universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
CILANDAK, JAKARTA SELATAN
PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
WIDIARTI, S.Farm
1206330236
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
1Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
ii UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
CILANDAK, JAKARTA SELATAN
PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarApoteker
WIDIARTI, S.Farm
1206330236
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
iii iii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
iv iv Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
v KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Pada penulisan laporan
ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt.,sebagai Dekan Fakultas Farmasi.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt, selaku Pj.S Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia sampai tanggal 20 Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi.
4. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt.,selaku pembimbing dari RSUP Fatmawati
yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang bermanfaat
selama melaksanakan PKPA dan penyusunan laporan ini.
5. Dra. Retnosari Andrajati, MS, PhD., Apt., selaku pembimbing PKPA dari
Fakultas Farmasi yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada
penulis selama PKPA berlangsung.
6. Seluruh staf RSUP Fatmawati yang telah memberikan pengetahuan dan
pengalaman yang bermanfaat selama melaksanakan kegiatan PKPA.
7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi atas ilmu dan bantuan yang
diberikan selama menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker.
8. Keluarga tercinta atas dukungan, perhatian dan doanya untuk menyelesaikan
pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik mungkin.
9. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.
v Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
vi Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan
laporan ini. Semogalaporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.
Penulis
2014
vi Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
vii vii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
viii ABSTRAK
Nama
: Widiarti, S.Far.
NPM
: 1206330236
Program Studi
: Profesi Apoteker
Judul
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Cilandak, Jakarta Selatan Periode 1
Juli – 31 Agustus 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati bertujuan
untuk memahami tugas dan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, memahami dan mengetahui peran dan tanggung jawab Apoteker di
Rumah Sakit dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang
manajemen (perencanaan, pengadaan, penyimpanan, produksi, distribusi) dan
farmasi klinis (PIO, komunikasi, edukasi, konseling). Tugas khusus yang
diberikan berjudulEvaluasi Waktu Tunggu Pelayanan Obat Di Depo Farmasi
Instalasi Rawat Jalan Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Periode Juli 2013. Tujuan
dari tugas khusus ini adalah mengevaluasi rerata waktu tunggu pelayanan obat
jadidan obat racikan dan persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat
racikan yang dilayani di depo farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) lantai 1 RSUP
Fatmawati Jakarta.
Kata Kunci
: Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Rumah Sakit, Waktu
tunggu.
Tugas Umum : xiv + 85 halaman; 20 lampiran.
Tugas Khusus : iv + 15 halaman; 16 lampiran.
Daftar Acuan Tugas Umum : 9 (2004-2010).
Daftar Acuan Tugas Khusus : 13 (1999-2009).
viii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
ix ABSTRACT
Name
: Widiarti, S.Far.
NPM
: 1206330236
Program Study
: Apothecary Profession.
Title
: Pharmacist Internship Working Program at RSUP
Fatmawati Hospital at Cilandak, Jakarta Selatan Period 1St
July – 31St 2013
Pharmacist Internship Working Program at RSUP Fatmawatiaims to understand
the duties and functions of Pharmacy Instalation ofRSUP Fatmawati Hospital, to
understand and know the duties and responsibilities of Pharmacist in hospital and
to increase knowledge and abilities in management (planning, provisioning,
storage, production, distribution) and clinical pharmacy (PIO, communication,
education, counseling). Given a special assignment titled Waiting Time of
Prescription and Drug Service in IRJ 1th Floor. The Purposes of this special task
are to know the waiting time of prescription and drug service patient
St
presentation in IRJ 1 floor of RSUP Fatmawati Hospital.
Keywords
: RSUP Fatmawati Hospital, Hospital, Waiting Time.
General Assignment : xiv + 85pages; 20 appendies.
Specific Assignment : iv + 15 pages; 16 appendies.
Bibliography of General Assignment : 9 (2004-2010).
Bibliography of Specific Assignment : 13 (1999-2009).
ix Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
and
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………....vii
1.PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
2. TINJAUAN UMUM............................................................................................ 3
2.1 Definisi Rumah Sakit ................................................................................... 3
2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................................... 3
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit .............................................................................. 3
2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati ............................................ 5
2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati ................................................. 6
2.6 Visi dan Misi ................................................................................................. 7
3. TINJAUAN KHUSUS ....................................................................................... 10
3.1 Instalasi Farmasi .......................................................................................... 10
3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............................................................. 19
3.3 Satuan Farmasi Fungsional (SFF) ................................................................ 45
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 60
4.1. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati .............................................................. 60
4.2. Satuan Farmasi Fungsional ......................................................................... 75
4.3. Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati .................................................. 82
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 83
5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 83
5.2. Saran ............................................................................................................. 83
DAFTAR ACUAN .................................................................................................. 85
x Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
xi Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. DAFTAR LAMPIRAN Struktur organisasi RSUP Fatmawati ........................................... 86 Struktur organisasi minimal instalasi farmasi ............................. 87 Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............... 88 Struktur organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati .................................................................................... 89 Alur perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi .............. 90 Alur penerimaan perbekalan farmasi .......................................... 91 Alur distribusi perbekalan farmasi .............................................. 92 Alur masuk ke ruang produksi aseptik, TPN, dan sitotoksik ....... 93 Alur pelayanan obat sitostatika rawat jalan dan rawat inap ...... 94 Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription .................................................................................. 96 Alur pelayanan resep di depo ASKES ........................................... 97 Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati .......................................................................... 98 Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo Instalasi Bedah Sentral .............................................................................. 99 Alur pemantauan efek samping obat .......................................... 101 Alur pelayanan informasi obat .................................................... 102 Alur kegiatan pemantauan interaksi obat ................................... 103 Alur pengkajian resep .................................................................. 104 Alur penanganan limbah padat, cair, dan gas ............................ 105 xi Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan
merupakan hak asasisetiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan
sesuaidengan
cita-cita
bangsa
Indonesia.Derajat
kesehatan
yangsetinggi-tingginya bagi masyarakat diwujudkan dengan dilakukannya upaya
kesehatan yangterpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upayakesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dalam bentuk kegiatandengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif
yangdilaksanakan
secara
terpadu,
menyeluruh,
dan
berkesinambungan.Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi
sosial, nilai,norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi. Pemerintah
memiliki tanggung jawab dalam hal merencanakan,mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upayakesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat (Daris, 2010).
Undang-undang nomor 44 tahun 2009 menyebutkan bahwa rumah
sakitmerupakan
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan
pelayanankesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap,rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit adalah salah satu
saranakesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan
upayakesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Rumah sakitjuga
dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian,serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan(Siregar,
2004).
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakityang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang StandarPelayanan Rumah Sakit
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakitadalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumahsakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,termasuk pelayanan farmasi
1Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
2 klinik, yang terjangkau bagi semua lapisanmasyarakat.Pelayanan kesehatan
farmasi di rumah sakit tidak terlepas dari adanyaperan apoteker. Apoteker
merupakan tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan,ketrampilan, dan keahlian
di bidang farmasi serta memiliki hak dalammenyelenggarakan pekerjaan
kefarmasian. Peran apoteker menjadi pentingguna mewujudkan pelayanan
kefarmasian
yang
ideal
dengan
melakukanpelayanan
kefarmasian
yang
berorientasi kepada pasien (patient oriented).
Upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dankeahlian di
bidang kefarmasian, serta untuk mempersiapkan calon apotekermemasuki dunia
kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional, makadilaksanakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RSUPFatmawati Jakarta. RSUP Fatmawati
merupakan
rumah
sakit
pemerintah
yangberupaya
memfasilitasi
dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikandan penelitian diseluruh
disiplin ilmu.
1.2
Tujuan
Tujuan
dilakukan
Praktek
Kerja
Profesi
Apoteker
(PKPA)
di
RSUPFatmawati adalah sebagai berikut:
a. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi FarmasiRumah
Sakit (IFRS).
b. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Satuan FarmasiFungsional
(SFF).
c. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam Tim Farmasi
danTerapi (TFT).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
BAB2
TINJAUAN UMUM
2.1
DefinisiRumah Sakit
Rumah sakit adalahinstitusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan
pelayanankesehatan perorangansecaraparipurnayangmenyediakanpelayanan rawat
inap,rawat jalandan gawat darurat (Undang - Undang Nomor 44, 2009).
2.2
Tugas danFungsi Rumah Sakit
Rumahsakit
bertugasmemberikanpelayanankesehatan
perorangan
secaraparipurnasehingga rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut (Undang Undang Nomor 44, 2009):
1.
Penyelenggaraanpelayananpengobatandanpemulihankesehatansesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2.
Pemeliharaandanpeningkatankesehatanperoranganmelaluipelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
3.
Penyelenggaraanpendidikandanpelatihansumberdayamanusiadalam
rangkapeningkatan kemampuan dalampemberian pelayanan kesehatan.
4.
Penyelenggaraanpenelitiandanpengembangansertapenapisanteknologi
bidangkesehatandalamrangkapeningkatanpelayanankesehatandengan
memperhatikan etikailmu pengetahuan bidangkesehatan.
2.3
Klasifikasi Rumah Sakit
Rumahsakitdapatdiklasifikasikan
berdasarkan
jenis
pelayanandan
pengelolaannya(Undang - Undang Nomor 44, 2009).
2.3.1
Berdasarkan jenis pelayanan
Berdasarkanjenispelayananyangdiberikan,rumahsakitdikategorikan dalam
Rumah SakitUmum dan Rumah SakitKhusus (Undang - Undang Nomor 44,
2009).
1.
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
3Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
4 kesehatan pada semuabidangdan jenis penyakit.Klasifikasi Rumah
SakitUmumterdiridari:
a.
Rumah SakitUmumKelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit4
(empat)spesialisdasar,5
(lima)spesialispenunjangmedik,12(dua
belas)spesialis lain, dan13 (tigabelas)subspesialis.
b.
Rumah SakitUmumKelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit4
(empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8
(delapan) spesialislaindan 2 (dua) subspesialisdasar.
c.
Rumah SakitUmumKelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit4
(empat)spesialis dasar dan 4 (empat)spesialispenunjangmedik.
d.
Rumah SakitUmumKelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit2
(dua) spesialisdasar.
2.
Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya.Klasifikasi Rumah SakitKhusus terdiri atas :
a.
Rumah SakitKhusus Kelas A
RumahSakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang
mempunyaifasilitasdankemampuanpalingsedikitpelayananmedik
spesialisdanpelayanan
mediksubspesialissesuaikekhususanyang
lengkap.
b.
Rumah SakitKhusus Kelas B
RumahSakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang
mempunyai
fasilitasdankemampuanpalingsedikitpelayananmedik
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
5 spesialisdanpelayananmediksubspesialissesuaikekhususanyang
terbatas.
c.
Rumah SakitKhusus Kelas C
RumahSakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang
mempunyai
fasilitasdankemampuanpalingsedikitpelayananmedik
spesialisdanpelayanan
mediksubspesialissesuaikekhususanyang
minimal.
2.3.2Berdasarkan pengelolaan
Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi
menjadi
RumahSakit Publik dan RumahSakit Privat (Undang-Undang Nomor 44, 2009).
1. RumahSakitPublikadalahrumahsakityangdikelolaolehPemerintah,
PemerintahDaerah,danbadanhukumyangbersifatnirlaba.Rumahsakit
publikyangdikelolaPemerintahdanPemerintahDaerahdiselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
UmumDaerahsesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.
Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak
dapatdialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.
2. Rumahsakitprivatadalahrumahsakityangdikelolaolehbadanhukum
dengan
tujuan profityangberbentuk Perseroan Terbatasatau Persero.
2.4
SejarahRumah Sakit UmumPusatFatmawati
Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari
gagasanIbuFatmawatiSoekarnountukmendirikanrumahsakittuberkuloseanak
yangdikhususkanuntuk penderitaTBCanakdanrehabilitasinya.Dana yang dihimpun
oleh
Yayasan
Ibu
Soekarno
dan
bantuan
dari
Yayasan
Dana
BantuanKementerianSosialRIdilaksanakanpembangunanGedungRumahSakit Ibu
Soekarno.
Padatanggal 15April1961, status dan fungsi rumah sakittersebut berubah
menjadirumahsakitumumdanpenyelenggaraansertapembiayaannyadiserahkan
kepadaDepartemen
KesehatanRIsehinggatanggaltersebutditetapkansebagai
harijadiRumahSakitIbuSoekarno.Pada
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
6 tanggal20Mei1967,namaRSUIbuSoekarnodigantimenjadiRSUFatmawati.Selanjut
nya,padatahun1984RSU
Fatmawati
ditetapkansebagaipusatrujukanwilayahJakartaSelatandantahun1994ditetapkan
sebagaiRumah SakitUmum(RSU)KelasBPendidikan.
RumahSakitFatmawatiditetapkansebagaiRumah
SakitUnitSwadanaBersyaratpadatahun1992danduatahunberikutnyayakni
tahun1994ditetapkan
sebagaiRumahSakitUnitSwadanaTanpaSyarat.Pada
tahun1997sesuaidengandiberlakukannyaUUNo.27Tahun1997,rumahsakit
mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara
Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati
ditetapkansebagaiRSperusahaan
jawatanberdasarkanPeraturanPemerintahRINo.117tahun2000 tentang Pendirian
Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta.
Pada
tanggal
11
Agustus2005
berdasarkan
Keputusan
Menteri
KesehatanNo.1243/MENKES/SK/VIII/2005,
RSUPFatmawatiditetapkansebagaiUnit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan KeuanganBadanLayanan
Umum
(PPK
BLU).
PenilaianTimAkreditasiRumahSakit
padatahun1997,RSFatmawati
memperolehStatusAkreditasiPenuhuntuk5pelayanan.Padatahun2002,RSUP
Fatmawati memperoleh
status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12
pelayanan.
Pada
tahun2004,
RSUP
Fatmawati
terakreditasi
16Pelayanandanpadatahun2007memperolehstatusAkreditasiPenuhTingkat
Lengkap16
Pelayanan.RSUPFatmawatipadatanggal2Mei2008ditetapkan
olehDepartemenKesehatan
RIsebagaiRumahSakitUmumdenganpelayanan
UnggulanOrthopedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri
KesehatanNo.424/MENKES/SK/V/2008.Padatahun
2011,RSUPFatmawati
telahmenyandangsertifikatTerakreditasiISO9001:2008danOHSAS18001:
2007dansaatini(Mei2013)sedangmenujuuntukmendapatkansertifikatJCI
(Joint
Commission International).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
7 2.5
TugasPokok danFungsi RSUPFatmawati
2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati
RSUP
Fatmawati
Jakarta
mempunyai
tugas
pokok
menyelenggarakanupaya
penyembuhandanpemulihankesehatanyangdilaksanakansecaraserasi,terpadu,
berkesinambungan
dan
denganupayapeningkatankesehatandan
pencegahansertamelaksanakanupayarujukandan menyelenggarakan pendidikan,
pelatihan, dan penelitian.
2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati
Fungsi RSUP Fatmawatiadalahmenyelenggarakan:
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjangmedis dan non medis
3. Pelayanan danasuhankeperawatan
4. Pengelolaan sumber dayamanusia rumah sakit
5. Pelayanan rujukan
6. Pendidikan dan pelatihandi bidangkesehatan
7. Penelitian dan pengembangan
8. Administrasi umum dan keuangan
2.6
Visi danMisi
RumahSakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,
paripurnadanterpercayadiIndonesia.MenurutKeputusanDirekturUtamaRSUPFatma
wati Nomor : HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan, paripurna,dan
terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:
1. Terdepan karenaketersediaan sumber dayayanglengkap.
2. Paripurnakarenamemberikan
pelayanan
kesehatanpromotif,preventif,
kuratif, rehabilitatif, danpelayanan berkesinambungan(continuum of care)
sertatuntas.
3. Terpercayakarenasenantiasamengikutikaidah -kaidahIPTEKterkini.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
8 4. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
5. Berorientasi kepadapara pelanggan.
6. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki misi:
1. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan
penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan
rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.
2. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta
berdaya saing tinggi.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.
5. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya
manusia.
2.6.1
Mottodan Falsafah
MottoRSUP
Fatmawati
adalah
“Percayakan
Pada
Kami”.
Sedangkanfalsafahyangdianutsebagai pegangan dalam menjalankan organisasi
adalah:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan
3. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama
4. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan
5. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan
2.6.2
Nilai
Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,
komunikatif dan ikhlas, serta pedulidalam melaksanakan tugas.
1. Jujur
Menerapkan transparansidalam melaksanakan tugas.
2. Profesional
Melaksanakantugassesuaidengankompetensi(pengetahuan,sikap,keterampila
n,danpekabudaya).
3. Komunikatif
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
9 Mampumelaksanakan hubungan interpersonalyangasertif danresponsif.
4. Ikhlas
Selalumemegangteguhketulusandalammemberikanpelayanankepada
pelanggan.
5. Peduli
Selalu tanggap terhadapkebutuhan pelanggan.
2.6.3
Tujuan
Tujuan RSUP Fatmawatiadalah:
1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (patient safety).
2. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan
tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.
4. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan
pelanggan.
5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh
sumber daya manusia rumah sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1
Instalasi Farmasi ( Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2006)
Instalasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah
Sakit.Instalasi farmasi menjalankan sistem pelayanan satu pintu. Yang dimaksud
dengan sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan
kefarmasian termasuk pembuatan formularium pengadaan, pendistribusian alat
kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien.
3.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit
Tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etika profesi.
b. Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang obat.
c. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi.
2. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
4. Memgadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
a. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
rumah sakit.
10 60
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
11 3.1.2 Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi, kewenangan dan fungsi. Bagan organisasi minimal mengakomodasi
penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik, manajemen
mutu,selalu harus dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga
mutu sesuai harapan pelanggan.Struktur organisasi minimal instalasi farmasi dapat
dilihat pada Lampiran 2.
3.1.3 Peran lintasterkaitdalampelayananfarmasirumah sakit
3.1.3.1 Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan
rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di
rumah sakit. Panitia
Farmasi
dan Terapi adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasiyang ada di
rumah sakit dan apoteker wakil dariFarmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya.Panitia Farmasi danTerapi sekurang-kurangnya terdiri dari3 (tiga) orang
yaitu dokter, apoteker dan perawat.Untuk Rumah Sakit yang besar, tenaga dokter
bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medik fungsional yang
ada.Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua
kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat diseluruh
unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.
Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,
maka sebagai ketua adalah ahli farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari
instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk. Panitia Farmasi dan Terapi harus
mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya dua bulan sekali dan untuk rumah
sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Peran apoteker sebagai sekretaris
dalam panitia farmasi dan terapi adalah mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) termasuk pencatatan
dan pelaporan dari hasil-hasil rapat.
Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
12 formularium di Rumah Sakit dan merevisinya.Formularium adalah himpunan obat
yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi danTerap untuk digunakan di rumah
sakitdan dapat direvisisetiap 1 tahun sekali. Komposisi formularium berisi
halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi, Daftar isi,
Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang
diterima untuk digunakan dan lampiran.
3.1.3.2 Panitia pengendalianinfeksirumah sakit
PanitiaPengendalianInfeksiRumahSakitadalahorganisasiyangterdiri
dari
stafmedik, apotekeryang mewakili farmasi rumah sakitdan tenagakesehatan
lainnya. Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit ini memiliki tujuan untuk
1. Menunjang pembuatan pedoman pencegahan infeksi.
2. Memberikan informasi untuk menetapkan disinfektan yang akan digunakan
di rumah sakit.
3. Melaksanakan pendidikan tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah
sakit.
4. Melaksanakan penelitian surveilans infeksi nosokomial rumah sakit.
3.1.3.3 Panitia lainyangterkaitdengantugasfarmasirumah sakit
Apoteker juga berperan dalam tim / panitia yang menyangkut dengan
pengobatan antaralain:
1. Panitia mutu pelayanan kesehatanrumah sakit
2. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri
3. Tim penanggulangan AIDS
4. Tim transplantasi
5. Tim PKMRS, dan lain-lain.
3.1.4 Analisa kebutuhan tenaga
3.1.4.1 Jenisketenagaan
1. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi,
danasisten apoteker (AMF, SMF)
2.Untukpekerjaanadministrasidibutuhkantenagaoperatorkomputer/teknisiyangm
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
13 emahamikefarmasian dan tenagaadministrasi
3. Pembantu pelaksana
3.1.4.2 Beban kerja
Dalamperhitunganbebankerjaperludiperhatikanfaktor-faktoryang
berpengaruh padakegiatanyangdilakukan,yaitu:
1. Kapasitas tempat tidur dan BOR (Bed Occupation Rate)
2. Jumlah resep atauformulir per hari
3. Volume perbekalan farmasi
4. Idealnya30 tempat tidur =1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian) untuk
rawat inap
3.1.4.3 Jenispelayanan
1. PelayananIGD (Instalasi Gawat Darurat)
2. Pelayanan rawat inap intensif
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan rawat jalan
5. Penyimpanan dan pendistribusian
6. Produksi obat
3.1.5 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Secara umum pelayanan farmasi rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan
obat dan alat kesehatan.
1.
Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan.
2.
Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3.
Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4.
Memproduksi
perbekalan
farmasi
untuk
memenuhi
kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5.
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
14 6.
Menyimpan
perbekalan
farmasi
sesuai
dengan
spesifikasi
dan
persyaratan kefarmasian.
7.
Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
Sedangkan fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan terdiri dari:
1.
Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.
2.
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
3.
Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan.
4.
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5.
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan serta pasien atau
keluarga pasien.
6.
Memberi konseling kepada pasien.
7.
Melakukan IV admixture.
8.
Melakukan penanganan obat kanker.
9.
Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
10. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
11. Melaporkan setiap kegiatan.
3.1.6 Pengelolaanperbekalan farmasi
Pengelolaanperbekalanfarmasimerupakansuatusikluskegiatan,dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
3.1.6.1 Pemilihan
Pemilihan merupakan proses kegiatan awal yang terjadi dirumah sakit,
identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan
dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharui standarobat. Penentuan seleksi obat merupakan peranakti
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
15 fapoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan
efektifitas serta jaminan purna transaksi pembelian.
3.1.6.2 Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode antara lain metode
konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan metode kombinasi
konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia.
3.1.6.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi / pembuatan
sediaan farmasi, maupunsumbangan/ droping/ hibah.
3.1.6.4 Produksi
Produksimerupakankegiatanmembuat,mengubahbentuk,danmengemas
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah :
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus
2. Sediaan farmasi dengan harga murah
3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
5. Sediaan farmasi untuk penelitian
6. Sediaan nutrisi parenteral
7. Rekonstitusi sediaan obat kanker
3.1.6.5 Penerimaan
Penerimaanmerupakankegiatanuntukmenerimaperbekalanfarmasiyang
telah diadakan sesuaidenganaturankefarmasian,melaluipembelianlangsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
16 1. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa.
2. Barang harus bersumber dari distributor utama.
3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS).
4. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of
origin.
5. Expire date minimal 2 tahun
3.1.6.6 Penyimpanan
Penyimpananmerupakankegiatanpengaturanperbekalanfarmasimenurut
persyaratan
yangditetapkandandisertaidengansisteminformasi
yangselalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuaikebutuhan.
3.1.6.7 Pendistribusian
Pendistribusianmerupakankegiatanmenyalurkanperbekalanfarmasi
dirumah sakituntukpelayananindividudalamprosesterapibagipasienrawat inap dan
rawat jalan sertauntuk menunjangpelayananmedik. Peranan Apoteker dalam
distribusi obat ialah dalam hal pemeriksaan kelengkapan resep dan menganalisa
ketepatandari resep yang menyangkut tentang 7 tepat yaitu, tepat pasien, tepat
obat, tepat dosis, tepat rute penggunaan obat, tepat waktu penggunaan obat, tepat
penyimpanan obat, dan tepat dalam memberikan informasi mengenai obat kepada
tenaga kesehatan maupun pasien.
Sistem distribusi obat dibagi menjadi tiga sistem yaitu :
1. Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
dipusatkan pada satu tempat yaitu Instalasi Farmasi. Pada sentralisasi
seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai, baik untuk
kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai
langsung dari Instalasi Farmasi tersebut.
2. Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
mempunyai cabang di dekat unit perawatan atau pelayanan. Cabang ini
dikenal dengan istilah depo farmasi atau satelit farmasi. Pada desentralisasi,
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
17 penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi
dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini
bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi
yang ada di depo farmasi.
3. Sistem kombinasi sentralisasi dan desentralisasi
a. Pendistribusianperbekalan farmasi untukpasien rawat inap
Pendistribusianperbekalanfarmasiuntukpasienrawatinapmerupakan
kegiatan
pendistribusianperbekalanfarmasiuntukmemenuhikebutuhanpasien rawat
inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau
desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem
resep perorangan, sistem unit dosis,dan sistem kombinasi oleh
SatelitFarmasi.
b. Pendistribusianperbekalan farmasi untukpasien rawat jalan
Pendistribusianperbekalanfarmasiuntukpasienrawatjalanmerupakan
kegiatan
pendistribusianperbekalanfarmasiuntukmemenuhikebutuhanpasien rawat
jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau
desentralisasi dengan sistem resep perorangan olehApotekrumah sakit.
c. Pendistribusianperbekalan farmasi diluar jam kerja
Pendistibusianperbekalanfarmasidiluarjamkerjamerupakankegiatan
pendistribusianperbekalanfarmasiuntukmemenuhikebutuhanpasiendiluarj
am
kerjayangdiselenggarakan
oleh
Apotek
rumah
sakit/
satelitfarmasiyangdibuka 24 jam adalah ruangrawatyangmenyediakan
perbekalanfarmasi emergensi.
3.1.7 Pelayanankefarmasian dalampenggunaanobat dan alat kesehatan
Pelayanankefarmasiandalampenggunaanobatdanalatkesehatanadalah
pendekatan
profesional
yangbertanggungjawabdalammenjaminpenggunaan
obatdanalatkesehatansesuaiindikasi,efektif,amandanterjangkauolehpasien melalui
penerapan
pengetahuan,
keahlian,
keterampilan
dan
perilaku
apoteker
sertabekerjasamadenganpasiendanprofesi kesehatanlainnya.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
18 Kegiatanyang dilakukan antaralain:
1.Pengkajianresep
Kegiatan dalampelayanan kefarmasianyang dimulai dariskrining resep
yang
meliputi
seleksipersyaratanadministrasi,persyaratanfarmasidanpersyaratanklinisbaikuntuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
2.Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan / meracik obat, memberikan label / etiket,
penyerahanobatdenganpemberianinformasiobatyangmemadaidisertaisistem
dokumentasi.
3.Pemantauan danpelaporan efek sampingobat
Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan
pemantauan setiapresponterhadapobatyangmerugikanatautidakdiharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada pasienuntuk tujuan profilaksis,
diagnosis danterapi.
4.Pelayananinformasiobat
Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepadadokter, apoteker,perawat, profesi kesehatan lainnyadan pasien.
5.Konseling
Konselingmerupakansuatuprosesyangsistematikuntukmengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan
obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
6.Pemantauan kadar obat dalam darah
Pemantauankadarobatdalamdarahdilakukandengancaramelakukan
pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
19 merawat karena obat tersebut memiliki indeks terapiyangsempit.
7.Ronde/visite
Ronde / visitemerupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama
timdokterdan tenagakesehatan lainnya.
8.Pengkajian penggunaanobat
Pengkajianpengguanaanobatmerupakanprogramevaluasipenggunaan
obatyangterstrukturdanberkesinambunganuntukmenjaminobat
-
obatyang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
3.2
InstalasiFarmasi RSUP Fatmawati
InstalasiFarmasiRSUPFatmawatimerupakansatuankerja(satker)satu
-
satunyadiRumahSakityangmenjalankanfungsipengelolaanperbekalanfarmasi
dengan sistem satu
pintu.
Instalasi Farmasi berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab langsungkepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP
Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh
seorang kepala dengan sebutan
KepalaInstalasiFarmasidansatuorangWakilKepalaInstalasiyangmembawahi
15(limabelas)orangPenyelia,yaitu:
1.
PenyeliaDepoIRJ(Lantai 1, 2, dan 3)
2.
PenyeliaDepoAskes
3.
PenyeliaDepoIGD danIRI
4.
PenyeliaDepoIBS
5.
PenyeliaDepo Teratai–IRNAA
6.
PenyeliaDepo Teratai–IRNAB
7.
PenyeliaDepo GriyaHusada
8.
PenyeliaDepo GedungProf. Soelarto
9.
PenyeliaGudang Farmasi
10.PenyeliaProduksiFarmasi
11.PenyeliaSistemInformasi
12.PenyeliaDistribusi dan Penerimaan
13.PenyeliaPerencanaan PerbekalanFarmasi
14.PenyeliaPencatatan danPelaporan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
20 15.PenyeliaTata UsahadanSDM Farmasi
InstalasiFarmasimempunyaistrukturorganisasisebagaimanatercantumdalam
Lampiran3.KepalaInstalasiFarmasidalammenjalankantugasnyaberkoordinasi
dengan Kepala SatuanFarmasi Fungsional RSUP Fatmawati.
3.2.1. Tugas pokok danfungsiinstalasifarmasi RSUP Fatmawati
Tugas pokokinstalasi farmasi RSUP Fatmawati adalah:
1.
Menjalankan pelayanankefarmasian di RSUP Fatmawati.
2.
Menjalankanpengelolaanperbekalanfarmasidengankegiatanperencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan
farmasi diRSUP Fatmawati.
3.
Menjalankanintegrasidansinkronisasiterkaitdenganpelaksanaantugas
pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi diRSUP Fatmawati.
4.
Turutsertamenyelenggarakan kegiatanpendidikandan pelatihan kefarmasian di
RSUP Fatmawati.
5.
Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikutserta dalam ujiklinik obat.
6.
Turutsertamenyelenggarakanpembinaanetikadanpengembanganprofesi
kefarmasian.
Fungsiinstalasifarmasi adalah:
1.
Melaksanakankoordinasidankerjasamadalampelaksanaantugas
pelayanan
kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati
dengan pihak - pihak tekait.
2.
Melaksanakanpengawasanmutupelayanankefarmasiandi
RSUP
Fatmawati.
3.
Ikut
sertadalampengembangan
pelayanankefarmasiandiRSUP
Fatmawatiberdasarkanperkembangankebutuhanmasyarakat,ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4.
Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta
tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di
RSUP Fatmawati.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
21 3.2.2. Visiinstalasifarmasi
VisiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,
Terpercayadalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian diIndonesia.”
3.2.3. Misiinstalasifarmasi
MisiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawatiadalah:
1. Melaksanakan pelayanankefarmasianyangberorientasi kepadapasien.
2. Mengupayakan
pencapaian
rasionalisasi
penggunaan
obat
di
RSUP
Fatmawati.
3. Menjalankanpengelolaanperbekalanfarmasirumahsakitsecaraefektif dan efisien.
4. Meningkatkandanmengembangkanpelayananfarmasiterutamabidang orthopedi
dan rehabilitasimedik.
3.2.4. Tujuan instalasifarmasi
TujuanInstalasi FarmasiRSUP Fatmawatiadalah:
1. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan bertanggung.
jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
2. Mewujudkan kerasionalan pengobatanyangberorientasi kepadapasien.
3. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi seluruh
masyarakat rumah sakit.
4. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim
pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari
pelayananfarmasi.
5. Ikutmenjaminkeamanandankeselamatankerjaseluruhstafrumahsakit,
masyarakat, serta lingkungan.
6. Meningkatkankemampuan
tenagakefarmasian melalui
pendidikan
dan
pelatihan.
7. Menjaminpelayananbermutumelaluipemantauan,analisadanevaluasi pelayanan.
8. Mengadakanpenelitian dan peningkatan metodedi bidangfarmasi.
3.2.5. Nilai -nilaiinstalasifarmasi
Nilai-nilaiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
22 1. Profesional
2. Benar danaman (safety)
3. Penuh tanggungjawab
4. Jujur
5. Ramah dan peduli(care)
3.2.6. Ruanglingkupkegiatanfarmasi
3.2.6.1 Gudangfarmasi
Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati ialah sebagai
berikut:
1.
Perencanaan danpengadaan perbekalanfarmasi
Perencanaanmerupakansuatuproseskegiatandalampenentuanjumlah
dan
harga perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang
tersedia,denganmenggunakandasar-dasarperencanaandanmetodeyangdapat
dipertanggungjawabkan,antara
lainmetodekonsumsi,epidemiologi,kombinasi
metodekonsumsidanepidemiologi.Pengadaanmerupakansuatuproseskegiatan
untukmerealisasikankebutuhandalamperencanaanmelaluipembelian,produksi/
pembuatansediaanfarmasi,sumbangan/dropping/hibah.Digudang
farmasi
RSUPFatmawatiada4orangpenyelia,yaitupenyeliagudangfarmasi,penyelia
sistem
informasi farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan, dan penyelia perencanaan
perbekalanfarmasi.
Perencanaan dibuat paling lambat tanggal 15 pada bulan berjalan untuk
memenuhi kebutuhan bulan berikutnya. Pembuatan perencanaan kebutuhan
bulanan
menggunakan
gabungan
metode
konsumsi
dan
epidemiologi.
Perencanaan dibuat berdasarkan evaluasi penjualan 3 bulan sebelumnya,
terutama 1 bulan sebelumnya, melihat sisa stok obat yang ada dan melihat
anggaran
yang
tersedia.
Datapenerimaanpadasistemakandiolah,kemudiandikombinasi
dengan
analisapenjualandepo-depofarmasiuntukpenentuanjumlahkebutuhanbulan
berikutnya.Penyeliagudangfarmasidanpenyeliadepofarmasimelakukancross check
sehingga
harus
ada
komunikasi
di
antara
keduanya.
Bila
terdapat
peningkatankebutuhan,makadibuatperencanaantambahan.Prosespenyusunan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
23 perencanaandilakukansetiapbulanuntukkebutuhanreguler(obatformularium).
Selainitu,disusunjugaperencanaanuntukkebutuhan3bulan(obatgenerik
dan
obat
DPHO Askes) dan kebutuhan 6 bulanuntuk Pelayanan Kesehatan Dasar(PKD).
Perencanaanyangdibuatolehpenyeliagudangfarmasidiantaranyaadalah
perencanaanobat,alkeshabispakai,
gasmedis,reagen,bahanbaku,danbahan
untukradiologisepertifilmrontgen.Kesemuaperencanaanyangdibuatmerujuk
padadaftar obat dalam formularium, DPHO, DOEN, obat bebas dangenerik.
Perencanaankebutuhanperbekalanfarmasiyangtelahdibuatolehgudang
diajukan
kepadaKepalaInstalasiFarmasiuntukdimintapersetujuannyadan
ditandatangani.
PerencanaankebutuhankemudiandikirimkankeDireksiRSUP
Fatmawati untuk mendapatkan persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan
dikirimkankeDirekturMedikdanKeperawatan,yangselanjutnyadikirimkanke
DirekturKeuangan.DirekturKeuangan
mengirimkankeBagianAnggarandan
dikirimkembalikeDirekturKeuangan.DirekturKeuangan selanjutnya mengirimkan
ke
Direktur
Utama
sebagai
Kuasa
Pengguna
mendapatpersetujuanpengadaan,dataperencanaan
Anggaran.
Setelah
disampaikankePPKatau
PejabatPembuatKomitmen.PPKakanmengirimkankeSekretariat
PPKuntuk
dibuatkanHargaPerkiraanSendiri(HPS).HPSdikirimkankembalikePPKdan
dikirimkeDirekturKeuangan,
disetujui
yangselanjutnyadikirimkeBagianAnggaran untuk
dan dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur
Keuangan,HPSakandikirimkan
kePPK.Bilaperencanaandibawah200juta,
maka
diberikan kepada Pejabat Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan
harga.Bilaperencanaandiatas200juta,makaharuske
Pengadaan)untukdilakukan lelang
Elektronik).
ULP
(Unit
Layanan
secara LPSE (Layanan Pengadaan Secara
Sekretariat
PPK
akanmembuatkanSuratPesanan(SP)untukperencanaandibawah50juta,atau
membuatkanSuratPerintahKerja(SPK)untukperencanaanantara50jutasampai
200 juta, dan mengirimkan ke distributor terkait. Alur perencanaan dan
perbekalan farmasi dapatdilihat padaLampiran 5.
Obat Citodapat diadakan dengan membuat disposisi untuk meminta
persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil
PejabatPengadaanMedik,
sedangkanbiladiluarjamkerjamenggunakankas
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
24 kecilDutyManager.Pengiriman
perbekalan
farmasiolehdistributorkeRSUP
Fatmawatisesuaidengandataperencanaan,diterimaolehTimPenerimaBarang. Serah
terima perbekalan farmasi dilaksanakan dari Tim Penerima Barang ke
petugasgudangfarmasidandilakukaninputdatadiSistemInformasi
Rumah
Sakit(SIRS), kemudiandilaksanakan proses penyimpanan di gudangfarmasi.
2.
Penerimaan perbekalan farmasi
Tujuan prosedur penerimaan perbekalan farmasi ialah terjaminnya
penerimaan
perbekalan
farmasi
denganSuratPesanan(SP)ataukontrakyangtelah
sesuai
dibuatolehUnitLayanan
Pengadaan(ULP),baikdarisegispesifikasimutuyangtelahditetapkan,jumlah,
jangkawaktukadaluarsayangmencukupidanwaktukedatangan.
Penerimaan
perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang berdasarkan Surat
Pesanan(SP)yangdibuatolehULP,tender,konsinyasi
(barang
titipan)
atausumbangan.Prosedur penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut
Lampiran 6:
a.
Penerimaanperbekalanfarmasiyangberasaldaridistributor/rekanan/rumah
sakit/Apotek/donaturlainolehTimPenerimaBarangMedik,diserahkankegudangf
armasiuntukdisimpan.Penerimaanperbekalanfarmasi
diluarjamkerjadilakukanolehTim
PenerimaBarangMedikuntukobat/alkesyangtermasukdalampengadaanrutin.Un
tukobat/alkesyangdibelidi apotek luar atau rumah sakit lain atau dari
distributor
karena
pemesanan
mendadak(Cito)diterimaolehAsistenApotekerDepoIGDuntukselanjutnya
diserahkan keTimPenerimaBarang Medik.
b.
Serah terimaperbekalan farmasi yangditerima dari Tim Penerima Barang
Medikdengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:
- faktur perbekalanfarmasi;
- kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan SP/ SPK;
- kondisi perbekalan farmasi;
- jumlah perbekalanfarmasi;
- tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi
tertentu (vaksin,reagensia)bisakurangdari2tahundenganpersetujuan user;
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
25 - Certificateofanalysisuntukbahanbakuobat;Certificateoforiginuntuk
alat
kesehatan;Material SafetyData Sheet(MSDS) untuk bahan berbahaya.
c.
PelaksanaanverifikasiadministrasipenerimaanbarangolehPenyeliaGudang
Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang
Medikyangdisesuaikandengan faktur barangdatang.
d.
Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang
akan diserahkan keBagian Akuntansi.
e.
Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang
Medik,PenyeliaGudangFarmasi, dan KepalaInstalasi Farmasi.
f.
Penyimpanan perbekalanfarmasi diGudang Farmasi.
3.
Penyimpananperbekalanfarmasi
Penyimpananperbekalanfarmasimerupakanproseskegiatanmenyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang
diterima
padatempatyangdinilaiamandarikehilangansertagangguanfisikyangdapat
merusakmutu obat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi ialah:
a.
Terjaminnyamutu perbekalan farmasi selamapenyimpanan.
b.
Terjaminnyakeamananpersediaan perbekalanfarmasi selamapenyimpanan.
c.
Terjaminnyaketersediaanperbekalanfarmasimelaluiadministrasipencatatan
persediaan perbekalanfarmasi.
d.
Kemudahanpencarian dan pengawasan persediaan perbekalan farmasi.
Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi ialah:
1.
Pelaksanaan
penyimpanan
perbekalan farmasi
olehpetugas
farmasi
dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah
sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan
bentuk sediaan serta jenisnya dan disusun secara alfabetis. Di RSUP
Fatmawati, penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan menjadi empat
ruang besar yaitu:
i.
Ruangpenyimpananalatkesehatan
Alat kesehatan disusun berdasarkan kegunaan (fungsi) dan
ukurannya.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
26 ii.
Ruangpenyimpanancairan
Cairan disimpan diruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan
alat kesehatan. Disusun didalam dus dan diletakkan di atas pallet.
iii.
Ruangpenyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid
Sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu
kestabilan, bentuk sediaan dan alfabetis.
iv.
Ruangpenyimpanangasmedik
Gas medik disimpan di gedung terpisah, terletak dibelakang gedung
teratai.
Penyimpanannya
disusun
berdasarkan
jenis
gas
medisseperti oksigen, helium, nitrous oksida, karbondioksida.
b.
Penempatan perbekalan farmasi
i.
Penempatan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In
First Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi,
atau
FEFO
kadaluwarsa.
perbekalan
(First Expired First Out) berdasarkan waktu
Metode
penempatan
FIFO
yaitu
meletakkan
farmasi di muka atau di depan sedangkan metode
penempatan FEFO yaitu meletakkanperbekalan farmasi yang
kadaluwarsanya lebih singkat di bagian depan.
ii.
Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa,
maka penyimpanan menggunakan sistem FEFO. Perbekalan
farmasi yang tidak mencantumkan tanggal
kadaluwarsa, maka
penyimpanan menggunakan sistem FIFO.
iii.
Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike)
untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip
dan nama/pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan
walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi
dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada
rak/tempat obat diberikan stiker LASA.
iv.
Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang
kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak
ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda
peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
27 v.
Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan
farmasi
masihdalamkemasanbesartidakbolehpadaposisirakyangtinggiuntuk
mencegahresiko jatuh dan menimpa petugas.
vi.
Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat
diletakkan di lantai menggunakan alas pallet untuk menghindari
kelembaban.
c.
Suhu selamapenyimpanan
i.
Penyimpanan
padasuhukamar(25oC)untukobat-obat,
cairaninfus,
alat kesehatan, pembalut, dan gasmedik.
ii.
Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu
2 - 8oC
iii.
Penyimpanan untuk reagensia,obat– obatan tertentu danproduk
biologis yang membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan
stabilitasnya sesuai denganpersyaratanpenyimpananpada etiket.
Setiaphari adapetugas yang mencatat suhu lemari pendingin pada
“kartu monitorsuhu”.
iv.
Sediaanvaksinmembutuhkan
“pharmaceutical
refrigerator”khususdan harus dilindungidarikemungkinanmatinya
aliran listrikmenggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran
listrik mati.
d.
Kelembaban
Kelembabandipantaumenggunakanalathigrometerataupemantau
kelembabanudaradiruangpenyimpananperbekalanfarmasiantara65%
-
98%.
e.
Cahayamatahari
Penyimpanan obat tidakboleh terkenacahayamatahari langsung.
f.
Sirkulasi udara
Tempatpenyimpananperbekalanfarmasiharusmempunyaiventilasiyang
cukup untuk pertukaranudaradi ruangan penyimpanan.
g.
Resiko kebakaran
Bahanberbahayamudahterbakarataumudahmeledakharusdisimpanpada
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
28 Gudang Tahan Api
yangdilengkapidenganAPAR(AlatPemadamApi
Ringan).
h.
Kebersihan tempat dan saranapenyimpanan daridebu atau kotoran
lainnya.
i.
Pengaturantataruanggudangfarmasidenganmemperhatikankemudahan
bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi.
j.
Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk
menjamin mutu perbekalan farmasiyangada.
2. Pelaksanaan penyusunan persediaanperbekalan
farmasi
pada
tempat
penyimpanan secara aman oleh petugas farmasi.
3. Pelaksanaanpencatatanpemasukan,pengeluaran,danstokperbekalanfarmasi
kedalamkartu persediaandandalamSistemInformasiRumahSakit(SIRS) oleh
petugas farmasi.
4.Pembuatan laporan mutasi atau distribusi perbekalan farmasi oleh petugas
farmasi.
Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika:
1.Pencatatan obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim
PenerimaBarangMedikRSUPFatmawati,dicatatpadakartustoksesuaijenis,
jumlah,expiredate,dan
namadistributorkhususobatnarkotika
dan
psikotropika,yaituPT. Kimia Farma.
2.Penyimpanan
obat
narkotika
dan
psikotropika
yang
sudah
dicatat/dokumentasi dengan ketentuan:
a.
Menggunakanlemarisesuaiketentuan,yaitulemaridoublelock(kunci
ganda) padaduapintu dengan susunan berlapis.
b.
Kondisikuncikeduapintudapatberfungsidenganbaikdandalamkondisi
terkuncigunapembatasan akses pengambilan obat.
c.
Lemaritersebutterpasangmenempelpadadindingsehinggatidakdapat
dipindahkan kecualidengan membongkarnya.
d.
Dilengkapi dengan kartustok.
3.Pengaturanpenyimpananobatnarkotikadanpsikotropikaberpedomankepada
beberapaketentuan dan persyaratan sebagai berikut:
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
29 a.Menurut bentuk sediaandan jenisnya.
b. Menurut suhu dan kestabilan sediaan:
i. Obat disimpan dalam lemari pendingin,yaitu suhu 2 -8oC
ii. Obat disimpan dalam suhukamar,yaitu 15 -25oC
c.Menurut sifatnyamudah/ tidak terbakar
d.Menurut ketahanan terhadap cahaya/tidak
4.PenyusunanpenyimpananberdasarkansistemFIFO(FirstInFirstOut)atau
berdasarkan sistem FEFO (FirstExpired FirstOut).
5.Penyusunanurutanpadalemaripenyimpanandilakukansecaraalfabetis,yaituberda
sarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” sampai “Z”.
6.Pencatatanobatnarkotikadanpsikotropika,yaitujumlah
stok
awal,jumlahkeluar,jumlah stok akhir,dan petugasyangmengambil.
7.Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan
fasilitas
penyimpanandanpengecekankondisifisiksediaandanjumlahstok
narkotikadanpsikotropika setiap hari.
ProsedurIdentifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan ObatHigh Alert:
1.
PenerimaanobathighalertolehGudangFarmasidaridistributormelaluiTimPene
rimaBarangMedikRSUP Fatmawati.
2.
Pemeriksaan
kebenaran
obat
high
alert
yang
diterima
dengan
memeriksanama, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi fisik obat high
alert, serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.
3.
Pemberian
penanda
khusus
(stiker)
obat
high
alert
golongan
elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan
pada kardus terluar obat high alert.
4.
Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi
dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok
gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.
5.
Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang
bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat
lainnya.
6.
Penempatan
obat
high
alert
pada
lemari
penyimpanan
dengan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
30 metodeFIFOdan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara:
a. Untukobathighalertyangdipersyaratkandisimpanpadasuhudingin,yaitu
antara2-8oC,makadisimpandalamlemaripharmaceuticalrefrigerator
dengan suhu terkendali.
b. Untukobathighalertyangdipersyaratkandisimpanpadasuhuruangan, yaitu
25oC, maka disimpan dalam lemari yang telah diberikan
penanda
khusus.
c. UntukobathighalertyangmemenuhikriteriaLASA(LookAlikeSound
obattersebutdiletakkansecaraterpisahdenganmemberikan
Alike),maka
selingan minimal 2 obatnon kategoriLASA di antaranya.
4.
Pendistribusianperbekalan farmasi
PendistribusianperbekalanfarmasiolehgudangRSUPFatmawatiyang
dilakukan ada dua macam yakni pendistribusian permintaanobat berdasarkan
permintaandaridepo-depo farmasimelalui sistem dan pendistribusian floor stock
dari ruangan secara manual atau menggunakan formulir. Untuk pendistribusian
amprahan obat dilakukan dengan sistem komputerisasi dan dilakukan setiap hari.
Alur
distribusinya
adalah
setiap
pagi
petugas
gudang
farmasimengeceksistemdanakanmenilaisecarakeseluruhanpembagianstokke depodepofarmasiagarmanajemenpersediaandigudangfarmasitetapbaik.
Setelahperbekalanfarmasidisiapkan,petugasgudangfarmasi akan memberi kabar
pada petugas depo bahwa barang yang diminta telah disiapkan. Selanjutnya
dilakukan serah terima dengan petugas depo.
Saat serah terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa
perbekalan
dan
farmasi. Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan
telah
sesuai,
kemudian
dilakukanpenginputankesistemdandiprintout.Setelahitu,petugasgudang
farmasi
mengecek pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan terpotong bila
telah diverifikasi. Untuk pendistribusian floor stock, dilakukan secara manual dan
jadwal
pengambilan
tiap
ruangan
berbeda
-
beda
untuk
memudahkankerjapetugasgudangfarmasi.Alurdistribusi perbekalanfarmasi dapat
dilihat padaLampiran 7.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
31 5.
Pelaporan perbekalan farmasi
Pelaporan perbekalan farmasidi gudangfarmasi,antaralain:
a. Buku induk penerimaanbarang
b. Rekapitulasi penerimaanbarang
c. Rekapitulasi pengeluaranbarang
d. Rekapitulasi penerimaandan pengeluarangas medik
e. Laporan stok opname setiap satu bulan
f. Laporan persediaanfloor stock setiap tigabulan
g. Laporan narkotika setiap 1 bulan sekali
h. Laporan psikotropika setiap 1 tahun sekali
i. Laporan barangsumbangan
6.
Prosedur retur perbekalan farmasi
Retur perbekalan farmasi merupakan proses pengembalian perbekalan
farmasi ke distributor disebabkan karena rusak, kadaluwarsa, dan penarikan
produk (recall) oleh produsen. Tujuannya ialah agar tersedianya produk
perbekalanfarmasiyangbermutudi
rumahsakitdanterlindunginyapasiendari
penggunaanperbekalanfarmasiyangtidakbermutu.
Prosedurreturperbekalan
farmasi ialah sebagai berikut:
a.
Pelaksanaanpemeriksaandanpengecekansediaanfarmasidigudangfarmasi,
depo farmasi, instalasi rawat inapuntukperbekalan farmasifloor stock.
b.
Pelaksanaan item pengecekan untuk mengetahui perbekalan farmasi yang
rusak, kadaluwarsa, danrecall.
c.
Pencatatan perbekalan farmasi yang diketahui rusak, mendekati tanggal
kadaluwarsaataurecall.Pencatatandilakukan denganmencatat namaproduk,
namapabrik,nomorbatch,
tanggalproduksi,tanggalkadaluwarsa,jumlah
sediaan.
d.
Pengembalian
dan
pengumpulan
farmasiyangrusak,kadaluwarsa,
perbekalan
ataurecalldari
seluruhdepofarmasidanfloorstockrawatinapkegudang farmasi.
e.
Pengumpulan perbekalanfarmasi kegudangfarmasi untuk produk:
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
32 - Rusakdan tidak dapat digunakan
- Dalam masa3 bulan sebelummencapai masakadaluwarsa
-
Recallberdasarkansuratedarandaripabrikpembuatproduk,Kementerian
KesehatanRI,
BadanPengawasObatdanMakanan(BPOM),danTim
Farmasi dan Terapi (TFT) berdasarkan hasilauditinvestigasi.
f.
Penyimpananperbekalanfarmasiyangtidaklayakpakaidigudangfarmasi
dilakukanpada lemaripenyimpankhususyangdiberilabel:“Penyimpanan
Obat TidakLayak Pakai”
g. Pengembaliankedistributoruntukprodukyangdapatdireturdandilakukan
penggantian produk,denganmelengkapidokumenfakturpembelian,surat
pesanan, danberitaacara serah terima.
h.
Pemusnahan perbekalan
farmasiyang
telah mencapai masa tanggal
kadaluwarsadantidakdapatdireturkedistributor,yangakandimusnahkan
secarabersamaan dalamwaktu tertentu oleh TimPemusnahan Barang.
i.
Pembuatan laporanoleh wakil kepala perbekalan farmasi untuk
disampaikan padaKepalaInstalasi Farmasi.
j.
Penyampaian laporan keDireksi.
3.2.6.2 Tata usahafarmasi
KegiatanadministrasiInstalasiFarmasiRSUPFatmawatidilaksanakandi
TataUsahaFarmasi.Terdapat2penyeliadiTataUsahaFarmasi,yaituPenyelia
PencatatandanPelaporanserta PenyeliaTataUsaha(TU)danSDMFarmasi.Tata cara
persuratan yang dilakukan oleh
Penyelia Pencatatan dan Pelaporan di
InstalasiFarmasiRSUPFatmawatimencakup
pencatatansuratmasukdansurat
keluar. Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit
ditandatanganiolehKepalaInstalasiFarmasi,sedangkanpengirimansuratkeluar
untuklingkunganeksternalrumahsakitmelaluiSubBagianTataUsahaRumah
Sakit.
PembuatanlaporandiInstalasiFarmasiRSUPFatmawatiyangdilakukan
oleh
PenyeliaPencatatandan Pelaporanadalah sebagai berikut:
1.
Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan:
a. Pengambilandatadarigudangfarmasiberupacatatanpermintaanbarang
floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan kerja
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
33 berdasarkanformulirpermintaanbarang setiapakhirbulanuntukpembuatan
laporan keuangan dan catatan permintaan obat / alkes depo farmasi ke
gudangfarmasiuntukpembuatanlaporan
pengeluaranperbekalanfarmasi
per depo farmasi.
b. Pengambilandatajumlahpemasukandanpengeluaranobat-obatnarkotika
danpsikotropikadigudangfarmasidanseluruhdepofarmasiolehKepala
PerbekalanInstalasiFarmasisetiapakhirbulanuntuknarkotikadan
setiapakhirtahununtukpsikotropikauntukpembuatanlaporanpemakaian
obat narkotika dan laporan pemakaian obatpsikotropika.
c. Pengambilandatajumlahpenulisanresepobatdengannamagenerikdan
nongenerikdaricatatanpemantauanpenulisanresepobatgenerikdidepo
-
depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan pemantauan
penulisan resep obat generik.
d. Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk
pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.
e. Pengambilan
data
daricatatanlembardanjumlahresepdepofarmasidari
pasienrawat jalan(poliklinik)danpasienrawatinap(ruangan)didepo- depo
farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi.
f. Pengambilandatakuitansidanfakturpembelianperbekalanfarmasidari
catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan laporan
pemakaian kas kecilinstalasi farmasi.
2.
Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
olehPenyeliaPencatatan danPelaporan
a. Penyusunanlaporankeuangan,laporanpengeluaranperbekalanfarmasiper
depofarmasi,laporanpemantauanpenulisanobatgenerikdannongenerik,
laporantagihanobatpasien
perdepofarmasi,laporankegiataninstalasi
farmasi, dan laporan pemakaian kas kecilinstalasi farmasi setiap bulan.
b. Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan
pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
Pengirimanlaporanpemakaianobatnarkotikadanpsikotropikadilakuka
n ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat pengantar
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
34 yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu dikirim ke
Dinas KesehatanJakartaSelatan.
Pengirimanlaporankeuangan,laporanpengeluaran
perbekalanfarmasiperdepofarmasi,laporanpemantauanpenulisanobatgenerik
dan non generik, laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan
kegiataninstalasifarmasiditujukankepadaDirekturMedikdanKeperawatanda
n Kepala Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip
di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawatididasarkanatas:
1.Arsip surat masuk / surat keluar / SK Direktur RSUP Fatmawati / SK
Kemenkes.
2.Arsip Kepegawaian terdiri dari map masing -masingpegawaiInstalasi
Farmasi RSUP Fatmawati.
3.Arsip laporan-laporan.
4.Arsip reseprawat jalan dan rawat inap.
5.Arsip catatan
kehadiran pegawai (absensi) di Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati.
6.Arsip catatan lembur pegawaiInstalasiFarmasi RSUP Fatmawati.
7.Arsip catatanrekapitulasirencanapengadaan bulanan.
8.Arsiprekapitulasi rencanapengadaan bulanan.
Pemusnahan dilakukan setiap awal tahun untuk laporan-laporan dan
resep-resepyangberumurlebihdari3tahunsertasuratmasukdansuratkeluaryang
berumur5 tahun.
3.2.6.3 Produksifarmasi
Produksi farmasi RSUP Fatmawati terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
produksi non
steril dan produksi steril. Produksi steril berada di bawah
pengawasanSatuanFarmasiFungsional,sedangkanproduksinonsterilberadadi
bawah
pengawasanInstalasiFarmasiRSUPFatmawati.Terdapat1penyelia,yaitu
PenyeliaProduksiFarmasi,dan2asistenapotekerdi
produksifarmasiRSUP
Fatmawati.
1.Produksinonsteril
Kegiatanyangdilakukandiproduksinonsteriladalahpembuatansediaan
farmasi,
pengenceransediaan,danpengemasankembali.Bentuksediaanyang
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
35 diproduksimencakupbentuksediaanpadat,sediaancair,dansediaansemipadat.
Semuabentuksediaandibuat berdasarkanmasterformulaRSUPFatmawati.Di
ruangproduksiRSUPFatmawatisaatini
terdapat43masterformulasebagai
panduanpelaksanaanproduksifarmasi.Tujuan dilakukannyaproduksidiRSUP
Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat
sediaan
denganformulakhususdansediaanobatdibutuhkansegeraseperti
rekonstitusi obat suntik dan obat kanker.
Bahanbakuyangdigunakandiproduksinonsterildiperolehdarigudang
farmasi.
Perencanaan dilakukan
setiap
bulan berdasarkan laporan
bulanan sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang
farmasi untuk dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril
mendistribusikan produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi
non
steril
terbagi
menjadi2,yaitupenyimpananbahanbaku(disusunberdasarkan kegunaannya)
danpenyimpananproduk(berdasarkanalfabetis).Pelaporanyangdilakukanole
h
produksinonsteriladalahlaporanjumlahperbekalanfarmasi,laporanproduk
yang rusak, dan laporanprodukyang kadaluwarsa.
2.Produksisteril
Kegiatan yang dilakukan di produksi steril adalah IV admixture dan
penanganan obatsitostatika.KegiatanIVadmixtureyangdilakukandiproduksi
steril adalah mempersiapkan injeksi tuberkulin untuk Tes Mantoux
dan
mencampurkan/mengencerkanKClkedalamcairannormalsaline(NaCl0,9%).
Penanganan obat sitostatika adalah mempersiapkan obat sitostatika
untuk pengobatan kanker. Alur masuk ke ruang
produksi aseptik
dan
dispensing
pelayananobatsitostatikadapatdilihatpadaLampiran8dan9.Alurpenanganan
limbahpadat,cair,dangas,sertaalurpenangananlimbahsitostatikadapatdilihat
padaLampiran23.
3.2.6.4 DepoInstalasi RawatJalan
Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
36 poliklinik bedah, poliklinik bedah plastik, poliklinik gigi dan mulut,
danpoliklinik jantung. Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik
bedah saraf, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik pegawai, poliklinik
edukasi, polikliniksaraf,danpoliklinikrehabilitasi medik.Lantai3terdapatpoliklinik
paru,poliklinikPPKT
(Program
Pelayanan
Terpadu),poliklinikanak,poliklinikanestesi,poliklinik
Kanker
akupuntur,
poliklinikkulitdankelamin,danpoliklinikjiwa.Depofarmasiterdapatdisetiap
lantaigedungInstalasiRawatJalan.SDMdiDepoInstalasiRawatJalanlantai1
berjumlah7orangyangterdiridari1Apoteker,4AsistenApoteker,dan2bagian
administrasi.SDMdiDepoInstalasiRawatJalanlantai2terdiriatas1Apoteker
dan4AsistenApoteker.DepoInstalasiRawatJalanlantai3hanyaterdiridari1 Apoteker
dan2 AsistenApoteker.
Setiappagimasing-masinglantaidepofarmasimelakukanpermintaanke
gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien tunai,
jaminankantor,dan
pasienHIV.DepoInstalasiRawatJalanlantai2melayani
pasienKartuJakartaSehat(KJS). DepoInstalasiRawatJalanlantai3melayani pasien
Jamkesmas, Jamkesda Depok, JamkesdaTangerang, dan pasien TBC.
Persyaratan-persyaratanyangharusdipenuhiolehpasienJamkesmas,
JamkesdaDepok,danJamkesdaTangerangSelatanyaitu:resepaslidan1lembar
fotokopi resep, SJP asli dan 2 lembarfotokopi SJP (Surat Jaminan Pelayanan),
fotokopi
2
lembarsurat
pengantardariDinasKesehatanDaerah,fotokopi2lembarkartuJamkesda,Surat
rujukanaslidaripuskesmas,kartuberobatdiRSUP
Fatmawati,fotokopiKartu
Keluarga(KK)2lembar,sertafotokopiKTPatauaktebilaanakdibawahumur.
Persyaratan-persyaratanyangharusdipenuhiolehpasienKJSyaitu:resep,bukti
pembayaran, SJPasli, surat rujukan aslipuskesmas, dan fotokopiKTP.
DepoInstalasiRawatJalanmenerapkansistemdistribusiobatrawatjalan
secara
individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription merupakan tata cara dan urutan proseskegiatan
menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat
diberikan
seluruhnyasesuaiyangterteradalamresepyangtelahmelaluikajian
peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
37 individualprescriptionadalah agar:
1.
Tercapainyajaminankebenarandankeamanandalamprosesdispensingobat
padapasienrawat jalan.
2.
Tercapainyapeningkatanefisiensi,efektivitas,
dankeamanandalam
penggunaan obat.
ProsedurpenyiapanobatrawatjalansecaraindividualprescriptionLampiran 10:
1.
Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.
2.
Pelaksanaan skriningresep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.
3.
Pelaksanaan pelayanan obat pasien yangtelah memenuhi persyaratan pada
skriningresep.
4.
Pemeriksaanberkaskelengkapanresepuntukpasienjaminan/asuransi
(pasien
ASKES, pasien Jamkesmas, pasien Jamkesda, ataupasienKJS).
5.
Pembuatanbillingtransaksiuntukresepyangtelahmemenuhipersyaratandari
skriningdan kajian peresepan obat.
6.
Pembayaranresepberdasarkanbillingresepuntukpasientunai.Pembayaran
dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.
7.
Pelaksanaan permohonanijin prinsip:
a.
Resep pasienASKES dengan verifikasi oleh penjaminASKES, atau
b.
Resep
pasien
Jamkesmas
dengan
verifikasi
oleh
penjamin
Jamkesmas, atau
c.
Resep pasienKJSdengan verifikasi oleh penjaminKJS, atau
d.
VerifikasiijinprinsipDirekturRSUPFatmawatiuntukperbekalanfarmasi
yangtidak
terjamindalampaketpembiayaanataumenjadibebanRSUP
Fatmawati.
8.
Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket:
a.
Etiketwarnaputihuntukpenggunaanmelalui enteral(oral/sublingual/dan
lain -lain).
b.
Etiket warnabiru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal.
Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik,
nama
pasien,namaobat,dosisobat,waktudanfrekuensipemberian,rutepemberi
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
38 an, dan tanggal kadarluarsa.
9.
Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien
atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi.
10.
Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan
klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi
pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar
dokumentasi.
11.
Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien.
12.
Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat jalan dilakukan
oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria:
a.
Apotekeryang telah memiliki SuratTandaRegistrasi Apoteker(STRA)
b.
TenagaTeknisKefarmasian(TTK)yangtelahmendapatkanSuratTanda
Registrasi TenagaTeknis Kefarmasian (STRTTK).
13.
c.
Terdaftar sebagai tenagakefarmasian di RSUP Fatmawati
d.
Selesai mengikuti masaorientasi.
Pemanggilannamapasienrawatjalanmelaluipengerassuarauntukmenuju loket
pengambilan obat.
14.
Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih
lanjut.
15.
Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status
pembiayaan pasien.
3.2.6.5 Depo Askes
DepoAskes
rawatjalan
yangterdapatdidepo
adalahdepofarmasi
yangkhusus
melayanisemuapasien
pesertaAskesdanpasienJamkesdaBogor.Sumberdayamanusia
Askes
terdiridari1orangapotekersebagaipenyelia,6
orangasisten apoteker, 1orangjuru resep, dan5 orangpetugasadministrasi.
Pengadaan obat dilakukan setiaphari langsung dari GudangFarmasi
dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara
online.Penyimpanan barangdisusunberdasarkan obatDPHO Askesdan obatnon
DPHOAskes,bentuksediaan,dan
disusunsecaraalfabetis.Obatnarkotikadan
psikotropikadisimpandalamlemaritersendiridanterkunci(doublelock).Obatobatfastmovingdiletakkanterpisahdimeja.Penyimpananbarangmenggunakan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
39 sistem FIFO dan FEFO.
Persyaratan -persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk
mendapatkan pelayananpengobatan pasienAskesdi Depo FarmasiAskesadalah:
a. Resep Asli
b. Surat rujukan aslidari Puskesmasdengan 2 lembar fotokopisurat
rujukan
c. FotokopikartuAskes
Dalammelayanipasien,DepoAskesmengacupadapedoman-
pedoman
yangdisesuaikandenganstatuspasien.Beberapapedomanyangdapatdigunakan
antaralain:
1.Daftar PlafonHargaObat (DPHO)Askes
DaftarPlafonHargaObat(DPHO)Askesmerupakanacuanobatbagipasien
pesertaAskes. DalamDPHOterdapatduadaftarobatyangdapatdiberikan kepada
pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit
kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah
peresepan maksimalyangdapat diberikan.
2.DaftarObatInhealth
Daftar Obat Inhealth merupakan acuan yang dapat digunakan bagi pasien
pesertaInhealth.
3.Formularium Jamkesmas
FormulariumJamkesmasmerupakanacuanyangdapatdigunakanbagipasien
pesertaJamkesmas.
4.Formularium Rumah Sakit
Formularium Rumah Sakit merupakan acuan yang dapat digunakan bagi
pesertaAskes.
AlurpelayananpasiendidepoAskesdimulaidarimasuknyaresepke
bagianpenerimaanresep(bagiansortir).PadabagianinipetugasdepoAskesakan
memeriksakelengkapanberkasyangmenjadipersyaratanyangharusdibawaoleh
pasien. Apabilapersyaratanyangdiperlukan sudah lengkap, selanjutnyadilakukan
skriningresep.Setelahitu,pasienakan
mendapatkannomorpengambilanobat
yangsamadengannomoryangadapadaresep. Kemudianresepdistempeldan datanya
dimasukkan
ke
komputer.
Setelah
data
dimasukkan
ke
komputer,
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
40 selanjutnyaresepdiberikankepadapetugasuntukdibuatkanetiketnya.Setelahitu resep
diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan.
Obat
yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai pemberian
informasi singkat mengenai penggunaan obat Lampiran 11.
Laporan -laporanyangdibuat olehdepo Askes,yaitu:
1.Laporan penggunaan obatnarkotikadan psikotropika.
2.Laporan penulisan obatgenerik dan nongenerik.
3.Laporan penulisan obatyangmasuk DPHOAskesdan non DPHO Askes.
4.Laporananalisapenjualan.
5.Laporan barang rusak dan kadaluarsayangdibuatsetiap 3 bulan.
6.Laporan jumlah lembar dan jumlahresep.
Depo Askesmemilikipasien terbanyak denganjumlah 200– 300resep per
hari.Obatyangpalingseringdiresepkanadalahobatuntukpenyakitjantungdan
penyakitdalam.PembayaranpasienAskesdapatdiklaimkePTAskessedangkan
pembayaran pasien JamkesdaBogor dengan menggunakan sistemINACBG’s
(Indonesia Case Base Groups).
3.2.6.6 Depo farmasirawatinap(Teratai)
Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat ditengah lantai
pertamagedung
teratai.Gedung
initerdiridarienamlantaidanmemilikikapasitas700tempat tidur. Denganrincian tiap
lantai sebagai berikut:
1.
Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergencykebidanan, contohnya
padakondisi pre eklampsiaberat) dan high careunitdi selatan Teratai.
2.
Lantaikeduayaituruanganperawatankhususkebidanandanhighcareunitdi
selatan Teratai.
3.
Lantaiketigayaituruangankhususpasienanak-anak(<18tahun)danhigh
care
unitdi selatan Teratai.
4.
Lantaikeempatyaituruanganpasienpascabedahdanhighcareunitdiutara
Teratai.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
41 5.
Lantaikelimayaituruanganpasienpenyakitdalam(internis)danhighcare unitdi
selatan Teratai.
6.
Lantaikeenamyaituruanganuntukpasienpenyakitsaraf dan kardiovaskular
danhighcareunitdi selatan Teratai.
Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia.
PenyeliapertamabertanggungjawabterhadapIRNAAyangterdiridarilantai1,2dan3,s
edangkanpenyeliakeduabertanggungjawabpadaIRNAByangterdiri
darilantai4,5
dan6.JumlahSDMdidepoterataiadalahsebanyak28orang,
denganperincianapotekersebanyak4orang,petugasperincian(billing)sebanyak6ora
ng,jururesepsebanyak5orangdan13orangmerupakantenagateknis kefarmasian.
Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari
Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian
kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang
farmasi.Perbekalanfarmasididepo
rawatinap,disimpanterpisahberdasarkan
bentuksediaan,obatgenerik,dannongenerikyang
disusunberdasarkan
alfabetis
dansistemFEFO(FirstExpiredFirstOut)danFIFO(FirstInFirstOut).Obat
LASA(LookAlikeSoundAlike)penyusunannyadiberijarak2boxantarobat
LASAdandiberikanstikerLASA.Terdapat2refrigeratoruntukpenyimpanan
obat
yang
obat-
membutuhkansuhudinginuntukkestabilannya.Obat-obat
narkotikadanpsikotropikadisimpandidalamlemaridengandoublelockdan
setiap
obat-obat tersebut diambil maka dilakukan pencatatan di buku penggunaan.
Sistemdistribusiyangditerapkandidepofarmasirawatinapberagam,
diantaranya adalah, sistem distribusi unit dose. Sistem ini merupakan sistem
pemberianobatpadapasien
denganmenggunakankemasansekalipakaidalam
jangkawaktu24jam.Sisteminidipakaidilantaitigauntukobat-obatinjeksi,
lantaiempat (ruang perawatan bedah, THT, mata, gigi, paru), lantailima(ruang
perawatan penyakit dalam), danlantai enam (ruang perawatan penyakit dalam,
jantung
dan
saraf).AlursistemdistribusidosisunitterteraLampiran12.
Sistemselanjutnyayaitusistemfloorstock,dansistemresepindividual berupa resep
yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini
diterapkandilantaitigauntukpasienanak-anakyangmasihmendapatkanpuyer
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
42 danlantai2.Pelaporanyangdikerjakandidepofarmasirawatinapsamahalnya
dengan
depo-depo farmasilainnya, diantaranyaadalah:
1.
Laporan daftar pelunasanyangdibuat harian.
2.
Laporan pemakaiannarkotika dan psikotropikayangdibuat setiap bulan.
3.
Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
4.
Laporananalisapenjualanyangdibuat setiap bulan.
5.
Laporan barang rusak dan expired yangdibuatsetiap 3 bulan.
3.2.6.7 DepoInstalasi Gawat Darurat (IGD)danInstalasiRawatIntensif (IRI)
InstalasiGawatDaruratmerupakansalahsatupelayanandariRumahSakitUmu
m Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.
Didukungolehtenagaprofesionaldantenagaahliyangberpengalamanlebihdari40oran
g yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara maksimal
mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD
memiliki
pelayanan
pendukungsepertilaboratoriumInstalasiGawatDarurat24jam,radiologi(USG,
CTScanning),kamaroperasi,bankdarah,Apotek,danambulance24jam(RSUP
Fatmawati, 2009).
IGDterdiri dari beberapa ruangan:
1. Ruangresusitasi (ruang merah)
Diruanginiterdapatdelapantempattidur,lemariemergency,danpaket resusitasi.
Lemari emergency(lidocain, atropin sulfat, epineprin, dopamin, diazepam,
deksametason,
dextrosa,
ringer
laktat,
nacl
keberadaannya dalam ruang ini dikarenakan
ruang
ini
merupakan
0,9%)sangat
penting
pasien-pasien yangmasuk
pasien
dengan
kondisiyangcukupparah,sehinggajikapasienmengalamikegawatdaruratandan
butuhpenanganansegera,
perawattidakperluberlarikedepofarmasidiIGD
untukmengambilobatmaupunalatkesehatansehinggadapatmenghematwaktu
dalammenolongpasien.Lemariemergencydiceksetiapharinyadandilengkapi
jumlahnyasesuai dengandaftaryangditetapkan oleh RSUP Fatmawati.
2. RuangP2 (Ruangkuning)
Ruanginidibagimenjadiruangbedahdanruangnonbedahdimanadi
ruangini
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
43 terdapat paket (partus normal, kehamilan ektopik terganggu, partus sectio,
abortus curatage, partus preeklamsia berat, paket ok Cito, paket bedah
prima)namun tidak disediakan lemariemergency.
3. RuangTriase
Pasienyangmasukruanganinidalamkondisiyangtidakterlaluparah
sehinggatidak mendapattindakan dan tidak adapaket diruangini.
Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang
administrasi,
dan14orangasistenapoteker.DepoIGDdanIRIbuka24jam
dengan3shiftdanmelayani
pasienrawatinapsertapasienrawatjalan.Pasien
rawat
inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU),
NeonatusIntensiveCareUnit(NICU),PediatricIntensive
CareUnit(PICU),
merupakan
IntensiveCardiacCareUnit(ICCU).Sedangkanpasienrawatjalan
pasienyangmasukruangIGDsepertiruangresusitasi,ruangP2,ruangtriase,
maupun
poliIGD.
DepofarmasiIGDdanIRImelakukanpermintaanobatdanalatkesehatan
kegudang
farmasisetiapharisecaraonline.Obat-obatandisusunberdasarkan
abjaddandipisahkanmenurutjenissediaan.Untukobat-obatyangtidakstabil
padasuhuruangmaka
penyimpanannyadilemaripendingin.Obat-obatjenis
narkotikadanpsikotropikaditempatkandilemarikhusustersendiridengandouble lock
pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel
pada
dinding
sehingga
tidak
dapat
dipindahkan
kecuali
dengan
membongkarnya(RSUPFatmawati,2012).Alatkesehatanditempatkandirak
tersendiridandiberinamapadatempatatauboxalatkesehatantersebut.Jenis
sediaanobatyangseringdigunakandiDepoIGDdanIRIadalahsediaaninjeksi.
Laporan -laporanyangdisiapkan oleh DepoFarmasiIGD adalah:
1. Laporan daftar pelunasanyangdibuat harian.
2. Laporan pemakaian obat–obat narkotikayangdibuat setiap bulan.
3. Laporanpenulisanresepobatgenerikdannongenerikyangdibuatsetiap bulan.
4. Laporananalisa penjualanyangdibuat setiap bulan.
5. Laporan barang rusak dan expiredyangdibuatsetiap 3 bulan.
6. Laporan jumlah dan lembar resep setiap bulan.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
44 3.2.6.8 DepoInstalasiBedah Sentral
Lantai1
Instalasi
Bedah Sentralterdapat
OKCitosebanyak2
kamar.
Pasien yang masukke OKCitomerupakanpasien yang tidakdirencanakanjadwal
operasinya atau yangsifatnyaCito. PadaOKCitoterdapat Paketobatdan alkes
OKCitodanlemari emergensi.
Lemari emergensiterdiridarilemari emergensi
bedahdanlemari emergensi anestesi. Lemari
emergensibedahberisi antibiotik,
sedangkanlemari emergensi anestesi berisiobatdan alat kesehatan. Saatpasien
masukkeOKCito,makapenata anestesimengambil Paketobatdan
alkesOK Cito
yangtelahdisiapkanolehpetugasdepo farmasi. Bilaobatdan alatkesehatan dalam
paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di lemari emergensi
dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi, Lembar
Pemakaiandimasukkan
kedalam
Paketobatdan
telahterpakaiolehpasien. Lemari emergensi
alkesOKCito
yang
akan dicekjumlahpemakaian,
sertadiisi kembalioleh petugas depo farmasi.
Lantai2
dan1Depo
InstalasiBedah
Sentralterdapat
OKElektifsebanyak8
kamar
Farmasi InstalasiBedah Sentral. Pasien yang masukkeOKElektif
telahmemilikijadwal
operasi.
Seharisebelumoperasi,depofarmasimenerima
jadwaloperasipasiendanpermintaan
anestesi umum atauspinal. Depofarmasi
kemudianmenyiapkan paket anestesidan memberilabelnamapasien padapaket
tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup
berdasarkannamapasien.
Penatabedah
harioperasi,kemudianpaketbedah
meminta paket
akanmencatatpermintaandibukupada
akandisiapkanolehpetugasdepo
farmasi.
Bilaterdapatkekuranganobatdan alat kesehatansaatoperasisedang berlangsung,
makapenatabedah ataupenata anestesidapatmemintasecaralangsungkedepo farmasi
dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi. Petugas depo farmasi
akanmencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila pasien telah selesai
dioperasi,makapaket akandikembalikanke depo farmasi danpetugas depofarmasi
akanmerekapitulasisemuapenggunaanobatdan
administrasiperincian.
Perincianselanjutnya
alatkesehatanke
akandikirimkankedepofarmasidi
manapasiendirawat.Depo Instalasi Bedah Sentraljugamenyiapkan Paket Bedah
Prima yangmerupakan sistempaketuntukpasientunai. Sebelumoperasi,pasien tunai
harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien tunai dengan Paket Bedah
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
45 Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif
atau OK Cito. Alur
pelayananobatdan alatkesehatandidepoinstalasibedahsentraldapatdilihat Lampiran
13.
SDM yang adadiDepo Instalasi Bedah Sentral berjumlah1 Penyeliadan
2AsistenApoteker.Daftar Paketobatdan alkesOKCito, PaketElektif,dan Paket
Bedah Prima dapatdilihatpada Lampiran 14, 15,dan16. Paket anestesispinal
terdiridari Spinocan (spinal
and diagnostic puncture)27Gx3”,bupivacain
HCl5mg/ml,ondansetron4mg/2ml,klonidinHCl150 µg/ml,danketolorac 3%. Paket
anestesiumumterdiridaripropofol10
mg/ml,
atracuriumbesilat,
fentanyl,
ondansetron 4 mg/2ml, dan ketolorac 3%.
3.3SatuanFarmasiFungsional (SFF)
Satuan FarmasiFungsional
(SFF)berkedudukan
dibawadan
bertanggungjawab langsungkepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP
Fatmawati.
Satuan Farmasi Fungsional (SFF) dipimpin oleh seorang Ketua
dengansebutanKetuaSatuanFarmasiFungsionaldanmembawahi2(dua)orang
koordinator:
1.KoordinatorBidangPendidikan dan Penelitian
2.KoordinatorBidangPelayanan
SatuanFarmasiFungsional(SFF)merupakanwadahnonstrukturalbagi tenaga
fungsional profesi apoteker yang bekerja melayani pasien di RSUP Fatmawati.
Satuan
Farmasi
Fungsional
(SFF)
mempunyai
struktur
organisasi
sebagaimanaterteradalamLampiran3.KetuaSatuanFarmasiFungsional(SFF) dalam
melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati.
3.3.1 Tugas pokok danfungsiSatuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:
1.Tugas Pokok SatuanFarmasi Fungsional (SFF)
adalah:
a. Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan
pelayananfarmasi klinik di RSUP Fatmawati.
b. Melaksanakan
kegiatan
pendidikan
dan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
46 pelatihanapoteker.
c. Melaksanakan kegiatan penelitian diInstalasi Farmasi.
d. Menyelenggarakan pembinaan kepribadian dan pengembangan tenaga
fungsional profesi apoteker di bidangteknis profesinya.
2.Fungsi Satuan Farmasi Fungsional (SFF)adalah:
a. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan pada pasien sesuai
teknis profesi apoteker kepada seluruh anggota SFF.
b. Mengembangkanpelayananteknisprofesiapotekerberdasarkan
perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
3.3.2 Visi Satuan FarmasiFungsional (SFF)
VisiSatuanFarmasiFungsional(SFF)adalah“TersedianyaTenagaFungsional
Profesi
Apoteker
yangterampil,professionaldanberdedikasitinggidiRSUP
Fatmawatidemipeningkatan mutu pelayanan kefarmasian kepadapasien”.
3.3.3 Misi Satuan Farmasi Fungsional (SFF)
Misi Satuan Farmasi Fungsional (SFF)adalah:
1. Melaksanakan pelayananfarmasi klinis di RSUPFatmawati
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi Apoteker RSUP Fatmawati
3. Melaksanakan penelitianyangberkaitan dengan obat diRSUP Fatmawati
4. Melaksanakan pembinaanapoteker di RSUP Fatmawati
3.3.4 Tujuan Satuan Farmasi Fungsional (SFF) Tujuan Satuan Farmasi
Fungsional (SFF)adalah:
1.
Menjamin
pelayananfarmasi
klinisyangprofesional
kerasionalan
pengobatanyangberorientasi
kepadapasien.
2.
Mewujudkan
kepadapasien.
3.
Mewujudkanfarmasirumahsakitsebagaipusatinformasiobatbagiseluruh
masyarakat rumah sakit.
4.
Meningkatkan peran Apoteker sebagai bagian integral dari Tim Pelayanan
Kesehatanuntukmewujudkanmanfaatyangmaksimaldaripelayananfarmasi
klinik.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
47 5.
Meningkatkan
kemampuan
Apoteker
lainnyamelaluipendidikan
berkelanjutan.
6.
Melaksanakan penelitiandan ikutserta dalam UjiKlinik Obat.
3.3.5 Nilai -nilai Satuan Farmasi Fungsional (SFF)
Nilai -nilai Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:
1.
Profesional
2.
Kerjasama
3.
Tanggung Jawab
4.
Peduli
3.3.6 Kegiatan SatuanFarmasi Fungsional(SFF)
Kegiatan SatuanFarmasi Fungsional antaralain:
1.
Pengkajianresep
2.
Pengkajian penggunaanobat
3.
Ronde/ visite
4.
Pelayanan Informasi Obat
5.
Konseling
6.
Edukasi farmasi
7.
Pendidikan PKPA
8.
Pemantauan penanganansitostatika
9.
Monitoring efek samping obat
10.
Monitoringinteraksi obat
3.3.6.1 Pengkajian Resep
Pengkajianresep
adalahtata
caradanurutanproseskegiatan
analisadan
screening resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan
administratif, farmasetis, dan klinis. Pengkajian peresepanobat dilakukan
terhadapresep pasiendenganmenggunakanprosedurpengkajianresep.Untuk resep
yangtelahmemenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel
keterangan “Resep/Obattelahdi review Farmasi”pada reseppasien.Untukresep
yang belum dinyatakanmemenuhi syarat,dilakukankomunikasidenganDokter
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
48 Penanggung Jawab Pasien (DPJP)untukmenemukansolusipermasalahan yang
ditemukanterkaitdenganpengobatanpasien.Alurpengkajianresep dapatdilihat pada
Lampiran21.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1.Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan:
a. DepoFarmasiRawatInaphanyamelayanireseppasienrawatinapinternal dari
RSUP Fatmawati
b. DepoFarmasiIGDdanRawatJalanmelayanidaripolirawatjalanRSUP
Fatmawati
2.PelaksanaanscreeningresepolehApotekeratauPenyeliaInstalasiFarmasi
untuk
menilai kelengkapan:
a.
b.
c.
Persyaratanadministrasi resep dengan menilai adaatau tidak:
i.
Nama dokter
ii.
Tanggal penulisan resep
iii.
Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
iv.
Nomor rekam medik pasien
v.
Nama pasien
vi.
Umurpasien
vii.
Jenis kelamin pasien
viii.
Berat badan pasien
ix.
Nama obat
x.
Jumlah yangdimintadalam resep obat
xi.
Instruksi pengerjaan dispensing resep
xii.
Aturan pemakaian obat
PersyaratanFarmasetis dengan menilai:
i.
Bentuk sediaan
ii.
Kekuatan sediaan
iii.
Kompatibilitas/ ketercampuran farmasetis
iv.
Stabilitas sediaan
v.
Carapenyimpanan obat
PersyaratanKlinis dengan menilai:
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
49 3.
i.
Indikasi obat
ii.
Riwayat alergi obat
iii.
Duplikasi pengobatan
iv.
Interaksi obat dengan obat
v.
Interaksi obat denganmakanan
vi.
Kontraindikasi obat
vii.
Biayaobat
Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi
Farmasi dengan dokterpenulis resep.Untuk konfirmasi biladitemukan :
i.
Ketidaklengkapan padaaspekadministratif resep
ii.
Ketidaklengkapan pada aspekfarmasetik resep
iii.
Ketidaklengkapan pada aspekklinis resep
iv.
Resep tidak terbaca
v.
Obat tidak tersedia
vi.
Temuan masalahresep lainnya
4.
Klarifikasi dan problem solving
5.
Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung kedokterpenulis resep
6.
Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan
dengan komunikasi melaluitelepon
7.
Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau
8.
Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep.
9.
Pelaksanaan penandaan resep yang telah di screening oleh Apoteker
atauPenyeliaInstalasi Farmasi dengan melakukan:
a. Untukresepyangtelahmemenuhipersyaratan,akandiberikan“penanda”
berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep
pasien.
b. Penandaancap stempelHETIPyaitu:
i. Harga(billing)
ii.Etiket
iii.Timbang
iv.Isi
v.Penyerahan dan pemeriksaan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
50 c. Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi
kebenarannyaataureseptidaksetujudibeli,resepdikembalikankepadauser
(pemilik resep)
3.3.6.2 Pengkajianpenggunaan obat
Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian
penggunaanobatmerupakanprogramevaluasipenggunaanobatyangterstruktur
dan
berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai
indikasi,efektif,amandanterjangkauolehpasien.Tujuanpengkajianpenggunaan obat
adalah:
1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/ doktertertentu.
2. Membandingkanpolapenggunaanobatpadapelayanankesehatan/doktersatu
denganyanglain.
3. Penilaian berkalaatas penggunaan obat spesifik.
4. Menilai pengaruh intervensi atas polapenggunaanobat.
Faktor-faktoryangperludiperhatikandalammelakukanpengkajianpenggunaan
obat antaralain:
1.Indikator peresepan
2.Indikator pelayanan
3.Indikator fasilitas
BerdasarkanStandarProsedurOperasionalRSUPFatmawati,pengkajian
penggunaan
obatsecaraprospektifmerupakankegiatanpenilaian(assessment)
terhadap pengobatan pasien
selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan
pengkajianpenggunaanobatsecararetrospektifdilakukandenganmengumpulkan
datadaricatatanrekammedikpasienpadaperiodetertentu.Kegiatanpengkajian
penggunaanobatdilakukandenganmenggunakanStandar
Prosedur
Operasional
(SPO)pengkajianpenggunaanobat.Kegiatandilakukanolehapoteker dengan menilai
adanyapotensialdrug related problem (DRP),yaitu:
1. Kesesuaian indikasi obatdengan diagnosa
2. Ketepatan pemilihan obat
3. Dosis terlalu tinggi
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
51 4. Dosis terlalu rendah
5. Efek sampingobat
6. Interaksi obat
dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji
laboratorium
7. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak
mampumendapatkanobatyangdiinginkan,pasientidakbisamenelanobat,
pasien
tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak mendapatkan
pengobatanatau pasien lupa dalam pengobatan.
8. Pasien menerimaterapi obatyangtidak diperlukan.
Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah
apotekeryangmemenuhikriteriasebagai berikut:
1.Terdaftar sebagai tenagaapoteker di RSUP Fatmawati
2.Mempunyai Surat TandaRegistrasi Apoteker (STRA)
3.Telah selesai mengikutipendidikan dan pelatihandalam orientasi internal
Padapasienrawatinap,pengkajianresepdanpenggunaanobatditujukan untuk
evaluasi
terhadapresepdanpengobatanpasien.Untukpengobatanyang
memenuhipersyaratan,akan
berupa
stempel
keterangan“Resep/ObattelahdireviewFarmasi”padaRekamMedik(RM)
pasien.
Untuk
obat
yang
belum
diberikan“penanda”
telah
dinyatakan
memenuhi
syarat,
dilakukan
komunikasidenganDPJPuntukmenemukansolusipermasalahanyangditemukan
terkaitdengan pengobatan pasien.
3.3.6.3Visite
Pelayanankefarmasiansaatinitidakhanyaberfokuspada pengelolaan obat,
namun
telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien
(pharmaceuticalcare).Hal ini jugaberlakubagiapotekeryangberadadalam lingkup
rumah
sakit.
Apoteker
rumah
sakit
diharapkan
pelayanankefarmasiankepadasetiapindividupasien
mampu
memberikan
untukmemastikanbahwa
pengobatanyangdiberikankepadasetiappasienadalahpengobatanyangrasional.
Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada
pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite
sebagai salah satu aktivitasnya.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
52 Visitepasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan
apotekerkepadapasiendiruangrawatdalamrangkamencapaihasilterapiyang
lebihbaik.Aktivitasini
dapatdilakukansecaramandiriataukolaborasisecara
aktifdengantimdokterdanprofesi
kesehatanlainnyadalamprosespenetapan
keputusanterkaitterapiobatpasien.Praktekvisiteyangdilakukanolehapoteker
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik ,dan rencanaterapisecarakomprehensif;
2. Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspeklain terkaitterapi obat pasien;
3. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam
pemilihan terapi, implementasi dan monitoringterapi;
4. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat
akibat keputusan klinikyangsudah ditetapkan sebelumnya;
Sebelummemulaipraktekvisitediruangrawat,seorangapotekerperlu
membekalidiridenganberbagaipengetahuanminimal:patofisiologi,terminologi
medik,
farmakokinetika,
farmakoepidemiologi,
farmakologi,
interpretasi
farmakoterapi,
farmakoekonomi,
data laboratorium, dan data penunjang
diagnostik lainnya.
Di dalam melakukan pelayanan visitemaka hal lain yang
harus
dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia (apoteker). Terkait
keterbatasanjumlahapoteker,makadilakukanpembatasanpasienyangmenerima
pelayananvisiteoleh
apoteker.Beberapakriteriapasienyangdapatmenerima
pelayanan visite olehapoteker adalah sebagai berikut:
a.Pasien baru (dalam 24 jam pertama);
b.Pasien dalam perawatan intensif;
c.Pasienyangmenerima≥5 macam obat;
d.Pasienyangmengalamipenurunan
fungsi
organ
terutama
organ
hatidanginjal;
e.Pasienyanghasilpemeriksaanlaboratoriumnyamencapainilaikritis(critical
value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar
albumin;
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
53 f. Pasien yang mendapatkan obat yang mempunyai indeks terapi sempit,
berpotensi menimbulkanreaksi obatyangtidak diinginkan (ROTD)yang
fatal.
Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan
pelayananvisitemakalangkahselanjutnyayangdilakukanadalahmengumpulkan
informasipenggunaanobat.Informasitersebutdapatdiperolehdarirekammedik,
wawancara dengan pasien /
keluarga. Setelah informasi didapatkan maka
selanjutnyadilakukan pengkajianmasalahterkaitobat.Pengkajianyang dilakukan
yaitu pengkajian bagi pasien yang mendapatkan obat yang memiliki risiko
mengalami masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi)
maupunyangpotensial (mungkin terjadi).
Kegiatan visitedapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi.
Kegiatan visitemandiri
dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada
pasien, mendengarkan respon yang disampaikan oleh pasien dan identifikasi
masalah, memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah
terkaitpenggunaanobat,melakukanpemantauanimplementasirekomendasidan
melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan terkait penggunaan
obat.
Sedangkan visitetim dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan/atau
tim, mengikuti dengan seksama presentasi kasus yang disampaikan, memberikan
rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkait penggunaanobat,
melakukan pemantauan implementasirekomendasi,dan melakukan pemantauan
efektivitas dankeamananterkaitpenggunaan obat.
Setelah melakukan
adalah pendokumentasian.
praktekvisite,makatahapan yangharus dilakukan
Pendokumentasian
merupakanhal
yang
harus
dilakukandalamsetiapkegiatanpelayananfarmasi.Tujuannyaadalahmenjamin
akuntabilitas dankredibilitas,bahanevaluasidanperbaikanmutukegiatan,dan bahan
pendidikan dan penelitian kegiatan.
3.3.6.4Monitoring efek sampingobat
Setiapobatmempunyaikemungkinanuntukmenyebabkanefeksamping.
Pengertian
efeksampingmenurutWHOadalahtiapresponterhadapobatyang
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
54 merugikanatautidak diharapkan,yangterjadipadadosisyangdigunakanpadamanusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping tidak mungkin
dihindari/dihilangkansamasekali,tetapidapatditekanataudicegah
mungkin
dengan
menghindari
sampingobatdalamkliniktidak
faktor-
faktor
risiko.
seminimal
Masalah
efek
dapatdikesampingkanbegitusajaolehkarena
kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Adanya efek samping obat dapat
meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan
perawatan/perpanjanganmasaperawatan,dan
penderitaan, meningkatkan
dapat menyebabkan kematian.
Alurpemantauanefek sampingobat dapat dilihat padaLampiran 17.
MESO dapat berguna bagi beberapa pihak, diantaranya bagi badan
pengawas obat, perusahaan
obat,
dan
bagi
akademis.
Beberapa tujuan diadakannyaMESO diantaranya adalah :
a. Menemukanefeksampingobatsedinimungkin,terutamayangberat,tidak dikenal
dan frekuensinyajarang
b. Menentukan frekuensi dan insidenefek samping obat baik yang sudah dikenal
danyangbaru sajaditemukan
c. Mengenalsemuafaktoryangmungkindapatmenimbulkan/mempengaruhi
timbulnyaefeksampingobatataumempengaruhiangkakejadianefek
sampingobat
d. Memberi umpan balik adanyainteraksi padapetugas kesehatan
e. Membuat peraturanyang sesuai
f. Memberi peringatan padaumumbiladibutuhkan
g. Membuat data esensialyangtersedia sesuai sistemyangdipakai WHO
MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Laporan insidentil
Jenislaporaninibiasanyadikemukakanpadapertemuandirumahsakitatau
laporan kasus dimajalah.
b. Laporan sukarela
Biasadisebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat.
c. Laporan intensif di RS
Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang terkumpul
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
55 kelompoktim
dirumahsakit(dokter,perawat,ahlifarmasi,danlain-lain).
Datayangterkumpul selanjutnyadianalisaoleh tim.
d. Laporan wajib
Adaperaturan
yangmewajibkansetiappetugaskesehatanmelaporkan
efek
sampingobat ditempat tugas/ praktek sehari-hari.
e. Laporan catatan
3.3.6.5 Pelayanan Informasi Obat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentangStandarPelayanan Farmasi di RumahSakit,
kegiatanpelayananinformasiobatmerupakankegiatanpelayananyangdilakukan
olehapotekeruntuk
memberikaninformasisecaraakurat,tidakbiasdanterkini
kepadadokter,apoteker,perawat,profesikesehatanlainnyadanpasien.Kegiatan
pelayananinformasiobatbertujuanuntukmenyediakaninformasimengenaiobat
kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit serta untuk
membuatkebijakan–kebijakanyangberhubungandenganobat (terutamabagi Tim
Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi obat yang rasional. Luas
ruanganyang dibutuhkan untukpelayanan informasi obat adalah:
- 200 tempat tidur: 20 m2
- 400 – 600 tempat tidur :40 m2
- 1300 tempat tidur: 70 m2
Peralatanyang terdapatdiruang informasiobat meliputikepustakaanyang
memadai, meja,kursi,
rakbuku,komputer,telepon,lemariarsip,
kartuarsip.
Kegiatanyangdilakukanpadapelayanan informasi obat adalah:
- Memberikandanmenyebarkaninformasikepadakonsumensecaraaktifdan
pasif.
- Menjawabpertanyaandaripasienmaupuntenagakesehatanmelaluitelepon,
surat atau tatap muka.
- Membuat buletin, leaflet,label obat.
- Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.
- Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
56 rawat jalan dan rawat inap.
Melakukanpendidikanberkelanjutanbagitenagafarmasidantenagake
sehatan lainnya.
- Mengkoordinasi
penelitian
tentangobat
dan
kegiatan
kefarmasian.
pelayanan
Alurprogram
pelayananinformasiobatdanformulirpelayananinformasiobat dapat dilihat
padaLampiran 18 dan 19.
3.3.6.6Monitoringinteraksiobat
ProgrampemantauaninteraksiobatdiRSUPFatmawatiadalahtatacara
melakukan
pemantauan terjadinya dan upaya pencegahan terhadap interaksi
antaraobatdenganobat
maupunantaraobatdenganmakananyangdigunakan
olehpasiendirawatinapRSUPFatmawati.
Kegiatanpemantauaninteraksiobat
dilakukandengantahapandariprosespenilaianinteraksiobatyangsedangterjadi
interaksi
obat
yang
akanterjadi
hingga
pemberian
atau
rekomendasi
penanggulanganinteraksiobatkepadadokterpenanggungjawabpasien.Padasaat
mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah
level
signifikan dari interaksiyangsedang / akan terjadi. Beberapaalternatif pemecahan
masalahyangdapat digunakan adalah:
- Penggantian dengan obatyanglebih aman.
- Pengaturan jadwal penggunaan.
- Penurunan dosis obat.
- Pemberian antidot/ pramedikasi sebelumpenggunaan obat.
AlurkegiatanpemantauaninteraksiobatmenurutSPO
(Standar
Prosedur
Operasional)yangadadapatdilihat padaLampiran20.
3.3.6.7Konselingobat
Konselingobatadalahsuatuprosesyangsistematisuntukmenjelaskandan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
57 memberikan
pemahamanbagipasiententangpengobatanyangmerekagunakan
sertauntukmengidentifikasi
danmenyelesaikanpermasalahanpasienberkaitandenganpenggunaanobat.Sehingga
dapatmeningkatkankepatuhanpasiendalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi
obat
adalah
tata
cara
dalam
pemberian
pemahamankepadapasiententangcarapenggunaanobatyangbenardanaman. Seluruh
penyerahanobatkepadapasien, baik rawat inap maupun rawat jalan harus
dilengkapidenganinformasiyangmemadaidandapatmenjelaskankepadapasien
ataukeluargapasiententangobatyangdigunakansehinggadapat
menghindari
kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan
dengan menggunakan prosedurkonsultasi obat atauPelayanan Informasi Obat
(PIO).
Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh
apoteker padapasien dengan kriteria:
1) Pasien dengan rujukan dokteruntuk konsultasi obat dengan apoteker.
2) Pasien dengan keinginansendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker.
3)
Pasienyangakanpulang.Apotekermendapatkaninformasipasienyangakan
pulangdari perawat ruanganatau petugas depo farmasi rawat inap.
Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh
apotekerdi ruangperawatanpasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien
rawat jalan dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu
diantaranya:
1) Pasien dengan rujukan dokteruntuk konsultasi denganapoteker.
2) Pasien dengan keinginansendiri untuk konsultasi dengan apoteker.
3) Pasien dengan penggunaan obat khusus, seperti:
a. Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat(poli farmasi).
b. Pasien dengan pengobatan kronis.
c. Pasien dengan riwayat alergi.
d. Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupunkombinasi.
e.
Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi,
pengobatan HIV/ AIDS,pengobatan Tuberkulosis.
Pengisiandatapasiendandatainformasiobatdalamformulirkonsultasi
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
58 dilakukanoleh apotekersecaralengkapdanbenar.Pelaksanaankonsultasiobat oleh
apoteker dengan tahapan berikut:
1) Perkenalan.
2) Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya.
3)Pemberianpenjelasandankonsultasiobatsecaralengkap.
Penjelasan
obat
meliputiindikasiobat,cara
kerjaobat,dosispenggunaanobat,carapemakaian
obatyangbenar,waktu
pemakaianobat,efeksampingobatyangmungkin
terjadi,carapemakaianobatyang
benar, interaksiantaraobatdanmakanan baikyangpotensial maupun aktual, dan
informasilainyangmendukung.
4) Pengujian pemahaman pasien atasinformasiyang telah diberikan.
5) Penutup.
3.3.6.8Edukasifarmasi
Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan
penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan
masyarakat. Program ini
dilakukan dengan tujuan tercapainya peningkatan
pemahamanyangbenarmengenaiobatkepadapasienataukeluargapasien,serta
terwujudnya kepatuhan pasien terkait dengan penggunaan obat secara benar.
Prosedurprogramedukasifarmasidilakukandenganpembuatanjadwalapoteker
untukkegiatanedukasiberdasarkantopikbahasantentangobatpadatiapbulan
olehpenyeliaadministrasidanSDMInstalasiFarmasi.Pelaksanaansosialisasi kepada
petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh penyelia
administrasidanSDM
Instalasi
Farmasitentangwaktupelaksanaandantema
edukasiyangtelahdibuatmelaluiteleponataucopylembarjadwal.Pelaksanaan
pengumpulan materi edukasi oleh penyelia
administrasi dan SDM Instalasi
Farmasi dalam bentuk power point / makalah / lainnya dalam softcopy atau
hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum
pelaksanaan
kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker sesuai jadwal kepada
pasien,keluargapasien,ataumasyarakatsesuaitemayangditentukandengan metode:
1) Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara
pembicara dan pesertaselamawaktuyangtelahdisepakati(minimal selama60
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
59 menit).
2) Seluruhpesertayanghadirmengisidaftarhadiryangakandigunakansebagai
materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
60 BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
RSUP
Fatmawati
merupakan
salah
satu
fasilitas
pelayanan
kesehatan.Untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada
pasien, makadibentuk suatu badan organisasi yang disebut IFRS (Instalasi Farmasi
RumahSakit). IFRS dipimpin oleh seorang Apoteker dan bertanggung jawab
terhadapsegala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap
pengawasandistribusi maupun administrasi barang farmasi. Selama melakukan
praktek kerjadi RSUP Fatmawati, khususnya di IFRS RSUP Fatmawati, banyak
hal yang dapat diamati, dipelajari, dan dianalisis terkait pengelolaan perbekalan
farmasi danpelayanan farmasi. Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi
Farmasi RSUP Fatmawati dibagi menjadi beberapa subbagian, antara lain gudang
farmasi, tata usaha farmasi, produksi, depo instalasi rawat jalan, depo askes, depo
instalasi rawat inap, depo IGD/IRI, depo instalasi bedah sentral.
4.1.1 Bagan Organisasi
Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati sebagaimana
tercantum dalam lampiran 3, terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi yang
berkoordinasi dengan Kepala Satuan Farmasi Fungsional. Kepala Instalasi
Farmasi
dibantu
oleh
seorang
Wakil
Kepala
Instalasi
yang
membawahi15(limabelas)orangPenyelia,yaitu:
1. PenyeliaDepoIRJ(Lantai 1, 2, dan 3)
2. PenyeliaDepoAskes
3. PenyeliaDepoIGD danIRI
4. PenyeliaDepoIBS
5. PenyeliaDepo Teratai–IRNAA
6. PenyeliaDepo Teratai–IRNAB
7. PenyeliaDepo GriyaHusada
8. PenyeliaDepo GedungProf. Soelarto
9. PenyeliaGudang Farmasi
60
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
UniversitasIndonesia
61 10. PenyeliaProduksiFarmasi
11. PenyeliaSistemInformasi
12. PenyeliaDistribusi dan Penerimaan
13. PenyeliaPerencanaan PerbekalanFarmasi
14. PenyeliaPencatatan danPelaporan
15. PenyeliaTata UsahadanSDM Farmasi
Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati jika dibandingkan
dengan struktur organisasi minimal di instalasi farmasi menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit masih terdapat kekurangan. Menurut
standar struktur organisasi minimal IFRS terdiri dari seorang kepala IFRS yang
membawahi tiga wakil di bidang pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan
farmasi klinik, dan manajemen mutu. Masing-masing wakil setiap bidangnya
membawahi tiga orang penanggung jawab. Sedangkan struktur organisasi instalasi
farmasi RSUP Fatmawati menunjukkan bahwa seorang wakil kepala IFRS
membawahi lima belas orang penyelia. Hal ini dapat menimbulkan kerja dari
seorang wakil kepala IFRS dalam mengawasi dan melakukan pengendalian
terhadap bagian dibawahnya menjadi kurang maksimal yang selanjutnya dapat
berdampak pada pelayanan kepada pasien yang kurang maksimal. Sehingga,
sebaiknya struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati perlu dikaji
kembali agar didapatkan struktur organisasi yang lebih baik lagi sehingga nantinya
akan berdampak pada pelayanan kepada pasien yang maksimal. Salah satu hal yang
dapat dilakukan dalam perbaikan struktur ini adalah dengan adanya beberapa wakil
kepala yang membawahi tiap bidang yang berbeda.
4.1.2 Gudang Farmasi
Hasil evaluasi terhadap kondisi gudang mengenai pengaturan ruang
gudang menunjukkan hasil yaitu beberapa kondisi gudang IFRS telah sesuai
dengan standar, namun ada beberapa pula yang belum sesuai dengan standar.
Pengaturan yang telah sesuai standar yaitu untuk kemudahan dalam bergerak
gudang instalasi farmasi RSUP Fatmawati tidak menggunakan sekat bila ruangan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
62 sempit namun arus penerimaan dan pengeluaran barang yang diatur sesuai arus I,
L dan U belum dilakukan. Sirkulasi udara dalam gudang baik dengan adanya Air
Conditioner 24 jam dan dilengkapi dengan alat pemantau suhu dan kelembapan,
tersedia rak dan palet dalam jumlah yang cukup. Narkotika dan psikotropika
ditempatkan pada lemari double lock (kunciganda) pada dua pintu dengan susunan
berlapis. Obat high alert disimpan dilemari penyimpanan obat yang bertanda
khusus (stiker high alert) dan tidaktercampur dengan obat lainnya.Perbekalan
farmasi dalam kemasan besar ditempatkan di atas pallet.Perbekalan farmasi tidak
layak pakai (rusak, kedaluwarsa, recall) telah disimpanterpisah, namun tidak
diberi label “Penyimpanan Obat Tidak Layak Pakai”. Suhudan kelembaban
penyimpanan dipantau di setiap ruang penyimpanan perbekalanfarmasi. Suhu
penyimpanan dipertahankan sesuai dengan Standar ProsedurOperasional, namun
kelembaban tidak sesuai dengan Standar ProsedurOperasional. Obat yang
memerlukan pengendalian / pengaturan suhu disimpan dalampharmaceutical
refrigerator. Penyimpanan perbekalan farmasi berada dalamruangan yang tidak
terkena cahaya matahari secara langsung.Bahan berbahaya mudah terbakar/mudah
meledak telah disimpan padaruang khusus, namun ruang tersebut bukanlah
gudang tahan api. Saat ini, gudangtahan api masih berada satu gedung dengan
gedung farmasi dan belumdifungsikan sesuai dengan tujuannya. Gudang tersebut
masih digunakan untukmenyimpan stok obat yang berlebih, yaitu cairan
infus.Pencatatan
pemasukan,
pengeluaran,
dan
stok
perbekalan
farmasi
telahdilakukan, baik ke dalam kartu persediaan, maupunke dalam Sistem
InformasiManajemen Rumah Sakit (SIRS). Stok yang terdapat secara fisik telah
sesuaidengan catatan stok yang terdapat di kartu persediaan dan Sistem
InformasiManajemen Rumah Sakit. Untuk pencegahan kebakaran gudang instalasi
farmasi RSUP Fatmawati telah memenuhi syarat yaitu tidak menumpuk kardus
secara berlebihan (tumpukan karton/kardus paling banyak delapan tumpukan),
tersedian alat pemadam kebakaran yang selalu diperiksa setiap saat, dan tersedian
detektor asap.
Hasil pengamatan di gudang farmasi mengenai penyusunan stok obat
ditemukan bahwa perbekalanfarmasi telah disimpan pada tempat yang terpisah
sesuai denganpengelompokannya, yaitu berdasarkan bentuk sediaan serta jenisnya
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
63 dan disusunsecara alfabetis. Perbekalan farmasi disusun dengan metode FIFO
(First In FirstOut) atau FEFO (First Expired First Out). Obat kategori LASA
diselingi dengan2 obat non kategori LASA (Look Alike Sound Alike) di antaranya
dan pada rak/tempat obat diberikan stikerLASA.
4.1.3 Tata Usaha Farmasi
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati melaksanakan pencatatan, pelaporan,
dan pengarsipan secara rutin maupun tidak rutin dalam periode bulanan, triwulan,
semesteran, atau tahunan dengan menerapkan sistem informasi manajemen
berdaya guna dan tepat guna. Adanya kegiatan administrasi dalam pelayanan
kefarmasian bertujuan untuk:
1. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi.
2. Tersedianya informasi yang akurat.
3. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan.
4. Tersedianya data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan.
5. Anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi terkelola
secara efisien dan efektif.
Sistem rekapitulasi data pasien masih dilakukan secara manual. Hal ini
dikarenakan belum tersedianya sistem yang memadai untuk dilakukan perekapan
secara komputerisasi.
4.1.4 Produksi
Produksi adalah kegiatan untuk membuat, merubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi, baik steril maupun non steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit dengan kriteria obat yang diproduksi
sebagai berikut:
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus.
2. Sediaan farmasi dengan harga murah.
3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.
4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran.
5. Sediaan farmasi untuk penelitian.
6. Sediaan nutrisi parenteral.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
64 RSUP Fatmawati memiliki bagian produksi untuk sediaan farmasi non
steril dan steril pada instalasi farmasinya. Produksi sediaan farmasi yang
dilakukan merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan
produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengadaan obat
tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah sehingga pasien tidak
membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih menjamin kualitas obat yang
dihasilkan). Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan penerimaan obat oleh
pasien/tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas kembali menjadi sediaan
yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan produk yang tidak dijual
dipasaran.
Bagian produksi non steril memiliki master formula yang berisi formula
untuk 74 item. Dari 74 item yang ada tidak semua item tersebut diproduksi karena
jumlah permintaan terhadap beberapa item sudah jarang/tidak ada lagi sehingga
jumlah item yang masih diproduksi hanya 42 item. Master formula yang terdapat
di ruang produksi non steril mengalami beberapa kali revisi, namun master
formula terdahulu masih disimpan bersama master formula yang baru. Hal ini
dapat menyebabkan kekeliruan apabila petugas menggunakan master formula
yang terdahulu untuk dijadikan acuan dalam melakukan produksi. Bagian
produksi steril hanya melakukan kegiatan IV admixture dan penanganan obat
sitostatika. Sebelumnya pernah dilakukan penyiapan nutrisi parenteral, namun
karena sudah tidak ada permintaan, maka pelayanan penyiapan nutrisi parenteral
hanya diadakan di ruang steril depo instalasi rawat inap. Bagi pasien kanker,
pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika dilakukan minimal 3 hari sebelum
obat digunakan untuk perawatan. Pada saat obat diperlukan untuk perawatan,
maka dilakukan permintaan pencampuran obat sitostatika dari ruang kemoterapi
pasien ke bagian produksi steril. Obat sitostatika harus disiapkan selalu baru
karena pada umumnya, obat sitostatika memiliki waktu kadaluwarsa selama 24
jam. Preparasi obat sitostatika dilakukan dengan cara teknik aseptik oleh tenaga
kefarmasian yang telah dilatih dan melalui pelatihan internal di Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi akan
membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
65 Beberapa pengamatan yang diperoleh dari kegiatan orientasi bagian
produksi farmasi adalah pengemasan obat kadang-kadang dibagi tidak
berdasarkan takaran menggunakan alat ukur (berdasarkan kasat mata), QC
(Quality Control) uji keseragaman bobot pada kapsul tidak dilakukan, produk dari
bagian produksi non steril tidak didistribusikan ke gudang farmasi terlebih dahulu,
tidak adanya pass box untuk memasukkan/mengeluarkan obat sitostatika,
tidakadanya particle counter, dan sudah lama tidak dilakukan usaha pemantauan
mikrobiologis di ruang produksi steril. Pengemasan obat berupa pembagian
sediaan cair bervolume besar menjadi beberapa sediaan cair bervolume kecil
terkadang tidak dilakukan dengan alat ukur. Hal ini mengakibatkan volume
produk sediaan cair yang dikemas kembali tidak terdistribusi merata.
Pengontrolan kualitas untuk menjamin keseragaman bobot pada kapsul hasil
produksi pun tidak dilakukan sehingga tidak dapat dijamin tepatnya isi tiap kasul
yang dikemas. Keterbatasan SDM di bagian produksi non steril menyebabkan
produk non steril tidak didistribusikan ke gudang farmasi terlebih dahulu. Petugas
depo farmasi yang membutuhkan produk dari bagian produksi non steril datang ke
gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon obat lalu datang ke
bagianproduksi
non
steril
untuk
mendapatkan
produknya
kemudian
melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon obat. Sistem
distribusi produk seperti ini dapat mendukung timbulnya kesalahan pencatatan
stok produk.
Dalam penanganan obat sitostatika di bagian produksi steril, obat
dimasukkan ke dalam ruang rekonstitusi tidak melalui pass box (obat dimasukkan
hanya melalui lemari 2 pintu biasa). Penggunaan lemari biasa pada saat
memasukkan obat ke dalam ruang rekonstitusi menyebabkan seringkali terjadi
suatu keadaan dimana kedua pintu lemari dibuka bersamaan karena tidak ada
sistem interlock guard. Dengan dibukanya kedua pintu lemari, terjadi hubungan
langsung antara ruang penyiapan obat dengan ruang rekonstitusi sehingga
memungkinkan terjadinya gangguan aliran udara dan kontaminasi partikel pada
ruang rekonstitusi. Dengan tidak adanya particle counter pada bagian produksi
steril, pemantauan dan pengontrolan jumlah partikel di tiap kelas ruangan menjadi
semakin sulit untuk dilakukan. Pemantauan secara mikrobiologis dengan cawan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
66 papar atau pengambilan sampel permukaan juga perlu dilakukan untuk
mengontrol jumlah mikroba di tiap kelas ruangan.
4.1.5 Depo Instalasi Rawat Jalan
Jumlah Apoteker di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 adalah 2 orang.
Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan
secara individual prescription dengan baik. Akan tetapi, depo Instalasi Rawat
Jalan lantai 1 masih terkadang melakukan permintaan obat ke depo-depo lain
karena stok obat kosong.
Penyimpanan obat di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 telah disusun
sesuah tersusun sesuai abjad. Penyimpanan obat-obat LASA di depo Instalasi
Rawat Jalan lantai 1 juga telah diselingi dengan minimal 2 obat non kategori
LASA di antaranya. Kondisi blender obat di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1
yang kurang baik mengakibatkan masih terdapat serpihan kasar pada serbuk obat
yang dihasilkan. Tempat pengisian kapsul di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1
kondisinya kurang baik. Kapsul sering jatuh pada saat pengisian obat sehingga
dosis, sanitasi, dan efisiensi kerja berkurang.
Selain pelayanan resep, depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 juga melayani
konseling bagi pasien HIV. Adapun kriteria pasien HIV yang diutamakan untuk
diberikan pelayanan konseling adalah pasien HIV yang baru, pasien dengan
regimen obat yang baru, dan pasien dengan kondisi yang memburuk. Waktu yang
dibutuhkan untuk konseling per pasien adalah 15-30 menit.
Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani pasien KJS. Penyimpanan
obat di depo Instalasi Rawat Jalan telah disusun sesuai urutan abjad, bentuk
sediaan, generik dan non generik serta ketahanan sediaan terhadap suhu udara.
Namun masih ada beberapa obat LASA yang belum diberi stiker LASA dan diberi
jarak selang dua obat yang bukan LASA. Sehingga perlu peninjauan kembali
terhadap penyimpanan obat di depo instalasi rawat jalan ini. Depo Instalasi Rawat
Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan secara individual
prescription dengan baik.
Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani pasien Jaskesmas, Jamkesda,
dan pasien TBC. Penyimpanan obat di depo Instalasi Rawat Jalan telah disusun
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
67 sesuai bentuk sediaan, generik dan non generik serta ketahanan sediaan terhadap
suhu udara. Namun masih ada beberapa obat yang telah disusun menurut urutan
abjad dan ada pula yang belum contohnya seperti sediaan obat yang berada dalam
botol dengan jumlah besar, obat-obat LASA yang belum diberi stiker LASA dan
diberi jarak selang dua obat yang bukan LASA. Sehingga perlu peninjauan
kembali terhadap penyimpanan obat di depo instalasi rawat jalan ini. Depo
Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan secara
individual prescription dengan baik.
4.1.6 Depo ASKES
DepoAskes
rawatjalan
adalahdepofarmasi
yangkhusus
melayanisemuapasien
pesertaAskesdanpasienJamkesdaBogor.Sumberdayamanusia
yangterdapatdidepo
Askes
terdiridari1orangapotekersebagaipenyelia,6
orangasisten apoteker, 1orangjuru resep, dan5 orangpetugasadministrasi.
Pengadaan obat di depo ASKES dilakukan setiap hari langsung dari
Gudang Farmasi dengan
menggunakan formulir permintaan barang melalui
komputer secara online. Penyimpanan barang disusun berdasarkan obat DPHO
Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan, disusun secara alfabetis,serta
disimpan menurut ketahanan terhadap suhu ruang penyimpanan. Obat narkotika
dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci (double lock).
Obat - obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang
menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Penyimpanan obat-obat LASA belum
terkendali dengan baik, masih ada obat-obat LASA yang belum diberi stiker
LASA dan diberi jarak selang dua obat dengan obat yang bukan LASA,
penyimpanan obat fast moving yang terpisah juga belum disertai dengan
penempelan stiker LASA untuk obat-obat LASA. Penyimpanan obat narkotika
dan psikotropika telah dilakukan sesuai standar. Obat narkotika dan psikotropika
disimpan di lemari khusus (double lock).
Pasien ASKES merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.
Depo ASKES juga melayani pasien dengan jaminan Jamkesda Bogor. Terdapat
beberapa pedoman yang digunakan dalam melayani pasien-pasien tersebut, antara
lain DPHO ASKES, Daftar Obat Inhealth, Formularium Jamkesmas, Formularium
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
68 Rumah Sakit, dan lain-lain. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obatobat apa saja yang dapat diberikan kepada pasien beserta batasan jumlah
maksimal yang dapat diberikan.
Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkasberkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.
Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obatobat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat
diserahkan kepada pasien). Resep kemudian diinput untuk pemotongan stok obat,
lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan obat. Masingmasing tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda dan akan diberikan stempel
HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan). Pemberian stempel tersebut
bertujuan agar dapat dilakukan pengecekan kembali apabila terjadi kesalahan.
Sebelum pembuatan etiket, petugas bagian etiket terlebih dahulu memeriksa kartu
rujukan dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada
tanggal tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukanpengecekan apabila
pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya
telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas
juga akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di depo
ASKES sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain. Setelah etiket dibuat,
selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat
racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam etiket
sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket. Untuk penyiapan obat racikan,
disediakan mortir dan alu. Di Depo Askes tidak tersedia blender untuk membuat
obat racikan yang mungkin disebabkan oleh jumlah resep racikan yang tidak
terlalu banyak sehingga masih dapat dikerjakan hanya dengan mortar dan alu.
Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan.
Alur penyerahan obat dimulai dengan verifikasi nomor pasien, verifikasi
identitas pasien, pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat,
permintaan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan diakhiri dengan
permintaan tanda tangan pasien.Informasi yang diberikan kepada pasien hanyalah
informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat. Keterbatasan informasi obat
yang diberikandisebabkan oleh banyaknya jumlah pasien yang harus dilayani
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
69 Depo Askes sehingga waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat.
Jumlah resep yang dilayani depo ASKES dapat mencapai 200-300 resep/hari
dengan obat yang sering diresepkan adalah obat-obat kardiovaskular. Dengan
jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat dilayani. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya tenaga kefarmasian yang terdapat di depo ASKES. Beban kerja
yang tinggi juga seringkali menyebabkan pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh
orang yang sama, misalnya seorang petugas dapat melakukan penyiapan obat dan
penyerahan obat dalam hari yang sama.
Depo ASKES juga melayani pelayanan obat sitostatik, namun pelayanan
yang diberikan hanya terbatas pada pelayanan administratif, yaitu hanya mengurus
berkas.Obat sitostatik dititipkan di ruang produksi steril di Gedung Instalasi
Farmasi. Selain gudang farmasi dan ruang produksi steril,tidak ada tempat yang
diizinkan melakukan penyimpanan obat-obat kemoterapi. Ketika kemoterapi akan
dilakukan, obat akan direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi.
Selain melayani obat DPHO, depo ASKES juga melayani obat non-DPHO
tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan biaya. Untuk obat non-DPHO,
pembayaran dilakukan setelah penyerahan obat. Untuk pasien peserta ASKES
yang mendapatkan obat-obat DPHO, pembayaran dilakukan dengan cara
melakukan klaim ke PT. ASKES. Setelah selesai pelayanan, dilakukan input
kembali menggunakan program yang terhubung dengan PT. ASKES untuk
diklaim ke ASKES. Klaim ASKES dilakukan oleh Instalasi Penagihan Pasien
(IPP). Oleh karena itu, di depo ASKES disediakan komputer yang digunakan
untuk klaim ASKES.
Pembayaran untuk pasien peserta Jamkesda Bogor menggunakan sistem
INACBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-paket yang telah ditentukan.
Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang diberikan, selebihnya akan
menjadi beban rumah sakit. Sebaliknya, bila tagihan pasien kurang dari paketnya,
kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah sakit yang dapat digunakan
untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban rumah sakit. Dengan
demikian terjadi subsidi silang antara pasien yang tagihannya melebihi paket
dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
70 Pelaporan yang dibuat oleh depo ASKES antara lain laporan analisa
penjualan, obat generik dan non generik, obat DPHO dan non-DPHO, narkotika
dan psikotropika, jumlah resep. Penghitungan jumlah resep dan jumlah R/
dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan mengetahui beban
kerja pegawai di depo ASKES.
4.1.7 Depo Instalasi Rawat Inap Teratai (Depo Teratai)
Depo Instalasi Rawat Inap Teratai (Depo Teratai) merupakan depo yang
menyediakan perbekalan bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki
jumlah sumber daya manusia sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker
sebanyak 4 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep
sebanyak 5 orang dan tenaga teknis kefarmasian sebanyak 14 orang. Kegiatankegiatan yang dilakukan di Depo Teratai meliputi pengadaan obat, penerimaan
obat, penyimpanan obat, penyiapan obat, distribusi obat dan dokumentasi.
Pengadaan obat dilakukan setiap hari, Depo Teratai akan membuat
perincian kebutuhan yang diinput ke komputer yang terhubung dengan sistem di
gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan disiapkan
oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, maka pihak
gudang farmasi akan mengkonfirmasi pihak Depo Teratai melalui telepon untuk
pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah terima barang antara petugas
gudang farmasi dan petugas Depo Teratai. Setelah dilakukan verifikasi, secara
otomatis maka stok barang yang diminta oleh pihak Depo Teratai telah menjadi
stok di Depo Terataidi dalam sistem. Dengan adanya sistem ini, maka dapat
memungkinkan stok obat di Depo Teratai (real stock) sama dengan di sistem.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Depo Teratai telah dilakukan dengan
cukup baik. Obat disusun berdasarkan generik dan non generik, stabilitas, bentuk
sediaan dan alfabetis agar memudahkan pengambilan obat sehingga mempercepat
pelayanan obat. Obat-obat mahal dan mudah pecah disimpan didalam lemari kaca
dan terkunci dengan tujuan mencegah kehilangan atau pecahnya obat. Sediaan
nutrisi juga disimpan rapi dan terlindung dari cahaya yang bertujuan untuk
menjaga kestabilan sediaan tersebut. Namun beberapa sediaan obat LASA masih
ada yang belum diberi jarak dua obat yang bukan LASA dan belum diberi stiker
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
71 LASA, sehingga sebaiknya dilakukan pengecekan kembali terhadap adanya obatobat LASA tersebut.
Sistem distribusi yang digunakan di Depo Teratai adalah resep individual
(individual prescription), floor stock serta dosis unit. Pada sistem resep individual,
resep obat akan dikirim ke depo Teratai oleh perawat. Obat disiapkan sesuai
dengan resep dan didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan untuk
penyediaan resep puyer pasien anak-anak, sediaan cair, infus, obat yang dipakai
dalam keadaan tertentu (seperti obat diare), dan obat untuk dibawa pulang. Pada
sistem distribusi floor stock, kelompok obat dan alat kesehatan tertentu disimpan
di ruang perawatan untuk digunakan oleh seluruh pasien. Biaya penggunaan obatobat/alat kesehatan ini dihitung sebagai biaya perawatan. Obat yang termasuk
dalam kelompok ini adalah obat penggunaan umum yang terdiri dari obat yang
tertera dalam daftar yang telah ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di unit
perawat. Sistem distribusi floor stock juga diterapkan pada penggunaan obat dan
alat kesehatan yang ada di dalam lemari emergency. Depo Teratai memiliki
beberapa lemari emergency yang berisi obat dan alat kesehatan life saving.
Lemari-lemari ini disediakan di ruang HCU (High CareUnit) yang ada di setiap
lantai gedung teratai. Tiap lemari emergency berisi obat dan alat kesehatan dengan
jumlah yang telah distandardisasi. Obat dan alatkesehatan yang terdapat dalam
lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu penyediaan
dari depo. Setiap penggunaan obat dan alat kesehatan dari lemari emergency akan
dicatat oleh perawat. Setiap hari, petugas Depo Teratai akan datang untuk
mengecek persediaan obat dan alat kesehatan yang ada di dalam lemari
emergency. Bila ada pengurangan jumlah obat/alat kesehatan, petugas Depo
Teratai akan mencatat nama pasien yang menggunakan beserta dengan jenis dan
jumlah obat/alat kesehatan yang digunakan di lembar insidentil pasien untuk
dimasukkam ke dalam tagihan obat dan alat kesehatan pasien. Selanjutnya,
petugas Depo Teratai akan mengisi kembali lemari emergency sesuai dengan
standar jumlah obat/alat kesehatan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem
distribusi dosis unit, yaitu sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter
untuk penderita selama 24 jam. Penyediaan obat dosis unit dilakukan dengan cara
mengemas obat-obat pasien ke dalam kemasan dosis unit tunggal yang cukup
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
72 untuk suatu waktu tertentu.Untuk penyediaan obat dosis unit, satu petugas Depo
Teratai bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada salah satu
bagian lantai (utara atau selatan) gedung teratai yang menerapkan sistem ini.
Proses penyiapan obat dosis unit dilakukan di pagi hari, dimulai dari pemilahan
obat, penyiapan obat kedalam kemasan dosis unit, pengecekkan kembali, hingga
peletakkan kemasan dosis unit di dalam troley dosis unit sesuai dengan nama
pasien. Selanjutnya,di sore hari, petugas Depo Teratai yang bertanggung jawab
akan mengantarkan obat dengan menggunakan troley dosis unit ke ruangan
perawat untuk selanjutnya dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekkan
kembali.
Depo Teratai juga menyediakan paket-paket kebidanan untuk digunakan di
gedung teratai lantai satu (emergencykebidanan). Paket-paket ini disediakan untuk
mempercepat pelayanan obat dan alat kesehatan bagi pasien emergency
kebidanan. Sebanyak delapan jenis paket berisi obat dan alat kesehatan tersedia di
Depo Teratai, yaitu Paket Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Paket Ketuban
Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket Partus Sectio, Paket Abortus
Curetage, Paket Haemorrhagic Post Partum (HPP), Paket Preeklamsi Berat
(PEB) dan Paket Partus Normal.
Di antara ketiga sistem distribusi yang digunakan, sistem dosis unit
merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan. Beberapa keuntungan
dari sistem ini diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan
hanya perlu membayar obat yang dikonsumsinya saja, serta pengurangan beban
kerja perawat karena semua dosis yang diperlukan untuk pasien telah disiapkan
oleh petugas depo. Sistem distribusi ini juga dapat mengurangi kemungkinan
kesalahan waktu pemberian obat. Sekalipun demikian, sistem distribusi dosis unit
juga memilki beberapa keterbatasan, yaitu diperlukan teknik kerja yang cepat dan
tepat oleh karena obat harus sudah siap dikonsumsi sebelum jam makan
pasien,serta dibutuhkan tenaga kefarmasian yang lebih banyak.
Sama seperti depo farmasi lainnya, Depo Teratai juga melakukan
pencatatan dan pelaporan. Laporan yang disusun di Depo Teratai adalah laporan
analisa penjualan dan laporan tagihan pasien, laporan narkotika dan psikotropika,
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
73 laporan obat generik dan non generik, laporan jumlah resep, serta laporan
medication error.
4.1.8 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat akan dipilih atau
dipisahkan sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang
membutuhkan penanganan segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan
resusitasi untuk mendapatkan tindakan medis sesuai kebutuhan pasien. Pasien
yang membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning.
Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya
diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang
Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang belum mendapat
kamar di gedung rawat inap.
Depo IGD melakukan pengadaan yang juga berdasarkan sistem satu pintu
dari Instalasi Farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi di Depo Teratai telah
dilakukan dengan cukup baik. Obat disusun berdasarkan generik dan non generik,
stabilitas, bentuk sediaan dan alfabetis agar memudahkan pengambilan sehingga
mempercepat pelayanan obat. Penyimpanan obat narkotik dan psikotropika telah
sesuai standar yaitu menggunakan lemari terpisah dengan double lock. Obat-obat
high alert telah diberi stiker high alert. Permasalahan dalam penyimpanan
perbekalan farmasi di Depo IGD dan IRI adalah adanya obat-obat LASA yang
masih belum diberi stiker LASA dan diberi jarak selang dua obat yang bukan
LASA. Selain itu tempat penyimpanan alat-alat kesehatan kurang teratur
dikarenakan ruangan yang kurang luas untuk menyimpan alat-alat kesehatan
tersebut.
Pendistribusian obat untuk pasien rawat inap dilakukan dengan sistem
dosis unit, sedangkan untuk pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep
individual. Di ruang resusitasi terdapat lemari emergencyyang selalu diperiksa
setiap pergantian shift sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang, sore). Sebaliknya, di
ruang rawat inap intensif seperti ruang ICU, NICU, dan PICU, lemari
emergencyhanya diperiksa satu kali sehari. Petugas Depo IGD akan memeriksa
jumlah penggunaan dan nama pasien yang menggunakan obat dari lemari
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
74 emergency pada lembar insidensil pasien. Jika terjadi ketidaksesuaian antara
jumlah obat yang tersisa di lemari emergency dengan yang ada di lembar
insidentil, petugas depo akan mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut
kepada perawat agar perawat segera mencari pasien yang menggunakan obat
tersebut.
Paket obat dan alat kesehatan yang diterima pasien IGD bergantung pada
dimana pasien ditempatkan. Pasien yang masuk ruang P2 akan mendapat paket
berisi alat kesehatan yang diambil oleh perawat di Depo IGD. Pasien yang masuk
ruang resusitasi akan mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi
tersebut melalui perawat. Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan
paket tersebut. Barang dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan
dikembalikan ke Depo IGD dan dibuat perincian penagihan untuk obat dan alat
yang telah dipakai oleh pasien.
4.1.9 Depo Instalasi Bedah Sentral (Depo IBS)
Depo IBS berada di gedung IBS lantai 2. Di gedung ini, lemari
emergencyhanya terdapat di kamar operasi Citokarena operasi bersifat segera.
Selain itu,paket alat kesehatan juga sudah disiapkan di kamar operasi
Citountukmempermudah pengambilan alat kesehatan yang diperlukan selama
operasidilakukan di kamar operasi Cito.Berbeda dengan kamar operasi Cito, paket
obat dan alat kesehatan untukpasien kamar operasi elektif tidak disiapkan di
kamar operasi tersebut. Penataanestesi dan penata bedah akan melakukan
permintaan obat dan alat kesehatan keDepo IBS. Paket anestesi dan paket bedah
dibedakan dengan tujuan untukmempermudah pendistribusian keperluan setiap
penata. Pada saat perincian biaya,permintaan obat dan alat kesehatan penata
anestesi dan penata bedah akandigabungkan. Obat di Depo IBS disimpan pada
lemari yang terpisah dari alatkesehatan, namun obat tidak disusun alfabetis
sehingga menyulitkan pengambilanobat saat diperlukan. Fasilitas lemari
penyimpanan yang sempit mengakibatkankesulitan dalam penyusunan obat secara
alfabetis. Obat yang memerlukan suhudingin telah disimpan di pharmaceutical
refrigerator
yang
dilengkapi
denganmonitor
suhu,
namun
karena
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
75 ukuranpharmaceutical refrigerator yang kurang memadai menyebabkan obat
tidak tertata dengan baik sesuai dengan urutan abjad.
4.2
Satuan Farmasi Fungsional
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Satuan Farmasi Fungsional RSUP
Fatmawati mencakup pengkajian resep, pengkajian penggunaan obat, ronde/visite,
pemantauan efek samping obat, pelayanan informasi obat, pemantauan interaksi
obat, konsultasi obat, dan edukasi farmasi. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pelayanan farmasi klinik dijelaskan berikut ini.
a. Pengkajian Resep
Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam terapi obat pasien. Tujuan akhir dari
kegiatan pengkajian resep adalah untuk mencapai rasionalisasi penggunaan obat
pasien. Kegiatan pengkajian resep mencakup seleksi persyaratan administratif,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis, baik untuk pasien rawat inap
maupun pasien rawat jalan. Di RSUP Fatmawati, kegiatan pengkajian resep tidak
sepenuhnya dilakukan. Hal ini terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap
dari segi administrasi. Misalnya pada resep untuk pasien anak, umur pasien
seringkali tidak tertera pada lembar resep padahal info tersebut sangat diperlukan
terutama untuk menghitung dosis penggunaan obat pada pasien anak. Pada
beberapa resep bahkan hanya tertulis nama pasien dan permintaan obat. Penanda
kegiatan pengkajian resep berupa stempel keterangan “Resep telah di review
Farmasi” juga tidak terlihat pada banyak resep.
Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh
banyaknya resep yang harus dilayani petugas farmasi di RSUP Fatmawati. Selain
itu, kegiatan pengkajian resep secara keseluruhan membutuhkan waktu yang
cukup lama sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan secara cepat karena
banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien rawat jalan.
b. Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pada dasarnya,
kegiatan ini dilakukan untuk menilai ada/tidaknya masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat pada terapi obat pasien. Di RSUP Fatmawati, kegiatan
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
76 pengkajian penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat inap dengan melihat
catatan pemberian dan pemantauan obat pasien yang terdapat pada rekam medik
pasien. Data yang diperoleh dari rekam medik pasien dicatat ke dalam lembar
Formulir Terapi Pasien untuk selanjutnya dinilai ada/tidaknya masalah yang
berkaitan dengan penggunaan obat. Kegiatan pengkajian resep belum sepenuhnya
dilakukan oleh petugas farmasi RSUP Fatmawati oleh karena masalah waktu.
Banyaknya resep obat yang harus dilayani seringkali membuat petugas farmasi
tidak sempat melakukan kegiatan pengkajian penggunaan obat.
c. Visite
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan
apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang
lebih baik. Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan
secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat memperoleh
informasi terkini dan komprehensif, menjadi fasilitas pembelajaran, serta
mendiskusikan langsung masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
mengimplemantasikan rekomendasi yang dibuat. Sekalipun demikian, tipe visite
ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu jadwal visite harus disesuaikan
dengan jadwal tiap peserta visite dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi
dan penyampaian informasi selama visite menjadi kurang lengkap. Visite pasien
yang dilakukan di RSUP Fatmawati diaplikasikan pada pasien yang berada dalam
perawatan intensif dan memiliki risiko mengalami terjadinya kesalahan obat
(medication errors). Beberapa tempat dilakukanya visite oleh apoteker di RSUP
Fatmawati adalah Intensive Care Unit (ICU),Neonatal Intensive Care Unit
(NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit
(ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien pra operasi dan post
operasi. Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan
dan umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan
pasien High Care Unit (HCU) IRNA Teratai dan ruang perawatan pasien pra
operasi dan post operasi. Visite pasien Intensive Care Unit(ICU) umumnya
dilakukan 3-4 kali dalam seminggu oleh karena kondisi pasien yang dirawat di
ruang perawatan tersebut merupakan pasien yang menderita penyakit komplikasi
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
77 sehingga memiliki riwayat pengobatan yang lebih kompleks dibandingkan pasien
rawat inap lainnya. Hal ini memungkinkan terjadinya masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat dengan prevalensi yang lebih tinggi sehingga diperlukan
visite yang lebih sering untuk memastikan keoptimalan terapi obat yang diterima
oleh pasien.
Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi,
apoteker akan berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling
mengklarifikasi, mengonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat.
Pada saat visite secara tim, rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang
merawat pasien. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau
rekomendasi yang diminta oleh tim visite kepada apoteker di antaranya adalah
pemilihan terapi obat (misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen), obat
alternatif yang dapat diberikan kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat,
dan pertimbangan obat dari sisi cost effectiveness. Setelah rekomendasi yang
diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya apoteker melakukan pemantauan
pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan keamanan. Hal ini perlu
dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang diterima aman bagi
pasien.Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi praktik visite yang
dikelola
dengan
baik
dan
terjaga
pendokumentasian
yang
baik,
maka
kerahasiaannya.
tersedia
data
Dengan
yang
adanya
menunjukkan
terlaksananya kegiatan visite dan bahan evaluasi untuk peningkatan mutu
pelayanan.
d. Pemantauan Efek Samping Obat (MESO)
Program pemantauan efek samping obat (MESO) adalah program untuk
menganalisis kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini
merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan, baik
dokter, perawat, maupun apoteker yang ada di rumah sakit, dan pasien beserta
keluarganya. Di RSUP Fatmawati, kegiatan pemantauan penggunaan obat
dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan serta
kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat
akan dikaji oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek samping obat
dan tindakan penanggulangan harus terdokumentasi dalam catatan rekam medik
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
78 pasien serta dibuatkan laporan untuk disampaikan pada Komite Mutu dan
Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu maksimal 48 jam setelah temuan oleh
kepala satuan kerja terkait. Prosedur pemantauan efek samping obat
meliputiLampiran 17:
1. Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap
timbulnya efek samping obat
2. Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenagan
kesehatan, keluarga pasien atau pettugas lainnya
3. Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping
obat dalam formulir pelaporan
4. Pelaksanaan
kegiatan
komunikasi/interview
oleh
tim
kerja
(tim
pemantauan efek samping obat) yang terdiri dari dokter penanggung jawab
pasien (DPJP), perawat ruangan, apoteker ruangan.
5. Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim pemantauan efek samping obat
terhadap hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua
sumber
6. Pelaksanaan kegiatan diskusi sevara komperhensif sebagai media problem
solving oleh tim pemantauan efek samping obat atas hasil analisa yang
telah dilakukan
7. Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim pemantauan efek
samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan
terkait bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasan efek
samping obat yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat
yang akan datang.
8. Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim pemantauan efek samping
obat. Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan,
mengganti obat dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan,
menurunkan dosis obat, memberikan antidot/premedikasi sebelum
penggunaan obat, dan membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi
formulir laporan insiden (internal).
9. Pelaksanaan implementasi rencana tindakan pengatasan efek samping obat
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
79 10. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan
intervensi yang dilakukan
11. Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim pemantauan efek samping obat jika
diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan
12. Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada
formulir laporan MESO Nasional.
Penyampaian laporan efek samping obat yang terjadi dilakukan segera
oleh tim pemantauan efek samping obat kepada kepala satuan kerja tempat temuan
kejadian efek samping obat. Selanjutnya, dibuat laporan yang ditujukan kepada
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
(KMKP) dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam
kategori kejadian tidak diharapkan (KTD) dan Sentinel.
e. Pelayanan Informasi Obat
RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang
dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan
pelayanan informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga,
efek samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi,
farmakokinetik/farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan,
cara pemberian, komposisi, indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta
pertanyaan lain-lain. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka
dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat
penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi/efek samping obat
yang pernah dialami pasien. Berbagai literatur telah digunakan di pelayanan
informasi obat RSUP Fatmawati, baik literatur primer, sekunder, maupun tersier.
Alur proses menjawab pertanyaan pada kegiatan pelayanan informasi obat di
RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 18.
Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan
dokumentasi yang bertujuan untuk:
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
80 1. Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan
dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap.
2. Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.
3. Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.
4. Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.
5. Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan
pelayanan.
6. Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan
informasi obat.
Contoh Formulir Pelayanan Informasi Obat dapat dilihat pada Lampiran
19. Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup
penilaian/pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara
membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan
pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam
membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012 sempat terjadi
penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun
demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan
menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1
jam).Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
informasi obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini
(tidak up todate), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat,
dan jumlah pertanyaan yang masih sedikit.
f. Pemantauan Interaksi Obat
Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan
seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah
yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurur SPO yang ada, kegiatan
pemantauan interaksi obat dilakukan dengan menggunakan software interaksi
obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan analisis masih menggunakan literature
pustaka sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menemukan
interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan pemantauan interaksi obat juga
tidak dilakukan dengan rutin oleh karena kesibukkan apoteker pelaksana di
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
81 pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi
obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan.
g. Konsultasi Obat
Konsultasi obat yang dilakukan oleh apoteker di RSUP Fatmawati diawali
dengan tahap perkenalan diri kepada pasien. Selanjutnya, apoteker mulai
menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait penggunaan obatnya. Apoteker
akan berusaha menggali informasi terkait penggunaan obat dari pasien sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan jawaban untuk masalah yang dialami
pasien. Apabila informasi telah cukup, apoteker mulai menjelaskan/memberikan
solusi atas obat-obat yang diterima pasien. Setelah pasien mendapat penjelasan
tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan
yang telah diberikan sebelumnya untuk memastikan info yang telah diberikan
telah dipahami dengan tepat oleh pasien. Jika pasien masih kurang memahami
penjelasan yang diberikan, maka apoteker akan mengulang kembali penjelasan
tersebut dan meminta pasien untuk mengulang kembali penjelasan dari apoteker.
Setelah pasien memahami dengan tepat apa yang dijelaskan apoteker, maka
apoteker akan menanyakan kembali apakah ada masalah lain yang dialami pasien.
Apabila pasien sudah tidak memiliki pertanyaan, maka sesi konsultasi obat
dinyatakan selesai.
Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker RSUP Fatmawati terkadang
kurang menggali informasi pasien seperti adakah obat/vitamin/obat tradisional
yang pernah atau sedang dikonsumsi pasien.Apoteker juga tidak menanyakan
apakah pasien memiliki riwayat alergi. Apoteker terkadang hanya memberikan
informasi tentang obat yang ditanyakan oleh pasien.
h. Edukasi Farmasi
Program edukasi farmasi di RSUP Fatmawati dilakukan dengan
mengumpulkan sejumlah orang dalam ruangan tertentu untuk mendengarkan
penjelasan dari apoteker mengenai tema tertentu, misalnya tentang penggunaan
dan penyimpanan obat yang benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih
satu jam, dimulai dengan presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab. Peserta diperkenankan bertanya mengenai masalah apa
punmengenai obat, seperti cara pakai, penyimpanan, dan masalah-masalah terkait
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
82 obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan edukasi farmasi diperlukan fasilitas
penunjang seperti LCD, layar, laptop, mikrofon, dan lain-lain. Kegiatan edukasi
pada saat itu dilaksanakan di ruang rapat Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
disampaikan langsung oleh kepala instalasi farmasi.
4.3
Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati
Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah
menyusun formularium obat rumah sakit yang menjadi pedoman penggunaan obat
di rumah sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau tidaknya TFT
rumah sakit adalah dengan melihat edisi formularium yang digunakan. Evaluasi
atau review untuk penyempurnaan formularium dilakukan tiap 6 bulan atau
maksimal 1 tahun. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak dapat direvisi
setiap setahun oleh karena masalah biaya untuk mencetak formularium terbaru
dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Oleh karena itu, revisi
formularium obat dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati setiap 3 tahun sekali.
Adanya kesinambungan proses revisi menunjukkan bahwa TFT RSUP
Fatmawati sudah berjalan dengan baik. Selain formularium obat, RSUP
Fatmawati juga menyusun formularium alat kesehatan habis pakai, namun
formularium ini masih belum diterbitkan.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
BAB 5
KESIMPULANDANSARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkanpemaparandiatas,terdapatbeberapakesimpulanyangdapa
t diambil,yakni :
a.PerandantanggungjawabapotekerdiInstalasiFarmasiRumahSakit(IFRS)
Fatmawati yaitu melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi
dan
pelayananfarmasiklinik.Pengelolaanperbekalanfarmasidimulaidariproses
pemilihan,
perencanaan,pengadaan,penyimpananhinggapendistribusiandengan
menggunakansistem satu pintu.
b.PerandantanggungjawabSatuanFarmasiFungional(SFF)adalahmenjamin
berjalannya fungsi farmasi klinik yang profesional, antara lain
melakukan
visitepasien,monitoring/reviewpenggunaanobat,monitoringefeksamping
obat, pemberianedukasibagi staf farmasi.
c.PerandantanggungjawabTimFarmasidanTerapi(TFT)adalahmenyusun
formulariumyangmenjadidasardalampenggunaanobatdanalkeshabispakai
di Rumah Sakit,melaksanakan pengawasan, pengendaliandanevaluasi
penggunaanobatdanalkes,sertamelaksanakanedukasibagistaffarmasidan
profesi lain tentangperbekalan farmasi.
5.2
Saran
Berdasarkanhasilpengamatanpenulisselamamelakukanpraktekkerjad
i
RSUPFatmawatiJakarta,terdapatbeberapasaranyangdapatmenjadi
pertimbangandalammengeloladanmengembangkankegiatanfarmasidiRSUP
FatmawatiJakartake depannya, diantaranyaadalah :
a.
PelayananInformasi Obat
1. Penambahan jumlah literaturyangterkini.
2. Peranaktifapotekerdalammembuatdanmenyebarkanbulletin/leaflet
obat sehingga keberadaan kegiatan pelayanan informasi obat
83 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
84 semakindiketahuioleh banyak pihak.
b.
Konseling Obat kepada Pasien
1. Kegiatan konseling obat kepada pasien dengan lebih teliti dan
dipandu oleh apoteker sehingga efek terapi obat optimal.
c.
ProduksiFarmasiNon Steril
1.Sebaiknyapengemasanobatdibagiberdasarkantakaranmenggunakanala
t ukur,tidak berdasarkan kasat mata.
2. PadasetiapkegiatanproduksidiruangproduksiIFRSsebaiknyadibuat
sampel per tinggal.
d. DepoInstalasi Rawat Jalan
1. Penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1
sebaiknya diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di
antaranya.
2. Blender
seharusnya
dibersihkan
terlebih
dahulu
untuk
menghindari terjadinyainteraksiobat.
e . Gudang
Sebaiknya dibuat gudang tahan api yang terpisah dari gudang utama.
UniversitasIndonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Daris,Azwar.(2010).Suplemen
Kefarmasian.Jakarta:ISFI.
Himpunan
Peraturan
Perundang-
undangan
DirektoratJenderalBinaKefarmasianDanAlatKesehatanKesehatanRI.(2006).Keput
usanMenteriKesehatanRepublikIndonesiaNomor1197/Menkes/SK/X/2004tent
angStandar Pelayanan Farmasi di RumahSakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Pemerintah Republik Indonesia.(2009).Undang-UndangNo.36 tahun2009 Tentang
Kesehatan.Jakarta: Pemerintah RepublikIndonesia.
Republik Indonesia.(2009). Undang-Undang RepublikIndonesiaNomor44Tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.
RSUP Fatmawati.(2009).SejarahSingkat. 03Mei 2013.
http://www.fatmawatihospital.com/mode1.php?id=1&mode=2
RSUP Fatmawati.
(2009). Pelayanan
Rawat Darurat.
03
Mei2013. http://www.fatmaweatihospital.com/mode2.php?id=8&mode=3
RSUP Fatmawati.(2012).KeputusanDirekturUtamaNo.
HK.03.05/II.1/779/2012tentangPenyimpanan NarkotikaDan Psikotropika.
Jakarta: RSUP Fatmawati.
RSUP Fatmawati.(2012).KeputusanDirekturUtamaNomor:
HK.03.05/II.1/2468/2012tentangOrganisasidanTataKerjaRumahSakit Umum
Pusat Fatmawati. Jakarta: RSUP Fatmawati.
Siregar, Charles J.P. (2004).
Penerapan.Jakarta:EGC
Farmasi
Rumah
85
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Sakit:
Teori
dan
UniversitasIndonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Lampiran 1. Struktur Organisai RSUP Fatmawati
86
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
87
Lampiran2. Stuktur organisasiminimal instalasi farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
88
Lampiran3. Stuktur organisasiInstalasi FarmasiRSUP Fatmawati
Direktur Utama
Direktur Medik dan Keperawatan
Kepala dan Wakil Kepala Instalasi
Satuan Farmasi Fungsional
Penyelia IRJ lantai 1,2 dan 3
Penyelia Gudang Farmasi
Penyelia Depo ASKES dan Pegawai
Penyelia Produksi Farmasi
Penyelia Depo IGD dan IRI
Penyelia Sistem Informasi Farmasi
Penyelia Depo IBS
Penyelia Distribusi dan Penerimaan Penyelia Depo Teratai IRNA A
Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi Penyelia Depo Teratai IRNA B
Penyelia Pencatatan dan Pelaporan
Penyelia Depo Griya Husada
Penyelia Tata Usaha ( TU ) dan SDM
Farmasi
Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
89
Lampiran 4. Struktur organisasi SatuanFarmasiFungsional RSUPFatmawati Direktur Utama
Direktur Medik dan Keperawatan
Ketua Satuan Farmasi
Fungsional
Koordinator Bidang
Pendidikan dan Penelitian
Instalasi Farmasi
Koordinator Bidang
Pelayanan
Apoteker
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Lampiran 5..Alurperencanaaan dan pengadaaan perbekalanfaarmasi
GudangFarrmasi
PPK
K
Direkttur
Keuang
gan
Kepala
Instalasi
Farmasi
D
DirekturMedikk
dan
Keperawatan
Direktur
K
Keuangan
Bagian
B
Annggaran
PPK
SekretariatP
Harga Perkirraan
Sendiri (HP
PS)
P
PejabatPembuaat
K
Komitmen(PPK
K)
Diirektur Utama
(KuuasaPengguna
Anggaran)
Diirektur
Keeuangan
Bagiann
Anggaraan
Direktur
Keuangann
PPK
Universitas Indonesia
U
ULP(diatas200
juta); lelang
Pejabat
P
Pengadaan
M
Medik
(<200
juta)
Sek
kretariatPPK:
SuraatPesanan(< 50
juta));SuratPerintah
Kerjja(50-200juta);
kirim
mkedistributor
90
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
92
91 Lampiran6. Alur penerrimaan perbeekalanfarmassi
L
Pen
nerimaan oleeh Tim Penerima Barang M
Medik
Serrah terima Tim
m Penerima B
Barang Medikk dan Petugass Gudang Farm
masi.
Cek: ffaktur; SP/SPK; kondisi; jum
mlah; tanggal kedaluwarsaa (minimal 2 ttahun); Certifica
ate of analysiss (bahan baku
u obat), Certifficate of origiin (alkes), MSDS (bahan b
berbahaya) b
ila diperlukan
n atau dicuriggai.
Penyesuaaian Bukti Pen
nyerahan Barrang dengan ffaktur oleh Peenyelia Gudang Farmasi
Bukti Peenerimaan Baarang oleh Penyelia Gudan
ng Farmasi
Berita Acara Penerimaaan Barang oleh Tim Penerrima Barang M
Medik, Penyeelia Gudang Farmasi, daan Kepala Insttalasi Farmasii
Penyimpaanan perbekaalan farmasi
Unive
ersitas Indone
esia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Lampiran 7.Alurdistribusi perbekalanfarmasi
Serahterimapetugas
gudang farmasidan
petugasdepofarmasi.
Cek:
•Volume
•Expired date
Petugasgudang
farmasicek
sistem
Printout
Inputkesistem
Tandatangan
Verifikasi
Stokgudang
v
farmasiterpotong
Cek Pengeluaran
92
Universitas Indonesia
Permintaan
(sistem/manual)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
94
93 Lampiran8. Alurmasuk ke ruangproduksiaseptik TPN dan sitotoksik
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
94 95
Lampiran9. Alurpelayanan obat sitostatikarawat jalan dan rawat inap
Rawat Jalan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
95 96
(lanjutan) RawatInap
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Lampiran10. Prosedurpenyiapanobat rawat jalan secaraindividualprescription
Penerimaanresepdari dokter/perawat ruanganolehpetugas farmasi Pelaksanaan skrining resepuntukmenilai kesesuaianpenulisan resep Pelaksanaan pelayanan obatpasienyangtelah memenuhipersyaratan pada skrining peresepan Pemeriksaan berkas kelengkapanresep untuk pasien jaminan/asuransi Pembuatanbilling transaksi untukresep yangtelahmemenuhi persyaratandari skriningdankajian peresepanobat Pemanggilannama pasiendenganpengeras suara danpenyerahan obatkepadapasienoleh tenaga kefarmasian denganverifikasidan klarifikasi 7 benar Pengecekan obat tentangkebenaran obatyang sudah disiapkandengan klarifikasi 5 benar Pembuatan etiketobat dancopyresepbagi obatyangtidakjadi dibelipasienataupun tidak terlayani oleh depofarmasi Pelaksanaan permohonanijin prinsipuntukpasien jaminan Pembayaranresep berdasarkanbilling resepuntukpasien tunai Pendokumentasian resepdan buktiprint outdalam filesesuai denganstatus pembiayaan pasien 96
Universitas Indonesia Pelaksanaankonseling obatapabilapasien membutuhkan penjelasanlebihlanjut Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
97 98
Lampiran11. Alurpelayanan resep di depo ASKES
PenerimaanResep Pemeriksaan kelengkapanberkas Pasienmendapatkan nomor Inputdatake komputer Penulisanetiket PenyiapanObat Penyerahan+ informasisingkat Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
98 99
Lampiran12. Alur distribusiobat secaradosis unitdiInstalasi Farmasi RSUP
Fatmawati
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Lampiran13. Alurpelayananobat danalat kesehatan di DepoInstalasi Bedah Sentral
OKCito
PasienmasukkeOK Cito PenatamengambilPaketObat danAlkesOKCitoyangtelah disiapkanoleh petugasdepofarmasi. Bilakurang,maka penata anastesi/bedah dapat mengambilnyadilemari emergensidan mencatatnya diLembarPemakaian. DepoIBSmelakukanperincian biayapasien danmengirimkan kedepofarmasi dimana pasiendirawat LembarPemakaian dimasukkankedalam Paket ObatdanAlkes OKCitoyang telahterpakaioleh pasien PetugasDepoIBSmenyiapkan kembaliPaketObatdan Alkes danOKCito, sertamelengkapi lemariemergensi. 99
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
(lanjutan)
OKElektif
Seharisebelumoperasi, DepoIBSmenerima jadwaloperasidan permintaananestesi umumatauspinal Petugasdepofarmasi menyiapkanpaket anestesidanmemberi labelnama pasienpada pakettersebut Padaharioperasi,penata bedahmencatat permintaandibukupada harioperasidan paket bedahdisiapkanoleh petugasdepofarmasi Perincianselanjutnya dikirimkankedepo farmasidimanapasien dirawat. Padaharioperasi,penata bedahdan penata anestesimemintapaket masing‐masingkeDepo IBS Setelahoperasi,paket dikembalikankedepo farmasiIBSdanpetugas depofarmasi merekapitulasisemua penggunaanobatdanalat kesehatankebagian perincian Petugasdepofarmasi mencatatpermintaan obatdan alatkesehatan. Bilakekuranganobatdan alatkesehatansaat operasi sedangberlangsung,maka penataanastesi/ bedah dapatmemintasecara langsungkedepofarmasi denganmenyebutkannama pasiendan kamaroperasi.
100
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
101 105
Lampiran 14.Alur pemantauan efek sampingobat
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
102 106
Lampiran15. Alurprogram pelayanan informasiobat
User (pasien/lainnya)
Menyampaikan pertanyaan secaralisan/tertulis
Apoteker
1. Menerimapertanyaan
2. Penilaian penanyadan pertanyaan sesungguhnya
TidakOk
Ok
Apoteker
1. Pencatatan pertanyaan pada formulirpelayanan informasi obat.
2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur.
3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat.
4. Penyampaian jawaban kepadauser.
User
1. Menerimajawaban pertanyaan
2. Memberi responatas informasiyangtelah diberikan.
TidakOk
Ok
Selesai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
103 108
Lampiran16. Alurkegiatan pemantauan interaksi obat
Apoteker
1. Entry data pasien dalamsoftware interaksi obat.
2. Entry data pengobatan pasien dalamsoftware
interaksi obat.
3. Penilaian informasi datainteraksi obat dari
software (penilaian levelsignifikansi)
TidakSignifikan
Signifikan
Apoteker
1. Penyusunanrekomendasi dalam formulir
rekomendasi farmasi klinik untuk
penanganan interaksi obat.
2. Penyampaian rekomendasi padatenaga
kesehatan.
Dokter/SMF
Instruksi perbaikan terapi
Ok
TidakOk
Apoteker/AsistenApoteker
Perubahan instruksi terapi
Selesai
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
104
Lampiran 17. Alur Pengkajian Resep
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
83 Universitas Indonesia
105 Lampiran18. Alurpenanganan limbah padat,cair,dan gas
cvi Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
2 UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT
DI DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN LANTAI 1
RSUP FATMAWATI JAKARTA
PERIODE JULI 2013
TUGAS KHUSUS WIDIARTI, S.Farm. 1206330236 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
3 DEPOK JANUARI 2014 DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii DAFTAR TABEL............................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. iv 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4 2.1 Instalasi rawat jalan .................................................................................. 4 2.2 Waktu tunggu pelayanan resep ............................................................... 5 2.3 Mutu pelayanan farmasi .......................................................................... 6 3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 9 3.1 Lokasi dan waktu pelaksanaan…………………………………….. ....................... 9 3.2 Sampel…………………………………………………………………. ................................ 9 3.3 Proses pengambilan data……………………………………………… 9 3.4 Pengolahan data…………………………………………………............ 10 4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….. 11 5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………… ............................ 14 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 14 5.2 Saran ......................................................................................................... 14 DAFTAR ACUAN………………………………………………………. ................................... 15 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
4 DAFTAR TABEL ii
Tabel 4.1 Tabel persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi……………….. 19 Tabel 4.2 Tabel persentase waktu tunggu pelayanan obat racikan……………. 20 Tabel 4.3 Tabel rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi …… .......................... 20 Tabel 4.4 Tabel rerata waktu tunggu pelayanan obat racikan…………………. .. 21 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
5 DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.
LAMPIRAN 2.
LAMPIRAN 3.
LAMPIRAN 4.
LAMPIRAN 5.
LAMPIRAN 6.
LAMPIRAN 7.
LAMPIRAN 8.
LAMPIRAN 9.
LAMPIRAN 10.
LAMPIRAN 11.
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
jadi Depo IRJ 25 juli 2013…………………………...
16
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
jadi Depo IRJ 26 juli 2013…………………………...
18
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
jadiDepo IRJ 29 juli 2013…………………………...
20
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
jadi Depo IRJ 30 juli 2013…………………………...
22
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
jadi Depo IRJ 31 juli 2013………………………….
23
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
racikan Depo IRJ 25 juli 2013………………………
25
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
racikan Depo IRJ 26 juli 2013……………………….
26
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
racikan Depo IRJ 29 juli 2013………………………
27
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
racikan Depo IRJ 30 juli 2013……………………….
28
Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat
racikan Depo IRJ 31 juli 2013……………………..
29
Hasil survey kepuasan pasien rawat jalan Rumah
30
Sakit Umum Pusat Fatmawati 2012………………...
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
6 LAMPIRAN 12.
Laporan komplain pasien di Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati Jakarta bulan Januari-Maret
2013…………………………………………………
31
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit tak terlepas dari pelayanan di
bagian farmasi yang mengatur semua kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk
rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan farmasi sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Departemen Kesehatan RI,
1999).Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua
perbekalan farmasi dan termasuk salah satu revenue center di rumah sakit
(Rakhmisari D, 2006). Besarnya omzet obat dapat mencapai 50-60% dari
anggaran rumah sakit ( Trisnantoro L, 2004).
Dengan banyaknya permintaan obat oleh pasien rawat jalan dan rawat inap
dari poli-poli maupun bagian lain dari rumah sakit yang membutuhkan tentunya
akan meningkatkan waktu pelayanan, waktu tunggu pembeli, dan meningkatnya
jumlah orang yang membeli obat dan alat kesehatan. Dampaknya, timbullah
antrian yang panjang. Tentunya dengan antrian yang panjang, lama-kelamaan
menyebabkan orang enggan membeli di farmasi rumah sakit. Padahal farmasi
rumah sakit mempunyai pengaruh dan kontribusi cukup besar terhadap rumah
sakit ( Rakhmisari, 2006).
Selain itu, dengan adanya berbagai pekerjaan dan jumlah tenaga yang
kurang di bagian farmasi seperti mencari dan mengambil obat, mengetiketi dan
mengemas obat, menyerahkan obat akan membuat seorang tenaga pada suatu
waktu melakukan dua pekerjaan, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya waktu
tunggu pelayanan resep dan juga bisa meningkatkan human error. Begitu pula
dengan bagian kasir yang kadangkala menjadi dalam bekerja diakibatkan oleh
berbagai macam kendala dalam membaca resep untuk menghitung biaya obat
yang harus dibayar pasien ( Rakhmisari, 2006).
Semua hal diatas menuntut pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi, factor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pada pasien
1
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2 meliputi: pelayanan yang cepat dan ramah disertai jaminan tersedianya obat
dengan kualitas baik, harga yang kompetitif, adanya kerjasama dengan unsur lain
di rumah sakit, seperti dokter, perawat, dll, faktor-faktor lain seperti lokasi,
kenyamanan dan keragaman komoditi (Aditama YT, 2000).
Menurut Gasperz (1994) yang dikutip oleh Wongkar L (2000) pada situasi
lain apabila berhadapan pelanggan dari pelayanan jasa, perlu diperhatikan
beberapa karakteristik jasa yang diinginkan pelanggan antara lain: kecepatan
waktu pelayanan, kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan,
tanggung jawab, kelengkapan, variasi model pelayanan, pelayanan pribadi,
kenyamanan dalam memperoleh pelayanan dan atribut pendukung lainnya. Selain
itu, kualitas pelayanan mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan
kepuasan konsumen, pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang sesuai
keinginan konsumen dan upaya peningkatan kualitas untuk menghilangkan
kesalahan serta ketepatan waktu yang disesuaikan dengan harapan konsumen.
Mutu Pelayanan dianggap baik jika dikaitkan dengan pelayanan resep
apabila memenuhi kecepatan dan ketepatan pelayanan, yaitu kesesuaian antara
resep yang diserahkan dengan sediaan yang diterima pasien atau keluarganya.
Wongkar L (2000) melakukan penelitian di Apotek Kimia Farma Pontianak
didapat bahwa waktu pelayanan resep untuk obat jadi sebesar 12,05 menit dan
untuk resep racikan sebesar 27,96 menit, pelayanan resep rata-rata tanpa
membedakan obat paten dan obat racikan adalah 17,18 menit. Ritung M (2003)
dalam penelitiannya di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSIA Hermina Bekasi
mengatakan bahwa waktu pelayanan resep racikan adalah 24,14 menit. Oleh
karena itu, menurut Jeffries S.B dan Greenberg J (1990), seperti yang dikutipkan
oleh Sulistyorini (2001) dan Ritung M (2003), masalah waktu penyediaan obat
adalah masalah kefarmasian yang telah lama terjadi dan sering dialami. Sehingga
dengan perbaikan waktu tunggu yang lebih singkat maka dapat mempengaruhi
citra layanan rumah sakit secara langsung.
Melihat perkembangan tersebut, masalah mutu layanan farmasi perlu
menjadi pokok perhatian dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan demi
tercapainya efektivitas dan efesiensi pelayanan. Untuk mengetahui tingkat
efektivitas dan efesiensi pelayanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
3 dilakukan survey kepuasan pasien. Berdasarkan Laporan Survey Kepuasan Pasien
RSUP Fatmawati (2012) yang dilakukan oleh Bagian Humas mengatakan bahwa
waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi lama
(lampiran 11). Selain itu, Laporan Komplain Pasien RSUP Fatmawati bulan
Januari-Maret 2013 mengatakan bahwa waktu tunggu pelayanan resep pasien
rawat jalan lama (Lampiran 12).
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis terdorong untuk mengevaluasi
waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan lantai 1 di Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati Jakarta dari mulai penerimaan resep sampai dengan resep
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien.
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini untuk mengevaluasi :
1. Rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan di depo farmasi
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta.
2. Persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan yang dilayani
di depo farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
4 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Instalasi Rawat Jalan adalah unit pelayanan berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Instalasi Rawat
Jalan dipimpin oleh seorang kepala instalasi. Mempunyai tugas dan fungsi
menyediakan fasilitas terhadap penyelenggaraan kegiatan pelayanan Poliklinik
Rawat Jalan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran klinik. selain itu juga
melaksanakan pendidikan dan penelitian.
2.4.1 Pelayanan instalasi rawat jalan
Poliklinik IRJ RSUP Fatmawati memiliki 127 ruang periksa dan mampu
melayani 1.300 – 1.500 pasien perhari.Bangunan megah berlantai 3 (tiga)
menyediakan pelayanan spesialis dan sub-spesialis yaitu :
lantai 1: Poliklinik Jantung• Poliklinik Bedah (Umum, Plastik, Urologi, Digesif,
Onkologi, Anak, Thorax, Vaskuler)• Poliklinik Bedah Orthopaedi• Poliklinik Gigi
dan Mulut•Poliklinik Medik Dasar
Lantai 2: Poliklinik Kebidanan dan Kandungan (Fatma Harmonia)• Poliklinik
Saraf• Poliklilnik Akupunktur• Poliklinik Rehabilitasi Medik• Poliklinik Penyakit
Dalam, Poliklinik Edukasi Diabetik
Lantai 3: • Poliklinik Anak (Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Kesehatan
Remaja)• Poliklinik Paru• Poliklinik Kulit dan Kelamin• Poliklinik Mata•
Poliklinik THT (Klinik Snoring, Klinik Disfagia, Klinik Sleeping Disorder)•
Polilklinik Anestesi (Pre Operasi)
2.2 Waktu tunggu pelayanan resep
Waktu tunggu pelayanan resep dibagi menjadi dua yaitu waktu tunggu
pelayanan resep obat jadi dan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan.
Menurut Kepmenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimum Rumah Sakit dijelaskan bahwa waktu tunggu pelayanan resep obat jadi
4
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
5 adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima
obat jadi. Sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan adalah tenggang
waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan.
Menurut Widiasari (2009), waktu pelayanan resep terdiri dari berbagai tahap
yaitu:
1. Tahap penghargaan, tahap pembayaran , dan penomoran memakan waktu dari
satu menit karena computer untuk menghargai lambat dalam merespon
disebabkan memory server tidak cukup meenampung data yang ada.
2. Tahap resep masuk dan tahap pengecekan dan penyerahan obat memerlukan
waktu lebih dari dua menit, karena tidak ada petugas yang mengambil resep
pada tahap resep masuk dan pada tahap pengecekan, dan penyerahan obat
tidak ada petugas yang mengecek dan menyerahkan obat sebab petugas sudah
sibuk dengan tahap yang lain terlebih pada saat jam-jam puncak dimana
terjadi penumpukan resep.
3. Tahap pengambilan obat paten, tahap pembuatan obat racikan dan tahap etiket
dan kemas membutuhkan waktu agak lama jika dibandingkan dengan tahap
yang lainnya karena dibutuhkan waktu untuk mencari dan mengambil obat
paten sedang untuk obat racikan diperlukan waktu untuk menghitung,
menimbang, dan mengambil obat sesuai dengan dosis yang diperbolehkan,
serta etiket dan kemas membutuhkan ketelitian, khususnya pada obat racikan
agar tepat dosisnya pada setiap kemasan.
Sedangkan penyebab lamanya ‘waktu pelayanan resep pasien umum
menurut Ayuningtyas (2011) dalam penelitiannya adalah:
1. Adanya komponen delay yang menyebabkan proses menjadi lebih
lama. Delay disebabkan antara lain karena petugas belum mengerjakan
kegiatan lain atau mengerjakan resep sebelumnya. Hal ini terlihat dari
penelitiannya, dimana total waktu komponen delay lebih besar dari
total waktu komponen tindakan baik pada resep non racikan maupun
racikan. Komponen delay lebih besar daripada komponen tindakan
menandakan proses pelayanan resep kurang efektif.
2. Obat sering kosong sehingga membutuhkan waktu untuk mengambil
obat tersebut di gudang atau rawat inap.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
6 3. Program computer yang belum sempurna, dan mengakibatkan
beberapa pekerjaan dikerjakan secara manual.
4. SDM yang kurang terampil dan cekatan
5. Belum dijalankannya prosedur tertulis secara maksimal. Belum ada
intruksi kerja yang lebih detail mengenai setiap kegiatan dalam proses
pelayanan resep umum dan SOP tidak diletakkan di ruangan atau di
tempat yang mudah terlihat dan dibaca oleh petugas.
2.3 Mutu pelayanan farmasi
Mutu bukanlah merupakan pokok persoalan teknis, tetapi merupakan
pokok persoalan strategis. Mutu tidak datang melalui upaya sedikit atau melalui
suatu program perbaikan/peningkatan mutu, prosedur atau prosedur tunggal. Mutu
adalah hasil dari suatu rangkaian tindakan yang dipadukan secara menyeluruh
dengan keterikatan (komitmen) jangka panjang. Mutu bukan suatu fungsi jangka
pendek, tetapi merupakan suatu fokus jangka panjang. Mutu dicapai, proses demi
proses di dalam suatu paying menyeluruh yang disebut system manajemen mutu
menyeluruh (S3M). Dewasa ini, berbicara mutu berarti mutu dari semua aspek
produksi, seperti mutu produk dan pelayanan, mutu kehidupan kerja, keterlibatan
dan pemberdayaan personel, peningkatan produktifitas, Posisi dalam persaingan,
dan kepuasan konsumen. Suatu system manajemen mutu menyeluruh meliputi
seluruh proses yang secara koleksi memberi kontribusi untuk pencapaian mutu
menyeluruh (siregar C, 2008).
Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan secara terencana dan sistematis,
sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan
mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu
pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
Dalam Kepmenkes RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit dijelaskan bahwa mutu pelayanan rumah sakit
adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
dalam menimbulkan kepuasan pasien dengan tingkat kepuasan rata-rata
masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
7 yang ditetapkan sesuai dengan kode etik profesi farmasi. Pelayanan farmasi harus
mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara
pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
1. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan
rumah sakit
2. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,
kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan
mutu pelayanan
3. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu
4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pemantauan: pengumpulan semua informasi yang penting yang berhubungan
dengan pelayanan farmasi .
b. Penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah
pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
c. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambil
tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
d. Evaluasi: efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam
program jangka panjang.
e. Umpan balik: hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf.
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan.
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
1. Unsur masukan (input): tenaga/sumber daya manusia, sarana dan prasarana
2. Unsur proses: tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf farmasi
3. Unsur lingkungan : kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemen
4. Standar yang digunakan adalah standar pelayanan farmasi minimal yang
ditetapkan oleh lembaga yang berwenang dan standar lain yang relevan dan
dikeluarkan oleh lembaga yang dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Kepmenkes no. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, jenis pelayanan di farmasi, indikator dan standarnya
adalah:
1. Waktu tunggu pelayanan farmasi untuk obat jadi ≤ 30 menit, dan untuk
racikan ≤ 60 menit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
8 2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat sebesar 100%
3. Kepuasan pelanggan ≥80%
4. Penulisan resep sesuai formularium 100%
Menurut PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian disebutkan
tentang kendali mutu yaitu suatu sistem pemberian pelayanan kefarmasian yang
efektif, efisien, dan berkualitas dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
kefarmasian.
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan
keluhan dari pasien, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan
pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya
interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Mutu pelayanan
kesehatan adalah hasil akhir (output) dari interaksi dan ketergantungan antara
berbagai aspek, komponen, dan unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai
suatu sistem.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
9 BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu pelaksanaan
Pengamatan dilakukan di Depo Farmasi Rawat Jalan (lantai 1), dari
tanggal 25 Juli 2013 sampai tanggal 31 Juli 2013.
3.2 Sampel
Sampel yang diamati adalah resep pasien rawat jalan yang dilayani oleh
Depo Farmasi Rawat Jalan (lantai 1) RSUP Fatmawati dari tanggal 25 Juli 2013
sampai tanggal 31 Juli 2013 dari pukul 07.30- 15.00. Jumlah sampel dihitung
dengan rumus dasar perhitungan sampel estimasi proporsi (Levy & Lameshow,
1999) yaitu:
n=
2
1 2
1
2
Keterangan:
d = estimasi kesalahan yang ditoleransi,dalam hal ini 10 %
Z = 1,96
p = estimasi proporsi = 0,5
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
Dari hasil perhitungan didapat jumlah resep yang akan dihitung waktunya
sebanyak 96,4 = 96 sampel. Untuk menjaga kemungkinan terjadi kesalahan maka
jumlah sampel di lebihkan menjadi 242 sampel.
3.3 Proses pengambilan data
Data waktu tunggu pelayanan obat diperoleh dari hasil pengamatan secara
langsung , pencatatan waktu tunggu dimulai sejak pasien menerima nomor tunggu
resep (penerimaan resep oleh petugas) sampai dengan penyerahan obat
dan
pemberian informasi kepada pasien (penyerahan resep).
3.4 Pengolahan Data
9
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
10 Data waktu tunggu pelayanan obat diolah dengan menggunakan Microsoft
excel dengan target ketercapaian waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit
sebesar 90% dan waktu tunggu pelayanan obat racikan ≤ 60 menit sebesar 75%.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
11 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 25 Juli hingga
31 Juli 2013 di Depo Farmasi Rawat Jalan Lantai 1 di peroleh data sebagai
berikut:
Tabel. 4.1 Persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi
TANGGAL
JUMLAH
PENGAMATAN
R/ OBAT JADI
≤ 30 MENIT
≥ 30 MENIT
25-07-2013
44
20
24
26-07-2013
40
10
30
29-07-2013
52
17
35
30-07-2013
17
16
1
31-07-2013
55
21
34
TOTAL
208
84
124
40,38
59,62
PERSENTASE (%)
WAKTU TUNGGU
Pada table diatas dapat diketahui bahwa persentase waktu tunggu
pelayanan obat jadi yang ≤ 30 menit sebesar 40,38% sedangkan waktu tunggu
pelayanan obat jadi yang ≥ 30 menit sebesar 59,62% , hal ini menunjukkan
persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi yang ≤ 30 menit belum memenuhi
persyaratan yang ditentukan Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan minimal rumah sakit yaitu sebesar 90%.
11
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
12 Tabel. 4.2 Persentase waktu tunggu pelayanan obat racik
TANGGAL
JUMLAH
PENGAMATAN
R/ OBAT RACIK
≤ 60 MENIT
≥ 60 MENIT
25-07-2013
5
3
2
26-07-2013
8
2
6
29-07-2013
7
4
3
30-07-2013
4
2
2
31-07-2013
10
3
7
TOTAL
34
14
20
41,18
58,82
PERSENTASE (%)
WAKTU TUNGGU
Pada table diatas dapat diketahui bahwa persentase waktu tunggu
pelayanan obat racik yang ≤ 60 menit sebesar 41,18% sedangkan waktu tunggu
pelayanan obat racik yang ≥ 60 menit sebesar 58,82% , hal ini menunjukkan
persentase waktu tunggu pelayanan obat racik yang ≤ 60 menit belum memenuhi
persyaratan yang ditentukan Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan minimal rumah sakit yaitu sebesar 75 %.
Tabel. 4.3 Rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi
TANGGAL
JUMLAH
TOTAL
RERATA
PENGAMATAN
R/ OBAT JADI
WAKTU
WAKTU TUNGGU
25-07-2013
44
5:08:18
0:39:44
26-07-2013
40
9:07:37
0:49:41
29-07-2013
52
12:00:56
0:42:22
30-07-2013
17
4:06:43
0:27:25
31-07-2013
55
10:44:00
0:38:36
TOTAL
208
41:07:34
0:39:34
Pada table 4.3 diatas dapat diketahui bahwa rerata waktu tunggu pelayanan
obat jadi sebesar 39 menit 34 detik, hal ini menunjukkan bahwa rerata waktu
tunggu pelayanan obat
jadi
di RSUP Fatmawati belum memenuhi kriteria
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
13 persyaratan yang disebutkan dalam Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008
tentang standar pelayanan minimal rumah sakit dalam hal waktu tunggu
pelayanan obat jadi yaitu sebesar ≤ 30 menit.
Tabel. 4.4 Rerata waktu tunggu pelayanan obat racikan
TANGGAL
JUMLAH
TOTAL
RERATA
PENGAMATAN
R/ OBAT RACIK
WAKTU
WAKTU TUNGGU
25-07-2013
5
5:08:48
1:01:46
26-07-2013
8
12:12:59
1:31:37
29-07-2013
7
5:53:36
0:50:31
30-07-2013
4
4:11:12
1:02:48
31-07-2013
10
14:17:59
1:25:48
TOTAL
34
41:44:34
1:10:30
Pada table 4.4 diatas dapat diketahui bahwa rerata waktu tunggu pelayanan
obat racikan sebesar 1 jam 10 menit 30 detik, hal ini menunjukkan bahwa rerata
waktu tunggu pelayanan obat racikan di RSUP Fatmawati belum memenuhi
kriteria
persyaratan
yang
disebutkan
dalam
Kemenkes
RI
No.
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit dalam hal
waktu tunggu pelayanan obat racikan yaitu sebesar ≤ 60 menit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
14 BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan di Depo IRJ RSUP
Fatmawati yaitu 39,34 menit (obat jadi) dan 60,13 menit (obat racikan). Hal
ini belum memenuhi kriteria persyaratan pemerintah.
2. Persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan depo IRJ RSUP
Fatmawati belum memenuhi target persyaratan 95 % untuk obat jadi dan 75%
untuk obat racikan dimana besar persentase hanya 40,38 % (obat jadi) dan
41,18 % (obat racikan).
4.2 Saran
Perlu dilakukan peningkatan ketrampilan pegawai dan upaya ketersediaan
obat yang cukup dengan mempermudah prosedur permintaan barang baik dengan
apotik satelit maupun dengan bagian lain (bagian logistik).
14
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
15 DAFTAR ACUAN
Aditama YT., 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1999. Standar Pelayanan Rumah
Sakit. Jakarta
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/MenKes/SK/X/2004. tentang Standar pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
129/MenKes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009. Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta
Puspitasari, A. 2011.Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Umum di
Depo Farmasi Rawat Jalan RS Karya Bhakti Tahun 2011. Tesis. Depok.
Universitas Indonesia
Rakhmisari D. 2006. Bahan Kuliah Manajemen Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Jakarta: Program Diploma III Perumahsakitan FKUI.
Ritung M. 2003. Lama Waktu Pelayanan Resep Racikan Khusus Hari Sabtu Di
Instalasi Rawat Jalan RSIA Hermina Bekasi Tahun 2003. Depok: Program
Pascasarjana FKMUI.
Siregar, C. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori, dan Penerapan. Jakarta: EGC
Trisnantoro L. 2004. Memahami Dalam penggunaan Ilmu Ekonomi Rumah Sakit.
Yogyakarta: Gadjah University Press.
Widiasari,E. 2009. Analisa Waktu Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Rawat
Jalan RS Tugu depok Tahun 2009. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Wijono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (ed. Kedua).
Surabaya: Airlangga University Press
Wongkar L. 2001. Analisis Waktu Pelayanania Pengambilan Obat Di Apotek
Kimia Farma Kota Pontianak Tahun 2000. Depok: Program Pascasarjana
FKMUI.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
16 15
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
LAMPIRAN 1 16
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI DEPO IRJ 25 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 25070015 18 31 25070020 25070021 25070023 25070024 25070025 25070026 25070028 25070031 25070032 25070080 25070081 25070082 25070083 2570084 2570085 2570086 2570088 2570089 2570093 2570097 2570098 2570100 2570101 2570115 2570116 25700117 25700119 25700120 25700121 25700126 25700127 25700128 NO REKAM MEDIK 01189086 01080387 00163673 1075999 00894207 00246133 01245780 00991892 01214641 01246969 00237322 00991892 01214641 01246969 00237322 01240318 01247439 00311014 01247434 1074038 00543600 01247014 01247432 01190192 01241687 01245450 R/ OBAT JADI 7 1 5 3 2 2 1 1 2 2 1 1 3 5 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 4 3 2 3 2 3 4 2 2 2 WAKTU TERIMA RESEP (JAM) 3:28:59 9:04:16 9:14:51 9:16:37 9:22:46 9:29:36 9:30:10 9:29:30 9:31:22 9:40:59 9:55:45 9:58:43 11:03:00 11:05:58 11:07:13 11:03:10 11:11:15 11:14:26 11:15:28 11:16:36 11:21:20 11:24:37 11:33:11 11:34:42 9:55:17 11:52:33 12:02:43 12:04:11 12:05:15 12:07:34 12:03:50 12:10:16 12:14:52 12:15:22 12:16:36 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU PENYERAHAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP (JAM) 8:52:00 9:06:00 9:15:00 9:22:00 9:23:00 9:30:00 10:26:00 9:33:00 9:49:00 9:49:00 10:07:00 10:07:00 11:39:00 11:31:00 11:07:20 11:40:00 11:40:00 11:42:00 11:47:00 11:43:00 11:44:00 12:00:00 12:00:00 12:04:00 12:07:00 12:02:00 12:53:00 12:39:00 12:58:00 12:55:00 12:57:00 12:58:00 13:02:00 13:04:00 13:06:00 OBAT JADI (MENIT) 5:23:01 0:01:44 0:00:09 0:05:23 0:00:14 0:00:24 0:55:50 0:03:30 0:17:38 0:08:01 0:11:15 0:08:17 0:36:00 0:25:02 0:00:07 0:36:50 0:28:45 0:27:34 0:31:32 0:26:24 0:22:40 0:35:23 0:26:49 0:29:18 2:11:43 0:09:27 0:50:17 0:34:49 0:52:45 0:47:26 0:53:10 0:47:44 0:47:08 0:48:38 0:49:24 17
36 37 38 39 40 41 42 43 44 25700129 25700136 25700137 25700143 25700145 25700148 25700150 25700152 25700153 01247409 1247465 1243730 477492 00886496 00632799 00698448 1004548 2 2 4 3 3 4 2 3 3 Total Rerata 12:17:01 12:23:03 12:24:28 12:44:13 12:45:23 12:50:56 12:51:38 13:05:21 13:07:00 KETERANGAN:
Waktu
tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 20 (45,45%)
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 24 (54,54%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
13:23:00 13:24:00 13:25:00 13:27:00 13:28:00 13:33:00 13:30:00 13:35:00 13:38:00 1:05:59 1:00:57 1:00:32 0:42:47 0:42:37 0:42:04 0:38:22 0:29:39 0:31:00 5:08:18 0:39:49 18
LAMPIRAN 2
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI
DEPO IRJ 26 JULI 2013
JUMLAH NO NO RESEP 1 26070016 2 26070018 3 26070020 4 26070022 5 26070023 6 26070024 7 26070025 8 26070028 9 26070029 10 26070032 11 26070036 12 26070039 13 26070041 14 26070048 15 26070050 16 26070065 17 26070067 18 26070069 19 26070070 20 26070072 21 26070074 22 26070077 23 26070081 24 26070082 25 26070084 26 26070086 27 26070092 28 26070096 29 26070097 30 260700101 31 26070105 32 26070107 33 26070109 34 26070110 35 26070111 NO REKAM MEDIK 00448839 00338860 01173309 00110568 01228017 00925450 01185998 01247409 01247460 00243021 00456169 01071253 00640571 01183128 01183342 01008614 00790678 01247586 01199071 01240215 00831993 01174138 01247581 00652189 01247597 R/ OBAT JADI 1 2 1 5 2 1 2 4 4 1 3 2 2 3 1 4 3 3 4 2 2 1 6 4 2 1 1 4 3 3 3 3 2 2 1 WAKTU TERIMA RESEP (JAM) 9:07:01 9:15:00 9:16:58 9:13:21 9:25:06 9:36:22 9:33:15 9:57:13 10:00:41 10:02:28 10:04:57 10:07:25 10:10:44 10:21:31 10:29:16 10:46:38 10:51:00 10:52:00 10:54:02 10:53:31 11:03:26 11:04:51 11:15:39 11:17:47 11:19:43 11:25:09 11:30:29 11:40:02 11:46:15 11:53:34 12:05:26 12:10:10 12:11:51 12:11:00 12:13:33 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:08:00 9:25:00 9:17:00 9:26:00 9:30:00 9:39:00 9:40:00 10:06:00 10:07:00 10:10:00 10:38:00 10:48:00 10:52:00 11:00:00 11:01:00 12:10:00 12:13:00 12:12:00 12:14:00 12:17:00 12:19:00 12:20:00 12:24:00 12:26:00 12:29:00 12:05:00 13:01:00 13:05:00 13:06:00 13:43:00 13:11:00 13:11:00 13:13:00 13:13:00 13:17:00 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:00:59 0:10:00 0:00:02 0:12:39 0:04:54 0:02:38 0:06:45 0:08:47 0:06:19 0:07:32 0:33:03 0:40:35 0:41:16 0:38:29 0:31:44 1:23:22 1:22:00 1:20:00 1:19:58 1:23:29 1:15:34 1:15:09 1:08:21 1:08:13 1:09:17 0:39:51 1:30:31 1:24:58 1:19:45 1:49:26 1:05:34 1:00:50 1:01:09 1:02:00 1:03:27 19
36 37 38 39 40 26070116 26070117 26070123 26070127 26070130 01247617 01116946 00914722 4 1 2 2 4 Total Rerata 12:20:10 12:26:34 12:34:36 12:57:55 13:03:44 13:18:00 13:26:00 13:26:00 13:47:00 13:45:00 KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 10 (25 %)
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 30 (75 %)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
0:57:50 0:59:26 0:51:24 0:49:05 0:41:16 9:07:37 0:49:41 20
LAMPIRAN 3
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI
DEPO IRJ 29 JULI 2013
JUMLAH NO NO RESEP NO REKAM MEDIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 33 34 35 36 01246459 1117450 01210840 00449298 01247933 00923175 00560638 01247892 00159190 00596324 00724058 01247943 00963801 01247953 01245650 01192413 0125642 00640571 00514674 00259393 01245139 01245993 00277825 01073807 29070009 29070015 29070030 29070031 29070036 29070045 29070046 29070055 29070056 29070062 29070066 29070070 29070087 29070102 29070105 29070106 29070108 29070109 29070110 29070112 29070113 29070114 29070115 29070119 29070121 29070122 29070124 29070125 29070126 29070132 29070141 29070145 29070146 29070147 29070149 R/ OBAT JADI 3 4 1 2 2 1 3 4 1 3 3 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 4 1 1 1 1 1 3 1 6 2 4 1 2 4 WAKTU TERIMA RESEP (JAM) 8:44:54 3:03:51 9:44:34 9:45:36 9:50:05 10:00:49 10:12:07 10:21:21 10:22:51 10:29:38 10:34:14 10:39:54 11:01:45 11:24:46 11:33:50 11:34:55 11:33:22 11:40:11 11:42:24 11:43:45 11:47:03 11:43:05 11:53:44 11:50:15 11:53:41 12:00:00 12:01:03 12:05:11 12:03:56 12:15:35 12:21:07 12:27:20 12:31:00 12:32:42 12:33:42 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU WAKTU TUNGGU PENYERAHAN PELAYANAN OBAT JADI RESEP (JAM) (MENIT) 8:48:00 0:03:06 9:09:00 6:05:09 9:47:00 0:02:26 9:50:00 0:04:24 9:50:10 0:00:05 10:14:00 0:13:11 10:16:00 0:03:53 10:25:00 0:03:39 10:35:00 0:12:09 10:50:00 0:20:22 10:51:00 0:16:46 10:52:00 0:12:06 11:24:00 0:22:15 11:39:00 0:14:14 12:30:00 0:56:10 12:30:00 0:55:05 12:33:00 0:59:38 12:34:00 0:53:49 12:35:00 0:52:36 12:37:00 0:53:15 12:39:00 0:51:57 12:39:00 0:55:55 12:40:00 0:46:16 12:31:00 0:40:45 12:43:00 0:49:19 12:40:00 0:40:00 12:45:00 0:43:57 12:50:00 0:44:49 13:30:00 1:26:04 13:06:00 0:50:25 14:02:00 1:40:53 13:01:00 0:33:40 13:05:00 0:34:00 13:08:00 0:35:18 13:29:00 0:55:18 21
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 29070150 29070157 29070167 29070168 29070169 29070170 29070181 29070183 29070186 29070187 29070189 29070171 29070176 29070178 29070191 29070195 01070989 01242478 01248009 01245567 01246563 01035638 00786673 00836831 01247990 00872589 01238492 01238493 5 2 1 2 2 3 4 3 1 1 3 3 2 3 1 1 12:35:30 12:43:17 12:56:09 12:58:13 12:53:27 12:59:36 13:29:57 13:23:10 13:33:30 13:43:51 13:44:25 13:06:35 13:19:07 13:19:32 13:47:40 10:13:59 13:32:00 13:33:00 13:37:00 13:38:00 13:39:00 13:40:00 13:58:00 13:56:00 14:07:00 14:14:00 14:10:00 13:41:00 13:54:00 14:04:00 14:16:00 10:17:00 Total Rerata KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 17 (32,69%)
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 35 (67,31%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
0:56:30 0:49:43 0:40:51 0:39:47 0:45:33 0:40:24 0:28:03 0:32:50 0:33:30 0:30:09 0:25:35 0:34:25 0:34:53 0:44:28 0:28:20 0:03:01 12:00:56 0:42:22 22
LAMPIRAN 4
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI
DEPO IRJ 30 JULI 2013
NO NO RESEP NO REKAM MEDIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 01248093 01243586 00451402 01002157 01185072 01225687 00740711 01003058 0126998 01245642 01248136 01232487 01247957 01248150 30070052 30070051 30070041 30070043 30070055 30070029 30070027 30070040 30070053 30070050 30070047 30070048 30070109 30070154 30070156 30070135 30070128 JUMLAH R/ OBAT JADI 1 3 1 3 2 2 2 4 1 1 9 1 1 8 3 3 2 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 10:06:12 10:01:07 9:44:29 9:46:21 10:14:37 9:24:34 9:19:45 9:41:36 10:03:01 9:59:20 9:50:21 9:57:34 11:53:56 13:28:09 13:31:06 12:45:53 12:33:16 RESEP (JAM) 10:15:00 10:13:00 9:59:00 10:02:00 10:19:00 9:27:00 9:25:00 9:59:00 10:16:00 10:11:00 10:07:00 10:09:00 12:04:00 14:02:00 14:00:00 13:04:00 12:56:00 KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 16(94,12%)
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 1 (5,88%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:08:48 0:11:53 0:14:31 0:15:39 0:04:23 0:02:26 0:05:15 0:17:24 0:12:59 0:11:40 0:16:39 0:11:26 0:10:04 0:33:51 0:28:54 0:18:07 0:22:44 4:06:43 0:27:25 23
LAMPIRAN 5
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI
DEPO IRJ 31 JULI 2013
JUMLAH NO NO RESEP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 33 34 35 36 37 38 39 40 31070025 31070041 31070042 31070043 31070046 31070051 31070054 31070055 31070058 31070062 31070063 31070065 31070069 31070070 31070072 31070074 31070075 31070076 31070090 31070091 31070096 31070100 31070101 31070102 31070104 31070112 31070116 31070123 31070128 31070127 31070131 31070135 31070142 31070143 31070144 31070147 31070150 31070156 NO REKAM MEDIK 01202404
00694116 00647278 00443118
00861451 00668172
01231741 01229115 01197588 01198050 01248294 00919376 01225511 01232834
00211995 01245450
00656456
01248352 01164910 00848607
00250365 00251229 00317511 00003932
00252332 01242942 00663083
01194336 R/ OBAT JADI 3
2 3 2 1
1 1 3
3 1 3 5
3 1 2 2
3 2 3 2
4 2 2
3
1 3 3
1 3 1 1
1 1 2 1
4 2 1 2
WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:05:39
9:53:15 9:54:59 9:59:38 10:03:10
10:09:38 10:16:20 10:16:59
10:18:12 10:22:30 10:24:36 10:29:43
10:31:51 10:34:52 10:41:15 10:46:44
10:48:26 10:52:21 11:11:34 11:13:56
11:20:13 11:21:07 11:25:06
11:26:45
11:30:37 11:32:21 11:39:33
11:46:20 11:53:23 11:57:47 11:55:51
11:58:49 12:03:29 12:08:46 12:10:57
12:11:39 12:19:53 12:22:38 12:45:25
RESEP (JAM) 9:42:00 9:55:00 10:06:00 10:13:00 10:07:00 11:00:00 10:32:00 10:34:00 10:38:00 10:41:00 10:43:00 10:47:00 10:55:00 11:08:00 11:11:00 11:13:00 11:51:00 11:10:00 11:52:00 11:54:00 11:56:00 11:57:00 11:58:00 12:29:00 12:30:00 12:29:00 12:36:00 12:41:00 12:39:00 12:55:00 12:52:00 12:53:00 12:56:00 13:15:00 13:31:00 13:22:00 14:23:00 13:15:00 13:28:00 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:36:21
0:01:45 0:11:01 0:13:22 0:03:50
0:50:22 0:15:40 0:17:01
0:19:48 0:18:30 0:18:24 0:17:17
0:23:09 0:33:08 0:29:45 0:26:16
1:02:34 0:17:39 0:40:26 0:40:04
0:35:47 0:35:53 0:32:54
1:02:15
0:59:23 0:56:39 0:56:27
0:54:40 0:45:37 0:57:13 0:56:09
0:54:11 0:52:31 1:06:14 1:20:03
1:10:21 2:03:07 0:52:22 0:42:35
24
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 31070158 31070160 31070168 31070169 31070173 31070174 31070178 31070179 31070180 31070183 31070184 31070185 31070190 31070191 31070192 01248394 01244439
01248317 00450505 01245381
01248293 00698970 01150056 01246130
1 3 1
1 2 2 2
2 1 1
3 1 1 1
1 Total Rerata 12:48:44 12:49:23 12:51:43
12:52:51 12:59:56 13:00:51 13:03:33
13:15:19 13:19:51 13:22:07
13:36:43 13:48:43 14:03:53 14:04:47
10:03:19 KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 21 (38,18%)
Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 34 (61,82%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
13:49:00 13:51:00 13:51:00 13:51:00 13:53:00 13:54:00 13:56:00 13:20:00 13:51:00 13:32:00 14:01:00 14:02:00 14:10:00 14:09:00 10:05:00 1:00:16 1:01:37 0:59:17
0:58:09 0:53:04 0:53:09 0:52:27
0:04:41 0:31:09 0:09:53
0:24:17 0:13:17 0:06:07 0:04:13
0:01:41 10:44:0 0:38:36 25
LAMPIRAN 6
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK
DEPO IRJ 25 JULI 2013
JUMLAH NO NO RESEP 1 25070030 2 25070079 3 25070090 4 250700109 5 250700118 NO REKAM MEDIK 00467202 00231071 01246012 00326253 R/ OBAT RACIK 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:42:26 11:00:00 11:23:21 11:52:33 12:05:52 RESEP (JAM) 10:00:00 11:46:00 11:58:00 13:45:00 13:44:00 KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 3 (60%)
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 2 (40%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:17:34 0:46:00 0:34:39 1:52:27 1:38:08 5:08:48 1:01:46 26
LAMPIRAN 7
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK
DEPO IRJ 26 JULI 2013
JUMLAH NO NO RESEP 1 26070046 2 26070063 3 26070064 4 26070085 5 26070090 6 26070093 7 26070098 8 260700124 NO REKAM MEDIK 01136084 01247552 00013568 00745266 R/ OBAT RACIK 1 1 1 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 10:24:02 10:42:39 10:44:39 11:21:04 11:27:02 11:38:13 11:47:56 12:55:26 RESEP (JAM) 11:01:00 12:29:00 13:02:00 13:01:00 13:15:00 13:20:00 13:40:00 13:26:00 KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 2 (25%)
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 6 (75%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:36:58 1:46:21 2:17:21 1:39:56 1:47:58 1:41:47 1:52:04 0:30:34 12:12:59 1:31:37 27
LAMPIRAN 8
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK
DEPO IRJ 29 JULI 2013
JUMLAH NO NO RESEP 1 2 3 4 5 6 7 29070035 29070043 29070051 29070094 29070103 29070154 29070175 NO REKAM MEDIK 01247881 00361957 00914145 00987394 00959158 01078029 R/ OBAT RACIK 1 1 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:48:56 9:55:44 10:15:56 11:09:43 11:23:40 12:41:05 13:09:20 RESEP (JAM) 10:13:00 10:07:00 10:49:00 12:10:00 12:50:00 14:00:00 14:09:00 KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 4 (57,14%)
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 3 (42,89%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:24:04 0:11:16 0:33:04 1:00:17 1:26:20 1:18:55 0:59:40 5:53:36 0:50:31 28
LAMPIRAN 9
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK
DEPO IRJ 30 JULI 2013
JUMLAH NO REKAM NO NO RESEP MEDIK 1 2 3 4 30070086 30070094 30070141 30070148 01188727 01248175 WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 11:13:12 11:24:02 12:50:30 13:07:04 RESEP (JAM) 12:02:00 12:49:00 13:58:00 13:57:00 R/ OBAT RACIK
3 1 1 1 Total Rerata KETERANGAN :
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 2(50%)
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 2 (50%)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:48:48 1:24:58 1:07:30 0:49:56 4:11:12 1:02:48 29
LAMPIRAN 10
REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK
DEPO IRJ 31 JULI 2013
JUMLAH NO REKAM NO NO RESEP MEDIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 31070032 31070034 31070064 31070080 31070084 31070114 31070132 31070140 31070145 31070153 01248271 00599489 00914659 01164681 00979691 01238532 01132179 01248276 00981592 R/ OBAT RACIK 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:34:04 9:39:34 10:26:12 10:56:29 11:05:27 11:40:49 12:13:17 12:06:16 12:10:26 12:24:27 RESEP (JAM) 10:03:00 10:30:00 11:16:00 12:57:00 12:59:00 14:17:00 13:47:00 13:17:00 13:58:00 13:31:00 KETERANGAN:
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 3 (30 %)
Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 7 (70 %)
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:28:56 0:50:26 0:49:48 2:00:31 1:53:33 2:36:11 1:33:43 1:10:44 1:47:34 1:06:33 14:17:59 1:25:48 30
LAMPIRAN 11
HASIL SURVEY KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN
(Berdasarkan Jumlah Responden)
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI 2012
Bagian
Farmasi
Faktor Yang Dinilai
Baik
Buruk
Jumlah
Sikap
62,96%
36,98%
100%
Keterampilan/kecekatan
53,24%
46,76%
100%
Penjelasan informasi
50,64%
49,35%
100%
Bersedia mendengar keluhan
46,67%
53,33%
100%
Waktu tunggu farmasi
68,97%
31,03%
100%
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
31
LAMPIRAN 12
LAPORAN KOMPLAIN PASIEN DI INSTALASIFARMASI
RSUP FATMAWATI JAKARTA BULAN JANUARI-MARET 2013
NO
TANGGAL
1.
18 Januari
JENIS
KELAMIN
Perempuan
UMUR
(TAHUN)
26
2.
10 Maret
-
-
3.
10 Maret
-
-
4.
10 Maret
-
-
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
SARAN DAN KRITIK
Pelayanan kurang
memuaskan, pelayanan
apotek tidak ramah,
lama, dan tidak senyum.
Harusnya ada
pengecualian kalau resep
ketinggalan padahal yang
sakit dokternya dan
sedang tidak sadar di
rumah.
Kami mohon agar loketloket-loket penting
seperti pendaftaran,
penerima resep di Apotik
dan lain-lain yang
berhubungan agar
dipercepat dan tidak
menempatkan pegawai
kurang sopan karena
banyak pasien yang
sudah usia manula jadi
harus dilayani dengan
sabar, tolong
diperhatikan.
Kepada Yth RSUP
Fatmawati, ibu, disini
pelayanan obat lama
sekali. Kita dating ke
rumah sakit ini semua
sedang sakit. Tolong
diperhatikan! Sekali lagi
diperhatikan!
Apotekernya ditambah
agar tidak menunggu
berjam-jam padahalobat
sangat dibutuhkan
dengan cepat.
Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014
Download