UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WIDIARTI, S.Farm 1206330236 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 1Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 ii UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarApoteker WIDIARTI, S.Farm 1206330236 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 iii iii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 iv iv Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 v KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt.,sebagai Dekan Fakultas Farmasi. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt, selaku Pj.S Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai tanggal 20 Desember 2013. 3. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi. 4. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt.,selaku pembimbing dari RSUP Fatmawati yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang bermanfaat selama melaksanakan PKPA dan penyusunan laporan ini. 5. Dra. Retnosari Andrajati, MS, PhD., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 6. Seluruh staf RSUP Fatmawati yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat selama melaksanakan kegiatan PKPA. 7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker. 8. Keluarga tercinta atas dukungan, perhatian dan doanya untuk menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik mungkin. 9. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat. v Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 vi Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan laporan ini. Semogalaporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Penulis 2014 vi Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 vii vii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 viii ABSTRAK Nama : Widiarti, S.Far. NPM : 1206330236 Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Cilandak, Jakarta Selatan Periode 1 Juli – 31 Agustus 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, memahami dan mengetahui peran dan tanggung jawab Apoteker di Rumah Sakit dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang manajemen (perencanaan, pengadaan, penyimpanan, produksi, distribusi) dan farmasi klinis (PIO, komunikasi, edukasi, konseling). Tugas khusus yang diberikan berjudulEvaluasi Waktu Tunggu Pelayanan Obat Di Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Periode Juli 2013. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengevaluasi rerata waktu tunggu pelayanan obat jadidan obat racikan dan persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan yang dilayani di depo farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta. Kata Kunci : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Rumah Sakit, Waktu tunggu. Tugas Umum : xiv + 85 halaman; 20 lampiran. Tugas Khusus : iv + 15 halaman; 16 lampiran. Daftar Acuan Tugas Umum : 9 (2004-2010). Daftar Acuan Tugas Khusus : 13 (1999-2009). viii Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 ix ABSTRACT Name : Widiarti, S.Far. NPM : 1206330236 Program Study : Apothecary Profession. Title : Pharmacist Internship Working Program at RSUP Fatmawati Hospital at Cilandak, Jakarta Selatan Period 1St July – 31St 2013 Pharmacist Internship Working Program at RSUP Fatmawatiaims to understand the duties and functions of Pharmacy Instalation ofRSUP Fatmawati Hospital, to understand and know the duties and responsibilities of Pharmacist in hospital and to increase knowledge and abilities in management (planning, provisioning, storage, production, distribution) and clinical pharmacy (PIO, communication, education, counseling). Given a special assignment titled Waiting Time of Prescription and Drug Service in IRJ 1th Floor. The Purposes of this special task are to know the waiting time of prescription and drug service patient St presentation in IRJ 1 floor of RSUP Fatmawati Hospital. Keywords : RSUP Fatmawati Hospital, Hospital, Waiting Time. General Assignment : xiv + 85pages; 20 appendies. Specific Assignment : iv + 15 pages; 16 appendies. Bibliography of General Assignment : 9 (2004-2010). Bibliography of Specific Assignment : 13 (1999-2009). ix Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 and x DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv DAFTAR ISI .....................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………....vii 1.PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2 2. TINJAUAN UMUM............................................................................................ 3 2.1 Definisi Rumah Sakit ................................................................................... 3 2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................................... 3 2.3 Klasifikasi Rumah Sakit .............................................................................. 3 2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati ............................................ 5 2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati ................................................. 6 2.6 Visi dan Misi ................................................................................................. 7 3. TINJAUAN KHUSUS ....................................................................................... 10 3.1 Instalasi Farmasi .......................................................................................... 10 3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............................................................. 19 3.3 Satuan Farmasi Fungsional (SFF) ................................................................ 45 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 60 4.1. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati .............................................................. 60 4.2. Satuan Farmasi Fungsional ......................................................................... 75 4.3. Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati .................................................. 82 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 83 5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 83 5.2. Saran ............................................................................................................. 83 DAFTAR ACUAN .................................................................................................. 85 x Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 xi Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. DAFTAR LAMPIRAN Struktur organisasi RSUP Fatmawati ........................................... 86 Struktur organisasi minimal instalasi farmasi ............................. 87 Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............... 88 Struktur organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati .................................................................................... 89 Alur perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi .............. 90 Alur penerimaan perbekalan farmasi .......................................... 91 Alur distribusi perbekalan farmasi .............................................. 92 Alur masuk ke ruang produksi aseptik, TPN, dan sitotoksik ....... 93 Alur pelayanan obat sitostatika rawat jalan dan rawat inap ...... 94 Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription .................................................................................. 96 Alur pelayanan resep di depo ASKES ........................................... 97 Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati .......................................................................... 98 Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo Instalasi Bedah Sentral .............................................................................. 99 Alur pemantauan efek samping obat .......................................... 101 Alur pelayanan informasi obat .................................................... 102 Alur kegiatan pemantauan interaksi obat ................................... 103 Alur pengkajian resep .................................................................. 104 Alur penanganan limbah padat, cair, dan gas ............................ 105 xi Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasisetiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuaidengan cita-cita bangsa Indonesia.Derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya bagi masyarakat diwujudkan dengan dilakukannya upaya kesehatan yangterpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upayakesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatandengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yangdilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial, nilai,norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam hal merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upayakesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Daris, 2010). Undang-undang nomor 44 tahun 2009 menyebutkan bahwa rumah sakitmerupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit adalah salah satu saranakesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan upayakesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Rumah sakitjuga dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian,serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan(Siregar, 2004). Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakityang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang StandarPelayanan Rumah Sakit menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakitadalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumahsakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,termasuk pelayanan farmasi 1Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 2 klinik, yang terjangkau bagi semua lapisanmasyarakat.Pelayanan kesehatan farmasi di rumah sakit tidak terlepas dari adanyaperan apoteker. Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan,ketrampilan, dan keahlian di bidang farmasi serta memiliki hak dalammenyelenggarakan pekerjaan kefarmasian. Peran apoteker menjadi pentingguna mewujudkan pelayanan kefarmasian yang ideal dengan melakukanpelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dankeahlian di bidang kefarmasian, serta untuk mempersiapkan calon apotekermemasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional, makadilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RSUPFatmawati Jakarta. RSUP Fatmawati merupakan rumah sakit pemerintah yangberupaya memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikandan penelitian diseluruh disiplin ilmu. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUPFatmawati adalah sebagai berikut: a. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi FarmasiRumah Sakit (IFRS). b. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Satuan FarmasiFungsional (SFF). c. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam Tim Farmasi danTerapi (TFT). Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 BAB2 TINJAUAN UMUM 2.1 DefinisiRumah Sakit Rumah sakit adalahinstitusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanankesehatan perorangansecaraparipurnayangmenyediakanpelayanan rawat inap,rawat jalandan gawat darurat (Undang - Undang Nomor 44, 2009). 2.2 Tugas danFungsi Rumah Sakit Rumahsakit bertugasmemberikanpelayanankesehatan perorangan secaraparipurnasehingga rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut (Undang Undang Nomor 44, 2009): 1. Penyelenggaraanpelayananpengobatandanpemulihankesehatansesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. 2. Pemeliharaandanpeningkatankesehatanperoranganmelaluipelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. 3. Penyelenggaraanpendidikandanpelatihansumberdayamanusiadalam rangkapeningkatan kemampuan dalampemberian pelayanan kesehatan. 4. Penyelenggaraanpenelitiandanpengembangansertapenapisanteknologi bidangkesehatandalamrangkapeningkatanpelayanankesehatandengan memperhatikan etikailmu pengetahuan bidangkesehatan. 2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Rumahsakitdapatdiklasifikasikan berdasarkan jenis pelayanandan pengelolaannya(Undang - Undang Nomor 44, 2009). 2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan Berdasarkanjenispelayananyangdiberikan,rumahsakitdikategorikan dalam Rumah SakitUmum dan Rumah SakitKhusus (Undang - Undang Nomor 44, 2009). 1. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan 3Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 4 kesehatan pada semuabidangdan jenis penyakit.Klasifikasi Rumah SakitUmumterdiridari: a. Rumah SakitUmumKelas A Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit4 (empat)spesialisdasar,5 (lima)spesialispenunjangmedik,12(dua belas)spesialis lain, dan13 (tigabelas)subspesialis. b. Rumah SakitUmumKelas B Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialislaindan 2 (dua) subspesialisdasar. c. Rumah SakitUmumKelas C Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit4 (empat)spesialis dasar dan 4 (empat)spesialispenunjangmedik. d. Rumah SakitUmumKelas D Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyaifasilitasdankemampuanpelayananmedikpalingsedikit2 (dua) spesialisdasar. 2. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.Klasifikasi Rumah SakitKhusus terdiri atas : a. Rumah SakitKhusus Kelas A RumahSakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyaifasilitasdankemampuanpalingsedikitpelayananmedik spesialisdanpelayanan mediksubspesialissesuaikekhususanyang lengkap. b. Rumah SakitKhusus Kelas B RumahSakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitasdankemampuanpalingsedikitpelayananmedik Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 5 spesialisdanpelayananmediksubspesialissesuaikekhususanyang terbatas. c. Rumah SakitKhusus Kelas C RumahSakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitasdankemampuanpalingsedikitpelayananmedik spesialisdanpelayanan mediksubspesialissesuaikekhususanyang minimal. 2.3.2Berdasarkan pengelolaan Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi RumahSakit Publik dan RumahSakit Privat (Undang-Undang Nomor 44, 2009). 1. RumahSakitPublikadalahrumahsakityangdikelolaolehPemerintah, PemerintahDaerah,danbadanhukumyangbersifatnirlaba.Rumahsakit publikyangdikelolaPemerintahdanPemerintahDaerahdiselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan UmumDaerahsesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapatdialihkan menjadi Rumah Sakit Privat. 2. Rumahsakitprivatadalahrumahsakityangdikelolaolehbadanhukum dengan tujuan profityangberbentuk Perseroan Terbatasatau Persero. 2.4 SejarahRumah Sakit UmumPusatFatmawati Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari gagasanIbuFatmawatiSoekarnountukmendirikanrumahsakittuberkuloseanak yangdikhususkanuntuk penderitaTBCanakdanrehabilitasinya.Dana yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana BantuanKementerianSosialRIdilaksanakanpembangunanGedungRumahSakit Ibu Soekarno. Padatanggal 15April1961, status dan fungsi rumah sakittersebut berubah menjadirumahsakitumumdanpenyelenggaraansertapembiayaannyadiserahkan kepadaDepartemen KesehatanRIsehinggatanggaltersebutditetapkansebagai harijadiRumahSakitIbuSoekarno.Pada Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 6 tanggal20Mei1967,namaRSUIbuSoekarnodigantimenjadiRSUFatmawati.Selanjut nya,padatahun1984RSU Fatmawati ditetapkansebagaipusatrujukanwilayahJakartaSelatandantahun1994ditetapkan sebagaiRumah SakitUmum(RSU)KelasBPendidikan. RumahSakitFatmawatiditetapkansebagaiRumah SakitUnitSwadanaBersyaratpadatahun1992danduatahunberikutnyayakni tahun1994ditetapkan sebagaiRumahSakitUnitSwadanaTanpaSyarat.Pada tahun1997sesuaidengandiberlakukannyaUUNo.27Tahun1997,rumahsakit mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati ditetapkansebagaiRSperusahaan jawatanberdasarkanPeraturanPemerintahRINo.117tahun2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11 Agustus2005 berdasarkan Keputusan Menteri KesehatanNo.1243/MENKES/SK/VIII/2005, RSUPFatmawatiditetapkansebagaiUnit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan KeuanganBadanLayanan Umum (PPK BLU). PenilaianTimAkreditasiRumahSakit padatahun1997,RSFatmawati memperolehStatusAkreditasiPenuhuntuk5pelayanan.Padatahun2002,RSUP Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12 pelayanan. Pada tahun2004, RSUP Fatmawati terakreditasi 16Pelayanandanpadatahun2007memperolehstatusAkreditasiPenuhTingkat Lengkap16 Pelayanan.RSUPFatmawatipadatanggal2Mei2008ditetapkan olehDepartemenKesehatan RIsebagaiRumahSakitUmumdenganpelayanan UnggulanOrthopedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri KesehatanNo.424/MENKES/SK/V/2008.Padatahun 2011,RSUPFatmawati telahmenyandangsertifikatTerakreditasiISO9001:2008danOHSAS18001: 2007dansaatini(Mei2013)sedangmenujuuntukmendapatkansertifikatJCI (Joint Commission International). Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 7 2.5 TugasPokok danFungsi RSUPFatmawati 2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakanupaya penyembuhandanpemulihankesehatanyangdilaksanakansecaraserasi,terpadu, berkesinambungan dan denganupayapeningkatankesehatandan pencegahansertamelaksanakanupayarujukandan menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian. 2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati Fungsi RSUP Fatmawatiadalahmenyelenggarakan: 1. Pelayanan medis 2. Pelayanan penunjangmedis dan non medis 3. Pelayanan danasuhankeperawatan 4. Pengelolaan sumber dayamanusia rumah sakit 5. Pelayanan rujukan 6. Pendidikan dan pelatihandi bidangkesehatan 7. Penelitian dan pengembangan 8. Administrasi umum dan keuangan 2.6 Visi danMisi RumahSakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan, paripurnadanterpercayadiIndonesia.MenurutKeputusanDirekturUtamaRSUPFatma wati Nomor : HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan, paripurna,dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan: 1. Terdepan karenaketersediaan sumber dayayanglengkap. 2. Paripurnakarenamemberikan pelayanan kesehatanpromotif,preventif, kuratif, rehabilitatif, danpelayanan berkesinambungan(continuum of care) sertatuntas. 3. Terpercayakarenasenantiasamengikutikaidah -kaidahIPTEKterkini. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 8 4. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 5. Berorientasi kepadapara pelanggan. 6. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki misi: 1. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis. 2. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. 3. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta berdaya saing tinggi. 4. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini. 5. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya manusia. 2.6.1 Mottodan Falsafah MottoRSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami”. Sedangkanfalsafahyangdianutsebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah: 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan 3. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama 4. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan 5. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan 2.6.2 Nilai Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional, komunikatif dan ikhlas, serta pedulidalam melaksanakan tugas. 1. Jujur Menerapkan transparansidalam melaksanakan tugas. 2. Profesional Melaksanakantugassesuaidengankompetensi(pengetahuan,sikap,keterampila n,danpekabudaya). 3. Komunikatif Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 9 Mampumelaksanakan hubungan interpersonalyangasertif danresponsif. 4. Ikhlas Selalumemegangteguhketulusandalammemberikanpelayanankepada pelanggan. 5. Peduli Selalu tanggap terhadapkebutuhan pelanggan. 2.6.3 Tujuan Tujuan RSUP Fatmawatiadalah: 1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi kaidah keselamatan pasien (patient safety). 2. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. 3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian. 4. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan pelanggan. 5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 Instalasi Farmasi ( Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006) Instalasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit.Instalasi farmasi menjalankan sistem pelayanan satu pintu. Yang dimaksud dengan sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium pengadaan, pendistribusian alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien. 3.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit Tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah: 1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal. a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi. b. Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang obat. c. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi. 2. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. 3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi. 4. Memgadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi. a. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit. 10 60 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Universitas Indonesia 11 3.1.2 Bagan Organisasi Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi, kewenangan dan fungsi. Bagan organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik, manajemen mutu,selalu harus dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.Struktur organisasi minimal instalasi farmasi dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.1.3 Peran lintasterkaitdalampelayananfarmasirumah sakit 3.1.3.1 Panitia Farmasi dan Terapi Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasiyang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dariFarmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.Panitia Farmasi danTerapi sekurang-kurangnya terdiri dari3 (tiga) orang yaitu dokter, apoteker dan perawat.Untuk Rumah Sakit yang besar, tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medik fungsional yang ada.Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat diseluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah ahli farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya dua bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Peran apoteker sebagai sekretaris dalam panitia farmasi dan terapi adalah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) termasuk pencatatan dan pelaporan dari hasil-hasil rapat. Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 12 formularium di Rumah Sakit dan merevisinya.Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi danTerap untuk digunakan di rumah sakitdan dapat direvisisetiap 1 tahun sekali. Komposisi formularium berisi halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi, Daftar isi, Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang diterima untuk digunakan dan lampiran. 3.1.3.2 Panitia pengendalianinfeksirumah sakit PanitiaPengendalianInfeksiRumahSakitadalahorganisasiyangterdiri dari stafmedik, apotekeryang mewakili farmasi rumah sakitdan tenagakesehatan lainnya. Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit ini memiliki tujuan untuk 1. Menunjang pembuatan pedoman pencegahan infeksi. 2. Memberikan informasi untuk menetapkan disinfektan yang akan digunakan di rumah sakit. 3. Melaksanakan pendidikan tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 4. Melaksanakan penelitian surveilans infeksi nosokomial rumah sakit. 3.1.3.3 Panitia lainyangterkaitdengantugasfarmasirumah sakit Apoteker juga berperan dalam tim / panitia yang menyangkut dengan pengobatan antaralain: 1. Panitia mutu pelayanan kesehatanrumah sakit 2. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri 3. Tim penanggulangan AIDS 4. Tim transplantasi 5. Tim PKMRS, dan lain-lain. 3.1.4 Analisa kebutuhan tenaga 3.1.4.1 Jenisketenagaan 1. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi, danasisten apoteker (AMF, SMF) 2.Untukpekerjaanadministrasidibutuhkantenagaoperatorkomputer/teknisiyangm UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 13 emahamikefarmasian dan tenagaadministrasi 3. Pembantu pelaksana 3.1.4.2 Beban kerja Dalamperhitunganbebankerjaperludiperhatikanfaktor-faktoryang berpengaruh padakegiatanyangdilakukan,yaitu: 1. Kapasitas tempat tidur dan BOR (Bed Occupation Rate) 2. Jumlah resep atauformulir per hari 3. Volume perbekalan farmasi 4. Idealnya30 tempat tidur =1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian) untuk rawat inap 3.1.4.3 Jenispelayanan 1. PelayananIGD (Instalasi Gawat Darurat) 2. Pelayanan rawat inap intensif 3. Pelayanan rawat inap 4. Pelayanan rawat jalan 5. Penyimpanan dan pendistribusian 6. Produksi obat 3.1.5 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Secara umum pelayanan farmasi rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. 1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan. 2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal. 3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. 4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 14 6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian. 7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit. Sedangkan fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan terdiri dari: 1. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien. 2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan. 3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan. 4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan. 5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan serta pasien atau keluarga pasien. 6. Memberi konseling kepada pasien. 7. Melakukan IV admixture. 8. Melakukan penanganan obat kanker. 9. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah. 10. Melakukan pencatatan setiap kegiatan. 11. Melaporkan setiap kegiatan. 3.1.6 Pengelolaanperbekalan farmasi Pengelolaanperbekalanfarmasimerupakansuatusikluskegiatan,dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. 3.1.6.1 Pemilihan Pemilihan merupakan proses kegiatan awal yang terjadi dirumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standarobat. Penentuan seleksi obat merupakan peranakti UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 15 fapoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan purna transaksi pembelian. 3.1.6.2 Perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan metode kombinasi konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. 3.1.6.3 Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi / pembuatan sediaan farmasi, maupunsumbangan/ droping/ hibah. 3.1.6.4 Produksi Produksimerupakankegiatanmembuat,mengubahbentuk,danmengemas kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah : 1. Sediaan farmasi dengan formula khusus 2. Sediaan farmasi dengan harga murah 3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil 4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran 5. Sediaan farmasi untuk penelitian 6. Sediaan nutrisi parenteral 7. Rekonstitusi sediaan obat kanker 3.1.6.5 Penerimaan Penerimaanmerupakankegiatanuntukmenerimaperbekalanfarmasiyang telah diadakan sesuaidenganaturankefarmasian,melaluipembelianlangsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi: UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 16 1. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa. 2. Barang harus bersumber dari distributor utama. 3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS). 4. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin. 5. Expire date minimal 2 tahun 3.1.6.6 Penyimpanan Penyimpananmerupakankegiatanpengaturanperbekalanfarmasimenurut persyaratan yangditetapkandandisertaidengansisteminformasi yangselalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuaikebutuhan. 3.1.6.7 Pendistribusian Pendistribusianmerupakankegiatanmenyalurkanperbekalanfarmasi dirumah sakituntukpelayananindividudalamprosesterapibagipasienrawat inap dan rawat jalan sertauntuk menunjangpelayananmedik. Peranan Apoteker dalam distribusi obat ialah dalam hal pemeriksaan kelengkapan resep dan menganalisa ketepatandari resep yang menyangkut tentang 7 tepat yaitu, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat rute penggunaan obat, tepat waktu penggunaan obat, tepat penyimpanan obat, dan tepat dalam memberikan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan maupun pasien. Sistem distribusi obat dibagi menjadi tiga sistem yaitu : 1. Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi) Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu Instalasi Farmasi. Pada sentralisasi seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai, baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari Instalasi Farmasi tersebut. 2. Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi) Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di dekat unit perawatan atau pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi atau satelit farmasi. Pada desentralisasi, UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 17 penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi. 3. Sistem kombinasi sentralisasi dan desentralisasi a. Pendistribusianperbekalan farmasi untukpasien rawat inap Pendistribusianperbekalanfarmasiuntukpasienrawatinapmerupakan kegiatan pendistribusianperbekalanfarmasiuntukmemenuhikebutuhanpasien rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis,dan sistem kombinasi oleh SatelitFarmasi. b. Pendistribusianperbekalan farmasi untukpasien rawat jalan Pendistribusianperbekalanfarmasiuntukpasienrawatjalanmerupakan kegiatan pendistribusianperbekalanfarmasiuntukmemenuhikebutuhanpasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan olehApotekrumah sakit. c. Pendistribusianperbekalan farmasi diluar jam kerja Pendistibusianperbekalanfarmasidiluarjamkerjamerupakankegiatan pendistribusianperbekalanfarmasiuntukmemenuhikebutuhanpasiendiluarj am kerjayangdiselenggarakan oleh Apotek rumah sakit/ satelitfarmasiyangdibuka 24 jam adalah ruangrawatyangmenyediakan perbekalanfarmasi emergensi. 3.1.7 Pelayanankefarmasian dalampenggunaanobat dan alat kesehatan Pelayanankefarmasiandalampenggunaanobatdanalatkesehatanadalah pendekatan profesional yangbertanggungjawabdalammenjaminpenggunaan obatdanalatkesehatansesuaiindikasi,efektif,amandanterjangkauolehpasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker sertabekerjasamadenganpasiendanprofesi kesehatanlainnya. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 18 Kegiatanyang dilakukan antaralain: 1.Pengkajianresep Kegiatan dalampelayanan kefarmasianyang dimulai dariskrining resep yang meliputi seleksipersyaratanadministrasi,persyaratanfarmasidanpersyaratanklinisbaikuntuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. 2.Dispensing Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan / meracik obat, memberikan label / etiket, penyerahanobatdenganpemberianinformasiobatyangmemadaidisertaisistem dokumentasi. 3.Pemantauan danpelaporan efek sampingobat Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiapresponterhadapobatyangmerugikanatautidakdiharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada pasienuntuk tujuan profilaksis, diagnosis danterapi. 4.Pelayananinformasiobat Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepadadokter, apoteker,perawat, profesi kesehatan lainnyadan pasien. 5.Konseling Konselingmerupakansuatuprosesyangsistematikuntukmengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. 6.Pemantauan kadar obat dalam darah Pemantauankadarobatdalamdarahdilakukandengancaramelakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 19 merawat karena obat tersebut memiliki indeks terapiyangsempit. 7.Ronde/visite Ronde / visitemerupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama timdokterdan tenagakesehatan lainnya. 8.Pengkajian penggunaanobat Pengkajianpengguanaanobatmerupakanprogramevaluasipenggunaan obatyangterstrukturdanberkesinambunganuntukmenjaminobat - obatyang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. 3.2 InstalasiFarmasi RSUP Fatmawati InstalasiFarmasiRSUPFatmawatimerupakansatuankerja(satker)satu - satunyadiRumahSakityangmenjalankanfungsipengelolaanperbekalanfarmasi dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsungkepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan KepalaInstalasiFarmasidansatuorangWakilKepalaInstalasiyangmembawahi 15(limabelas)orangPenyelia,yaitu: 1. PenyeliaDepoIRJ(Lantai 1, 2, dan 3) 2. PenyeliaDepoAskes 3. PenyeliaDepoIGD danIRI 4. PenyeliaDepoIBS 5. PenyeliaDepo Teratai–IRNAA 6. PenyeliaDepo Teratai–IRNAB 7. PenyeliaDepo GriyaHusada 8. PenyeliaDepo GedungProf. Soelarto 9. PenyeliaGudang Farmasi 10.PenyeliaProduksiFarmasi 11.PenyeliaSistemInformasi 12.PenyeliaDistribusi dan Penerimaan 13.PenyeliaPerencanaan PerbekalanFarmasi 14.PenyeliaPencatatan danPelaporan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 20 15.PenyeliaTata UsahadanSDM Farmasi InstalasiFarmasimempunyaistrukturorganisasisebagaimanatercantumdalam Lampiran3.KepalaInstalasiFarmasidalammenjalankantugasnyaberkoordinasi dengan Kepala SatuanFarmasi Fungsional RSUP Fatmawati. 3.2.1. Tugas pokok danfungsiinstalasifarmasi RSUP Fatmawati Tugas pokokinstalasi farmasi RSUP Fatmawati adalah: 1. Menjalankan pelayanankefarmasian di RSUP Fatmawati. 2. Menjalankanpengelolaanperbekalanfarmasidengankegiatanperencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi diRSUP Fatmawati. 3. Menjalankanintegrasidansinkronisasiterkaitdenganpelaksanaantugas pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi diRSUP Fatmawati. 4. Turutsertamenyelenggarakan kegiatanpendidikandan pelatihan kefarmasian di RSUP Fatmawati. 5. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikutserta dalam ujiklinik obat. 6. Turutsertamenyelenggarakanpembinaanetikadanpengembanganprofesi kefarmasian. Fungsiinstalasifarmasi adalah: 1. Melaksanakankoordinasidankerjasamadalampelaksanaantugas pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati dengan pihak - pihak tekait. 2. Melaksanakanpengawasanmutupelayanankefarmasiandi RSUP Fatmawati. 3. Ikut sertadalampengembangan pelayanankefarmasiandiRSUP Fatmawatiberdasarkanperkembangankebutuhanmasyarakat,ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 21 3.2.2. Visiinstalasifarmasi VisiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna, Terpercayadalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian diIndonesia.” 3.2.3. Misiinstalasifarmasi MisiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawatiadalah: 1. Melaksanakan pelayanankefarmasianyangberorientasi kepadapasien. 2. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP Fatmawati. 3. Menjalankanpengelolaanperbekalanfarmasirumahsakitsecaraefektif dan efisien. 4. Meningkatkandanmengembangkanpelayananfarmasiterutamabidang orthopedi dan rehabilitasimedik. 3.2.4. Tujuan instalasifarmasi TujuanInstalasi FarmasiRSUP Fatmawatiadalah: 1. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan bertanggung. jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah sakit. 2. Mewujudkan kerasionalan pengobatanyangberorientasi kepadapasien. 3. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi seluruh masyarakat rumah sakit. 4. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari pelayananfarmasi. 5. Ikutmenjaminkeamanandankeselamatankerjaseluruhstafrumahsakit, masyarakat, serta lingkungan. 6. Meningkatkankemampuan tenagakefarmasian melalui pendidikan dan pelatihan. 7. Menjaminpelayananbermutumelaluipemantauan,analisadanevaluasi pelayanan. 8. Mengadakanpenelitian dan peningkatan metodedi bidangfarmasi. 3.2.5. Nilai -nilaiinstalasifarmasi Nilai-nilaiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah: UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 22 1. Profesional 2. Benar danaman (safety) 3. Penuh tanggungjawab 4. Jujur 5. Ramah dan peduli(care) 3.2.6. Ruanglingkupkegiatanfarmasi 3.2.6.1 Gudangfarmasi Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati ialah sebagai berikut: 1. Perencanaan danpengadaan perbekalanfarmasi Perencanaanmerupakansuatuproseskegiatandalampenentuanjumlah dan harga perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia,denganmenggunakandasar-dasarperencanaandanmetodeyangdapat dipertanggungjawabkan,antara lainmetodekonsumsi,epidemiologi,kombinasi metodekonsumsidanepidemiologi.Pengadaanmerupakansuatuproseskegiatan untukmerealisasikankebutuhandalamperencanaanmelaluipembelian,produksi/ pembuatansediaanfarmasi,sumbangan/dropping/hibah.Digudang farmasi RSUPFatmawatiada4orangpenyelia,yaitupenyeliagudangfarmasi,penyelia sistem informasi farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan, dan penyelia perencanaan perbekalanfarmasi. Perencanaan dibuat paling lambat tanggal 15 pada bulan berjalan untuk memenuhi kebutuhan bulan berikutnya. Pembuatan perencanaan kebutuhan bulanan menggunakan gabungan metode konsumsi dan epidemiologi. Perencanaan dibuat berdasarkan evaluasi penjualan 3 bulan sebelumnya, terutama 1 bulan sebelumnya, melihat sisa stok obat yang ada dan melihat anggaran yang tersedia. Datapenerimaanpadasistemakandiolah,kemudiandikombinasi dengan analisapenjualandepo-depofarmasiuntukpenentuanjumlahkebutuhanbulan berikutnya.Penyeliagudangfarmasidanpenyeliadepofarmasimelakukancross check sehingga harus ada komunikasi di antara keduanya. Bila terdapat peningkatankebutuhan,makadibuatperencanaantambahan.Prosespenyusunan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 23 perencanaandilakukansetiapbulanuntukkebutuhanreguler(obatformularium). Selainitu,disusunjugaperencanaanuntukkebutuhan3bulan(obatgenerik dan obat DPHO Askes) dan kebutuhan 6 bulanuntuk Pelayanan Kesehatan Dasar(PKD). Perencanaanyangdibuatolehpenyeliagudangfarmasidiantaranyaadalah perencanaanobat,alkeshabispakai, gasmedis,reagen,bahanbaku,danbahan untukradiologisepertifilmrontgen.Kesemuaperencanaanyangdibuatmerujuk padadaftar obat dalam formularium, DPHO, DOEN, obat bebas dangenerik. Perencanaankebutuhanperbekalanfarmasiyangtelahdibuatolehgudang diajukan kepadaKepalaInstalasiFarmasiuntukdimintapersetujuannyadan ditandatangani. PerencanaankebutuhankemudiandikirimkankeDireksiRSUP Fatmawati untuk mendapatkan persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkankeDirekturMedikdanKeperawatan,yangselanjutnyadikirimkanke DirekturKeuangan.DirekturKeuangan mengirimkankeBagianAnggarandan dikirimkembalikeDirekturKeuangan.DirekturKeuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur Utama sebagai Kuasa Pengguna mendapatpersetujuanpengadaan,dataperencanaan Anggaran. Setelah disampaikankePPKatau PejabatPembuatKomitmen.PPKakanmengirimkankeSekretariat PPKuntuk dibuatkanHargaPerkiraanSendiri(HPS).HPSdikirimkankembalikePPKdan dikirimkeDirekturKeuangan, disetujui yangselanjutnyadikirimkeBagianAnggaran untuk dan dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan,HPSakandikirimkan kePPK.Bilaperencanaandibawah200juta, maka diberikan kepada Pejabat Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga.Bilaperencanaandiatas200juta,makaharuske Pengadaan)untukdilakukan lelang Elektronik). ULP (Unit Layanan secara LPSE (Layanan Pengadaan Secara Sekretariat PPK akanmembuatkanSuratPesanan(SP)untukperencanaandibawah50juta,atau membuatkanSuratPerintahKerja(SPK)untukperencanaanantara50jutasampai 200 juta, dan mengirimkan ke distributor terkait. Alur perencanaan dan perbekalan farmasi dapatdilihat padaLampiran 5. Obat Citodapat diadakan dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil PejabatPengadaanMedik, sedangkanbiladiluarjamkerjamenggunakankas UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 24 kecilDutyManager.Pengiriman perbekalan farmasiolehdistributorkeRSUP Fatmawatisesuaidengandataperencanaan,diterimaolehTimPenerimaBarang. Serah terima perbekalan farmasi dilaksanakan dari Tim Penerima Barang ke petugasgudangfarmasidandilakukaninputdatadiSistemInformasi Rumah Sakit(SIRS), kemudiandilaksanakan proses penyimpanan di gudangfarmasi. 2. Penerimaan perbekalan farmasi Tujuan prosedur penerimaan perbekalan farmasi ialah terjaminnya penerimaan perbekalan farmasi denganSuratPesanan(SP)ataukontrakyangtelah sesuai dibuatolehUnitLayanan Pengadaan(ULP),baikdarisegispesifikasimutuyangtelahditetapkan,jumlah, jangkawaktukadaluarsayangmencukupidanwaktukedatangan. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang berdasarkan Surat Pesanan(SP)yangdibuatolehULP,tender,konsinyasi (barang titipan) atausumbangan.Prosedur penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut Lampiran 6: a. Penerimaanperbekalanfarmasiyangberasaldaridistributor/rekanan/rumah sakit/Apotek/donaturlainolehTimPenerimaBarangMedik,diserahkankegudangf armasiuntukdisimpan.Penerimaanperbekalanfarmasi diluarjamkerjadilakukanolehTim PenerimaBarangMedikuntukobat/alkesyangtermasukdalampengadaanrutin.Un tukobat/alkesyangdibelidi apotek luar atau rumah sakit lain atau dari distributor karena pemesanan mendadak(Cito)diterimaolehAsistenApotekerDepoIGDuntukselanjutnya diserahkan keTimPenerimaBarang Medik. b. Serah terimaperbekalan farmasi yangditerima dari Tim Penerima Barang Medikdengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan: - faktur perbekalanfarmasi; - kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan SP/ SPK; - kondisi perbekalan farmasi; - jumlah perbekalanfarmasi; - tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi tertentu (vaksin,reagensia)bisakurangdari2tahundenganpersetujuan user; UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 25 - Certificateofanalysisuntukbahanbakuobat;Certificateoforiginuntuk alat kesehatan;Material SafetyData Sheet(MSDS) untuk bahan berbahaya. c. PelaksanaanverifikasiadministrasipenerimaanbarangolehPenyeliaGudang Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang Medikyangdisesuaikandengan faktur barangdatang. d. Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang akan diserahkan keBagian Akuntansi. e. Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang Medik,PenyeliaGudangFarmasi, dan KepalaInstalasi Farmasi. f. Penyimpanan perbekalanfarmasi diGudang Farmasi. 3. Penyimpananperbekalanfarmasi Penyimpananperbekalanfarmasimerupakanproseskegiatanmenyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima padatempatyangdinilaiamandarikehilangansertagangguanfisikyangdapat merusakmutu obat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi ialah: a. Terjaminnyamutu perbekalan farmasi selamapenyimpanan. b. Terjaminnyakeamananpersediaan perbekalanfarmasi selamapenyimpanan. c. Terjaminnyaketersediaanperbekalanfarmasimelaluiadministrasipencatatan persediaan perbekalanfarmasi. d. Kemudahanpencarian dan pengawasan persediaan perbekalan farmasi. Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi ialah: 1. Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi olehpetugas farmasi dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: a. Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan serta jenisnya dan disusun secara alfabetis. Di RSUP Fatmawati, penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan menjadi empat ruang besar yaitu: i. Ruangpenyimpananalatkesehatan Alat kesehatan disusun berdasarkan kegunaan (fungsi) dan ukurannya. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 26 ii. Ruangpenyimpanancairan Cairan disimpan diruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat kesehatan. Disusun didalam dus dan diletakkan di atas pallet. iii. Ruangpenyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid Sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu kestabilan, bentuk sediaan dan alfabetis. iv. Ruangpenyimpanangasmedik Gas medik disimpan di gedung terpisah, terletak dibelakang gedung teratai. Penyimpanannya disusun berdasarkan jenis gas medisseperti oksigen, helium, nitrous oksida, karbondioksida. b. Penempatan perbekalan farmasi i. Penempatan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi, atau FEFO kadaluwarsa. perbekalan (First Expired First Out) berdasarkan waktu Metode penempatan FIFO yaitu meletakkan farmasi di muka atau di depan sedangkan metode penempatan FEFO yaitu meletakkanperbekalan farmasi yang kadaluwarsanya lebih singkat di bagian depan. ii. Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan menggunakan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan menggunakan sistem FIFO. iii. Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike) untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan nama/pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada rak/tempat obat diberikan stiker LASA. iv. Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 27 v. Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi masihdalamkemasanbesartidakbolehpadaposisirakyangtinggiuntuk mencegahresiko jatuh dan menimpa petugas. vi. Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat diletakkan di lantai menggunakan alas pallet untuk menghindari kelembaban. c. Suhu selamapenyimpanan i. Penyimpanan padasuhukamar(25oC)untukobat-obat, cairaninfus, alat kesehatan, pembalut, dan gasmedik. ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2 - 8oC iii. Penyimpanan untuk reagensia,obat– obatan tertentu danproduk biologis yang membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai denganpersyaratanpenyimpananpada etiket. Setiaphari adapetugas yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitorsuhu”. iv. Sediaanvaksinmembutuhkan “pharmaceutical refrigerator”khususdan harus dilindungidarikemungkinanmatinya aliran listrikmenggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati. d. Kelembaban Kelembabandipantaumenggunakanalathigrometerataupemantau kelembabanudaradiruangpenyimpananperbekalanfarmasiantara65% - 98%. e. Cahayamatahari Penyimpanan obat tidakboleh terkenacahayamatahari langsung. f. Sirkulasi udara Tempatpenyimpananperbekalanfarmasiharusmempunyaiventilasiyang cukup untuk pertukaranudaradi ruangan penyimpanan. g. Resiko kebakaran Bahanberbahayamudahterbakarataumudahmeledakharusdisimpanpada UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 28 Gudang Tahan Api yangdilengkapidenganAPAR(AlatPemadamApi Ringan). h. Kebersihan tempat dan saranapenyimpanan daridebu atau kotoran lainnya. i. Pengaturantataruanggudangfarmasidenganmemperhatikankemudahan bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi. j. Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk menjamin mutu perbekalan farmasiyangada. 2. Pelaksanaan penyusunan persediaanperbekalan farmasi pada tempat penyimpanan secara aman oleh petugas farmasi. 3. Pelaksanaanpencatatanpemasukan,pengeluaran,danstokperbekalanfarmasi kedalamkartu persediaandandalamSistemInformasiRumahSakit(SIRS) oleh petugas farmasi. 4.Pembuatan laporan mutasi atau distribusi perbekalan farmasi oleh petugas farmasi. Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika: 1.Pencatatan obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim PenerimaBarangMedikRSUPFatmawati,dicatatpadakartustoksesuaijenis, jumlah,expiredate,dan namadistributorkhususobatnarkotika dan psikotropika,yaituPT. Kimia Farma. 2.Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/dokumentasi dengan ketentuan: a. Menggunakanlemarisesuaiketentuan,yaitulemaridoublelock(kunci ganda) padaduapintu dengan susunan berlapis. b. Kondisikuncikeduapintudapatberfungsidenganbaikdandalamkondisi terkuncigunapembatasan akses pengambilan obat. c. Lemaritersebutterpasangmenempelpadadindingsehinggatidakdapat dipindahkan kecualidengan membongkarnya. d. Dilengkapi dengan kartustok. 3.Pengaturanpenyimpananobatnarkotikadanpsikotropikaberpedomankepada beberapaketentuan dan persyaratan sebagai berikut: UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 29 a.Menurut bentuk sediaandan jenisnya. b. Menurut suhu dan kestabilan sediaan: i. Obat disimpan dalam lemari pendingin,yaitu suhu 2 -8oC ii. Obat disimpan dalam suhukamar,yaitu 15 -25oC c.Menurut sifatnyamudah/ tidak terbakar d.Menurut ketahanan terhadap cahaya/tidak 4.PenyusunanpenyimpananberdasarkansistemFIFO(FirstInFirstOut)atau berdasarkan sistem FEFO (FirstExpired FirstOut). 5.Penyusunanurutanpadalemaripenyimpanandilakukansecaraalfabetis,yaituberda sarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” sampai “Z”. 6.Pencatatanobatnarkotikadanpsikotropika,yaitujumlah stok awal,jumlahkeluar,jumlah stok akhir,dan petugasyangmengambil. 7.Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan fasilitas penyimpanandanpengecekankondisifisiksediaandanjumlahstok narkotikadanpsikotropika setiap hari. ProsedurIdentifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan ObatHigh Alert: 1. PenerimaanobathighalertolehGudangFarmasidaridistributormelaluiTimPene rimaBarangMedikRSUP Fatmawati. 2. Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksanama, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi fisik obat high alert, serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan. 3. Pemberian penanda khusus (stiker) obat high alert golongan elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan pada kardus terluar obat high alert. 4. Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok gudang farmasi sebagai penambahan jumlah. 5. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya. 6. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 30 metodeFIFOdan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara: a. Untukobathighalertyangdipersyaratkandisimpanpadasuhudingin,yaitu antara2-8oC,makadisimpandalamlemaripharmaceuticalrefrigerator dengan suhu terkendali. b. Untukobathighalertyangdipersyaratkandisimpanpadasuhuruangan, yaitu 25oC, maka disimpan dalam lemari yang telah diberikan penanda khusus. c. UntukobathighalertyangmemenuhikriteriaLASA(LookAlikeSound obattersebutdiletakkansecaraterpisahdenganmemberikan Alike),maka selingan minimal 2 obatnon kategoriLASA di antaranya. 4. Pendistribusianperbekalan farmasi PendistribusianperbekalanfarmasiolehgudangRSUPFatmawatiyang dilakukan ada dua macam yakni pendistribusian permintaanobat berdasarkan permintaandaridepo-depo farmasimelalui sistem dan pendistribusian floor stock dari ruangan secara manual atau menggunakan formulir. Untuk pendistribusian amprahan obat dilakukan dengan sistem komputerisasi dan dilakukan setiap hari. Alur distribusinya adalah setiap pagi petugas gudang farmasimengeceksistemdanakanmenilaisecarakeseluruhanpembagianstokke depodepofarmasiagarmanajemenpersediaandigudangfarmasitetapbaik. Setelahperbekalanfarmasidisiapkan,petugasgudangfarmasi akan memberi kabar pada petugas depo bahwa barang yang diminta telah disiapkan. Selanjutnya dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan dan farmasi. Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan telah sesuai, kemudian dilakukanpenginputankesistemdandiprintout.Setelahitu,petugasgudang farmasi mengecek pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan terpotong bila telah diverifikasi. Untuk pendistribusian floor stock, dilakukan secara manual dan jadwal pengambilan tiap ruangan berbeda - beda untuk memudahkankerjapetugasgudangfarmasi.Alurdistribusi perbekalanfarmasi dapat dilihat padaLampiran 7. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 31 5. Pelaporan perbekalan farmasi Pelaporan perbekalan farmasidi gudangfarmasi,antaralain: a. Buku induk penerimaanbarang b. Rekapitulasi penerimaanbarang c. Rekapitulasi pengeluaranbarang d. Rekapitulasi penerimaandan pengeluarangas medik e. Laporan stok opname setiap satu bulan f. Laporan persediaanfloor stock setiap tigabulan g. Laporan narkotika setiap 1 bulan sekali h. Laporan psikotropika setiap 1 tahun sekali i. Laporan barangsumbangan 6. Prosedur retur perbekalan farmasi Retur perbekalan farmasi merupakan proses pengembalian perbekalan farmasi ke distributor disebabkan karena rusak, kadaluwarsa, dan penarikan produk (recall) oleh produsen. Tujuannya ialah agar tersedianya produk perbekalanfarmasiyangbermutudi rumahsakitdanterlindunginyapasiendari penggunaanperbekalanfarmasiyangtidakbermutu. Prosedurreturperbekalan farmasi ialah sebagai berikut: a. Pelaksanaanpemeriksaandanpengecekansediaanfarmasidigudangfarmasi, depo farmasi, instalasi rawat inapuntukperbekalan farmasifloor stock. b. Pelaksanaan item pengecekan untuk mengetahui perbekalan farmasi yang rusak, kadaluwarsa, danrecall. c. Pencatatan perbekalan farmasi yang diketahui rusak, mendekati tanggal kadaluwarsaataurecall.Pencatatandilakukan denganmencatat namaproduk, namapabrik,nomorbatch, tanggalproduksi,tanggalkadaluwarsa,jumlah sediaan. d. Pengembalian dan pengumpulan farmasiyangrusak,kadaluwarsa, perbekalan ataurecalldari seluruhdepofarmasidanfloorstockrawatinapkegudang farmasi. e. Pengumpulan perbekalanfarmasi kegudangfarmasi untuk produk: UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 32 - Rusakdan tidak dapat digunakan - Dalam masa3 bulan sebelummencapai masakadaluwarsa - Recallberdasarkansuratedarandaripabrikpembuatproduk,Kementerian KesehatanRI, BadanPengawasObatdanMakanan(BPOM),danTim Farmasi dan Terapi (TFT) berdasarkan hasilauditinvestigasi. f. Penyimpananperbekalanfarmasiyangtidaklayakpakaidigudangfarmasi dilakukanpada lemaripenyimpankhususyangdiberilabel:“Penyimpanan Obat TidakLayak Pakai” g. Pengembaliankedistributoruntukprodukyangdapatdireturdandilakukan penggantian produk,denganmelengkapidokumenfakturpembelian,surat pesanan, danberitaacara serah terima. h. Pemusnahan perbekalan farmasiyang telah mencapai masa tanggal kadaluwarsadantidakdapatdireturkedistributor,yangakandimusnahkan secarabersamaan dalamwaktu tertentu oleh TimPemusnahan Barang. i. Pembuatan laporanoleh wakil kepala perbekalan farmasi untuk disampaikan padaKepalaInstalasi Farmasi. j. Penyampaian laporan keDireksi. 3.2.6.2 Tata usahafarmasi KegiatanadministrasiInstalasiFarmasiRSUPFatmawatidilaksanakandi TataUsahaFarmasi.Terdapat2penyeliadiTataUsahaFarmasi,yaituPenyelia PencatatandanPelaporanserta PenyeliaTataUsaha(TU)danSDMFarmasi.Tata cara persuratan yang dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan di InstalasiFarmasiRSUPFatmawatimencakup pencatatansuratmasukdansurat keluar. Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit ditandatanganiolehKepalaInstalasiFarmasi,sedangkanpengirimansuratkeluar untuklingkunganeksternalrumahsakitmelaluiSubBagianTataUsahaRumah Sakit. PembuatanlaporandiInstalasiFarmasiRSUPFatmawatiyangdilakukan oleh PenyeliaPencatatandan Pelaporanadalah sebagai berikut: 1. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan: a. Pengambilandatadarigudangfarmasiberupacatatanpermintaanbarang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan kerja UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 33 berdasarkanformulirpermintaanbarang setiapakhirbulanuntukpembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat / alkes depo farmasi ke gudangfarmasiuntukpembuatanlaporan pengeluaranperbekalanfarmasi per depo farmasi. b. Pengambilandatajumlahpemasukandanpengeluaranobat-obatnarkotika danpsikotropikadigudangfarmasidanseluruhdepofarmasiolehKepala PerbekalanInstalasiFarmasisetiapakhirbulanuntuknarkotikadan setiapakhirtahununtukpsikotropikauntukpembuatanlaporanpemakaian obat narkotika dan laporan pemakaian obatpsikotropika. c. Pengambilandatajumlahpenulisanresepobatdengannamagenerikdan nongenerikdaricatatanpemantauanpenulisanresepobatgenerikdidepo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan pemantauan penulisan resep obat generik. d. Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi. e. Pengambilan data daricatatanlembardanjumlahresepdepofarmasidari pasienrawat jalan(poliklinik)danpasienrawatinap(ruangan)didepo- depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi. f. Pengambilandatakuitansidanfakturpembelianperbekalanfarmasidari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan laporan pemakaian kas kecilinstalasi farmasi. 2. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati olehPenyeliaPencatatan danPelaporan a. Penyusunanlaporankeuangan,laporanpengeluaranperbekalanfarmasiper depofarmasi,laporanpemantauanpenulisanobatgenerikdannongenerik, laporantagihanobatpasien perdepofarmasi,laporankegiataninstalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecilinstalasi farmasi setiap bulan. b. Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi Farmasi. Pengirimanlaporanpemakaianobatnarkotikadanpsikotropikadilakuka n ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat pengantar UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 34 yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu dikirim ke Dinas KesehatanJakartaSelatan. Pengirimanlaporankeuangan,laporanpengeluaran perbekalanfarmasiperdepofarmasi,laporanpemantauanpenulisanobatgenerik dan non generik, laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiataninstalasifarmasiditujukankepadaDirekturMedikdanKeperawatanda n Kepala Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawatididasarkanatas: 1.Arsip surat masuk / surat keluar / SK Direktur RSUP Fatmawati / SK Kemenkes. 2.Arsip Kepegawaian terdiri dari map masing -masingpegawaiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawati. 3.Arsip laporan-laporan. 4.Arsip reseprawat jalan dan rawat inap. 5.Arsip catatan kehadiran pegawai (absensi) di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. 6.Arsip catatan lembur pegawaiInstalasiFarmasi RSUP Fatmawati. 7.Arsip catatanrekapitulasirencanapengadaan bulanan. 8.Arsiprekapitulasi rencanapengadaan bulanan. Pemusnahan dilakukan setiap awal tahun untuk laporan-laporan dan resep-resepyangberumurlebihdari3tahunsertasuratmasukdansuratkeluaryang berumur5 tahun. 3.2.6.3 Produksifarmasi Produksi farmasi RSUP Fatmawati terbagi menjadi 2 bagian, yaitu produksi non steril dan produksi steril. Produksi steril berada di bawah pengawasanSatuanFarmasiFungsional,sedangkanproduksinonsterilberadadi bawah pengawasanInstalasiFarmasiRSUPFatmawati.Terdapat1penyelia,yaitu PenyeliaProduksiFarmasi,dan2asistenapotekerdi produksifarmasiRSUP Fatmawati. 1.Produksinonsteril Kegiatanyangdilakukandiproduksinonsteriladalahpembuatansediaan farmasi, pengenceransediaan,danpengemasankembali.Bentuksediaanyang UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 35 diproduksimencakupbentuksediaanpadat,sediaancair,dansediaansemipadat. Semuabentuksediaandibuat berdasarkanmasterformulaRSUPFatmawati.Di ruangproduksiRSUPFatmawatisaatini terdapat43masterformulasebagai panduanpelaksanaanproduksifarmasi.Tujuan dilakukannyaproduksidiRSUP Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan denganformulakhususdansediaanobatdibutuhkansegeraseperti rekonstitusi obat suntik dan obat kanker. Bahanbakuyangdigunakandiproduksinonsterildiperolehdarigudang farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi menjadi2,yaitupenyimpananbahanbaku(disusunberdasarkan kegunaannya) danpenyimpananproduk(berdasarkanalfabetis).Pelaporanyangdilakukanole h produksinonsteriladalahlaporanjumlahperbekalanfarmasi,laporanproduk yang rusak, dan laporanprodukyang kadaluwarsa. 2.Produksisteril Kegiatan yang dilakukan di produksi steril adalah IV admixture dan penanganan obatsitostatika.KegiatanIVadmixtureyangdilakukandiproduksi steril adalah mempersiapkan injeksi tuberkulin untuk Tes Mantoux dan mencampurkan/mengencerkanKClkedalamcairannormalsaline(NaCl0,9%). Penanganan obat sitostatika adalah mempersiapkan obat sitostatika untuk pengobatan kanker. Alur masuk ke ruang produksi aseptik dan dispensing pelayananobatsitostatikadapatdilihatpadaLampiran8dan9.Alurpenanganan limbahpadat,cair,dangas,sertaalurpenangananlimbahsitostatikadapatdilihat padaLampiran23. 3.2.6.4 DepoInstalasi RawatJalan Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 36 poliklinik bedah, poliklinik bedah plastik, poliklinik gigi dan mulut, danpoliklinik jantung. Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik pegawai, poliklinik edukasi, polikliniksaraf,danpoliklinikrehabilitasi medik.Lantai3terdapatpoliklinik paru,poliklinikPPKT (Program Pelayanan Terpadu),poliklinikanak,poliklinikanestesi,poliklinik Kanker akupuntur, poliklinikkulitdankelamin,danpoliklinikjiwa.Depofarmasiterdapatdisetiap lantaigedungInstalasiRawatJalan.SDMdiDepoInstalasiRawatJalanlantai1 berjumlah7orangyangterdiridari1Apoteker,4AsistenApoteker,dan2bagian administrasi.SDMdiDepoInstalasiRawatJalanlantai2terdiriatas1Apoteker dan4AsistenApoteker.DepoInstalasiRawatJalanlantai3hanyaterdiridari1 Apoteker dan2 AsistenApoteker. Setiappagimasing-masinglantaidepofarmasimelakukanpermintaanke gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien tunai, jaminankantor,dan pasienHIV.DepoInstalasiRawatJalanlantai2melayani pasienKartuJakartaSehat(KJS). DepoInstalasiRawatJalanlantai3melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, JamkesdaTangerang, dan pasien TBC. Persyaratan-persyaratanyangharusdipenuhiolehpasienJamkesmas, JamkesdaDepok,danJamkesdaTangerangSelatanyaitu:resepaslidan1lembar fotokopi resep, SJP asli dan 2 lembarfotokopi SJP (Surat Jaminan Pelayanan), fotokopi 2 lembarsurat pengantardariDinasKesehatanDaerah,fotokopi2lembarkartuJamkesda,Surat rujukanaslidaripuskesmas,kartuberobatdiRSUP Fatmawati,fotokopiKartu Keluarga(KK)2lembar,sertafotokopiKTPatauaktebilaanakdibawahumur. Persyaratan-persyaratanyangharusdipenuhiolehpasienKJSyaitu:resep,bukti pembayaran, SJPasli, surat rujukan aslipuskesmas, dan fotokopiKTP. DepoInstalasiRawatJalanmenerapkansistemdistribusiobatrawatjalan secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription merupakan tata cara dan urutan proseskegiatan menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat diberikan seluruhnyasesuaiyangterteradalamresepyangtelahmelaluikajian peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 37 individualprescriptionadalah agar: 1. Tercapainyajaminankebenarandankeamanandalamprosesdispensingobat padapasienrawat jalan. 2. Tercapainyapeningkatanefisiensi,efektivitas, dankeamanandalam penggunaan obat. ProsedurpenyiapanobatrawatjalansecaraindividualprescriptionLampiran 10: 1. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi. 2. Pelaksanaan skriningresep untuk menilai kesesuaian penulisan resep. 3. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yangtelah memenuhi persyaratan pada skriningresep. 4. Pemeriksaanberkaskelengkapanresepuntukpasienjaminan/asuransi (pasien ASKES, pasien Jamkesmas, pasien Jamkesda, ataupasienKJS). 5. Pembuatanbillingtransaksiuntukresepyangtelahmemenuhipersyaratandari skriningdan kajian peresepan obat. 6. Pembayaranresepberdasarkanbillingresepuntukpasientunai.Pembayaran dilakukan di kasir RSUP Fatmawati. 7. Pelaksanaan permohonanijin prinsip: a. Resep pasienASKES dengan verifikasi oleh penjaminASKES, atau b. Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau c. Resep pasienKJSdengan verifikasi oleh penjaminKJS, atau d. VerifikasiijinprinsipDirekturRSUPFatmawatiuntukperbekalanfarmasi yangtidak terjamindalampaketpembiayaanataumenjadibebanRSUP Fatmawati. 8. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket: a. Etiketwarnaputihuntukpenggunaanmelalui enteral(oral/sublingual/dan lain -lain). b. Etiket warnabiru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal. Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama pasien,namaobat,dosisobat,waktudanfrekuensipemberian,rutepemberi UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 38 an, dan tanggal kadarluarsa. 9. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi. 10. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar dokumentasi. 11. Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien. 12. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria: a. Apotekeryang telah memiliki SuratTandaRegistrasi Apoteker(STRA) b. TenagaTeknisKefarmasian(TTK)yangtelahmendapatkanSuratTanda Registrasi TenagaTeknis Kefarmasian (STRTTK). 13. c. Terdaftar sebagai tenagakefarmasian di RSUP Fatmawati d. Selesai mengikuti masaorientasi. Pemanggilannamapasienrawatjalanmelaluipengerassuarauntukmenuju loket pengambilan obat. 14. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih lanjut. 15. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status pembiayaan pasien. 3.2.6.5 Depo Askes DepoAskes rawatjalan yangterdapatdidepo adalahdepofarmasi yangkhusus melayanisemuapasien pesertaAskesdanpasienJamkesdaBogor.Sumberdayamanusia Askes terdiridari1orangapotekersebagaipenyelia,6 orangasisten apoteker, 1orangjuru resep, dan5 orangpetugasadministrasi. Pengadaan obat dilakukan setiaphari langsung dari GudangFarmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara online.Penyimpanan barangdisusunberdasarkan obatDPHO Askesdan obatnon DPHOAskes,bentuksediaan,dan disusunsecaraalfabetis.Obatnarkotikadan psikotropikadisimpandalamlemaritersendiridanterkunci(doublelock).Obatobatfastmovingdiletakkanterpisahdimeja.Penyimpananbarangmenggunakan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 39 sistem FIFO dan FEFO. Persyaratan -persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk mendapatkan pelayananpengobatan pasienAskesdi Depo FarmasiAskesadalah: a. Resep Asli b. Surat rujukan aslidari Puskesmasdengan 2 lembar fotokopisurat rujukan c. FotokopikartuAskes Dalammelayanipasien,DepoAskesmengacupadapedoman- pedoman yangdisesuaikandenganstatuspasien.Beberapapedomanyangdapatdigunakan antaralain: 1.Daftar PlafonHargaObat (DPHO)Askes DaftarPlafonHargaObat(DPHO)Askesmerupakanacuanobatbagipasien pesertaAskes. DalamDPHOterdapatduadaftarobatyangdapatdiberikan kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan maksimalyangdapat diberikan. 2.DaftarObatInhealth Daftar Obat Inhealth merupakan acuan yang dapat digunakan bagi pasien pesertaInhealth. 3.Formularium Jamkesmas FormulariumJamkesmasmerupakanacuanyangdapatdigunakanbagipasien pesertaJamkesmas. 4.Formularium Rumah Sakit Formularium Rumah Sakit merupakan acuan yang dapat digunakan bagi pesertaAskes. AlurpelayananpasiendidepoAskesdimulaidarimasuknyaresepke bagianpenerimaanresep(bagiansortir).PadabagianinipetugasdepoAskesakan memeriksakelengkapanberkasyangmenjadipersyaratanyangharusdibawaoleh pasien. Apabilapersyaratanyangdiperlukan sudah lengkap, selanjutnyadilakukan skriningresep.Setelahitu,pasienakan mendapatkannomorpengambilanobat yangsamadengannomoryangadapadaresep. Kemudianresepdistempeldan datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer, UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 40 selanjutnyaresepdiberikankepadapetugasuntukdibuatkanetiketnya.Setelahitu resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat Lampiran 11. Laporan -laporanyangdibuat olehdepo Askes,yaitu: 1.Laporan penggunaan obatnarkotikadan psikotropika. 2.Laporan penulisan obatgenerik dan nongenerik. 3.Laporan penulisan obatyangmasuk DPHOAskesdan non DPHO Askes. 4.Laporananalisapenjualan. 5.Laporan barang rusak dan kadaluarsayangdibuatsetiap 3 bulan. 6.Laporan jumlah lembar dan jumlahresep. Depo Askesmemilikipasien terbanyak denganjumlah 200– 300resep per hari.Obatyangpalingseringdiresepkanadalahobatuntukpenyakitjantungdan penyakitdalam.PembayaranpasienAskesdapatdiklaimkePTAskessedangkan pembayaran pasien JamkesdaBogor dengan menggunakan sistemINACBG’s (Indonesia Case Base Groups). 3.2.6.6 Depo farmasirawatinap(Teratai) Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat ditengah lantai pertamagedung teratai.Gedung initerdiridarienamlantaidanmemilikikapasitas700tempat tidur. Denganrincian tiap lantai sebagai berikut: 1. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergencykebidanan, contohnya padakondisi pre eklampsiaberat) dan high careunitdi selatan Teratai. 2. Lantaikeduayaituruanganperawatankhususkebidanandanhighcareunitdi selatan Teratai. 3. Lantaiketigayaituruangankhususpasienanak-anak(<18tahun)danhigh care unitdi selatan Teratai. 4. Lantaikeempatyaituruanganpasienpascabedahdanhighcareunitdiutara Teratai. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 41 5. Lantaikelimayaituruanganpasienpenyakitdalam(internis)danhighcare unitdi selatan Teratai. 6. Lantaikeenamyaituruanganuntukpasienpenyakitsaraf dan kardiovaskular danhighcareunitdi selatan Teratai. Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia. PenyeliapertamabertanggungjawabterhadapIRNAAyangterdiridarilantai1,2dan3,s edangkanpenyeliakeduabertanggungjawabpadaIRNAByangterdiri darilantai4,5 dan6.JumlahSDMdidepoterataiadalahsebanyak28orang, denganperincianapotekersebanyak4orang,petugasperincian(billing)sebanyak6ora ng,jururesepsebanyak5orangdan13orangmerupakantenagateknis kefarmasian. Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang farmasi.Perbekalanfarmasididepo rawatinap,disimpanterpisahberdasarkan bentuksediaan,obatgenerik,dannongenerikyang disusunberdasarkan alfabetis dansistemFEFO(FirstExpiredFirstOut)danFIFO(FirstInFirstOut).Obat LASA(LookAlikeSoundAlike)penyusunannyadiberijarak2boxantarobat LASAdandiberikanstikerLASA.Terdapat2refrigeratoruntukpenyimpanan obat yang obat- membutuhkansuhudinginuntukkestabilannya.Obat-obat narkotikadanpsikotropikadisimpandidalamlemaridengandoublelockdan setiap obat-obat tersebut diambil maka dilakukan pencatatan di buku penggunaan. Sistemdistribusiyangditerapkandidepofarmasirawatinapberagam, diantaranya adalah, sistem distribusi unit dose. Sistem ini merupakan sistem pemberianobatpadapasien denganmenggunakankemasansekalipakaidalam jangkawaktu24jam.Sisteminidipakaidilantaitigauntukobat-obatinjeksi, lantaiempat (ruang perawatan bedah, THT, mata, gigi, paru), lantailima(ruang perawatan penyakit dalam), danlantai enam (ruang perawatan penyakit dalam, jantung dan saraf).AlursistemdistribusidosisunitterteraLampiran12. Sistemselanjutnyayaitusistemfloorstock,dansistemresepindividual berupa resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini diterapkandilantaitigauntukpasienanak-anakyangmasihmendapatkanpuyer UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 42 danlantai2.Pelaporanyangdikerjakandidepofarmasirawatinapsamahalnya dengan depo-depo farmasilainnya, diantaranyaadalah: 1. Laporan daftar pelunasanyangdibuat harian. 2. Laporan pemakaiannarkotika dan psikotropikayangdibuat setiap bulan. 3. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap bulan. 4. Laporananalisapenjualanyangdibuat setiap bulan. 5. Laporan barang rusak dan expired yangdibuatsetiap 3 bulan. 3.2.6.7 DepoInstalasi Gawat Darurat (IGD)danInstalasiRawatIntensif (IRI) InstalasiGawatDaruratmerupakansalahsatupelayanandariRumahSakitUmu m Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam. Didukungolehtenagaprofesionaldantenagaahliyangberpengalamanlebihdari40oran g yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan pendukungsepertilaboratoriumInstalasiGawatDarurat24jam,radiologi(USG, CTScanning),kamaroperasi,bankdarah,Apotek,danambulance24jam(RSUP Fatmawati, 2009). IGDterdiri dari beberapa ruangan: 1. Ruangresusitasi (ruang merah) Diruanginiterdapatdelapantempattidur,lemariemergency,danpaket resusitasi. Lemari emergency(lidocain, atropin sulfat, epineprin, dopamin, diazepam, deksametason, dextrosa, ringer laktat, nacl keberadaannya dalam ruang ini dikarenakan ruang ini merupakan 0,9%)sangat penting pasien-pasien yangmasuk pasien dengan kondisiyangcukupparah,sehinggajikapasienmengalamikegawatdaruratandan butuhpenanganansegera, perawattidakperluberlarikedepofarmasidiIGD untukmengambilobatmaupunalatkesehatansehinggadapatmenghematwaktu dalammenolongpasien.Lemariemergencydiceksetiapharinyadandilengkapi jumlahnyasesuai dengandaftaryangditetapkan oleh RSUP Fatmawati. 2. RuangP2 (Ruangkuning) Ruanginidibagimenjadiruangbedahdanruangnonbedahdimanadi ruangini UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 43 terdapat paket (partus normal, kehamilan ektopik terganggu, partus sectio, abortus curatage, partus preeklamsia berat, paket ok Cito, paket bedah prima)namun tidak disediakan lemariemergency. 3. RuangTriase Pasienyangmasukruanganinidalamkondisiyangtidakterlaluparah sehinggatidak mendapattindakan dan tidak adapaket diruangini. Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang administrasi, dan14orangasistenapoteker.DepoIGDdanIRIbuka24jam dengan3shiftdanmelayani pasienrawatinapsertapasienrawatjalan.Pasien rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU), NeonatusIntensiveCareUnit(NICU),PediatricIntensive CareUnit(PICU), merupakan IntensiveCardiacCareUnit(ICCU).Sedangkanpasienrawatjalan pasienyangmasukruangIGDsepertiruangresusitasi,ruangP2,ruangtriase, maupun poliIGD. DepofarmasiIGDdanIRImelakukanpermintaanobatdanalatkesehatan kegudang farmasisetiapharisecaraonline.Obat-obatandisusunberdasarkan abjaddandipisahkanmenurutjenissediaan.Untukobat-obatyangtidakstabil padasuhuruangmaka penyimpanannyadilemaripendingin.Obat-obatjenis narkotikadanpsikotropikaditempatkandilemarikhusustersendiridengandouble lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya(RSUPFatmawati,2012).Alatkesehatanditempatkandirak tersendiridandiberinamapadatempatatauboxalatkesehatantersebut.Jenis sediaanobatyangseringdigunakandiDepoIGDdanIRIadalahsediaaninjeksi. Laporan -laporanyangdisiapkan oleh DepoFarmasiIGD adalah: 1. Laporan daftar pelunasanyangdibuat harian. 2. Laporan pemakaian obat–obat narkotikayangdibuat setiap bulan. 3. Laporanpenulisanresepobatgenerikdannongenerikyangdibuatsetiap bulan. 4. Laporananalisa penjualanyangdibuat setiap bulan. 5. Laporan barang rusak dan expiredyangdibuatsetiap 3 bulan. 6. Laporan jumlah dan lembar resep setiap bulan. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 44 3.2.6.8 DepoInstalasiBedah Sentral Lantai1 Instalasi Bedah Sentralterdapat OKCitosebanyak2 kamar. Pasien yang masukke OKCitomerupakanpasien yang tidakdirencanakanjadwal operasinya atau yangsifatnyaCito. PadaOKCitoterdapat Paketobatdan alkes OKCitodanlemari emergensi. Lemari emergensiterdiridarilemari emergensi bedahdanlemari emergensi anestesi. Lemari emergensibedahberisi antibiotik, sedangkanlemari emergensi anestesi berisiobatdan alat kesehatan. Saatpasien masukkeOKCito,makapenata anestesimengambil Paketobatdan alkesOK Cito yangtelahdisiapkanolehpetugasdepo farmasi. Bilaobatdan alatkesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di lemari emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi, Lembar Pemakaiandimasukkan kedalam Paketobatdan telahterpakaiolehpasien. Lemari emergensi alkesOKCito yang akan dicekjumlahpemakaian, sertadiisi kembalioleh petugas depo farmasi. Lantai2 dan1Depo InstalasiBedah Sentralterdapat OKElektifsebanyak8 kamar Farmasi InstalasiBedah Sentral. Pasien yang masukkeOKElektif telahmemilikijadwal operasi. Seharisebelumoperasi,depofarmasimenerima jadwaloperasipasiendanpermintaan anestesi umum atauspinal. Depofarmasi kemudianmenyiapkan paket anestesidan memberilabelnamapasien padapaket tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup berdasarkannamapasien. Penatabedah harioperasi,kemudianpaketbedah meminta paket akanmencatatpermintaandibukupada akandisiapkanolehpetugasdepo farmasi. Bilaterdapatkekuranganobatdan alat kesehatansaatoperasisedang berlangsung, makapenatabedah ataupenata anestesidapatmemintasecaralangsungkedepo farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi. Petugas depo farmasi akanmencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila pasien telah selesai dioperasi,makapaket akandikembalikanke depo farmasi danpetugas depofarmasi akanmerekapitulasisemuapenggunaanobatdan administrasiperincian. Perincianselanjutnya alatkesehatanke akandikirimkankedepofarmasidi manapasiendirawat.Depo Instalasi Bedah Sentraljugamenyiapkan Paket Bedah Prima yangmerupakan sistempaketuntukpasientunai. Sebelumoperasi,pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien tunai dengan Paket Bedah UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 45 Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau OK Cito. Alur pelayananobatdan alatkesehatandidepoinstalasibedahsentraldapatdilihat Lampiran 13. SDM yang adadiDepo Instalasi Bedah Sentral berjumlah1 Penyeliadan 2AsistenApoteker.Daftar Paketobatdan alkesOKCito, PaketElektif,dan Paket Bedah Prima dapatdilihatpada Lampiran 14, 15,dan16. Paket anestesispinal terdiridari Spinocan (spinal and diagnostic puncture)27Gx3”,bupivacain HCl5mg/ml,ondansetron4mg/2ml,klonidinHCl150 µg/ml,danketolorac 3%. Paket anestesiumumterdiridaripropofol10 mg/ml, atracuriumbesilat, fentanyl, ondansetron 4 mg/2ml, dan ketolorac 3%. 3.3SatuanFarmasiFungsional (SFF) Satuan FarmasiFungsional (SFF)berkedudukan dibawadan bertanggungjawab langsungkepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Satuan Farmasi Fungsional (SFF) dipimpin oleh seorang Ketua dengansebutanKetuaSatuanFarmasiFungsionaldanmembawahi2(dua)orang koordinator: 1.KoordinatorBidangPendidikan dan Penelitian 2.KoordinatorBidangPelayanan SatuanFarmasiFungsional(SFF)merupakanwadahnonstrukturalbagi tenaga fungsional profesi apoteker yang bekerja melayani pasien di RSUP Fatmawati. Satuan Farmasi Fungsional (SFF) mempunyai struktur organisasi sebagaimanaterteradalamLampiran3.KetuaSatuanFarmasiFungsional(SFF) dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. 3.3.1 Tugas pokok danfungsiSatuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah: 1.Tugas Pokok SatuanFarmasi Fungsional (SFF) adalah: a. Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan pelayananfarmasi klinik di RSUP Fatmawati. b. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 46 pelatihanapoteker. c. Melaksanakan kegiatan penelitian diInstalasi Farmasi. d. Menyelenggarakan pembinaan kepribadian dan pengembangan tenaga fungsional profesi apoteker di bidangteknis profesinya. 2.Fungsi Satuan Farmasi Fungsional (SFF)adalah: a. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan pada pasien sesuai teknis profesi apoteker kepada seluruh anggota SFF. b. Mengembangkanpelayananteknisprofesiapotekerberdasarkan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. 3.3.2 Visi Satuan FarmasiFungsional (SFF) VisiSatuanFarmasiFungsional(SFF)adalah“TersedianyaTenagaFungsional Profesi Apoteker yangterampil,professionaldanberdedikasitinggidiRSUP Fatmawatidemipeningkatan mutu pelayanan kefarmasian kepadapasien”. 3.3.3 Misi Satuan Farmasi Fungsional (SFF) Misi Satuan Farmasi Fungsional (SFF)adalah: 1. Melaksanakan pelayananfarmasi klinis di RSUPFatmawati 2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi Apoteker RSUP Fatmawati 3. Melaksanakan penelitianyangberkaitan dengan obat diRSUP Fatmawati 4. Melaksanakan pembinaanapoteker di RSUP Fatmawati 3.3.4 Tujuan Satuan Farmasi Fungsional (SFF) Tujuan Satuan Farmasi Fungsional (SFF)adalah: 1. Menjamin pelayananfarmasi klinisyangprofesional kerasionalan pengobatanyangberorientasi kepadapasien. 2. Mewujudkan kepadapasien. 3. Mewujudkanfarmasirumahsakitsebagaipusatinformasiobatbagiseluruh masyarakat rumah sakit. 4. Meningkatkan peran Apoteker sebagai bagian integral dari Tim Pelayanan Kesehatanuntukmewujudkanmanfaatyangmaksimaldaripelayananfarmasi klinik. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 47 5. Meningkatkan kemampuan Apoteker lainnyamelaluipendidikan berkelanjutan. 6. Melaksanakan penelitiandan ikutserta dalam UjiKlinik Obat. 3.3.5 Nilai -nilai Satuan Farmasi Fungsional (SFF) Nilai -nilai Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah: 1. Profesional 2. Kerjasama 3. Tanggung Jawab 4. Peduli 3.3.6 Kegiatan SatuanFarmasi Fungsional(SFF) Kegiatan SatuanFarmasi Fungsional antaralain: 1. Pengkajianresep 2. Pengkajian penggunaanobat 3. Ronde/ visite 4. Pelayanan Informasi Obat 5. Konseling 6. Edukasi farmasi 7. Pendidikan PKPA 8. Pemantauan penanganansitostatika 9. Monitoring efek samping obat 10. Monitoringinteraksi obat 3.3.6.1 Pengkajian Resep Pengkajianresep adalahtata caradanurutanproseskegiatan analisadan screening resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan administratif, farmasetis, dan klinis. Pengkajian peresepanobat dilakukan terhadapresep pasiendenganmenggunakanprosedurpengkajianresep.Untuk resep yangtelahmemenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel keterangan “Resep/Obattelahdi review Farmasi”pada reseppasien.Untukresep yang belum dinyatakanmemenuhi syarat,dilakukankomunikasidenganDokter UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 48 Penanggung Jawab Pasien (DPJP)untukmenemukansolusipermasalahan yang ditemukanterkaitdenganpengobatanpasien.Alurpengkajianresep dapatdilihat pada Lampiran21. Prosedurnya adalah sebagai berikut : 1.Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan: a. DepoFarmasiRawatInaphanyamelayanireseppasienrawatinapinternal dari RSUP Fatmawati b. DepoFarmasiIGDdanRawatJalanmelayanidaripolirawatjalanRSUP Fatmawati 2.PelaksanaanscreeningresepolehApotekeratauPenyeliaInstalasiFarmasi untuk menilai kelengkapan: a. b. c. Persyaratanadministrasi resep dengan menilai adaatau tidak: i. Nama dokter ii. Tanggal penulisan resep iii. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep iv. Nomor rekam medik pasien v. Nama pasien vi. Umurpasien vii. Jenis kelamin pasien viii. Berat badan pasien ix. Nama obat x. Jumlah yangdimintadalam resep obat xi. Instruksi pengerjaan dispensing resep xii. Aturan pemakaian obat PersyaratanFarmasetis dengan menilai: i. Bentuk sediaan ii. Kekuatan sediaan iii. Kompatibilitas/ ketercampuran farmasetis iv. Stabilitas sediaan v. Carapenyimpanan obat PersyaratanKlinis dengan menilai: UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 49 3. i. Indikasi obat ii. Riwayat alergi obat iii. Duplikasi pengobatan iv. Interaksi obat dengan obat v. Interaksi obat denganmakanan vi. Kontraindikasi obat vii. Biayaobat Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi dengan dokterpenulis resep.Untuk konfirmasi biladitemukan : i. Ketidaklengkapan padaaspekadministratif resep ii. Ketidaklengkapan pada aspekfarmasetik resep iii. Ketidaklengkapan pada aspekklinis resep iv. Resep tidak terbaca v. Obat tidak tersedia vi. Temuan masalahresep lainnya 4. Klarifikasi dan problem solving 5. Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung kedokterpenulis resep 6. Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan dengan komunikasi melaluitelepon 7. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau 8. Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep. 9. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di screening oleh Apoteker atauPenyeliaInstalasi Farmasi dengan melakukan: a. Untukresepyangtelahmemenuhipersyaratan,akandiberikan“penanda” berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep pasien. b. Penandaancap stempelHETIPyaitu: i. Harga(billing) ii.Etiket iii.Timbang iv.Isi v.Penyerahan dan pemeriksaan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 50 c. Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi kebenarannyaataureseptidaksetujudibeli,resepdikembalikankepadauser (pemilik resep) 3.3.6.2 Pengkajianpenggunaan obat Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian penggunaanobatmerupakanprogramevaluasipenggunaanobatyangterstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai indikasi,efektif,amandanterjangkauolehpasien.Tujuanpengkajianpenggunaan obat adalah: 1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ doktertertentu. 2. Membandingkanpolapenggunaanobatpadapelayanankesehatan/doktersatu denganyanglain. 3. Penilaian berkalaatas penggunaan obat spesifik. 4. Menilai pengaruh intervensi atas polapenggunaanobat. Faktor-faktoryangperludiperhatikandalammelakukanpengkajianpenggunaan obat antaralain: 1.Indikator peresepan 2.Indikator pelayanan 3.Indikator fasilitas BerdasarkanStandarProsedurOperasionalRSUPFatmawati,pengkajian penggunaan obatsecaraprospektifmerupakankegiatanpenilaian(assessment) terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan pengkajianpenggunaanobatsecararetrospektifdilakukandenganmengumpulkan datadaricatatanrekammedikpasienpadaperiodetertentu.Kegiatanpengkajian penggunaanobatdilakukandenganmenggunakanStandar Prosedur Operasional (SPO)pengkajianpenggunaanobat.Kegiatandilakukanolehapoteker dengan menilai adanyapotensialdrug related problem (DRP),yaitu: 1. Kesesuaian indikasi obatdengan diagnosa 2. Ketepatan pemilihan obat 3. Dosis terlalu tinggi UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 51 4. Dosis terlalu rendah 5. Efek sampingobat 6. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji laboratorium 7. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak mampumendapatkanobatyangdiinginkan,pasientidakbisamenelanobat, pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak mendapatkan pengobatanatau pasien lupa dalam pengobatan. 8. Pasien menerimaterapi obatyangtidak diperlukan. Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah apotekeryangmemenuhikriteriasebagai berikut: 1.Terdaftar sebagai tenagaapoteker di RSUP Fatmawati 2.Mempunyai Surat TandaRegistrasi Apoteker (STRA) 3.Telah selesai mengikutipendidikan dan pelatihandalam orientasi internal Padapasienrawatinap,pengkajianresepdanpenggunaanobatditujukan untuk evaluasi terhadapresepdanpengobatanpasien.Untukpengobatanyang memenuhipersyaratan,akan berupa stempel keterangan“Resep/ObattelahdireviewFarmasi”padaRekamMedik(RM) pasien. Untuk obat yang belum diberikan“penanda” telah dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasidenganDPJPuntukmenemukansolusipermasalahanyangditemukan terkaitdengan pengobatan pasien. 3.3.6.3Visite Pelayanankefarmasiansaatinitidakhanyaberfokuspada pengelolaan obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien (pharmaceuticalcare).Hal ini jugaberlakubagiapotekeryangberadadalam lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan pelayanankefarmasiankepadasetiapindividupasien mampu memberikan untukmemastikanbahwa pengobatanyangdiberikankepadasetiappasienadalahpengobatanyangrasional. Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 52 Visitepasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apotekerkepadapasiendiruangrawatdalamrangkamencapaihasilterapiyang lebihbaik.Aktivitasini dapatdilakukansecaramandiriataukolaborasisecara aktifdengantimdokterdanprofesi kesehatanlainnyadalamprosespenetapan keputusanterkaitterapiobatpasien.Praktekvisiteyangdilakukanolehapoteker bertujuan untuk: 1. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien, perkembangan kondisi klinik ,dan rencanaterapisecarakomprehensif; 2. Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk sediaan obat, rejimen dosis, dan aspeklain terkaitterapi obat pasien; 3. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam pemilihan terapi, implementasi dan monitoringterapi; 4. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat akibat keputusan klinikyangsudah ditetapkan sebelumnya; Sebelummemulaipraktekvisitediruangrawat,seorangapotekerperlu membekalidiridenganberbagaipengetahuanminimal:patofisiologi,terminologi medik, farmakokinetika, farmakoepidemiologi, farmakologi, interpretasi farmakoterapi, farmakoekonomi, data laboratorium, dan data penunjang diagnostik lainnya. Di dalam melakukan pelayanan visitemaka hal lain yang harus dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia (apoteker). Terkait keterbatasanjumlahapoteker,makadilakukanpembatasanpasienyangmenerima pelayananvisiteoleh apoteker.Beberapakriteriapasienyangdapatmenerima pelayanan visite olehapoteker adalah sebagai berikut: a.Pasien baru (dalam 24 jam pertama); b.Pasien dalam perawatan intensif; c.Pasienyangmenerima≥5 macam obat; d.Pasienyangmengalamipenurunan fungsi organ terutama organ hatidanginjal; e.Pasienyanghasilpemeriksaanlaboratoriumnyamencapainilaikritis(critical value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin; UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 53 f. Pasien yang mendapatkan obat yang mempunyai indeks terapi sempit, berpotensi menimbulkanreaksi obatyangtidak diinginkan (ROTD)yang fatal. Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan pelayananvisitemakalangkahselanjutnyayangdilakukanadalahmengumpulkan informasipenggunaanobat.Informasitersebutdapatdiperolehdarirekammedik, wawancara dengan pasien / keluarga. Setelah informasi didapatkan maka selanjutnyadilakukan pengkajianmasalahterkaitobat.Pengkajianyang dilakukan yaitu pengkajian bagi pasien yang mendapatkan obat yang memiliki risiko mengalami masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi) maupunyangpotensial (mungkin terjadi). Kegiatan visitedapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Kegiatan visitemandiri dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien, mendengarkan respon yang disampaikan oleh pasien dan identifikasi masalah, memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkaitpenggunaanobat,melakukanpemantauanimplementasirekomendasidan melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan terkait penggunaan obat. Sedangkan visitetim dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan/atau tim, mengikuti dengan seksama presentasi kasus yang disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkait penggunaanobat, melakukan pemantauan implementasirekomendasi,dan melakukan pemantauan efektivitas dankeamananterkaitpenggunaan obat. Setelah melakukan adalah pendokumentasian. praktekvisite,makatahapan yangharus dilakukan Pendokumentasian merupakanhal yang harus dilakukandalamsetiapkegiatanpelayananfarmasi.Tujuannyaadalahmenjamin akuntabilitas dankredibilitas,bahanevaluasidanperbaikanmutukegiatan,dan bahan pendidikan dan penelitian kegiatan. 3.3.6.4Monitoring efek sampingobat Setiapobatmempunyaikemungkinanuntukmenyebabkanefeksamping. Pengertian efeksampingmenurutWHOadalahtiapresponterhadapobatyang UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 54 merugikanatautidak diharapkan,yangterjadipadadosisyangdigunakanpadamanusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping tidak mungkin dihindari/dihilangkansamasekali,tetapidapatditekanataudicegah mungkin dengan menghindari sampingobatdalamkliniktidak faktor- faktor risiko. seminimal Masalah efek dapatdikesampingkanbegitusajaolehkarena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Adanya efek samping obat dapat meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan perawatan/perpanjanganmasaperawatan,dan penderitaan, meningkatkan dapat menyebabkan kematian. Alurpemantauanefek sampingobat dapat dilihat padaLampiran 17. MESO dapat berguna bagi beberapa pihak, diantaranya bagi badan pengawas obat, perusahaan obat, dan bagi akademis. Beberapa tujuan diadakannyaMESO diantaranya adalah : a. Menemukanefeksampingobatsedinimungkin,terutamayangberat,tidak dikenal dan frekuensinyajarang b. Menentukan frekuensi dan insidenefek samping obat baik yang sudah dikenal danyangbaru sajaditemukan c. Mengenalsemuafaktoryangmungkindapatmenimbulkan/mempengaruhi timbulnyaefeksampingobatataumempengaruhiangkakejadianefek sampingobat d. Memberi umpan balik adanyainteraksi padapetugas kesehatan e. Membuat peraturanyang sesuai f. Memberi peringatan padaumumbiladibutuhkan g. Membuat data esensialyangtersedia sesuai sistemyangdipakai WHO MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a. Laporan insidentil Jenislaporaninibiasanyadikemukakanpadapertemuandirumahsakitatau laporan kasus dimajalah. b. Laporan sukarela Biasadisebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat. c. Laporan intensif di RS Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang terkumpul UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 55 kelompoktim dirumahsakit(dokter,perawat,ahlifarmasi,danlain-lain). Datayangterkumpul selanjutnyadianalisaoleh tim. d. Laporan wajib Adaperaturan yangmewajibkansetiappetugaskesehatanmelaporkan efek sampingobat ditempat tugas/ praktek sehari-hari. e. Laporan catatan 3.3.6.5 Pelayanan Informasi Obat Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentangStandarPelayanan Farmasi di RumahSakit, kegiatanpelayananinformasiobatmerupakankegiatanpelayananyangdilakukan olehapotekeruntuk memberikaninformasisecaraakurat,tidakbiasdanterkini kepadadokter,apoteker,perawat,profesikesehatanlainnyadanpasien.Kegiatan pelayananinformasiobatbertujuanuntukmenyediakaninformasimengenaiobat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit serta untuk membuatkebijakan–kebijakanyangberhubungandenganobat (terutamabagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi obat yang rasional. Luas ruanganyang dibutuhkan untukpelayanan informasi obat adalah: - 200 tempat tidur: 20 m2 - 400 – 600 tempat tidur :40 m2 - 1300 tempat tidur: 70 m2 Peralatanyang terdapatdiruang informasiobat meliputikepustakaanyang memadai, meja,kursi, rakbuku,komputer,telepon,lemariarsip, kartuarsip. Kegiatanyangdilakukanpadapelayanan informasi obat adalah: - Memberikandanmenyebarkaninformasikepadakonsumensecaraaktifdan pasif. - Menjawabpertanyaandaripasienmaupuntenagakesehatanmelaluitelepon, surat atau tatap muka. - Membuat buletin, leaflet,label obat. - Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. - Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 56 rawat jalan dan rawat inap. Melakukanpendidikanberkelanjutanbagitenagafarmasidantenagake sehatan lainnya. - Mengkoordinasi penelitian tentangobat dan kegiatan kefarmasian. pelayanan Alurprogram pelayananinformasiobatdanformulirpelayananinformasiobat dapat dilihat padaLampiran 18 dan 19. 3.3.6.6Monitoringinteraksiobat ProgrampemantauaninteraksiobatdiRSUPFatmawatiadalahtatacara melakukan pemantauan terjadinya dan upaya pencegahan terhadap interaksi antaraobatdenganobat maupunantaraobatdenganmakananyangdigunakan olehpasiendirawatinapRSUPFatmawati. Kegiatanpemantauaninteraksiobat dilakukandengantahapandariprosespenilaianinteraksiobatyangsedangterjadi interaksi obat yang akanterjadi hingga pemberian atau rekomendasi penanggulanganinteraksiobatkepadadokterpenanggungjawabpasien.Padasaat mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level signifikan dari interaksiyangsedang / akan terjadi. Beberapaalternatif pemecahan masalahyangdapat digunakan adalah: - Penggantian dengan obatyanglebih aman. - Pengaturan jadwal penggunaan. - Penurunan dosis obat. - Pemberian antidot/ pramedikasi sebelumpenggunaan obat. AlurkegiatanpemantauaninteraksiobatmenurutSPO (Standar Prosedur Operasional)yangadadapatdilihat padaLampiran20. 3.3.6.7Konselingobat Konselingobatadalahsuatuprosesyangsistematisuntukmenjelaskandan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 57 memberikan pemahamanbagipasiententangpengobatanyangmerekagunakan sertauntukmengidentifikasi danmenyelesaikanpermasalahanpasienberkaitandenganpenggunaanobat.Sehingga dapatmeningkatkankepatuhanpasiendalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara dalam pemberian pemahamankepadapasiententangcarapenggunaanobatyangbenardanaman. Seluruh penyerahanobatkepadapasien, baik rawat inap maupun rawat jalan harus dilengkapidenganinformasiyangmemadaidandapatmenjelaskankepadapasien ataukeluargapasiententangobatyangdigunakansehinggadapat menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan prosedurkonsultasi obat atauPelayanan Informasi Obat (PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker padapasien dengan kriteria: 1) Pasien dengan rujukan dokteruntuk konsultasi obat dengan apoteker. 2) Pasien dengan keinginansendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker. 3) Pasienyangakanpulang.Apotekermendapatkaninformasipasienyangakan pulangdari perawat ruanganatau petugas depo farmasi rawat inap. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apotekerdi ruangperawatanpasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya: 1) Pasien dengan rujukan dokteruntuk konsultasi denganapoteker. 2) Pasien dengan keinginansendiri untuk konsultasi dengan apoteker. 3) Pasien dengan penggunaan obat khusus, seperti: a. Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat(poli farmasi). b. Pasien dengan pengobatan kronis. c. Pasien dengan riwayat alergi. d. Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupunkombinasi. e. Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi, pengobatan HIV/ AIDS,pengobatan Tuberkulosis. Pengisiandatapasiendandatainformasiobatdalamformulirkonsultasi UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 58 dilakukanoleh apotekersecaralengkapdanbenar.Pelaksanaankonsultasiobat oleh apoteker dengan tahapan berikut: 1) Perkenalan. 2) Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya. 3)Pemberianpenjelasandankonsultasiobatsecaralengkap. Penjelasan obat meliputiindikasiobat,cara kerjaobat,dosispenggunaanobat,carapemakaian obatyangbenar,waktu pemakaianobat,efeksampingobatyangmungkin terjadi,carapemakaianobatyang benar, interaksiantaraobatdanmakanan baikyangpotensial maupun aktual, dan informasilainyangmendukung. 4) Pengujian pemahaman pasien atasinformasiyang telah diberikan. 5) Penutup. 3.3.6.8Edukasifarmasi Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan masyarakat. Program ini dilakukan dengan tujuan tercapainya peningkatan pemahamanyangbenarmengenaiobatkepadapasienataukeluargapasien,serta terwujudnya kepatuhan pasien terkait dengan penggunaan obat secara benar. Prosedurprogramedukasifarmasidilakukandenganpembuatanjadwalapoteker untukkegiatanedukasiberdasarkantopikbahasantentangobatpadatiapbulan olehpenyeliaadministrasidanSDMInstalasiFarmasi.Pelaksanaansosialisasi kepada petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh penyelia administrasidanSDM Instalasi Farmasitentangwaktupelaksanaandantema edukasiyangtelahdibuatmelaluiteleponataucopylembarjadwal.Pelaksanaan pengumpulan materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi dalam bentuk power point / makalah / lainnya dalam softcopy atau hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker sesuai jadwal kepada pasien,keluargapasien,ataumasyarakatsesuaitemayangditentukandengan metode: 1) Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara pembicara dan pesertaselamawaktuyangtelahdisepakati(minimal selama60 UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 59 menit). 2) Seluruhpesertayanghadirmengisidaftarhadiryangakandigunakansebagai materi evaluasi pelaksanaan kegiatan. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 60 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati RSUP Fatmawati merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan.Untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien, makadibentuk suatu badan organisasi yang disebut IFRS (Instalasi Farmasi RumahSakit). IFRS dipimpin oleh seorang Apoteker dan bertanggung jawab terhadapsegala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasandistribusi maupun administrasi barang farmasi. Selama melakukan praktek kerjadi RSUP Fatmawati, khususnya di IFRS RSUP Fatmawati, banyak hal yang dapat diamati, dipelajari, dan dianalisis terkait pengelolaan perbekalan farmasi danpelayanan farmasi. Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dibagi menjadi beberapa subbagian, antara lain gudang farmasi, tata usaha farmasi, produksi, depo instalasi rawat jalan, depo askes, depo instalasi rawat inap, depo IGD/IRI, depo instalasi bedah sentral. 4.1.1 Bagan Organisasi Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati sebagaimana tercantum dalam lampiran 3, terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi yang berkoordinasi dengan Kepala Satuan Farmasi Fungsional. Kepala Instalasi Farmasi dibantu oleh seorang Wakil Kepala Instalasi yang membawahi15(limabelas)orangPenyelia,yaitu: 1. PenyeliaDepoIRJ(Lantai 1, 2, dan 3) 2. PenyeliaDepoAskes 3. PenyeliaDepoIGD danIRI 4. PenyeliaDepoIBS 5. PenyeliaDepo Teratai–IRNAA 6. PenyeliaDepo Teratai–IRNAB 7. PenyeliaDepo GriyaHusada 8. PenyeliaDepo GedungProf. Soelarto 9. PenyeliaGudang Farmasi 60 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 UniversitasIndonesia 61 10. PenyeliaProduksiFarmasi 11. PenyeliaSistemInformasi 12. PenyeliaDistribusi dan Penerimaan 13. PenyeliaPerencanaan PerbekalanFarmasi 14. PenyeliaPencatatan danPelaporan 15. PenyeliaTata UsahadanSDM Farmasi Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati jika dibandingkan dengan struktur organisasi minimal di instalasi farmasi menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit masih terdapat kekurangan. Menurut standar struktur organisasi minimal IFRS terdiri dari seorang kepala IFRS yang membawahi tiga wakil di bidang pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, dan manajemen mutu. Masing-masing wakil setiap bidangnya membawahi tiga orang penanggung jawab. Sedangkan struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati menunjukkan bahwa seorang wakil kepala IFRS membawahi lima belas orang penyelia. Hal ini dapat menimbulkan kerja dari seorang wakil kepala IFRS dalam mengawasi dan melakukan pengendalian terhadap bagian dibawahnya menjadi kurang maksimal yang selanjutnya dapat berdampak pada pelayanan kepada pasien yang kurang maksimal. Sehingga, sebaiknya struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati perlu dikaji kembali agar didapatkan struktur organisasi yang lebih baik lagi sehingga nantinya akan berdampak pada pelayanan kepada pasien yang maksimal. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam perbaikan struktur ini adalah dengan adanya beberapa wakil kepala yang membawahi tiap bidang yang berbeda. 4.1.2 Gudang Farmasi Hasil evaluasi terhadap kondisi gudang mengenai pengaturan ruang gudang menunjukkan hasil yaitu beberapa kondisi gudang IFRS telah sesuai dengan standar, namun ada beberapa pula yang belum sesuai dengan standar. Pengaturan yang telah sesuai standar yaitu untuk kemudahan dalam bergerak gudang instalasi farmasi RSUP Fatmawati tidak menggunakan sekat bila ruangan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 62 sempit namun arus penerimaan dan pengeluaran barang yang diatur sesuai arus I, L dan U belum dilakukan. Sirkulasi udara dalam gudang baik dengan adanya Air Conditioner 24 jam dan dilengkapi dengan alat pemantau suhu dan kelembapan, tersedia rak dan palet dalam jumlah yang cukup. Narkotika dan psikotropika ditempatkan pada lemari double lock (kunciganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis. Obat high alert disimpan dilemari penyimpanan obat yang bertanda khusus (stiker high alert) dan tidaktercampur dengan obat lainnya.Perbekalan farmasi dalam kemasan besar ditempatkan di atas pallet.Perbekalan farmasi tidak layak pakai (rusak, kedaluwarsa, recall) telah disimpanterpisah, namun tidak diberi label “Penyimpanan Obat Tidak Layak Pakai”. Suhudan kelembaban penyimpanan dipantau di setiap ruang penyimpanan perbekalanfarmasi. Suhu penyimpanan dipertahankan sesuai dengan Standar ProsedurOperasional, namun kelembaban tidak sesuai dengan Standar ProsedurOperasional. Obat yang memerlukan pengendalian / pengaturan suhu disimpan dalampharmaceutical refrigerator. Penyimpanan perbekalan farmasi berada dalamruangan yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung.Bahan berbahaya mudah terbakar/mudah meledak telah disimpan padaruang khusus, namun ruang tersebut bukanlah gudang tahan api. Saat ini, gudangtahan api masih berada satu gedung dengan gedung farmasi dan belumdifungsikan sesuai dengan tujuannya. Gudang tersebut masih digunakan untukmenyimpan stok obat yang berlebih, yaitu cairan infus.Pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan farmasi telahdilakukan, baik ke dalam kartu persediaan, maupunke dalam Sistem InformasiManajemen Rumah Sakit (SIRS). Stok yang terdapat secara fisik telah sesuaidengan catatan stok yang terdapat di kartu persediaan dan Sistem InformasiManajemen Rumah Sakit. Untuk pencegahan kebakaran gudang instalasi farmasi RSUP Fatmawati telah memenuhi syarat yaitu tidak menumpuk kardus secara berlebihan (tumpukan karton/kardus paling banyak delapan tumpukan), tersedian alat pemadam kebakaran yang selalu diperiksa setiap saat, dan tersedian detektor asap. Hasil pengamatan di gudang farmasi mengenai penyusunan stok obat ditemukan bahwa perbekalanfarmasi telah disimpan pada tempat yang terpisah sesuai denganpengelompokannya, yaitu berdasarkan bentuk sediaan serta jenisnya UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 63 dan disusunsecara alfabetis. Perbekalan farmasi disusun dengan metode FIFO (First In FirstOut) atau FEFO (First Expired First Out). Obat kategori LASA diselingi dengan2 obat non kategori LASA (Look Alike Sound Alike) di antaranya dan pada rak/tempat obat diberikan stikerLASA. 4.1.3 Tata Usaha Farmasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan secara rutin maupun tidak rutin dalam periode bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan dengan menerapkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna. Adanya kegiatan administrasi dalam pelayanan kefarmasian bertujuan untuk: 1. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi. 2. Tersedianya informasi yang akurat. 3. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan. 4. Tersedianya data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan. 5. Anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi terkelola secara efisien dan efektif. Sistem rekapitulasi data pasien masih dilakukan secara manual. Hal ini dikarenakan belum tersedianya sistem yang memadai untuk dilakukan perekapan secara komputerisasi. 4.1.4 Produksi Produksi adalah kegiatan untuk membuat, merubah bentuk, dan mengemas kembali sediaan farmasi, baik steril maupun non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit dengan kriteria obat yang diproduksi sebagai berikut: 1. Sediaan farmasi dengan formula khusus. 2. Sediaan farmasi dengan harga murah. 3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil. 4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran. 5. Sediaan farmasi untuk penelitian. 6. Sediaan nutrisi parenteral. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 64 RSUP Fatmawati memiliki bagian produksi untuk sediaan farmasi non steril dan steril pada instalasi farmasinya. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan penerimaan obat oleh pasien/tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan produk yang tidak dijual dipasaran. Bagian produksi non steril memiliki master formula yang berisi formula untuk 74 item. Dari 74 item yang ada tidak semua item tersebut diproduksi karena jumlah permintaan terhadap beberapa item sudah jarang/tidak ada lagi sehingga jumlah item yang masih diproduksi hanya 42 item. Master formula yang terdapat di ruang produksi non steril mengalami beberapa kali revisi, namun master formula terdahulu masih disimpan bersama master formula yang baru. Hal ini dapat menyebabkan kekeliruan apabila petugas menggunakan master formula yang terdahulu untuk dijadikan acuan dalam melakukan produksi. Bagian produksi steril hanya melakukan kegiatan IV admixture dan penanganan obat sitostatika. Sebelumnya pernah dilakukan penyiapan nutrisi parenteral, namun karena sudah tidak ada permintaan, maka pelayanan penyiapan nutrisi parenteral hanya diadakan di ruang steril depo instalasi rawat inap. Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke bagian produksi steril. Obat sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam. Preparasi obat sitostatika dilakukan dengan cara teknik aseptik oleh tenaga kefarmasian yang telah dilatih dan melalui pelatihan internal di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 65 Beberapa pengamatan yang diperoleh dari kegiatan orientasi bagian produksi farmasi adalah pengemasan obat kadang-kadang dibagi tidak berdasarkan takaran menggunakan alat ukur (berdasarkan kasat mata), QC (Quality Control) uji keseragaman bobot pada kapsul tidak dilakukan, produk dari bagian produksi non steril tidak didistribusikan ke gudang farmasi terlebih dahulu, tidak adanya pass box untuk memasukkan/mengeluarkan obat sitostatika, tidakadanya particle counter, dan sudah lama tidak dilakukan usaha pemantauan mikrobiologis di ruang produksi steril. Pengemasan obat berupa pembagian sediaan cair bervolume besar menjadi beberapa sediaan cair bervolume kecil terkadang tidak dilakukan dengan alat ukur. Hal ini mengakibatkan volume produk sediaan cair yang dikemas kembali tidak terdistribusi merata. Pengontrolan kualitas untuk menjamin keseragaman bobot pada kapsul hasil produksi pun tidak dilakukan sehingga tidak dapat dijamin tepatnya isi tiap kasul yang dikemas. Keterbatasan SDM di bagian produksi non steril menyebabkan produk non steril tidak didistribusikan ke gudang farmasi terlebih dahulu. Petugas depo farmasi yang membutuhkan produk dari bagian produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon obat lalu datang ke bagianproduksi non steril untuk mendapatkan produknya kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon obat. Sistem distribusi produk seperti ini dapat mendukung timbulnya kesalahan pencatatan stok produk. Dalam penanganan obat sitostatika di bagian produksi steril, obat dimasukkan ke dalam ruang rekonstitusi tidak melalui pass box (obat dimasukkan hanya melalui lemari 2 pintu biasa). Penggunaan lemari biasa pada saat memasukkan obat ke dalam ruang rekonstitusi menyebabkan seringkali terjadi suatu keadaan dimana kedua pintu lemari dibuka bersamaan karena tidak ada sistem interlock guard. Dengan dibukanya kedua pintu lemari, terjadi hubungan langsung antara ruang penyiapan obat dengan ruang rekonstitusi sehingga memungkinkan terjadinya gangguan aliran udara dan kontaminasi partikel pada ruang rekonstitusi. Dengan tidak adanya particle counter pada bagian produksi steril, pemantauan dan pengontrolan jumlah partikel di tiap kelas ruangan menjadi semakin sulit untuk dilakukan. Pemantauan secara mikrobiologis dengan cawan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 66 papar atau pengambilan sampel permukaan juga perlu dilakukan untuk mengontrol jumlah mikroba di tiap kelas ruangan. 4.1.5 Depo Instalasi Rawat Jalan Jumlah Apoteker di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 adalah 2 orang. Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan secara individual prescription dengan baik. Akan tetapi, depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 masih terkadang melakukan permintaan obat ke depo-depo lain karena stok obat kosong. Penyimpanan obat di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 telah disusun sesuah tersusun sesuai abjad. Penyimpanan obat-obat LASA di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 juga telah diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya. Kondisi blender obat di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 yang kurang baik mengakibatkan masih terdapat serpihan kasar pada serbuk obat yang dihasilkan. Tempat pengisian kapsul di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 kondisinya kurang baik. Kapsul sering jatuh pada saat pengisian obat sehingga dosis, sanitasi, dan efisiensi kerja berkurang. Selain pelayanan resep, depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 juga melayani konseling bagi pasien HIV. Adapun kriteria pasien HIV yang diutamakan untuk diberikan pelayanan konseling adalah pasien HIV yang baru, pasien dengan regimen obat yang baru, dan pasien dengan kondisi yang memburuk. Waktu yang dibutuhkan untuk konseling per pasien adalah 15-30 menit. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani pasien KJS. Penyimpanan obat di depo Instalasi Rawat Jalan telah disusun sesuai urutan abjad, bentuk sediaan, generik dan non generik serta ketahanan sediaan terhadap suhu udara. Namun masih ada beberapa obat LASA yang belum diberi stiker LASA dan diberi jarak selang dua obat yang bukan LASA. Sehingga perlu peninjauan kembali terhadap penyimpanan obat di depo instalasi rawat jalan ini. Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan secara individual prescription dengan baik. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani pasien Jaskesmas, Jamkesda, dan pasien TBC. Penyimpanan obat di depo Instalasi Rawat Jalan telah disusun UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 67 sesuai bentuk sediaan, generik dan non generik serta ketahanan sediaan terhadap suhu udara. Namun masih ada beberapa obat yang telah disusun menurut urutan abjad dan ada pula yang belum contohnya seperti sediaan obat yang berada dalam botol dengan jumlah besar, obat-obat LASA yang belum diberi stiker LASA dan diberi jarak selang dua obat yang bukan LASA. Sehingga perlu peninjauan kembali terhadap penyimpanan obat di depo instalasi rawat jalan ini. Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan secara individual prescription dengan baik. 4.1.6 Depo ASKES DepoAskes rawatjalan adalahdepofarmasi yangkhusus melayanisemuapasien pesertaAskesdanpasienJamkesdaBogor.Sumberdayamanusia yangterdapatdidepo Askes terdiridari1orangapotekersebagaipenyelia,6 orangasisten apoteker, 1orangjuru resep, dan5 orangpetugasadministrasi. Pengadaan obat di depo ASKES dilakukan setiap hari langsung dari Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara online. Penyimpanan barang disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan, disusun secara alfabetis,serta disimpan menurut ketahanan terhadap suhu ruang penyimpanan. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci (double lock). Obat - obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Penyimpanan obat-obat LASA belum terkendali dengan baik, masih ada obat-obat LASA yang belum diberi stiker LASA dan diberi jarak selang dua obat dengan obat yang bukan LASA, penyimpanan obat fast moving yang terpisah juga belum disertai dengan penempelan stiker LASA untuk obat-obat LASA. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika telah dilakukan sesuai standar. Obat narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus (double lock). Pasien ASKES merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati. Depo ASKES juga melayani pasien dengan jaminan Jamkesda Bogor. Terdapat beberapa pedoman yang digunakan dalam melayani pasien-pasien tersebut, antara lain DPHO ASKES, Daftar Obat Inhealth, Formularium Jamkesmas, Formularium UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 68 Rumah Sakit, dan lain-lain. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obatobat apa saja yang dapat diberikan kepada pasien beserta batasan jumlah maksimal yang dapat diberikan. Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkasberkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas. Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obatobat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat diserahkan kepada pasien). Resep kemudian diinput untuk pemotongan stok obat, lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan obat. Masingmasing tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda dan akan diberikan stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan). Pemberian stempel tersebut bertujuan agar dapat dilakukan pengecekan kembali apabila terjadi kesalahan. Sebelum pembuatan etiket, petugas bagian etiket terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada tanggal tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukanpengecekan apabila pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas juga akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di depo ASKES sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain. Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket. Untuk penyiapan obat racikan, disediakan mortir dan alu. Di Depo Askes tidak tersedia blender untuk membuat obat racikan yang mungkin disebabkan oleh jumlah resep racikan yang tidak terlalu banyak sehingga masih dapat dikerjakan hanya dengan mortar dan alu. Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur penyerahan obat dimulai dengan verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien, pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, permintaan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan diakhiri dengan permintaan tanda tangan pasien.Informasi yang diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat. Keterbatasan informasi obat yang diberikandisebabkan oleh banyaknya jumlah pasien yang harus dilayani UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 69 Depo Askes sehingga waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang dilayani depo ASKES dapat mencapai 200-300 resep/hari dengan obat yang sering diresepkan adalah obat-obat kardiovaskular. Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat dilayani. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kefarmasian yang terdapat di depo ASKES. Beban kerja yang tinggi juga seringkali menyebabkan pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama, misalnya seorang petugas dapat melakukan penyiapan obat dan penyerahan obat dalam hari yang sama. Depo ASKES juga melayani pelayanan obat sitostatik, namun pelayanan yang diberikan hanya terbatas pada pelayanan administratif, yaitu hanya mengurus berkas.Obat sitostatik dititipkan di ruang produksi steril di Gedung Instalasi Farmasi. Selain gudang farmasi dan ruang produksi steril,tidak ada tempat yang diizinkan melakukan penyimpanan obat-obat kemoterapi. Ketika kemoterapi akan dilakukan, obat akan direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi. Selain melayani obat DPHO, depo ASKES juga melayani obat non-DPHO tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan biaya. Untuk obat non-DPHO, pembayaran dilakukan setelah penyerahan obat. Untuk pasien peserta ASKES yang mendapatkan obat-obat DPHO, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES. Setelah selesai pelayanan, dilakukan input kembali menggunakan program yang terhubung dengan PT. ASKES untuk diklaim ke ASKES. Klaim ASKES dilakukan oleh Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di depo ASKES disediakan komputer yang digunakan untuk klaim ASKES. Pembayaran untuk pasien peserta Jamkesda Bogor menggunakan sistem INACBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-paket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sebaliknya, bila tagihan pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban rumah sakit. Dengan demikian terjadi subsidi silang antara pasien yang tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 70 Pelaporan yang dibuat oleh depo ASKES antara lain laporan analisa penjualan, obat generik dan non generik, obat DPHO dan non-DPHO, narkotika dan psikotropika, jumlah resep. Penghitungan jumlah resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan mengetahui beban kerja pegawai di depo ASKES. 4.1.7 Depo Instalasi Rawat Inap Teratai (Depo Teratai) Depo Instalasi Rawat Inap Teratai (Depo Teratai) merupakan depo yang menyediakan perbekalan bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki jumlah sumber daya manusia sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 4 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 5 orang dan tenaga teknis kefarmasian sebanyak 14 orang. Kegiatankegiatan yang dilakukan di Depo Teratai meliputi pengadaan obat, penerimaan obat, penyimpanan obat, penyiapan obat, distribusi obat dan dokumentasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari, Depo Teratai akan membuat perincian kebutuhan yang diinput ke komputer yang terhubung dengan sistem di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, maka pihak gudang farmasi akan mengkonfirmasi pihak Depo Teratai melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas Depo Teratai. Setelah dilakukan verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh pihak Depo Teratai telah menjadi stok di Depo Terataidi dalam sistem. Dengan adanya sistem ini, maka dapat memungkinkan stok obat di Depo Teratai (real stock) sama dengan di sistem. Penyimpanan perbekalan farmasi di Depo Teratai telah dilakukan dengan cukup baik. Obat disusun berdasarkan generik dan non generik, stabilitas, bentuk sediaan dan alfabetis agar memudahkan pengambilan obat sehingga mempercepat pelayanan obat. Obat-obat mahal dan mudah pecah disimpan didalam lemari kaca dan terkunci dengan tujuan mencegah kehilangan atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga disimpan rapi dan terlindung dari cahaya yang bertujuan untuk menjaga kestabilan sediaan tersebut. Namun beberapa sediaan obat LASA masih ada yang belum diberi jarak dua obat yang bukan LASA dan belum diberi stiker UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 71 LASA, sehingga sebaiknya dilakukan pengecekan kembali terhadap adanya obatobat LASA tersebut. Sistem distribusi yang digunakan di Depo Teratai adalah resep individual (individual prescription), floor stock serta dosis unit. Pada sistem resep individual, resep obat akan dikirim ke depo Teratai oleh perawat. Obat disiapkan sesuai dengan resep dan didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan untuk penyediaan resep puyer pasien anak-anak, sediaan cair, infus, obat yang dipakai dalam keadaan tertentu (seperti obat diare), dan obat untuk dibawa pulang. Pada sistem distribusi floor stock, kelompok obat dan alat kesehatan tertentu disimpan di ruang perawatan untuk digunakan oleh seluruh pasien. Biaya penggunaan obatobat/alat kesehatan ini dihitung sebagai biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat penggunaan umum yang terdiri dari obat yang tertera dalam daftar yang telah ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di unit perawat. Sistem distribusi floor stock juga diterapkan pada penggunaan obat dan alat kesehatan yang ada di dalam lemari emergency. Depo Teratai memiliki beberapa lemari emergency yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di ruang HCU (High CareUnit) yang ada di setiap lantai gedung teratai. Tiap lemari emergency berisi obat dan alat kesehatan dengan jumlah yang telah distandardisasi. Obat dan alatkesehatan yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu penyediaan dari depo. Setiap penggunaan obat dan alat kesehatan dari lemari emergency akan dicatat oleh perawat. Setiap hari, petugas Depo Teratai akan datang untuk mengecek persediaan obat dan alat kesehatan yang ada di dalam lemari emergency. Bila ada pengurangan jumlah obat/alat kesehatan, petugas Depo Teratai akan mencatat nama pasien yang menggunakan beserta dengan jenis dan jumlah obat/alat kesehatan yang digunakan di lembar insidentil pasien untuk dimasukkam ke dalam tagihan obat dan alat kesehatan pasien. Selanjutnya, petugas Depo Teratai akan mengisi kembali lemari emergency sesuai dengan standar jumlah obat/alat kesehatan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem distribusi dosis unit, yaitu sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita selama 24 jam. Penyediaan obat dosis unit dilakukan dengan cara mengemas obat-obat pasien ke dalam kemasan dosis unit tunggal yang cukup UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 72 untuk suatu waktu tertentu.Untuk penyediaan obat dosis unit, satu petugas Depo Teratai bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada salah satu bagian lantai (utara atau selatan) gedung teratai yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan obat dosis unit dilakukan di pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat kedalam kemasan dosis unit, pengecekkan kembali, hingga peletakkan kemasan dosis unit di dalam troley dosis unit sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya,di sore hari, petugas Depo Teratai yang bertanggung jawab akan mengantarkan obat dengan menggunakan troley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekkan kembali. Depo Teratai juga menyediakan paket-paket kebidanan untuk digunakan di gedung teratai lantai satu (emergencykebidanan). Paket-paket ini disediakan untuk mempercepat pelayanan obat dan alat kesehatan bagi pasien emergency kebidanan. Sebanyak delapan jenis paket berisi obat dan alat kesehatan tersedia di Depo Teratai, yaitu Paket Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorrhagic Post Partum (HPP), Paket Preeklamsi Berat (PEB) dan Paket Partus Normal. Di antara ketiga sistem distribusi yang digunakan, sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan. Beberapa keuntungan dari sistem ini diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan hanya perlu membayar obat yang dikonsumsinya saja, serta pengurangan beban kerja perawat karena semua dosis yang diperlukan untuk pasien telah disiapkan oleh petugas depo. Sistem distribusi ini juga dapat mengurangi kemungkinan kesalahan waktu pemberian obat. Sekalipun demikian, sistem distribusi dosis unit juga memilki beberapa keterbatasan, yaitu diperlukan teknik kerja yang cepat dan tepat oleh karena obat harus sudah siap dikonsumsi sebelum jam makan pasien,serta dibutuhkan tenaga kefarmasian yang lebih banyak. Sama seperti depo farmasi lainnya, Depo Teratai juga melakukan pencatatan dan pelaporan. Laporan yang disusun di Depo Teratai adalah laporan analisa penjualan dan laporan tagihan pasien, laporan narkotika dan psikotropika, UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 73 laporan obat generik dan non generik, laporan jumlah resep, serta laporan medication error. 4.1.8 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI) Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat akan dipilih atau dipisahkan sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang membutuhkan penanganan segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk mendapatkan tindakan medis sesuai kebutuhan pasien. Pasien yang membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning. Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang belum mendapat kamar di gedung rawat inap. Depo IGD melakukan pengadaan yang juga berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi Farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi di Depo Teratai telah dilakukan dengan cukup baik. Obat disusun berdasarkan generik dan non generik, stabilitas, bentuk sediaan dan alfabetis agar memudahkan pengambilan sehingga mempercepat pelayanan obat. Penyimpanan obat narkotik dan psikotropika telah sesuai standar yaitu menggunakan lemari terpisah dengan double lock. Obat-obat high alert telah diberi stiker high alert. Permasalahan dalam penyimpanan perbekalan farmasi di Depo IGD dan IRI adalah adanya obat-obat LASA yang masih belum diberi stiker LASA dan diberi jarak selang dua obat yang bukan LASA. Selain itu tempat penyimpanan alat-alat kesehatan kurang teratur dikarenakan ruangan yang kurang luas untuk menyimpan alat-alat kesehatan tersebut. Pendistribusian obat untuk pasien rawat inap dilakukan dengan sistem dosis unit, sedangkan untuk pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep individual. Di ruang resusitasi terdapat lemari emergencyyang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang, sore). Sebaliknya, di ruang rawat inap intensif seperti ruang ICU, NICU, dan PICU, lemari emergencyhanya diperiksa satu kali sehari. Petugas Depo IGD akan memeriksa jumlah penggunaan dan nama pasien yang menggunakan obat dari lemari UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 74 emergency pada lembar insidensil pasien. Jika terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency dengan yang ada di lembar insidentil, petugas depo akan mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat agar perawat segera mencari pasien yang menggunakan obat tersebut. Paket obat dan alat kesehatan yang diterima pasien IGD bergantung pada dimana pasien ditempatkan. Pasien yang masuk ruang P2 akan mendapat paket berisi alat kesehatan yang diambil oleh perawat di Depo IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat. Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke Depo IGD dan dibuat perincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh pasien. 4.1.9 Depo Instalasi Bedah Sentral (Depo IBS) Depo IBS berada di gedung IBS lantai 2. Di gedung ini, lemari emergencyhanya terdapat di kamar operasi Citokarena operasi bersifat segera. Selain itu,paket alat kesehatan juga sudah disiapkan di kamar operasi Citountukmempermudah pengambilan alat kesehatan yang diperlukan selama operasidilakukan di kamar operasi Cito.Berbeda dengan kamar operasi Cito, paket obat dan alat kesehatan untukpasien kamar operasi elektif tidak disiapkan di kamar operasi tersebut. Penataanestesi dan penata bedah akan melakukan permintaan obat dan alat kesehatan keDepo IBS. Paket anestesi dan paket bedah dibedakan dengan tujuan untukmempermudah pendistribusian keperluan setiap penata. Pada saat perincian biaya,permintaan obat dan alat kesehatan penata anestesi dan penata bedah akandigabungkan. Obat di Depo IBS disimpan pada lemari yang terpisah dari alatkesehatan, namun obat tidak disusun alfabetis sehingga menyulitkan pengambilanobat saat diperlukan. Fasilitas lemari penyimpanan yang sempit mengakibatkankesulitan dalam penyusunan obat secara alfabetis. Obat yang memerlukan suhudingin telah disimpan di pharmaceutical refrigerator yang dilengkapi denganmonitor suhu, namun karena UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 75 ukuranpharmaceutical refrigerator yang kurang memadai menyebabkan obat tidak tertata dengan baik sesuai dengan urutan abjad. 4.2 Satuan Farmasi Fungsional Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati mencakup pengkajian resep, pengkajian penggunaan obat, ronde/visite, pemantauan efek samping obat, pelayanan informasi obat, pemantauan interaksi obat, konsultasi obat, dan edukasi farmasi. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pelayanan farmasi klinik dijelaskan berikut ini. a. Pengkajian Resep Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam terapi obat pasien. Tujuan akhir dari kegiatan pengkajian resep adalah untuk mencapai rasionalisasi penggunaan obat pasien. Kegiatan pengkajian resep mencakup seleksi persyaratan administratif, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Di RSUP Fatmawati, kegiatan pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap dari segi administrasi. Misalnya pada resep untuk pasien anak, umur pasien seringkali tidak tertera pada lembar resep padahal info tersebut sangat diperlukan terutama untuk menghitung dosis penggunaan obat pada pasien anak. Pada beberapa resep bahkan hanya tertulis nama pasien dan permintaan obat. Penanda kegiatan pengkajian resep berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” juga tidak terlihat pada banyak resep. Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh banyaknya resep yang harus dilayani petugas farmasi di RSUP Fatmawati. Selain itu, kegiatan pengkajian resep secara keseluruhan membutuhkan waktu yang cukup lama sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien rawat jalan. b. Pengkajian Penggunaan Obat Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pada dasarnya, kegiatan ini dilakukan untuk menilai ada/tidaknya masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat pada terapi obat pasien. Di RSUP Fatmawati, kegiatan UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 76 pengkajian penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat inap dengan melihat catatan pemberian dan pemantauan obat pasien yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari rekam medik pasien dicatat ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk selanjutnya dinilai ada/tidaknya masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat. Kegiatan pengkajian resep belum sepenuhnya dilakukan oleh petugas farmasi RSUP Fatmawati oleh karena masalah waktu. Banyaknya resep obat yang harus dilayani seringkali membuat petugas farmasi tidak sempat melakukan kegiatan pengkajian penggunaan obat. c. Visite Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik. Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat memperoleh informasi terkini dan komprehensif, menjadi fasilitas pembelajaran, serta mendiskusikan langsung masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan mengimplemantasikan rekomendasi yang dibuat. Sekalipun demikian, tipe visite ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu jadwal visite harus disesuaikan dengan jadwal tiap peserta visite dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi dan penyampaian informasi selama visite menjadi kurang lengkap. Visite pasien yang dilakukan di RSUP Fatmawati diaplikasikan pada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan memiliki risiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors). Beberapa tempat dilakukanya visite oleh apoteker di RSUP Fatmawati adalah Intensive Care Unit (ICU),Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien pra operasi dan post operasi. Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan pasien High Care Unit (HCU) IRNA Teratai dan ruang perawatan pasien pra operasi dan post operasi. Visite pasien Intensive Care Unit(ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu oleh karena kondisi pasien yang dirawat di ruang perawatan tersebut merupakan pasien yang menderita penyakit komplikasi UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 77 sehingga memiliki riwayat pengobatan yang lebih kompleks dibandingkan pasien rawat inap lainnya. Hal ini memungkinkan terjadinya masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dengan prevalensi yang lebih tinggi sehingga diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan keoptimalan terapi obat yang diterima oleh pasien. Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi, apoteker akan berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling mengklarifikasi, mengonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat. Pada saat visite secara tim, rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang merawat pasien. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang diminta oleh tim visite kepada apoteker di antaranya adalah pemilihan terapi obat (misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen), obat alternatif yang dapat diberikan kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat, dan pertimbangan obat dari sisi cost effectiveness. Setelah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya apoteker melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan keamanan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang diterima aman bagi pasien.Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi praktik visite yang dikelola dengan baik dan terjaga pendokumentasian yang baik, maka kerahasiaannya. tersedia data Dengan yang adanya menunjukkan terlaksananya kegiatan visite dan bahan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan. d. Pemantauan Efek Samping Obat (MESO) Program pemantauan efek samping obat (MESO) adalah program untuk menganalisis kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan, baik dokter, perawat, maupun apoteker yang ada di rumah sakit, dan pasien beserta keluarganya. Di RSUP Fatmawati, kegiatan pemantauan penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan serta kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat akan dikaji oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek samping obat dan tindakan penanggulangan harus terdokumentasi dalam catatan rekam medik UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 78 pasien serta dibuatkan laporan untuk disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu maksimal 48 jam setelah temuan oleh kepala satuan kerja terkait. Prosedur pemantauan efek samping obat meliputiLampiran 17: 1. Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya efek samping obat 2. Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenagan kesehatan, keluarga pasien atau pettugas lainnya 3. Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat dalam formulir pelaporan 4. Pelaksanaan kegiatan komunikasi/interview oleh tim kerja (tim pemantauan efek samping obat) yang terdiri dari dokter penanggung jawab pasien (DPJP), perawat ruangan, apoteker ruangan. 5. Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim pemantauan efek samping obat terhadap hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber 6. Pelaksanaan kegiatan diskusi sevara komperhensif sebagai media problem solving oleh tim pemantauan efek samping obat atas hasil analisa yang telah dilakukan 7. Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim pemantauan efek samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasan efek samping obat yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang. 8. Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim pemantauan efek samping obat. Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis obat, memberikan antidot/premedikasi sebelum penggunaan obat, dan membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden (internal). 9. Pelaksanaan implementasi rencana tindakan pengatasan efek samping obat UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 79 10. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan intervensi yang dilakukan 11. Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim pemantauan efek samping obat jika diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan 12. Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada formulir laporan MESO Nasional. Penyampaian laporan efek samping obat yang terjadi dilakukan segera oleh tim pemantauan efek samping obat kepada kepala satuan kerja tempat temuan kejadian efek samping obat. Selanjutnya, dibuat laporan yang ditujukan kepada Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam kategori kejadian tidak diharapkan (KTD) dan Sentinel. e. Pelayanan Informasi Obat RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi, farmakokinetik/farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, cara pemberian, komposisi, indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi/efek samping obat yang pernah dialami pasien. Berbagai literatur telah digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati, baik literatur primer, sekunder, maupun tersier. Alur proses menjawab pertanyaan pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 18. Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk: UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 80 1. Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap. 2. Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa. 3. Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya. 4. Sebagai media pelatihan tenaga farmasi. 5. Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan. 6. Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan informasi obat. Contoh Formulir Pelayanan Informasi Obat dapat dilihat pada Lampiran 19. Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup penilaian/pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012 sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam).Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up todate), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah pertanyaan yang masih sedikit. f. Pemantauan Interaksi Obat Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurur SPO yang ada, kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan menggunakan software interaksi obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan analisis masih menggunakan literature pustaka sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menemukan interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan pemantauan interaksi obat juga tidak dilakukan dengan rutin oleh karena kesibukkan apoteker pelaksana di UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 81 pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan. g. Konsultasi Obat Konsultasi obat yang dilakukan oleh apoteker di RSUP Fatmawati diawali dengan tahap perkenalan diri kepada pasien. Selanjutnya, apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait penggunaan obatnya. Apoteker akan berusaha menggali informasi terkait penggunaan obat dari pasien sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan jawaban untuk masalah yang dialami pasien. Apabila informasi telah cukup, apoteker mulai menjelaskan/memberikan solusi atas obat-obat yang diterima pasien. Setelah pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan sebelumnya untuk memastikan info yang telah diberikan telah dipahami dengan tepat oleh pasien. Jika pasien masih kurang memahami penjelasan yang diberikan, maka apoteker akan mengulang kembali penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulang kembali penjelasan dari apoteker. Setelah pasien memahami dengan tepat apa yang dijelaskan apoteker, maka apoteker akan menanyakan kembali apakah ada masalah lain yang dialami pasien. Apabila pasien sudah tidak memiliki pertanyaan, maka sesi konsultasi obat dinyatakan selesai. Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker RSUP Fatmawati terkadang kurang menggali informasi pasien seperti adakah obat/vitamin/obat tradisional yang pernah atau sedang dikonsumsi pasien.Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi. Apoteker terkadang hanya memberikan informasi tentang obat yang ditanyakan oleh pasien. h. Edukasi Farmasi Program edukasi farmasi di RSUP Fatmawati dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang dalam ruangan tertentu untuk mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai tema tertentu, misalnya tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta diperkenankan bertanya mengenai masalah apa punmengenai obat, seperti cara pakai, penyimpanan, dan masalah-masalah terkait UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 82 obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan edukasi farmasi diperlukan fasilitas penunjang seperti LCD, layar, laptop, mikrofon, dan lain-lain. Kegiatan edukasi pada saat itu dilaksanakan di ruang rapat Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati disampaikan langsung oleh kepala instalasi farmasi. 4.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah menyusun formularium obat rumah sakit yang menjadi pedoman penggunaan obat di rumah sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat edisi formularium yang digunakan. Evaluasi atau review untuk penyempurnaan formularium dilakukan tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak dapat direvisi setiap setahun oleh karena masalah biaya untuk mencetak formularium terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Oleh karena itu, revisi formularium obat dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati setiap 3 tahun sekali. Adanya kesinambungan proses revisi menunjukkan bahwa TFT RSUP Fatmawati sudah berjalan dengan baik. Selain formularium obat, RSUP Fatmawati juga menyusun formularium alat kesehatan habis pakai, namun formularium ini masih belum diterbitkan. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 BAB 5 KESIMPULANDANSARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkanpemaparandiatas,terdapatbeberapakesimpulanyangdapa t diambil,yakni : a.PerandantanggungjawabapotekerdiInstalasiFarmasiRumahSakit(IFRS) Fatmawati yaitu melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayananfarmasiklinik.Pengelolaanperbekalanfarmasidimulaidariproses pemilihan, perencanaan,pengadaan,penyimpananhinggapendistribusiandengan menggunakansistem satu pintu. b.PerandantanggungjawabSatuanFarmasiFungional(SFF)adalahmenjamin berjalannya fungsi farmasi klinik yang profesional, antara lain melakukan visitepasien,monitoring/reviewpenggunaanobat,monitoringefeksamping obat, pemberianedukasibagi staf farmasi. c.PerandantanggungjawabTimFarmasidanTerapi(TFT)adalahmenyusun formulariumyangmenjadidasardalampenggunaanobatdanalkeshabispakai di Rumah Sakit,melaksanakan pengawasan, pengendaliandanevaluasi penggunaanobatdanalkes,sertamelaksanakanedukasibagistaffarmasidan profesi lain tentangperbekalan farmasi. 5.2 Saran Berdasarkanhasilpengamatanpenulisselamamelakukanpraktekkerjad i RSUPFatmawatiJakarta,terdapatbeberapasaranyangdapatmenjadi pertimbangandalammengeloladanmengembangkankegiatanfarmasidiRSUP FatmawatiJakartake depannya, diantaranyaadalah : a. PelayananInformasi Obat 1. Penambahan jumlah literaturyangterkini. 2. Peranaktifapotekerdalammembuatdanmenyebarkanbulletin/leaflet obat sehingga keberadaan kegiatan pelayanan informasi obat 83 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 84 semakindiketahuioleh banyak pihak. b. Konseling Obat kepada Pasien 1. Kegiatan konseling obat kepada pasien dengan lebih teliti dan dipandu oleh apoteker sehingga efek terapi obat optimal. c. ProduksiFarmasiNon Steril 1.Sebaiknyapengemasanobatdibagiberdasarkantakaranmenggunakanala t ukur,tidak berdasarkan kasat mata. 2. PadasetiapkegiatanproduksidiruangproduksiIFRSsebaiknyadibuat sampel per tinggal. d. DepoInstalasi Rawat Jalan 1. Penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 sebaiknya diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya. 2. Blender seharusnya dibersihkan terlebih dahulu untuk menghindari terjadinyainteraksiobat. e . Gudang Sebaiknya dibuat gudang tahan api yang terpisah dari gudang utama. UniversitasIndonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 DAFTAR ACUAN Daris,Azwar.(2010).Suplemen Kefarmasian.Jakarta:ISFI. Himpunan Peraturan Perundang- undangan DirektoratJenderalBinaKefarmasianDanAlatKesehatanKesehatanRI.(2006).Keput usanMenteriKesehatanRepublikIndonesiaNomor1197/Menkes/SK/X/2004tent angStandar Pelayanan Farmasi di RumahSakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Pemerintah Republik Indonesia.(2009).Undang-UndangNo.36 tahun2009 Tentang Kesehatan.Jakarta: Pemerintah RepublikIndonesia. Republik Indonesia.(2009). Undang-Undang RepublikIndonesiaNomor44Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara. RSUP Fatmawati.(2009).SejarahSingkat. 03Mei 2013. http://www.fatmawatihospital.com/mode1.php?id=1&mode=2 RSUP Fatmawati. (2009). Pelayanan Rawat Darurat. 03 Mei2013. http://www.fatmaweatihospital.com/mode2.php?id=8&mode=3 RSUP Fatmawati.(2012).KeputusanDirekturUtamaNo. HK.03.05/II.1/779/2012tentangPenyimpanan NarkotikaDan Psikotropika. Jakarta: RSUP Fatmawati. RSUP Fatmawati.(2012).KeputusanDirekturUtamaNomor: HK.03.05/II.1/2468/2012tentangOrganisasidanTataKerjaRumahSakit Umum Pusat Fatmawati. Jakarta: RSUP Fatmawati. Siregar, Charles J.P. (2004). Penerapan.Jakarta:EGC Farmasi Rumah 85 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Sakit: Teori dan UniversitasIndonesia LAMPIRAN Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Lampiran 1. Struktur Organisai RSUP Fatmawati 86 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 87 Lampiran2. Stuktur organisasiminimal instalasi farmasi Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 88 Lampiran3. Stuktur organisasiInstalasi FarmasiRSUP Fatmawati Direktur Utama Direktur Medik dan Keperawatan Kepala dan Wakil Kepala Instalasi Satuan Farmasi Fungsional Penyelia IRJ lantai 1,2 dan 3 Penyelia Gudang Farmasi Penyelia Depo ASKES dan Pegawai Penyelia Produksi Farmasi Penyelia Depo IGD dan IRI Penyelia Sistem Informasi Farmasi Penyelia Depo IBS Penyelia Distribusi dan Penerimaan Penyelia Depo Teratai IRNA A Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi Penyelia Depo Teratai IRNA B Penyelia Pencatatan dan Pelaporan Penyelia Depo Griya Husada Penyelia Tata Usaha ( TU ) dan SDM Farmasi Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 89 Lampiran 4. Struktur organisasi SatuanFarmasiFungsional RSUPFatmawati Direktur Utama Direktur Medik dan Keperawatan Ketua Satuan Farmasi Fungsional Koordinator Bidang Pendidikan dan Penelitian Instalasi Farmasi Koordinator Bidang Pelayanan Apoteker Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Lampiran 5..Alurperencanaaan dan pengadaaan perbekalanfaarmasi GudangFarrmasi PPK K Direkttur Keuang gan Kepala Instalasi Farmasi D DirekturMedikk dan Keperawatan Direktur K Keuangan Bagian B Annggaran PPK SekretariatP Harga Perkirraan Sendiri (HP PS) P PejabatPembuaat K Komitmen(PPK K) Diirektur Utama (KuuasaPengguna Anggaran) Diirektur Keeuangan Bagiann Anggaraan Direktur Keuangann PPK Universitas Indonesia U ULP(diatas200 juta); lelang Pejabat P Pengadaan M Medik (<200 juta) Sek kretariatPPK: SuraatPesanan(< 50 juta));SuratPerintah Kerjja(50-200juta); kirim mkedistributor 90 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 92 91 Lampiran6. Alur penerrimaan perbeekalanfarmassi L Pen nerimaan oleeh Tim Penerima Barang M Medik Serrah terima Tim m Penerima B Barang Medikk dan Petugass Gudang Farm masi. Cek: ffaktur; SP/SPK; kondisi; jum mlah; tanggal kedaluwarsaa (minimal 2 ttahun); Certifica ate of analysiss (bahan baku u obat), Certifficate of origiin (alkes), MSDS (bahan b berbahaya) b ila diperlukan n atau dicuriggai. Penyesuaaian Bukti Pen nyerahan Barrang dengan ffaktur oleh Peenyelia Gudang Farmasi Bukti Peenerimaan Baarang oleh Penyelia Gudan ng Farmasi Berita Acara Penerimaaan Barang oleh Tim Penerrima Barang M Medik, Penyeelia Gudang Farmasi, daan Kepala Insttalasi Farmasii Penyimpaanan perbekaalan farmasi Unive ersitas Indone esia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Lampiran 7.Alurdistribusi perbekalanfarmasi Serahterimapetugas gudang farmasidan petugasdepofarmasi. Cek: •Volume •Expired date Petugasgudang farmasicek sistem Printout Inputkesistem Tandatangan Verifikasi Stokgudang v farmasiterpotong Cek Pengeluaran 92 Universitas Indonesia Permintaan (sistem/manual) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 94 93 Lampiran8. Alurmasuk ke ruangproduksiaseptik TPN dan sitotoksik Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 94 95 Lampiran9. Alurpelayanan obat sitostatikarawat jalan dan rawat inap Rawat Jalan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 95 96 (lanjutan) RawatInap Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Lampiran10. Prosedurpenyiapanobat rawat jalan secaraindividualprescription Penerimaanresepdari dokter/perawat ruanganolehpetugas farmasi Pelaksanaan skrining resepuntukmenilai kesesuaianpenulisan resep Pelaksanaan pelayanan obatpasienyangtelah memenuhipersyaratan pada skrining peresepan Pemeriksaan berkas kelengkapanresep untuk pasien jaminan/asuransi Pembuatanbilling transaksi untukresep yangtelahmemenuhi persyaratandari skriningdankajian peresepanobat Pemanggilannama pasiendenganpengeras suara danpenyerahan obatkepadapasienoleh tenaga kefarmasian denganverifikasidan klarifikasi 7 benar Pengecekan obat tentangkebenaran obatyang sudah disiapkandengan klarifikasi 5 benar Pembuatan etiketobat dancopyresepbagi obatyangtidakjadi dibelipasienataupun tidak terlayani oleh depofarmasi Pelaksanaan permohonanijin prinsipuntukpasien jaminan Pembayaranresep berdasarkanbilling resepuntukpasien tunai Pendokumentasian resepdan buktiprint outdalam filesesuai denganstatus pembiayaan pasien 96 Universitas Indonesia Pelaksanaankonseling obatapabilapasien membutuhkan penjelasanlebihlanjut Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 97 98 Lampiran11. Alurpelayanan resep di depo ASKES PenerimaanResep Pemeriksaan kelengkapanberkas Pasienmendapatkan nomor Inputdatake komputer Penulisanetiket PenyiapanObat Penyerahan+ informasisingkat Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 98 99 Lampiran12. Alur distribusiobat secaradosis unitdiInstalasi Farmasi RSUP Fatmawati Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Lampiran13. Alurpelayananobat danalat kesehatan di DepoInstalasi Bedah Sentral OKCito PasienmasukkeOK Cito PenatamengambilPaketObat danAlkesOKCitoyangtelah disiapkanoleh petugasdepofarmasi. Bilakurang,maka penata anastesi/bedah dapat mengambilnyadilemari emergensidan mencatatnya diLembarPemakaian. DepoIBSmelakukanperincian biayapasien danmengirimkan kedepofarmasi dimana pasiendirawat LembarPemakaian dimasukkankedalam Paket ObatdanAlkes OKCitoyang telahterpakaioleh pasien PetugasDepoIBSmenyiapkan kembaliPaketObatdan Alkes danOKCito, sertamelengkapi lemariemergensi. 99 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 (lanjutan) OKElektif Seharisebelumoperasi, DepoIBSmenerima jadwaloperasidan permintaananestesi umumatauspinal Petugasdepofarmasi menyiapkanpaket anestesidanmemberi labelnama pasienpada pakettersebut Padaharioperasi,penata bedahmencatat permintaandibukupada harioperasidan paket bedahdisiapkanoleh petugasdepofarmasi Perincianselanjutnya dikirimkankedepo farmasidimanapasien dirawat. Padaharioperasi,penata bedahdan penata anestesimemintapaket masing‐masingkeDepo IBS Setelahoperasi,paket dikembalikankedepo farmasiIBSdanpetugas depofarmasi merekapitulasisemua penggunaanobatdanalat kesehatankebagian perincian Petugasdepofarmasi mencatatpermintaan obatdan alatkesehatan. Bilakekuranganobatdan alatkesehatansaat operasi sedangberlangsung,maka penataanastesi/ bedah dapatmemintasecara langsungkedepofarmasi denganmenyebutkannama pasiendan kamaroperasi. 100 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 101 105 Lampiran 14.Alur pemantauan efek sampingobat Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 102 106 Lampiran15. Alurprogram pelayanan informasiobat User (pasien/lainnya) Menyampaikan pertanyaan secaralisan/tertulis Apoteker 1. Menerimapertanyaan 2. Penilaian penanyadan pertanyaan sesungguhnya TidakOk Ok Apoteker 1. Pencatatan pertanyaan pada formulirpelayanan informasi obat. 2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur. 3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat. 4. Penyampaian jawaban kepadauser. User 1. Menerimajawaban pertanyaan 2. Memberi responatas informasiyangtelah diberikan. TidakOk Ok Selesai Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 103 108 Lampiran16. Alurkegiatan pemantauan interaksi obat Apoteker 1. Entry data pasien dalamsoftware interaksi obat. 2. Entry data pengobatan pasien dalamsoftware interaksi obat. 3. Penilaian informasi datainteraksi obat dari software (penilaian levelsignifikansi) TidakSignifikan Signifikan Apoteker 1. Penyusunanrekomendasi dalam formulir rekomendasi farmasi klinik untuk penanganan interaksi obat. 2. Penyampaian rekomendasi padatenaga kesehatan. Dokter/SMF Instruksi perbaikan terapi Ok TidakOk Apoteker/AsistenApoteker Perubahan instruksi terapi Selesai Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 104 Lampiran 17. Alur Pengkajian Resep Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 83 Universitas Indonesia 105 Lampiran18. Alurpenanganan limbah padat,cair,dan gas cvi Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 2 UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT DI DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN LANTAI 1 RSUP FATMAWATI JAKARTA PERIODE JULI 2013 TUGAS KHUSUS WIDIARTI, S.Farm. 1206330236 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 3 DEPOK JANUARI 2014 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii DAFTAR TABEL............................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. iv 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4 2.1 Instalasi rawat jalan .................................................................................. 4 2.2 Waktu tunggu pelayanan resep ............................................................... 5 2.3 Mutu pelayanan farmasi .......................................................................... 6 3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 9 3.1 Lokasi dan waktu pelaksanaan…………………………………….. ....................... 9 3.2 Sampel…………………………………………………………………. ................................ 9 3.3 Proses pengambilan data……………………………………………… 9 3.4 Pengolahan data…………………………………………………............ 10 4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….. 11 5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………… ............................ 14 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 14 5.2 Saran ......................................................................................................... 14 DAFTAR ACUAN………………………………………………………. ................................... 15 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 4 DAFTAR TABEL ii Tabel 4.1 Tabel persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi……………….. 19 Tabel 4.2 Tabel persentase waktu tunggu pelayanan obat racikan……………. 20 Tabel 4.3 Tabel rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi …… .......................... 20 Tabel 4.4 Tabel rerata waktu tunggu pelayanan obat racikan…………………. .. 21 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 5 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. LAMPIRAN 2. LAMPIRAN 3. LAMPIRAN 4. LAMPIRAN 5. LAMPIRAN 6. LAMPIRAN 7. LAMPIRAN 8. LAMPIRAN 9. LAMPIRAN 10. LAMPIRAN 11. Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat jadi Depo IRJ 25 juli 2013…………………………... 16 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat jadi Depo IRJ 26 juli 2013…………………………... 18 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat jadiDepo IRJ 29 juli 2013…………………………... 20 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat jadi Depo IRJ 30 juli 2013…………………………... 22 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat jadi Depo IRJ 31 juli 2013…………………………. 23 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat racikan Depo IRJ 25 juli 2013……………………… 25 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat racikan Depo IRJ 26 juli 2013………………………. 26 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat racikan Depo IRJ 29 juli 2013……………………… 27 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat racikan Depo IRJ 30 juli 2013………………………. 28 Rekapitulasi laporan waktu tunggu pelayanan obat racikan Depo IRJ 31 juli 2013…………………….. 29 Hasil survey kepuasan pasien rawat jalan Rumah 30 Sakit Umum Pusat Fatmawati 2012………………... Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 6 LAMPIRAN 12. Laporan komplain pasien di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta bulan Januari-Maret 2013………………………………………………… 31 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit tak terlepas dari pelayanan di bagian farmasi yang mengatur semua kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan farmasi sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 1999).Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua perbekalan farmasi dan termasuk salah satu revenue center di rumah sakit (Rakhmisari D, 2006). Besarnya omzet obat dapat mencapai 50-60% dari anggaran rumah sakit ( Trisnantoro L, 2004). Dengan banyaknya permintaan obat oleh pasien rawat jalan dan rawat inap dari poli-poli maupun bagian lain dari rumah sakit yang membutuhkan tentunya akan meningkatkan waktu pelayanan, waktu tunggu pembeli, dan meningkatnya jumlah orang yang membeli obat dan alat kesehatan. Dampaknya, timbullah antrian yang panjang. Tentunya dengan antrian yang panjang, lama-kelamaan menyebabkan orang enggan membeli di farmasi rumah sakit. Padahal farmasi rumah sakit mempunyai pengaruh dan kontribusi cukup besar terhadap rumah sakit ( Rakhmisari, 2006). Selain itu, dengan adanya berbagai pekerjaan dan jumlah tenaga yang kurang di bagian farmasi seperti mencari dan mengambil obat, mengetiketi dan mengemas obat, menyerahkan obat akan membuat seorang tenaga pada suatu waktu melakukan dua pekerjaan, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya waktu tunggu pelayanan resep dan juga bisa meningkatkan human error. Begitu pula dengan bagian kasir yang kadangkala menjadi dalam bekerja diakibatkan oleh berbagai macam kendala dalam membaca resep untuk menghitung biaya obat yang harus dibayar pasien ( Rakhmisari, 2006). Semua hal diatas menuntut pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, factor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pada pasien 1 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Universitas Indonesia 2 meliputi: pelayanan yang cepat dan ramah disertai jaminan tersedianya obat dengan kualitas baik, harga yang kompetitif, adanya kerjasama dengan unsur lain di rumah sakit, seperti dokter, perawat, dll, faktor-faktor lain seperti lokasi, kenyamanan dan keragaman komoditi (Aditama YT, 2000). Menurut Gasperz (1994) yang dikutip oleh Wongkar L (2000) pada situasi lain apabila berhadapan pelanggan dari pelayanan jasa, perlu diperhatikan beberapa karakteristik jasa yang diinginkan pelanggan antara lain: kecepatan waktu pelayanan, kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, tanggung jawab, kelengkapan, variasi model pelayanan, pelayanan pribadi, kenyamanan dalam memperoleh pelayanan dan atribut pendukung lainnya. Selain itu, kualitas pelayanan mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan konsumen, pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang sesuai keinginan konsumen dan upaya peningkatan kualitas untuk menghilangkan kesalahan serta ketepatan waktu yang disesuaikan dengan harapan konsumen. Mutu Pelayanan dianggap baik jika dikaitkan dengan pelayanan resep apabila memenuhi kecepatan dan ketepatan pelayanan, yaitu kesesuaian antara resep yang diserahkan dengan sediaan yang diterima pasien atau keluarganya. Wongkar L (2000) melakukan penelitian di Apotek Kimia Farma Pontianak didapat bahwa waktu pelayanan resep untuk obat jadi sebesar 12,05 menit dan untuk resep racikan sebesar 27,96 menit, pelayanan resep rata-rata tanpa membedakan obat paten dan obat racikan adalah 17,18 menit. Ritung M (2003) dalam penelitiannya di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSIA Hermina Bekasi mengatakan bahwa waktu pelayanan resep racikan adalah 24,14 menit. Oleh karena itu, menurut Jeffries S.B dan Greenberg J (1990), seperti yang dikutipkan oleh Sulistyorini (2001) dan Ritung M (2003), masalah waktu penyediaan obat adalah masalah kefarmasian yang telah lama terjadi dan sering dialami. Sehingga dengan perbaikan waktu tunggu yang lebih singkat maka dapat mempengaruhi citra layanan rumah sakit secara langsung. Melihat perkembangan tersebut, masalah mutu layanan farmasi perlu menjadi pokok perhatian dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan demi tercapainya efektivitas dan efesiensi pelayanan. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efesiensi pelayanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 3 dilakukan survey kepuasan pasien. Berdasarkan Laporan Survey Kepuasan Pasien RSUP Fatmawati (2012) yang dilakukan oleh Bagian Humas mengatakan bahwa waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi lama (lampiran 11). Selain itu, Laporan Komplain Pasien RSUP Fatmawati bulan Januari-Maret 2013 mengatakan bahwa waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan lama (Lampiran 12). Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis terdorong untuk mengevaluasi waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan lantai 1 di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta dari mulai penerimaan resep sampai dengan resep diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien. 1.2 Tujuan Tujuan dari tugas khusus ini untuk mengevaluasi : 1. Rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan di depo farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta. 2. Persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan yang dilayani di depo farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Instalasi Rawat Jalan (IRJ) Instalasi Rawat Jalan adalah unit pelayanan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Instalasi Rawat Jalan dipimpin oleh seorang kepala instalasi. Mempunyai tugas dan fungsi menyediakan fasilitas terhadap penyelenggaraan kegiatan pelayanan Poliklinik Rawat Jalan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran klinik. selain itu juga melaksanakan pendidikan dan penelitian. 2.4.1 Pelayanan instalasi rawat jalan Poliklinik IRJ RSUP Fatmawati memiliki 127 ruang periksa dan mampu melayani 1.300 – 1.500 pasien perhari.Bangunan megah berlantai 3 (tiga) menyediakan pelayanan spesialis dan sub-spesialis yaitu : lantai 1: Poliklinik Jantung• Poliklinik Bedah (Umum, Plastik, Urologi, Digesif, Onkologi, Anak, Thorax, Vaskuler)• Poliklinik Bedah Orthopaedi• Poliklinik Gigi dan Mulut•Poliklinik Medik Dasar Lantai 2: Poliklinik Kebidanan dan Kandungan (Fatma Harmonia)• Poliklinik Saraf• Poliklilnik Akupunktur• Poliklinik Rehabilitasi Medik• Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Edukasi Diabetik Lantai 3: • Poliklinik Anak (Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Kesehatan Remaja)• Poliklinik Paru• Poliklinik Kulit dan Kelamin• Poliklinik Mata• Poliklinik THT (Klinik Snoring, Klinik Disfagia, Klinik Sleeping Disorder)• Polilklinik Anestesi (Pre Operasi) 2.2 Waktu tunggu pelayanan resep Waktu tunggu pelayanan resep dibagi menjadi dua yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan. Menurut Kepmenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit dijelaskan bahwa waktu tunggu pelayanan resep obat jadi 4 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Universitas Indonesia 5 adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi. Sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan. Menurut Widiasari (2009), waktu pelayanan resep terdiri dari berbagai tahap yaitu: 1. Tahap penghargaan, tahap pembayaran , dan penomoran memakan waktu dari satu menit karena computer untuk menghargai lambat dalam merespon disebabkan memory server tidak cukup meenampung data yang ada. 2. Tahap resep masuk dan tahap pengecekan dan penyerahan obat memerlukan waktu lebih dari dua menit, karena tidak ada petugas yang mengambil resep pada tahap resep masuk dan pada tahap pengecekan, dan penyerahan obat tidak ada petugas yang mengecek dan menyerahkan obat sebab petugas sudah sibuk dengan tahap yang lain terlebih pada saat jam-jam puncak dimana terjadi penumpukan resep. 3. Tahap pengambilan obat paten, tahap pembuatan obat racikan dan tahap etiket dan kemas membutuhkan waktu agak lama jika dibandingkan dengan tahap yang lainnya karena dibutuhkan waktu untuk mencari dan mengambil obat paten sedang untuk obat racikan diperlukan waktu untuk menghitung, menimbang, dan mengambil obat sesuai dengan dosis yang diperbolehkan, serta etiket dan kemas membutuhkan ketelitian, khususnya pada obat racikan agar tepat dosisnya pada setiap kemasan. Sedangkan penyebab lamanya ‘waktu pelayanan resep pasien umum menurut Ayuningtyas (2011) dalam penelitiannya adalah: 1. Adanya komponen delay yang menyebabkan proses menjadi lebih lama. Delay disebabkan antara lain karena petugas belum mengerjakan kegiatan lain atau mengerjakan resep sebelumnya. Hal ini terlihat dari penelitiannya, dimana total waktu komponen delay lebih besar dari total waktu komponen tindakan baik pada resep non racikan maupun racikan. Komponen delay lebih besar daripada komponen tindakan menandakan proses pelayanan resep kurang efektif. 2. Obat sering kosong sehingga membutuhkan waktu untuk mengambil obat tersebut di gudang atau rawat inap. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 6 3. Program computer yang belum sempurna, dan mengakibatkan beberapa pekerjaan dikerjakan secara manual. 4. SDM yang kurang terampil dan cekatan 5. Belum dijalankannya prosedur tertulis secara maksimal. Belum ada intruksi kerja yang lebih detail mengenai setiap kegiatan dalam proses pelayanan resep umum dan SOP tidak diletakkan di ruangan atau di tempat yang mudah terlihat dan dibaca oleh petugas. 2.3 Mutu pelayanan farmasi Mutu bukanlah merupakan pokok persoalan teknis, tetapi merupakan pokok persoalan strategis. Mutu tidak datang melalui upaya sedikit atau melalui suatu program perbaikan/peningkatan mutu, prosedur atau prosedur tunggal. Mutu adalah hasil dari suatu rangkaian tindakan yang dipadukan secara menyeluruh dengan keterikatan (komitmen) jangka panjang. Mutu bukan suatu fungsi jangka pendek, tetapi merupakan suatu fokus jangka panjang. Mutu dicapai, proses demi proses di dalam suatu paying menyeluruh yang disebut system manajemen mutu menyeluruh (S3M). Dewasa ini, berbicara mutu berarti mutu dari semua aspek produksi, seperti mutu produk dan pelayanan, mutu kehidupan kerja, keterlibatan dan pemberdayaan personel, peningkatan produktifitas, Posisi dalam persaingan, dan kepuasan konsumen. Suatu system manajemen mutu menyeluruh meliputi seluruh proses yang secara koleksi memberi kontribusi untuk pencapaian mutu menyeluruh (siregar C, 2008). Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan. Dalam Kepmenkes RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit dijelaskan bahwa mutu pelayanan rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 7 yang ditetapkan sesuai dengan kode etik profesi farmasi. Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik. 1. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan rumah sakit 2. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep, kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu pelayanan 3. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu 4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Pemantauan: pengumpulan semua informasi yang penting yang berhubungan dengan pelayanan farmasi . b. Penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki. c. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi. d. Evaluasi: efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam program jangka panjang. e. Umpan balik: hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan. Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan: 1. Unsur masukan (input): tenaga/sumber daya manusia, sarana dan prasarana 2. Unsur proses: tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf farmasi 3. Unsur lingkungan : kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemen 4. Standar yang digunakan adalah standar pelayanan farmasi minimal yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang dan standar lain yang relevan dan dikeluarkan oleh lembaga yang dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Kepmenkes no. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, jenis pelayanan di farmasi, indikator dan standarnya adalah: 1. Waktu tunggu pelayanan farmasi untuk obat jadi ≤ 30 menit, dan untuk racikan ≤ 60 menit. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 8 2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat sebesar 100% 3. Kepuasan pelanggan ≥80% 4. Penulisan resep sesuai formularium 100% Menurut PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian disebutkan tentang kendali mutu yaitu suatu sistem pemberian pelayanan kefarmasian yang efektif, efisien, dan berkualitas dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kefarmasian. Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari pasien, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (output) dari interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen, dan unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 9 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu pelaksanaan Pengamatan dilakukan di Depo Farmasi Rawat Jalan (lantai 1), dari tanggal 25 Juli 2013 sampai tanggal 31 Juli 2013. 3.2 Sampel Sampel yang diamati adalah resep pasien rawat jalan yang dilayani oleh Depo Farmasi Rawat Jalan (lantai 1) RSUP Fatmawati dari tanggal 25 Juli 2013 sampai tanggal 31 Juli 2013 dari pukul 07.30- 15.00. Jumlah sampel dihitung dengan rumus dasar perhitungan sampel estimasi proporsi (Levy & Lameshow, 1999) yaitu: n= 2 1 2 1 2 Keterangan: d = estimasi kesalahan yang ditoleransi,dalam hal ini 10 % Z = 1,96 p = estimasi proporsi = 0,5 n = jumlah sampel minimal yang diperlukan Dari hasil perhitungan didapat jumlah resep yang akan dihitung waktunya sebanyak 96,4 = 96 sampel. Untuk menjaga kemungkinan terjadi kesalahan maka jumlah sampel di lebihkan menjadi 242 sampel. 3.3 Proses pengambilan data Data waktu tunggu pelayanan obat diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung , pencatatan waktu tunggu dimulai sejak pasien menerima nomor tunggu resep (penerimaan resep oleh petugas) sampai dengan penyerahan obat dan pemberian informasi kepada pasien (penyerahan resep). 3.4 Pengolahan Data 9 Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 10 Data waktu tunggu pelayanan obat diolah dengan menggunakan Microsoft excel dengan target ketercapaian waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit sebesar 90% dan waktu tunggu pelayanan obat racikan ≤ 60 menit sebesar 75%. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 25 Juli hingga 31 Juli 2013 di Depo Farmasi Rawat Jalan Lantai 1 di peroleh data sebagai berikut: Tabel. 4.1 Persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi TANGGAL JUMLAH PENGAMATAN R/ OBAT JADI ≤ 30 MENIT ≥ 30 MENIT 25-07-2013 44 20 24 26-07-2013 40 10 30 29-07-2013 52 17 35 30-07-2013 17 16 1 31-07-2013 55 21 34 TOTAL 208 84 124 40,38 59,62 PERSENTASE (%) WAKTU TUNGGU Pada table diatas dapat diketahui bahwa persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi yang ≤ 30 menit sebesar 40,38% sedangkan waktu tunggu pelayanan obat jadi yang ≥ 30 menit sebesar 59,62% , hal ini menunjukkan persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi yang ≤ 30 menit belum memenuhi persyaratan yang ditentukan Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit yaitu sebesar 90%. 11 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Universitas Indonesia 12 Tabel. 4.2 Persentase waktu tunggu pelayanan obat racik TANGGAL JUMLAH PENGAMATAN R/ OBAT RACIK ≤ 60 MENIT ≥ 60 MENIT 25-07-2013 5 3 2 26-07-2013 8 2 6 29-07-2013 7 4 3 30-07-2013 4 2 2 31-07-2013 10 3 7 TOTAL 34 14 20 41,18 58,82 PERSENTASE (%) WAKTU TUNGGU Pada table diatas dapat diketahui bahwa persentase waktu tunggu pelayanan obat racik yang ≤ 60 menit sebesar 41,18% sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racik yang ≥ 60 menit sebesar 58,82% , hal ini menunjukkan persentase waktu tunggu pelayanan obat racik yang ≤ 60 menit belum memenuhi persyaratan yang ditentukan Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit yaitu sebesar 75 %. Tabel. 4.3 Rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi TANGGAL JUMLAH TOTAL RERATA PENGAMATAN R/ OBAT JADI WAKTU WAKTU TUNGGU 25-07-2013 44 5:08:18 0:39:44 26-07-2013 40 9:07:37 0:49:41 29-07-2013 52 12:00:56 0:42:22 30-07-2013 17 4:06:43 0:27:25 31-07-2013 55 10:44:00 0:38:36 TOTAL 208 41:07:34 0:39:34 Pada table 4.3 diatas dapat diketahui bahwa rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi sebesar 39 menit 34 detik, hal ini menunjukkan bahwa rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi di RSUP Fatmawati belum memenuhi kriteria Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 13 persyaratan yang disebutkan dalam Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit dalam hal waktu tunggu pelayanan obat jadi yaitu sebesar ≤ 30 menit. Tabel. 4.4 Rerata waktu tunggu pelayanan obat racikan TANGGAL JUMLAH TOTAL RERATA PENGAMATAN R/ OBAT RACIK WAKTU WAKTU TUNGGU 25-07-2013 5 5:08:48 1:01:46 26-07-2013 8 12:12:59 1:31:37 29-07-2013 7 5:53:36 0:50:31 30-07-2013 4 4:11:12 1:02:48 31-07-2013 10 14:17:59 1:25:48 TOTAL 34 41:44:34 1:10:30 Pada table 4.4 diatas dapat diketahui bahwa rerata waktu tunggu pelayanan obat racikan sebesar 1 jam 10 menit 30 detik, hal ini menunjukkan bahwa rerata waktu tunggu pelayanan obat racikan di RSUP Fatmawati belum memenuhi kriteria persyaratan yang disebutkan dalam Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit dalam hal waktu tunggu pelayanan obat racikan yaitu sebesar ≤ 60 menit. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 14 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Rerata waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan di Depo IRJ RSUP Fatmawati yaitu 39,34 menit (obat jadi) dan 60,13 menit (obat racikan). Hal ini belum memenuhi kriteria persyaratan pemerintah. 2. Persentase waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan depo IRJ RSUP Fatmawati belum memenuhi target persyaratan 95 % untuk obat jadi dan 75% untuk obat racikan dimana besar persentase hanya 40,38 % (obat jadi) dan 41,18 % (obat racikan). 4.2 Saran Perlu dilakukan peningkatan ketrampilan pegawai dan upaya ketersediaan obat yang cukup dengan mempermudah prosedur permintaan barang baik dengan apotik satelit maupun dengan bagian lain (bagian logistik). 14 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 Universitas Indonesia 15 DAFTAR ACUAN Aditama YT., 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1999. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MenKes/SK/X/2004. tentang Standar pelayanan Rumah Sakit. Jakarta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/MenKes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009. Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta Puspitasari, A. 2011.Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Umum di Depo Farmasi Rawat Jalan RS Karya Bhakti Tahun 2011. Tesis. Depok. Universitas Indonesia Rakhmisari D. 2006. Bahan Kuliah Manajemen Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Program Diploma III Perumahsakitan FKUI. Ritung M. 2003. Lama Waktu Pelayanan Resep Racikan Khusus Hari Sabtu Di Instalasi Rawat Jalan RSIA Hermina Bekasi Tahun 2003. Depok: Program Pascasarjana FKMUI. Siregar, C. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori, dan Penerapan. Jakarta: EGC Trisnantoro L. 2004. Memahami Dalam penggunaan Ilmu Ekonomi Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah University Press. Widiasari,E. 2009. Analisa Waktu Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Tugu depok Tahun 2009. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia Wijono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (ed. Kedua). Surabaya: Airlangga University Press Wongkar L. 2001. Analisis Waktu Pelayanania Pengambilan Obat Di Apotek Kimia Farma Kota Pontianak Tahun 2000. Depok: Program Pascasarjana FKMUI. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 16 15 LAMPIRAN Universitas Indonesia Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 LAMPIRAN 1 16 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI DEPO IRJ 25 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 25070015 18 31 25070020 25070021 25070023 25070024 25070025 25070026 25070028 25070031 25070032 25070080 25070081 25070082 25070083 2570084 2570085 2570086 2570088 2570089 2570093 2570097 2570098 2570100 2570101 2570115 2570116 25700117 25700119 25700120 25700121 25700126 25700127 25700128 NO REKAM MEDIK 01189086 01080387 00163673 1075999 00894207 00246133 01245780 00991892 01214641 01246969 00237322 00991892 01214641 01246969 00237322 01240318 01247439 00311014 01247434 1074038 00543600 01247014 01247432 01190192 01241687 01245450 R/ OBAT JADI 7 1 5 3 2 2 1 1 2 2 1 1 3 5 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 4 3 2 3 2 3 4 2 2 2 WAKTU TERIMA RESEP (JAM) 3:28:59 9:04:16 9:14:51 9:16:37 9:22:46 9:29:36 9:30:10 9:29:30 9:31:22 9:40:59 9:55:45 9:58:43 11:03:00 11:05:58 11:07:13 11:03:10 11:11:15 11:14:26 11:15:28 11:16:36 11:21:20 11:24:37 11:33:11 11:34:42 9:55:17 11:52:33 12:02:43 12:04:11 12:05:15 12:07:34 12:03:50 12:10:16 12:14:52 12:15:22 12:16:36 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU PENYERAHAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP (JAM) 8:52:00 9:06:00 9:15:00 9:22:00 9:23:00 9:30:00 10:26:00 9:33:00 9:49:00 9:49:00 10:07:00 10:07:00 11:39:00 11:31:00 11:07:20 11:40:00 11:40:00 11:42:00 11:47:00 11:43:00 11:44:00 12:00:00 12:00:00 12:04:00 12:07:00 12:02:00 12:53:00 12:39:00 12:58:00 12:55:00 12:57:00 12:58:00 13:02:00 13:04:00 13:06:00 OBAT JADI (MENIT) 5:23:01 0:01:44 0:00:09 0:05:23 0:00:14 0:00:24 0:55:50 0:03:30 0:17:38 0:08:01 0:11:15 0:08:17 0:36:00 0:25:02 0:00:07 0:36:50 0:28:45 0:27:34 0:31:32 0:26:24 0:22:40 0:35:23 0:26:49 0:29:18 2:11:43 0:09:27 0:50:17 0:34:49 0:52:45 0:47:26 0:53:10 0:47:44 0:47:08 0:48:38 0:49:24 17 36 37 38 39 40 41 42 43 44 25700129 25700136 25700137 25700143 25700145 25700148 25700150 25700152 25700153 01247409 1247465 1243730 477492 00886496 00632799 00698448 1004548 2 2 4 3 3 4 2 3 3 Total Rerata 12:17:01 12:23:03 12:24:28 12:44:13 12:45:23 12:50:56 12:51:38 13:05:21 13:07:00 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 20 (45,45%) Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 24 (54,54%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 13:23:00 13:24:00 13:25:00 13:27:00 13:28:00 13:33:00 13:30:00 13:35:00 13:38:00 1:05:59 1:00:57 1:00:32 0:42:47 0:42:37 0:42:04 0:38:22 0:29:39 0:31:00 5:08:18 0:39:49 18 LAMPIRAN 2 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI DEPO IRJ 26 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP 1 26070016 2 26070018 3 26070020 4 26070022 5 26070023 6 26070024 7 26070025 8 26070028 9 26070029 10 26070032 11 26070036 12 26070039 13 26070041 14 26070048 15 26070050 16 26070065 17 26070067 18 26070069 19 26070070 20 26070072 21 26070074 22 26070077 23 26070081 24 26070082 25 26070084 26 26070086 27 26070092 28 26070096 29 26070097 30 260700101 31 26070105 32 26070107 33 26070109 34 26070110 35 26070111 NO REKAM MEDIK 00448839 00338860 01173309 00110568 01228017 00925450 01185998 01247409 01247460 00243021 00456169 01071253 00640571 01183128 01183342 01008614 00790678 01247586 01199071 01240215 00831993 01174138 01247581 00652189 01247597 R/ OBAT JADI 1 2 1 5 2 1 2 4 4 1 3 2 2 3 1 4 3 3 4 2 2 1 6 4 2 1 1 4 3 3 3 3 2 2 1 WAKTU TERIMA RESEP (JAM) 9:07:01 9:15:00 9:16:58 9:13:21 9:25:06 9:36:22 9:33:15 9:57:13 10:00:41 10:02:28 10:04:57 10:07:25 10:10:44 10:21:31 10:29:16 10:46:38 10:51:00 10:52:00 10:54:02 10:53:31 11:03:26 11:04:51 11:15:39 11:17:47 11:19:43 11:25:09 11:30:29 11:40:02 11:46:15 11:53:34 12:05:26 12:10:10 12:11:51 12:11:00 12:13:33 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:08:00 9:25:00 9:17:00 9:26:00 9:30:00 9:39:00 9:40:00 10:06:00 10:07:00 10:10:00 10:38:00 10:48:00 10:52:00 11:00:00 11:01:00 12:10:00 12:13:00 12:12:00 12:14:00 12:17:00 12:19:00 12:20:00 12:24:00 12:26:00 12:29:00 12:05:00 13:01:00 13:05:00 13:06:00 13:43:00 13:11:00 13:11:00 13:13:00 13:13:00 13:17:00 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:00:59 0:10:00 0:00:02 0:12:39 0:04:54 0:02:38 0:06:45 0:08:47 0:06:19 0:07:32 0:33:03 0:40:35 0:41:16 0:38:29 0:31:44 1:23:22 1:22:00 1:20:00 1:19:58 1:23:29 1:15:34 1:15:09 1:08:21 1:08:13 1:09:17 0:39:51 1:30:31 1:24:58 1:19:45 1:49:26 1:05:34 1:00:50 1:01:09 1:02:00 1:03:27 19 36 37 38 39 40 26070116 26070117 26070123 26070127 26070130 01247617 01116946 00914722 4 1 2 2 4 Total Rerata 12:20:10 12:26:34 12:34:36 12:57:55 13:03:44 13:18:00 13:26:00 13:26:00 13:47:00 13:45:00 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 10 (25 %) Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 30 (75 %) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 0:57:50 0:59:26 0:51:24 0:49:05 0:41:16 9:07:37 0:49:41 20 LAMPIRAN 3 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI DEPO IRJ 29 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP NO REKAM MEDIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 33 34 35 36 01246459 1117450 01210840 00449298 01247933 00923175 00560638 01247892 00159190 00596324 00724058 01247943 00963801 01247953 01245650 01192413 0125642 00640571 00514674 00259393 01245139 01245993 00277825 01073807 29070009 29070015 29070030 29070031 29070036 29070045 29070046 29070055 29070056 29070062 29070066 29070070 29070087 29070102 29070105 29070106 29070108 29070109 29070110 29070112 29070113 29070114 29070115 29070119 29070121 29070122 29070124 29070125 29070126 29070132 29070141 29070145 29070146 29070147 29070149 R/ OBAT JADI 3 4 1 2 2 1 3 4 1 3 3 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 4 1 1 1 1 1 3 1 6 2 4 1 2 4 WAKTU TERIMA RESEP (JAM) 8:44:54 3:03:51 9:44:34 9:45:36 9:50:05 10:00:49 10:12:07 10:21:21 10:22:51 10:29:38 10:34:14 10:39:54 11:01:45 11:24:46 11:33:50 11:34:55 11:33:22 11:40:11 11:42:24 11:43:45 11:47:03 11:43:05 11:53:44 11:50:15 11:53:41 12:00:00 12:01:03 12:05:11 12:03:56 12:15:35 12:21:07 12:27:20 12:31:00 12:32:42 12:33:42 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU WAKTU TUNGGU PENYERAHAN PELAYANAN OBAT JADI RESEP (JAM) (MENIT) 8:48:00 0:03:06 9:09:00 6:05:09 9:47:00 0:02:26 9:50:00 0:04:24 9:50:10 0:00:05 10:14:00 0:13:11 10:16:00 0:03:53 10:25:00 0:03:39 10:35:00 0:12:09 10:50:00 0:20:22 10:51:00 0:16:46 10:52:00 0:12:06 11:24:00 0:22:15 11:39:00 0:14:14 12:30:00 0:56:10 12:30:00 0:55:05 12:33:00 0:59:38 12:34:00 0:53:49 12:35:00 0:52:36 12:37:00 0:53:15 12:39:00 0:51:57 12:39:00 0:55:55 12:40:00 0:46:16 12:31:00 0:40:45 12:43:00 0:49:19 12:40:00 0:40:00 12:45:00 0:43:57 12:50:00 0:44:49 13:30:00 1:26:04 13:06:00 0:50:25 14:02:00 1:40:53 13:01:00 0:33:40 13:05:00 0:34:00 13:08:00 0:35:18 13:29:00 0:55:18 21 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 29070150 29070157 29070167 29070168 29070169 29070170 29070181 29070183 29070186 29070187 29070189 29070171 29070176 29070178 29070191 29070195 01070989 01242478 01248009 01245567 01246563 01035638 00786673 00836831 01247990 00872589 01238492 01238493 5 2 1 2 2 3 4 3 1 1 3 3 2 3 1 1 12:35:30 12:43:17 12:56:09 12:58:13 12:53:27 12:59:36 13:29:57 13:23:10 13:33:30 13:43:51 13:44:25 13:06:35 13:19:07 13:19:32 13:47:40 10:13:59 13:32:00 13:33:00 13:37:00 13:38:00 13:39:00 13:40:00 13:58:00 13:56:00 14:07:00 14:14:00 14:10:00 13:41:00 13:54:00 14:04:00 14:16:00 10:17:00 Total Rerata KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 17 (32,69%) Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 35 (67,31%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 0:56:30 0:49:43 0:40:51 0:39:47 0:45:33 0:40:24 0:28:03 0:32:50 0:33:30 0:30:09 0:25:35 0:34:25 0:34:53 0:44:28 0:28:20 0:03:01 12:00:56 0:42:22 22 LAMPIRAN 4 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI DEPO IRJ 30 JULI 2013 NO NO RESEP NO REKAM MEDIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 01248093 01243586 00451402 01002157 01185072 01225687 00740711 01003058 0126998 01245642 01248136 01232487 01247957 01248150 30070052 30070051 30070041 30070043 30070055 30070029 30070027 30070040 30070053 30070050 30070047 30070048 30070109 30070154 30070156 30070135 30070128 JUMLAH R/ OBAT JADI 1 3 1 3 2 2 2 4 1 1 9 1 1 8 3 3 2 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 10:06:12 10:01:07 9:44:29 9:46:21 10:14:37 9:24:34 9:19:45 9:41:36 10:03:01 9:59:20 9:50:21 9:57:34 11:53:56 13:28:09 13:31:06 12:45:53 12:33:16 RESEP (JAM) 10:15:00 10:13:00 9:59:00 10:02:00 10:19:00 9:27:00 9:25:00 9:59:00 10:16:00 10:11:00 10:07:00 10:09:00 12:04:00 14:02:00 14:00:00 13:04:00 12:56:00 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 16(94,12%) Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 1 (5,88%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:08:48 0:11:53 0:14:31 0:15:39 0:04:23 0:02:26 0:05:15 0:17:24 0:12:59 0:11:40 0:16:39 0:11:26 0:10:04 0:33:51 0:28:54 0:18:07 0:22:44 4:06:43 0:27:25 23 LAMPIRAN 5 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI DEPO IRJ 31 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 33 34 35 36 37 38 39 40 31070025 31070041 31070042 31070043 31070046 31070051 31070054 31070055 31070058 31070062 31070063 31070065 31070069 31070070 31070072 31070074 31070075 31070076 31070090 31070091 31070096 31070100 31070101 31070102 31070104 31070112 31070116 31070123 31070128 31070127 31070131 31070135 31070142 31070143 31070144 31070147 31070150 31070156 NO REKAM MEDIK 01202404 00694116 00647278 00443118 00861451 00668172 01231741 01229115 01197588 01198050 01248294 00919376 01225511 01232834 00211995 01245450 00656456 01248352 01164910 00848607 00250365 00251229 00317511 00003932 00252332 01242942 00663083 01194336 R/ OBAT JADI 3 2 3 2 1 1 1 3 3 1 3 5 3 1 2 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 3 3 1 3 1 1 1 1 2 1 4 2 1 2 WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:05:39 9:53:15 9:54:59 9:59:38 10:03:10 10:09:38 10:16:20 10:16:59 10:18:12 10:22:30 10:24:36 10:29:43 10:31:51 10:34:52 10:41:15 10:46:44 10:48:26 10:52:21 11:11:34 11:13:56 11:20:13 11:21:07 11:25:06 11:26:45 11:30:37 11:32:21 11:39:33 11:46:20 11:53:23 11:57:47 11:55:51 11:58:49 12:03:29 12:08:46 12:10:57 12:11:39 12:19:53 12:22:38 12:45:25 RESEP (JAM) 9:42:00 9:55:00 10:06:00 10:13:00 10:07:00 11:00:00 10:32:00 10:34:00 10:38:00 10:41:00 10:43:00 10:47:00 10:55:00 11:08:00 11:11:00 11:13:00 11:51:00 11:10:00 11:52:00 11:54:00 11:56:00 11:57:00 11:58:00 12:29:00 12:30:00 12:29:00 12:36:00 12:41:00 12:39:00 12:55:00 12:52:00 12:53:00 12:56:00 13:15:00 13:31:00 13:22:00 14:23:00 13:15:00 13:28:00 Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:36:21 0:01:45 0:11:01 0:13:22 0:03:50 0:50:22 0:15:40 0:17:01 0:19:48 0:18:30 0:18:24 0:17:17 0:23:09 0:33:08 0:29:45 0:26:16 1:02:34 0:17:39 0:40:26 0:40:04 0:35:47 0:35:53 0:32:54 1:02:15 0:59:23 0:56:39 0:56:27 0:54:40 0:45:37 0:57:13 0:56:09 0:54:11 0:52:31 1:06:14 1:20:03 1:10:21 2:03:07 0:52:22 0:42:35 24 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 31070158 31070160 31070168 31070169 31070173 31070174 31070178 31070179 31070180 31070183 31070184 31070185 31070190 31070191 31070192 01248394 01244439 01248317 00450505 01245381 01248293 00698970 01150056 01246130 1 3 1 1 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 Total Rerata 12:48:44 12:49:23 12:51:43 12:52:51 12:59:56 13:00:51 13:03:33 13:15:19 13:19:51 13:22:07 13:36:43 13:48:43 14:03:53 14:04:47 10:03:19 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit = 21 (38,18%) Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≥ 30 menit = 34 (61,82%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 13:49:00 13:51:00 13:51:00 13:51:00 13:53:00 13:54:00 13:56:00 13:20:00 13:51:00 13:32:00 14:01:00 14:02:00 14:10:00 14:09:00 10:05:00 1:00:16 1:01:37 0:59:17 0:58:09 0:53:04 0:53:09 0:52:27 0:04:41 0:31:09 0:09:53 0:24:17 0:13:17 0:06:07 0:04:13 0:01:41 10:44:0 0:38:36 25 LAMPIRAN 6 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK DEPO IRJ 25 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP 1 25070030 2 25070079 3 25070090 4 250700109 5 250700118 NO REKAM MEDIK 00467202 00231071 01246012 00326253 R/ OBAT RACIK 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:42:26 11:00:00 11:23:21 11:52:33 12:05:52 RESEP (JAM) 10:00:00 11:46:00 11:58:00 13:45:00 13:44:00 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 3 (60%) Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 2 (40%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:17:34 0:46:00 0:34:39 1:52:27 1:38:08 5:08:48 1:01:46 26 LAMPIRAN 7 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK DEPO IRJ 26 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP 1 26070046 2 26070063 3 26070064 4 26070085 5 26070090 6 26070093 7 26070098 8 260700124 NO REKAM MEDIK 01136084 01247552 00013568 00745266 R/ OBAT RACIK 1 1 1 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 10:24:02 10:42:39 10:44:39 11:21:04 11:27:02 11:38:13 11:47:56 12:55:26 RESEP (JAM) 11:01:00 12:29:00 13:02:00 13:01:00 13:15:00 13:20:00 13:40:00 13:26:00 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 2 (25%) Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 6 (75%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:36:58 1:46:21 2:17:21 1:39:56 1:47:58 1:41:47 1:52:04 0:30:34 12:12:59 1:31:37 27 LAMPIRAN 8 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK DEPO IRJ 29 JULI 2013 JUMLAH NO NO RESEP 1 2 3 4 5 6 7 29070035 29070043 29070051 29070094 29070103 29070154 29070175 NO REKAM MEDIK 01247881 00361957 00914145 00987394 00959158 01078029 R/ OBAT RACIK 1 1 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:48:56 9:55:44 10:15:56 11:09:43 11:23:40 12:41:05 13:09:20 RESEP (JAM) 10:13:00 10:07:00 10:49:00 12:10:00 12:50:00 14:00:00 14:09:00 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 4 (57,14%) Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 3 (42,89%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:24:04 0:11:16 0:33:04 1:00:17 1:26:20 1:18:55 0:59:40 5:53:36 0:50:31 28 LAMPIRAN 9 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK DEPO IRJ 30 JULI 2013 JUMLAH NO REKAM NO NO RESEP MEDIK 1 2 3 4 30070086 30070094 30070141 30070148 01188727 01248175 WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 11:13:12 11:24:02 12:50:30 13:07:04 RESEP (JAM) 12:02:00 12:49:00 13:58:00 13:57:00 R/ OBAT RACIK 3 1 1 1 Total Rerata KETERANGAN : Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 2(50%) Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 2 (50%) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:48:48 1:24:58 1:07:30 0:49:56 4:11:12 1:02:48 29 LAMPIRAN 10 REKAPITULASI LAPORAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT RACIK DEPO IRJ 31 JULI 2013 JUMLAH NO REKAM NO NO RESEP MEDIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 31070032 31070034 31070064 31070080 31070084 31070114 31070132 31070140 31070145 31070153 01248271 00599489 00914659 01164681 00979691 01238532 01132179 01248276 00981592 R/ OBAT RACIK 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 Total Rerata WAKTU TERIMA WAKTU PENYERAHAN RESEP (JAM) 9:34:04 9:39:34 10:26:12 10:56:29 11:05:27 11:40:49 12:13:17 12:06:16 12:10:26 12:24:27 RESEP (JAM) 10:03:00 10:30:00 11:16:00 12:57:00 12:59:00 14:17:00 13:47:00 13:17:00 13:58:00 13:31:00 KETERANGAN: Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit Waktu tunggu pelayanan obat racik ≤ 60 menit = 3 (30 %) Waktu tunggu pelayanan obat racik ≥ 60 menit = 7 (70 %) Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI (MENIT) 0:28:56 0:50:26 0:49:48 2:00:31 1:53:33 2:36:11 1:33:43 1:10:44 1:47:34 1:06:33 14:17:59 1:25:48 30 LAMPIRAN 11 HASIL SURVEY KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN (Berdasarkan Jumlah Responden) RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI 2012 Bagian Farmasi Faktor Yang Dinilai Baik Buruk Jumlah Sikap 62,96% 36,98% 100% Keterampilan/kecekatan 53,24% 46,76% 100% Penjelasan informasi 50,64% 49,35% 100% Bersedia mendengar keluhan 46,67% 53,33% 100% Waktu tunggu farmasi 68,97% 31,03% 100% Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 31 LAMPIRAN 12 LAPORAN KOMPLAIN PASIEN DI INSTALASIFARMASI RSUP FATMAWATI JAKARTA BULAN JANUARI-MARET 2013 NO TANGGAL 1. 18 Januari JENIS KELAMIN Perempuan UMUR (TAHUN) 26 2. 10 Maret - - 3. 10 Maret - - 4. 10 Maret - - Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014 SARAN DAN KRITIK Pelayanan kurang memuaskan, pelayanan apotek tidak ramah, lama, dan tidak senyum. Harusnya ada pengecualian kalau resep ketinggalan padahal yang sakit dokternya dan sedang tidak sadar di rumah. Kami mohon agar loketloket-loket penting seperti pendaftaran, penerima resep di Apotik dan lain-lain yang berhubungan agar dipercepat dan tidak menempatkan pegawai kurang sopan karena banyak pasien yang sudah usia manula jadi harus dilayani dengan sabar, tolong diperhatikan. Kepada Yth RSUP Fatmawati, ibu, disini pelayanan obat lama sekali. Kita dating ke rumah sakit ini semua sedang sakit. Tolong diperhatikan! Sekali lagi diperhatikan! Apotekernya ditambah agar tidak menunggu berjam-jam padahalobat sangat dibutuhkan dengan cepat. Laporan praktek….., Widiarti, FF UI, 2014