BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan suatu sistem kerja yang melibatkan berbagai
komponen yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain.
Menurut Barnard, Chester, komponen tersebut adalah individu yang mampu
berkomunikasi satu sama lain, yang sama-sama rela menyumbangkan tenaga dan
fikiran untuk mencapai tujuan bersama.1 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
unsur organisasi adalah komunikasi, kerelaan untuk mengabdi dan tujuan
bersama, yang ketiganya bersumber pada individu sebagai pelaku utama dalam
organisasi.
Esensi dari setiap organisasi adalah bahwa orang bertindak atau
berinterkasi dalam cara tertentu, sehingga perilaku mereka saling terkait, perilaku
seseorang bergantung pada perilaku orang lain. Ukuran dasar yang saling terkait
tersebut adalah bahwa komunikasi memainkan peran diantara orang-orang dalam
organisasi.
Adanya struktur dalam suatu organisasi memperlihatkan arus informasi
yang terjadi. Hal ini merupakan salah satu ciri organisasi birokrasi. Proses
komunikasi yang demikian diasumsikan mengikuti mata rantai panjang hierarki
dengan perbedaan dalam status, wewenang, dan tanggung jawab. Mengingat
organisasi birokrasi bersifat rasionalitas sebagai legitimasi dan legalitas
kewenangan dalam birokrasi maka komunikasi model birokrasi adalah
komunikasi tertulis. Dengan komunikasi tertulis maka informasi dapat diabadikan
1
Barnard, Chester, The Functions Of Excecutive, Cambrige, Mass, Harvard University Press,
1938, hal 23
1
dalam bentuk dokumen atau file. Hal ini disebabkan birokrasi dapat
mengabadikan hidupnya justru karena dukungan dokumen yang diciptakan.
Dengan ciri-ciri tersebut maka komunikasi dalam organisasi birokrasi
bersifat formal. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan organisasi,
komunikasi tidak selalu mengikuti pola yang telah ditentukan seperti tergambar
dalam struktur yang ada akan tetapi muncul komunikasi model lain yang bersifat
informal. Model komunikasi ini banyak melibatkan tatap muka diantara para
anggota organisasi maupun komunikasi pimpinan dan karyawan.
Dalam kehidupan sebuah organisasi baik itu lembaga pemerintahan
maupun organisasi swasta seperti perusahaan sering mempunyai masalah tidak
efektifnya komunikasi. Komunikasi yang efektif sangat penting bagi kesukseksan
manjerial organisasi. Motivasi memiliki hubungan yang positif dengan kualitas
komunikasi dan karyawan sebagai jembatan yang menghubungkan keduanya. Jika
hubungan kerja antar pimpinan dan karyawan tidak terjalin dengan harmonis, dan
komunikasi antar pribadi tidak berjalan efektif maka koordinasi di dalam
organisasi/lembaga tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat menurunkan
motivasi kerja karyawan dan mengakibatkan sasaran-sasaran atau target-target
yang harus dicapai organisasi niscaya tidak akan sesuai dengan yang
direncanakan.
Dalam mencapai komunikasi antar pribadi yang efektif diperlukan suatu
teknik berkomunikasi yang tepat sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh
seorang pimpinan kepada bawahan menjadi tepat sasaran.
Komunikasi persuasif termasuk salah satu upaya berencana dan bertahap
dalam mencapai komunikasi organisasi yang efektif
2
untuk mempengaruhi,
mengubah kepercayaan, sikap atau perilaku komunikan.2 Kunci dari komunikasi
persuasif adalah pada maksud (intent). Faktor-faktor yang harus dipenuhi dalam
keberhasilan komunikasi persuasif, adalah:
1. Pesan – pesan dapat didengar dan menarik perhatian.
2. Pesan itu dimengerti
3. Penerimaan komunikasi harus dengan beberapa cara tertentu sehingga
menjadi pengalaman positif dan menyenangkan dan mengandung ide yang
baik.
4. Pesan harus bertahan dan merasuk ke dalam dampak persepsi yang
diinginkan.
Komunikasi persuasif sebagai kegiatan psikologis berbeda dengan koersi
(coersion) yang juga bertujuan mempengaruhi atau merubah sikap, pendapat atau
perilaku komunikan. Persuasi dilakukan dengan halus, luwes dan mengandung
sifat-sifat manusiawi, sedangkan koersi mengandung sanksi dan ancaman seperti
perintah, intruksi, bahkan suap, pemerasan dan boikot. Akibat koersi adalah
perubahan sikap, pendapat atau perilaku dengan perasaan terpaksa karena
diancam dan menimbulkan rasa ketidaksenangan, rasa benci dan dendam.
Sedangkan akibat persuasi adalah kesadaran, kerelaan disertai perasaan senang.
Edwin
P.
Bettinghause
memberikan
ilustrasi
persuasive
dalam
hubungannya dengan komunikasi persusasif seperti berikut:
Agar bersifat persuasive suatu situasi komunikasi harus mengandung
upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan sadar untuk mengubah
perilaku orang lain atau sekelompok orang lain dengan menyampaikan
beberapa pesan.3
2
E. Farley, John, 1982
Effendy, Onong Uchjana, Hubungan Masyarakat, Bandung, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya,
1992, hal. 80
3
3
Dalam konteks komunikasi, komunikasi persuasif ini menimbulkan
dampak (efek) yang lebih tinggi kadarnya dibandingkan dengan komunikasi
informatif, yaitu lebih tinggi dampaknya dalam dampak kognitif, dampak afektif,
dan dampak perilaku (sikap).4 Sedangkan teknik-teknik komunikasi persuasif
dapat dipilih dan direncanakan yaitu meliputi teknik asosiasi, teknik integrasi,
teknik ganjaran, teknik tataan dan teknik red-herring.
Pembahasan mengenai perilaku kerja dengan sendirinya berkaitan dengan
pembahasan mengenai faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu berupa
minat, kebutuhan dan sikap seseorang. Minat akan mengarahkan perhatian
seseorang terhadap pekerjaannya, dan menimbulkan motivasi untuk melakukan
kegiatan tertentu.
Keberhasilan
pimpinan dalam
menggerakan bawahannya
untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan tuntutan perusahaan sangat bergantung pada
kepiawaian pimpinan dalam mengkomunikasikan pesan yang efektif. Kekuasaan
dan wewenang tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
dalam mengatur suatu organisasi. Sangat diperlukan pendekatan komunikasi
persuasif pimpinan dalam memberikan pengarahan kepada bawahannya agar
bawahan melalukan pekerjaan secara sukarela yang akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding jika pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya. Dengan demikian pada dasarnya komunikasi
persuasif adalah penting bagi suatu organisasi/lembaga untuk dua hal yaitu untuk
prestasi dan kepuasaan kerja
PT iForte Solusi Infotek adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang
jasa telekomunikasi. Kantor Pusat PT iForte Solusi Infotek berlokasi di Jalan MT
4
Roekomy, R, Dasar-dasar Persuasi, Bandung, PT. Penerbit Aditya Bakti, 1992, hal. 36
4
Haryono Kav. 16, Wisma Millenia lantai 4, Tebet, Jakarta Selatan. Pada awal
berdirinya di tahun 2003, iForte hanya mempunyai 100 karyawan yang tersebar
di berbagai cabang, sampai tahun 2008 iForte memiliki lebih dari 250 karyawan.
Kesuksesan yang diraih iForte diantaranya yaitu akuisisi PT Powerlan Australia
menjadi PT iForte Mitra Infotek sebagai salah satu cabang perusahaan. Sharing
Our Success Together menjadi filosofi perusahaan di mana keberhasilan adalah
milik bersama dan makna sukses di sini sebagai ’growth’ atau perkembangan ke
arah yang lebih baik. Tentunya ukuran sukses itu sendiri akan berbeda-beda di
tiap individu perusahaan. Maka disini perusahaan berfungsi sebagai perantara
dalam membantu individu-individu mewujudkan sukses tersebut.
Tahun
2009
diprediksikan
sangat
sulit
bagi
perusahaan
untuk
meningkatkan revenue, hal ini karena diperkirakan akan terjadinya krisis dunia
yang tentunya berdampak pada berbagai sektor kehidupan manusia. Sebagai
dampak dari krisis dunia tersebut, perusahaan sangat sulit mencapai target
revenue, di mana team sales tidak berhasil memasarkan produk. Kegagalan
tersebut berimbas pada income perusahaan.
Berdasarkan data dari Divisi Finance dan Accounting, kondisi keuangan
perusahaan mulai mengkhawatirkan karena tanpa adanya tambahan income,
perusahaan tetap harus membiaya operasional, membayar kewajiban-kewajiban
perusahaan yang salah satunya adalah gaji karyawan.
Untuk mengatasi masalah kesulitan keuangan, perusahaan sudah
menempuh jalan dengan cara pinjaman lunak, namun dengan mempertimbangkan
kemampuan mengembalikan pinjaman tersebut, maka jumlah pinjaman itu hanya
bisa untuk mencukupi biaya operasional saja termasuk gaji karyawan, tapi tidak
mencukupi untuk memberikan bonus dan kenaikan gaji. Kondisi yang demikian
5
berdampak pada produktivitas kerja karyawan yang menurun di mana menurut
data dari Divisi HRD, tingkat ketidakhadiran karyawan sangat tinggi. Motivasi
karyawan menjadi menurun dengan tidak adanya pembagian bonus.
Selain demotivasi karyawan, hubungan antara pimpinan dengan karyawan
menjadi kurang harmonis. Pimpinan enggan berbaur dengan karyawan karena
ketidaksiapan menghadapi pertanyaan-pertanyaan karyawan sehubungan dengan
kondisi perusahaan. Karyawan pun juga menaruh curiga terhadap pimpinan yang
yang membatasi diri. Pimpinan seolah-olah menutup segala bentuk kemungkinan
terjadinya komunikasi informal yang kerap terjadi di setiap kesempatan, baik
dalam pertemuan formal seperti internal meeting ataupun pertemuan informal
seperti kegiatan di luar aktivitas kerja.
Internal meeting yang biasanya sebagai wadah bertukar pikiran dan diskusi
tentang hal apapun, saat ini hanya sebagai komunikasi sepihak yaitu dari
pimpinan kepada karyawan saja. Karyawan kurang antusias menanggapi pesan
yang disampaikan pimpinan, sehingga sulit bagi pimpinan untuk mendapatkan
respon yang diinginkan.
Untuk mendisplinkan karyawan, perusahaan melalui divisi HRD mulai
menyoroti dan menindak karyawan yang mempunyai catatan absensi yang tidak
baik. Perusahaan berusaha mendisiplinkan karyawan dengan mengeluarkan
kebijakan mengenai batas maksimal keterlambatan karyawan yang dapat
ditoleransi dan pemberian sanksi hukuman mulai dari peringatan lisan, surat
peringatan sampai dengan pemutusan hubungan kerja. Namun usaha tersebut
tidak berhasil, karena banyak karyawan yang akhirnya merasa resah, karena
karyawan menganggap perusahaan tidak dapat memberikan apa yang menjadi
6
harapan karyawa, namun perusahaan menuntut loyalitas dan integritas karyawan,
kondisi demikian yang akhirnya membawa karyawan pada keputusan resign.
Perusahaan menyadari bahwa untuk mengatasi masalah penurunan
motivasi kerja dan produktivitas karyawan, perusahaan perlu mengambil tindakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memperbaiki hubungan dengan
karyawan dan memperbaiki kualitas komunikasi dengan karyawan.
Perusahaan melalui Divisi Organizational Development, menyusun
kegiatan internal berupa training yang berhubungan dengan peningkatan kualitas
produk, kualitas pelayanan dan kualitas kerja yang dikhususkan bagi pimpinan
level manager dari semua Divisi yang selanjutnya pimpinan share ke tiap
karyawan. Tujuan dari training tersebut adalah untuk mengkomunikasikan
kesulitan yang dihadapi perusahaan untuk meluruskan prasangka negatif
karyawan terhadap perusahaan dan untuk memperbaiki penurunan motivasi dan
produktivitas karyawan dengan membangkitkan kesadaran karyawan betapa
pentingnya peranan yang dijalani dalam memberikan support terhadap target
perusahaan.
Perusahaan juga melalukan restrukturisasi, yaitu perubahan pada pimpinan
pada level manager pada Divisi yang tidak perform. Perusahaan mengumpulkan
semua pimpinan level manager ke atas dan mengumumkan perubahan tersebut
sekaligus menjelaskan usaha yang dilakukan perusahaan dalam rangka
menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Menurut informasi dari Coporate
Secretary, perusahaan saat ini sedang mencari investor baru untuk membeli saham
perusahaan. Tentunya investor tidak hanya tertarik pada produk yang dihasilkan
perusahan, namun investor perlu mendapatkan kepastian bahwa keputusan yang
7
diambil perusahaan menjual sahamnya mendapat dukugan dari seluruh
karyawannya..
Untuk itu management perusahaan menghimbau pimpinan untuk
membantu perusahaan dalam usaha menarik minat investor dengan mengusahakan
hubungan dan komunikasi yang baik dengan karyawan. Bagaimana karyawan
memiliki kepercayaan kepada perusahaan, sadar dan peduli dengan tanggung
jawabnya serta mendukung keputusan perusahaan.
Posisi pimpinan sebagai jembatan antara kepentingan perusahaan dan
pribadi karyawan harus dapat mengakomodir kebutuhan keduanya, dimana tetap
memperhatikan aspek-aspek motivasi karyawan untuk mencapai apa yang
menjadi tujuan perusahaan dimana saat ini perusahaan sangat membutuhkan
mendapatkan dukungan sepenuhnya dari karyawan dalam rangka menarik
investor untuk menyelamatkan perusahaan. Sedangkan tujuan pimpinan adalah
mengarahkan karyawan agar memberikan dukungan karyawan kepada perusahaan
dengan menunjukkan sikap loyalitas dan produktivitas yang tinggi.
Usaha untuk mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku karyawan
memerlukan suatu teknik komunikasi yang tepat, sementara hubungan dan
komunikasi yang baik antara pimpinan dan karyawan tidak cukup untuk
mempengaruhi karyawan. Pimpinan perlu melakukan pendekatan persuasi kepada
karyawan untuk membujuk, mengajak dan meyakinkan karyawan untuk tetap
loyal dan peduli terhadap produktivitas dan kinerja.
Dalam setiap kesempatan baik pada pertemuan formal dan informal,
pimpinan menjelaskan pentingnya kualitas produk, pelayanan dan kualitas kerja
untuk mencapai tujuan perusahaan.
8
Peneliti sangat tertarik melakukan penelitian di PT iForte Solusi Infotek
untuk mengetahui pendekatan persuasif yang dilakukan pimpinan dalam rangka
mempengaruhi karyawan , di mana sebelumnya motivasi kerja karyawan menurun
karena tidak adanya pembagian bonus. Sementara dalam usaha menyelematkan
perusahaan, bentuk dukungan dan loyalitas karyawan sangat diperlukan.
Peneliti ingin mengetahui dan mempelajari eksistensi pimpinan sebagai
persuader dalam melakukan komunikasi persuasif yang diterapkan pimpinan
dalam mempengaruhi dan meyakinkan karyawan sehingga karyawan melalukan
pekerjaannya secara sukarela dan memiliki kepedulian yang lebih besar terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Melalui penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan dari
bulan Mei sampai Juli 2010, peneliti mencoba untuk melihat dan menelaah lebih
lanjut mengenai apakah ada hubungan komunikasi persuasif pimpinan dengan
motivasi kerja karyawan pada PT. Iforte Solusi Infotek.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diteliti oleh peneliti adalah ’Apakah ada hubungan
antara komunikasi persuasif pimpinan dengan motivasi kerja karyawan pada PT.
Iforte Solusi Infotek’
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada skripsi ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara komunikasi persuasif pimpinan dengan motivasi kerja karyawan
pada PT. Iforte Solusi Infotek.
9
1.4. Signifikansi Penelitian
Signifikansi penelitian adalah manfaat yang akan diberikan dari hasil
penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu:
1.4.1. Manfaat Akademis
Menjadi bahan pertimbagan, memberikan masukan dan diharapkan dapat
digunakan dalam ilmu komunikasi, khususnya tentang hubungan antara
komunikasi persuasif pimpinan dengan motivasi kerja karyawan.
1.4.2. Secara Praktis
Menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen
(pemimpin)
PT.
Iforte
Solusi
Infotek
dalam
menerapkan
dan
melaksanakan kebijakan-kebijakannya, pola hubungan yang harnonis
antara pemimpin dan karyawan diharapkan dapat meningkatkan motivasi
kerja karyawan.
10
Download