Dapat pula dibuat tempat penampungan air untuk penyiraman. Penyiraman stum harus dilakukan secara teratur. Untuk mengurangi penguapan, bekas potongan stum dioles dengan lilin lalu ditutup plastik atau aluminum foil. Permukaan tanah di sekitar tegakan stum diberi mulsa. Prospektif Dikembangkan Pengalaman menanam stum OMT pada puncak musim kemarau menunjukkan, pertumbuhan tanaman yang langsung ditanam di lapang lebih cepat dibanding di polibeg. Makin rendah kadar air tanah dalam polibag, tinggi tanaman maupun diameter batang makin tertekan. Penurunan kadar air tanah akan mempengaruhi penyerapan air tanah dan unsur hara oleh akar serta pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, menanam bibit karet dalam bentuk stum pada musim kemarau dapat dilakukan sepanjang persediaan air mencukupi kebutuhan tanaman. Perakaran stum menentukan per- tumbuhan tanaman dan ketahanannya terhadap kekeringan. Pada tanaman karet, daun tumbuh secara bertahap dan setiap pertumbuhannya meninggalkan bekas tangkai daun dan membentuk nodus. Setiap karangan daun disebut payung daun. Payung daun dibentuk sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Pembentukan setiap payung daun memerlukan waktu 2-3 bulan. Pertumbuhan payung daun mengikuti tinggi tanaman. Bila lahan disiapkan dengan baik dan diberi pupuk kandang maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik. Bila perakaran telah berkembang maka pertumbuhan daun atau tunas makin cepat. Jumlah payung, luas daun, bentuk daun, dan kedudukan daun merupakan ciri morfologis setiap klon. Kemarau panjang tidak mempengaruhi pertumbuhan payung daun. Pada tanaman yang tumbuh normal, pertumbuhan daun juga sempurna. Dengan demikian, tanaman karet yang tetap hidup telah melampaui masa kritis pada saat kemarau panjang. Senjata Ampuh untuk Mengendalikan Lalat Buah Serangan lalat buah (Bactrocera dorsalis) mengakibatkan kerugian yang besar, bahkan menjadi penghambat perdagangan antarnegara. Salah satu cara mengendalikan lalat buah adalah menggunakan perangkap dengan metil eugenol (ME). Namun, harga ME di pasaran tergolong mahal sehingga petani enggan menggunakannya. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah menghasilkan ME yang ampuh dan murah. L alat buah merupakan hama yang sangat merepotkan karena buah yang terserang menjadi rontok atau busuk. Lalat buah juga menjadi penghambat perdagangan (trade barrier) antarnegara, karena sering dijadikan alasan untuk menolak suatu komoditas buah-buahan dari suatu negara oleh negara lain 8 untuk mencegah masuknya lalat buah. Jenis lalat buah di Indonesia cukup banyak, namun yang paling merugikan adalah genus Bactrocera, terutama Bactrocera dorsalis kompleks. Lalat buah jenis ini mempunyai tanaman inang yang beragam, seperti jambu biji, jambu Membangun kebun entres pada musim kemarau dapat dilakukan bila didukung pemeliharaan yang intensif, terutama penyiraman. Pertumbuhan tinggi tanaman, lilit batang, dan jumlah payung tidak terpengaruh oleh kekeringan. Bila perlu, tanaman disemprot pupuk daun. Penanaman yang dipersiapkan dengan teliti akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Lubang tanam disiapkan lebih awal, diberi pupuk kandang, tersedia tempat penampungan air, air tersedia dan cukup untuk penyiraman, dan menggunakan mulsa untuk mengurangi penguapan air tanah (Indyah Sulistya Indraty). Informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Getas Jalan Patimura km 6, Kotak Pos 804 Salatiga 50702 Telepon : (0298) 322504 Faksimile : (0298) 323075 E-mail : rubbergetas@indo. net.id air, belimbing, mangga, pepaya, apel, nangka, cabai merah, dan tomat. Disebut kompleks karena dalam genus ini banyak spesies yang mirip (sibling), sehingga sulit dibedakan oleh masyarakat awam, seperti B. papayae dan B. carambolae. Pengendalian lalat buah jenis B. dorsalis di negara maju banyak caranya, mulai dari penggunaan serangga mandul, umpan beracun, insektisida sintetis, perangkap dengan metil eugenol (ME), hingga sanitasi kebun. Pada umumnya pengendalian dilakukan secara serempak pada areal yang luas, sehingga tidak ada lagi daerah yang akan menjadi sumber penularan lalat buah. Di Indonesia, pengendalian lalat buah umumnya menggunakan perangkap ME, karena lalat buah jenis B. dorsalis mudah ditangkap dengan senyawa ter- Belatung lalat buah pada jambu biji. sebut. Namun, cara pengendalian tersebut masih dilakukan secara parsial sehingga daerah yang tidak dikendalikan akan menjadi sumber penularan bagi daerah lainnya. Oleh karena itu, populasi lalat buah di Indonesia tetap tinggi. Salah satu alasan petani enggan menggunakan perangkap ME adalah harganya mahal. Satu botol kecil ME volume 5 ml harganya berkisar antara Rp6.000-Rp10.000, atau Rp1,2- Rp2,0 juta per liter. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicari ME yang murah dan mudah diperoleh petani. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) berhasil membuat ME dari tanaman aromatik. Selain Metil eugenol Balittro untuk mengendalikan lalat buah. murah dan mudah diaplikasikan petani, ME yang dihasilkan Balittro lebih unggul dari segi proses membuatnya. ME Balittro diperoleh secara langsung dengan menyuling (destilasi) bahan tanaman aromatik dan menghasilkan ME 80-90%. ME komersial didapat melalui dua tahap, yaitu memperoleh eugenol terlebih dahulu lalu dilakukan proses metilasi untuk menghasilkan ME. Mungkin karena proses yang lebih panjang inilah harga ME komersial lebih mahal dibanding ME Balittro. Harga ME Balittro hanya Rp400 ribu/liter, jauh lebih murah dibandingkan dengan ME komersial yang berkisar antara Rp1,2-Rp2,0 juta per liter. Dari segi efektivitas, pene- Lalat buah pada perangkap ME. litian di lapangan menunjukkan bahwa ME Balittro memberikan hasil yang setara dengan ME komersial. Bahkan pada beberapa kasus, efektivitasnya lebih baik daripada ME komersial (Agus Kardinan). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Telepon : (0251) 8321879 Faksimile: (0251) 8327010 E-mail : [email protected] Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31, No. 4 2009 Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasok Pisang Mas Kirana Kabupaten Lumajang ditetapkan sebagai daerah pengembangan pisang mas Kirana di Jawa Timur pada tahun 2005. Sejak itu, minat petani untuk mengembangkan pisang yang terkenal manis ini meluas. Pihak swasta pun menjalin kemitraan dengan petani sehingga lebih memberikan manfaat ekonomi dan sosial, selain meningkatkan kemampuan petani dalam menanam pisang mas Kirana. P isang merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Indonesia, terutama Jawa Timur. Sentra produksi dan pe- ngembangan pisang di provinsi ini adalah Kabupaten Lumajang. Sejak ditetapkan sebagai daerah pengembangan pisang mas Kirana pada tahun 2005, pemerintah setempat melakukan berbagai upaya pengembangan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Lahan yang tersedia luas serta kondisi lingkungan yang sesuai menjadi salah satu alasan untuk memperluas pengembangan pisang mas Kirana. Sebelum tahun 2005, petani di Lumajang hanya menanam pisang di pekarangan atau kebun dengan pengelolaan kurang intensif. Namun sejak dilepas Menteri Pertanian sebagai tanaman hortikultura unggulan Jawa Timur, pisang mas Kirana dikembangkan secara intensif dan ekstensif. Untuk memasarkan hasilnya, petani menjalin 9