BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Komunikasi Radio
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari satu tempat atau
orang ke tempat atau orang lain. Dengan semakin berkembangnya industri,
diperlukan suatu alat komunikasi jarak jauh yang cepat dan akurat. Setelah
ditemukannya sinyal listrik, dibuat suatu komunikasi yang menggunakan media
transmisi kabel. Kemudian ditemukan bahwa gelombang elektromagnetik dapat
membawa informasi ke tempat lain tanpa memakai kabel atau yang lebih dikenal
dengan
komunikasi
radio.
Sampai
pada
akhirnya
berkembang
hingga
menggunakan microwave seperti yang dipakai pada radar dan satelit. Pada
dasarnya sinyal informasi (information source) tersebut diubah menjadi sinyal
listrik dengan menggunakan transducer kemudian dihubungkan ke transmitter
yang kemudian dipancarkan yang akan diterima reciever melalui saluran
komunikasi tertentu dan berakhir sebagai output transducer.
Pemancar
(Tx)
Media
Komunikasi
Penerima
(Rx)
Gambar 2.1 Blok Diagram Elemen Dasar Sistem Komunikasi
Pada komunikasi radio, agar informasi dapat dipancarkan melalui udara
maka harus terlebih dahulu diubah menjadi sinyal elektromagnetik yang lebih
8
dikenal dengan gelombang frekuensi radio. Gelombang radio ini memiliki
panjang gelombang yang dapat dihitung dengan rumus yaitu:
Keterangan :
=C
f
 = panjang gelombang (m)
C = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s)
f = frekuensi (Hz)
Gelombang radio banyak dimanfaatkan di berbagai bidang sehingga
frekuensi–frekuensinya diklasifikasikan untuk mempermudah identifikasi dalam
pemakaiannya, seperti terlihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Klasifikasi Spektrum Frekuensi
Spektrum Frekuensi Radio
Frekuensi
(MHz)
Penggunaan
Very Low Frekuensi (VLF)
0,003 – 0,03
Navigasi, Telegrafi, Nautika,
NDB
Low Frekuensi (LF)
0,03 – 0,30
Aeronuatika
Medium Frekuensi (MF)
0,30 – 3,00
High Frekuensi (HF)
3,00 – 30,0
Very High Frekuensi (VHF)
30,0 – 300
Ultra High Frekuensi (UHF)
300 – 3000
Supra High Frekuensi (SHF)
Extremelly High Frekuensi
(EHF)
3000 – 30000
> 30000
Navigasi, Komunikasi Laut,
Broadcast
Amatir Broadcast, SW Radio
Broadcast TV, Amatir Radio,
Navigasi
Broadcast TV, Mobile
Telephone, Navigasi
Radar, Satelit Komunikasi
Penelitian
9
Dari penjelasan di atas dapat diperoleh tiga macam kategori sistem
komunikasi berdasarkan sumber informasi, yaitu:

Sistem komunikasi analog, yaitu sumber informasi yang digunakan analog
dan sistem pemodulasiannya analog.

Sistem komunikasi digital, yaitu sumber informasi yang digunakan digital
dan sistem pemodulasiannya digital.

Sistem komunikasi hybrid, yaitu sumber informasi yang digunakan analog
dan pemodulasiannya digital.
2.1.1 Transmitter (pemancar)
Transmitter menghubungkan sinyal input ke suatu saluran komunikasi.
Proses pada bagian transmitter ini meliputi amplification (penguatan), filtering
(penapis), dan modulation (modulasi). Dari ketiga bagian tersebut, modulasi
adalah bagian terpenting dimana merupakan proses pembentukan sinyal yang
akan dipancarkan dengan menggunakan gelombang pembawa (carrier wave).
Proses pemodulasian dapat dibedakan menjadi tiga macam cara yaitu:
1) AM (Amplitude Modulation)
AM merupakan system modulasi dengan mengubah-ubah amplitude dari
frekuensi carrier. Perubahan amplitude pada frekuensi carrier ini bergantung
pada perubahan frekuensi sinyal informasinya. AM biasanya digunakan pada
frekuensi radio dan merupakan metode pertama yang digunakan pada radio
komersial. Bentuk gelombangnya seperti terlihat pada gambar 2.2. Pemancar
AM ini beroperasi pada range frekuensi 535 kHz sampai 1605 kHz.
10
Gambar 2.2 Bentuk modulasi AM
RF
RF
POWER
OSC
AMP
AMP
BUFFER
AUDIO
ANT
MODULATOR
POWER
MIC
Gambar 2.3 Blok Diagram AM Transmitter.
2) FM (Frequency Modulation)
FM merupakan sistem modulasi dengan mengubah-ubah frekuensi carrier,
perubahan frekuensi yang terjadi tergantung dari perubahan amplitudo sinyal
modulasi. FM bekerja pada frekuensi 92,1 MHz sampai dengan 107,9 MHz.
Bentuk gelombangnya seperti gambar 2.4.
11
Gambar 2.4 Bentuk modulasi FM
FREQUENCY
POWER
MULTIPLIER
AMPLIFER
AUDIO
OSCILATOR
REACATANCE
TUBE
Gambar 2.5 Transmitter FM
3) PM (Phase Modulation)
PM merupakan sistem modulasi dengan mengubah-ubah phase dari frekuensi
carrier perubahan phase pada frekuensi carrier ini bergantung pada
perubahan perbedaan phase antara sinyal informasi dan frekuensi carrier-nya.
Biasanya memakai frekuensi carrier yang lebih tinggi dari AM maupun FM.
Sistem modulasi ini tidak lazim digunakan untuk komunikasi radio
broadcast.
Meskipun terdapat beberapa macam tipe cara pemodulasiannya, namun pada
dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi 2 macam saja, yaitu:
12
1) Continous Carrier Wave Modulation (CW), yaitu pemodulasian yang
gelombang pembawanya menggunakan gelombang berjalan (gelombang
sinusoidal).
2) Pulse Modulation, yaitu pemodulasian yang gelombang pembawanya
menggunakan gelombang diskrit (gelombang persegi).
2.1.2 Receiver (penerima)
Fungsi utama dari receiver adalah menguraikan sinyal yang dikirimkan
oleh transmitter melalui saluran komunikasi untuk diubah ke dalam bentuk sinyal
informasi yang diinginkan. Sehingga pada bagian receiver mengalami proses
demodulator yang merupakan kebalikan dari proses modulasi pada transmitter.
Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan apabila terjadi kecacatan pembacaan
sinyal informasinya, misalnya karena adanya distorsi atau interferensi, sehingga
pada reciever juga diberi penapis dan penguat.
Receiver yang dipakai untuk menguraikan sinyal carrier dan frekuensi
carrier disesuaikan dengan jenis modulasi yang dipakai pada transmitter-nya,
sebagai contoh adalah sinyal dari transmitter FM hanya akan bisa diuraikan oleh
reciever FM. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pendeteksian sinyal
informasi yang diterima.
13
2.2
Teori Radio VHF (Very High Frequency)
Radio VHF sistem merupakan peralatan utama untuk Komunikasi
Pengatur Lalu Lintas Udara dengan Pesawat terbang (Ground To Air) menggu
nakan gelombang radio frekuensi sangat tinggi (Very High Frequency),
mempunyai :
-
Band Frequency antara 117.950 Mhz s/d 136.000 Mhz
-
Modulasi AM
-
Antenna bersifat Vertikal polarisatior dan Omni Directional
Radio VHF ini pada penggunaannya dibedakan oleh wilayah kerja Airspace
Control yaitu :
1.
ADC / Tower Control
Pemancar VHF disini mempergunakan power output hanya sekitar 10 – 12
Watt, karena area yang dikontrol sesuai standart ICAO (International Civil
Aviation Organitation) dimana mempunyai distance 1 – 6 Nm dengan altitude
1200 – 4000 feet. Informasi-informasi yang dilayani disini adalah untuk
menuntun / membimbing pesawat terbang mulai dari Apron, taxi, sampai
dengan siap Take off dan begitu juga sebaliknya. Antenna pemancar dan
penerimanya dipasang / ditempatkan pada top tower (diatas tower).
2.
APP (Approach Control)
Pemancar VHF radionya mempergunakan power output 50 watt dan area
kontrol mempunyai distance 6 – 10 Nm dengan altitude flight 4.000 – 20.000
feets.
14
Pada radio yang dipergunakan disini untuk melayani dan memberi informasi
mulai dari pesawat terbang pada area Airbone sampai dengan memasuki
wilayah kerja ACC dan juga sebaliknya.
Untuk pengoperasian APP ini dalam Air Traffic Control dikenal juga dengan
istilah Lower Control. Antena dan pemancarnya dipasang/ditempatkan pada
TX – Station, sedang antena penerima pada RX – Station. Kedua station /
gedung tersebut letaknya masing-masing terpisah dengan gedung Sentra
Operasi (gedung tower) dan berjarak  3 Km antara gedung sentra operasi
dengan TX – Station begitu juga RX – Station. Sarana penghubung antara
gedung operasi dengan gedung pemancar / penerima menggunakan Ground
Cable (kabel tanah).
3.
ACC (Area Control)
Radio VHF ini mempunyai power output 100 Watts.
Karena jarak jangkau kontrolnya sangat jauh dan tinggi yaitu distance sama
dengan 75 – 500 Nm dan altitude flight 16.000 – 43.500 feets maka pemancar
(TX) dan penerima (RX) ditempatkan di suatu tempat yang tinggi dan
strategis serta jauh dari airport Soekarno – Hatta Cengkareng yaitu disebelah
barat kawah dipuncak gunung Tangkuban Perahu di Bandung. Sebagai sarana
penghubungnya dipergunakan radiolink. Stasiun Tangkuban Perahu ini
berfungsi juga sebagai Repeater (pemancar ulang).
Dimana data / informasi dari VHF Radio setelah di proses pada Radio
Processing di stasiun Cengkareng dikirim melalui radio link akan dikirim ke
15
stasiun Tangkuban Perahu seterusnya akan dipancar ulang ke pesawat
terbang, sebaliknya begitu pula proses penerimaannya.
P
R
O
DESK OPS ROOM
R
C
A
E
TX
MAIN EQUIPMENT
ROOM (MER)
GD. TOWER
Gambar 2.6 Blok Diagram Kerja VHF - ADC
TX
P
R
TX STATION
O
DESK OPS ROOM
R
C
A
E
MAIN EQUIPMENT
ROOM (MER)
RX
RX STATION
Gambar 2.7 Blok Diagram Kerja VHF - APP
16
P
TX
R
LINK
O
DESK OPS
ROOM
R
C
A
E
MAIN EQUIPMENT
ROOM (MER)
TX
TX
LINK
VHF
GD. TOWER
CENGKARENG
ST. TANGKUBAN PERAHU
Gambar 2.8 Blok Diagram Kerja VHF – ACC Dengan Radio Link
17
Adapun tentang pengoperasian ACC Control dalam jarak yang lebih jauh lagi
dipasang VHF – ER (Very High Frekuency Extended Range)
VHF - ER yang telah dipasang yaitu :
- Upper Tanjung Karang dengan Frequency 132.100 Mhz
- Upper Palembang dengan Frequency 132.700 Mhz
- Upper Kalimantan dengan Frequency 133.700 Mhz dan 125,7 Mhz
- Upper Medan dengan Frequency 132,3 Mhz , 133,2 Mhz, 128,3 Mhz
Komunikasi udara VHF – ER ini adalah untuk membantu pengontrolan
wilayah / area kerja ACC yang sudah tidak terjangkau lagi oleh radio VHF
yang dipasang pada repeater di Tangkuban Perahu. Sehingga diharapkan tidak
ada blank spot untuk komunikasi antara ATC dengan Pilot. Untuk
penghubung komunikasi VHF – ER ini mempergunakan jasa satelit VSAT
(Very Small Aperture Terminal). Untuk lebih jelasnya cara kerja VHF – ER
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
18
SATELIT
FREQ 132.1 MHz
V
132.7 MHz
Rad
io
TX
S
V
TANJUNG KARANG
V
133.7 MHz
Pro
cess
S
MER - CENGKARENG
TX
S
PALEMBANG
V
TX
S
KALIMANTAN
DESK OPS ROOM
Gambar 2.9 Blok Diagram Kerja VHF – ACC Dengan VSAT
2.2.1 Proses Pengiriman (pemancar) Radio VHF
Proses pengiriman sinyal yang terjadi merupakan program komunikasi
simplex, yaitu secara bergantian. Untuk mengirimkan sinyal informasi harus menekan
tombol PTT (Press to Talk) terlebih dahulu, selanjutnya pengiriman informasi berupa
voise / suara dikirim melalui mikrofon handset. Sinyal informasi tersebut masuk ke
rangkaian ANA 4 yang ada pada desk operator Radio Proccessing. Pada bagian ini
sinyal analog akan diproses yaitu akan menguatkan modulasi dari mikrofon handset
serta memberikan bagian pada PTT. Selanjutnya sinyal ini dimasukkan ke bagian 2
OP card yang berfungsi untuk menyesuaikan impedansi antara peralatan sebelumnya
yaitu ADA 4 Card kemudian dilanjutkan ke Matrix Card yang ada pada radio
19
procesing. Selain itu pada 2 OP card diberikan sinyal dengan frekuensi 20 Khz
sebagai carier PTT, dimana sinyal PTT ini nantinya digunakan untuk mengerjakan
suatu rilai yang akan mengaktifkan pemancar. Dengan demikian sinyal yang telah
masuk ke rangkaian matrix akan dipilih dan ditentukan untuk dihubungkan dengan
pemancar yang diinginkan. Pemilihan dan penentuan hubungan matrix ini dilakukan
oleh C MAT (control matrix) pada radio processing unit selanjutnya diteruskan ke 1
LCP card. Kemudian sinyal radio ini diproses pada radio processing untuk dikirimkan
ke pemancar dan dimodulasikan dengan sinyal carier. Sebelum dipancarkan melalui
antenna sinyal masuk ke rangkaian Multicoupler yang berfungsi sebagai alat untuk
menghemat pemakaian antenna. Pada peralatan pemancar terdapat switching unit
yang dapat digunakan secara otomatis maupun manual, dimana apabila terjadi
kerusakan pada Transmitter Main maka secara otomatis akan dipindahkan ke
rangkaian Transmitter Stand By agar jalannya komunikasi tidak terganggu.
Antenna yang dipergunakan untuk memancarkan sinyal tersebut adalah jenis
Crown, dimana pada satu tiang dapat ditempatkan sekaligus banyak antenna
Transmitter ataupun antenna Receiver dengan tidak saling mengganggu . Keuntungan
ini menyebabkan penempatan antenna tidak memakan tempat.
2.2.2 Proses Penerimaan (Receiver) Radio VHF
Proses penerimaan merupakan kebalikan dari proses pengiriman sinyal
informasi, dimana sinyal informasi yang telah dipancarkan tadi oleh pesawat terbang
akan ditangkap dan dijawab kembali melalui radio
pesawat terbang. Sinyal ini
20
kemudian akan ditangkap oleh antenna radio penerima lalu masuk ke Multicoupler
dan seterusnya ke radio penerima. Dari radio penerima akan dikirim ke radio
processing melalui 1 LCP dan terhubung secara otomatis ke rangkaian
Microkontroller, oleh rangkaian Microkontroller ini setelah dipilih dikirimkan ke
meja operator (desk kontrol) dengan frekuensi tertentu. Pada desk control sinyal akan
masuk ke Audio card dan dikuatkan kembali amplitudonya agar dapat didengar
melalui loudspeaker.
2.3
Mikrokontroller
Mikrokontroler adalah teknologi baru yaitu teknologi semikonduktor dan
kehadirannya sangat membantu perkembangan dunia elektronika. Dengan arsitektur
yang praktis tetapi memuat banyak kandungan transistor yang terintegrasi, sehingga
mendukung dibuatnya rangkaian elektronika yang lebih portable . Mikrokontroller
memiliki perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar, artinya program kontrol
disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya
relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan sementara,
termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.
Sedangkan disebutkan pada referensi lain bahwa Mikrokontroller adalah suatu
alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan
program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus. Cara kerja
mikrokontroller sebenarnya adalah membaca dan menulis data. Sekedar contoh,
bayangkan diri Anda saat mulai belajar membaca dan menulis, ketika Anda sudah
21
bisa melakukan hal itu Anda bisa membaca tulisan apa pun baik buku, cerpen, artikel
dan sebagainya, dan Anda pun bisa pula menulis hal-hal sebaliknya. Begitu pula jika
Anda sudah mahir membaca dan menulis data maka Anda dapat membuat program
untuk membuat suatu sistem pengaturan otomatik menggunakan mikrokontroler
sesuai keinginan Anda.
Mikrokontroller merupakan komputer di dalam chip yang digunakan untuk
mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya.
Secara harfiahnya bisa disebut "pengendali kecil" dimana sebuah sistem elektronik
yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC
TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta dikendalikan
oleh mikrokontroler ini.
Dengan penggunaan mikrokontroler ini maka sistem elektronik akan menjadi
lebih ringkas, rancang bangun sistem elektronika akan lebih cepat karena sebagian
besar dari sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi. Pencarian
gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang kompak.
Namun demikian tidak sepenuhnya mikrokontroler bisa mereduksi komponen
IC TTL dan CMOS yang seringkali masih diperlukan untuk aplikasi kecepatan tinggi
atau sekedar menambah jumlah saluran masukan dan keluaran (I/O). Dengan kata
lain, mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer karena
mikrokontroler sudah mengandung beberapa periferal yang langsung bisa
dimanfaatkan, misalnya port paralel, port serial, komparator, konversi digital ke
22
analog (DAC), konversi analog ke digital dan sebagainya hanya menggunakan sistem
minimum yang tidak rumit atau kompleks.
Secara teknis hanya ada 2 yaitu RISC dan CISC dan masing-masing
mempunyai keturunan/keluarga sendiri-sendiri. RISC kependekan dari Reduced
Instruction Set Computer, instruksinya terbatas tapi memiliki fasilitas yang lebih
banyak. CISC kependekan dari Complex Instruction Set Computer, instruksinya bisa
dikatakan lebih lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya.
Tentang jenisnya banyak sekali ada keluarga Motorola dengan seri 68xx,
keluarga MCS51 yang diproduksi Atmel, Philip, Dallas, keluarga PIC dari Microchip,
Renesas, Zilog. Masing-masing keluarga juga masih terbagi lagi dalam beberapa tipe.
Jadi sulit sekali untuk menghitung jumlah mikrokontroler.
2.3.1 AVR Atmega 8535
Mikrokontroller AVR Atmega 8535 sangat tepat dijadikan pengontrol utama
system akuisisi data dengan biaya yang murah, karena sudah terdapat internal ADC 8
Channel sebesar 10 bit. Dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit. Dan
sebagian besar intstruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. Berbeda degan instruksi
MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock, karena kedua jenis Mikrokontroler
tersebut memiliki arsitektur yang berbeda.
AVR Atmega 8535 adalah mikrokontroller yang memiliki arsitektur RISC 8
bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit word dan sebagian instruksi
dieksekusi dalam satu siklus clock.
23
Gambar 2.10 Blok Diagram Arsitektur ATMega 8535
AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing) sedangkan seri
MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing) AVR dapat
dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90xx,
keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing
kelas adalah memori, pheriperal dan fungsinya. Untuk Mikrokontroller AVR yang
berukuran kecil, dapat mencoba AT90S2313 dengan ukuran flash memori 2k dengan
dua input analog. Namum penggunaan AVR berukuran kecil saat ini sudah beralih
24
dari tipe 90S ke type ATtiny. Mikrokontroller AVR yang perlu dikuasai selain
Atmega 8535 antara lain ATmega16, 32 dan ATmega 128.
2.3.2 ArsitekturAtmega 8535
Di dalam Mikrokontroler Atmega 8535 sudah terdiri dari :
1.
Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.
2.
ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit sebanyak 8 channel.
3.
Tiga buah timer/counter dengan kemampuan perbandingan.
4.
CPU yang terdiridari 32 buah register.
5.
Watchdog timer dengan osilator internal.
6.
SRAM sebesar 512 byte.
7.
Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.
8.
Unit interupsi internal dan eksternal.
9.
Port Antarmuka PPI.
10. Antar muka komparator analog.
11. Port USART untuk komunikasi serial.
2.3.3 Konfigurasi Pin Atmega 8535
Berikut ini adalah susunan pin/kaki dari Atmega 8535:
1.
VCC merupakan pin masukan positif catu daya, untuk catu daya yang
dibutuhkan yaitu sebesar 5 volt.
25
2.
GND sebagai pin Ground.
3.
Port A (PA0 – PA7) merupakan I/O dua arah yang dapat diprogram sebagai pin
masukan ADC.
4.
Port B (PB0 – PB7) merupakan I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu
timer/counter, komparator analog, dan SPI.
5.
Port C (PC0 – PC7) merupakan I/O dua arahdan pin fungsi khusus yaitu TWI,
Komparator Analog dan Timer Osilator.
6.
Port D (PD0 – PD7) merupakan I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu
Komparator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.
7.
Reset merupakan pin yang digunakan untuk me-reset Mikrokontroler.
8.
XTAL 1 dan XTAL 2 sebagai pin masukan clock eksternal. Suatu
Mikrokontroler membutuhkan sumber detak (clock) agar dapat mengeksekusi
instruksi yang ada di memori.
9.
AVCC sebagia pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREF sebagai pin masukan tegangan referensi.
26
Gambar 2.11 Konfigurasi Pin Atmega 8535
2.4
Wavecom Modul GSM
Wavecom GPRS M1306B (Q2403A) adalah sebuah modul yang dapat
digunakan sebagai komunikasi via wireless GSM , dengan alat ini kita dapat dengan
mudah mengirimkan data berupa SMS , atau data GPRS. Wavecom dapat
dihubungkan dengan komputer dengan menggunakan komunikasi data serial RS 232,
dengan menggunakan AT-command sebagai perintah untuk mengirimkan data.
Di sini mikrokontroller dipakai sebagai pengatur kapan ke nomor mana SMS
akan dikirim serta isi SMS yang akan dikirim. Kita membutuhkan modem GPRS
M1306B (Q2403A) sebagai penghubung ke jaringan GSM.
27
Mikrokontroller mengirimkan perintah AT-Command ke M1306 B lewat
komunikasi serial RS232. Lalu modul GSM ini akan mengirim data sesuai dengan
AT-Command yg diterimanya. AT-Command adalah perintah instruksi yang diterima
dikenali oleh modul GSM agar mau menjalankan fungsinya. Modul GSM bisa berupa
HP atau M1306B seperti di atas.
Hal pertama yg dilakukan agar mikrokontroller bisa berkomunikasi dengan
modul GSM yaitu menyamakan Baudrate. Baudrate default M1306B = 115200 Bps.
Untuk mengubah nya kita gunakan Hyperterminal bawaan windows.
Masuk ke Start —> AllProgram --> Accessories—>Communications—>
Hyper terminal.
Di box dialog Connect to pilih COM port yang anda sambung ke M1306B
(kalau saya pake COM1). Lalu pada box dialog COM Properties, ubah Bit per second
menjadi 115200 dan Flow Control ubah ke None. Coba ketik di layar Hyperterminal
AT lalu tekan enter, jika koneksi yg kita buat udah benar maka akan muncul respon
OK. Selanjutnya untuk mengubah baudrate modul GSM menjadi 9600 bps, ketikkan
AT+IPR=9600 lalu tekan enter. Jika berhasil maka akan ada respon OK di layar
Hyperterminal.
28
Gambar 2.12 Setting Port Com 1
Selanjutnya adalah menyimpan setting/konfigurasi modul GSM. Sekarang
disconnect kan Hyperterminal, lalu masuk menu File—> Properties. Ubah baudrate
menjadi 9600. Sekarang connectkan lagi hyperterminal. Ketikkan AT&W lalu tekan
enter. Proses ini untuk menyimpan perubahan setting modem agar saat modul GSM
restart ulang konfigurasinya tidak kembali ke default.
29
Gambar 2.13 Wavecom
Alat ini mempunyai berbagai macam tipe sesuai dengan kebutuhan yang kita
inginkan. Selain dapat dihubungkan dengan PC, Wavecom dapat juga dihubungkan
dengan device yang mempunyai koneksi data serial RS232.
Download