systemic lupus erythematosus, SLE

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus, SLE) dapat
mempengaruhi banyak organ di tubuh dan menunjukan manifestasi klinis dan
imunologis dengn spectrum yang luas. Kelainan hematologi sering kali ditemukan
pada SLE. Anemia dan trombositopenia kelainan hematologi yang sering terjadi pada
perjalanan penyakit pasien SLE, biasanya bukan merupakan kondisi yang fatal, namun
pada beberapa kpasien dapat terjadi gangguan yang berat sehingga menimbulkan
menegemen yang agresif. Leukopenia juga sering terjadi, hampir selalu merupakan
limfopenia, bukan granulositopenia, kondisi ini jarang menjadi predisposisi terjadinya
infeksi dan biasanya tidak membutuhkan terapi. Thrombosis merupakan salah satu
penyebab kematian pada pasien SLE.
Sumsum tulang menjadi target pada pasien SLE dengan sitopenia. Sebuah
penelitian pada pasien-pasien SLE dengan sitopenia, yang tidak menggunakan obat
imunosupresif, melaporkan gambaran sumsum tulang hiposelularitas menyeluruh
(47,6%), peningkatan proliferasi retikulin (76,2%) dengan mielofibrosis pada satu
pasien, pada mikrosis (19%) plasma sitosis tampa pada 26,7% pasien dan cadangan
besi menurun atau tidak ada pada 73,3% pasien.
A. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian lupus
2. Untuk menjelaskan patofisiologi lupus baik secara teori maupun kasus.
3. Untuk menjelaskan perbedaan lupus secara teori dan secara kasus.
B. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan penulis dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan lupus.
2. Menambah pengetahuan bagi semua pembaca.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Berikut pengertian dari Lupus :
1. Lupus adalah gangguan autoimun inflamasi kronik jaringan ikat yang mengenai
banyak organ ditandai dengan kekambuhan remisi dan eksaserbasi, terutama
mengenai perempuan
2.
Lupus adalah penyakit sistemik yang menyerang system jaringan ikat dan vaskuler
dengan karakteristik adanya antinuclear antibody (AAN)
2.2 Etiologi
Faktor genetic mempunyai peranan penting, oleh karena didalam serum penderita
dapat terjadi fenomena sel LE, karena ada faktor LE. Didalam sirkulasi darah didapati
AAN dan serum komplemen glomeruls yang memperkuat konsep adanya gangguan
imunologi dalam penderita SLE.
System neuroendokrin ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap system imun.
Penelitian telah menunjukan bahwa system neuroendokrin dengan system imun saling
mempengaruhi secara timbal balik diimmana hormone prolactin dapat merangsang
respon imun.
2.3 Manifestasi Klinis
1. Artritis atau arthralgia (sendi interfallangeal proksimal diikuti lutut, pergelangan
tangan, metakarpofalangeal siku dan pergelangan kaki)
2. Nyeri terjadi pada epusi sendi
3. Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir (lesi kulit akut, subakut, dispoid dan
livido retikularis, ruam kulit berbentuk kupu-kupu, pada tubuh yang terkena sinar
matahari dapat timbul ruam kulit yang terjadi karena hipersensitivitas
4. Kelainan ginjal ditemukan pada 68% kasus SLE (proteinuria, hematuria, nefritis
lupud difus dan nefritis lupus membranosa, pielonefritis kronik, tuberculosis ginjal
5. Perikarditis ringan pada jantung (efusi perikard, iskemia miokard, endocarditis
verukosa).
6. Efusi pleura unilateral ringan
2
7. Nyeri abdomen (disertai mual ,muntah tetapi jarang dan diare, disebabkan juga
oleh peritonitis steril atau arteritis pembuluh darah)
8. Hepatosplenomegali
(umumnya
dalam
beberapa
bulan
akan
kembali
normal/menghilang)
9. Pembesaran kelenjar getah bening (limfa denofati difus
10. Kelenjar parotis membesar
11. Pada mata (konjungtivis, edema periorbital, perdarahan subkonjungtival, uveitis
dan adanya badan sitoid di retina).
2.4 Patofisiologi Umum
Ganggun respon imun
Stimulasi antigen
(bahan kimia, DNA Bakteri, Antigen Virus, Fosfolipid, protein, DNA, dan RNA)
Aktivasi sel T
Memproduksi sitoksin
Sel B terangsang
Produksi auto antibodi yang patogen
Peningkatan sel antibodi hipergamaglobulinemia
Pembentukan kompleks imun
2.5 Komplikasi
1. Infeksi yang terjadi bersamaan
2. Osteonecrosis pinggul akibat konsumsii steroid jangka panjang
3. Pada ginjal dan jantung terjadi kelainan sistemik
4. Infeksi saluran kemih
3
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian Teori
1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami:
-
Keluhan mudah lelah
-
Lemah
-
Nyeri
-
Kaku
-
Demam/panas
-
Anoreksia
-
Dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien
2. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepasa, muka atau leher
3. Cardivascular
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi eritematous
kopuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi
diujung jari tangan, siku, jari kaki, dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi
lateral tangan.
4. Musculosceletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi
hari.
5. Integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kuppu yang meilntang
pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum.
6. Pernapasan
Pleuritis atau efusi pleura
7. Vaskuler
4
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura diujung kaki, tangan, siku, serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi
lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Renal
Edema dan hematuria
9. Syaraf
Sering terjadi depresi dan prikosis, juga serangan kejang-kejang, korea, ataupun
manifestasi SSP lainnya.
3.2 Diagnosa Keperawatan Teori
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan
2. Keletihan berhubungan dengan penningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan
otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukkan
kompleks imun.
3.3 Intervensi Keperawatan Teori
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan
Tujuan : Perbaikan dalam tingkat kenyamanan
Intervensi :
a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres
panas/dingin, masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyanggah,
bidai, teknik relaksasi, aktivitass yang mengalihkan perhatian)
b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan
c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap
penatalaksanaan nyeri
d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat
kronik penyakitnya
e. Jelaskan patofisiologi nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa
nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya
5
f. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk
memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya
g. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
Tujuan : mengikut sertakan tidakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari
yang diperlukan
Intervensi :
a. Jelaskan hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
b. Jelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya
c. Kembangkan dan mempertahankan tindakan rutin untuk tidur (mandi air hangat
dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
d. Jelaskan pentingnya instirahat untuk engurangi stress sistemik, artikuler dan
emosional
e. Jelaskan cara penggunaan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
f. Kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan
g. Fasilitasi pengembangan jdwal aktivitaas atau istirahat yang tepat
h. Dorong kepatuhan psien terhadap program terapinya
i. Rujuk dan dorong program kondisioning
j. Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dan makanan dan suplemen
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan
otot, rasa nyei saat bergerak keterbatasan daya tahan fisik
Tujuan : Mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang optimal
Intervensi :
a. Dorong verbralisasi yang berkenaan dengan keterbatasan mobilitas
b. Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi atau fisioterapi
c. Tekankan kisaran gerak pada sendi yang sakit
d. Tingkatkan pemakaian alat bantu
e. Jelaskan pemakaian alas kaki yang aman
f. Gunakan postur atau pengaturan posisi tubuh yang tepat
g. Bantu pasien untuk mengenali rintangan dalam lingkungannya
h. Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membentu jika diperlukan
i. Berikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas
6
j. Berikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas
k. Menguatkan kembali prinsip perlindungan prinsip perlindungan sendi
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang diakibatkan penyakit kronik
Tujuan : Mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan perubahan fisik serta psikologik
yang ditimbulkan penyakit
Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan
penanganannya
b. Dorong vebralisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
c. Bantu menilai situasi sekarang dan mengenali masalahnya
d. Bantu mengenali mekanisme koping padda masa lalu
e. Bantu mengenali mekanisme koping yang efektif
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,
penumpukan kompleks imun.
Tujuan : Pemeliharan integritas kulit
Intervensi :
a. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
b. Hilangkan kelembapan dari kulit
c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan
kompres hangat yang terlalu panas
d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya
e. Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid
7
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 Pengkajian
Skenario 1
Seorang wanita berusia 40 tahun di rawat di rumah sakit mengeluh demam, lemas,
penurunan BB, tidak nafsu makan, nyeri di persendian jari, tangan dan llutut skala nyeri 7,
terdapat ruam kupu-kupu pada pipi, fotosensitifitas, merasa cemas dengan kondisi sakitnya.
Sebelum sakit mempunyai riwayat pernah berkonsultasi dengan psikolog karena merasa
dikucilkan dikeluarga dan tempat kerja. Hasil pemeriksaan fisik: TD: 130/90 mmHg, Nadi:
88x/menit, Suhu: 37,5°C, RR: 16x/menit, TB: 150 cm, BB: 48 kg, terdapat petekie di
lengan dan kaki. Tes ANA posirif, leukosit 2000/mm³, trombosit 80.000/mm³.
DS
DO
1. Klien mengeluh demam
1. TD :130/90 mmHg
2. Klien mengeluh lemas dan
3. Klien
mengeluh
tidak
N :88 x/menit
nafsu
makan
4. Klien
RR : 16 x/menit
mengeluh
nyeri
dipersendian jari, tangan dan lutut
5. Klien mengatakan merasa cemas
dengan kondisi sakitnya
mempunyai
riwayat
pernah
berkonsultasi
dengan
psikolog
merasa
2. TB :150 cm
BB :48 kg
3. Terdapat petekie di lengan dan kaki
4. Skala nyeri 7
6. Klien mengatakan sebelum sakit
karena
S :37,50C
dikucilkan
dikeluarga dan tempat kerja
5. Terdapat ruam kupu-kupu pada pipi
6. Fotosensitivitas
7. Tes ANA (+)
8. Leukosit 2000/mm³
9. Trombosit 80.000/mm³
10. penurunan BB
8
4.2 Analisa Data
Symtome
Problem
Nyeri
DS:
1. Klien mengeluh nyeri di
Etiologi
berhubungan
inflamasi
persendian jari tangan dan
dan
dengan
kerusakan
jaringan
lutut
DO:
1. Leukosit 2000 /mm3
2. Tes ANA positif
3. Skala nyeri 7 (1-10)
Resiko nutrisi kurang berhubungan
DS:
1. klien mengatakan lemas
2. klien
mengatakan
dari kebutuhan tubuh
dengan
kehilangan nafsu makan
tidak
nafsu makan
DO:
1. TB: 150 cm
2. BB: 48 kg
3. Trombosit 80.000 /mm3
4. Penurunan BB
4.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu
makan
Diagnosa yang mungkin muncul
1. Harga diri rendah b.d gangguan gangguan citra tubuh
2. Ansietas b.d stess
3. Gangguan integritas kulit b.d Radiasi
9
4.4 Intevensi keperawatan
No
Diagnosa
Kriteria Hasil
Perencanaan
Intervensi
1.
Nyeri
Setelah
berhubungan
tindakan
dengan
4X24 jam diharapkan
meredakan
inflamasi
klien:
untuk
jaringan
Rasional
dilakukan Mandiri
keperawatan
1. Tidak ada nyeri
1. tawarkan
tindakan
nyeri
membantu
pengobatan
umpan
rasa nyeri.
tangan dan lutut.
balik biologis teknin
rentan
normal
5000-10.000u/l
3. Tes
ANA
negative
4. Skala
normal (0)
nyeri
relaksasi
dan
massase punggung)
2. tentukan
meredakan/m
engalihkan
(misalaya
dalam
membantu
nyeri
dipersendian jari
2. Leukosit
1. Untuk
dampak
pengalaman
nyeri
2. Untuk
memantau
dampak nyeri
berpengaruh
atau
tidak
pada kualitas hidup
terhadap
(misalnya
tidur, selera
tidur,
selera
makan,
makan,
aktifitas,
kognisi,
aktifitas,
alam perasaan)
3. Panatau
kognisi, alam
dan
dokumentasikan
perasaan
3. Untuk
efek samping dari
mengurangi
obat analgetik
rasa nyeri
4. Pantau hasil LAB
(leukosit)
dan
tes
ANA
4. Agar
hasil
LAB dan tes
ANA
terpantau
Kolaborasi
1. Pemberian analgesik
1. Untuk
mengurangi
rasa nyeri
10
2.
Resiko nutrisi Setelah
kurang
dilakukan Mandiri
dari tindakan
keperawatan
1. Identifikasi
faktor
1. Agar
dapat
kebutuhan
2X24 jam diharapkan
yang mempengaruhi
mengidenfiti
tubuh
klien:
kehilangan
kasi
1. Klien
tidak
makan pasien
lemas
2. Klien
2.
nafsu
makan
3. Dapat
mempertahankka
n IMT
Berikan
normal
140.000-400.000
faktor-
faktor
yang
makanan
mempengaru
yang sesuai dengan
hi hilangnya
pilihan
pribadi,
selera makan
budaya dan agama
(seperti obat
pasien
dan masalah
3. Komunikasikan
4. Trombosit dalam
rentan
selera
bahwa
pasien
bertanggung
jawab
terhadap
pilihan
aktivitas dan makan
emosi)
2. Agar
nafsu
makan pasien
meningkat
3. Agar pasien
dapat
bertanggung
jawab
terhadap
delera
makannya
Kolaborasi
1.
Diskusikan dengan
dokter
stimulasi
kebutuhan
nafsu
makan
2.
1. Agar
makan klien
meningkat
2. Agar
Laporkan
kepada
ditindak
dokter
apabila
lanjut
pasien
menolak
makan
nafsu
dapat
oleh
dokter untuk
stimulus
makan.
11
4.5 Pathway Kasus
Faktor infeksi, antibiotic, sinar
ultraviolet, stress yang berlebihan,
obat, obatan tertentu, hormon.
Gangguan
imunoregulasi
Fungsi sel
T supresor
aabnormal
Peningkata
n anti body
berlebihan
Terbentuknya
kompleks imun
Beredar dalam
sirkulasi darah
Mengendap di
berbagai organ
tubuh
kulit
Peradang
an di kulit
Otot dan
kerangka
tubuh
Ruam
kupukupu
Peradang dan inflamasi
membran sinovial
Saluran
pencernaan
athritis
Nyeri
abdomen
Pembuluh
darah
Jumlah
trombosit
berkurang
Nyeri
DX
12
Tidak nafsu
makan
Perdrahan
Petekie
Dx: Nutrisi
kurang dari
kwbutuhan
tubuh
13
Lampiran : Laporan Hasil Tutor
Kata Yang Tidak Dimengerti

Fotosensitivitas
Fotosensitivitas adalah peka terhadap sinar matahari, menyebabkan pembentukan atau
semakin memburuknya ruam kulit.

Tes ANA
Tes ANA akan mengidentifikasi autoantibody (antibody perusak) yang emakan sel-sel
berguna didalam tubuh. Hasil positif tes ini belum dikatakan seseorang terkena lupus.
Dibutuhkan data-data lain seperti gejala-gejala, catatan fisik pasien, dan tes lengkap
laboratorium hingga dipastikan si pasien apakah menderita lupus
Kata kunci

Penurunan BB

Tidak nafsu makan

Nyeri dipersendian jari

Terdapat ruam kupu2 pada pipi

Terdapat petekie di lengan dan kaki

TD 130/90 mmHg

Leukosit menurun 2000 mm3

Trombosit 80.000 mm3
Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagaimana gambaran hematologik pada SLE ?
Anemia hemolitik
Leukopenia (jumlah leukosit <4000 sel/mm
Limfopenia (jumlah limfosit <1500 sel/mm)
Trombositopenia (jumlah trombosit <1000.000/mm)
2. Mengapa leukosit menurun ?
Leukosit yang dihasilkan tubuh merupakan system kekebalan tubuhyang berfungsi
mengendalikan pertahanan tubuh dan melawan infeksi. Pada kasus SLE leukosit yang
seharusnya melindungi tubuh tetapi malah berbalik menyerang tubuh sendiri atau yang
14
disebut proses autoimun, sehingga leukosit mengalami penurunan karena adanya
proses autoimun
3. Apa saja manifestasi kliniis pada SLE selain dikasus ?

Demam

Lelah

Merasa tidak enak badan

Penurunan berat badan

Ruam kulit

Ruam kupu-kupu

Ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari

Sensitive terhadap sinar matarahari

Pembengkakan dan nyeri persendia

Pembengkakan kelenjar

Nyeri otot

Mual dan muntah

Nyeri dada pleuritik

Kejang

Psikosa
Gejala lain yang mungkin ditemukan :

Hematuria

Mimisan

Batuk darah

Gangguan menelan

Bercak kulit

Bintik merah dikulit

Perubahan warna jari takan bila ditekan

Mati rasa dan kesemutan

Luka dimulut

Kerontokan dirambut

Nyeri perut
15

Gangguan penglihatan
4. Apa saja diagnosa teori pada SLE ?

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan

Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasanyeri, depresi

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,
penurunan kompleks imun
5. Apakah nyeri pada persendian jari berhubungan dengan penyakit ini ?
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan menderita
arthritis. Persendian yang sering terkena adalah persendia pada jari tangan, tangan,
pergelangan tangan, dan lutut. Kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering
merupakan penyebab dari nyeri didaerah tersebut
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lupus adalah gangguan autoimun inflamasi kronik jaringan ikat yang mengenai
banyak organ ditandai dengan kekambuhan remisi dan eksaserbasi, terutama mengenai
perempuan. Faktor genetic mempunyai peranan penting, oleh karena didalam serum
penderita dapat terjadi fenomena sel LE, karena ada faktor LE. Didalam sirkulasi darah
didapati AAN dan serum komplemen glomeruls yang memperkuat konsep adanya
gangguan imunologi dalam penderita SLE.
5.2 Saran
Perlu mengenali gejala-gejala pada penyakit lupus ini agar dapat ditangani dengan
baik sejak awal untuk mempercepat proses penyembuhan dan atau merawat penyakit ini
untuk menghindari penyebarannya keseluruh organ tubuh. Perlu mengetahui tindakantindakan untuk proses penyembuhan penyakit ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Desmawati.2013.Sistem Hematologi dan Imunologi.Jakarta:In Media
Noer,Sjaifoellah.1996.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI
Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahern.2014.Diagnosa Keperawatan .Jakarta:EGC
Kluwers, Wolters.2009.Buku saku Patofisiologi .Jakarta:EGC
18
Download