan. Laporan ini juga melaporkan jumlah kas di awal dan di akhir dari
suatu periode. Laporan arus kas dicatat berdasarkan kegiatan utama perusahaan, yaitu
kegiatan operasi, investasi dan pembiayaan.
17
2.4
Penilaian Laporan Keuangan
Menurut Keown (2005, p84), penilaian
laporan keuanagan berdasarkan
analisis rasio itu dibagi menjadi empat, yaitu firm liquidity, operating profitability,
financing decisions and return on equity (ROE).
Adapun rumus rasio tersebut, yaitu sbb:
1.
Firm Liquidity:
Ada 2 pendekatan untuk mengetahui likuiditas perusahaan. Pertama, kita
dapat melihat asset perusahaan yang secara relative lancer dan dibandingkan
dengan jumlah hutang yang harus segera dibayarkan dalam term berikutnya.
Kedua adalah kita dapat melihat seberapa cepat asset likuid perusahaan seperti
piutang dan persediaan diubah menjadi kas.
Mengukur likuiditas pendekatan ke 1:
Current ratio =
Current assets
Current liabilities
Current ratio mengindikasikan likuiditas dari suatu perusahaan, yang diukur
adalah asset likuid (current assets) relatif terhadap hutang likuid ( current
liabilities).
18
Acid test ratio=
Current assets - inventories
Current liabilities
Acid test ratio mengindikasikan likuiditas perusahaan, seperti diukur dalam
asset likuid, kecuali persediaan relative terhadap current liabilities.
Mengukur likuiditas pendekatan ke2:
Average
=
Collection
Accounts receivable
Daily credit sales
period
Average collection period mengindikasikan seberapa sering suatu perusahaan
mengkoleksi kredit, seperti diukur berdasarkan rata-rata hari pengambilan
mengkoleksi piutangnya.
Accounts
Receivable
Turnover
=
Credit sales
Accounts receivable
19
Accounts Receivable Turnover mengindikasikan seberapa sering mengkoleksi
kreditnya, seperti diukur berdasarkan jumlah beberapa kali piutang dikoleksi
dan diputar selama setahun.
Inventory
=
Turnover
Cost of goods sold
Inventory
Inventory turn over mengindikasikan relatif likuiditas dari persediaan, sebagai
jumlah dari berapa kali persediaan perusahaan digantikan dalam setahun.
2.
Operating Profitability
Bagaimana perusahaan mendapatkan profit operasi yang cukup dari assetnya?
Operating
Income
Return on
Investment
=
Operating income
Total assets
20
Operating Income Return on Investment mengindikasikan efektifitas dari
manajemen membuat operating profits dari asset perusahaan, seperti diukur
dalam profit operasi relatif terhadap total asset.
Operating
=
Profit
Operating income
Sales
Margin
Operating Profit Margin mengindikasikan efektifitas manajemen dalam
mengelola laporan rugi laba perusahaan, seperti diukur dari profit operasi
relatif terhadap penjualan.
Total asset
=
Turnover
Sales
Total assets
Total asset turnover mengindikasikan efektifitas manajemen dalam mengelola
neraca suatu perusahaan – asset perusahaannya- seperti dindikasikan dalam
jumlah penjualan yang dihasilkan per 1 dollar asset.
Accounts
Receivable
Turnover
=
Credit sales
Accounts receivable
21
Inventory
=
Turnover
Fixed assets
Inventory
=
Turnover
3.
Cost of goods sold
Sales
Net fixed assets
Financing Decisions
Bagaimana perusahaan membiayai assetnya?
Debt ratio
=
Total debt
Total assets
Debt ratio mengindikasikan berapa banyak hutang digunakan untuk
membiayai assetnya.
Times interest =
Operating income
Earned
Interest expense
Times interest earned mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
membayar beban bunganya, seperti diukur dari laba sebelum bunga dan pajak
relatif terhadap beban bunga.
22
4.
Return on Equity
Apakah pemegang saham menerima return yang cukup dari investasinya?
Return on
=
Equity
Net income
Common equity
Return on Equity mengindikasikan akuntansi rate of return dari investasi
pemegang saham, seperti diukur dalam net income relatif kepada common
equity.
2.5 Valuasi Saham
2.5.1 Peranan Valuasi Saham
Menurut Damodaran (1994, pp 7-8), peranan valuasi dalam:
1. Valuasi dalam analisis akuisisi.
Valuasi berperan utama dalam analisis akuisisi. Proses penawaran yang
dilakukan oleh pembeli terhadap target perusahaan harus menentukan harga yang
pantas sebelum akhirnya melakukan pembelian, dan pihak perusahaan yang dijual
harus menentukan nilai yang wajar untuk menyetujui atau menolak penawaran.
23
Ada juga beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam valuasi akuisisi
ini. Pertama, efek dari kesatuan nilai kedua perusahaan harus dipertimbangkan
sebelum diputuskan untuk membeli. Kedua efek terhadap nilai perusahaan ketika
mengganti manajemen dan mereksturisasi target perusahaan harus diperhitungkan
dalam menentukan harga yang pantas.
Pada akhirnya ada kemungkinan bias pada valuasi saham dalam akuisisi.
Dikarenakan target perusahaan dapat sangat optimistis dalam menentukan nilai
jual, khususnya apabila diakuisisi secara keseluruhan, dan mereka akan mencoba
menekankan bahwa harga penawaran terlalu rendah.
2. Valuasi dalam Keuangan Perusahaan
Dalam
kebanyakan
teori
keuangan
perusahaan,
tujuannya
adalah
maksimalisasi nilai perusahaan, hubungannya dengan keputusan keuangan,
starategi perusahaan, dan nilai perusahaan yang harus dibatasi. Dalam beberapa
tahun terakhir perusahan konsultan telah banyak menawari gagasan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Ini dapat terjadi dikarenakan ketakutan akan
akuisisi secara keseluruhan. Perusahaan telah meningkatkan peranan konsultan
untuk memberitahu mereka bagaimana restrukturisasi, meningkatkan nilai dan
mencegah untuk diambil alih secara keseluruhan.
Nilai dari perusahaan dapat dengan langsung berhubungan dengan
berdasarkan proyek yang diambil, berdasarkan bagaimana mereka membiayai,
24
dan berdasarkan keputusan dividen mereka. Mengerti hubungan ini adalah kunci
untuk keputusan meningkatkan nilai dan mengarah ke restrukturisasi keuangan.
2.5.2 Discounted Cash Flow Valuation
Menurut Damodaran (1994, p10), basis pengukuran ini berdasarkan peraturan
present value, dimana nilai dari setiap asset adalah nilai sekarang dari ekspektasi arus
kas terhadap asset tersebut. Arus kas akan bervariasi dari aset ke aset : dividen untuk
saham, kupon (bunga) dan nilai awal dari obligasi, dan arus kas setelah pajak
terhadap proyek yang sebenarnya. Discount rate akan mencerminkan risiko dari arus
kas yang diestimasi, dengan rate yang lebih tinggi untuk risiko yang lebih, dan rate
yang rendah untuk risiko yang lebih rendah.
2.5.2.1 Equity Valuation versus Firm Valuation
Menurut Damodaran (1994,p10) ada dua jalan dalam DCF: yang pertama
adalah bagaimana menilai modal saham dalam bisnis; yang kedua bagaimana menilai
perusahaan secara keseluruhan termasuk didalamnya modal, pemegang hak lain
dalam perusahaan (bondholders, preferred stock holders, dst). Sementara untuk kedua
25
pendekatan berbeda cara untuk arus kas yang didiskon, arus kas yang terkait dan rate
diskonnya.
2.5.2.2 Valuasi Perusahaan- Pendekatan Free Cash Flow to
Firm
Damodaran (1994, pp 144-145) dalam bukunya menuliskan mengenai valuasi
terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan dengan mendiskon akumulasi kas
terhadap seluruh pemegang hak pada perusahaan: dengan weighted average cost of
capital.
Ada 2 pendekatan untuk menghitung FCFF. Pertama adalah menambahkan
arus kas terhadap para pemegang hak:
FCFF= FCFE + interest expense (1- tax rate) + Principal repayments- new debt
issues + preferred dividens
Kedua adalah dengan menggunakan Earnings Before Interest and Taxes
(EBIT) sebagai basis dari perhitungan:
FCFF = EBIT(1-tax rate) + Depreciation – Capital expenditure – delta working
capital
26
Perbedaan antara FCFF dan FCFE utamanya dalam arus kas diasosiasikan
dengan hutang: pembayaran bunga, pembayaran pokok dan penerbitan hutang baru,
dan nonequity claim seperti preferred dividends. Untuk perusahaan pada level hutang
mereka, yang membiayai capital expenditures dan working capital needs dengan
campuran antara hutang dan modal dan menggunakan penerbitan hutang untuk
membiayai pembayaran kembali prinsipal, FCFF akan melebihi FCFE.
2.5.2.3 Valuasi Perusahaan – Pendekatan Free Cash Flow
to Equity
Damodaran (1994, p127) dalam bukunya menuliskan ada 2 cara untuk
menghitung modal dalam perusahaan, yaitu dividend discount model dan free cash
flow to equity model . Sementara dalam DDM dipergunakan basis janji akan arus kas
yang hanya akan diterima oleh pemegang saham adalah dividen. Pada sub bab ini
akan dibahas mengenai pendekatan arus kas yang tersisa terhadap jumlah modal
setelah dipotong semua kewajiban keuangan termasuk didalamnya jumlah
pembayaran hutang dan setelah menutup capital expenditure dan working capital
yang dibutuhkan.
FCFE adalah residual arus kas yang tersisa setelah memenuhi kewajiban
pembayaran bunga dan pokok dan memenuhi capital expenditures untuk keduanya
mempertahankan aset yang ada dan membuat asset yang baru untuk future growth.
27
FCFE = Net income + Depreciation – Capital Spending – delta working
capital – principal repayments + new debt issues.
2.6
Growth Value Map
Berdasarkan artikel Ludwig (2000, no 4, pp12-14), market capitalization yang
tinggi adalah objektif yang penting untuk perusahaan, keduanya untuk mengarahkan
persepsi dari sukses ekonomi dan membantu perusahaan-perusahaan untuk mencapai
tujuan startegis mereka.
Sebagai metrik dari performa perusahaan, market
capitalization merefleksikan keduanya, baik performa sekarang dan ekspektasi masa
depan. Bila kita membagi average market capitalization dari Eurostoxx50 ke dalam
nilai perpetuitas dari EPS sekarang (nilai dari performa sekarang) dan dari residual
value ( nilai dari ekspektasi pertumbuhan), trend yang menarik akan nyata: proporsi
dari rata-rata market capitalization perusahaan Eurostoxx50 yang berkaitan dengan
ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan, berkisar diantara 26% di tahun 1995 sampai
70% di tahun 1999. Ini menyarankan bahwa membangun ekspektasi jangka panjang
menjadi sangat relevan untuk active value management- sebuah realitas bahwa
banyak perusahaan masih belum memulai untuk mengalamatkan secara sistematis.
28
Metrik performa perusahaan yang tradisional, seperti price to earnings ratios,
market to book ratios,dan market value added, tidak secara jelas merefleksikan
pentingnya ekspektasi pertumbuhan. Sebagai hasilnya, banyak perusahaan sering
mengabaikan kesempatan untuk pertumbuhan, sehingga, terkadang membahayakan
untuk keselamatan perusahaan secara jangka panjang.
Growth value map adalah suatu alat diagnosa yang dapat digunakan untuk
menilai desakan strategis dan untuk menunjukkan pendongkrak yang paling strategis
untuk menciptakan suatu nilai. Menggunakan suatu standar indikator pasar modal
untuk performa perusahaan dan data yang terpublikasi seperti Bloomberg, datastream
dan laporan tahunan, juga data harga saham, GVM membuat menjadi mungkin untuk
tolok ukur dari performa perusahaan terhadap pesaing dan pasar, yang mengambil
tiga dimensi utama: performa perusahaan secara keseluruhan (diukur dari M/B value),
profitability, dan growth.
Sebagai metrik dari performa sekarang, ditunjukkan dalam sumbu horizontal,
yang dihitung dengan mengindentifikasikan porsi dari harga saham perusahaan dan
dihubungkan dengan nilai perpetuitas dari performa sekarang dibagi dengan figure
nilai buku perusahaan. Metrik untuk growth, ditunjukkan melalu sumbu vertical,
adalah perbedaan dari market capitalization dan nilai performa sekarang sebagai nilai
residu, dan sekali lagi dinormalisasikan dengan nilai bukunya.
29
Ada 2 sumbu dalam Gowth Value Map, yaitu:
1.
Sumbu Horizontal: yang mencerminkan metric untuk performa
perusahaan sekarang. Dihitung dengan mengidentifikasi dari proporsi harga
saham perusahaan yang dihubungkan ke nilai perpetuitas dari performa
sekarang dan dibagi dengan book value dari perusahaan.
2.
Sumbu Vertikal: yang mencerminkan metric
untuk pertumbuhan.
Dihitung dari perbedaan antara market capitalization dan nilai dari performa
sekarang sebagai nilai residual, dinormalisasi dengan book value.
Ada empat kuadran dari performa perusahaan secara keseluruhan, yaitu:
1.
Excellent Value Managers. Pasar modal mengekspektasi perusahaan
yang masuk ke dalam kuadran ini untuk melebihi benchmark mereka dalam
hal profitability dan growth.
2.
Expectation builders. Pasar modal mengekspektasi keuntungan
yang relatif rendah pada perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kuadran
ini, tetapi yang mempunyai ekspektasi pertumbuhan yang luar biasa. Ini
sebenarnya adalah posisi yang berisiko; berapa lama pasar dapat menerima
rencana
yang
bagus,
sebelum
akhirnya
menjadi
tidak
sabar
dan
menghukumnya menjadi seuatu yang tidak tercapai.
3.
Traditionalists. Pasar modal mempunyai ekspektasi rendah terhadap
pertumbuhan yang potensial dari perusahaan-perusahaan yang masuk ke
dalam kuadran ini, meskipun mereka mempunyai keuntungan yang superior
dalam jangka pendek. Apakah ekspektasi yang rendah ini mengarah kepada
30
aspirasi manajemen yang lemah atau pada rendahnya relasi investor yang
membuat pasar menganggap rendah nilai perusahaan.
4.
Asset Loaded Value Managers. Beberapa perusahaan mengalami
kesulitan diantara 2 sumbu. Bila nilai buku mereka tidak berubah karena
penerbitan saham baru, nilai pasar mereka yang rendah mencerminkan
kegagalan dalam hal menciptakan nilai secara efektif. Beberapa perusahaan
gagal untuk membangkitkan pemegang saham mereka mengenai keuntungan
jangka pendek atau prospek pertumbuhan jangka panjang mereka dan juga
harga. Beberapa perusahaan ini memerlukan restrukturisasi dan membuat
strategi pertumbuhan. Bahayanya: perusahaan yang mempunyai manajamen
rendah dapat diambil alih dan diambil assetnya.
Dengan manajemen ekspektasi adalah dengan penting meningkatkan elemen
penting dari manajemen nilai untuk kedua keuntungan jangka pendek dan
pertumbuhan jangka yang lebih panjang. Growth value maps mengikat market
capitalization dari perusahaan berdasarkan pergerakan strategis di masa lampau dan
memfasilitasi analisis terstruktur dari strategis potensial yang mengarah kepada
penciptaan nilai.
31
Gambar 2.1 Growth Value Map
2.7 Teori Portfolio Saham
Teori Portfolio adalah suatu pendekatan investasi yang dikembangkan
ekonom University of Chicago Harry M. Markowitz (1927- ), yang memenangkan
Nobel Prize in economics dalam tahun 1990. Teori Portfolio memperbolehkan
investor untuk menghitung baik dari expected risks dan returns, seperti diukur secara
statistik, untuk portfolio investasi mereka. Markowitz mendeskripsikan bagaimana
32
cara mengkombinasi aset-aset mereka ke dalam efficiently diversified portfolios.
Merupakan posisi dia yang membuktikan bahwa risiko portfolio dapat dikurangi dan
expected rate of return dapat dimprovisasi jika investasi mempunyai pergeraka harga
yang tidak sama bila dikombinasi (mendekati korelasi -1 semakin bagus untuk
diversifikasi).
Ada 2 tipe strategi portfolio, yaitu:
1. Passive Portfolio Strategy:
Strategi yang melibatkan ekspektasi minimal input, dan daripada bergantung
pada diversifikasi, lebih kepada menyesuaikan dengan performa dari indeks
pasar. Strategi pasif, mengasumsi pasar akan mencerminkan semua informasi
yang ada dalam harga dari pada sekuritas-sekuritas.
2. Active Portfolio Strategy
Suatu strategi yang menggunakan informasi yang tersedia dan meramalkan
teknik-teknik untuk mencari performa yang lebih baik daripada potfolio yang
secara sederhana didiversifikasi secara luas.
Masih ada 3 tipe dari portfolio, yaitu:
1. The Patient Portfolio
Tipe ini menginvestasi pada saham-saham terkenal. Yang banyak membayar
dividen dan para kandidatnya untuk membeli dan menahannya untuk jangka
waktu yang panjang. Mayoritas secara luas dalam saham di portfolio ini
merepresentasikan pertumbuhan klasik dari perusahaan-perusahaan, yang
33
diekspektasi dapat menghasilkan keuntungan yang lebih dari basis biasa
dibandingkan kondisi ekonomi.
2. The Aggressive Portfolio
Portfolio ini menginvestasi pada saham-saham yang mahal, dalam
pengukurannya seperti price earnings ratio, yang menawarkan return yang
tinggi, tetapi risk yang besar juga. Portfolio ini mengkoleksi saham-saham
yang dengan cepat bertumbuh dari semua ukuran, yang beberapa tahun ke
depannya diharapkan memberikan pertumbuhan tahunan laba yang sangat
cepat.
3. The Conservative Portfolio:
Mereka yang masuk dalam golongan ini memilh saham dari yield, seperti
pertumbuhan laba dan sejarah dividen yang stabil.
Terdapat empat langkah pendekatan teori portofolio yang dianjurkan penulis
dalam membentuk portofolionya. Pertama, security identification, yang menjelaskan
sekuritas mana yang dipilih berdasarkan expected return dan risknya sesuai dengan
risk profile dari investor dibanding dengan investasi bebas risiko (SBI). Kedua,
portfolio allocation, yaitu pengaturan proporsi portfolio yang optimal
dengan
diversifikasi sekuritas yang berkorelasi negatif untuk mendapatkan return yang
optimal dan minimize risk. Ketiga, security valuation, yaitu valuasi sekuritas untuk
mendapatkan intrinsic values atau nilai wajar untuk implementasi pembelian
portfolio. Keempat, benchmark performance,
yakni membandingkan kinerja
portfolio aktif kita dengan indeks yang berlaku atau portfolio lain.
34
Doherty (2000, pp 141-145) membagi risiko investasi saham menjadi 2, yaitu
systematic (market) risk dan unsystematic (non-market) risk. Systematic risk adalah
risiko pasar yang dikandung oleh setiap saham, karena pergerakan harganya itu
bergerakan secara sistematis dengan indeks pasar saham. Istilah pengukuran untuk
systematic risk itu disebut dengan Beta, yaitu semakin tinggi beta , maka semakin
sensitif return saham dengan perubahan dalam indeks pasar saham. Sementara ada
variasi yang tidak dapat dijelaskan dalam return saham dalam korelasinya dengan
indeks pasar, dan komponen risiko itu disebut dengan unsystematic risk.
Bodie (2005, pp 240—246) pada bukunya menuliskan, dalam seleksi model
portfolio markowitz, kita dapat mengambil kesimpulan secara umum dengan kasus
dari banyak sekuritas yang berisiko dan sebuah asset yang bebas risiko. Seperti dalam
dua sekuritas yang berisiko, mempunyai 2 masalah. Pertama, kita harus
mengidentifikasikan kombinasi risk dan return yang tersedia dari suatu set aset yang
berisiko. Berikutnya, kita mengidentifikasi optimal portfolio dari aset yang berisiko
dengan menemukan dengan menemukan portfolio weights yang mempunyai hasil
yang mempunyai hasil dalam CAL yang curam. Pada akhirnya, kita memilih portfolio
yang komplit dengan mengkombinasi asset yang bebas risiko dengan portfolio
berisiko yang optimal.
Langkah pertama adalah menentukan kesempatan risk return yang tersedia
bagi para investor. Ini bisa disimpulkan dengan minimum variance frontier dari aset-
35
aset yang berisiko. Frontier ini adalah grafik dari kemungkinan varians yang terendah
yang dapat dicapai untuk portfolio expected return yang diberikan. Dari input data
yang diberikan untuk expected returns, variances dan covariances, kita dapat
menghitung minimum variance portfolio untuk setiap target expected return.
Dari grafik efficient frontier line kita dapat menunjukkan kepada kita bahwa
memegang satu risky asset adalah tidak efisien. Dengan mendiversifikasi investasi
mengarah pada portfolio dengan expected return yang lebih tinggi dan
standar
deviations yang lebih rendah.
Untuk setiap portfolio yang berada pada porsi yang lebih rendah dari minimum
variance frontier, adalah portfolio dengan standar deviasi yang sama dan memiliki
expected return yang lebih besar di posisi d yang lebih atas. Sementara yang berada di
bawah posisi minimum variance frontier adalah inefisisen.
Langkah kedua adalah untuk rencana optimalisasi yang melibatkan risk free
asset. CAL yang bersinggungan dengan kurva efficient frontier adalah optimal risky
portfolio.
Langkah terakhir adalah pada saat investor sebagai individu memilih
campuran yang sesuasi antara optimal risky portfolio dengan T-Bills.
Download