BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.
1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal, adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), “Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri” (h.1). Di Indonesia, pasar
modal dikelola oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
dibawah pengendalian menteri keuangan Republik Indonesia. Bapepam-LK merupakan
lembaga otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas
pasar modal. Tugas pokok Bapepam adalah membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari
kegiatan pasar modal dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang
wajar, teratur, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
II.2
Fungsi Pasar Modal
Menurut Sutrisno (Manajemen Keuangan, 2007) Pasar modal memiliki beberapa
fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang
membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Pemenintah sangat
berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar
modal bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Oleh
karena itu pasar modal rnempunyai beberapa fungsi antara lain adalah:
7
8
1. Sebagai Sumber Penghimpunan Dana
Kebuluhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah
satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal, selain
sistem perbankan yang selama lni dikenal sebagal media perantara keuangan secara
konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan memanfaatkan bank sebagai
sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan
terbatas, karena pada industri perbankan dikenal dengan adanya Legal Lending Limit atau
Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Sehingga bila perusahaan ingin menggalang dana
yang jumlahnya relatif besar akan terhambat dengan aturan perbankan tersebut. Oleh
karena itu perusahaan bisa masuk ke pasar modal untuk menggalang dana yang besarnya
sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada batasan besarnya dana.
2. Sebagai Sarana Investasi
Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke
pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan
kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara,
pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada
perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. Dengan adanya
surat berharga yang mudah dijualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen
investasi. Investasi di pasar modal leblh fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah
memindahkan dananya dan satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dan satu industri ke
industri lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai salah satu alternatif instrumen
penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya.
9
3. Pemerataan Pendapatan
Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan
terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan. Dengan go publicnya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki
perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk ikut menikmati keuntungan dan perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen,
sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang permilik, akhirnya bisa dinikmati oleh
masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat.
4. Sebagai Pendorong lnvestasi
Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan
perekonomian negaranya. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan
pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk
melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk
mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung
maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif
bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal. Semakin
baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk.
II.3
Bursa Efek
Menurut Sutrisno dalam bukunya Manajemen Keuangan, pengertian bursa efek atau
stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan antara penjual
dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Bursa
efek ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar
melalui mekanisme permintaan dan penawaran.
10
II.4
Penggolongan Pasar
Penjualan saham oleh perusahaan yang go public kepada masyarakat bisa dilakukan
dengan berbagai cara sesuai dengan jenis pasar dan sekuritas yang akan dijual. Menurut
Sutrisno (Manajemen Keuangan, 2007) jenis-jenis pasar tersebut adalah:
1. Pasar Perdana atau Primary Market
Pada dasarnya perusahaan yang mengeluarkan saham atau emiten tidak bisa
menjual saham atau obligasinya secara langsung ke bursa. Jual beli di bursa dilakukan oleh
para pelaku pasar modal. Perusahaan yang akan go public menjual sahamnya langsung
kepada masyaràkat pada saat go public melalul pasar perdana. Pasar Perdana adalah
penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham atau emiten kepada investor
selama waktu yang ditentukan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Dan pengertian ini bisa dikatakan bahwa pada saat
pertama kali menjual sahamnya perusahaan tidak bisa menjual secara langsung sahamnya
ke bursa, melainkan harus menjual kepada masyrakat. Setelah jangka waktu yang ditentukan
oleh emiten, maka saham yang telah dijual kepada masyarakat lewat pasar perdana tersebut
didaftarkan ke bursa, den setelah saham didaftarkan ke bursa, maka masyarakat bisa
melakukan jual beli saham perusahaan tersebut di lantai bursa.
2. Pasar Sekunder atau Secondary Market
Seperti diuraikan di atas bahwa setelah pasar perdana selesai yang dilanjutkan
dengan pendaftaran saham ke bursa, barulah investor bisa menjual dan membeli saham ke
lantai bursa. Jual beli surat berharga yang dilakukan di lantal bursa ini disebut sebagai Pasar
Sekunder. Bila pada pasar perdana harga saham ditentukan bersama antara emiten dan
penjamin emisi, maka pada pasar sekunder harga yang terjadi tergantung dari permintaan
dan penawaran oleh pembeli dan penjual efek. Besar kecilnya permintaan dipengaruhi oleh
faktor internal perusahaan yakni kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan faktor
eksternal yang merupakan faktor di luar kemampuan perusahaan.
11
II.5
Pendekatan Investasi
Ada 2 jenis pendekatan investasi, antara lain:
1. Technical Analysis
Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis
dan harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi
ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa
mernperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut
dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu, sepenti adanya pengaruh ekonomi,
pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis, maupun pengaruh
isu-isu lainnya.
Pergerakan harga saham riil oleh pengamat pasar modal Amerika Dow Jones diteliti,
hingga melahirkan Dow theory. Dow theory membagi pergerakan harga saham menjadi tiga
bagian, yakni:
a. Primary Move merupakan pergerakan harga jangka panjang dalam satu arah, balk pada
saat naik terus menerus atau sering disebut Bull market maupun saat turun atau Bear
Market.
b. Intermediate move adalah pergerakan harga pada saat bear atau bull market.
c. Ripple Move yakni terjadi apabila dalam satu kurun waktu tertentu harga saham
mengalami kondisi stabil. Misalnya pada saat primary move akan terdapat intermediate
move dan ripple move.
2. Fundamental Analysis
Merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitik beratkan pada kinerja
perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa
depan perusahaan. Kinerja perusahaan bisa dilihat dari:
a. Perkembangan perusahaan
12
b. Neraca perusahaan dan laporan rugi-labanya
c. Proyeksi usaha
d. Rencana Perluasan dan kerjasama, dan lain-lain.
Pada umumnya apabila kinerja perusahaan mengalami perkembangan yang baik,
akan bisa mengangkat harga saham.
II.6
Instrumen Investasi
Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua surat-
surat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal, Menurut UU No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal, efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, waran, opsi,
atau derivatif dan efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.
Instrurnen yang paling sering dijual belikan di pasar modal Indonesia adalah saham dan
obligasi.
1. Saham
Merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan pada perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Di pasar modal Indonesia transaksi saham sangat
dominan dibandingkan dengan obligasi. Saham ini dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu
saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock). Menurut Tjiptono dan
Fakhruddin
(2001)
perdagangannya.
menjelaskan
macam-macam
saham
jika
ditinjau
dari
kinerja
13
a. Blue-Chip Stocks
Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiiki reputasi tinggi, sebagai
leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar
dividen.
b. Income Stocks
Adalah saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih
tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c. Growth Stocks
Adalah saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
d. Speculative Stocks
Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang
tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stocks
Adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi
bisnis secara umum. Emiten seperti ini biasanya bergeral dalam produk yang sangat dan
selalu dibutuhkan masyarakat.
II.7
Risiko dan Pengembalian
Salah satu motif investor melakukan investasi adalah harapan pengembalian dana
yang lebih tinggi dibandingkan dana awal yang ditanamkan. Pengembalian ini biasa disebut
return. Halim (2003) mendefinisikan, "Return merupakan imbalan yang diperoleh dari
investasi" (h. 30).
14
Return dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return)
yang dihitung berdasarkan data historis, dan yang kedua, return yang diharapkan (expected
return) akan diperoleh investor di masa mendatang. Komponen return meliputi:
1. Capital gain (loss), merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
2. Yield, merupakan pendapatan yang diperoleh dari suatu hasil investasi selama satu
periode. Untuk investasi dalam saham, yield merupakan jumlah dividen yang diperoleh
selama satu periode, biasanya dinyatakan dengan persentase dari harga pokok.
Adapun faktor yang membuat return tidak pasti adalah risiko (risk). Hampir semua
investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti
hasil yang diperolehnya dari investasi yang dilakukan karena investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi, maka ia harus slap untuk menanggung risiko yang tinggi pula. Jones
(2002) menyatakan, "Risk is the change that the actual outcome from an investment will
differ from the expected outcome" (p. 131).
Dalam bukunya, Halim (2003) menjelaskan pada konteks portfolio risiko, ada dua
risiko yang timbul ketika melakukan proses investasi, yaitu:
1.
Risiko sistematis, merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang
dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, misalnya ada perubahan tingkat
bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sifat risiko ini disebut juga
undiversiable risk.
2.
Risiko tidak sistematis, merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perseroan atau industri tertentu.
Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan yang lain.
Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas
yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar, misalnya faktor struktur modal,
15
struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dsb. Risiko ini disebut juga
diversiable risk.
Sedangkan risiko-risiko yang dapat terjadi dan perlu dipertimbangkan investor dalam
membuat keputusan investasi antara lain:
1.
Risiko bisnis, adalah suatu risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang
pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten membayar
bunga atau dividen.
2.
Risiko
pasar
(market
risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi
perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi
perekonomian lain.
3.
Risiko likuiditas, risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk
dapat segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
4.
Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh
perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya Rupiah) dengan mata uang
negara lain (misalnya dolar AS).
5.
Risiko tingkat bunga. Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis suratsurat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya,
kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrumen pasar
modal. Risiko naiknya tingkat bunga misalnya jelas akan menurunkan harga-harga di
pasar modal.
6.
Risiko daya beli (purchasing power risk), risiko ini berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.
16
II.8
Metode Analisis Pergerakan Harga Saham
Bermain saham tanpa mengetahui analisa berarti penulis melakukan perjudian di
dalamnya. Pada umumnya, dengan perjudian, maka akan berujung pada kerugian. Apabila
mengalami keuntungan, maka hal itu karena faktor luck, dan biasanya tidak bertahan lama.
Karena itu, kemampuan melakukan analisis sangat penting dalam bermain saham. Secara
garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang dibagi
menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental
(fundamental analysis).
Menurut Hendra Syamsir (2004), "Analisis fundamental pada dasamya dapat
dikatakan sebuah analisa yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah saham
dengan menggunakan analisis yang meliputi: (1) analisis perekonomian internasional, (2)
analisis perekonomian nasional, (3) analisis industri, (4) analisis perusahaan. Sedangkan
Pring (2001) menyatakan "the art of technical analysis is to try to identify trend changes at
an early stage and maintain an investment or trading posture until the weight of the
evidence shows or proves that the trend has reversed" (p. 5). Dahlan Siamat juga
menjelaskan mengenai analisis fundamental sebagai "Penilaian suatu efek sangat
dipengaruhi dan tidak lepas dari kondisi kinerja perusahaan penerbitnya (emiten). Menurut
para penganut analisis fundamental, harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan
yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian suatu saham menurut
pendekatan fundamental dapat digunakan teknik analisis rasio" (h. 277).
Syamsir dalam bukunya menjelaskan bahwa "Analisis teknikal dapat dikatakan
sebagai sebuah analisis tentang pergerakan harga saham yang didasarkan dari pergerakan
harga saham itu sendiri di masa yang lalu" (h. 5). Sedangkan menurut Tedy Fardiansyah
(2003), analisis teknikal merupakan "Suatu pemanfaatan data historis (harga dan volume
perdagangan saham) yang tersedia di pasar. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu
17
trend atau pola berulang dari pergerakan harga saham dan kemudian dieksploitasi untuk
mendapatkan keuntungan" (h. 90).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan analisis fundamental merupakan analisis yang
dilakukan dengan menganalisis perekonomian secara makro dan mikro lalu ditarik
kesimpulan untuk mendapatkan proyeksi harga di masa mendatang. Sedangkan analisis
teknikal adalah analisis yang dilakukan dengan cara membuat analisis harga dari fluktuasi
harga di masa lampau dan memproyeksikan harga tersebut untuk masa mendatang.
II.8.1 Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)
Setelah melihat uraian di atas, maka penulis lanjutkan dengan penjabaran mengenai
analisis fundamental lebih lanjut. Analisis fundamental sering disebut juga share price
forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas.
Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang penting adalah
mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti kebijakan dividen, pemerintah,
bursar, dsb.) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Secara garis besar,
analisis fundamental sebuah perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.1 Proses Analisis Fundamental
Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham
18
Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menaksir nilai intrinsik
(intrinsic value) suatu saham dengan pendekatan fundamental: Pendekatan melalui rasiorasio keuangan yang biasa dipakai untuk memproyeksikan harga saham di masa mendatang.
Rasio-rasio tersebut antara lain: debt to equity ratio, net profit margin, dividen payout ratio,
price earning ratio, laju pertumbuhan pendapatan.
II.8.2 Analisis Teknikal (Technical Analysis)
Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar)
dengan mengamati perubahan harga saham di waktu yang lalu. Berbeda dengan pendekatan
fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti
kebijakan
pemerintah,
pertumbuhan
ekonomi,
pertumbuhan
penjualan
perusahaan,
pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dsb.) Asumsi-asumsi yang berlaku dalam
analisis ini antara lain:
1.
Supply dan demand ltu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional
maupun irasional.
2.
Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
3.
Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand saham (kondisi
pasar).
4.
Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari
perilaku pasar.
5.
Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa
mendatang.
19
II.9
Analisis Teknikal dengan Metode Stochastic Oscillator
Untuk mengetahui tentang stochastic oscillator, penulis akan membahas mengenai
metode ini dan formulasi yang digunakan.
II.9.1 Metode dan Formulasi
Stochastic oscillator adalah sebuah alat analisis yang pertama kali dikembangkan
oleh George C. Lane pada akhir tahun 1950an. Alat analisis ini merupakan salah satu
momentum oscillator yang menunjukkan posisi closing saat ini (current) secara relarif
terhadap range transaksi dalam suatu periode tertentu.
Analisis stochastic oscillator terdiri dari dua buah garis, yaitu garis %K dan garis %D.
%K adalah garis yang menggambarkan posisi relatif, serta harga closing terhadap range
harga tertinggi dan terendah dalam periode pengamatan. Sedangkan %D merupakan trigger
line yang tak lain merupakan rata-rata pergerakan sederhana (simple moving average) dari
%K. Nilai maksimal dari %D dan %K pada stochastic oscillator adalah 100, sementara nilai
minimalnya adalah 0.
II.9.2 Menghitung %K dan %D
II.9.2.1 Menghitung %K
Nilai %K dalam stochastic oscillator dapat dihitung dengan menggunkan formulasi
sebagai berikut:
%K = 100 X
RecentClose – LowestLow(n)
HighestHigh – LowestLow(n)
Dalam formulasi tersebut jelas variabel utama yang dapat mempengaruhi besarnya
nilai %K adalah posisi harga closing terhadap harga tertinggi dan terendah dalam periode
pengamatan.
20
Semakin dekat posisi harga closing dengan harga high tertinggi, akan semakin besar
pula nilai %K, dan sebaliknya, semakin dekat posisi harga closing dengan harga low
terendah maka akan semakin kecil pula nilai garis %K.
II.9.2.2 Menghitung %D
Seperti telah penulis bahas sebelumnya, %D (trigger line) sebenarnya hanyalah
Simple Moving Average 3 periode dari %K. Dengan demikian maka perhitungannya sama
saja dengan metode penghitungan simple moving average, tetapi basis data yang digunakan
adalah %K. Pemilihan periode yang pendek (3 periode) untuk membentuk garis %D
dilatarbelakangi dengan tujuan meningkatkan sensitivitas alat analisis. Namun jika saham
yang penulis amati memiliki volatilitas yang sangat tinggi, maka tentu saja penulis dapat
menggunakan periode Moving Average yang lebih panjang agar terhindar dari kesalahan
analisis.
II.9.3 Slow, Fast dan Full Stochastic
II.9.3.1 Slow dan Fast Stochastic Oscillator
Sebagai salah satu alat analisis momentum, salah satu keunggulan indikator
Stochastic dibandingkan dengan indikator momentum lainnya adalah tingginya sensivitas
yang dimiliki oleh alat analisis ini. Karena itu seringkali terjadi ketika alat analisis lain tidak
dapat memberikan informasi tentang trend pergerakan harga saham, alat analisis Stochastic
Oscillator mampu memberikan informasi yang dibutuhkan.
Dalam praktik, penulis akan menemui tiga jenis Stochastic Oscillator. yaitu Fast
Stochastick Oscillator, Slow Stochastic Oscillator dan Full Stochastic Oscillator. Sebagai
pembuka, penulis akan membahas mengenai Fast dan Slow Stochastic Oscillator terlebih
dahulu.
21
Fast Stocahastic Oscillator sebenarnya hanyalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perhitungan Stochastic Oscillator dengan menggunakan formulasi standar
yang telah penulis bahas sebelumnya formulasi %K dan %D. Sedangkan Slow Stochastic
Oscillator adalah Stochastic Oscillator yang dihitung dengan cara memuluskan Fast Stochastic
Oscillator (moving average).
Sama halnya dengan Fast Stochastic Oscillator, maka Slow Stochastic Oscillator juga
terdiri dan dua garis yang juga dinamakan %K dan %D. Bedanya, dalam Slow Stochastic
Oscillator garis %K diperoleh dan rata-rata bergerak dan %K Fast Oscillator, sementara %D
pada Slow Stochastic Oscillator merupakan rata-rata bergerak dan %K-nya.
Untuk memudahkan, selanjutnya %K pada Slow Stochastic Oscillator dinamakan %K
Slow dan %D pada Slow Stochastic Oscillator dinamakan %D slow. Periode pemulusan yang
diterapkan pada Fast Stochastic Oscillator untuk memperoleh Slow Stochastic Oscillator
adalah 3 (untuk Slow Stochastic Oscillator, anda tidak dapat merubah panjang peniode ini).
Sedangkan %D slow dihitung dengan cara menerapkan Simple Moving Average 3 periode
atas %K slow (ingat, dalam slow stochastic oscillator periode %K tidak dapat diubah).
Notasi dari Fast Stochastic Oscillator dan Slow Stochastic Oscillator dapat dituliskan sebagai
benikut:
Fast Stochastic (m,o)
m = periode yang digunakan untuk menghitung %K Fast
o = periode yang digunakan untuk menghitung %D Fast
Slow Stochastic (m,o)
m = periode yang digunakan untuk menghitung %K Fast
o = periode yang digunakan untuk menghitung %D Slow
2
22
Untuk
k mengetahu
ui seberapa efektif metod
de Slow Sto
ochastic Oscilillator ini dalaam
m
menghilangka
an sinyal palsu pada Fasst Stochastic Oscillator, pe
enulis dapat melihat hal itu
p
pada
gambarr di bawah ini:
ochastic Oscilllator
Gambar II.2 Fast dan Slow Sto
S
Sumber:
www
w.stockchart.ccom
I
II.9.3.2.
Fulll Stochastic
c Oscillator
Pemb
bentukan Fullll Stochastic Oscillator
O
lebiih lanjut sebe
enarnya dima
aksudkan unttuk
l
lebih
mengurangi sinyal palsu yang mungkin masih
m
ditingga
alkan oleh Slow
S
Stochasstic
O
Oscillator
ata
au dalam ka
ata lain mem
mberi kebeba
asan bagi pengguna
p
analisa ini unttuk
m
menemukan
periode yan
ng paling coccok dengan pergerakan harga saham
m yang teng
gah
d
diamati.
de ini juga memungkinkan
m
n pengguna untuk
u
mengubah periode yang
y
digunakkan
Metod
d
dalam
analisiis %K Fast maupun
m
perio
ode pemulusa
an yang akan
n diterapkan pada %K Fast
Fa
23
tersebut untuk memperoleh %K full dan memilih periode yang cocok untuk membentuk garis
%D full.
Full Stochastic Oscillator juga terdiri dan dua garis, yaitu %K dan %D. Untuk
memudahkan pembahasan, penulis akan menamakan garis %K ini sebagai %K Full
sedangkan garis %D penulis beri nama %D Full.
Full Stochastic Oscillator disusun atas tiga parameter. Parameter yang pertama
digunakan untuk menggambarkan periode yang digunakan untuk membentuk garis %K fast,
parameter kedua digunakan untuk menggambarkan periode yang digunakan untuk
memuluskan garis %K fast menjadi %K full, dan parameter terakhir digunakan untuk
mengukur %D Full.
Selain lebih fleksibel dibandingkan Fast dan Slow Stochastic Oscillator, format
penulisan Full Stochastic Oscillator dapat digunakan untuk menggambarkan Stochastic
Oscillator lainnya.
Notasi Full Stochastic Oscillator dapat dituliskan sebagaj berikut:
Full Stochastic (m,n,o)
Di mana:
m = Periode yang digunakan untuk menghitung %K fast
n = Periode yang digunakan untuk memuluskan garis %K fast untuk memperoleh %K full
o = Periode yang digunakan untuk menghitung %D full dan %K full.
2
24
k melihat kem
mampuan Fu
ull Stochastic dalam meng
ghilangkan sin
nyal palsu ya
ang
Untuk
m
masih
ditingg
galkan oleh Fast
Fa ataupun Slow
S
Stochasstic Oscillatorr, dapat dilihat pada grafikk di
b
bawah
ini:
Gambar II.3
3 Perbandinga
an Fast, Slow dan Full Stocchastic Oscilla
ator
ww.stockchartt.com
Sumber: ww
25
II.9.3.3 Hubungan antara Fast, Slow dengan Full Stochastic Oscillator
pada bahasan-bahasan terdahulu, penulis telah membahas penulisan notasi untuk
Fast, Slow dan Full Stochastic Oscillator. Pada bagian ini penulis akan membahas hubungan
antara notasi Fast, Slow dan Full Stochastic Oscillator tersebut.
Perhatikan kembali aturan-aturan masing-masing Stochastic Oscillator tersebut:
— Full Stochastic Oscillator (m,n,o) Full stochastic oscillator dimana:
m = Periode yang digunakan untuk mengukur %K Fast
n = Periode MA yang diterapkan pada %K Fast untuk mendapatkan % K full
o = Periode MA yang diterapkan pada %K Full, untuk menghitung %D full
— Fast Stochastic Oscillator dituliskan sebagai berikut (m,o) Fast Stochastic Oscillator
dimana:
m = Periode yang digunakan untuk mengukur %K fast
o = Periode MA yang diterapkan pada %K fast untuk menghitung %D fast
— Slow Stochastic Oscillator ditulis:
(m,o) Slow Stochastic Oscillator
Di mana:
m = Periode yang digunakan untuk mengukur %K Fast
o = Periode MA yang diterapkan pada %K slow (SMA 3 periode dan %K slow) untuk
menghitung %D slow
Seperti telah dibahas sebelumnya, parameter m pada Fast dan Slow Stochastic
Oscillator dan Slow Stochastic Oscillator digunakan untuk menunjukkan periode yang
digunakan dalam menghitung garis %K Fast.
Parameter o pada Fast Stochastic Oscillator digunakar untuk menunjukkan periode
yang digunakan dalam pembentukan garis %D Fast, sementara pada Slow Stochastic
26
Oscillator, parameter o digunakan untuk menunjukkan periode yang digunakan dalam
penghitungan garis %D slow (rata-rata bergerak dan %K slow).
Periode pemulusan dan %K Fast ke %K Slow tidak dituliskan karena telah ditetapkan
bahwa dalam analisis Slow Stochastic Oscillator maka garis %K Slow adalah rata-rata
bergerak sederhana (Simple Moving Average) 3 periode dari %K Fast.
Agar lebih jelas, perhatikan tabel dibawah ini:
Tabel II.1: (14,3) fast stochastic oscillator dan (14,3) slow stochastic oscillator.
Date
%K
Fast (a)
%D
Fast (b)
9/18/98
9/21/98
9/22/98
9/23/98
9/24/98
9/25/98
9/28/98
9/29/98
9/30/98
10/1/98
10/2/98
10/5/98
10/6/98
10/7/98
10/8/98
10/9/98 87,0968
10/12/98 70,9677
10/13/98 93,5484 83,8710
10/14/98 74,1936 79,5699
10/15/98 70,9677 79,5699
10/16/98 95,2381 80,1331
10/19/98 74,4681 80,2246
10/20/98 80,8511 83,5191
10/21/98 61,7021 72,3404
10/22/98 65,9574 69,5035
10/23/98 68,0851 65,2482
10/26/98 62,2222 65,4216
10/27/98 65,1163 65,1412
10/28/98 50,0000 59,1128
Sumber: data diolah.
%K
%D
Slow
Slow
83,8710
79,5699
79,5699
80,1331
80,2246
83,5191
72,3404
69,5035
65,2482
65,4216
65,1412
59,1128
81,0036
79,7576
79,9759
81,2923
78,6947
75,1210
69,0307
66,7244
65,2703
63,2252
(c)
(d)
27
Keterangan:
%K Slow = rata-Rata bergerak sederhana 3 periode dan %K Fast. Karena periode %D fast
yang digunakan dalam kasus ini juga sama dengan 3, maka %K Slow = %D Fast. %D Slow
= Rata-rata bergerak sederhana 3 periode dan %K Slow.
Seperti yang telah penulis bahas sebelumnya, dalam Slow Stochastic Oscillator
penulis dibatasi dalam menggunakan metode SMA (Simple Moving Average) 3 periode untuk
memuluskan garis %K Fast, sementara dalam Full Stochastic Oscillator penulis bebas
menggunakan SMA dengan periode berapapun untuk memuluskan garis %K guna membuat
garis %K Full. Supaya lebih jelas, perhatikan tabel di bawah ini:
Tabel II.2: (14,3) Fast stochastic oscillator, (14,5,4) Full stochastic oscillator
Date
%K Fast
9/22/98
9/23/98
9/24/98
9/25/98
9/28/98
9/29/98
9/30/98
10/1/98
10/2/98
10/5/98
10/6/98
10/7/98
10/8/98
10/9/98
87,10
10/12/98
70,97
10/13/98
93,55
10/14/98
74,19
10/15/98
70,97
10/16/98
95,24
10/19/98
74,47
10/20/98
80,85
10/21/98
61,70
10/22/98
65,96
10/23/98
68,09
10/26/98
62,22
10/27/98
62,12
10/28/98
50,00
Sumber: data diolah.
%D Fast
83,87
79,57
79,57
80,13
80,22
83,52
72,34
69,50
65,25
65,42
64,14
58,11
%K Full
%D Full
81,00
79,76
79,98
81,29
78,69
75,12
69,03
66,72
64,94
62,56
80,25
80,34
79,99
78,37
74,28
70,29
66,90
64,74
28
Keterangan:
%K Full Rata-Rata bergerak sederhana 5 periode dan %K Fast. %K fast menggunakan
periode 14. %D fast = rata-rata bergerak 3 periode dan %K Fast. %D Full merupakan ratarata bergerak 4 periode dan %K Full.
Melihat penjelasan-penjelasan di atas di atas maka tampak jelas bahwa penulisan
Full Stochastic Oscillator dapat digunakan untuk menggambarkan Fast ataupun Slow
Stochastic Oscillator.
II.9.4. Aturan-Aturan Umum dalam Analisis Stochastic
Informasi yang dapat diberikan oleh alat analisis Stochastic Oscillator ini pada
dasarnya memiliki banyak kemiripan dengan indikator Relative Strength Index (RSI), yaitu
indikasi akan terjadi overbought dan oversold dan positive/negative divergence.
Namun dibanding RSI, Stochastic Oscillator memiliki beberapa keunggulan, antara
lain sensitivitas yang lebih tinggi dan informasi arah trend melalui crossover antara garis %K
dan %D.
II.9.4.1 Informasi Overbought dan Oversold
Aturan dalam melakukan analisis menggunakan Stochastic Oscillator memiliki
kemiripan dengan analisis RSI, di mana alat analisis ini juga memiliki aturan overbought dan
oversold. Secara teoritis, titik oversold dalam analisis Stochastic akan berada pada level 20
sedangkan titik overbought akan terjadi pada level 80. Namun harap diingat bahwa titik-titik
tersebut tidak selalu menjadi batasan overbought dan oversold suatu saham. Pada dasarnya
Stochastic Oscillator mengukur kekuatan relatif harga teraithir (last done) terhadap selang
harga tertinggi, terendah selama periode analisis.
29
Satu hal penting yang perlu penulis garis bawahi dalam analisis overbought dan
oversold pada Stochastic Oscillator adalah kondisi oversold dan overbought diamati dari
pergerakan garis %K.
Gambar II.4, Informasi overbought / oversold. (saham INDF)
Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia
Keterangan:
1 = %K masuk ke dalam wilayah overbought, bearish akan segera terjadi
2 = %K meninggalkan wilayah overbought, bearish
3 = %K masuk ke wilayah oversold, bullish akan segera terjadi
4 = %K meninggalkan wilayah oversold, bullish
5 = %K masuk ke dalam wilayah overbought, bearish akan segera terjadi
6 = %K meninggalkan wilayah overbought, bearish
7 = %K masuk ke wilayah oversold, bullish akan segera ter jadi
8 = %K meninggalkan wilayah oversold, bullish
9 = %K masuk ke dalam wilayah overbought, bearish akan segera terjadi
30
10 = %K meninggalkan wilayah overbought, bearish
Untuk mempertajam analisis yang dihasilkan, tentu penulis harus menggunakan
pemilihan batasan oversold dan overbought yang tepat. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menghasilkan analisis overbought dan oversold yang tepat dengan
menggunakan stochastic oscillator, baik dengan menggunakan fast, slow ataupun full
stochastic oscillator (metode yang digunakan secara umum sama saja dengan metode
pencarian batasan overbough /oversold serta periode yang tepat dalam analisis RSI, namun
basis data yang penulis gunakan saat ini adalah garis %K.).
II.9.4.2 Crossover
Kondisi crossover pada analisis Stochastic Oscillator adalah jika terjadi perpotongan
antara garis %K dan %D. Jika garis %K memotong garis %D dan bawah, hal inl
mengindikasika kondisi bullish. Jika garis %K memotong garis % D dan atas maka hal ini
akan mengindikasikan terjadinya bearish trend. Perbedaan antara informasi yang dihasilkan
kondisi oversold dan overbought dengan informasi yang dihasilkan melalui kondisi crossover
pada Stochastic Oscillator terletak dan panjangnya trend yang dikonfirmasikan. Informasi
yang dihasilkan oleh kondisi overbought dan oversold lebih mencerminkan trend jangka
panjang, sementara kondisi bullish dan bearish crossover memberikan arah pergerakan trend
jangka pendek.
Dengan adanya informasi bullish ataupun bearish crossover ini, penulis masih dapat
mengambil keuntungan dengan memanfaatkan fluktuasi-fluktuasi dalam sebuah trend jangka
panjang. Selain itu, jika Stochastic Oscillator berada dalani kondisi “indecision” (wilayah di
mana tidak terdapat keputusan) yaitu pada saat indikator Stochastic tidak berada dalam
wilayah overbought
atau oversold, maka dengan menggunakan informasi bullish atau
bearish crossover penulis masih dapat mengambil keputusan. Dengan menggunakan
31
informasi bullish /bearish crossover penulis akan dapat memperoleh keputusan yang lebih
cepat dalam kondisi oversold ataupun overbought.
Gambar II.5, Bullish /Bearish Crossover sebagai Alat Pengambil Keputusan dalam
Kondisi Indecision dan Konfirmasi Posisi Overbought /Oversold (saham TLKM), (14,3) Slow
Stochastic Oscillator
Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia
Perhatikanlah gambar II.5 di atas. Pada point a terjadi konfirmasi bullish setelah
garis %K meninggalkan wilayah oversold. Di sini trend bullish yang akan terjadi dikuatkan
pula oleh perpotongan garis %K dan %D, di mana garis %K memotong garis %D dan bawah
(bullish crossover).
Pada posisi b terlihat garis %K berada di wilayah indecision karena garis %K tidak
berada di posisi oversold ataupun overbought. Perhatikan bahwa jika penulis hanya
menggunakan informasi yang didapat dan kondisi overbought /oversold, maka penulis akan
banyak menderita kerugian, karena informasi yang diberikari oieh point a ternyata salah
mengingat harga saham bergerak dalam arah yang berlawanan dari prediksi semula.
32
Namun dengan menggunakan informasi bearish crossover pada point b (garis % K
memotong garis %D dan atas ke bawah), penulis masih dapat melakukan aksi cut loss pada
point b.
Pada point c, terlihat garis %K masuk ke dalam wilayah oversold dan hal ini
menginformasikan akan terjadi trend bullish beberapa saat kemudian. Harap perhatikan
bahwa jika penulis menunggu konfirmasi bullish pada garis %K semata, maka penulis baru
memperoleh konfirmasi bullish pada point e, di mana garis %K bergerak meninggalkan
wilayah oversold. Namun apabila penulis menggunakan informasi bullish crossover maka
penulis dapat mengambil posisi beli pada point d.
Pada point f, garis %K masuk ke dalam wilayah overbought yang memberikan
informasi bahwa harga saham akan mengalami trend bearish beberapa saat mendatang. Jika
penulis hanya menunggu pergerakan garis %K untuk memberikan konfirmasi bearish trend,
maka penulis harus menunggu terlebih dulu pada point h, di mana garis %K kembali
meninggalkan wilavah overbought. Namun dengan menggunakan informasi bearish
crossover, maka penulis telah dapat mengambil keputusan jual pada poin g.
Dalam sebuah trend kenaikan yang sangat kuat, kadangkala garis %K akan berkali-kali
memasuki wilayah overbought tanpa lebih dulu kembali ke daerah oversold. Dengan bullish
crossover penulis dapat melihat penguatan trend ini tanpa harus menunggu hingga garis %K
kembali masuk ke wilayah oversold. Hal yang sama juga terjadi pada trend bearish yang
sangat kuat.
33
II.9.4.3 Divergence
Informasi lain yang dapat diberikan oleh Stochastic Oscillator adalah divergence
positif dan negatif. Ketika garis Stochastic memasuki wilayah overbought, penulis dapat
menunggu kemunculan negative divergence. Biasanya kemunculan divergence negatif akan
menunggu dua konfirmasi titik penurunan hingga di bawah level 80.
Sebaliknya, untuk menghasilkan sinyal beli maka penulis dapat menunggu hingga
indikator Stochastic jatuh ke wilayah oversold dan menunggu terbentuknya divergence
positif.
Gambar II.6. Divergence Negatif pada Saham AALI, (14,3) Slow Stochastic Oscillator
Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia
34
II.9.4.4 Bullish /Bearish Centerline
Seperti halnya dengan indicator oscillator lainnya, stochastic oscillator juga memiliki
aturan bullish dan bearish centerline, di mana, jika garis %K memotong level 50 dan bawah,
maka hal inl menunjukkan posisi bullish centerline, sementara jika garis %K memotong level
50 dan atas, maka hal in menunjukkan posisi bearish centerline. Aturan ini akan berlaku
umum meskipun anda menggunakan periode %K Fast Full metode penghitungan oversold
dan atau overbought yang berbeda.
Gambar II.7. Bearish dan Bullish Centerline pada Saham AALI.
Sumber: Buku Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia
Indikasi bearish dan bullish centerline pada gambar di atas disimbolkan oleh panah naik atau
turun yang dibatasi kotak.
35
II.10
Kerangka Pemikiran
Saham PT. Telekomunikasi
Indonesia (TLKM)
Saham PT. Indosat (ISAT)
Analisa Teknikal dengan
Analisa Teknikal dengan
Stochastic Oscillator
Arah pergerakan
Overbought / Oversold
Stochastic Oscillator
Arah pergerakan
Overbought / Oversold
Perbandingan antara
TLKM & ISAT
TLKM
Lebih Baik
ISAT
Lebih Baik
Download