131 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pentingnya kesehatan sebagai HAM dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasional. Karena hak atas kesehatan merupakan salah satu bagian dari HAM maka hal tersebut merupakan kewajiban Negara untuk memenuhi dan melindunginya. Pemerintah pun harus bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan menyediakan akses obat-obatan dan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Salah satu tindakan untuk mengakomodir kebutuhan tersebut adalah Pemerintah menerapkan PPoP. PPoP untuk paten obat diatur dalam Article 31 TRIPs Agreement yang kemudian diterapkan dalam Pasal 99-103 UU Paten. Ketentuan tersebut memperbolehkan pemerintah dalam melindungi hak atas kesehatan masyarakat dapat memproduksi obat paten yang dimiliki pemegang paten tanpa persetujuannya terlebih dahulu. Berlandaskan kepentingan umum tersebut, pemerintah dapat melakukan langsung atau menunjuk pihak ketiga untuk melakukan produksi obat generik meski patennya belum berakhir dan tanpa persetujuan pemegang paten. Berdasarkan aturan tersebut Pemerintah Indonesia menerbitkan Perpres Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah terhadap Obat 132 Antiviral dan Antiretroviral untuk 6 jenis obat yaitu: Efavirenz, Abacavir, Didanosin, kombinasi Lopinavir dan Ritonavir, Tenofovir, kombinasi Tenofovir dan Emtrisitabin, dan kombinasi Tenofovir, Emtrisitabin dan Evafirenz. Agar dapat diproduksi oleh pemerintah dan tersedia obat generiknya. Hal ini tentunya dapat mengurangi harga obat secara signifikan dan menambah jumlah peredaran obat. Oleh karena itu, masyarakat dapat mengakses obat-obatan tersebut dengan mudah, sehigga kewajiban Negara dalam memenuhi hak atas kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan menurut hukum internasional dan juga hukum nasional. PPoP juga memberikan perlindungan kepada pemegang paten. PPoP hanya dapat dilakukan apabila terjadi keperluan pertahanan dan keamanan Negara dan untuk situasi mendesak di bidang kesehatan masyarakat untuk kepentingan masyarakat umum. Dalam Article 31 TRIPs Agreement dan UU Paten juga diatur meskipun dapat dilakukan tanpa persetujuan pemegang paten, namun pemegang paten berhak untuk diberi pemberitahuan dengan segera dan mendapatkan kompensasi yang wajar dan proporsional atas kebijakan tersebut. Meski dalam Pasal 4 Perpres No. 76 Tahun 2012 dicantumkan bahwa kompensasi yang diberikan Indonesia relatif kecil, yaitu hanya 0,5% dari netto penjualan, namun hal ini telah disesuaikan dengan kemampuan Indonesia dan kompenasasi lain yang diberikan kepada pemegang paten dan telah sesuai dengan batas wajar yang dalam pedoman pemberian remunerasi internasional. Tentu saja hal ini sangat penting agar para inventor tetap melakukan penelitian dan pengembangan sehingga menemukan invensi-invensi yang berguna bagi 133 masyarakat. Hal tersebut juga mempengaruhi tingkat kepercayaan kepada Negara dalam melindungi hak-hak masyarakatnya. B. SARAN PPoP merupakan salah satu cara dalam melindungi hak atas kesehatan masyarakat dalam kondisi darurat dibidang kesehatan. Agar hak atas kesehatan masyarakat terus terjamin, sebaiknya Pemerintah tidak hanya obat-obat AV/ARV lini pertama saja yang diterapkan PPoP, namun pengobatan lini kedua seperti obat Lopinavir/Ritonavir (LPV/r) dan Atazanavir/Ritonavir (ATV/r) dan pengobatan lini ketiga seperti Raltegravir (RAL), Etravirine (ETV), dan Darunavir (DRV) yang lebih efektif dalam pengobatan HIV/AIDS dan Hepatitis B. Mengingat Indonesia menempati posisi-posisi teratas dunia dalam jumlah penderita penyakit tersebut. Dalam penerapan PPoP pemberian kompensasi yang wajar dan proporsional juga harus dilakukan oleh setiap Negara termasuk Indonesia. Agar hak-hak pemegang paten tidak dilanggar dan tidak merasa dirugikan dengan kebijakan tersebut. Hal ini akan menimbulkan keinginan pemegang paten untuk terus berinvestasi di Indonesia dan para inventor tetap memiliki keinginan untuk terus melakukan invensi-invensi khususnya di bidang kesehatan.