BUDIDAYA RAMBUTAN BINJAI bu haji

advertisement
A. DESKRIPSI
Rambutan ini berasal dari daerah Binjai,
Sumatera Utara. Rasanya manis segar sehingga
tak salah jika rambutan ini dilepas sebagai
varietas rambutan unggul. Buahnya tampak
menarik dengan warna merah mencolok dan
berbentuk bulat agak lonjong. Kulit buahnya
tebal dan agak keras. Rambut buahnya panjang,
jarang, kasar, dan berwarna merah dengan ujung
hijau.
Daging buahnya berwarna putih, kenyal,
dan ngelotok dengan kulit biji melekat. Daging
buahnya agak renyah karena kadar airnya
sedikit. Bijinya bulat dan berukuran sedang.
Produktivitasnya
termasuk
rendah,
per
pohonnya menghasilkan 1.200-2.000 buah/tahun
atau sekitar 40-68 kg/tahun.
Tanaman ini relatif tahan pada lahan
gambut yang masam dan tanah latosol cokelat
dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35° C.
Tipe tanah latosol kuning sangat disenangi.
Hembusan angin yang kering, biasanya di pantai,
dapat menyebabkan tepi-tepi daun berwarna
kecokelatan seperti terbakar.
Namun, untuk merangsang pembungaan
diperlukan musim kemarau (kering) antara 3-4
bulan. Hujan yang jatuh pada saat tanaman
sedang berbunga menyebabkan banyak bunga
berguguran dan mendorong timbulnya serangan
penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila
kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang
berisi (kerempeng) dan bijinya tidak
berkembang (kempis, rudimenter).
D. PEDOMAN BUDIDAYA
B. MANFAAT
Kayu pohon rambutan cukup keras dan
kering, tetapi mudah pecah sehingga kurang
baik untuk bahan bangunan. Namun, kayu
rambutan bagus sekali untuk kayu bakar. Akar
tanaman ini untuk obat demam, kulit kayunya
untuk obat radang mulut, dan daunnya untuk
obat sakit kepala sebagai tapal (popok). Daging
buah yang telah matang dapat dikalengkan.
C. SYARAT TUMBUH
Tanaman tumbuh dan berbuah baik di
dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl
dengan tipe iklim basah. Curah hujan 1.5003.000 mm per tahun. Tanah yang gembur dan
subur lebih disenangi.
Perbanyakan
tanaman:
Tanaman
diperbanyak dengan okulasi. Perbanyakan
dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan
karena kurang efisien. Sebagai batang bawah
digunakan bibit semai dari varietas sinyonya
(tidak ngelotok). Umur batang bawah yang
dapat diokulasi seldtar 6-8 bulan. Untuk mata
tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan
varietas unggul yang daunnya mulai menua,
tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang
tersebut mata tempelnya masih tidur.
Untuk mempercepat mata tempel mulai
bangun (matanya
menonjol), dilakukan
perompesan daun dari cabang entres yang akan
digunakan sebagai sumber mata tempel antara 23 minggu sebelum cabang dipotong.
Biji rambutan adalah monoembrional
sehingga semai generatif dari varietas sinyonya
yang digunakan untuk batang bawah
pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas.
Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan
menyerbuk silang.
Budi daya tanaman: Setelah lahan diolah,
dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x
50 cm. Pupuk kandang yang digunakan adalah
40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m
atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan.
Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat. Pada
lahan gambut atau lahan masam dengan pH
kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau
abu dapur. Bibit ditanam di lahan setelah tingginya
lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih dari delapan
bulan.
Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP
atau SP-36, dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2:
1 diberikan sebanyak 50-250 gram per tanaman.
Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat
bulan sekali. Sesudah tanaman berumur lebih
dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK
hingga 500-1.000 g per pohon.
E. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan tanaman yang penting
adalah membersihkan kebun dari gulma dan
memangkas tunas-tunas liar/tunas air yang
muncul.
F. HAMA DAN PENYAKIT
Lalat daun Tarsolepis sommeri sering
merusak bunga dan daun yang baru trubus,
terutama saat musim kemarau menjelang musim
hujan. Kutu putih Pseudococcus lilacinus sering
menyelinap di antara bulu buah rambutan
sehingga buah tampak kotor hitam. Insektisida
dapat mengatasi hama tersebut. Namun,
penyemprotan insektisida saat buah mendekati
merah (matang) sangat berbahaya karena
mengakibatkan residu.
Penyakit lain yang biasa mengancam akar
tanaman adalah cendawan putih Armilaria sp.,
busuk akar Phytophthora parasitica, dan busuk
cokelat leher batang Fusarium sp. Penyakit ini
dapat diatasi dengan aerasi yang baik atau
disiram Benlate 0,3%. Cendawan yang biasa
menyerang batang adalah busuk cokelat batang
Cortisium salmonicolor yang dapat ditularkan
melalui angin dan alat-alat pertanian. Penyakit
jamur upas ini dapat diatasi dengan jalan
mengolesi bagian yang sakit dengan lisol.
G. PANEN DAN PASCA PANEN
Buah rambutan dapat dipetik setelah
matang pohon atau umur 120 hari setelah
anthesis (bunga mekar). Panen dilakukan
dengan memotong tangkai rangkaian (tandan)
buah. Hasilnya dapat mencapai 500-700
kg/pohon. Musim panen rambutan terjadi pada
bulan Desember–Februari.
BUDIDAYA
RAMBUTAN BINJAI
HJ. N. MERAWATI, A.Md
NIP. 195703121981032005
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN,
PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K)
WILAYAH II JONGGOL
2014
Download