6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi yakni: 2.1.1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna 1 mengenai suatu hal . Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. 1 Devitto, J, 1997, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta, Profesional Books, hal-215 7 2.1.2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang 2 lain . Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau komunikasi antar manusia. Secara pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film, maupun media non-massa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis bersifat intensional, mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, tergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. 2 Effendy, O,U, 1992, Dinamika Komunikasi, Jakarta, Rosda, Hal-321 8 Komunikasi merupakan faktor penting dalam menentukan berhasil tidaknya fungsi-fungsi di dalam kerja. Agar pekerjaan rutin dalam kerja berjalan dengan lancar, dibutuhkan adanya beberapa keahlian yang dimiliki oleh personel dalam kerja. Agar pelaksanaan personel kerja tersebut dapat berhasil dengan baik, maka salah satu faktornya adalah memperhatikan hubungan dari setiap unit kerja maupun orangorangnya, agar dapat ditumbuhkan kerja sama dalam kerja. Kebutuhan akan komunikasi memang merupakan masalah yang fundamental bagi setiap manusia. Oleh karena itu komunikasi sebagai alat ekspresi dari tiap keinginan manusia, baik secara kelompok maupun individu. Pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Dahn Suganda adalah komunikasi adalah sebagai proses transfer dari pikiran atau ide seseorang sebelumnya yang diterjemahkan dalam bentuk kata-kata atau isyaratisyarat, yang nantinya oleh penerimanya kata-kata atau isyarat- isyarat tersebut lalu diterjemahkan lagi melalui proses dalam pikiran kemudian jawaban sebagai feed back terhadap pesan yang disampaikan tadi.3 2.2 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang kelompok butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka 9 butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk 3 mengembangkan hubungan pertukaran.4 Menurut Stanton, definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan 5 baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dari definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan usaha terpadu untuk menggabungkan rencana-rencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuas kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi. Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Perusahaan harus secara penuh tanggung jawab tentang kepuasan produk yang ditawarkan tersebut. Dengan demikian, maka segala aktivitas perusahaan, harusnya diarahkan untuk dapat memuaskan konsumen yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh laba. Menurut AMA (American Marketing Asociation) dalam Kotler dan Keller (2009) Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk meciptakan, mengkomunikasikan,dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk 3 Suganda, D. (1981). Kepemimpinan di Dalam Organisasi dan Manajemen. Sinar Baru, Bandung. 4 Kotler, P, 1987, Dasar – Dasar Pemasaran (Edisi Ke-3) Jilid 1, Jakarta, Intermedia, hal- 15 5 Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta. 10 mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya.6 2.3 Komunikasi Pemasaran Pemasaran dan komunikasi merupakan dua hal yang erat kaitannya. Dimana komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian simbol-simbol yang diartikan sama antara baik individu, kelompok, dan massa. Komunikasi pada pemasaran bersifat kompleks. Bentuk komunikasi yang rumit akan mendorong penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan, melalui strategi komunikasi yang tepat dengan proses perencanaan yang matang. Komunikasi pemasaran adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi pemasar. Tanpa komunikasi, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran bukan merupakan satu-satunya faktor menyebabkan keberhasilan suatu usaha tetapi merupakan salah satu faktor kunci 6 Kotler, P, 1987, Dasar – Dasar Pemasaran (Edisi Ke-3) Jilid 1, Jakarta, Intermedia yang 11 keberhasilan perusahaan. Bauran pemasaran meliputi pendekatan terhadap penetapan harga, distribusi, iklan dan promosi, dan layanan pelanggan berikut ini: 1. Penetapan harga. Penetapan harga ini akan didasarkan pada harga eceran per produk. 2. Distribusi. Pada mulanya, perusahaan akan menggunakan model distribusi untuk langsung di kenalkan ke pelanggan. 3. Iklan dan promosi. Beberapa metode berbeda yang akan digunakan untuk usaha iklan. 4. Layanan pelanggan. Petugas akan berusaha mencapai tingkat layanan pelanggan yang sudah ditentukan tolok ukurnya. Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan meningkatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Komunikasi Pemasaran menurut Terence A. Shimp (2003) “Komunikasi Pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada suatu pelanggan atau kliennya.” 74 Ketika perusahaan mengkomunikasikan pesan yang unik dan positif melalui iklan, penjualan perorangan, promosi penjualan, dan cara cara lain, mereka dapat membedakan merek mereka secara efektif melalui penawaran 7. Terence A. Shimp, 2003, Periklanan dan Promosi, jilid 1, Edisi ke-5, Erlangga, Jakarta 12 yang kompetitif dan melindungi diri dari kompetisi harga. Koordinasi dari kegiatan tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu organisasi yang dikenal sebagai integrated marketing communication (IMC). 2.4 Jasa Sejumlah ahli tentang jasa telah berupaya untuk merumuskan definisi jasa yang konklusif, namun hingga sekarang belum ada satupun definisi yang diterima secara bulat. Sejumlah ahli menuangkan pengertiannya dalam definisi yang beragam. Beberapa definisi yang beragam itu dapat dilihat dalam rumusan-rumusan dibawah ini : Menurut Kotler (1997) jasa adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.8 Produksinya bisa terkait dan 5 bisa juga tidak terkait pada suatu objek fisik. Sedangakan definisi jasa menurut Leonard L. Berry, seperti dikutip oleh Zeithaml dan Bitner (1996) Jasa adalah sebagai deeds (tindakan, prosedur, aktivitas) proses-proses, unjuk kerja, dan intangible.9 6 Selanjutnya menurut Lovelock dan Wright (2005) jasa adalah tindakan atau kinerja yang meciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan 7 yang diinginkan dalam diri-atau atas nama-penerima.10 Pada umumnya, jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan dimana interaksi antara pemberi jasa 8. kotler, Philip, 1997, Manajemen pemasaran perspektif asia, Yogyakarta. 9 Leonard L Berry, 1996, service of marketing, Jakarta, intermas. 10.Christopher H Lovelock, dan Lauren K Wright, 1999, Manajemen pemasaran jasa, intermas. 13 dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Oleh karena itu, jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain. Jasa itu mencangkup semua aktivitas ekonomi yang keluarannya bukanlah produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip intangible bagi 8 pembeli utamanya. 11 Menurut Stanton (2002) jasa pada dasar nya merupakan suatu yang tidak berwujud, yang dapat memenyhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam memproduksi suatu jasa dapat menggunakan bantuan suatu produk fisik tetapi bisa juga tidak, mengakibatkan peralihan hak suatu barang secara fisik jadi jika seorang pemberi jasa menyampaikan jasanya kepada orang lain maka, tidak ada peralihan hak milikm secara fisik. 129Sedangkan menurut Lovelock (2001) jasa adalah setiap produk atau jasa berkaitan secara hirakis dengan produk-produk tertentu lainnya. Hirarki ini bermula dari kebutuhan dasar sampai dengan item tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. 1310 Dari berbagai definisi diatas, tampak bahwa didalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dengan pihak produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses 11. Rangkuti F, 2007, Riset pemasaran, Jakarta, Gramedia pustaka utama. 12. Stanton Willian J, 2002, Fundamental of Marketing, edisi ke-10 13 Lovelock Christopher H, 2001, Service Marketing, technology, people, strategy, edisi ke-2 14 atau aktifitas yang tidak berwujud. Dalam buku ini, akan dibahas karakteristik yang melekat pada jasa dari pandangan para pakar. 2.5 Dimensi Kualitas Jasa Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, menurut Parasuraman dkk (1998) untuk mengevaluasi kualitas jasa pelanggan umumnya menggunakan 5 dimensi sebagai berikut1411: 1) Tangible atau bentuk fisik langsung merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangible ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan. 2) Reliability atau keandalan, merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur dimensi reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam 14 Parasuraman, A. V. A. Zeithaml, dan L.L Berry, 1998, SERVQUAL : A Multiple-Item scale for Measuring Consumer Perception of Service Quality, Journal of Retailing, Vol. 64, No. 1. 15 menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat. 3) Responsiveness atau ketanggapan, merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh karyawan langsung untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Termasuk didalam nya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaa, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan. 4) Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetian konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung mengenai konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputu keterampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang 16 berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti reputasi perusahaan, prestasi, dan lain-lain. 5) Emphaty, merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi 2.6 Karakteristik Pelayana Menurut Griffin (1996) Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk barang (fisik) yaitu sebagai berikut : a) 151213 Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengan, atau diciumsebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan. b) Unstorability (tidak dapat disimpan). Jasa tidak mengenal persediaan, atau penyimpanan, dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa 15. H. Mastuti & Tri R Ratnasari, 2011, Manajemen Pemasaran Jasa, Surabaya, Ghalia Indonesia, Hal 3-4 17 dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. c) Customization (kustomisasi). Jasa sering kali di desain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 2.7 Nasabah Nasabah mempunyai peranan yang sangat penting bagi bank, hal inikarena salah satu sumber dana bank diperoleh dari nasabah yang melakukanpenyimpanan dana di bank. Oleh karena itu, antara bank dan nasabah mempunyai hubungan yang saling ketergantungan antara bank dengan nasabah berada padaposisi yang saling berimbang. Kedua belah pihak tersebut mempunyai fungsi dan peran masing-masing, akan tetapi pada prakteknya seringkali kedudukan nasabah lebih lemah bila dibandingkan dengan pihak bank. Dengan demikian, disini harusditekankan mengenai tanggung jawab bank terhadap nasabah untuk menghindariterjadinya kemungkinan adanya kerugian yang diderita oleh nasabah. Menurut Djaslim Saladin (1994) dalam bukunya ˝Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Bank˝ yang dikutip dari ˝Kamus Perbankan˝ menyatakan bahwa ˝Nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank˝.1614Komaruddin (1994) dalam ˝Kamus Perbankan˝ menyatakan bahwa 16 Saladin Djaslim, 1994, Dasar-dasar Manajemen Pemasaran Bank, Jakarta : CV Rajawali. 18 ˝Nasabah adalah seseorang atau suatu perusahaan yang mempunyai rekening koran atau deposito atau tabungan serupa lainnya pada sebuah bank˝. 17 15 Nasabah merupakan konsumen, oleh karenanya pengertian nasabah jugamerupakan pengertian konsumen. Sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut: “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”Berdasarkan pengertian diatas tentunya, pihak nasabah yang menjadi konsumen perbankan merupakan orang pemakai barang dan/atau jasa yang ditawarkan oleh pihak bank yang merupakan konsumen akhir. Namun, pengertian konsumen itu sendiri terbagi menjadi tiga yaitu 18:16 1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yangdigunakan untuk tujuan tertentu. 2. Konsumen-antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasauntuk digunakan dengan tujuan membuat barang atau jasa lain dan bertujuanuntuk dipergadangkan. 3. Konsumen-akhir adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakanbarang dan/atau jasa untuk bertujuan memenuhi kebutuhan 17 18 . Komaruddin, 1994, Kamus Perbankan, Jakarta : CV. Rajawali. . AZ. Nasution, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu pengantar , Jakarta: DiaditMedia, , hal 29 19 hidupnya pribadi,keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kenbali. 2.8 Pelayanan Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin, secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu mempersiapkan apa yang diperlukan seseorang. Menurut Kotler (2002) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.1917 Keputusan menteri penerangan no. 81/93 menyatakan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat/ daerah, 19. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. 20 BUMN/BUMD. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan atau peraturan perundangan yang berlaku. Keharusan memberikan pelayanan secara profesional juga menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi penyedia jasa pelayanan dan hal itu diatur dalam Undang Undang No.8 tahun 1999.2018 Mengelola hubungan dengan nasabah menghasilkan output kualitas pelayanan yang baik, kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap produk dan jasa yang disediakan perusahaan. Oleh sebab itu, mengelola konsumen tidak dapat dilakukan secara apa adanya, akan tetapi harus dilakukan dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, sehingga tercapai tingkat kepuasan konsumen (customer satisfaction) yang akhirnya akan menumbuhkan kepuasan konsumen terhadap produk dan jasa yang dimilikinya. 2.9 Kualitas pelayanan Persoalan kualitas jasa adalah merupakan faktor penting yang harus menjadi sorotan utama bagi perusahaan. Menurut Kotler (1997) Kualitas jasa atau layanan haruslah merupakan prioritas utama perusahaan dalam memuaskan pelanggan, hal ini dikarenakan pelanggan selalu mencari nilai yang dianggap paling tinggi dari beberapa produk atau jasa yang ada. Mereka membentuk harapan tentang nilai yang akan diperoleh (value expection).21 20 Kementrian Dalam Negeri, 1999, jakarta 21 19 Dari nilai tersebut kemudian dapat diukur besar kepuasan yang dimiliki oleh pelanggan. Nilai yang diberikan pelanggan seperti, yang disebutkan diatas sangat kuat didasari oleh faktor kualitas jasa. Diaman kualitas suatu produk atau jasa adalah sejauh mana produk atau jasa memenuhi spesifikasinya. Selain itu, sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan berperan besar dalam menciptakan keunggulan layanan (service excellence). Keunggulan seperti ini dibentuk melalui pengintegrasian empat pilar yang saling berkaitan erat yaitu : kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan layanan. Keunggulan layanan tidak bisa terwujud apabila ada salah satu pilar yang lemah. Untuk mencapai satu tingkat keunggulan layanan, setiap karyawan harus memiliki ketrampilan khusus, diantaranya memahami produk atau jasa secara mendalam, berpenampilan rapih dan menarik, bersikap ramah dan bersahabat, menunjukkan komitmen dan responsivitas dalam melayani pelanggan, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan departemennya, mampu berkomunikasi secara efektif, bisa memahami dengan baik bahasa isyarat (gesture) pelanggan, dan mampu menangani keluhan pelanggan secara professional. Sekalipun upaya mewujudkan keunggulan layanan bukanlah pekerjaan mudah, namun apabila sebuah organisasi mampu melakukannya, maka manfaat yang didapatkan sangat besar, baik bagi perusahaan, pelanggan, maupun karyawan. 21. Kotler, Philip, 1997, Marketing Management An Asia Pwespective Edisi Milenium, Yogyakarta. 22 Dengan demikian, kualitas jasa merupakan isu strategik bagi setiap organisasi pemasaran, terlepas dari bentuk produk yang dihasilkan. 2.10 Kepuasan pelanggan Menurut Kotler dan Keller (2009) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka.2220 Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan sangat puas atau senang. menurut Guiltanan (1997) kepuasan pelanggan merupakan konsekuensi dari perbandingan yang dilakukan oleh pelanggan yang membandingkan antara tingkatan dari manfaat yang dirasakan terhadap manfaat yang diharapkan oleh pelanggan. Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan menurut Guiltanan perusahaan harus mampu menawarkan kualitas dari suatu produk dan juga pelayanannya.2321 Rangkuti F (2006) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap kesesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan 22. 23. Kotler, P. (2000). Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium, Jakarta: Prenhallindo. Guiltanan, Joseph, Paul gordon, 1997 Marketing Manajemen. 23 menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan.24 22 Menurut Kotler kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa pelanggan berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapannya. Jika kinerja tersebut berada di bawah harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut merasa dikecewakan akan tetapi jika memenuhi harapan, pelanggan akan merasa puas.25 23 Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. Kepuasan pelanggan adalah suatu hal yang penting. Neiman-Marcus, misalnya, seorang pelaku bisnis dalam dunia ritel, yang namanya masih sangat popular dalam industry ritel modern, mengingatkan kepada seluruh anak buahnya “sell satisfaction not just merchandise”. Apabila pelanggan puas maka akan terjadi pembelian ulang dari pelanggan tersebut atau pelanggan yang puas tersebut akan memberitahukan kepada orang lain, hal ini tentu akan terjadi sesuatu yang lebih baik pada bisnis mereka dimasa mendatang. 2624 24 Rangkuti F, 2006, Measuring Customer Satisfaction, Teknik Mengukur dan Strategi Menarik Kepuasan Pelanggan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 25. Kotler, Philip, 2005, Manajeman Pemasaran, Edisi ke-11, Jakarta, Gramedia. 26 Ibid 27. Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga 24 2.10.1 Ukuran Kepuasan Pelanggan Tingkat kepuasan pelanggan adalah merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh pengelola jasa sehingga dengan diketahuinya tingkat kepuasan pelanggan ini pihak pengelola jasa dapat membuat perencanaan bagi kemajuan usahanya di masa yang akan datang. Menurut Kotler (2009) mengemukakan empat metode untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan, yaitu 27: 1. Sistem Keluhan dan Saran Pelanggan Setiap perusahaan yang berorintasi terhadap pelanggan perlu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pelanggan untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan pelanggan. Adapun metode yang digunakan bisa dikirim via pos ataupun menyediakan saluran telepon khusus. 2. Survei Kepuasan Pelanggan Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan metode survei baik melalui pos, telepon maupun dengan wawancara pribadi. Pengukuran kepuasan pelanggan dengan metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya : a. Directly report satisfaction Pengukuran dengan cara ini dilakukan secara langsung melalui beberapa pertanyaan tentang kepuasan terhadap suatu produk. 25 b. Dericted dissatisfaction Yaitu merupakan pertanyaan yang menyangkut dua hal utama yaitu besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu besarnya kinerja yang mereka rasakan. c. Problem analysis Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan data hal pokok. Pertama masalah yang dihadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan, kedua saran untuk melakukan perbaikan. d. Importance performace analysis Yaitu responden diminta untuk merangkai beberapa atribut dan penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap atribut. Selain itu reponden diminta untuk merangkai seberapa baik kinerja dalam masing-masing atribut tersebut. 3. Ghost shopping Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan sebagai pembeli/memanfaatkan temuan-temuan mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing. Dengan adanya penemuan tersebut diharapkan mampu memperbaiki kualitas pelayanan yang ada. 4. Lost Customer Analysis Dalam metode ini perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang telah beralih ke pusahaan lain. Yang diharapkan dari hal ini adalah akan diperoleh informasi penyebab beralihnya ke perusahaan lain dan akhirnya perusahaan akan mengevaluasi kekurangan perusahaan dan memperbaikinya. 26 Telah banyak dilakukan riset untuk menetukan kepuasan pelanggan, walaupun hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, namun perusahaan harus melaksanakannya agar pelanggan merassa puas atas pelayana yang diberikan. 2.10.2 Metode pengukuran kepuasan pelanggan Seperti yang telah dijelaskan di atas, metode sampling merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam pengukuran kepuasan pelanggan. Pengukuran dengan berbagai cara Kotler (2009), yaitu2825: a. Survei berkala, yaitu suatu Teknik yang dapat melacak kepuasan pelanggan secara langsung dan juga mengajukan pertanyaan tambahan untuk mengukur niat pembelian kembali dan kemungkinan atau kesediaan responden untuk merekomendasikan suatu perusahaan kepada orang lain. b. Tingkat kehilangan pelanggan, yaitu perusahaan mengamati dan menghubungi pelanggan yang berhenti membeli dan beralih ke pemasok lain untuk mengetahui alasannya. c. Pembelanja misterius, yaitu pelanggan memperkerjakan seseorang untuk berperan sebagi pembeli potensial dan melaporkan titik kuat dan lemah yang dialaminyadalam membeli produk perusahaan maupun produk pesaing. 28. Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga 27 2.11 Hipotesis Menurut Kriyantono hipotesis merupakan pernyataan yang menjembatani dunia teori dengan dunia empiris2926. Hipotesis dapat dikataan jawaban sementara dalam penelitian. Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah Ho : Tidak terdapat pengaruh antara kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan. Ha : Terdapat Pengaruh antara kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan. 29. Rachmat Kriyantono, 2009, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Hal-28