I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang adalah buah-buahan yang digemari di Indonesia karena rasanya yang enak, kandungan gizi tinggi, mudah didapat serta harga relatif murah. Komoditas Pisang berpeluang besar untuk pasar domestik ataupun ekspor. Kebutuhan konsumen terhadap komoditas pisang yang terus meningkat perlu diikuti upaya peningkatan produksi dengan tetap mempertahankan kualitas. Salah satu varietas yang diminati konsumen adalah Pisang Raja Bulu Kuning. Masalah utama dalam peningkatan produksi pisang adalah penyediaan bibit tanaman dalam jumlah yang besar, kontinu dan bermutu. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pengadaan bibit yang berkualitas adalah melalui teknik kultur jaringan. Teknik kultur jaringan tanaman adalah cara menumbuhkan organ tanaman seperti tunas pucuk, batang, daun, akar, dan biji dalam suatu wadah/botol yang berisi media dalam keadaan aseptis atau steril. Beberapa kelebihan kultur jaringan dapat diperoleh antara lain calon bibit dapat disimpan dalam botol sehingga efisien dalam tempat dan ruang serta bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan seragam. Kegiatan untuk memperbanyak bibit pisang dengan teknik kultur jaringan ini disebut Multiplikasi. Kegiatan Multiplikasi merupakan tahap penggandaan atau perbanyakan dari satu bonggol menjadi banyak bagian untuk ditumbuhkan menjadi tunas baru dan ditanam pada media. Unsur lain yang turut menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah pemberian zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh diperlukan untuk merangsang percepatan pertumbuhan tanaman. Menurut Munar et al. (2011) bahwa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik atau hormon yang mampu mendorong, mengatur dan menghambat proses fisiologis tanaman. Zat tumbuh berperan penting pada pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel. Penggunaan konsentrasi ZPT yang tepat sangat penting. Konsentrasi yang terlalu rendah atau tinggi akan menyebabkan tanaman rusak bahkan mati, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian konsentrasi ZPT yang tepat. 1 2 Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk perbanyakan in vitro pisang. Sitokinin berfungsi dalam menginduksi pembelahan sel, mendorong proliferasi tunas dan diferensiasi tunas adventif dari kalus dan organ serta sintesis protein. Sitokinin yang sering dipakai untuk perbanyakan pisang adalah Benzyl Amino Purine (BAP). Alasan pemilihan BAP karena bersifat lebih stabil, lebih murah, mudah didapat, dapat disterilisasi dan efektif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yusnita et al. (1996) menyatakan bahwa penggunaan BAP 2 ppm efektif untuk perbanyakan pisang ambon kuning secara in vitro. Yusnita et al. (1997) menambahkan bahwa media MS dengan konsentrasi BAP 1-2 ppm optimum untuk perbanyakan in vitro pisang Raja Sere. Pelukaan merupakan kegiatan pemberian luka pada eksplan dengan cara menggoreskan pisau scalpel pada eksplan secara merata pada titik tumbuh tanaman. Pemberian luka diharapkan dapat mempercepat pemasukan ZPT ke tubuh eksplan sehingga diharapkan mempercepat pembelahan sel. Pelukaan eksplan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat perbedaan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan pada media dengan eksplan yang tidak diberi luka. B. Perumusan Masalah Pisang Raja Bulu Kuning merupakan salah satu varietas pisang yang banyak digemari masyarakat. Penyediaan bibit pisang ini dalam jumlah besar, seragam dan berkualitas baik masih jarang ditemui, sementara kebutuhan masyarakat akan komoditas ini terus meningkat. Penelitian ini mengkaji salah satu alternatif cara penyediaan bibit yaitu dengan teknik kultur jaringan. Keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi. Salah satu penentu keberhasilan tersebut adalah substansi zat pengatur tumbuh. Substansi lain dalam penelitian ini adalah pemberian luka pada eksplan. Pelukaan pada eksplan sebelum ditanam diasumsikan untuk mempercepat pembelahan sel-sel sehingga akan mempercepat pertumbuhan eksplan. Beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain: 3 1. Bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh BAP dalam konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan eksplan Pisang Raja Bulu Kuning secara in vitro? 2. Bagaimana pengaruh pemberian luka terhadap pertumbuhan eksplan Pisang Raja Bulu Kuning secara in vitro? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi BAP yang tepat untuk multiplikasi Pisang Raja Bulu Kuning dengan pelukaan pada eksplan. Penelitian diharapkan mampu memberikan informasi bagi penyediaan bibit Pisang Raja Bulu Kuning dengan cepat melalui pemberian konsentrasi BAP yang tepat.