asuh baik. Nilai R2 sebesar 10,97% menggambarkan bahwa anak yang mendapatkan pola asuh kurang baik dapat memprediksi kejadian stunting sebesar 10,97% sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor lain. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Pola asuh bukan merupakan satu-satunya variabel yang menyebabkan kejadian stunting. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor dominan yang menyebabkan kejadian stunting adalah berat bayi lahir, penyakit infeksi serta tinggi badan ibu. Ricci dan Bekker (1996) dalam penelitiannya di Filipina memperlihatkan bahwa risiko stunting pada bayi dipengaruhi oleh status kelahiran terutama berat badan saat dilahirkan. Hal ini disebabkan karena pada anak-anak yang BBLR cenderung mengalami hambatan atau gangguan pertumbuhan. Adair dan Guilkey (2009) menyatakan bahwa risiko kejadian stunting lebih tinggi pada anak yang dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi tinggi badan menurut umur pendek. Santos et al. (2008) menyatakan bahwa stunting pada anak dibawah umur 2 tahun berhubungan dengan kejadian diare. 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan kejadian stunting pada anak usia 6 – 24 bulan di Kota Yogyakarta karena dikendalikan oleh variabel berat bayi lahir, penyakit infeksi serta tinggi badan ibu. B. SARAN 1. Pencegahan stunting membutuhkan upaya prenatal maupun postnatal. Pola asuh yang baik dimulai sejak masa pra konsepsi untuk mencegah bayi berat lahir rendah dan dilanjutkan sampai 2 tahun pertama kehidupan dengan memberikan pengasuhan makan, perawatan dasar serta personal higiene yang lebih berkualitas. 2. Agar riwayat asupan makan masa lalu bisa menggambarkan kejadian stunting yang sebenarnya sebaiknya peneliti lain menggunakan instrumen Food Frequency Questionnare (FFQ). 63