Ekspresi GEN Ga dan GST pada kedelai multivar

advertisement
6
TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Cekaman Aluminium Terhadap Tanaman
Pada kondisi asam atau pH 4 aluminium di dalam tanah dalam keadaan
terlarut dalam bentuk Al3+ yaitu Al(H2O2)63+. Ketika pH meningkat, Al dalam
bentuk Al(OH)2+ dan Al(OH)2+, dan ketika mendekati pH netral Al dalam bentuk
Al(OH)3. Pada kondisi basa Al dalam bentuk Al(OH)4- (Marschner 1995).
Aluminium menyebabkan penghambatan dalam penyerapan nutrisi dan
mineral
sehingga
menghambat
pertumbuhan
akar
yaitu
menghambat
perpanjangan axis akar utama dan lateral sehingga akar menjadi pendek dan
menebal (stubby). Ujung akar (tudung akar, meristem, dan zona perpanjangan)
mengakumulasi Al lebih banyak, dan mengalami kerusakan fisik lebih parah
dibandingkan jaringan akar lainnya (Delhaize & Ryan 1995). Aluminium juga
menghambat pembelahan dan pemanjangan sel akibat gangguan sintesis
DNA/RNA (Matsumoto 1991).
Tanaman mempunyai beberapa mekanisme toleransi terhadap cekaman
aluminium (Al) sehingga mampu hidup dalam keadaan mendapat cekaman Al
atau lingkungan yang asam (Kochian 1995). Mekanisme toleransi tanaman
terhadap aluminium dapat dibagi dua yaitu mekanisme eksternal dan mekanisme
internal. Mekanisme eksternal (exclusion mechanism) melalui imobilisasi Al pada
dinding sel, induksi pH di daerah rhizosfer atau apoplas akar, permeabilitas
selektif membran plasma terhadap Al, eksudasi fosfat dan efflux Al. Mekanisme
internal mencakup pengkelatan Al di sitosol oleh asam organik, protein, atau ligan
organik lain, mengurung Al di vakuola dan sintesis protein/ enzim yang toleran
Al.
Pada tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.) ekspresi gen parA dan
parB diinduksi oleh cekaman Al (Ezaki et al. 1997). Gen pAL111 (identik dengan
parA yang menyandi auksin) dan gen pAL142 (identik dengan parB yang
menyandi GST) pada tembakau ekspresinya diinduksi oleh aluminium dan
defisiensi Pi (Ezaki et al. 1995). Pada Arabidopsis, cekaman Al menginduksi
ekspresi beberapa gen yang juga berhubungan dengan sistem pertahanan terhadap
patogen (defense-response) seperti gen GST, peroxidase dan blue copper binding
protein (Richards et al. 1998). Gen yang diinduksi Al terlihat sama dengan gen
7
yang diinduksi oleh cekaman akibat defisiensi fosfat (Ezaki et al. 1995),
keracunan metal (Snowden et al. 1995), infeksi patogen (Cruz-Ortega et al. 1997),
dan cekaman oksidatif (Richard et al. 1998). Menurut Richard et al. (1998)
ekspresi dari gen GST, peroxidase dan blue copper binding protein dipengaruhi
oleh aktifitas spesies oksigen aktif (AOS) H2O2 saat tanaman mengalami
cekaman.
Protein Heterotrimerik-G subunit α
Protein heterotrimerik-G adalah protein peripheral membran plasma yang
menghadap ke permukaan dalam sel (menghadap ke sitosol). Protein ini
merupakan reseptor membran sel dan berfungsi sebagai mediator penyampai
pesan/signal dari luar sel (eksternal) ke molekul efektor sehingga menghasilkan
respon intraseluler (Fujisawa et al. 2001). Protein heterotrimerik-G terdiri dari
subunit α, β, γ (Fujisawa et al. 2001).
Protein
heterotrimerik-G
disebut
protein
G
karena
mengikat
mononukleotida GDP dan GTP. Subunit α merupakan subunit yang mengatur
pertukaran GTP-GDP pada mamalia (Fujisawa et al. 2001). Gα pada tanaman
memiliki homologi yang sama dengan mamalia. Ada kemungkinan βγ mempunyai
peranan secara langsung dalam meregulasi efektor dan interaksinya dengan
reseptor (Ma 1994).
Protein G subunit α atau Gα terdapat pada plasma membran (Weiss et al.
1997; Iwasaki et al. 1997). Protein Gα mengaktifkan kanal Ca2+ pada plasma
membran tomat (Aharon et al. 1998), meningkatkan level IP3 kedelai (Legendre et
al. 1993) dan meningkatkan spesies oksigen aktif (AOS) H2O2 pada kultur sel
kedelai (Legendre et al. 1992). Berdasarkan analisis mutasi pada gen Gα
(dwarf1), maka Gα terlibat pada perpanjangan batang dan pembentukan benih
padi (Fujisawa et al. 2001) dan ketahanan terhadap patogen (Suharsono et al.
2002). Protein heterotrimerik-G berperan dalam meregulasi ketahanan terhadap
patogen (Aharon et al. 1998; Beffa et al. 1995; Legendre et al. 1993), regulasi
lintasan biosintesis benzo phenathridine alkaloid (Mahady et al 1998), dan
regulasi kanal K+ pada sel mesofil (Fairley-Grenot dan Asmann 1991; Li &
Asmann 1993).
8
Pada kedelai ada dua kopi gen yang menyandikan protein heterotrimerikG subunit α yaitu SGA1 (Kim et al. 1995) dan SGA2 (Gotor et al. 1996). SGA1
diisolasi dari akar kedelai kultivar Williams. SGA1 juga telah diisolasi dari kedelai
kultivar Lumut dan Slamet, dan memiliki kemiripan 91% dengan SGA1 dari
kultivar Williams berdasarkan urutan nukleotidanya (Suharsono & Suharsono
2004). SGA2 diekspresikan pada semua organ vegetatif tanaman. Transkripsi
terjadi pada semua jenis sel akar, daun dan batang (Gotor et al. 1996).
Gen Gα pada kultivar Slamet terinduksi pada 8 jam setelah perlakuan
cekaman aluminium. Kemungkinan setelah 72 jam perlakuan cekaman Al
beberapa sel sudah tidak aktif mengekspresikan gen Gα (Mashuda 2007).
Saat inaktif subunit α berikatan dengan GDP dan berasosiasi dengan βγ
membentuk kompleks. Ketika ligan terikat pada permukaan sel reseptor, reseptor
menjadi aktif dan mengkatalisis perubahan ikatan GDP pada subunit α menjadi
GTP. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan konformasi subunit α
sehingga akhirnya berpisah dengan βγ (disosiasi). Subunit α akan meregulasi
efektor dengan cara berikatan pada efektor dan mengaktifkan signal transduksi
seperti pada adenilat siklase. Protein heterotrimerik-G kembali tidak aktif ketika
GTP diubah menjadi GDP dan subunit α kembali berasosiasi dengan βγ (Becker
et al. 2000; Ma 1994).
Protein heterotrimerik-G meregulasi banyak efektor yang berada di
bawahnya (downstream) seperti adenilat siklase, phosphalipaseC, dan efektor
transducin (Ma 1994). Phosphoinositide spesifik phospholipase C (PLC)
menghidrolisis phosphatidyl inositol 4,5-biphosphate (P1P2) menjadi 2 second
messengers yaitu inositol 1,4,5-triphosphate (IP3) dan diacylglycerol (DAG). IP3
dapat mengikat reseptor membran seperti kanal Ca2+, dan melepas Ca2+ dari
retikulum endoplasma ke dalam sitosol sehingga level Ca2+ meningkat. Protein
kinase C akan teraktifkan oleh level Ca2+ yang meningkat dan DAG. Ion Ca2+
mengaktifkan protein kalmodulin yang akan mengaktifkan protein kinase dan
fosfatase dalam satu atau lebih jalur persinyalan (Becker et al. 2000).
Akhir dari transduksi sinyal mengarah ke pengaturan satu atau lebih
aktifitas seluler, melalui pengaktifan enzim spesifik maupun sintesis enzim atau
protein lain dengan mengaktfikan atau menon-aktifkankan gen-gen spesifik untuk
9
memberikan respon terhadap sinyal yang diterima. Gluthathione S-Transferase
(GST) merupakan gen yang banyak terlibat dalam menanggapi respon yang
disebabkan oleh berbagai cekaman, diantaranya adalah cekaman patogen,
cekaman aluminium. GST juga termasuk golongan gen yang berhubungan dengan
sistem antioksidasi (Ezaki et al. 2004).
Glutathione S-Transferase
Tanaman memiliki mekanisme ketahanan yang sangat efektif untuk
menghadapi cekaman akibat kerusakan oksidatif (induced oxidative damages).
Salah satu protein yang terlibat dalam ketahanan sel terhadap cekaman oksidatif
adalah GST (Glutathione S-Transferase). GST adalah protein dengan berat
molekul sekitar 50 kDa, terdiri dari 2 subunit polipeptida (Dixon et al. 2002).
GST mengkatalis pemindahan tripeptida glutathione (γ-glutamyl-cysteinylglycine; GSH) menjadi substrat (R-X) yang mengandung eletropilik reaktif untuk
membentuk hasil reaksi S-glutathionylated polar (Dixon et al. 2002). Molekulmolekul yang telah berkonjugasi dengan GSH selanjutnya dikirim ke vakuola
melalui ATP-binding transporter. Pengiriman ke vakuola bertujuan untuk
membatasi efek dari penghambatan produk akhir GST dan melindung sel dari
bahaya lebih lanjut akibat senyawa-senyawa yang berkonjugasi dengan GSH (Rea
1999).
GST dikelompokkan berdasarkan identitas sekuennya dan dibagi menjadi
phi, tau, tetha, zeta dan lambda. Kelas tetha dan zeta banyak terdapat pada
mamalia sedangkan selebihnya terdapat pada tanaman (Dixon et al. 2002). Pada
Arabidopsis terdiri atas 48 gen GST dengan kelompok tau dan phi GST paling
banyak. Masing-masing terdiri dari 28 kelompok tau, 13 phi, 3 dari kelompok
theta, 2 zeta dan 2 lamda (Dixon et al. 2002). Pada jagung terdapat 12 kelompok
phi, 28 tau dan 2 zeta sedangkan pada kedelai terdapat 20 gen dari kelompok tau,
1 zeta dan 4 phi (McGonigle et al. 2000).
Berdasarkan kesamaan sekuennya, GST tanaman dibagi menjadi 3 tipe
yaitu GSTI, GSTII dan GSTIII (Droog et al. 1995). Menurut McGonigle et al.
(2000) pada kedelai terdapat 25 sekuen GST (Tabel 1). Pada kedelai ada 4 tipe
GSTI, 1 tipe GSTII dan 20 tipe GSTIII. Individual cDNA pada kedelai sebanyak
10
6% tipe GSTI, 2% cDNA tipe GSTII, dan 92% adalah tipe GSTIII. Khusus sekuen
GST tipe III yaitu GmGST8 terdapat sebanyak 33%.
Struktur GST tanaman memiliki kesamaan yang tinggi dengan struktur
GST mamalia. GST ditemukan pada setiap tahap perkembangan tanaman dari
awal perkecambahan sampai tua dan terdapat di setiap jaringan tanaman
(McGonigle et al. 2000).
Tabel 1. GST yang terdapat pada kedelai (McGonigle et al. 2000)
Tipe
Tipe 1 GST
Tipe II GST
Tipe III GST
Nama
GmGST 21
GmGST 22
GmGST 23
GmGST 24
GmGST 25
GH2/4 (Gmhsp26-A atau GmGST 1)
GmGST2
GmGST3
GST a (GmGST 4)
GmGST 5
GmGST 6
GmGST 7
GmGST 8
GmGST 9
GmGST 10
GmGST 11
GmGST 12
GmGST 13
GmGST 14
GmGST 15
GmGST 16
GmGST 17
GmGST 18
GmGST 19
GmGST 20
No akses
AF243376
AF243377
AF243378
AF243379
AF243380
J03197, M20363
Y10820
X68819
AF048978
AF243360
AF243361
AF243362
AF243363
AF243364
AF243365
AF243366
AF243367
AF243368
AF243369
AF243370
AF243371
AF243372
AF243373
AF243374
AF243375
Ekspresi gen GST8 pada akar kultivar Slamet diinduksi oleh cekaman Al
yaitu pada 8 jam dan 24 jam setelah perlakuan cekaman Al. GST8 tidak
terekspresi setelah 48 jam perlakuan cekaman Al. Lamanya perlakuan tidak
menyebabkan meningkatnya ekspresi GST8 tetapi menurunkan ekspresi GST8. Ini
menunjukkan bahwa pada kultivar Slamet gen GST8 memberi respon terhadap
cekaman Al di awal (Mashuda 2007). Sedangkan ekspresi gen GST12 pada akar
kultivar Slamet terinduksi oleh cekaman pH rendah dan cekaman Al. Gen GST12
11
memperlihatkan ekspresi tertinggi pada 8 jam setelah perlakuan cekaman Al.
Kemudian seiring lamanya waktu cekaman menyebabkan penurunan ekspresi gen
GST12 (Mashuda 2007). Pola ekspresi ini menunjukkan bahwa ada keterlibatan
gen GST12 terhadap cekaman Al.
Aktivitas gen GST akan meningkat sebagai respon rangsangan adanya
kerusakan oksidatif (Marrs 1996; Droog 1997). Gen GST diinduksi oleh berbagai
rangsangan dari lingkungan meliputi serangan jamur, cekaman dehidrasi, etilen,
pelukaan (wounding) (Marrs 1996). Aktifitas gen GST meningkat akibat
pemanasan dan kondisi cekaman garam pada benih transgenik tembakau (Roxas
et al. 1997). Aktivitas GST di akar meningkat lebih tajam dibanding di batang
pada Triticum aestivum akibat cekaman osmotik (Galle et al. 2005). Auksin,
hormon-hormon, logam berat, H2O2, garam, suhu (heat shock), cekaman
lingkungan telah menginduksi promotor GH2/4 yang menyandi GST pada
tembakau transgenik (Ulmasov et al. 1995). Gen GST berperan dalam
detoksifikasi dan proteksi sel dari cekaman oksidatif, melindungi dari cekaman
biotik dan abiotik meliputi serangan patogen, xenobiotik dan racun logam berat
yang merupakan respon tanaman terhadap perubahan kondisi lingkungan
(Ulmasov et al. 1995; Droog et al. 1993; Marrs 1996).
Download