TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Menurut Grist (1960), tanaman padi diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, ordo Poales dengan famili Graminae dengan genus Oryza Linn dan nama spesies Oryza sativa L. Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah. Akar tanaman padi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Akar tunggang Akar ini merupakan akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah kemudian akan muncul calon akar maupun calon batang. Calon akar mengalami pertumbuhan ke arah bawah sehingga akan terbentuk akar tunggang. 2. Akar serabut/akar adventif Akar serabut muncul setelah terbentuknya akar tunggang yaitu 5-6 hari setelah berkecambah. 3. Akar rambut Akar ini merupakan bagian yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada di luar dan berperan penting dalam penyerepan air maupun zat-zat makanan. 4. Akar tajuk Akar ini merupakan akar yang terbentuk dari ruas batang terendah. (AAK, 1990). Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan akar pada padi dimulai dari proses perkecambahan benih. Akar yang pertama muncul yaitu akar tunggang kemudian setelah 5-6 hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat menembus lapisan tanah bagian atas/ lapisan olah tanah yaitu berkisar antara 10-12 cm. Pada umur 30 hari setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga kedalaman 18 cm dan pada umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus lapisan tanah di bawahnya (sub soil) yaitu berkisar 25 cm (AAK, 1990). Daun padi mula-mula muncul pada saat perkecambahan dan dinamakan coleoptil. Coleptile keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai ke permukaan air. Setelah coleoptile membuka, maka akan diikuti dengan keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun bendera. Sedangkan daun terpanjang biasanya terdapat pada daun ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun yang di bawahnya, namun lebih lebar daripada daun sebelumnya (Grist, 1960). Daun tanaman padi tumbuh pada batang dengan susunan yang berselangseling, satu daun pada tiap buku. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari dan kemudian akan muncul daun baru lainnya. Tiap daun terdiri atas : 1. Helaian daun merupakan bagian yang menempel pada buku melalui pelepah daun dan bentuknya memanjang seperti pita. 2. Pelepah daun merupakan bagian yang membungkus ruas di atasnya dan helaian daun ruas berikutnya. 3. Telinga daun (auricle) terletak pada dua sisi pangkal helaian daun. Universitas Sumatera Utara 4. Lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis yang terletak pada perbatasan antara helaian daun dan upih tepat di atas telinga daun. 5. Daun bendera adalah daun teratas dan biasanya terletak di bawah malai. (Suharno, 2005). Batang tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas panjang, memiliki rongga dan berbentuk bulat. Rangkaian ruas-ruas pada batang padi mempunyai panjang yang berbeda-beda, ruas batang bawah pendek dan semakin ke atas ruas batang akan semakin panjang. Ruas pertama dari atas merupakan ruas terpanjang. Diantara ruas batang padi terdapat buku dan tiap-tiap buku duduk sehelai daun. Batang baru akan muncul pada ketiak daun, yang semula berupa kuncup kemudian mengalami pertumbuhan, yang pada akhirnya menjadi batang baru. Batang baru dapat disebut batang sekunder (kedua), apabila batang tersebut terletak pada buku terbawah (AAK, 1990). Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2005). Anakan terbentuk dari umur 10 hari dan maksimum pada umur 50 – 60 hari sesudah tanam. Sebagian dari anakan yang telah mencapai batas maksimum akan berkurang karena pertumbuhannya yang lemah, bahkan mati. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya disebabkan karena persaingan antara anakan, saling terlindung, kekurangan nitrogen dan juga jarak tanam (Hasyim, 2000). Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah, 6 buah benang sari serta dua tangkai putik. Bakal buah mengandung air (cairan) Universitas Sumatera Utara untuk kebutuhan lodicula, warnanya keunguan atau ungu tua. Lodicula merupakan daun mahkota yang telah berubah bentuk dan berfungsi mengatur pembukaan bunga. Benang sari terdiri dari tangkai sari, kepala sari dan kandung serbuk. Tangkai sari tipis dan pendek, sedangkan pada kepala sari terletak kandung serbuk yang berisi tepung sari (pollen) (AAK, 1990). Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8 – 10 buku yang menghasilkan cabang – cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang – cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2 – 3 cabang primer. Jumlah cabang setiap malai berkisar antara 15 - 20 buah dan setiap malai bisa mencapai 100 - 120 bunga (Tobing dkk, 1995). Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : 1. Embrio (lembaga) Bagian ini terletak pada bagian lemma dan di dalamnya terdapat daun lembaga (calon batang dan calon daun) serta akar lembaga (calon akar). 2. Endosperm Endosperm merupakan bagian dari buah/biji yang besar. Bagian ini terdiri dari mengandung zat gula, lemak, zat anorganik dan juga protein. 3. Bekatul Bagian ini merupakan bagian buah padi yang berwarna coklat. (AAK, 1990). Universitas Sumatera Utara Syarat Tumbuh Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Iklim Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan berkisar 200 mm/bulan atau lebih, dengan distibusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500 - 2000 mm (AAK, 1990). Tanaman padi dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan temperatur 22,5 0 C – 26,5 0 C sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 650 – 1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7 0 C – 22,5 0 C (AKK, 1990). Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991). Tanah Tidak semua jenis tanah cocok untuk dijadikan areal persawahan. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang Universitas Sumatera Utara sulit menahan air (tanah dengan kandungan air pasir tinggi) kurang cocok untuk dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) cocok untuk dibuat lahan persawahan (Suprayono dan Setyono, 1997). Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suprayono dan Setyono, 1997). Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK, 1990). Pupuk Organik Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan terpenting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman (Musnamar, 2003). Universitas Sumatera Utara Pupuk organik seperti kompos dan humus adalah pupuk alami yang dapat menambah unsur hara di dalam tanah. Kompos mempunyai kemampuan menyerap air dan mempunyai kandungan unsur-unsur mikro dan makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Kompos dapat dikatakan sebagai hasil bahan-bahan organik seperti serasah dedaunan, enceng gondok atau rumput yang terjadi secara konsisten dengan aktivator sejumlah besar mikroba, dalam lingkungan yang hangat, basah, dan berudara, dalam waktu yang relatif terbatas dan hasil akhirnya berupa humus (Sastraatmadja, Widawati dan Rachmat, 2001). Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang dimilikinya. Penelitian memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah dengan kandungan bahan organik tinggi dari pada di tanah dengan kandungan bahan organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di dalam tanah dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro. Setiap kation dari unsur hara mikro dapat berkombinasi dengan senyawa organik. Senyawa organik yang bereaksi dengan kation-kation tersebut terdiri dari protein, asam amino, penyusun humus dan asam - asam seperti sitrat dan tartrat. Reaksi kombinasi antara kation-kation ini dengan senyawa organik disebut kelasi, sedangkan senyawa komplek hasil bentukannya disebut kelat. Senyawa kelat disamping sebagai pemasok unsur hara mikro, juga melindungi dari pengendapan unsur tersebut misalnya oleh ion hidroksil (OH) (Nyakpa, Lubis et al, 1988). Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau Universitas Sumatera Utara anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut : berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi, nisbah C/N sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya, berefek baik jika diaplikasikan pada tanah, suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau. Aspek kompos bagi tanah dan tanaman antara lain meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas jerap air tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah (Isroi, 2008). Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil condotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam Universitas Sumatera Utara memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah. Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang. Parameter yang digunakan untuk menilai kualitas kompos adalah warna, tekstur, bau, suhu kompos, pH, kandungan hara (C-Organik, N- Total, rasio C/N, P2O5, dan K2O). Kompos mengandung hara makro dan mikro namun secara umum kadarnya rendah bergantung dari jenis bahan organiknya, Oleh karena itu diperlukan sumber hara lain yang berkadar hara tinggi yang dapat meningkatkan kadar hara kompos. Kotoran ayam dan abu tandan diketahui memiliki kandungan hara yang cukup, baik ditinjau dari jumlah unsur hara maupun kadar yang dikandung unsur hara tersebut. Pencampuran bahan organik dengan kotoran ayam dan abu tandan diharapkan akan meningkatkan kwalitas kompos yang dihasilkan (Murbando, 1989). Selain itu pupuk organik juga dapat memperbaiki sifat fisika tanah. Penambahan bahan organik akan memperbaiki sifat kimia tanah antara lain KTK, kandungan bahan organik, serta kandungan unsur hara N, P dan S (Rosmarkam, 2001). Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis (Yuwono, 2005). Universitas Sumatera Utara Bahan pembuatan kompos yang umum digunakan adalah jerami, rerumputan, dedaunanan atau sampah dapur. Namun, bahan lainpun dapat digunakan seperti limbah pengolahan hasil perkebunan (tandan kosong kelapa sawit), kulit buah cacao, atau kulit buah kopi (Andoko, 2002). Untuk meningkatkan kandungan unsur hara dalam kompos dapat dilakukan dengan cara penambahan tepung tulang, tepung darah, tepung kerabang atau abu hasil dari pembakaran sekam padi. Dengan cara ini, kualitas kompos menjadi lebih baik karena jumlah unsur hara di dalamnya terutama unsur hara makro (kalsium, fosfor, dan kalium) akan meningkat (Simamora dan Salundik, 2006). Peningkatan hara kompos perlu juga memperhitungkan jenis dan jumlah bahan yang ditambahkan karena tidak hanya menigkatkan biaya produksi tetapi semua bentuk pupuk nitrogen akan hilang melalui proses volatisasi dan denitrifikasi. Dengan demikian perlu dicari alternatif yang bersifat alami dan tidak mahal untuk memperkaya kandungan hara kompos (Sutanto, 2002). Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain (Isroi, 2004). Universitas Sumatera Utara Proses pengomposan adalah suatu proses penguraian sampah organik yang masih mentah menjadi bahan yang matang, sehingga unsur haranya sudah tersedia bagi tanaman, dengan upaya mengaktifkan kegiatan mikro organisme perombak (seperti bacteri, fungi, dan actinomicetes). Penambahan hara untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos dapat dilakukan penambahan Rock Phospat/RP atau penambahan kencing sapi atau domba dan juga dengan penambahan sekam padi (Atmojo, 2007). Universitas Sumatera Utara