EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DAN SIMVASTATIN TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH DAN BOBOT BADAN PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) HIPERKOLESTEROLEMIA ANDI FITRA ARDIANSYAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Efektivitas Pemberian Ektrak Kunyit (Curcuma Domestica) dan Simvastatin terhadap Kadar Kolesterol Darah dan Bobot Badan pada Kelinci (Orytolagus Cuniculus) Hiperkolesterolemia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 29 September 2014 Andi Fitra Ardiansyah NIM B04100008 ABSTRAK ANDI FITRA ARDIANSYAH. Efektivitas Pemberian Ektrak Kunyit (Curcuma Domestica) dan Simvastatin terhadap Kadar Kolesterol Darah dan Bobot Badan pada Kelinci (Orytolagus Cuniculus) Hiperkolesterolemia. Dibimbing oleh ISDONI dan BAMBANG KIRANADI. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kadar kolesterol kelinci yang diberi diet kaya kolesterol (hiperkolesterol) dan diberi pengobatan dengan simvastatin dan ekstrak kunyit. Sembilan ekor kelinci jantan dengan bobot 1.5-2.1 kg yang berumur 1 tahun dibagi menjadi 3 kelompok; Kelompok kontrol (tidak mendapatkan perlakuan); kelompok hiperkolesterol, yang diberi diet kaya kolesterol kemudian diberi simvastatin; kelompok hiperkolesterol, yang diberi diet kaya kolesterol kemudian diberi ekstrak kunyit. Kelompok hiperkolesterol berasal dari diet berupa minyak kelapa yang dipanaskan selama 10 menit dan kuning telur selama 3 minggu kemudian diberi simvastatin dengan dosis 1.2mg/kg bobot badan dan ekstrak kunyit dengan dosis 1,66ml/kg bobot badan pada minggu selanjutnya. Pengukuran kadar kolesterol darah menggunakan kit NESCO AMS Chol4/092711. Data yang didapatkan dianalisis dengan Microsoft Excel dan dan Analysis of Variance (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Penelitian ini memperlihatkan bahwa diet minyak kelapa dengan dosis 4% dari total pakan 100 g per ekor per hari dan kuning telur dengan dosis 1 butir telur dapat meningkatkan kadar kolesterol darah pada minggu ke-2 pemberian. Pemberian simvastatin dan ekstrak kunyit dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada minggu pertama pemberian. Kata kunci : Ekstrak kunyit, hiperkolesterolemia, kelinci, simvastatin, ANDI FITRA ARDIANSYAH . Effectiveness of Giving Extract Turmeric (Curcuma domestica) and Simvastatin on Blood Cholesterol Levels and Body Weight in Rabbit (Oryctolagus cuniculus) Hypercholesterolemia. Supervised by ISDONI and BAMBANG KIRANADI ABSTRACT This study was conducted to observe cholesterol levels of rabbits fed a diet high cholesterol (hypercholesterolemia) and treatment with simvastatin and turmeric extract. Nine male rabbits weighing 1.5-2.1 kg with aged 1 year were divided into 3 groups; control group (untreated), hypercholesterolemia group fed a diet high of cholesterol then given simvastatin, hypercholesterolemia group fed a diet high cholesterol then given extracts of turmeric. Hypercholesterolemia group derived from the diet in the form of palm oil which is heated for 10 minutes also egg yolks for 3 weeks and then given simvastatin at a dose of 1.2mg / kg of body weight and turmeric extracts with 1.66ml dose / kg of body weight in the next week. Measurement of blood cholesterol levels using the kit NESCO AMS Chol4 / 092 711. The data obtained were analyzed with Microsoft Excel and and Analysis of Variance (ANOVA) with a confidence level of 95% and followed by Duncan's test. This study shows that dietary coconut oil at a dose of 4% of the total feed of 100 gram and egg yolk with 1 egg doses can increase blood cholesterol levels at week-2 gived. Treatment with simvastatin and turmeric extract can lower blood cholesterol levels in the first week of treatment. Keywords: Hypercholesterolemia, rabbit, simvastatin, turmeric extract EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DAN SIMVASTATIN TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH DAN BOBOT BADAN PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) HIPERKOLESTEROLEMIA ANDI FITRA ARDIANSYAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ―Efektivitas Pemberian Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) dan Simvastatin terhadap Kadar Kolesterol Darah dan Bobot Badan pada Kelinci (Orytolagus cuniculus) Hiperkolesterolemia‖ ini berhasil diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dengan segala hormat dan setulus hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orangtua penulis Andi Arifuddin Patturungi dan Rosmiati Mandjade, 2. Saudara tercinta Andi Rosman Arfan, Andi Mursid Nugraha, Andi Novia Kartika Sari, Andi Aditya Nugraha, Andi Muh. Tegar Satria. 3. Drh Isdoni MBiomed AIF, dan Dr Bambang Kiranadi MSc PhD AIF sebagai dosen pembimbing yang telah memberi pengarahan dalam persiapan pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 4. Drh Titiek Sunartatie MS sebagai dosen pembimbing akademik. 5. Dr.drh. Aryani Sismin Satyningtijas, MSc AIF, atas arahan dan bimbingannya. 6. Dr Drh Hera Maheswari MSc AIF sebagai dosen penguji dalam seminar hasil penelitian. 7. Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman MSi dan Drh Vetniza Juanintito MSi PhD APVet sebagai dosen penguji ujian akhir sarjana kedokteran hewan. 8. Kepada Arnis Setiani Isma atas dorongan dan semangatnya selama ini serta kepada segenap Keluarga Teratai Foundation atas dukungannya Kukuh, Coty, Japra, Rahmad, Indra, Wisnu, Mariska, dan Saras terima kasih atas semangat dan doa yang diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang berkepentingan. Bogor, 29 September 2014 Andi Fitra Ardiansyah DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE 3 Bahan 4 Alat 4 Prosedur Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil 6 Pembahasan 6 SIMPULAN DAN SARAN 10 Simpulan 10 Saran 10 DAFTAR PUSTAKA 10 LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 18 DAFTAR TABEL 1. Kadar kolesterol darah kelinci selama pengamatan 2. Bobot badan kelinci selama pengamatan DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. Metode pelaksanaan penelitian Kadar kolesterol darah kelinci selama pengamatan Penghambatan HMG Co-A reduktase oleh Bobot badan kelinci selama pengamatan simvastatin DAFTAR LAMPIRAN 1. Analisis statistika deskriptif kelompok kontrol 2. Analisis statistika ANOVA kelompok kontrol 3. Analisis statistika Post Hoc kelompok kontrol 4. Analisis statistika deskriptif kelompok perlakuan kunyit 5. Analisis statistika ANOVA kelompok perlakuan kunyit 6. Analisis statistika Post Hoc kelompok perlakuan kunyit 7. Analisis statistika deskriptif kelompok perlakuan simvastatin 8. Analisis statistika ANOVA kelompok perlakuan simvastatin 9. Analisis statistika Post Hoc kelompok perlakuan simvastatin 10. Analisis statistika bobot badan kelinci selama perlakuan PENDAHULUAN Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit degeneratif yang sering terjadi dan mematikan di negara industri maupun negara berkembang seperti Indonesia. Pola hidup yang tidak sehat menjadi pemicu terjadinya berbagai macam penyakit. Fenomena konsumsi makanan cepat saji yang kandungan kolesterolnya tidak terkontrol merupakan faktor predisposisi kejadian penyakit tersebut. Satu diantara tiga penduduk dunia, pada 2001 meninggal karena penyakit kardiovaskular. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 juga mencatat sekitar 17 juta orang meningal karena penyakit kardiovaskular. Kolesterol tubuh berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan yang disebut kolesterol eksogen dan yang diproduksi oleh tubuh sendiri disebut kolesterol endogen. Masalah yang utama yaitu ketika kadar kolesterol dalam darah tersebut melebihi batas normal atau disebut hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia dapat terjadi karena beberapa faktor seperti bobot badan, usia, kurang olahraga, stres, gangguan metabolisme, kelainan genetik dan pola makan yang tinggi kadar kolesterol dan lemak jenuh (Grundy 1991). Hiperkolesterolemia juga dapat terjadi pada wanita yang kekurangan hormon estrogen (Ganong 1995). Telah banyak penelitian yang dilakukan tentang obat untuk mengurangi kadar kolesterol darah termasuk pengobatan yang berasal dari tanaman herbal. Biodiversitas tanaman herbal di Indonesia dan potensinya sebagai bahan bioaktif perlu dikaji lebih mendalam. Hal inilah yang mendasari pemikiran penggunaan ekstrak kunyit dalam upaya pencegahan hiperkolesterolemia yang dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kolesterol pada pembuluh darah (aterosklerosis). Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas pemberian ekstrak kunyit dan simvastatin pada kelinci hiperkolesterol terhadap kadar kolesterol darah dan bobot badan. Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi masalah hiperkolesterol dengan menggunakan bahan alami dan mudah didapatkan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian ekstrak kunyit dan simvastatin terhadap kadar kolesterol darah pada kelinci hiperkolesterolemia yang diberi diet dengan menggunakan minyak kelapa dan kuning telur. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai potensi kunyit sebagai obat herbal untuk mengontrol kolesterol darah sehingga diharapkan mampu mengurangi risiko penyakit utamanya penyakit kardiovaskular seperti arterosklerosis. 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivora non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana dengan perkembangan sekum seperti alat pencernaan ruminansia, sehingga kelinci disebut ruminansia semu (pseudoruminant) (Sarwono 1981). Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi tinggi, efisiensi pakan tinggi, hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan kualitas daging cukup tinggi (Farrel dan Raharjo 1984). Adapun klasifikasi kelinci secara ilmiah yaitu Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Subphylum Vertebrata, Class Mamalia, Ordo Legomorpha, Family Leporidae, Genus Oryctolagus, dan Spesies Oryctolagus cuniculus (Damron 2003) Sebagai hewan komsumsi, potensi kelinci sebenarnya cukup menjanjikan. Kelinci memiliki laju pertumbuhan yang cepat, reproduksi dan kelahiran 30-32 hari dengan jumlah anak 6-10 ekor. Kandungan proteinnya juga cukup tinggi sekitar 7.5% dan lemak yang sebagian besar dalam bentuk tidak jenuh. Kandungan kolesterol kelinci lebih rendah dibandingkan sapi, kambing dan domba, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan ayam dan itik yaitu masing-masing 39, 50, 61, 34 dan 30% (Sarwono 1981) Kolesterol Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasi dalam pembuluh darah. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian besar dipenuhi melalui sintesis kolesterol dalam tubuh dan dibentuk dalam hati (Piliang & Djojosoebagyo 2006). Lemak yang dikonsumsi terdiri atas lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Karbohidrat merupakan sumber energi yang jika kandungannya dalam tubuh berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak dan lemak tersebut di dalam tubuh akan diproses menjadi satu senyawa yaitu asetil koenzim A. Bahan ini akan membentuk beberapa zat penting seperti asam lemak, trigliserida, fosfolipid dan kolesterol, sehingga bila tubuh terlalu banyak asupan makanan yaitu melebihi kebutuhan maka jumlah trigliserida dan kolesterol akan meningkat (Dalimartha 2001). Jumlah kolesterol dalam sel di dalam tubuh manusia dan hewan diatur oleh banyak faktor. Pada umumnya semua faktor itu dapat dibagi menjadi dua macam, faktor pertama adalah luar sel seperti jumlah kolesterol bebas atau yang terikat dalam lipoprotein di luar sel, persediaan asam lemak bebas dan adanya hormon tertentu. Faktor kedua adalah dalam sel, seperti kegiatan enzim yang berperan dalam katabolisme koleterol, adanya pengangkutan kolesterol atau derivatnya keluar dari sel dengan mekanisme pengangkutan aktif melalui membram sel dan pengaruh viskositas membram (Rahmad 2011). Mayes (2003) mengatakan bahwa lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700mg/ hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari diantaranya. minyak kelapa 3 dan telur utamanya bagian kuning telur. Kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol pada kedua bahan tersebut menjadi masalah ketika diet yang tidak teratur Berbagai upaya menurunkan kadar kolesterol darah dapat dilakukan dengan menggunakan obat kimia maupun obat-obatan tradisional. Terapi dengan obat tradisional dianggap praktis dan harga yang lebih murah dibanding dengan obat kimia sintetik. Residu yang dapat dihasilkan oleh obat kimia juga menjadi alasan penggunaan obat tradisional menjadi alternatif pengobatan. Obat tradisional yang dianggap mampu mengatasi tingginya kadar kolesterol darah adalah kunyit. Kunyit merupakan tanaman obat yang tumbuh merumpun, bersifat tahunan dan dapat tumbuh sampai ketinggian satu meter. Klasifikasi ilmiah kunyit adalah sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Klasis: Monocotyledoneae, Ordo : Zingiberales, Family: Zingibeacerae, Genus: Curcuma, Spesies : Curcuma domestik Vahl. (Winarto 2005). Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara dan Asia Selatan tetapi sekarang banyak dijumpai di daerahdaerah lain seperti India, Cina, Himalaya dan Indonesia. Komponen kimia dalam kunyit yang berkhasiat sebagai obat adalah kurkumoid yang terdiri dari kurkumin (73,4%), desmetokurkumin (16,1%) dan bisdesmetokurkumin (10,5%) (Miyasawa 2001). Menurut Wijayakusuma (2006) Kurkumin berfungsi sebagai kolagogum (stimulasi dinding kantung empedu yang berperan dalam pemecahan lemak), hipolipidemik (menurunkan kandungan kolesterol darah), hepatoprotektor (melindungi hati dari zat toksik), dan melancarkan sirkulasi darah. Namun penggunaan obat-obatan kimia juga masih sering digunakan sebagai anti kolesterol karena mudah didapatkan sebagai contoh simvastatin. Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur Penicillium citrinum,. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin akan menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam mevalonat (Witztum 1996). Simvastatin jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Katzung 2002). . METODE Waktu dan Tempat Penelitian dimulai sejak Mei hingga Juni 2014. Tempat perlakuan dan pengambilan sampel penelitian dilakukan di Unit Rawat Reproduksi (URR) FKH IPB Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah 9 ekor kelinci jantan galur Oryctagulus cuniculus, pakan kelinci berupa konsentrat komersil, minyak kelapa, kuning telur ayam ras, kapas, tisu, alkohol, simvastatin dan ekstrak kunyit. Peralatan yang 4 digunakan adalah syiring 1 ml, alat cekok berupa spuit, tabung reaksi, kandang kelinci individu tertutup, pipet tetes, evaporator, maserator, tween 80, dirigen, ethanol dan kolesterol kit AMS Chol4/092711. Persiapan Bahan Penelitian ini menggunakan bahan untuk peningkat kolesterol (hiperkolesterolemia) dan bahan penurun kolesterol: a. Bahan peningkat kolesterol yang digunakan adalah minyak kelapa dan kuning telur. Minyak kelapa yang digunakan sebanyak 4% dari total pakan 100 g per ekor per hari. Minyak kelapa yang digunakan adalah minyak kelapa curah yang dipanaskan pada suhu ± 1900 C sebanyak dua kali selama 10 menit. Kuning elur ayam diberikan sebanyak 1 butir per ekor per hari. Dosis minyak kelapa berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu yang dilakukan Jorge et al. (2005) yang menggunakan minyak kelapa sebanyak 2% selama 45 hari, sedangkan kuning telur ayam berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budiasa dan Jawi (2011) b. Bahan penurun kolesterol yang digunakan adalah simvastatin dan ekstrak kunyit. Dosis simvastatin yang digunakan yaitu sebanyak 1.2 mg/kg BB per ekor per hari (Lee et al. 2005). Pembuatan ekstrak kunyit dilakukan dengan menyediakan kunyit seberat 300gram, kemudian diparut untuk mempermudah saat proses maserasi. Kemudian kunyit yang telah halus dimasukkan kedalam wadah kaca yang telah dimodifikasi untuk proses maserasi. Proses maserasi dilakukan dengan menambahkan etanol 95% kedalam parutan kunyit dengan perbandingan 1 banding 3 kemudian dilapisi dengan plastik kedap udara untuk menghindari dari penguapan etanol. Proses maserasi dilakukan selama 3 hari dan penampungan dilakukan setiap harinya. Hasil maserasi kunyit tersebut kemudian di evaporasi di lab PAU FATETA IPB selama 2 jam dan didapatkan ekstrak kunyit dalam bentuk padat. Ekstrak kunyit tersebut kemudian diencerkan dengan tween 80 dan air untuk mendapatkan konsentasi 45%. Ekstrak kunyit yang digunakan yaitu dengan dosis 1.66ml/kgBB (Ramirez et al. 1999) Persiapan Hewan Kelinci yang digunakan adalah kelinci lokal berjumlah 9 ekor dengan umur rataan satu tahun dan berjenis kelamin jantan. Bobot badan kelinci yaitu pada rentang antara 1.3 – 2.1 kg. Kelinci diadaptasikan selama 1 minggu dengan pemberian pakan berupa campuran antara hijauan dan pelet, serta hari berikutnya adalah hanya pakan pelet. Minum diberikan secara ad libitum Kelinci dikelompokkan menjadi 3 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor kelinci. Kelompok tersebut yaitu: a. Kontrol negatif : kelinci hanya diberi pakan pelet standar dan minum b. Kelinci perlakuan simvastatin: kelinci diberi perlakuan hiperkolesterolemia kemudian kelinci diberi simvastatin sesuai dosis. 5 c. Kelinci perlakuan ekstrak kunyit: kelinci diberi perlakuan hiperkolesterolemia kemudian kelinci diberi ekstrak kunyit sesuai dengan dosis Parameter Penelitian Parameter yang diukur di dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol di dalam darah serta bobot badan kelinci. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini diawali dengan masa adaptasi kelinci selama 1 minggu, kemudian diambil sampel darahnya untuk nilai kontrol kadar kolesterol masingmasing kelinci sebanyak satu kali. Tahap selanjutnya, hewan diberi perlakuan hiperkolesterolemia, untuk pemberian minyak kelapa dan kuning telur setiap hari selama 3 minggu meningkatkan kadar kolesterol darah. Sampel darah diambil untuk diukur kadar kolesterolnya pada minggu ke-2, ke-3 dan ke-4 penelitian. Perlakuan selanjutnya adalah pemberian ekstrak kunyit dan simvastatin selama 1 minggu, kemudian sampel darah diambil di hari terakhir pemberian ekstrak kunyit dan simvastatin. 1 7 ADAPTASI 14 21 HIPERKOLESTEROl L 28 35 PENGOBATAN Gambar 1 Metode pelaksanaan penelitian Keterangan: Tanda panah: Pengambilan darah Segitiga: Penimbangan bobot badan Analisis Data Data diolah dengan menggunakan Microsoft Ecel serta SPSS dengan prosedur analisis data Analisis of Variance (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata kadar kolesterol darah kelinci yang diberi perlakuan minyak kelapa dan kuning telur, kemudian diberikan simvastatin dan ekstrak kunyit disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kadar kolesterol darah selama pengamatan (mg/dL) Kelinci Masa Adaptasi Minggu 1 Kontrol Simvastatin Kunyit Perlakuan Obat Perlakuan Hiperkolesterol Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 351.7 ± 85.4 373.5 ± 38.9 401 ± 0.0 314.5 ± 31.8 401 ± 0.0 316 ± 71.1ab 273.7 ± 32.8b 400.3 ± 1.2a 302 ± 65.0ab 298.7 ± 80.ab 308.7 ± 68.1 ab 311.3 ± 40,5ab 391.6 ± 16.7a 369.6 ± 28.9ab 263 ± 65.5b Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% a 450 400 350 mg/dL 300 250 200 150 100 50 0 Minggu 1 Minggu 2 Kontrol Positif Minggu 3 Simvastatin Minggu 4 Minggu 5 Kunyit Gambar 2 Kadar kolesterol darah selama pengamatan Penelitian ini menggunakan hewan uji kelinci jenis lokal (Oryctolagus cuniculus) dengan jenis kelamin jantan. Kelinci digunakan karena adanya kesamaan dengan manusia dalam hal adanya kantung empedu yang berisi cairan empedu , berperan dalam pencernaan dan metabolisme lemak yang tidak dimiliki pada hewan coba lain seperti mencit dan tikus. Pemilihan jenis kelamin jantan digunakan karena sedikit terpengaruh oleh perubahan hormonal dibandingkan dengan hewan betina (Sitepoe 1992). Pada hewan betina hormon estrogen dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah berbeda dengan jantan yang memiliki 7 hormon estrogen yang lebih sedikit (Ganong 2002). Estrogen akan menurunkan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan regulasi, katabolisme LDL, dan lipoprotein. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan dimulai dari aklimatisasi hewan selama 1 minggu untuk penyesuaian hewan terhadap lingkungan, pemberian diet tinggi kolesterol berupa kuning telur dan minyak kelapa selama 3 minggu serta perlakuan obat simvastatin dan kunyit selama 1 menit. Empat jenis lipid yang utama dalam tubuh manusia terdiri dari kilomikron, VLDL (Very Low Density Lipoprotein) , LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotin). LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut lipid dari hepar menuju ke perifer (ekstra hepatik) dan sering disebut kolesterol jahat. Menurut Murray et al. (1996), LDL mengandung setengah hingga dua pertigakolesterol. Kadar LDL yang tinggi beresiko menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Selanjutnya, HDL atau disebut juga kolesterol baik merupakan lipoprotein yang mengangkut lipid dari perifer menuju ke hepar. Karena molekulnya yang relatif kecil dibanding lipoprotein yang lain, HDL dapat melewati sel endotel vaskular dan masuk ke dalam intima untuk mengangkut kembali kolesterol yang terkumpul dalam makrofag. HDL juga mempunyai sifat antioksidan yang dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL. Rendahnya kadar HDL di dalam darah akan meningkatkan resiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Hasil analisis kadar kolesterol darah dapat dilihat pada Tabel 1. Selama masa adaptasi hewan diambil darahnya sebagai kontrol untuk masing – masing individu. Dari hasil pengamatan didapatkan tidak adanya perbedaan nyata (P>0.05) untuk masing – masing perlakuan yaitu kontrol 351 mg/dL, simvastatin 316 mg/dL, dan kunyit 308.7 mg/dL. Hal ini karena kelinci yang digunakan diambil dari peternakan yang sama sehingga dari segi pakan dan nutrisi lain tidak berbeda. Perlakuan diet kaya kolesterol dilakukan pada minggu ke-2 sampai dengan menggu ke-4 dengan menggunakan minyak kelapa dan kuning telur. Minyak kelapa yang digunakan sebelumnya dipanaskan dengan tujuan diharap terjadi pemutusan ikatan rangkap dalam minyak dan terjadi pemutusan isomer cismenjadi trans- (Edward et al. 2011). Menurut Trimulyono (2008), suhu pemanasan minyak normal adalah 163-1960C. Pembentukan asam lemak transberlebihan menurunkan kadar HDL dan meningkatkan kadar LDL dalam darah. Dampak lain dari konsumsi asam lemak jenuh rantai panjang (C14-C24) akan menaikkan kadar kolesterol darah dan total LDL sehingga dapat meningkatkan resiko arterosklerosis (Edward et al. 2011). Pada minggu pertama perlakuan hiperkolesterol ini untuk kelompok perlakuan kontrol 373. mg/dL dan kunyit mulai terlihat penaikan kadar kolesterol 311,3 mg/dL. Namun pada kelompok perlakuan simvastatin mengalami penurunan 273.7 ± 32.8 mg/dL . Hal ini diakibatkan oleh tingginya tingkat stress pada kelinci kelompok ini selama masa adaptasi. Kondisi stress tersebut mengakibatkan terjadi pelepasan glukokortikod yang melebihi batas normal. Glukokortikoid berperan terhadap metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Pada metabolisme karbohidrat, glukokortikoid berperan meningkatkan glukoneogenesis. Glukokortikoid berperan meningkatkan pemecahan protein menjadi asam amino di jaringan perifer kemudian digunakan untuk glukoneogenesis. Pada metabolisme lemak berperan meningkatkan lipolisis di jaringan lemak, termasuk metabolisme kolesterol yang mengakibatkan 8 tingginya kadar kolesterol dalam darah. Pada minggu ke-2 perlakuan diet kaya kolesterol didapatkan hasil peningkatan untuk kontrol, simvastatin, dan kunyit yaitu masing – masing 401 mg/dL, 400 mg/dL, 391.6 mg/dL dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05), hal ini menunjukkan bahwa minggu ke-2 pemberian diet kaya kolesterol (minyak kelapa dan kuning telur) terbukti efektif menaikkan kadar kolesterol darah. Hal ini sesuai dengan penelitian Jorge et al. (2005) bahwa pemberian minyak kelapa sebanyak 2% dari total 100 g pakan setiap ekor per hari dalam 45 hari dapat menaikkan kolesterol darah. Pemberian diet hiperkolesterol pada minggu ke-3 terjadi penurunan untuk seluruh perlakuan uji. Penurunan ini terjadi diakibatkan karena hewan uji sudah mulai menyeimbangkan kandungan kolesterol dalam tubuhnya (homeostasis) untuk mengembalikan ke kolesterol darah ke kadah yang normal. Perlakuan obat simvastatin dan kunyit dilakukan pada minggu ke-5 pengamatan, didapatkan penurunan untuk kelompok perlakuan obat yaitu simvastatin dan kunyit masing – masing 298.7 mg/dL dan 263 mg/dL. Pemberian simvastatin dapat mengurangi kadar LDL (low density lipoprotein), yang akan akan melalui penghambatan secara langsung aktivitas enzim HMG-CoA (3hidroksi-3-metilglutaril koenzim A). Penghambatan aktivitas enzim ini menyebabkan tidak terbentuknya mevalonat dari HMG-CoA, yang pada kondisi biasa diubah menjadi skualen, lanosterol, dihidrolanosterol, D 8-dimetilsterol, 7dihidrokolesterol dan akhirnya menjadi kolesterol (Wahyuono 1999). Gambar 3 Penghambatan HMG Co-A reduktase oleh simvastatin. Perlakuan ekstrak kunyit terbukti menurunkan kadar kolesterol darah secara signifikan dibandingkan simvastatin. Menurut Soudamini et al. (1989) mengatakan curcumin pada kunyit dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Curcumin dapat membantu memulihkan kondisi tubuh yang berhubungan dengan 9 peroxide-induced seperti kerusakan hati dan penyakit pembuluh darah. Pemberian ekstrak kunyit dilaporkan terbukti berhasil menjaga rendahnya total kolesterol dan trigliserida (Deshpande et al 1997) dan (Chang 1987). Efek curcumin adalah mampu meningkatkan sekresi cairan empedu dan pankreas serta ekskresi kolesterol melalui feses (Liang et al 1985) dan (Ozaki 1988). Penyerapan lemak melalui emulsi oleh cairan empedu menjadi partikel-partikel kecil akan terbentuk monogliserida dan asam lemak. Untuk selanjutnya membentuk agregat polinuklear yang disebut misel. Misel inilah yang mampu menembus mukosa usus kecil untuk diserap (Kartari 1988). Kurkumin yang berperan meningkatkan produksi dan sekresi cairan empedu serta sekresi lipase pankreas. Pada perlakuan kelompok kontrol cenderung mengalami kenaikan. Hal ini karena kolesterol dapat berasal selain dari hati juga berasal dari makanan yang mengandung kolesterol, jadi kadar kolesterol darah tetap tinggi. Parameter lain yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot badan yang dilakukan setiap minggu adaptasi, hiperkolesterol minggu ke-1, ke-2, ke-3 dan masa pemberian obat. Nilai rata-rata bobot badan kelinci yang diberi perlakuan minyak kelapa dan kuning telur disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Bobot badan kelinci selama pengamatan (kg) Masa Adaptasi Kelinci Minggu 1 Perlakuan Obat Perlakuan Hiperkolesterol Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Kontrol 1.5 ± 0,28 1.89 ± 0,15 1.99 ± 0,367 1.8 ± 0,42 1.8 ± 0,00 Simvastatin 1.9 ± 0,20 1.8 ± 0,45 1.88 ± 0,15 1.88 ± 0,21 1.78 ± 0,12 1.7 ± 0,10 1.9 ± 0,86 1.84 ± 0,50 1.8 ± 0,50 1.85 ± 0,13 Kunyit Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% a kg 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Minggu 1 Minggu 2 Kontrol Minggu 3 Minggu 4 Simvastatin Minggu 5 Kunyit Gambar 4 Bobot badan kelinci selama pengamatan Berdasarkan pengamatan bobot badan selama penelitian, rata-rata bobot badan antara masa adaptasi, perlakuan hiperkolesterolemia, dan masa pemberian 10 obat tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0.05). Kelinci yang diberi diet kaya kolesterol tidak menunjukkan penambahan bobot badan meskipun terjadi peningkatan kadar kolesterol darah. Pada masa pemberian obat yang mengalami penurunan kadar kolesterol darah tetapi untuk bobot badan cenderung statis dan tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0.05), hal ini disebabkan karena waktu pemberian obat yang tidak optimal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliasari (2009) bahwa obat golongan statin termasuk simvastatin mampu menurunkan bobot badan kelinci selama 10 minggu perlakuan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Diet minyak kelapa dengan dosis 4% dari total 100 g pakan per ekor per hari dan kuning telur dengan dosis 1 butir per ekor per hari dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dalam 3 minggu. Pemberian simvastatin dengan dosis 1.2 mg/kgBB per ekor cenderung menurunkan kadar kolesterol darah dalam 1 minggu (P>0.05) atau kurang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah dan ekstrak kunyit dengan dosis 1.66 ml/kgBB per ekor per hari terbukti efektif dapat menurunkan kadar kolesterol darah dalam 1 minggu (P<0.05). Saran Perlu adanya penelitian lanjutan terkait efektivitas kunyit dan simvastatin sebagai obat penurun kolesterol dengan waktu pemberian lebih dari 1 minggu agar menunjukkan penurunan yang lebih signifikan. Pengukuran kimia darah lain seperti glukosa juga perlu dilakukan untuk parameter pembanding terkait metabolisme yang terjadi dalam tubuh hewan. 11 DAFTAR PUSTAKA Asai A, Miyazawa T. 2001. Dietary curcuminoids prevent high-fat diet-induced lipid acumulation in rat liver and epididymal adipose tissue. J Nutr. 131(11):2932-2935 Awasthi S, Srivatava SK, Piper JT, Singhal S, Chaubey M, Awasthi YC. 1996. Curcumin protect against 4-hidroxy-2-trans—none-nal-induced cataract formation in rat lenses. AM J Clin Nutr . 64:761-766 Budiasa K, Jawi I M. 2011. Effect Ethanol Extract of Storage Root Balinese Sweet Purple Potato (Ipomoea Batatas L) on Total Cholesterol and Total Antioxidant of Blood in Local Rabbit with Hyperchlosterol Diet. Kongres Nasional Pertama, Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia; Denpasar, Indonesia. Denpasar (ID): Universitas Udayana Chang H, But P. 1987. Pharmachology and applications. Chin Med Mat. vol 2. Singapore: World Scientific. Dalimartha S. 2001. 36 Resep Tumbuhan Untuk Menurunkan Kolesterol. Jakarta: Penebar Swadaya Damron M. 2003. Klasifikasi Makhluk Hidup Mamalia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Deshpande UR, Joseph LT, Manjure SS, Samuel AM, Pillai D, Bhide SV. 1997. Effect of turmeric extract on lipid profile in human subject. Med Sci Res . 25:695-8 Edwar Z, Suyuthie, Yerizel E, Sulastri F D. 2011. Pengaruh pemanasan terhadap kejenuhan asam lemak minyak goreng sawit dan minyak goreng jagung. J Indones Med Assoc. 61(6):248-252. Farrel DJ and YC Rahardjo. 1984. The potensial for meat production from rabbits. Central Research for Animal Science Central Research Institut for Animal, Bogor. Ganong WF. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-17. Penerjemah Widjajakusumah M. Jakarta: EGC Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hipercolesterolemia: implication for Prevention of coronary heart disease. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 11:1619-1635 Jorge P, Almeida E A, Ozaki M R, Jorge M, Carneiro A. 2005. Effect of atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, and simvastatin on endhotelium function, lipid peroxidation, and aortic artherosclerois in hipercholesterolemic rabbits. Arquivos Brasileiros de Cardiologica. 84(4): 2-4 Kartari. 1988. The Lipid Metabolism. Medica. 10 : 659-667. Katzung BG. 2002. Basic and Clinical Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakology Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya: Salemba Medika Lee T M, Lin M S, Chou T F, Chang N C. 2005. Effect of simvastatin on left ventricular mass in hypercholesterolemic rabbits. Am J Physiol Hearth Circ Physiol. 288: 1352-1358 Mayes PA. 2003. Sintesis, Pengangkutan, dan Ekskresi kolesterol, dalam: Bani AP, Sikumbang TMN, editor. Biokimia Harper edisi ke-25. Jakarta: EGC. 12 Murray R K, Granner D K, Mayes PA, Rodwell VW. 1997. Harper’s Biochemistry 23rd edition. USA: Prentice Hall International Inc Ozaki Y, Liang. 1988. Cholagogic Action The Essential Oils Abtained from Curcuma xanthorriza Roxb. Shoyaku zasshi .24(4):257-263. Piliang WG, Djojosoebagio S. 2006. Fisologi Nutrisi. Volume ke-1. Bogor: IPB Press. Ramirez M C, Mesa M D, Aguilera M C, Quiles J L, Baro L, Ramirez C L, Martinez E, Gil A. 1999. Oral administation of a turmeric extract inhibit LDL oxidation adn has hyphocholesteerolemic effect in rabbits with experimental atherosclerosis. Arterosclerosis . 147:371 – 378 Sitepoe M. 1992. Kolesterol Fobia Keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Soudamini K, Kuttan R. Inhibition of chemical carcinogenesis by curcumin. 1989. J Ethnopharmacol . 27:227-233. Sarwono B. 1981. Beternak Kelinci Unggul Ed ke-1. Jakarta: Yayasan Tani Membangun Trimulyono H. 2008. Penerimaan konsumen terhadap minyak goreng curah yang difortifikasi vitamin A [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winarto WP. 2005. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: Agromedia Pustaka. World Health Organization. 2011 Global atlas untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskular. Geneva 13 LAMPIRAN Descriptives kontrol Me N Adaptasi an 351 ,6667 373 ,5000 401 ,0000 314 ,5000 401 ,0000 366 ,8182 3 Hiperkolester ol 1 Hiperkolester ol 2 Hiperkolester ol 3 Obat 2 2 2 2 Total Std. Deviation 11 Std. Error 85,447 84 38,890 87 ,00000 31,819 81 ,00000 52,965 68 49, 33333 27, 50000 ,00 000 22, 50000 ,00 000 15, 96975 95% Confidence Maximu Interval for Mean Minimum m Lower Upper Bound Bound 13 563, 25 40 9,4025 9309 3,00 1,00 24, 722, 34 40 0794 9206 6,00 1,00 40 401, 40 40 1,0000 0000 1,00 1,00 28, 600, 29 33 6104 3896 2,00 7,00 40 401, 40 40 1,0000 0000 1,00 1,00 33 402, 25 40 1,2354 4010 3,00 1,00 Test of Homogeneity of Variances kontrol Levene Statistic df1 df2 4 6 6,9 04 Sig. ,02 0 ANOVA kontrol Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 109 25,970 171 27,667 280 53,636 Post Hoc Tests Homogeneous Subsets kontrol df 4 6 10 Mean Square 2731,4 92 2854,6 11 F ,95 7 Sig. ,49 3 14 Duncan Subset for alpha = .05 perlakuan Hiperkoles N 1 314 2 terol 3 ,5000 Adaptasi 351 3 ,6667 Hiperkoles 373 2 terol 1 ,5000 Hiperkoles 401 2 terol 2 ,0000 Obat 401 2 ,0000 Sig. ,16 3 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,143. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. Descriptives kunyit N Adapt asi Hiperkolester ol 1 Hiperkolester ol 2 Hiperkolester ol 3 Obat Total Mean 3 3 3 3 3 15 308 ,6667 311 ,3333 391 ,6667 369 ,6667 263 ,0000 328 ,8667 Std. Deviatio n Std. Error 9 4,04432 4 0,46398 1 6,16581 2 8,91943 6 5,82553 6 7,51282 54,2 9651 23,3 6189 9,33 333 16,6 9664 38,0 0439 17,4 3174 Test of Homogeneity of Variances kunyit Lev ene Statistic 1,5 53 df1 df2 4 10 Sig. ,26 0 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Upper Bound Bound 75,0 542, 213, 401, 476 2857 00 00 210, 411, 286, 358, 8152 8514 00 00 351, 431, 373, 401, 5086 8248 00 00 297, 441, 344, 401, 8268 5065 00 00 99,4 426, 204, 334, 803 5197 00 00 291, 366, 204, 401, 4793 2540 00 00 15 ANOVA Kunyit Su m of Squares 319 87,067 318 24,667 638 11,733 Between Groups Within Groups Total Mean Square 7996,7 67 3182,4 67 df 4 10 F 2,5 13 Sig. ,10 8 14 Post Hoc Tests Homogeneous Subsets kunyit Duncan Subset for alpha = .05 perlakuan Obat Adaptasi N 3 1 263 ,0000 308 ,6667 311 ,3333 369 ,6667 2 308 ,6667 Hiperkoles 311 3 terol 1 ,3333 Hiperkoles 369 3 terol 3 ,6667 Hiperkoles 391 3 terol 2 ,6667 Sig. ,05 ,12 6 4 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. 3 Descriptives simvastatin N Mean Std. Deviation 95% Confidence Interval for Mean Std. Error Lower Bound Adaptasi Hiperkolesterol 1 Hiperkolesterol 2 Hiperkolesterol 3 3 3 3 3 3 16,0000 2 73,6667 4 00,3333 3 02,0000 71 ,08446 32 ,80752 1, 15470 65 ,02307 41,0 4063 18,9 4143 ,666 67 37,5 4109 Minimum Maximum Upper Bound 139,4 164 192,1 683 397,4 649 140,4 737 492,5836 355,1651 403,2018 463,5263 24 7,00 23 6,00 39 9,00 23 6,00 389,0 0 296,0 0 401,0 0 366,0 0 16 Obat 3 Total 15 2 98,6667 3 18,1333 80 ,13322 66 ,38294 46,2 6494 17,1 4000 99,60 47 281,3 717 497,7286 354,8950 Test of Homogeneity of Variances simvastatin Lev ene Statistic 1,5 04 df1 df2 4 10 Sig. ,27 3 ANOVA simvastatin Between Groups Within Groups Total Su m of Squares 281 33,733 335 60,000 616 93,733 df 4 10 Mean Square 7033,4 33 3356,0 00 14 Post Hoc Tests Homogeneous Subsets simvastatin Duncan Subset for alpha = .05 perlakuan Hiperkoles terol 1 Obat N 3 1 273 ,6667 298 ,6667 302 ,0000 316 ,0000 2 298 ,6667 Hiperkoles 302 3 terol 3 ,0000 Adaptasi 316 3 ,0000 Hiperkoles 400 3 terol 2 ,3333 Sig. ,42 ,07 3 3 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. 3 F 2,0 96 Sig. ,15 6 21 6,00 21 6,00 376,0 0 401,0 0 17 Descriptives Type III Sum of Squares Source Intercept Hypothesis df Mean Square 87,037 1 87,037 ,204 6,6 77 ,031(a) ,102 2 ,051 Error Per Hypothesis 1,747 34 ,051(b) Kel Error Hypothesis ,045 2 ,023 Error 1,747 34 ,051(b) F 284 1,970 Sig. ,00 0 ,99 0 ,38 2 ,44 1 ,64 7 a ,723 MS(Kel) + ,277 MS(Error) b MS(Error) Expected Mean Squares(a,b) Variance Component Var Var Qua urce (Kel) (Error) dratic Term Int 9,1 1,0 Inter ercept 43 00 cept, Per Pe ,00 1,0 Per r 0 00 K 12, 1,0 el 643 00 Er ,00 1,0 ror 0 00 a For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares. So Post Hoc Tests Perlakuan Homogeneous Subsets Bobot Badan Duncan Sub set Perlakua n N adpatasi Obat hiperkol esterol 8 7 24 1 1,7 44 1,7 71 1,8 57 18 Sig. ,30 7 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,051. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,692. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = ,05. 19 RIWAYAT HIDUP Andi Fitra Ardiansyah lahir di Sinjai, Sulawesi Selatan pada tanggal 7 April 1992 merupakan anak ketiga dari pasangan Arifuddin Patturungi dan Rosmiati. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2007 di SMA Negeri 2 Sinjai. Penulis masuk melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) jalur nilai rapot dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa IPB penulis aktif sebagai staf community development di unit kegiatan mahasiswa (UKM) kerohanian yaitu BKIM IPB periode 2011-2012, anggota organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Ikatan Keluarga Mahasiswa Sulawesi (IKAMI), aktif sebagai wakil ketua umum himpunan minat profesi ornithologi dan unggas Fakultas Kedokteran Hewan IPB periode 2011-2013, aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa FKH IPB 2011-2013. Pernah menjadi pelaksana kontes ayam ketawa nasional menteri pertanian pada tahun 2012 dan sebagai wakil ketua pelaksana dan tahun 2013 sebagai ketua pelaksana. Selain aktif di UKM penulis mempunyai prestasi di bidang karya ilmiah yaitu proposal didanai Program Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2013 dan 2014.