7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Radio Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari satu tempat atau orang ke tempat atau orang lain. Dengan semakin berkembangnya industri, diperlukan suatu alat komunikasi jarak jauh yang cepat dan akurat. Setelah ditemukannya sinyal listrik, dibuat suatu komunikasi yang menggunakan media transmisi kabel. Kemudian ditemukan bahwa gelombang elektromagnetik dapat membawa informasi ke tempat lain tanpa memakai kabel atau yang lebih dikenal dengan komunikasi radio. Sampai pada akhirnya berkembang hingga menggunakan microwave seperti yang dipakai pada radar dan satelit. Pada dasarnya sinyal informasi (information source) tersebut diubah menjadi sinyal listrik dengan menggunakan transducer kemudian dihubungkan ke transmitter yang kemudian dipancarkan yang akan diterima reciever melalui saluran komunikasi tertentu dan berakhir sebagai output transducer. Pemancar (Tx) Media Komunikasi Penerima (Rx) Gambar 2.1 Blok Diagram Elemen Dasar Sistem Komunikasi Pada komunikasi radio, agar informasi dapat dipancarkan melalui udara maka harus terlebih dahulu diubah menjadi sinyal elektromagnetik yang lebih 8 dikenal dengan gelombang frekuensi radio. Gelombang radio ini memiliki panjang gelombang yang dapat dihitung dengan rumus yaitu: Keterangan : =C f = panjang gelombang (m) C = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) f = frekuensi (Hz) Gelombang radio banyak dimanfaatkan di berbagai bidang sehingga frekuensi–frekuensinya diklasifikasikan untuk mempermudah identifikasi dalam pemakaiannya, seperti terlihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Klasifikasi Spektrum Frekuensi Spektrum Frekuensi Radio Frekuensi (MHz) Penggunaan Very Low Frekuensi (VLF) 0,003 – 0,03 Navigasi, Telegrafi, Nautika, NDB Low Frekuensi (LF) 0,03 – 0,30 Aeronuatika Medium Frekuensi (MF) 0,30 – 3,00 High Frekuensi (HF) 3,00 – 30,0 Very High Frekuensi (VHF) 30,0 – 300 Ultra High Frekuensi (UHF) 300 – 3000 Supra High Frekuensi (SHF) Extremelly High Frekuensi (EHF) 3000 – 30000 > 30000 Navigasi, Komunikasi Laut, Broadcast Amatir Broadcast, SW Radio Broadcast TV, Amatir Radio, Navigasi Broadcast TV, Mobile Telephone, Navigasi Radar, Satelit Komunikasi Penelitian 9 Dari penjelasan di atas dapat diperoleh tiga macam kategori sistem komunikasi berdasarkan sumber informasi, yaitu: Sistem komunikasi analog, yaitu sumber informasi yang digunakan analog dan sistem pemodulasiannya analog. Sistem komunikasi digital, yaitu sumber informasi yang digunakan digital dan sistem pemodulasiannya digital. Sistem komunikasi hybrid, yaitu sumber informasi yang digunakan analog dan pemodulasiannya digital. 2.1.1 Transmitter (pemancar) Transmitter menghubungkan sinyal input ke suatu saluran komunikasi. Proses pada bagian transmitter ini meliputi amplification (penguatan), filtering (penapis), dan modulation (modulasi). Dari ketiga bagian tersebut, modulasi adalah bagian terpenting dimana merupakan proses pembentukan sinyal yang akan dipancarkan dengan menggunakan gelombang pembawa (carrier wave). Proses pemodulasian dapat dibedakan menjadi tiga macam cara yaitu: 1) AM (Amplitude Modulation) AM merupakan system modulasi dengan mengubah-ubah amplitude dari frekuensi carrier. Perubahan amplitude pada frekuensi carrier ini bergantung pada perubahan frekuensi sinyal informasinya. AM biasanya digunakan pada frekuensi radio dan merupakan metode pertama yang digunakan pada radio komersial. Bentuk gelombangnya seperti terlihat pada gambar 2.2. Pemancar AM ini beroperasi pada range frekuensi 535 kHz sampai 1605 kHz. 10 Gambar 2.2 Bentuk modulasi AM RF RF POWER OSC AMP AMP BUFFER AUDIO ANT MODULATOR POWER MIC Gambar 2.3 Blok Diagram AM Transmitter. 2) FM (Frequency Modulation) FM merupakan sistem modulasi dengan mengubah-ubah frekuensi carrier, perubahan frekuensi yang terjadi tergantung dari perubahan amplitudo sinyal modulasi. FM bekerja pada frekuensi 92,1 MHz sampai dengan 107,9 MHz. Bentuk gelombangnya seperti gambar 2.4. 11 Gambar 2.4 Bentuk modulasi FM FREQUENCY POWER MULTIPLIER AMPLIFER AUDIO OSCILATOR REACATANCE TUBE Gambar 2.5 Transmitter FM 3) PM (Phase Modulation) PM merupakan sistem modulasi dengan mengubah-ubah phase dari frekuensi carrier perubahan phase pada frekuensi carrier ini bergantung pada perubahan perbedaan phase antara sinyal informasi dan frekuensi carrier-nya. Biasanya memakai frekuensi carrier yang lebih tinggi dari AM maupun FM. Sistem modulasi ini tidak lazim digunakan untuk komunikasi radio broadcast. Meskipun terdapat beberapa macam tipe cara pemodulasiannya, namun pada dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi 2 macam saja, yaitu: 12 1) Continous Carrier Wave Modulation (CW), yaitu pemodulasian yang gelombang pembawanya menggunakan gelombang berjalan (gelombang sinusoidal). 2) Pulse Modulation, yaitu pemodulasian yang gelombang pembawanya menggunakan gelombang diskrit (gelombang persegi). 2.1.2 Receiver (penerima) Fungsi utama dari receiver adalah menguraikan sinyal yang dikirimkan oleh transmitter melalui saluran komunikasi untuk diubah ke dalam bentuk sinyal informasi yang diinginkan. Sehingga pada bagian receiver mengalami proses demodulator yang merupakan kebalikan dari proses modulasi pada transmitter. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan apabila terjadi kecacatan pembacaan sinyal informasinya, misalnya karena adanya distorsi atau interferensi, sehingga pada reciever juga diberi penapis dan penguat. Receiver yang dipakai untuk menguraikan sinyal carrier dan frekuensi carrier disesuaikan dengan jenis modulasi yang dipakai pada transmitter-nya, sebagai contoh adalah sinyal dari transmitter FM hanya akan bisa diuraikan oleh reciever FM. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pendeteksian sinyal informasi yang diterima. 13 2.2 Teori Radio VHF (Very High Frequency) Radio VHF sistem merupakan peralatan utama untuk Komunikasi Pengatur Lalu Lintas Udara dengan Pesawat terbang (Ground To Air) menggu nakan gelombang radio frekuensi sangat tinggi (Very High Frequency), mempunyai : - Band Frequency antara 117.950 Mhz s/d 136.000 Mhz - Modulasi AM - Antenna bersifat Vertikal polarisatior dan Omni Directional Radio VHF ini pada penggunaannya dibedakan oleh wilayah kerja Airspace Control yaitu : 1. ADC / Tower Control Pemancar VHF disini mempergunakan power output hanya sekitar 10 – 12 Watt, karena area yang dikontrol sesuai standart ICAO (International Civil Aviation Organitation) dimana mempunyai distance 1 – 6 Nm dengan altitude 1200 – 4000 feet. Informasi-informasi yang dilayani disini adalah untuk menuntun / membimbing pesawat terbang mulai dari Apron, taxi, sampai dengan siap Take off dan begitu juga sebaliknya. Antenna pemancar dan penerimanya dipasang / ditempatkan pada top tower (diatas tower). 2. APP (Approach Control) Pemancar VHF radionya mempergunakan power output 50 watt dan area kontrol mempunyai distance 6 – 10 Nm dengan altitude flight 4.000 – 20.000 feets. 14 Pada radio yang dipergunakan disini untuk melayani dan memberi informasi mulai dari pesawat terbang pada area Airbone sampai dengan memasuki wilayah kerja ACC dan juga sebaliknya. Untuk pengoperasian APP ini dalam Air Traffic Control dikenal juga dengan istilah Lower Control. Antena dan pemancarnya dipasang/ditempatkan pada TX – Station, sedang antena penerima pada RX – Station. Kedua station / gedung tersebut letaknya masing-masing terpisah dengan gedung Sentra Operasi (gedung tower) dan berjarak 3 Km antara gedung sentra operasi dengan TX – Station begitu juga RX – Station. Sarana penghubung antara gedung operasi dengan gedung pemancar / penerima menggunakan Ground Cable (kabel tanah). 3. ACC (Area Control) Radio VHF ini mempunyai power output 100 Watts. Karena jarak jangkau kontrolnya sangat jauh dan tinggi yaitu distance sama dengan 75 – 500 Nm dan altitude flight 16.000 – 43.500 feets maka pemancar (TX) dan penerima (RX) ditempatkan di suatu tempat yang tinggi dan strategis serta jauh dari airport Soekarno – Hatta Cengkareng yaitu disebelah barat kawah dipuncak gunung Tangkuban Perahu di Bandung. Sebagai sarana penghubungnya dipergunakan radiolink. Stasiun Tangkuban Perahu ini berfungsi juga sebagai Repeater (pemancar ulang). Dimana data / informasi dari VHF Radio setelah di proses pada Radio Processing di stasiun Cengkareng dikirim melalui radio link akan dikirim ke 15 stasiun Tangkuban Perahu seterusnya akan dipancar ulang ke pesawat terbang, sebaliknya begitu pula proses penerimaannya. P R O DESK OPS ROOM R C A E TX MAIN EQUIPMENT ROOM (MER) GD. TOWER Gambar 2.6 Blok Diagram Kerja VHF - ADC TX P R TX STATION O DESK OPS ROOM R C A E MAIN EQUIPMENT ROOM (MER) RX RX STATION Gambar 2.7 Blok Diagram Kerja VHF - APP 16 P TX R LINK O DESK OPS ROOM R C A E MAIN EQUIPMENT ROOM (MER) TX TX LINK VHF GD. TOWER CENGKARENG ST. TANGKUBAN PERAHU Gambar 2.8 Blok Diagram Kerja VHF – ACC Dengan Radio Link 17 Adapun tentang pengoperasian ACC Control dalam jarak yang lebih jauh lagi dipasang VHF – ER (Very High Frekuency Extended Range) VHF - ER yang telah dipasang yaitu : - Upper Tanjung Karang dengan Frequency 132.100 Mhz - Upper Palembang dengan Frequency 132.700 Mhz - Upper Kalimantan dengan Frequency 133.700 Mhz dan 125,7 Mhz - Upper Medan dengan Frequency 132,3 Mhz , 133,2 Mhz, 128,3 Mhz Komunikasi udara VHF – ER ini adalah untuk membantu pengontrolan wilayah / area kerja ACC yang sudah tidak terjangkau lagi oleh radio VHF yang dipasang pada repeater di Tangkuban Perahu. Sehingga diharapkan tidak ada blank spot untuk komunikasi antara ATC dengan Pilot. Untuk penghubung komunikasi VHF – ER ini mempergunakan jasa satelit VSAT (Very Small Aperture Terminal). Untuk lebih jelasnya cara kerja VHF – ER ini dapat digambarkan sebagai berikut: 18 SATELIT FREQ 132.1 MHz V 132.7 MHz Rad io TX S V TANJUNG KARANG V 133.7 MHz Pro cess S MER - CENGKARENG TX S PALEMBANG V TX S KALIMANTAN DESK OPS ROOM Gambar 2.9 Blok Diagram Kerja VHF – ACC Dengan VSAT 2.2.1 Proses Pengiriman (pemancar) Radio VHF Proses pengiriman sinyal yang terjadi merupakan program komunikasi simplex, yaitu secara bergantian. Untuk mengirimkan sinyal informasi harus menekan tombol PTT (Press to Talk) terlebih dahulu, selanjutnya pengiriman informasi berupa voise / suara dikirim melalui mikrofon handset. Sinyal informasi tersebut masuk ke rangkaian ANA 4 yang ada pada desk operator Radio Proccessing. Pada bagian ini sinyal analog akan diproses yaitu akan menguatkan modulasi dari mikrofon handset serta memberikan bagian pada PTT. Selanjutnya sinyal ini dimasukkan ke bagian 2 OP card yang berfungsi untuk menyesuaikan impedansi antara peralatan sebelumnya yaitu ADA 4 Card kemudian dilanjutkan ke Matrix Card yang ada pada radio 19 procesing. Selain itu pada 2 OP card diberikan sinyal dengan frekuensi 20 Khz sebagai carier PTT, dimana sinyal PTT ini nantinya digunakan untuk mengerjakan suatu rilai yang akan mengaktifkan pemancar. Dengan demikian sinyal yang telah masuk ke rangkaian matrix akan dipilih dan ditentukan untuk dihubungkan dengan pemancar yang diinginkan. Pemilihan dan penentuan hubungan matrix ini dilakukan oleh C MAT (control matrix) pada radio processing unit selanjutnya diteruskan ke 1 LCP card. Kemudian sinyal radio ini diproses pada radio processing untuk dikirimkan ke pemancar dan dimodulasikan dengan sinyal carier. Sebelum dipancarkan melalui antenna sinyal masuk ke rangkaian Multicoupler yang berfungsi sebagai alat untuk menghemat pemakaian antenna. Pada peralatan pemancar terdapat switching unit yang dapat digunakan secara otomatis maupun manual, dimana apabila terjadi kerusakan pada Transmitter Main maka secara otomatis akan dipindahkan ke rangkaian Transmitter Stand By agar jalannya komunikasi tidak terganggu. Antenna yang dipergunakan untuk memancarkan sinyal tersebut adalah jenis Crown, dimana pada satu tiang dapat ditempatkan sekaligus banyak antenna Transmitter ataupun antenna Receiver dengan tidak saling mengganggu . Keuntungan ini menyebabkan penempatan antenna tidak memakan tempat. 2.2.2 Proses Penerimaan (Receiver) Radio VHF Proses penerimaan merupakan kebalikan dari proses pengiriman sinyal informasi, dimana sinyal informasi yang telah dipancarkan tadi oleh pesawat terbang akan ditangkap dan dijawab kembali melalui radio pesawat terbang. Sinyal ini 20 kemudian akan ditangkap oleh antenna radio penerima lalu masuk ke Multicoupler dan seterusnya ke radio penerima. Dari radio penerima akan dikirim ke radio processing melalui 1 LCP dan terhubung secara otomatis ke rangkaian Microkontroller, oleh rangkaian Microkontroller ini setelah dipilih dikirimkan ke meja operator (desk kontrol) dengan frekuensi tertentu. Pada desk control sinyal akan masuk ke Audio card dan dikuatkan kembali amplitudonya agar dapat didengar melalui loudspeaker. 2.3 Mikrokontroller Mikrokontroler adalah teknologi baru yaitu teknologi semikonduktor dan kehadirannya sangat membantu perkembangan dunia elektronika. Dengan arsitektur yang praktis tetapi memuat banyak kandungan transistor yang terintegrasi, sehingga mendukung dibuatnya rangkaian elektronika yang lebih portable . Mikrokontroller memiliki perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar, artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan. Sedangkan disebutkan pada referensi lain bahwa Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus. Cara kerja mikrokontroller sebenarnya adalah membaca dan menulis data. Sekedar contoh, bayangkan diri Anda saat mulai belajar membaca dan menulis, ketika Anda sudah 21 bisa melakukan hal itu Anda bisa membaca tulisan apa pun baik buku, cerpen, artikel dan sebagainya, dan Anda pun bisa pula menulis hal-hal sebaliknya. Begitu pula jika Anda sudah mahir membaca dan menulis data maka Anda dapat membuat program untuk membuat suatu sistem pengaturan otomatik menggunakan mikrokontroler sesuai keinginan Anda. Mikrokontroller merupakan komputer di dalam chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya bisa disebut "pengendali kecil" dimana sebuah sistem elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini. Dengan penggunaan mikrokontroler ini maka sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas, rancang bangun sistem elektronika akan lebih cepat karena sebagian besar dari sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi. Pencarian gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang kompak. Namun demikian tidak sepenuhnya mikrokontroler bisa mereduksi komponen IC TTL dan CMOS yang seringkali masih diperlukan untuk aplikasi kecepatan tinggi atau sekedar menambah jumlah saluran masukan dan keluaran (I/O). Dengan kata lain, mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer karena mikrokontroler sudah mengandung beberapa periferal yang langsung bisa dimanfaatkan, misalnya port paralel, port serial, komparator, konversi digital ke 22 analog (DAC), konversi analog ke digital dan sebagainya hanya menggunakan sistem minimum yang tidak rumit atau kompleks. Secara teknis hanya ada 2 yaitu RISC dan CISC dan masing-masing mempunyai keturunan/keluarga sendiri-sendiri. RISC kependekan dari Reduced Instruction Set Computer, instruksinya terbatas tapi memiliki fasilitas yang lebih banyak. CISC kependekan dari Complex Instruction Set Computer, instruksinya bisa dikatakan lebih lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya. Tentang jenisnya banyak sekali ada keluarga Motorola dengan seri 68xx, keluarga MCS51 yang diproduksi Atmel, Philip, Dallas, keluarga PIC dari Microchip, Renesas, Zilog. Masing-masing keluarga juga masih terbagi lagi dalam beberapa tipe. Jadi sulit sekali untuk menghitung jumlah mikrokontroler. 2.3.1 AVR Atmega 8535 Mikrokontroller AVR Atmega 8535 sangat tepat dijadikan pengontrol utama system akuisisi data dengan biaya yang murah, karena sudah terdapat internal ADC 8 Channel sebesar 10 bit. Dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit. Dan sebagian besar intstruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. Berbeda degan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock, karena kedua jenis Mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR Atmega 8535 adalah mikrokontroller yang memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit word dan sebagian instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. 23 Gambar 2.10 Blok Diagram Arsitektur ATMega 8535 AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing) sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing) AVR dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90xx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, pheriperal dan fungsinya. Untuk Mikrokontroller AVR yang berukuran kecil, dapat mencoba AT90S2313 dengan ukuran flash memori 2k dengan dua input analog. Namum penggunaan AVR berukuran kecil saat ini sudah beralih 24 dari tipe 90S ke type ATtiny. Mikrokontroller AVR yang perlu dikuasai selain Atmega 8535 antara lain ATmega16, 32 dan ATmega 128. 2.3.2 ArsitekturAtmega 8535 Di dalam Mikrokontroler Atmega 8535 sudah terdiri dari : 1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. 2. ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit sebanyak 8 channel. 3. Tiga buah timer/counter dengan kemampuan perbandingan. 4. CPU yang terdiridari 32 buah register. 5. Watchdog timer dengan osilator internal. 6. SRAM sebesar 512 byte. 7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write. 8. Unit interupsi internal dan eksternal. 9. Port Antarmuka PPI. 10. Antar muka komparator analog. 11. Port USART untuk komunikasi serial. 2.3.3 Konfigurasi Pin Atmega 8535 Berikut ini adalah susunan pin/kaki dari Atmega 8535: 1. VCC merupakan pin masukan positif catu daya, untuk catu daya yang dibutuhkan yaitu sebesar 5 volt. 25 2. GND sebagai pin Ground. 3. Port A (PA0 – PA7) merupakan I/O dua arah yang dapat diprogram sebagai pin masukan ADC. 4. Port B (PB0 – PB7) merupakan I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu timer/counter, komparator analog, dan SPI. 5. Port C (PC0 – PC7) merupakan I/O dua arahdan pin fungsi khusus yaitu TWI, Komparator Analog dan Timer Osilator. 6. Port D (PD0 – PD7) merupakan I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu Komparator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial. 7. Reset merupakan pin yang digunakan untuk me-reset Mikrokontroler. 8. XTAL 1 dan XTAL 2 sebagai pin masukan clock eksternal. Suatu Mikrokontroler membutuhkan sumber detak (clock) agar dapat mengeksekusi instruksi yang ada di memori. 9. AVCC sebagia pin masukan tegangan untuk ADC. 10. AREF sebagai pin masukan tegangan referensi. 26 Gambar 2.11 Konfigurasi Pin Atmega 8535 2.4 Wavecom Modul GSM Wavecom GPRS M1306B (Q2403A) adalah sebuah modul yang dapat digunakan sebagai komunikasi via wireless GSM , dengan alat ini kita dapat dengan mudah mengirimkan data berupa SMS , atau data GPRS. Wavecom dapat dihubungkan dengan komputer dengan menggunakan komunikasi data serial RS 232, dengan menggunakan AT-command sebagai perintah untuk mengirimkan data. Di sini mikrokontroller dipakai sebagai pengatur kapan ke nomor mana SMS akan dikirim serta isi SMS yang akan dikirim. Kita membutuhkan modem GPRS M1306B (Q2403A) sebagai penghubung ke jaringan GSM. 27 Mikrokontroller mengirimkan perintah AT-Command ke M1306 B lewat komunikasi serial RS232. Lalu modul GSM ini akan mengirim data sesuai dengan AT-Command yg diterimanya. AT-Command adalah perintah instruksi yang diterima dikenali oleh modul GSM agar mau menjalankan fungsinya. Modul GSM bisa berupa HP atau M1306B seperti di atas. Hal pertama yg dilakukan agar mikrokontroller bisa berkomunikasi dengan modul GSM yaitu menyamakan Baudrate. Baudrate default M1306B = 115200 Bps. Untuk mengubah nya kita gunakan Hyperterminal bawaan windows. Masuk ke Start —> AllProgram --> Accessories—>Communications—> Hyper terminal. Di box dialog Connect to pilih COM port yang anda sambung ke M1306B (kalau saya pake COM1). Lalu pada box dialog COM Properties, ubah Bit per second menjadi 115200 dan Flow Control ubah ke None. Coba ketik di layar Hyperterminal AT lalu tekan enter, jika koneksi yg kita buat udah benar maka akan muncul respon OK. Selanjutnya untuk mengubah baudrate modul GSM menjadi 9600 bps, ketikkan AT+IPR=9600 lalu tekan enter. Jika berhasil maka akan ada respon OK di layar Hyperterminal. 28 Gambar 2.12 Setting Port Com 1 Selanjutnya adalah menyimpan setting/konfigurasi modul GSM. Sekarang disconnect kan Hyperterminal, lalu masuk menu File—> Properties. Ubah baudrate menjadi 9600. Sekarang connectkan lagi hyperterminal. Ketikkan AT&W lalu tekan enter. Proses ini untuk menyimpan perubahan setting modem agar saat modul GSM restart ulang konfigurasinya tidak kembali ke default. 29 Gambar 2.13 Wavecom Alat ini mempunyai berbagai macam tipe sesuai dengan kebutuhan yang kita inginkan. Selain dapat dihubungkan dengan PC, Wavecom dapat juga dihubungkan dengan device yang mempunyai koneksi data serial RS232.