ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP YIELD SPREAD

advertisement
ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS
TERHADAP YIELD SPREAD SUKUK
(Pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IMAS MASITOH
NIM. 1112081000089
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS
TERHADAP YIELD SPREAD SUKUK
(Pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IMAS MASITOH
NIM. 1112081000089
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS
TERHADAP YIELD SPREAD SUKUK
(Pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Imas Masitoh
NIM. 1112081000089
Pembimbing
Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 19741127.200112.1.002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Jumat, 13 Mei 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas
mahasiswi:
1. Nama
: Imas Masitoh
2. NIM
: 1112081000089
3. Jurusan
: Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Yield Spread
Sukuk (Pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Mei 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
(____________________)
NIP. 19731221 200501 2002
Penguji I
2. Faizul Mubarok, MM
(____________________)
NIP.
Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Pada hari Selasa, 20 September 2016 telah dilakukan ujian skripsi atas
mahasiswi:
1. Nama
: Imas Masitoh
2. NIM
: 1112081000089
3. Jurusan
: Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Analisis Pengaruh Likuiditas terhadap Yield Spread
Sukuk (Pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 September 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
NIP. 19731221 200501 2002
(____________________)
Ketua
2. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
(____________________)
Sekertaris
3. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
(____________________)
Pembimbing
4. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE, MM
NIDN. 03110658 05
(____________________)
Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Imas Masitoh
NIM
: 1112081000089
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen (Keuangan)
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 25 Agustus 2016
Yang Menyatakan
(Imas Masitoh)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Diri
1. Nama
: Imas Masitoh
2. Tempat, tanggal lahir : Ciamis, 1 Februari 1994
3. Alamat
: Jalan Masjid Baiturrahim no 10 B RT 001 RW 004
Pondok Aren, Tangerang Selatan
4. Telepon
: 085695009647
5. Email
: [email protected]
II. Pendidikan
1. SDN Pondok Betung V
Tahun 2000-2006
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta
Tahun 2006-2009
3. Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta
Tahun 2009-2012
4. Universitas Islam Negeri Syarif
Tahun 2012-2016
Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
Tahun 2013-2014
ABSTRACT
This research aimed to analyze the influence of liquidity to sukuk yield
spread. The research focused on sukuk that listed on Indonesia Stock Exchange
during period 2013-2015. The research using daily trading bond from PT
ICaMEL and using return SBIS from BI. Sampels determined using purposive
sampling method and result obtained 10 samples of sukuk. The dependent
variable in this research is yield spread. The independent variables in this
research is liquidity that include maturity, trading volume, and Amihud illiquidity
measure also control variable return SBIS. This research is analyzed by panel
regression method.
The result show simultaneously maturity, trading volume, Amihud illiquidity
measure, and SBIS has significant influence on the sukuk yield spread with
probability value 0,000003 <0,05. Meanwhile, in partial, maturity with
probability value 0,0062 <0,05, the trading volume with probability value 0,0000
<0,05, and return SBIS with probability value 0,0086 <0,05, has significant
influence on the sukuk yield spread. Amihud illiquidity measure with probability
value 0,4135> 0,05 have no significant effect on the sukuk yield spread.
Variations of sukuk yield spread is explained by variations in maturity, trading
volume, Amihud and SBIS yield of 65,42%. While the remaining 34.58% can be
explained by other variables not included in the model. The significant level used
in this research is 5%.
Keywords: Maturity, Trading Volume, Amihud Illiquidity Measure, SBIS,
Liquidity, Yield Spread, Sukuk, Panel Regression.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap yield
spread sukuk. Fokus penelitian ini pada sukuk korporasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2013-2015. Penelitian ini mengunakan
perdagangan harian sukuk yang diperoleh dari PT ICaMEL dan menggunakan
imbal hasil SBIS yang diperoleh dari BI. Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 10
seri sukuk. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah yield
spread. Variabel independen berupa likuiditas yang meliputi maturity, volume
perdagangan, dan Amihud illiquidity measure serta variabel kontrol imbal hasil
SBIS. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel.
Berdasarkan hasil penelitian, secara simultan maturity, volume perdagangan,
Amihud illiquidity measure, dan SBIS memiliki pengaruh terhadap yield spread
sukuk dengan nilai probabilitas 0,000003< 0,05. Sedangkan, secara parsial
maturity dengan nilai probabilitas 0,0062 < 0,05, volume perdagangan dengan
nilai probabilitas 0,0000 < 0,05, dan imbal hasil SBIS dengan nilai probabilitas
0,0086< 0,05 yang memiliki pengaruh terhadap yield spread sukuk. Sedangkan
Amihud illiquidity measure dengan nilai probabilitas 0,4135> 0,05 tidak memiliki
pengaruh terhadap yield spread sukuk. Variasi yield spread sukuk dijelaskan oleh
variasi maturity, volume perdagangan, Amihud, dan imbal hasil SBIS sebesar
65,42%. Sedangkan sisanya 34,58% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 5%.
Kata Kunci: Maturity, Volume Perdagangan, Amihud Illiquidity Measure, SBIS,
Likuiditas, Yield Spread, Sukuk, Data Panel.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Likuiditas terhadap
Yield Spread Sukuk (Pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015)”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Ade Daslim dan Ibu Aat Sumiati yang
senantiasa memberikan doa, kesabaran, dan dukungan yang tak terkira
untuk penulis. Serta adik-adikku tercinta Irul dan Kaila yang selalu
menghibur dan seluruh keluarga besar yang penulis sayangi.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga
untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terimakasih atas
segala arahan, motivasi, dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
ix
5. Bapak Amir Syarifuddin, SH, MM selaku dosen penasihat akademik yang
telah membantu, memotivasi, dan menasihati penulis dari awal masuk
perkuliahan sampai saat ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan serta bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Staff Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan
lain-lain.
8. PT ICaMEL (Sekarang TICMI), BEI, KSEI, IBPA, dan BI yang telah
membantu penulis dalam mengumpulkan dan menyediakan data terkait
penelitian serta para peneliti terdahulu yang telah membantu penulis
menjadi sumber insipirasi dan sumber rujukan terkait penelitian.
9.
Seluruh sahabatku sedari kecil hingga saat ini Desi, Vesti, Indah, Eki,
Fida, Zahra, Ardhi, Aryani, Elin, Dhira, Diany, Humairah, Inggar, Lulut,
Ayu, Cipmang, Diah, Dita, Enha, Fattiah, Febi, Maul, Rika, Silvi, dan
Vita yang selalu mendukung dan berbagi semangat dalam proses
penulisan skripsi.
10. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2012, seluruh pasukan SatJa,
dan seluruh kawan-kawanku yang senantiasa memberi dukungan. Tak
lupa, terimakasih banyak untuk ka Oji dan Wilda serta Uda Maju Jaya.
11. Pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu karena segala
keterbatasan.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 25 Agustus 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................. 13
1. Teori Struktur Modal................................................................. 13
2. Pasar Keuangan ......................................................................... 15
3. Peniliaian Obligasi..................................................................... 17
4. Pengertian Obligasi ................................................................... 19
5. Pengertian Sukuk....................................................................... 24
6. Yield........................................................................................... 34
7. Likuiditas................................................................................... 37
xi
8. Imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah .......................... 44
9. Keterkaitan Variabel Independen dengan Variabel Dependen . 45
B. Penelitian Terdahulu...................................................................... 48
1. Penelitian Utz et al (2016)......................................................... 48
2. Penelitian Douglas et al (2016) ................................................. 49
3. Penelitian Dongheon Shin dan Baeho Kim (2015) ................... 50
4. Penelitian Helwege et al (2014) ................................................ 50
5. Penelitian Putri (2013)............................................................... 51
6. Penelitian Friewald et al (2012) ................................................ 51
7. Penelitian Nielsen et al (2012) .................................................. 52
8. Penelitian Huboyojati dan Widyarti (2010) .............................. 52
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 58
D. Perumusan Hipotesis ..................................................................... 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 61
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 61
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 65
D. Metode Analisis Data .................................................................... 66
1. Analisis Data Panel.................................................................... 66
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 71
E. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 75
1. Uji F........................................................................................... 75
2. Uji t............................................................................................ 76
F. Koefisien Determinasi/Goodness Of Fit ........................................ 78
G. Operasionalisasi Variabel.............................................................. 78
1. Operasional Variabel Dependen Penelitian............................... 79
2. Operasional Variabel Independen Penelitian ............................ 80
3. Operasional Variabel Kontrol Penelitian................................... 82
xii
BAB IV
ANALISIS & PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 83
1. Gambaran Umum Pasar Modal Syariah Indonesia ................... 83
2. Gambaran Umum Perusahaan Penerbit Sukuk.......................... 85
B. Penemuan dan Pembahasan.......................................................... 87
1. Deskripsi Penelitian................................................................... 87
2. Statistik Deskriptif..................................................................... 89
3. Analisis Model Regresi dengan Data Panel ............................ 105
C. Interpretasi Hasil.......................................................................... 129
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................. 139
B. Saran ............................................................................................ 140
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 142
LAMPIRAN....................................................................................................... 147
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1
Tabel 2. 2
Tabel 3. 1
Tabel 3. 2
Tabel 3. 3
Tabel 3. 4
Tabel 4. 1
Tabel 4. 2
Perbedaan Sukuk dan Obligasi ........................................................... 33
Ringkasan Peneltian Terdahulu .......................................................... 54
Seleksi Sampel Penelitian ................................................................... 63
Ketersediaan Data Penelitian .............................................................. 63
Sampel Penelitian................................................................................ 64
Sukuk Pemerintah yang Digunakan.................................................... 65
Sampel Penelitian................................................................................ 88
Daftar Sukuk Korporasi dan Pemerintah Yang Digunakan Dalam
Penelitian............................................................................................ 91
Tabel 4. 3 Variabel Yield Spread ......................................................................... 92
Tabel 4. 4 Variabel Maturity................................................................................ 95
Tabel 4. 5 Variabel Volume Perdagangan (Bill. Rp) ........................................... 97
Tabel 4. 6 Variabel Volume Perdagangan (Ln) ................................................... 98
Tabel 4. 7 Variabel Amihud Illiquidity Measure................................................ 100
Tabel 4. 8 Variabel Imbal Hasil SBIS (%)......................................................... 102
Tabel 4. 9 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian............................................. 103
Tabel 4. 10 Tabel Hasil Uji Chow ...................................................................... 106
Tabel 4. 11 Tabel Hasil Uji LM .......................................................................... 107
Tabel 4. 12 Hasil Estimasi Metode Data Panel Terpilih (Common effect) ......... 108
Tabel 4. 13 Matriks Korelasi............................................................................... 110
Tabel 4. 14 Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White ............................ 111
Tabel 4. 15 Uji statistik Durbin-Watson d .......................................................... 113
Tabel 4. 16 Nilai Weighted Statistics Durbin Watson Model............................. 113
Tabel 4. 17 Nilai Weight Statistics Estimasi Model Regresi Antara Variabel
Maturity, Volume Perdagangan, Amihud, Dan SBIS terhadap Variabel
Yield Spread ..................................................................................... 117
Tabel 4. 18 Hasil Estimasi Model Regresi antara Variabel Maturity, Volume
Perdagangan, Amihud, dan SBIS terhadap Variabel Yield Spread 121
Tabel 4. 19 Ringkasan Pengujian Hipotesis........................................................ 129
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1
Gambar 2. 1
Gambar 3. 1
Gambar 4. 1
Gambar 4. 2
Gambar 4. 3
Gambar 4. 4
Gambar 4. 5
Gambar 4. 6
Gambar 4. 7
Gambar 4. 8
Gambar 4. 9
Perkembangan Sukuk Korporasi....................................................... 4
Kerangka Pemikiran........................................................................ 58
Statistik Durbin Watson d ............................................................... 73
Variabel Yield Spread ..................................................................... 93
Variabel Maturity ............................................................................ 96
Variabel Volume Perdagangan (Bill. Rp) ....................................... 97
Variabel Volume Perdagangan (Ln) ............................................... 98
Variabel Amihud Illiquidity Measure............................................ 100
Variabel Imbal Hasil SBIS (%) ..................................................... 103
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian......................................... 104
Statistik Durbin Watson d ............................................................. 114
Pengujian Normalitas dengan Metode Jarque-Bera ...................... 115
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Sampel Sukuk Korporasi................................................................ 147
Lampiran 2: Sukuk Pemerintah dengan Time To Maturity yang Mendekati ...... 147
Lampiran 3: Data Variabel Penelitian................................................................. 148
Lampiran 4: Lampiran Perhitungan Variabel Yield Spread................................ 149
Lampiran 5: Contoh Perhitungan YTM Korporasi Seri Sukuk PPLN08C ......... 150
Lampiran 6: Contoh Perhitungan YTM Pemerintah Seri Sukuk IFR005 ........... 150
Lampiran 7: Perhitungan Variabel Maturity ....................................................... 151
Lampiran 8: Perhitungan Volume Perdagangan ................................................. 152
Lampiran 9: Contoh Perhitungan Volume Perdagangan Seri Sukuk PPLN08C 153
Lampiran 10: Perhitungan Variabel Amihud Illiquidity Measure....................... 154
Lampiran 11: Contoh Perhitungan Amihud Illiquidity Measure Seri Sukuk
PPLN08C..................................................................................... 155
Lampiran 12: Perhitungan Imbal Hasil SBIS ..................................................... 156
Lampiran 13: Pemilihan Model Uji Chow.......................................................... 157
Lampiran 14: Pemilihan Model Uji LM ............................................................. 158
Lampiran 15: Hasil Estimasi Data Panel Terpilih (Common Effect) .................. 159
Lampiran 16: Pengujian Multikolinieritas dengan Matriks korelasi .................. 159
Lampiran 17: Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White......................... 160
Lampiran 18: Pengujian Normalitas Dengan Metode Jarque-Bera .................... 160
Lampiran 19: Tabel Distribusi t……………………………………………….. 161
Lampiran 20: Tabel Distribusi F (α=5%)....………...…………………………. 162
Lampiran 21: Tabel Distribusi Chi Squares………………………………….... 163
Lampiran 22: Tabel Durbin-Watson…………………………………….…….. 164
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pasar keuangan syariah (financial market) syariah, baik
itu pasar uang (money market) maupun pasar modal (capital market) syariah
pada saat ini sedang marak sekali di dunia, khususnya dinegara-negara yang
mayoritas penduduknya Islam. Hal ini ditandai dengan berdirinya Islamic
Financial Market di Kuala Lumpur yang dipelopori oleh negara-negara Islam
(Abdul Hamid, 2009: 1).
Dalam Roadmap Pasar modal syariah yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan (2015: 13) disebutkan bahwa
pasar modal syariah telah berkembang di berbagai negara, baik negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam seperti negara di kawasan Timur
Tengah, Indonesia, Malaysia, maupun negara yang mayoritas penduduknya
non muslim seperti Inggris dan Jerman. Pasar modal syariah merupakan
kegiatan pasar modal yang memiliki karakteristik khusus. Karakteristik ini
terbentuk dari adanya pemenuhan prinsip syariah dalam menciptakan produk,
membuat kontrak dalam penerbitan efek syariah, melakukan transaksi
perdagangan, serta melakukan aktivitas pasar modal lainnya. Prinsip syariah
yang harus dipenuhi antara lain terhindarnya aktivitas pasar modal syariah
dari unsur perjudian (maysir), ketidakpastian (gharar), sistem bunga (riba),
dan ketidakadilan.
1
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, dengan dukungan
yang berkesinambungan dan inisiatif terpuji dari pemerintah untuk
mengembangkan pasar modal Islam, maka potensi untuk mengembangkan
produk-produk syariah sangat besar (Mohd Ma’sum Billah, 2010: 3). Pasar
modal syariah di Indonesia telah berkembang selama dua dekade, yaitu
dimulai sejak pertama kali diluncurkannya reksa dana syariah pada tahun
1997. Sejak saat itu, pasar modal syariah Indonesia terus tumbuh dan
berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya produk syariah,
diterbitkannya
regulasi
terkait
pasar
modal
syariah,
dan
semakin
bertambahnya masyarakat yang mengenal dan peduli pasar modal syariah
(Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2015: 13).
Salah satu produk syariah yang tersedia dalam pasar modal syariah
adalah sukuk. Sukuk berasal dari bahasa Arab “Sak” (tunggal) dan “sukuk”
(jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Berbeda dengan
konsep obligasi konvensional selama ini, yakni obligasi yang bersifat utang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga, obligasi syariah adalah
suatu surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah berupa imbal
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.41/DSNMUI/III/2004 tentang obligasi syariah (Adrian Sutedi, 2011: 110-111).
Sukuk yang pertama terbit di
Indonesia adalah sukuk korporat,
diterbitkan oleh PT Indosat Tbk pada tahun 2002 dengan nilai Rp 175 miliar
2
menggunakan akad mudharabah. Kemudian diikuti oleh korporasi-korporasi
lain. Sukuk negara pertama kali diterbitkan pada tahun 2008 setelah
disahkannya Undang-Undang No. 19 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(Eka Siskawati, 2010: 3).
Menurut Wakil Sekretaris BPH Dewan Syariah Nasional-MUI Kanny
(Beritasatu, 6 April 2012), penerbitan sukuk tidak saja memberi alternatif
pembiayaan, tetapi juga menjadi sarana perbaikan struktur keuangan
perusahaan serta mendorong perusahaan menerapkan prinsip syariah, seperti
mengutamakan produk halal untuk konsumen. Sukuk memiliki sejumlah
kelebihan karena investor base sukuk lebih luas dibanding obligasi
konvensional. Lembaga konvensional dapat membeli sukuk namun lembaga
keuangan syariah tidak dapat membeli obligasi konvensional. Dengan kinerja
emiten sukuk yang baik, maka penerbitan sukuk akan menarik tidak hanya
bagi investor berbasis syariah tetapi juga investor yang tidak berbasis syariah.
Menurut Wakil ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) Dewan Syariah
Nasional, Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Fathurrahman Djamil
(Beritasatu, 6 April 2012), hingga tahun 2012 prospek sukuk korporasi
Indonesia masih luas. Hal tersebut tak lepas dari perkembangan lembaga
keuangan syariah nasional yang terus bertumbuh, baik lembaga perbankan
maupun
lembaga
keuangan
syariah
non-bank.
Namun
demikian,
pertumbuhannya masih perlu terus didorong terutama dari sisi korporasi.
Sejak diterbitkannya sukuk korporasi yang pertama pada tahun 2002
hingga akhir 2014, sukuk korporasi terus mengalami pertumbuhan, walaupun
3
market share nilai sukuk terhadap pasar obligasi dan sukuk masih belum
mencapai 5%. Sementara pada tahun 2015, Dari sisi proporsi, di pasar efek
surat hutang dan sukuk, jumlah sukuk korporasi outstanding mencapai
10,25% dari total jumlah 400 obligasi korporasi dan sukuk korporasi
outstanding (Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2015:
35).
Gambar 1. 1
Perkembangan Sukuk Korporasi
Sumber: Laporan Kinerja Tahunan OJK 2015
Mengutip ketua dewan komisioner OJK, Muliaman darmansyah hadad
(http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/laporan-kinerjaojk-2015.aspx, akses 10 Februari 2016), penerbitan sukuk korporasi
sepanjang 2015 berjumlah 15 penerbitan seri sukuk atau meningkat 114,3%
dibandingkan dengan 2014. Nilai penerbitan, sukuk sepanjang 2015 mencapai
4
3,17 triliun atau meningkat 243,66% dibandingkan 2014. Jumlah dan Nilai
Sukuk Korporasi yang outstanding mengalami peningkatan dibanding akhir
2014 masing-masing sebesar 31,43% dan 37,78% menjadi 46 Sukuk
Korporasi dengan nilai outstanding sebesar 9,80 Triliun.
Setiap
investasi
selalu
mengharapkan
adanya
pendapatan
atau
penghasilan atas sejumlah dana yang diinvestasikan. Dengan membeli
obligasi, investor mengharapkan akan mendapatkan beberapa keuntungan
dari investasinya tersebut, yang dikenal dengan istilah yield. Banyak investor
jangka panjang melakukan metode penghitungan pendapatan obligasi
berdasarkan YTM supaya bisa melakukan perbandingan tingkat pendapatan
obligasi yang satu dengan yang lain (Sapto Rahardjo, 2003: 13-14). Ketika
investor menanamkan dananya pada obligasi korporasi maka obligasi
perusahaan akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan
obligasi pemerintah. Namun, ketika keprihatinan mengenai kegagalan bayar
meningkat, obligasi perusahaan bisa menjadi lebih buruk dibandingkan
dengan obligasi pemerintah (Brigham dan Houston, 2006: 344).
Yield spread dari obligasi korporasi adalah perbedaan antara imbal hasil
obligasi dengan imbal hasil dari benchmark obligasi pemerintah yang
mempunyai waktu jatuh tempo dan mata uang yang sama. Obligasi
pemerintah dianggap bebas risiko, yield spread mengukur premi risiko untuk
investasi dalam obligasi korporasi (Sebastian Utz et al, 2016).
Dengan melihat perkembangan pasar obligasi, tentunya menarik untuk
diketahui bagaimana sebenarnya persepsi investor selama melakukan
5
investasi pada obligasi perusahaan. Persepsi investor terhadap suatu obligasi
perusahaan dapat dicerminkan oleh yield spread dari suatu obligasi. Yield
spread menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut karena
spread dapat menjadi pedoman dan pertimbangan investor untuk berinvestasi
pada obligasi perusahaan yang telah berlangsung selama ini di Indonesia
(Huboyojati dan Widyarti, 2010).
Risiko tercermin dari yield spread perusahaan, semakin tinggi risiko
suatu perusahaan maka yield spread semakin besar karena investor perlu
memperoleh tambahan pendapatan sebagai kompensasi untuk mengambil
risiko. Jika investor melihat bahwa berinvestasi disuatu perusahaan memiliki
risiko yang rendah seperti berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah, maka investor tidak memerlukan yield yang besar sebagai
kompensasi, namun sebaliknya jika investor melihat bahwa berinvestasi
disuatu perusahaan memiliki risiko yang tinggi, maka pelaku pasar akan
menuntut kompensasi yang memadai atas risiko yang ditanggungnya yakni
yield spread yang semakin tinggi (Eka Lestari Hafqi Putri, 2013).
Menurut Fabozzi (1999) dalam Huboyojati dan Widyarti (2010) Yield
spread mencerminkan risiko tambahan yang dihadapi investor dengan
membeli suatu sekuritas/ obligasi yang tidak diterbitkan pemerintah. Faktorfaktor yang mempengaruhi spread meliputi jenis emiten, creditworthiness
dari emiten yang dirasakan investor, jangka waktu jatuh tempo dari instrumen
yang dimaksud, ketentuan-ketentuan yang memberikan hak opsi kepada
emiten ataupun investor, besarnya pajak yang dikenakan atas bunga yang
6
diterima investor, dan perkiraan likuiditas (expected liquidity) dari sekuritassekuritas yang diterbitkan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pelaku pasar dalam pasar
sekunder sukuk adalah kurangnya likuiditas perdagangan sukuk di pasar
sekunder. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan pemegang sukuk untuk
melakukan hold to maturity atas sukuk yang dimilikinya. Sementara itu, dari
sisi penerbit sukuk terdapat kekhawatiran tidak terserapnya sukuk oleh pasar
(Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2015: 67).
Likuiditas merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan,
Perraudin dan Taylor (2003) dalam Hendrawan (2008) menyatakan bahwa
salah satu variabel penting yang berpotensi menjadi variabel determinan
dalam pembentukan yield spread obligasi adalah likuiditas dan sangat wajar
apabila mengasumsikan bahwa likuiditas akan memiliki peran penting dalam
pembentukan yield spread obligasi.
Longstaff et al (2005) dalam Sebastian Utz et al (2016) mengemukakan
bahwa risiko default adalah faktor kunci penentu yield spread obligasi
korporasi dengan benchmarks obligasi pemerintah. Meskipun demikian,
ditemukan pula bahwa risiko default tidak dapat menjelaskan seluruh variasi
dari spread. Sesungguhnya, market friction seperti biaya likuiditas juga
memainkan peranan penting (Fisher 1959; Chen et al (2007).
Chen et al (2007) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa
semakin ilikuid suatu obligasi maka akan semakin tinggi yield spread dan
peningkatan likuiditas menyebabkan penurunan yang signifikan dalam yield
7
spread. Investor tidak bisa terus-menerus melakukan lindung nilai terhadap
risiko sehingga mereka menuntut premi risko dengan menurunkan harga.
Sehingga untuk arus kas yang dijanjikan sama, obligasi yang kurang likuid
akan diperdagangkan lebih jarang, harganya akan lebih rendah, dan akan
menunjukkan yield spread yang lebih tinggi. Berdasarkan rasionalisasi
tersebut, seharusnya likuditas diperkirakan akan di hargai terhadap yield
spread.
Terdapat banyak proxy yang dapat dijadikan sebagai ukuran likuiditas.
Sebastian Utz et al (2016) menggunakan dua proxy likuiditas yaitu bid-ask
spread dan LOT berdasarkan Lesmond et al (1999). Shin dan Kim (2015),
Nurhasanah (2011), Huboyojati dan Widyarti (2010) menggunakan volume
perdagangan sebagai proxy likuiditas. Helwege et al (2014) meneliti dampak
likuiditas terhadap spread obligasi korporasi dengan proxy likuiditas
menggunakan range, IQR, model pengukuran gamma yang diperkenalkan
oleh Bao et al, zero trading days, on/off the run indicator, kumulatif volume
perdagangan, log size, dan umur. Sementara Eka Lestari Hafqi Putri (2013)
menggunakan solvency ratio sebagai proxy likuiditas. Nielsen et al (2012)
menggunakan proxy likuiditas berupa Amihud, bid-ask spread, imputed
roundtrip cost, turnover, dan zero trading days. Hendrawan (2008)
menyimpulkan bahwa bid-ask spread dapat digunakan sebagai alternatif lain
dari proxy likuiditas menggantikan volume dan frekuensi perdagangan. Chen
et al (2007) menggunakan tiga proxy likuiditas yaitu bid-ask spread,
8
persentase imbal hasil nol, dan limited dependent variabel model yang
berdasarkan oleh Lesmod et al (1999) yang disebut LOT.
Penelitian ini menggunakan tiga proxy likuiditas yaitu maturity, volume
perdangangan,
dan
Amihud
illiquidity
measure.
Pertama,
maturity
merupakan masa jatuh tempo obligasi dan terhitung dari tahun penelitian
dilakukan (Eka Lestari Hafqi Putri, 2013). Waktu sampai jatuh tempo
menunjukan bahwa semakin panjang maturity mengindikasi semkin tinggi
spreads karena kemungkinan default yang lebih tinggi (Douglas et al, 2016).
Kedua, volume perdagangan menujukkan proxy likuiditas dari aktivitas
perdagangan obligasi (Friewald et al, 2012). Semakin besar volume
perdagangan obligasi semakin besar kapitalisasi dan berpeluang semakin
tinggi kemungkinan ditransaksikan di pasar sekunder. Volume transakasi juga
berhubungan dengan volatility (Karpoff, 1997; Flemming, 2003; dalam
Nurhasanah, 2011). Pengukuran berdasarkan volume, yang membedakan
pasar likuid berdasarkan volume transaksi dibandingan dengan perbedaan
harga, terutama untuk mengukur width dan depth (Nurhasanah, 2011).
Ketiga,
proxy
likuiditas
Amihud
illiquidity
measure
mengukur
peresentase perubahan harga terhadap turnover. Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan pasar yang semakin likuid (Chandra, 2015). Amihud dan
Mendelson (1991) dalam Krisnilasari (2007) menyatakan bahwa likuiditas
mempengaruhi
harga
aset
(obligasi)
karena
investor
membutuhkan
kompensasi untuk biaya transakasi. Biaya transaksi dibayar ketika suatu asset
ditransaksikan membentuk serangkaian cash outflow. Nilai diskonto dari
9
aliran biaya ini merupakan penunjuk hilangnya nilai karena tidak likuid, yang
akan mengurangi nilai aset dari alirah kas yang dihasilkan. Sehingga return
akan meningkat seiring dengan ketidaklikuidan. Temuan penelitian Amihud
dan Mendelson (1991) menunjukkan bahwa likuiditas obligasi akan
menurunkan return obligasi.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu terdapat research gap tentang
pengaruh likuiditas terhadap yield spread. Beberapa hasil penelitian
mengindikasi bahwa likuiditas memiliki pengaruh terhadap yield spread
obligasi sebagaimana dalam penelitian Sebastian Utz et al (2016) dan
Huboyojati dan Widyarti (2010. Sedangkan dalam penelitian Eka Lestari
Hafqi Putri (2013) bahwa variabel likuiditas perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap yield spread. Nielsen et al (2012) menunjukkan bahwa
variabel ilikuiditas memiliki sedikit dampak pada spread ketika sebelum
krisis.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh likuiditas
terhadap yield spread. Dalam penelitian ini, variabel independen yang
digunakan adalah likuiditas yang meliputi maturity, volume perdangangan,
dan Amihud illiquidity measure, dengan mengontrol variabel makroekonomi
imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini
mengambil judul “Analisis Pengaruh Likuiditas terhadap Yield Spread
Sukuk (Pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015)”.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada latar belakang di atas, penulis
merumuskan beberapa pertanyaan penelitian yaitu:
1.
Bagaimana pengaruh maturity, volume perdangangan, Amihud illiquidity
measure, dan imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara simultan
terhadap yield spread sukuk.
2.
Bagaimana pengaruh maturity, volume perdangangan, Amihud illiquidity
measure, dan imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara parsial
terhadap yield spread sukuk.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui pengaruh maturity, volume perdangangan, Amihud
illiquidity measure, dan imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara
simultan terhadap yield spread sukuk
2.
Untuk mengetahui pengaruh maturity, volume perdangangan, Amihud
illiquidity measure, dan imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara
parsial terhadap yield spread sukuk.
11
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan, antara lain:
1. Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait likuiditas dan yield spread sukuk serta meningkatkan peran serta
dalam meningkatkan jumlah emisi sukuk sehingga meningkatkan
likuiditas sukuk.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang akan
menambah wawasan bagi investor dalam melakukan keputusan investasi
dan memberikan pertimbangan bagi investor untuk turut aktif dalam pasar
sukuk.
3. Bagi regulator, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam
meningkatkan kebijakan terkait likuiditas pasar sukuk di Indonesia.
4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau
masukan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan likuiditas dan
yield spread sukuk.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Struktur Modal
Pilihan antara pendanaan utang dan ekuitas sering disebut dengan
keputusan struktur modal. Di sini, “modal” berarti sumber pendanaan
jangka
panjang
perusahaan.
Suatu
perusahaan
yang
berusaha
mendapatkan pendananaan jangka panjang dikatakan “menggalang
modal.” Ketika suatu perusahaan perlu mendapatkan dana, perusahaan itu
bisa mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai
ganti bagian laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas
investor itu plus tingkat bunga tetap. Dalam kasus pertama, para investor
menerima pangsa saham dan menjadi pemegang saham, pemilik sebagian
perseroan. Para investor dalam kasus ini disebut dengan investor ekuitas,
yang berkontribusi atas pendanaan ekuitas. Dalam kasus kedua, para
investor adalah pemberi pinjaman, yakni, investor utang, yang suatu hari
harus mendapatkan pelunasan (Brealey et al, 2008: 6).
Capital structure atau struktur modal merupakan proporsi atau
perbandingan
dalam
menentukan
pemenuhan
kebutuhan
belanja
perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau
dengan menerbitkan saham (Brigham dan Gapenski: 2003 dalam Rodoni
dan Ali, 2010: 137).
13
Rodoni dan Ali (2010: 137) menyimpulkan bahwa struktur modal
adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja
perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau
panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari
dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.
Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan
jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang
jangka panjang dengan modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan
apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat memengaruhi nilai
perusahaan, biaya modal perusahaan, dan harga pasar saham perusahaan.
Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat mempengaruhi ketiga
faktor tersebut, bagaimana kombinasi utang jangka panjang dan modal
sendiri yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan, atau meminimalkan
biaya modal perusahaan, atau memaksimalkan harga pasar saham
perusahaan. Harga pasar saham mencerminkan nilai perusahaan, dengan
demikian jika nilai suatu perusahaan meningkat, harga pasar saham
perusahaan tersebut juga akan naik (Sudana, 2011: 143).
Tujuan akhir dari struktur modal yakni membuat komposisi sumber
pembiayaan yang paling optimal. Dalam menentukan struktur yang paling
optimal, teori tersebut telah banyak dikembangkan oleh para pakar
dengan menganalisa komposisi utang dan modal. Perkembangan teori
struktur modal tersebut sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2010: 138-139):
14
a. Teori MM (Modigliani dan Miller)
Dalam struktur modal yang menggunakan dana dari utang tidak
mempunyai pengaruh apapun terhadap nilai perusahaan. Namun bila
mulai dipertimbangkan faktor pajak, penggunaan utang akan selalu
lebih menguntungkan dan meningkatkan nilai perusahaan dengan
asumsi tidak ada biaya kebangkrutan, tidak ada biaya transaksi, dan
bunga pinjaman dan simpanan besarnya sama bagi perorangan
ataupun perusahaan.
b. Trade Off Model
Teori ini mengatakan bahwa bila perusahaan menggunakan
leverage maka perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa
penghematan pajak (tax shield). Namun disisi lain harus pula
diperhitungkan biaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan
leverage tersebut, seperti biaya kebangkrutan dan biaya keagenan
(Kewon, et al: 2005).
c. Teori Asimetris Informasi
Dalam teori ini diterangkan bahwa dalam pasar selalu ditemukan
informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga
dapat dikatakan informasi yang didapat tidak sempurna.
2. Pasar Keuangan
Orang dan organisasi yang ingin meminjam uang akan dipertemukan
dengan mereka yang memiliki kelebihan dana di pasar keuangan
(financial markets) (Rodoni dan Ali, 2010: 31). Menurut Dahlan Siamat
15
(2005: 19) pasar keuangan memiliki beberapa pengertian. Dalam
pengertian sempit, pasar keuangan diartikan sebagai pasar dimana asset
keuangan (financial assets) diterbitkan dan diperdagangkan. Dalam
pengertian yang lebih luas, pasar keuangan adalah pasar yang didalamnya
terdiri dari berbagai macam teknik dan instrumen untuk tujuan
meminjam, memberi kemudahan untuk investasi, melakukan konsumsi,
menabung, dan memberi keleluasaan untuk melakukan jual beli barang
dan jasa.
Pasar keuangan diklasifikasikan menurut keragaman dimensinya
sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2010: 31):
a. Pasar aktiva fisik vs pasar aktiva keuangan
Pasar aktiva fisik adalah pasar untuk produk-produk seperi
gandum, mobil, real estate, komputer, dan mesin. Pasar aktiva
keuangan dilain pihak berhubungan dengan saham, obligasi, wesel
hipotik, dan klaim-klaim atas aktiva nyata lainnya, sekaligus dengan
sekuritas derivatif yang nilainya ditentukan oleh perubahan yang
terjadi pada harga aktiva-aktiva lainnya.
b. Pasar tunai vs pasar berjangka
Pasar tunai (spot market) adalah pasar dimana aktiva dibeli atau
dijual untuk pengiriman on the spot atau langsung. Pasar berjangka
(futures markets) adalah pasar dimana para pihak didalamnya setuju
pada hari ini untuk membeli atau menjual suatu aktiva pada suatu
tanggal dimasa depan.
16
c. Pasar uang vs pasar modal
Pasar uang (money market) adalah pasar keuangan dimana uang
dipinjam atau dipinjamkan untuk jangka waktu pendek (kurang dari
satu tahun). Pasar modal adalah pasar keuangan untuk saham dan
utang jangka menengah dan jangka panjang (satu tahun atau lebih).
d. Pasar primer vs pasar sekunder
Pasar primer (primary market) adalah pasar dimana perusahaan
mendapatkan modalnya dengan menerbitkan sekuritas-sekuritas baru.
Pasar sekunder (secondary markets) adalah pasar dimana sekuritassekuritas dan aktiva-aktiva keuangan lainnya diperdagangkan diantara
para investor setelah diterbitkan oleh perusahaan.
e. Pasar privat vs pasar publik
Pasar privat (pasar tertutup) adalah pasar dimana transaksitransaksinya dilakukan secara langsung oleh kedua belah pihak. Pasar
publik (pasar terbuka) adalah pasar dimana kontrak-kontrak yang
telah distandarisasi diperdagangkan dalam suatu pertukaran yang
terorganisasi.
3. Peniliaian Obligasi
Penilaian adalah proses untuk menentukan nilai dari suatu aktiva pada
suatu
waktu
tertentu
dengan
mempertimbangkan
risiko
dan
pengembaliannya (Sundjaja dkk, 2010: 103). Nilai dari setiap aktiva
keuangan seperti saham, obligasi, sewa guna usaha, atau bahkan aktiva
17
fisik seperti gedung apartemen atau mesin merupakan nilai sekarang dari
arus kas yang diperkirakan akan dapat dihasilkan oleh aktiva tersebut
(Brigham & Houston, 2006: 352).
Arus kas dari suatu obligasi tergantung pada fitur-fitur kontraktual.
Untuk obligasi dengan kupon standar arus kasnya terdiri atas pembayaran
bunga selama umur obligasi ditambah dengan nilai pokok pinjaman pada
saat obligasi tersebut jatuh tempo. Pada obligasi dengan tingkat bunga
mengambang, pembayaran bunga akan bervariasi dari waktu ke waktu.
Pada kasus obligasi dengan kupon tingkat bunga nol, tidak ada
pembayaran bunga sama sekali. Hanya pembayaran nilai nominal pada
saat obligasi jatuh tempo. Pada obligasi “biasa” dengan kupon tingkat
bunga yang tetap, situasinya adalah sebagai berikut (Brigham & Houston,
2006: 352-353):
0 Kd% 1
Nilai
obligasi
INT
2
3
N
INT
INT
INT
M
Dalam hal ini:
Kd
: tingkat suku bunga pasar obligasi
N
: jumlah tahun sebelum obligasi jatuh tempo
INT
: Jumlah bunga yang dibayarkan setiap tahunnya
M
: Nilai pari atau nilai jatuh tempo obligasi
18
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung nilai dari setiap
obligasi (Brigham & Houston, 2006: 354):
=
=
(1 +
=
)
+
(1 +
(1 +
)
)
+
+ ā‹Æ+
(1 +
(1 +
)
+
(1 +
)
)
4. Pengertian Obligasi
Obligasi (bond) merupakan sekuritas yang diterbitkan dalam
kaitannya dengan pengaturan pinjaman. Peminjam menerbitkan (atau
menjual) obligasi kepada pemberi pinjaman demi sejumlah uang tunai;
obligasi merupakan “IOU” bagi peminjam. Pengaturan mewajibkan
emiten untuk melakukan pembayaran tertentu kepada pemegang obligasi
pada tanggal tertentu. Obligasi dengan kupon tertentu mewajibkan emiten
untuk melakukan pembayaran suku bunga setengah tahunan kepada
pemegang obligasi selama umur obligasi. Ketika obligasi jatuh tempo,
emiten mencicil utang dengan nilai nominal (par value) obligasi (sama
halnya, nilai wajarnya/ face value). Tarif kupon (coupon rate) obligasi
menentukan pembayaran bunga: pembayaran tahunan merupakan tarif
kupon dikali nilai nominal obligasi. Tarif kupon, jatuh tempo, dan nilai
nominal obligasi merupakan bagian dari perjanjian obligasi (bond
indenture), yakni kontrak di antara emiten dan pemegang obligasi (Bodie
et al, 2014: 459).
19
Obligasi merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak
antara investor sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai
peminjam dana (Tandelilin, 2010: 40). Sedangkan menurut Jogiyanto
(2010: 152) obligasi (bond) dapat didefinisikan sebagai utang jangka
panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga
yang tetap jika ada. Menurut sundjaja dkk (2010: 106) obligasi adalah
surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana
(dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Jadi surat
obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas
tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi.
a. Karakteristik Obligasi
Karakteristik umum yang dimiliki obligasi yaitu sebagai berikut
(Keown et al, 2011: 235).
1) Klaim terhadap pendapatan dan aset perusahaan. Obligasi
merupakan surat utang, maka klaim terhadap pendapatan dan aset
bagi pemegang obligasi akan lebih didahulukan daripada
pemegang saham.
2) Par Value. Nilai par/pace value atau nilai nominal suatu obligasi
adalah nilai yang tertera pada lembar obligasi yang akan
dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo.
20
3) Coupon Interest Rate. Tingkat bunga kupon menunjukan
persentase
bunga
terhadap
nilai
nominalnya
yang
akan
dibayarkan setiap tahun.
4) Maturity. Maturity atau batas waktu adalah waktu sampai dengan
penerbit obligasi mengembalikan nilai nominal obligasi ke
pemegang obligasi dan berakhirnya atau ditebusnya obligasi
tersebut.
5) Indenture.
Indenture
adalah
kesepakatan
hukum
antara
perusahaan penerbit obligasi dan perwalian obligasi yang
mewakili pemegang obligasi.
6) Current Yield. Rasio dari bunga yang diterima tahunan
dibandingkan dengan harga pasar, atau secara sistematis ditulis
sebagai:
CY =
CY
: Current yield
Ct
: Pembayaran kupon per tahun
Pm
: Harga pasar
7) Rating. Rating didefinisikan sebagai opini formal tentang
kemampuan perusahaan (emiten) dalam memenuhi kewajiban
finansialnya dengan menghitung faktor-faktor risiko yang
relevan. Di Indonesia PT Pemeringkat Efek Indonesia (PT
PEFINDO) secara rutin mengeluarkan peringkat perusahaan di
Indonesia (Sundjaja dkk, 2010: 321).
21
b. Jenis-Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu (Ridwan,
2010: 450):
1) Dilihat dari sisi penerbit:
(a) Corporate Bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara
(BUMN) atau badan usaha swasta.
(b) Goverment Bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah pusat.
(c) Municipal Bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang
berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
2) Dilihat dari sisi sistem pembayaran bunga:
(a) Zero Coupon Bonds adalah obligasi yang tidak melakukan
pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok
dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
(b) Coupon Bonds adalah obligasi dengan kupon yang dapat
diuangkan
secara
periodik
sesuai
dengan
ketentuan
penerbitnya.
(c) Fixed Coupon Bonds adalah obligasi dengan tingkat kupon
bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di
pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
22
(d) Floating Coupon Bonds adalah obligasi dengan tingkat
kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut
berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti
average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat
suku bunga deposit dari bank pemerintah dan swasta.
3) Dilihat dari hak penukaran / opsi :
(a) Convertible Bonds adalah obligasi yang memberikan hak
kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi
tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
(b) Exchangeable Bonds adalah obligasi yang memberikan hak
kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan
ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik
penerbitnya.
(c) Callable Bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada
emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.
(d) Putable Bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada
investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali
obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4) Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
(a) Secured Bonds adalah obligasi yang dijamin dengan
kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain
dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya
23
adalah Guaranteed Bonds,Mortgage Bonds, dan Collateral
Trust Bonds.
(b) Unsecured Bonds adalah obligasi yang tidak dijaminkan
dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan
penerbitnya secara umum.
5) Dilihat dari segi nilai nominal:
(a) Conventional
Bonds
adalah
obligasi
diperjualbelikan dalam satu nominal,
yang
lazim
Rp 1 miliar per satu
lot.
(b) Retail Bonds adalah obligasi yang diperjualbelikan dalam
satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds
maupun goverment bonds.
6) Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
(a) Conventional Bonds adalah obligasi yang diperhitungan
dengan menggunakan sisitem kupon bunga.
(b) Syariah Bonds adalah obligasi yang perhitungan imbal hasil
dengan menggunakan
perhitungan
bagi
hasil. Dalam
perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
Obligasi syariah Mudharabah dan Obligasi syariah ijarah.
5. Pengertian Sukuk
Berdasarkan DSN-MUI (Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002), “Surat
berharga syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan
24
prinsip syariah yang dikeluarkan oleh Emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”.
Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah
sebelumnya yang menggunakan istilah ‘bond’, dimana istilah bond
mempunyai makna loan (hutang), dengan menambahkan ‘Islamic’ maka
sangat
kontradiktif
maknanya
karena
biasanya
yang
mendasari
mekanisme hutang (loan) adalah interest, sedangkan dalam Islam interest
tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu, sejak tahun 2007
istilah bond ditukar dengan istilah ‘sukuk’ sebagaimana disebutkan dalam
peraturan di Bapepam Lembaga Keuangan (LK) (Rodoni, 2009: 110).
Mengacu kepada peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK.04/2014
tentang Penerbitan Sukuk, sukuk adalah efek berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, yang bernilai
sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atas aset yang
mendasarinya (underlying asset). Underlying asset adalah aset yang
menjadi dasar dalam penerbitan sukuk, yang dapat terdiri atas:
a. Aset berwujud tertentu (a’yan mauhudat);
b. Nilai manfaat atas aset berwujud (manaful a’yan) tertentu baik yang
sudah ada maupun yang akan ada;
c. Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan); dan/atau
25
e. Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin
khashah).
Heru Sudarsono dalam Abdul Manan (2012: 332) menjelaskan bahwa
obligasi syari’ah bukan merupakan utang berbunga tetap sebgaimana
yang terdapat dalam obligasi konvensional, tetapi lebih merupakan
penyerta dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Transaksinya
bukan akad utang piutang melainkan penyertaan. Obligasi sejenis ini
lazim dinamakan muqaradhah bond, dimana muqaradhah merupakan
nama lain dari mudharabah. Dalam bentuknya yang sederhana obligasi
syariah diterbitkan oleh sebuah perusahaan atau emiten sebagai pengelola
atau mudharib dan dibeli oleh investor atau shahib maal.
a. Karakteristik Sukuk
Dalam buku Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk
Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah oleh Direktorat
Pembiayaan
Syariah,
Direktorat
Jenderal
Pengelolaan
Utang
Kementrian Keuangan Republik Indonesia (2010: 9) karakteristik
sukuk antara lain:
1)
Merupakan bukti kepemilikan suatu asset, hak manfaat, jasa atau
kegiatan investasi tertentu;
2)
Pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil,
sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan;
3)
Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir;
26
4)
Memerlukan adanya underlying asset penerbitan;
5)
Penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.
b. Jenis-Jenis Sukuk
Abdul aziz (2010) mengemukakan terdapat 5 jenis sukuk yaiu:
1) Sukuk Mudharabah
Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen
dalam meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi
dalam suatu perekonomian. Jenis ini merupakan sertifikasi yang
mewakili proyek atau kegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip
mudharabah dengan menunjuk partner atau pihak lain sebagai
mudharib untuk manajemen bisnis.
2) Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan
aset yang keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada
suatu kontrak sewa beli (lease), sewa dimana pembayaran return
pada pemegang sukuk. Berkat fleksibelitas pada aturan ijarah,
pelaksanaan sekuritisaasi kontrak ijarah merupakan faktor kunci
dalam mengatasi masalah-masalah manajemen likuiditas dan
untuk pembiayaan kebutuhan-kebutuhan sektor publik di negaranegara berkembang.
27
3) Sukuk Istisna
Istisna adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang
industri yang memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman
di masa depan atau pembayaran di masa depan dan pengiriman di
masa depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan kontrak
tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk menghasilkan fasilitas
pembiayaan pembuatan atau pembangunan rumah, pabrik,
proyek, jembatan, jalan, dan jalan tol. Di samping kontrak istisna
yang paralel dengan sub kontraktor, bank-bank Islam dapat
melakukan pembangunan aset tertentu dan menjualnya untuk
harga yang ditunda, dan melakukan sub-kontrak pembangunan
aktual
kepada
perusahaan
khusus.
Rodoni
(2009:
118)
mengemukakan bahwa sukuk istisna’ melambangkan suatu jual
beli dari suatu komoditi dengan basis selisih antara penyerahan
komoditi yang ditangguhkan dengan pembayaran tunai. Komoditi
yang ditangguhkan tersebut adalah hutang atas penyedia
(supplier) sesuai
pesanan dari
pemesan (pedagang atau
konsumen).
4) Sekuritas/ Sukuk Salam
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga dimuka,
yang dibuat untuk barang-barang yang dikirim kemudian. Tidak
diperbolehkan
menjual
komoditas
yang
diurus
sebelum
menerimanya. Untuk itu penerima tidak boleh menjual kembali
28
komoditas tersebut dengan kontrak yang lain yang paralel dengan
kontrak independen satu sama lain. Spesifikasi dari barang dan
jadwal pengiriman dari kedua kontrak harus sesuai satu sama
lain, tetapi kedua kontrak dapat dilakukan secara independen.
5) Sekuritas/ Sukuk Portofolio Gabungan
Bank dapat membuat sekuritas gabungan dari kontrak
musyarakah, ijarah, dan beberapa murabahah, salam, istisna, dan
jualah (kontrak untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
menetapkan pembayaran pada periode tertentu. Return/risiko
pada sekuritas tersebut akan bergantung pada gabungan kontrak
yang dipilih.
c. Risiko-Risiko Sukuk
Secara umum, risiko pada sukuk mirip dengan risiko obligasi
konvensional karena keduanya merupakan instrumen pada pasar
modal. Terdapat 15 gambaran risiko yang dikandung dalam sukuk
yaitu (Abdulkader Thomas, 2009: 319):
1) Risiko sistematik
Risiko ini timbul karena pergeseran kebijakan pemerintah
dan ekonomi dimana karena keadaan yang berlaku pemerintah
memutuskan untuk menyesuaikan kebijakan pada isu-isu makro.
29
2) Risiko regulasi
Risiko regulasi umumnya timbul dari perubahan peraturan
tertentu dengan pemerintah seperti perubahan pada peraturan
Special Purpose Vehicle SPV dapat secara serius merusak
kemampuan untuk mendapatkan imbal hasil.
3)
Risiko kredit
Risiko kredit terjadi jika pengembalian sukuk tidak mampu
menghasilkan arus kas yang cukup untuk pengembalian pokok
dan laba pada tanggal jatuh tempo.
4)
Risiko tingkat pengembalian
Sukuk yang didasarkan pada fixed rate dihadapkan pada
risiko suku bunga dimana kenaikan suku bunga pasar mengarah
ke penurunan nilai sukuk pendapatan tetap.
5)
Risiko mata uang
Risiko mata uang timbul dari fluktuasi nilai tukar yang tidak
menguntungkan yang berefek pada posisi valuta asing.
6)
Risiko kualitas aset
Untuk beberapa struktur sukuk yang didukung oleh sebagian
besar aset, kualitas aset tersebut menjadi sangat penting karena
akan menyebabkan prediksi yang lebih tepat pada ketersediaan
arus kas untuk pemegang sukuk.
30
7)
Risiko penyelesaian
Risiko ini timbul pada sebagian besar pinjaman berbasis
hipotek ketika kreditur memutuskan untuk melakukan pinjaman
prabayar dimana aset mungkin tidak dapat menghasilkan
keuntungan.
8)
Risiko prioritas klaim
Dalam struktur sukuk tertentu, ada investor dengan kelas
yang berbeda dan pokok serta keuntungan sesuai dengan prioritas
mereka sehingga risiko untuk semua kelas harus dianalisis sesuai
dengan arus kas yang akan tersedia begitu juga dengan harga
sukuk harus dilakukan demikian.
9)
Risiko counter party
Risiko ini timbul jika ada rekanan yang terlibat dalam
transaksi sukuk dan membuat komitmen tertentu sehingga
memungkinkan rekanan ingkar pada kondisi kontrak.
10) Risiko harga ekuitas
Risiko ini sebagian besar muncul dalam sukuk musyarakah
dimana harga pembelian akan ditentukan pada saat pembelian itu
sendiri dan mungkin kurang dari nilai yang diharapkan, sehingga
menyebabkan risiko untuk pemegang sukuk bahwa mereka
mungkin tidak mendapatkan arus kas yang diharapkan.
31
11) Risiko nilai pasar
Risiko ini timbul karena harga jual tidak dapat ditentukan
pada saat investasi sukuk, pemegang sukuk dihadapkan pada
risiko
bahwa
mereka
mungkin
tidak
bisa
mendapatkan
sepenuhnya uang pokok dan keuntungan.
12) Risiko pasokan
Risiko ini terutama muncul di sukuk berdasarkan struktur
salam. Jika penjual tidak mampu mengantarkan barang tertentu,
maka pembeli tidak akan mampu untuk menjual barang tertentu
atau tidak dapat melaksanakan kontrak salam, dan tidak dapat
menghasilkan arus kas yang dibutuhkan untuk menghasilkan
uang pokok dan keuntungan bagi pemegang sukuk.
13) Risiko kinerja
Risiko ini timbul dalam sukuk berdasarkan struktur istisna
jika
produsen
gagal
untuk
memberikan
barang-barang
manufaktur, dari pembeli (biasanya penerbit/SPV) tidak akan
mampu menjual barang manufaktur atau melaksanakan kontrak
salam, karena itu tidak akan mampu untuk menghasilkan arus kas
yang dibutuhkan untuk pemegang sukuk.
14) Risiko likuiditas
Pertumbuhan terbatas dari pasar sekunder menimbulkan
tantangan bagi para investor yang ingin bertransaksi/ melikuidasi
kepemilikan mereka.
32
15) Risiko kepatuhan syariah
Penting untuk memahami bahwa kepatuhan syariah tidak
hanya diamati pada tahap penataan sukuk. Tetapi pada semua
dokumen dan operasi sukuk juga harus tetap pada kepatuhan
syariah selama kelangsungan sukuk tersebut.
d. Perbedaan Sukuk Dan Obligasi
Perbedaan sukuk dan obligasi dapat dilihat sebagaimana tabel 2.1
dibawah ini:
Tabel 2. 1
Perbedaan Sukuk dan Obligasi
Deskripsi
Sifat instrumen
Sukuk
Obligasi
Sertifikat
Instrumen pengakuan
kepemilikan/
utang
penyertaan atas suatu
aset
Penghasilan
imbalan
Bagi hasil, margin
Bunga/kupon, capital
gain
Jangka waktu
Underlying
asset
Pihak
yang
terikat
Pendek-menengah
Perlu
Menengah-panjang
Tidak perlu
Obligor, SPV,
investor, trustee
Obligor/issuer,
investor
Investor
Penggunaan
hasil penerbitan
Islami, konvensional
Harus sesuai syariah
Konvensional
Bebas
Sumber: Ahmad Chairul Hadi, 2011: 245
33
6. Yield
a. Yield Spread
Jones
(2009)
dalam
Huboyohadi
dan
Widyarti
(2010)
mendefinisikan yield spread sebagai hubungan diantara yield yang
dihasilkan dari berbagai jenis obligasi berdasarkan fakta atau
keterangan dari penerbit obligasi (issuer) dan karakteristik yang
terdapat dari berbagai jenis obligasi tersebut. Sedangkan Fabozzi
(1999) dalam Huboyohadi dan Widyarti (2010) menyatakan bahwa
yield spread mencerminkan risiko tambahan yang dihadapi investor
dengan membeli suatu sekuritas atau obligasi yang tidak diterbitkan
pemerintah.
Secara perhitungan matematika, bond spread adalah pengurangan
yang sangat sederhana antara satu yield obligasi terhadap lainnya.
Bond spread adalah cara yang paling umum dimana peserta di dalam
pasar membandingkan nilai sebuah obligasi terhadap lainnya. Spread
merefleksikan risiko relatif dari obligasi yang dibandingkan. Spread
yang lebih tinggi biasanya akan menghasilkan risiko yang lebih
tinggi.
Orang-orang
merujuk
pada
spread
obligasi
ketika
membicarakan mengenai perbandingan tingkat yield pada obligasi
negara. Spread obligasi dapat dikalkulasikan diantara obligasi dengan
jatuh tempo yang berbeda, tingkat bunga yang berbeda, atau mungkin
perbedaan negara dan mata uang (Huboyohadi dan Widyarti, 2010).
34
Yield spread adalah perbedaan antara yield to maturity obligasi
perseroan yang dijanjikan dan obligasi lain (sering digunakan
sekuritas departemen keuangan) yang memiliki maturity dan tingkat
bunga kupon sama. Semakin besar risiko default, seharusnya semakin
besar spread yield. Selain itu, obligasi yang lebih mudah dipasarkan
mungkin memiliki harga “premium”, jadi menawarkan yield to
maturity dan juga spread yang lebih rendah (Sharpe et al, 2005: 369370).
Berdasarkan definisi di atas, maka yield spread diproksikan
dengan selisih yield to maturity (YTM) antara obligasi korporasi
(corporate Bond/CB) dengan obligasi pemerintah (Goverment
Bond/GB) (Sharpe et al, 2005: 369-370)
=
−
b. Yield to Maturity
Yield to maturity paling banyak digunakan sebagai pengukur
yield karena dapat mencerminkan return dengan tingkat bunga
majemuk (coumpounded rate of return) yang diharapkan investor jika
dua asumsi yang disyaratkan dapat terpenuhi. Asumsi pertama adalah
bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut sampai
dengan
waktu
jatuh
tempo.
Asumsi
kedua
yaitu
investor
menginvestasikan kembali pendapatan yang diperoleh dari obligasi
pada tingkat yield to maturity yang dihasilkan. Jika kedua asumsi
35
tersebut terpenuhi maka yield to maturity yang diharapkan akan sama
dengan realized yield (Tandelilin, 2010: 259).
Yield to maturity atau imbal hasil hingga jatuh tempo diartikan
sebagai suku bunga yang membuat nilai saat ini dari pembayaran
obligasi sama dengan harganya. Suku bunga ini sering ditafsirkan
sebagai ukuran dari rata-rata tingkat imbal hasil yang akan diperoleh
pada obligasi jika dibeli sekarang dan dipegang sampai jatuh tempo
(Bodie et al, 2014: 472).
YTM adalah metode penghitungan penghasilan yang diperoleh
para investor jika kupon dan nilai pokok obligasi disimpan hingga
saat jatuh tempo (Rahardjo, 2003: 72). Berdasarkan Tandelilin (2010:
260) rumus perhitungan yield to maturity menggunakan persamaan
yang
dikembangkan
dengan
menggunakan
metode
equation
approximation sebagai berikut:
=
Keterangan:
+
+
2
−
YTM
: Yield to maturity
C
: Kupon
n
: Sisa waktu jatuh tempo
F
: Face Value (nilai nominal)
P
: Harga obligasi pada saat t=0
× 100%
36
7. Likuiditas
Secara umum obligasi korporasi yang dibeli investor baik itu institusi
maupun individu dapat bertujuan diperdagangkan kembali atau dimiliki
hingga jatuh tempo. Investor yang melakukan pembelian obligasi
korporasi untuk tujuan dimiliki hingga jatuh tempo cenderung tidak akan
mempertimbangkan lebih dalam apakah obligasi tersebut likuid atau tidak
diperdagangkan di pasar sekunder. Namun bagi sebagian investor yang
bermaksud membeli obligasi korporasi baik dipasar perdana atau pasar
sekunder untuk diperdagangkan kembali, faktor likuid tidaknya sebuah
obligasi korporasi akan menjadi faktor penting dalam investasi suatu
obligasi korporasi (Wijayanto, 2015: 147).
Menurut Bennermark & Chen (2007) dalam william chandra (2015)
likuiditas adalah kemampuan untuk melakukan transaksi pada saat itu
juga pada harga yang sesuai dengan kondisi permintaan dan penawaran.
Likuiditas adalah kemampuan untuk membeli dan menjual aset sejumlah
tertentu selama periode transaksi tanpa adanya pengaruh signifikan pada
harga (Allen & Sudirman, 2009) dalam Willian Chandra (2015). Yeyati,
Schmukler,
&
Horen
(2007)
dalam
William
Chandra
(2015)
mendefinisikan market likuid sebagai sebuah pasar di mana partisipannya
dapat mengeksekusi transaksi dalam volume besar tanpa adanya
perubahan harga signifikan.
Likuiditas menurut Sharpe et al (2005: 45) adalah kemampuan
investor untuk mengubah sekuritas menjadi uang tunai dengan harga yang
37
sama dengan harga perdagangan sebelumnya, dengan asumsi tidak
adanya informasi baru yang masuk sejak perdagangan sebelumnya.
Obligasi yang likuid adalah obigasi yang banyak beredar di kalangan
pemegang obligasi serta sering diperdagangkan oleh investor di pasar
obligasi. Apabila obligasi yang dibeli mempunyai likuiditas cukup tinggi
maka harga obligasi tersebut cenderung stabil dan meningkat. Tetapi
apabila likuiditas obligasi tersebut rendah, harga obligasi cenderung
melemah. Oleh karena itu, pada saat membeli obligasi hendaknya
memilih obligasi yang likuid yaitu yang selalu diperdagangkan di pasar
obligsasi serta selalu diminati oleh investor (Rahardjo, 2003: 18).
Nurhasan (2011) likuditas pasar obligasi tidak dapat dibedakan antara
pengertian likuiditas sukuk maupun likuiditas obligasi konvensional. Hal
ini disebabkan tidak adanya perbedaan pasar maupun pengukuran yang
digunakan dalam mengukur tingkat suatu efek, baik itu sukuk ataupun
obligasi. Mau tidak mau kita berbicara dalam konsep pasar modal secara
umum.
Harris (2003) dalam Nurhasanah (2011) menyatakan bahwa konsep
likuiditas mempunyai empat dimensi yaitu immediacy (kesegaran), width
(lebar spread bid-offer), depth (kedalaman), dan resiliency (kelenturan).
Konsep empat dimensi likuiditas sebagaimana disampaikan oleh Harris
tersebut didasari oleh teori bahwa suatu aset dapat dikatakan likuid jika
aset itu dapat ditransaksikan dengan cepat dan biaya yang rendah, dalam
jumlah besar tanpa mempengaruhi harga.
38
Literatur mengenai likuiditas sebuah ekuitas menyelidiki mengenai
harga saham, volume perdagangan dan biaya transaksi (misalnya studi
oleh Amihud dan Mendelson (1986,2006), Lee dan Ready (1991), Huang
dan Stoll (1996), Lesmond et al (1999;LOT), Amihud (2002), Archarya
dan Pedersen (2005), Lesmond (2005), dan Hasbrouck (2009). Langkahlangkah ini juga digunakan untuk proxy likuiditas dalam pasar obligasi,
tetapi karena data yang terbatas menjadi menghambat penggunaannya
dalam pasar ini (Helwege et al, 2014).
Sejumlah masalah dalam mempelajari likuiditas dalam obligasi
korporasi muncul karena kenyataan bahwa obligasi korporasi jarang
diperdagangkan (Edwards et al, 2007; Goldstein et al, 2007 dalam
Helwege et al, 2014). Obligasi jarang diperdagangkan terutama jika
investor telah membeli dan menahannya
dalam portofolio seperti
perusahaan asuransi dan dana pensiun (Sarig dan Warga 1989 dalam
Helwege et al, 2014). Obligasi tidak sering diperdagangkan sehingga
untuk mendapatkan return harian mungkin tidak dapat selalu tersedia
dalam jangka waktu setiap bulan. Dengan kondisi perdagangan yang
jarang tersebut, high frequency return untuk obligasi sulit untuk
dikalkulasikan (Kalimipalli et al: 2013).
Penelitian ini mengggunakan tiga klasifikasi proxy likuiditas
sebagaimana Friewald et al (2012) membagi proxy likuiditas menjadi tiga
grup yaitu karakteristik obligasi (bond characteristics), variabel aktivitas
39
perdagangan (trading activity variables), dan ukuran likuiditas (liquidity
measures).
a. Karakteristik Obligasi (Maturity)
Karakteristik obligasi seperti jumlah yang dikeluarkan merupakan
proxy likuiditas sederhana yang memberikan indikasi kasar terkait
potensi likuiditas obligasi. Karakteristik obligasi sebagai proxy
likuiditas dapat meliputi jumlah yang dikeluarkan (amount issued),
kupon (coupon), jatuh tempo (maturity), dan usia (age). Obligasi
dengan jumlah yang dikeluarkan lebih besar menjadi lebih likuid dan
obligasi dengan kupon yang lebih besar kurang likuid (Friewald et al,
2012). Analisis karakteristik obligasi penting dalam analisis cross
sectional karena sebagian besar variabel karakteristik obligasi adalah
konstan seperti kupon atau mengalami perubahan linier seperti
maturity (Friewald et al, 2012).
Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo (maturity).
Masa jatuh tempo obligasi kebanyakan berjangka waktu 5 tahun.
Untuk obligasi pemerintah bisa berjangka waktu lebih dari 5 tahun
sampai 10 tahun (Krisnilasari, 2007). Batas waktu (maturity) dari
obligasi menunjukkan lamanya waktu sampai penerbit obligasi
mengembalikan nilai nominal obligasi ke pemegang obligasi dan
berakhirnya atau ditebusnya obligasi tersebut (Keown et al, 2011:
236).
40
b. Aktivitas Perdagangan (Volume Perdagangan)
Aktivitas perdagangan menyediakan informasi spesifik obligasi
berdasarkan data transaksi. Dalam hal ini, aktivitas perdagangan yang
lebih tinggi umumnya menunjukkan likuiditas yang lebih tinggi.
Variabel aktivitas perdagangan meliputi jumlah transaksi (number of
trades),
volume
perdagangan
(trade
volume),
dan
interval
perdagangan (trading interval) (Friewald et al, 2012).
Proxy yang sering digunakan sebagai ukuran likuiditas dari
aktivitas perdagangan adalah volume perdagangan seperti dalam Shin
dan Kim (2015). Volume perdagangan digunakan juga dalam
penelitian Helwege et al (2014) sebagai proxy likuiditas untuk
meneliti
efek
likuiditas
terhadap
spread
obligasi
korporasi.
Nurhasanah (2011) juga menggunakan proxy volume perdagangan
untuk melihat hubungan antara likuiditas dan harga sukuk.
Semakin besar volume perdagangan obligasi semakin besar
kapitalisasi
ditransaksikan
dan
di
berpeluang
pasar
semakin
sekunder.
tinggi
Volume
kemungkinan
transakasi
juga
berhubungan dengan volatility (Karpoff, 1997; Flemming, 2003;
dalam Nurhasanah, 2011). Pengukuran berdasarkan volume, yang
membedakan pasar likuid berdasarkan volume transaksi dibandingan
dengan perbedaan harga, terutama untuk mengukur width dan depth
(Nurhasanah, 2011).
41
c. Ukuran Likuiditas (Amihud Illiquidity Measure)
Ukuran likuiditas merupakan penilaian alternatif likuiditas dari
biaya transaksi atau dampak pasar (Friewald et al, 2012). Amihud
(2002) melihat seberapa besar tingkat illikuiditas (tidak likuidnya)
suatu aset atau sekuritas (Bunaidy, 2012). Amihud (2002)
membangun ukuran likuiditas berdasarkan pada model teoritis Kyle
(1985). Amihud illiquidity measure mengukur dampak harga
perdagangan per unit yang diperdagangkan (Nielsen et al, 2012).
Pengukuran ini dikembangkan oleh Amihud (2002) dengan
tujuan untuk melihat
adanya dampak dari
harga transaksi
perdagangan per unit yang ditransaksikan (price impact of trades)
atau yang dikenal dengan konsep ilikuiditas oleh Amihud (2002).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amihud (2002) menunjukkan
bahwa dari waktu ke waktu, pasar yang ilikuid secara positif
berdampak pada tingkat pengembalian yang lebih di pasar saham atau
yang dikenal dengan sebutan illiquidity premium. Tidak secara time
series saja, tetapi secara cross section juga terbukti bahwa setiap
saham yang tidak likuid maka akan menunjukkan hasil tingkat
pengembalian yang tinggi. Metode yang dikembangkan oleh Amihud
(2002) terbilang cukup sederhana tetapi secara signifikan teruji secara
empiris (Bunaidy, 2012).
Amihud
(2002)
dalam
Bunaidy
(2012)
mengembangkan
modelnya hanya dengan membutuhkan data yang sederhana dan
42
umumnya dapat mudah dicari di pasar modal setiap negara yaitu
tingkat pengembalian (return) dan volume transaksi perdagangan.
Amihud illiquidity measure didefinisikan sebagai rasio rata-rata dari
nilai tingkat pengembalian absolut (absolute return) harian terhadap
volume transaksi perdagangan pada hari tersebut atau dampak harga
harian terhadap order flow (Li, 2008) dalam Bunaidy (2012).
Metode pengukuran yang dikembangkan oleh Amihud (2002)
untuk mengukur tingkat illikuiditas dengan rumus berikut (Bunaidy,
2012):
ā„Ž
=
| |
=
−
Dimana:
Amihudt : Nilai Amihud illiquidity atau tingkat illikuiditas pada suatu
aset atau sekuritas tertentu di periode t.
Rt
: Nilai absolut tingkat pengembalian (return) pada saat obligasi
tersebut diperdagangakan atau pada periode t.
Qt
: Volume transaksi dalam rupiah per transaksi perdagangan atau
pada saaat periode t.
St
: Harga obligasi pada transaksi periode t.
St-1 : Harga obligasi pada transaksi periode t-1.
Ukuran Amihud yang besar menunjukkan bahwa perdagangan
obligasi menyebabkan harga bergerak lebih dalam merespon volume
43
perdagangan sehingga mencerminkan likuiditas yang lebih rendah
(Friewald et al, 2012).
8. Imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Menurut
peraturan
Bank
Indonesia
Nomor:
10/11/PBI/2008,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Menurut DSN Nomor 63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat
berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip syariah.
Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id), SBIS diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam
rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad Ju’alah,
yaitu janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu
(‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu
pekerjaan.
Menurut peraturan Bank Indonesia No.10/11/PBI/2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia (www.bi.go.id). Karakteristik SBIS saat ini
adalah:
44
a. Menggunakan akad ju’alah
(Dalam fatwa DSN, akad yang dapat digunakan untuk pernerbitan
instrumen SBIS adalah akad mudharabah (muqaradhah)/ qiradh,
musyarakah, wadi’ah, qardh, dan wakalah yang penggunaan akad
tersebut mengikuti substansi fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan
akad tersebut)
b. Satuan unit sebersar Rp 1 juta.
c. Berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan.
d. Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
e. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia
f.
Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.
Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit
sebelum PBI No 10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan
tunduk pada ketentuan dalam PBI No.6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari
2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia sampai SWBI tersebut
jatuh waktu.
9. Keterkaitan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
a. Pengaruh Maturity terhadap Yield Spread
Variabel maturity berpengaruh positif terhadap yield spread.
Penurunan maturity berdampak pada penurunan yield spread dan
45
sebaliknya. Semakin pendek masa jatuh tempo obligasi, berarti
semakin kecil kemungkinan munculnya peristiwa yang menyebabkan
perusahaan dapat mengalami default risk, sehingga berdampak pada
semakin rendah tingkat return yang disyaratkan (yield) oleh investor
untuk mengkompensasi risiko yang ditanggungnya. Dengan demikian
dapat menyebabkan yield spread semakin rendah (Putri, 2013).
Sehingga, semakin rendah maturitas obligasi berdampak pada
semakin rendahnya yield spread obligasi, dan sebaliknya.
b. Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Yield Spread
Faktor likuiditas perdagangan obligasi berpengaruh terhadap
tingkat pengembalian obligasi karena faktor likuiditas merupakan
salah satu risiko bagi pemodal bila memegang obligasi. Yield spread
juga bisa dipengaruhi oleh perkiraan likuiditas obligasi perusahaan.
Semakin besar perkiraan likuiditas perdagangan, semakin rendah
yield yang akan diminta/diperoleh oleh investor (Fabozzi, 1999)
dalam Huboyojati dan Widyarti (2010). Tentunya hal tersebut akan
sesuai dengan konsep high risk high return, dimana semakin obligasi
memiliki likuiditas yang baik artinya obligasi tersebut memiliki risiko
likuiditas yang rendah, maka sebagai kompensasinya, yield yang
ditawarkan akan semakin rendah. Dan pada akhirnya nilai yield
spread yang dihasikan akan semakin rendah juga, dengan asumsi
bahwa yield obligasi pemerintah yang merupakan benchmark adalah
46
stabil. Sekuritas-sekuritas treasury (government bond) merupakan
sekuritas yang paling likuid di dunia. Rendahnya yield yang
ditawarkan sekuritas-sekuritas treasury relatif terhadap sekuritassekuritas non-treasury (corporate bond) mencerminkan untuk tingkat
yang signifikan, perbedaan likuiditas antara kedua jenis sekuritas
tersebut. Jadi secara teori dapat dikatakan bahwa likuiditas suatu
obligasi perusahaan dapat berpengaruh negatif terhadap yield spread
obligasi perusahaan (Huboyojati dan Widyarti, 2010).
c. Pengaruh Amihud Iliquidity Measurement terhadap Yield Spread
Amihud illiquidity Measurement mengukur ketidaklikuidan suatu
sekuritas.
Ketika
semakin
besar
nilai
Amihud
menunjukan
ketidaklikuidan yang semakin besar yang artinya likuiditas semakin
rendah. Ketika likuiditas rendah maka yield akan semakin tinggi
sehingga spread akan semakin besar. Jadi, likuiditas dengan proxy
Amihud Illiquidity Measurement berpengaruh positif terhadap yield
spreads (Friewald et al, 2010; Nielsen et al, 2010).
d. Pengaruh Imbal Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah
terhadap Yield Spread
Pengaruh suku bunga SBI (interest rate level) terhadap harga
obligasi adalah negatif, hal ini berdasarkan pada rumus perhitungan
pricing of bonds, dimana dapat diketahui bahwa pengaruh harga
47
obligasi dengan yield obligasi adalah berbanding terbalik atau negatif
(Huboyojati dan Widyarti, 2010). Royal Bank of Canada (RBC)
Wealth Management (2009) dalam Huboyojati dan Widyarti (2010)
menyatakan bahwa faktor penting yang menyebabkan fluktuasi harga
obligasi adalah pergerakan tingkat suku bunga pasar/SBI. Sehingga,
ketika suku bunga pasar (SBI) naik, maka harga obligasi akan turun
dan yield obligasi akan naik, dan pada akhirnya spread yang
dihasilkan akan naik juga, dengan asumsi bahwa yield yang
dihasilkan obligasi pemerintah sebagai benchmark dari perhitungan
yield spread obligasi perusahaan adalah stabil. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa pengaruh suku bunga pasar (SBI) dengan yield
spread obligasi perusahaan adalah positif.
B. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Utz et al (2016)
Sebastian Utz, Martina Weber, dan Maximilian Wimmer melakukan
penelitian untuk menganalisis hubungan likuditas obligasi dan yield
spread. Sampel penelitian ini sebanyak 92 obligasi Jerman Mittelstand
dari 24 November 2010-15 Juli 2015. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan efek yang positif dan signifikan dari likuiditas terhadap
yield spread. Peringkat kredit memiliki tanda positif namun tidak
signifikan ditahap ketiga dari kedua model. Tak ada satupun variabel
kontrol lainnya signifikan terhadap yield spread. 65% yield spread dapat
48
dijelaskan oleh model bid-ask spread sedangkan 5% yield spread dapat
dijelaskan oleh LOT.
2. Penelitian Douglas et al (2016)
Alan V.S Douglas, Alan G. Huang, dan Kenneth R.Vetzal melakukan
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dampak dari volatilitas arus
kas terhadap yield spread obligasi korporasi. Periode penelitian ini dari
tahun 1994 sampai dengan 2009. Metode penelitian ini menggunakan
regresi fixed-effect dan time-series partial correlation. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa cash flow volatility memiliki pengaruh signifikansi
yang kuat setelah mengendalikan variabel kontrol dengan Adj R2 sebesar
50,2%. Expected cash flow volatility berpengaruh positif signifikan
terhadap yield spreads. Variabel kontrol equity volatility, credit rating,
time to maturity, dan tingkat kupon berpengaruh positif signifikan
terhadap yield spreads.
Sedangkan Benchmark T-yield dan likuiditas
(frekuensi perdagangan) memiliki hubungan positif terhadap yield
spreads namun tidak signifikan. Variabel kontrol interest coverage ratio,
leverage, likuiditas (bond size), dan industry sector berpengaruh negatif
signifikan terhadap yield spreads. Sedangkan Baa-Aaa spread memiliki
hubungan negatif terhadap yield spreads namun tidak signifikan.
49
3. Penelitian Dongheon Shin dan Baeho Kim (2015)
Dongheon Shin dan Baeho Kim melakukan penelitian untuk
mempelajari dampak dari krisis keuangan global pada determinan spread
obligasi korporasi, khususnya berfokus pada dampak likuiditas dan risiko
kredit terhadap yield spread. Untuk mengestimasi, dilakukan running
regresi cross-section. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa variabel
likuiditas yang digunakan menjelaskan porsi variasi yang lebih besar
terhadap yield spreads sebelum dan selama periode krisis, sedangkan
komponen risiko kredit lebih mempengaruhi determinan yield spread
setelah krisis.
4. Penelitian Helwege et al (2014)
Jean Helwege, Jing-Zhi Huang, dan Yuan Wang melakukan
penelitian untuk menganalisis dampak likuiditas pada spread obligasi
korporasi. Periode pengamatan dari Juli 2002-Desember 2010. Metode
penelitian ini menggunakan regresi data panel. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
yield spread obligasi. Tetapi, hasil ini juga mengindikasi bahwa proxy
likuiditas sering menangkap risiko kredit. Ketika risiko kredit dikontrol
estimasi koefisien regresi pada variabel likuiditas sering menurun.
Koefisien gama dan IQR terlihat sangat terpengaruh oleh risiko kredit.
Temuan ini menunjukan premi likuiditas berhubungan dengan risiko
sistematis.
50
5. Penelitian Putri (2013)
Eka Lestari Hafqi Putri melakukan penelitian yang bertujuan
menganalisis pengaruh likuiditas terhadap yield spread selama periode
2008-2010 dengan menggunakan variabel kontrol seperti leverage,
maturity, coupon, size issue, age, dan kinerja perusahaan. Metode
penelitian yang digunakan adalah dengan regresi linier berganda
menggunakan pooled data serta interpretasi hasil. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel likuiditas perusahaan dan age tidak
berpengaruh signifikan terhadap yield spread, sedangkan variabel
leverage, coupon, size issue, maturity dan kinerja perushaan berpengaruh
signifikan terjadap yield spread.
6. Penelitian Friewald et al (2012)
Nils Friewald, Rainer Jankowitsch, dan Marti G Subrahmanyam
melakukan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki apakah likuiditas
merupakan faktor penting di pasar obligasi korporasi AS dan bagaimana
efek likuiditas pada periode krisis finansial. Periode penelitian ini dimulai
dari 1 oktober 2004 sampai dengan 31 Desember 2008. Metodologi
penelitian ini menggunakan regresi data panel. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa likuiditas menjelaskan perubahan yields spread
obligasi korporasi sekitar 14% dan disimpulkan bahwa dampak likuiditas
secara signifikan lebih besar pada periode krisis dan pada obligasi
speculative grade. Pada model untuk menjelaskan efek likuiditas terhadap
51
yields spreads menunjukan hasil bahwa semua proxy likuiditas signifikan
secara statistik dalam menjelaskan perubahan pada yield spreads obligasi.
Variabel volume perdagangan dan zero return berpengaruh negatif
signifikan terhadap yield spreads. Sedangkan variabel frekuensi
perdagangan, interval perdagangan, Amihud, price dispersion, dan Roll
berpengaruh positif signifikan terhadap yield spreads.
7. Penelitian Nielsen et al (2012)
Jens Dick-Nielsen, Peter Feldhutter, dan David Lando melakukan
penelitian untuk menganalisis komponen dari spread obligasi korporasi
selama periode 2005 sampai 2009 dengan menggunakan pengukuran
ilikuiditas. Metode yang digunakan adalah multipel regresi. Hasil
penelitian menunjukan krisis subprime secara dramatis meningkatkan
spread obligasi perusahaan secara drastis, sehingga menyebabkan
memburuknya likuiditas. Proxy likuiditas yang digunakan berpengaruh
positif signifikan terhadap yield spread obligasi baik sebelum krisis
subprime maupun setelah krisis subprime.
8. Penelitian Huboyojati dan Widyarti (2010)
Hanung Huboyojati dan Endang Tri Widyarti melakukan penelitian
untuk menganalisa pengaruh dari tingkat suku bunga SBI, likuiditas
obligasi, peringkat obligasi, dan ROE perusahaan terhadap yield spread
obligasi perusahaan dengan periode penelitian selama 2 tahun yaitu 200852
2009. Analisis menggunakan regresi linier multipel untuk kedua model
sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat suku bunga SBI
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap spread imbal hasil
corporate bond dari kedua model. Likuiditas dengan proxy trading
volume dari corporate bond adalah negatif dan signifikan sedangkan pada
sektor bukan keuangan mempunyai nilai negatif dan tidak signifikan.
ROE perusahaan keuangan negatif dan tidak signifikan sedangkan pada
sektor bukan keuangan mempunyai nilai negatif dan signifikan. Hasil
chow test menunjukkan bahwa dua model regresi tidak mempengaruhi
stabilitas dari model regresi.
53
Tabel 2. 2
Ringkasan Peneltian Terdahulu
N Peneliti
o an, dan
Tahun
1 Sebastia
n
Utz,
Martina
Weber,
dan
Maximili
an
Wimmer
(2016)
2 Alan V.S
Douglas,
Alan G.
Huang,
dan
Kenneth
R.Vetzal
(2016)
Judul
Jurnal
Variabel
Metode
Hasil
Persama
an
Perbeda
an
German
Mittelstand
bonds:
yield
spreads
and
liquidity
Y1= Yield
Spread
Y2=
Likuiditas
Y3= Rating
Scale
Regresi
panel
Fixed
effect
Efek yang positif dan
signifikan dari X1, X2 dan X3
terhadap Y1. X4, X5, X7, X8,
dan X9 bertanda negatif
dimana tidak ada satupun
variabel
kontrol
yang
signifikan terhadap yield
spread kecuali X6 dengan
tanda positif. X10 bertanda
postitif dan tidak signifikan
terhadap Y1. 65% Y1
dijelaskan oleh model bid-ask
spread dan 5% Y1 dijelaskan
oleh LOT.
Metode
regresi
panel,
pengaruh
variabel
maturity,
dan variabel
government
bond,
terhadap
yield spread
serta
pembahasan
likuiditas.
Proxy
likuiditas
(volume
perdagang
an dan
Amihud)
objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
Regresi
fixedeffect
dan
timeseries
partial
correlati
on
Expected cashflow volatility
berpengaruh
positif
signifikan terhadap Yield
Spread. Variabel kontrol X2,
X3, X9 dan X10 berpengaruh
positif signifikan terhadap Y.
Sedangkan X8 dan X12
memiliki hubungan positif
terhadap Y namun tidak
signifikan. Variabel kontrol
X4, X5, X7, dan X13
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Y.
Sedangkan
X6 dan X11
memiliki hubungan negatif
terhadap yield spreads namun
tidak signifikan
Metode
regresi
panel,
Pengaruh
variabel
maturity,
dan
benchmark
T-yield
terhadap
yield spread
serta
pembahasan
likuiditas.
Proxy
likuiditas
(volume
perdagang
an dan
Amihud),
objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
X1= Bid-Ask
Spread
X2= LOT
Cash Flow
Volatility
and
Corporate
Bond Yield
Spreads
Variabel
kontrol:
X3= Maturity
X4= Gov bond
X5= Term
slope
X6= Rating
X7= Income
to sales
X8= Debt to
asset
X9= Interest
coverage
X10= Debt to
capital
Y= Yield
Spread
X1= Expected
cashflow
volatility
Variabel
kontrol:
X2= Equity
return
volatility
X3= Credit
rating
X4= Interest
coverage,
X5=
Income/sales
X6=
Debt/market
firm value
X7= Bond size
X8= Frekuensi
perdagangan
54
N Peneliti
o an, dan
Tahun
Judul
Jurnal
Variabel
Metode
Hasil
Persama
an
Perbeda
an
Regresi
crosssection
Likuiditas memainkan peran
yang besar sebelum dan
selama krisis sedangkan
risiko kredit berpengaruh
besar setelah krisis. Variabel
X1 berubah secara acak dan
sebagian besar berpengaruh
negatif
signifikan
pada
beberapa
model.
X2
berpengaruh
positif
signifikan baik sebelum krisis
maupun setelah krisis. X3
berpengaruh
negatif tidak
signifikan pada sebelum
krisis dan berpengaruh positif
signifikan setelah krisis. X4
dan X5 berpengaruh positif
signifikan pada semua model.
X6 bertanda negatif sebelum
krisis dan positif setelah
krisis dan tidak signifikan
pada kedua model. X7
berpengaruh
positif
dan
signifikan pada kedua model.
X8
berpengaruh
negatif
signifikan pada kedua model.
Pada
regresi
tambahan,
variabel Amihud berpengaruh
negatif tidak signifikan pada
sebelum krisis dan positif
signifikan setelah krisis.
Likuiditas memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
yield spread obligasi. Tetapi,
hasil ini juga mengindikasi
bahwa proxy likuiditas sering
menangkap risiko kredit.
Untuk semua sampel, X1, X2,
dan X8 berpengaruh positif
signifikan terhadap Y. X3
berpengaruh
negatif
Pengaruh
variabel
maturity,
volume
perdagangan
dan Amihud
terhadap
yield
spread.
Metode
regresi,
variabel
imbal hasil
SBIS,
objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
Metode data
panel,
pengaruh
variabel
volume
perdagangan
dan
3
month
treasury
terhadap
Proxy
likuiditas
(maturity
dan
Amihud),
objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
X9= Log
maturity
X10= Kupon
X11= Baa-Aaa
spread
X12=
Benchmark Tyield
X13= Dummy
sektor industri
3 Dongheon
Shin dan
Baeho
Kim
(2015)
Liquidity
and Credit
risk before
and after
the global
financial
crisis:
Evidence
from the
Korean
Corporate
Bond
Market
Y1=Yield
Spread
4 Jean
Helwege
, JingZhi
Huang,
dan
Yuan
Wang
(2014)
Liquidity
Effect in
Corporate
Bond
Spread
Y1=Yield
Spread
X1= Volume
perdagangan
X2= Cash
over asset
X3= Maturity
X4= Roll
measure
X5= Kupon
X6= Equity
volatility
X7= Rating
X8= Distand
to default
X1= Zero
trading days
X2= IQR
X3= Range
X4= Log size
X5= Volume
perdagangan
Regresi
data
panel
55
N Peneliti
o an, dan
Tahun
Judul
Jurnal
Variabel
Metode
X6= On/off
the run
indicator
X7= Umur
X8= Gamma
5 Eka
Lestari
Hafqi
Putri
(2013)
Pengaruh
Risiko
Likuiditas
perusahaan
terhadap
Yield
Spread
Obligasi
Y=Yield
Spread
6 Nils
Friewald
, Rainer
Jankowit
sch, dan
Marti G
Subrahm
anyam
(2012)
Illiquidity
or Credit
Deteriorati
on: A study
of
Liquidity in
the US
Corporate
Bond
Market
During
Financial
Crises
Y1=Yield
Spread
X1= Solvency
ratio
X2= Age
X3= Kupon
X4= Maturity
X5= Size issue
X6= Leverage
X7= ROI
X1= Jumlah
yang
diterbitkan
X2= Kupon
X3= Maturity
X4= age
X5= Volume
perdagangan
X6= Frekuensi
perdagangan
X7= Interval
perdagangan
X8= Amihud
X9= Price
dispresion
X10= Roll
X11= Zero
return
Regresi
linier
berganda
menggun
akan
pooled
Regresi
data
panel
dan
Fama
MacBeth
Regres
sion
Hasil
Persama
an
Perbeda
an
signifikan terhadap Y. X4 dan
X5 mempunyai hubungan
positif
tidak
signifikan
terhadap Y. Sedangkan X6
dan X7 berhubungan negatif
dan tidak signifikan terhadap
Y. Pada regresi tambahan, 3
month treasury memiliki
tanda
positif
signifikan
terhadap Y.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel X1bertanda
negatif dan X2 bertanda
positif dimana keduaya tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap Y. variabel X3 dan
X4
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Y
sedangkan variabel X5, X6,
dan X7 berpengaruh negatif
signifikan terhadap Y.
yield spread
serta
pembahasan
likuiditas.
Proxy likuiditas dalam model
regresi menjelaskan
yield
spread sebesar 14%. Variabel
X5 dan X11 berpengaruh
negatif signifikan terhadap Y.
Sedangkan variabel X6, X7,
X8, X9, dan X10 berpengaruh
positif signifikan terhadap Y
hal yang sama terjadi pada
ketiga rezim termasuk X2.
Berdasarkan, FamaMacBeth
Regression ditemukan bahwa
proxy likuiditas lebih kuat
pada kedua krisis GM / Ford
dan krisis subprime. Variabel
X1
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Y
diketiga rezim. Variabel X3
berpengaruh
signifikan
semua dengan tanda positif
pada GMford dan normal
serta bertanda negatif periode
subprime crisis. Variabel X4
berpengaruh
positif
signifikan pada
periode
GMford dan subprime crisis
Pengaruh
variabel
maturity,
volume
perdagangan
dan Amihud
terhadap
yield
spread.
Pengaruh
variabel
maturity
terhadap
yield spread
serta
pembahasan
likuiditas.
56
Metode
data panel,
Proxy
likuiditas
(volume
perdagang
an dan
Amihud),
variabel
imbal hasil
SBIS,
objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
Variabel
imbal hasil
SBIS,
objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
N Peneliti
o an, dan
Tahun
Judul
Jurnal
7 Jens
DickNielsen,
Peter
Feldhutter, dan
David
Lando
(2012)
Corporate
Bond
Liquidity
Before and
After the
Onset of
The
Subprime
Crisis
8 Hanung
Huboyojati dan
Endang
Tri
Widyarti
(2010)
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Suku Bung
SBI,
Likuiditas
Obligasi,
Rating
Obligasi,
dan Return
On Equity
Perusahaan
Terhadap
Yield
Spread
Obligasi
Variabel
Y1=Yield
Spread
X1=Likuiditas
X2= Bond age
X3= Amount
issued
X4= Kupon
X5= Time to
maturity
X6= Eq.vol
X7=
Operating
X8=
Leverage
X9= Long
debt
X10= Pretax
dummies
X11=10y
swap
X12= 10y-1y
swap
X13=
Forcecast
dispersion
Y =Yield
Spread
X1= Tingkat
suku bunga
SBI
X2= volume
perdagangan
X3= peringkat
X4= ROE
Metode
Pooled
regres
sion
Regresi
linier
multiple
dan
chow
test
Hasil
serta bertanda negatif tidak
signifikan
pada
periode
normal.
Variabel
X11
berpengaruh positif semua
dan hanya signifika pada
periode GMford.
Likuiditas dihargai pada
kedua rezim, periode presubprime
adalah
pasar
dengan likuiditas yang baik
sedangkan periode postsubprime
kekurangan
likuiditas.
Likuiditas
berpengaruh
positif
signifikan terhadap yield
spread pada semua rating di
kedua rezim. X5 bertanda
positif
signifikan
baik
investment grade maupun
speculative grade pada presubprime
dan
bertanda
negatif pada post-subprime di
kedua rating. Sedangkan X11
sebagian besar bertanda
negatif dikedua rating dan
hanya signifikan pada postsubprime.
Likuiditas
Amihud
berpengaruh
positif
signifikan disemua model.
X1
berpengaruh
positif
signifikan terhadap Y pada
kedua model.
X2 bertanda negatif pada
kedua model tetapi tidak
signifikan
pada
sektor
keuangan. X3 bertanda positif
signifikan terhadap Y pada
sektor keuangan dan negatif
tidak signifikan pada sektor
bukan keuangan. X4 bertanda
negatif pada kedua model
tetapi tidak signifikan pada
sektor keuangan. Hasil chow
test menunjukkan bahwa dua
model
regresi
tidak
mempengaruhi stabilitas dari
model regresi.
Persama
an
Perbeda
an
Metode data
panel,
pengaruh
variabel
maturity dan
Amihud
serta
10y
swap
terhadap
yield spread
pembahasan
likuiditas.
Proxy
likuiditas
(volume
perdagang
an), objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
Pengaruh
variabel
volume
perdagangan
terhadap
yield spread
serta
pembahasan
likuiditas
dan SBI.
Metode
data panel,
Proxy
likuiditas
(maturity
dan
Amihud),
variabel
imbal hasil
SBIS,
objek
penelitian,
dan
periode
penelitian.
Sumber: Kumpulan referensi penelitian terdahulu yang relevan, data diolah (2016)
57
C. Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dan konsep-konsep dasar
sebagaimana diuraikan sebelumnya maka kerangka pemikiran teoritis dapat
disusun sebagai berikut:
Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen:
Variabel Independen:
1. Maturity (X1)
2. Volume Perdagangan (X2)
3. Amihud Iliquidity
Measurement (X3)
Yield Spread (Y)
Variabel Kontrol:
Imbal Hasil SBIS
Estimasi Model Data Panel
Uji Chow
Uji Hasuman
Uji LM
Uji Asumsi Klasik
Estimasi Terpilih
1. Multikolineritas 2. Heteroskedastisitas
Uji F
Uji t
3. Autokorelasi
Adjusted R2
4. Normalitas
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
58
D. Perumusan Hipotesis
Penelitian dengan menggunakan analisis regesi harus membuat hipotesis
berkaitan dengan bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Hipotesis yang harus dibuat dalam analisis regresi ini adalah
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis alternatif ini
merupakan hipotesis penelitian (research hypothesis). Sedangkan hipotesis
nol menggambarkan kondisi selain pernyataan di dalam hipotesis alternatif.
Hipotesis alternatif ini diterima atau ditolak jika data sampel yang didapatkan
membuktikan bukti statistik yang valid untuk menolak hipotesis nol
(Widarjono, 2015: 281).
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, penelitian terdahulu dan
kerangka pemikiran, maka dapat disimpulkan beberapa hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis secara simultan :
H0
: b1, b2, b3, b4 = 0,
Maturity, volume perdagangan, Amihud
illiquidity measure, dan imbal hasil SBIS tidak memiliki pengaruh secara
simultan terhadap yield spread sukuk.
Ha
: b1, b2, b3, b4 ≠ 0,
Maturity, volume perdagangan, Amihud
illiquidity measure, dan imbal hasil SBIS memiliki pengaruh secara
simultan terhadap yield spread sukuk.
59
Hipotesis secara parsial:
H0,1
: b1 = 0, Maturity tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap
yield spread sukuk.
Ha,1
: b1 ≠ 0, Maturity memiliki pengaruh secara parsial terhadap yield
spread sukuk.
H 0,2
: b2 = 0, Volume perdagangan tidak memiliki pengaruh secara
parsial terhadap yield spread sukuk.
H a,2
: b2 ≠ 0, Volume perdagangan memiliki pengaruh secara parsial
terhadap yield spread sukuk.
H 0,3
: b3 = 0, Amihud illiquidity measure tidak memiliki pengaruh
secara parsial terhadap yield spread sukuk.
H a,3
: b3 ≠ 0, Amihud illiquidity measure memiliki pengaruh secara
parsial terhadap yield spread sukuk.
H 0,4
: b4 = 0, SBIS tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap
yield spread sukuk.
H a,4
: b4 ≠ 0, SBIS memiliki pengaruh secara parsial terhadap yield
spread sukuk.
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas dengan
menggunakan proxy maturity, volume perdangangan, dan Amihud illiquidity
measure terhadap yield spread sukuk korporasi di Indonesia. Penelitian ini
juga menggunakan variabel kontrol makroekonomi imbal hasil SBIS.
Penelitian dilakukan terhadap sukuk korporasi yang beredar dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015 yang dilaporkan perdagangannya kepada BEI
selaku penerima laporan transaksi efek pada kurun waktu periode penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan berupa nilai nominal, fee ijarah, maturity, harga,
volume perdagangan, dan imbal hasil SBIS. Data bersumber dari Bursa Efek
Indonesia, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), PT Indonesian Capital
Market Electoric Libray (ICaMEL), PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA),
Bank Indonesia, dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 80).
61
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81).
Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling. Nonprobability
sampling
adalah
teknik
pengambilan
sampel
yang
tidak
memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010: 84). Teknik sampel yang digunakan
yaitu sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 85). Berdasarkan
definisi tersebut, maka sampel dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan
karakteristik sebagai berikut:
1. Sukuk korporasi yang beredar dari bulan Januari 2013 sampai Desember
2015 dan masih memiliki masa jatuh tempo di atas tahun 2015.
2. Sukuk korporasi yang mempunyai fixed coupon rate selama periode
penelitian karena menggunakan formula YTM untuk menghitung yield
sukuk sehingga sukuk yang mempunyai floating coupon rate tidak
dimasukan.
3. Sukuk korporasi yang diberi peingkat oleh PT PEFINDO dan
berperingkat minimal BBBDari karakteristik yang ditentukan oleh penulis atas populasi sukuk yang
beredar dari tahun 2013-2015, maka dapat diambil sampel sebanyak 10 seri
sukuk dengan keterangan seleksi sebagai berikut:
62
Tabel 3. 1
Seleksi Sampel Penelitian
No Karakteristik
1
2013 2014 2015 Jumlah Jumlah yang
konsisten
38
32
41
111
21
Jumlah sukuk yang
diperdagangkan
2
Jatuh tempo diatas tahun
19
22
33
2015
3
Mempunyai fixed coupon
10
14
23
rate
4
Diberi peringkat oleh
8
13
13
pefindo dan Berperingkat
minimal BBBData yang sama
Sampel yang diteliti
Sampel yang valid
Sumber: IDX factbook 2013-2015, data diolah (2016)
74
18
47
10
34
10
(21)
13
10
10
10
Setelah didapatkan data transaksi perdagangan sukuk diketahui bahwa
tidak semua seri sukuk memiliki transaksi yang lengkap setiap tahunnya,
ketersediaan data sampel seri sukuk yang akan diteliti sebagai berikut:
Tabel 3. 2
Ketersediaan Data Penelitian
No
Kode
2013 2014 2015 Keterangan
1 PPLN08C
v
v
v
Valid
2 SIKPPLN01
v
v
v
Valid
3 SIKPPLN03A
v
v
Tidak valid
4 SIKPPLN03B
v
v
Tidak valid
5 SIKPPLN04B
v
v
v
Valid
6 SIPPLN01CN1
v
v
v
Valid
7 SIPPLN01ACN2
v
v
v
Valid
8 SIPPLN01BCN2
v
Tidak valid
9 SIKISAT04B
v
v
v
Valid
10 SIISAT05
v
v
v
Valid
11 SISSMM01
v
v
v
Valid
12 SIAISA01
v
v
v
Valid
13 SISMRA01CN1
v
v
v
Valid
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
63
Dari ketersediaan data yang ada, penulis mengeluarkan sukuk
SIKPPLN03A, SIKPPLN03B, SIPPLN01BCN2 karena tidak memiliki
transaksi yang lengkap pada periode penelitian dari tahun 2013-2015.
Berdasarkan hal itu, penulis memperoleh sampel sebanyak 10 seri sukuk yang
diterbitkan oleh lima perusahaan yang berbeda.
Tabel 3. 3
Sampel Penelitian
Perusahaan
Kode
PT Perusahaan
Listrik Negara
(Persero)
PPLN08C
Seri Sukuk
Obligasi Syariah Ijarah PLN I
Tahun 2006
SIKPPLN01
Sukuk Ijarah PLN II Tahun 2007
SIKPPLN04B
Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010
Seri B
SIPPLN01CN1
Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN
Tahap I Tahun 2013
SIPPLN01ACN2 Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN
Tahap II Tahun 2013 Seri A
PT Indosat Tbk
SIKISAT04B
Sukuk Ijarah indosat IV tahun 2009
Seri B
SIISAT05
Sukuk Ijarah Indosat V Tahun 2012
PT Sumberdaya
SISSMM01
Sukuk Ijarah Sumberdaya
Sewatama
Sewatama I Tahun 2012
PT Tiga Pilar
SIAISA01
Sukuk Ijarah TPS Food I Tahun
Sejahtera Food Tbk
2013
PT Summarecon
SISMRA01CN1
Sukuk Ijarah Berkelanjutan I
Agung Tbk
Summarecon Agung Tahap I Tahun
2013
Sumber: IDX factbook 2013-2015, data diolah (2016)
Mengacu pada variabel penelitian untuk menganalisis yield spread atau
selisih YTM sukuk korporasi dan sukuk pemerintah maka dipilih sukuk
pemerintah dengan time to maturity yang sama atau mendekati time to
maturity dari sukuk korporasi yang dimasukkan dalam sampel.
64
Tabel 3. 4
Sukuk Pemerintah yang Digunakan
Kode
Seri Sukuk
IFR0002
Surat Berharga Syariah Negara RI Seri IFR-0002
IFR0005
Surat Berharga Syariah Negara RI Seri IFR-0005
IFR0007
Surat Berharga Syariah Negara RI Seri IFR-0007
PBS006
Sukuk Negara Seri PBS0006
Sumber: IDX factbook 2013-2015, data diolah (2016)
Maturity
15-Aug-15
15-Jan-17
15-Jan-25
15-Sep-20
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini
metode pengumpulan data yang digunakan berasal dari:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data kepustakaan
mengenai teori yang berkaitan dengan penelitian. Data tersebut diperoleh
dari buku, jurnal ekonomi, dan situs internet.
2. Data sekunder
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan
sumber sekunder, sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010:
137). Data sekunder yang diambil berupa data sukuk yang meliputi
kode/seri sukuk, waktu penerbitan, nilai nominal sukuk, tanggal jatuh
tempo, dan data pembayaran bagi hasil/fee/sewa sukuk pada periode
penelitian. Data tersebut diperoleh penulis dari IDX factbook melalui
website (www.idx.co.id/), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
65
melalui website (www.ksei.co.id), dan PT Penilai Harga Efek Indonesia
(IBPA) melalui website (www.ibpa.co.id).
Data lainnya yang dibutuhkan yaitu perdagangan harian sukuk.
Sumber data tersebut berasal dari PT Indonesian Capital Market Electoric
Libray (ICaMEL) yang mencakup tanggal transaksi, kode sukuk, nama
seri sukuk, harga tertinggi, harga terendah, harga terakhir, volume
perdagangan, nilai perdagangan, frekuensi perdagangan, sisa waktu jatuh
tempo, peringkat, dan tanggal jatuh tempo. Selain itu dibutuhkan pula
data tingkat imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang penulis
dapatkan dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Data Panel
Pada analisis statistik, data dapat dikumpulkan dari waktu ke waktu
pada satu obyek yang sering disebut dengan data runtut waktu (time
series). Namun demikian data juga dapat dikumpulkan dari beberapa
obyek pada satu waktu, disebut sebagai data silang (cross section). Jika
data time series dan data cross section digabungkan maka disebut dengan
data panel. Dengan demikian panel data dapat kita definisikan sebagai
data yang dikumpulkan dari beberapa obyek dengan beberapa waktu.
Nama lain dari panel ada adalah pool data, kombinasi data time series dan
cross section, micropanel data, longitudinal data, analisis even history
dan analisis cohort (Gujarati 2005 dalam Suliyanto 2011, 228).
66
Metode analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel
dependen terhadap variabel independen dengan menggunakan metode
regresi panel data, karena penelitian ini menggunakan data cross section
dan time series. Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh
variabel likuiditas terhadap yield spread sukuk. Pada analisis ini variabel
independen dan variabel kontrol diregres terhadap variabel dependen
yaitu yield spread sukuk. Model penelitian yang digunakan dalam
pengujian ini adalah:
=∝ +
+
Keterangan:
YSi,t
+
ā„Ž
+
+
: Selisih yield sukuk korporasi dengan sukuk pemerintah (i)
pada periode (t)
Maturityi,t : Likuiditas sukuk (i) pada periode (t) diukur dengan
menggunakan time to maturity
Voli,t
: Likuiditas sukuk (i) pada periode (t) diukur dengan
menggunakan volume perdagangan
Amihud
i,t
: Likuiditas sukuk (i) pada periode (t) diukur dengan
menggunakan Amihud illiquidity measure
SBISt
: Imbal hasil sertifikat berharga Bank Indonesia Syariah
periode (t)
Secara umum dengan menggunakan data panel akan menghasilkan
intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap perusahaan dan
setiap periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persamaan
67
akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep,
koefisien slope dan variabel gangguannya. Ada beberapa metode yang
biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel
yaitu pendekatan common effect (OLS), fixed effect, dan random effect
(Agus Widarjono, 2014: 355).
Terdapat tiga uji yang digunakan untuk menetukan teknik yang paling
tepat untuk mengestimasi regresi data panel. Pertama uji statistik F
digunakan untuk memilih antara metode OLS tanpa variabel dummy atau
fixed effect. Kedua, Uji Lagrange Multiplier (LM) digunakan untuk
memilih antara OLS tanpa variabel dummy atau random effect. Terakhir,
untuk memilih antara fixed effect atau random effect digunakan uji yang
dikemukaan oleh Hausman (Agus Widarjono, 2014: 362).
a. Uji Signifikansi Fixed Effect
Keputusan apakah sebaiknya menambah variabel dummy untuk
mengetahui bahwa intersep berbeda antar perusahaan dengan metode
fixed effect dapat diuji dengan uji F statistik. Uji statistik disini
merupakan uji perbedaan dua regresi sebagaimana uji chow. Uji F ini
digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan
fixed effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel
dummy (common effect). Hipotesis nolnya adalah bahwa intersep
sama atau common effect (Agus Widarjono, 2014: 362).
H0: Common Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
68
Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan perhitungan F hitung dengan F tabel. Perbandingan
dipakai apabila hasil F hitung lebih besar dari F tabel, maka H 0
ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed
effect model. Begitu sebaliknya, jika F hitung lebih kecil dari F tabel,
maka H0 diterima dan model yang lebih tepat digunakan adalah
model common effect (Agus Widarjono, 2009: 238-239).
b. Uji Signifikansi Random Effect
Untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dari
metode OLS digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji
signifikansi random effect ini dikembangkan oleh Breusch-Pagan.
Metode Bruesch-Pagan untuk uji signifikansi model random effect
didasarkan pada nilai residual dari metode OLS. Hipotesis nolnya
adalah intersep dan slope sama atau common effect (Agus Widarjono,
2013: 363).
H0: Common EffectModel
Ha: Random Model
Uji LM ini didsasarkan pada distribusi chi-square dengan degree
of freedom sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM statistik
lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square maka menolak
hipotesis nol, berarti estimasi yang tepat untuk model regresi data
panel adalah metode random effect daripada metode OLS.
69
Sebaliknya, jika nilai LM statistik lebih kecil dari nilai kritis statistik
chi-square sebagai nilai kritis maka kita menerima hipotesis nol yang
berarti menggunakan model common effect atau metode OLS (Agus
Widarjono, 2013: 363).
c. Uji Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect
Uji secara formal dikembangkan oleh Hausman. Hausman telah
mengembangkan
suatu
uji
statistik
untuk
memilih
apakah
menggunakan model fixed effect atau random effect. Statistik uji
Hausman ini mengikuti distribusi statistik chi square dengan degree
of freedom sebanyak k dimana k adalah jumlah independen. Hipotesis
nolnya adalah random effect (Agus Widarjono, 2013: 364-365).
H0: Random Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
Menolak statistik nol yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih
besar dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model fixed
effect. Sebaliknya, bila gagal menolak hipotesis nol yaitu ketika nilai
statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang
tepat adalah model random effect (Agus Widarjono, 2013: 365).
70
2.
Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinieritas
Multikolinieritas (multicollinearity) merupakan hubungan linier
antara variabel independen di dalam regresi berganda. Hubungan
linier anatara variabel independen dapat terjadi dalam bentuk
hubungan linier yang sempurna (perfect) dan hubungan linier yang
kurang sempurna (imperfect) (Widarjono, 2013: 101). Ada beberapa
metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas
dalam suatu model regresi berganda yaitu melihat nilai R2, korelasi
parsial antar variabel independen, regresi auxiliary, metode deteksi
klien, dan melihat Variance Inflation Factor dan Tolerance
(Widarjono, 2013: 103-107).
Dalam penelitian ini penulis melihat multikolinieritas dengan
melihat korelasi parsial antar variabel independen. Jika koefisien
korelasi cukup tinggi yaitu di atas 0,85 maka kita duga ada
multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi
relatif rendah maka kita duga model tidak mengandung unsur
multikolinieritas (Widarjono, 2013: 104).
b. Heteroskedastisitas
Asumsi OLS berkaitan dengan residual adalah residualnya
mempunyai varian yang konstan atau homokedastisitas (Widarjono,
2015: 291). Heteroskedastisitas berarti varian variabel gangguan
71
mempunyai varian yang tidak konstan (Widarjono, 2013: 113).
Adanya heteroskedastisitas menyebabkan estimator
tidak lagi
mempunyai varian yang minimum jika menggunakan metode OLS.
Beberapa metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas telah dikembangkan oleh para ahli ekonometrika.
Metode deteksi masalah heteroskedastisitas bisa dilakukan secara
informal maupun formal. Metode informal dapat digunakan untuk
menguji masalah heteroskedastisitas dengan mendeteksi pola residual
melalui sebuah grafik. Sedangkan metode formal dapat dilakukan
dengan beberapa metode yaitu metode Park, Metode Glejser, Metode
korelasi Spearman, Metode GoldFeld-Quandt, Metode Breush-Pagan,
dan Metode White (Widarjono, 2013: 115-125).
Dalam penelitian ini penulis melihat heteroskedastisitas dengan
menggunakan metode formal melalui metode white. Uji White
dilakukan dengan regresi auxiliary dimana hipotesis nol dalam uji ini
adalah tidak adanya heteroskedastisitas. Uji White didasarkan pada
jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti
distribusi chi-square dengan degree of freedom sebanyak variabel
independen tidak termasuk konstanta dalam regresi auxiliary. Jika
nilai chi-square hitung yaitu nR2 lebih besar dari nilai chi-square
kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka
ada
heteroskedastisitas dan sebaliknya (Widarjono, 2013:126).
72
c. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara variabel gangguan satu
observasi dengan variabel gangguan observasi lain. Salah satu asumsi
metode OLS berkaitan dengan variabel gangguan adalah tidak adanya
hubungan antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan
yang lain.
Adanya
autokorelasi,
estimator
OLS
tidak
lagi
menghasilkan estimator yang BLUE.
Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
autokorelasi yaitu Metode Durbin-Watson (DW). Metode DurbinWatson (DW) adalah salah satu metode yang mudah dan sering
digunakan untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi. DurbinWatson menentukan nilai kritis batas bawah (dL) dan batas atas (dU).
Ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada gambar. Jika nilai d
mendekati 2 maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya jika nilai d
mendekati 0 atau 4 maka diduga ada autokorelasi positif atau
autokorelasi negatif (Widarjono, 2015: 291).
Gambar 3. 1
Statistik Durbin Watson d
Autokorelasi Ragu-ragu Tidak ada
positif
0
Ragu-ragu
autokorelasi
dL
dU
2
4-dU
Autokorelasi
Negatif
4-dL
4
Sumber: Agus Widarjono, 2015: 291
73
d. Uji Normalitas
Salah satu asumsi model regresi adalah residual didistribusikan
mengikuti distribusi normal (Widarjono, 2015: 291). Konsekuensinya
jika model tidak mempunyai residual yang terdistribusi normal yaitu
uji t untuk melihat signifikasnsi variabel independen terhadap
variabel dependen tidak bisa diaplikasikan jika residual tidak
mempunyai distribusi normal. Metode yang bisa digunakan untuk
mendeteksi masalah normalitas yaitu melalui
Uji Kolmorogov-
Smirnov dan Uji Jarque-Bera (Widarjono, 2010: 111-113).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji Jarque-Bera untuk
mendeteksi masalah normalitas.
Metode JB ini didasarkan pada
sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic. Uji statistik dari
J-B ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Jika suatu
variabel didistribusikan secara normal maka nilai koefisien S=0 dan
K=3. Oleh karena itu, jika residual terdistribusi secara normal maka
diharapkan nilai statistik JB akan sama dengan nol. Nilai statistik JB
ini didasarkan pada distribusi Chi-Squares dengan derajat kebebasan
(df) 2. Hipotesis nol uji ini menyatakan bahwa residual probabilitas ρ
dari statistik JB lebih besar dari tingkat signifikansi yang kita
tentukan maka kita menerima hipotesis nol bahwa residual
mempunyai distribusi normal karena nilai statistik JB mendekati nol.
Sebaliknya jika nilai probabilitas ρ dari statistik JB kecil atau
signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa residual mempunyai
74
distribusi normal karena nilai statistik JB tidak sama dengan nol
(Widarjono, 2010: 113).
E. Pengujian Hipotesis
1. Uji F
Uji F digunakan untuk uji signifikansi model. Uji signifikansi model
adalah uji pengaruh semua variabel independen secara serempak terhadap
variabel dependen. Uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan analisis
varian (analysis of variance= ANOVA) (Widarjono, 2015: 278).
Untuk menguji apakah koefisien regresi (b1, b2, b3, dan b4) secara
bersama-sama atau secara menyeluruh berpengaruh terhadap variabel
dependen, prosedur uji F dapat dijelaskan sebagai berikut (Widarjono,
2015: 279).
Pertama, membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
sebagai berikut:
H0
: b1=b2=b3=b4=0
Ha
: b1≠b2≠b3≠b4≠0
Hipotesis nol mengatakan semua variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dan
hipotesis alternatifnya menyatakan semua variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kedua, mencari nilai F hitung dan nilai F kritis dari tabel distribusi F.
Nilai F kritis dicari berdasarkan besarnya α dan df. Besarnya df ditentukan
75
oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k). Formula uji statistik
F ini bisa dinyatakan dalam bentuk formula sebagai berikut (Widarjono,
2015: 279):
=
( − 1)
(1 − )
( − )
Dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah parameter
estimasi termasuk intersep, dan R2 adalah koefisien determinasi.
Ketiga, keputusan menolak atau menerima H0 jika F hitung > F kritis,
maka menolak H0 dan sebaliknya, jika F hitung < F kritis maka gagal
menolak H0 (Widarjono, 2015: 279). Keputusan menolak atau gagal
menolak H0 pada uji F bisa dilakukan dengan membandingkan antara pvalue dengan tingkat signifikansi yang dipilih. Jika nilai p-value lebih
kecil dari tingkat signifikansi atau α maka menolak H0 atau menerima Ha.
Sebaliknya jika nilai p-value lebih besar dari α maka kita gagal menolak
H0 (Widarjono, 2015: 281).
2. Uji t
Karena regresi yang dilakukan hanya berdasarkan sampel maka
hipotesis alternatif maupun hipotesis nol akan diuji kebenaranya dengan
menggunakan uji statistik distribusi t. Uji statistik distribusi t ini
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen mempengaruhi
variabel dependen secara individu. Dalam menggunakan uji t terdapat
76
pilihan apakah menggunakan dua sisi atau satu sisi (Widarjono, 2015:
281).
Prosedur untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen di dalam uji t sebagai berikut (Widarjono,
2015: 282).
Pertama, membuat hipotesis. Untuk hipotesis dua sisi adalah sebagai
berikut (Widarjono, 2015: 282):
H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Kedua, menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai t kritis
dari tabel distribusi t pada α dan degree of freedom sebesar n-k dimana n=
jumlah observasi dan k=jumlah parameter estimasi di dalam regresi.
Adapun nilai t hitung dapat dicari dengan formula sebagai berikut:
=
Dimana
= koefisien regresi,
merupakan nilai hipotesis nol.
−
∗
( )
( ) = standard error, dan
∗
Ketiga, membandingan nilai t hitung dengan t kritisnya. Jika nilai t
hitung (absolut) > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha. Jika
nilai t hitung (absolut) < nilai t kritis maka H0 gagal ditolak atau menolak
Ha. Jika menolak hipotesis nol H0 berarti secara statistik variabel
independen signifikan mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya
jika gagal menolak H0 berarti secara statistik variabel indepenen tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
77
Keputusan untuk menolak atau gagal menolak hipotesis nol juga bisa
ditentukan dengan menggunakan uji hipotesis berdasarkan probabilitas
statistik t dengan asumsi bahwa residual mempunyai distribusi normal.
Pada prosedur uji probabilitas statistik t atau nilai p hanya
membandingkan nilai probabilitas p dengan nilai signifikansi α yang
dipilih. Jika nilai probabilitas p lebih kecil dari nilai α yang dipilih maka
menolak hipotesis nol (H0) atau menerima hipotesis alternatif (Ha) dan
sebaliknya jika nilai probabilitas p lebih besar dari nilai α maka gagal
menolak hipotesis nol atau menolak hipotesis alternatif (Widarjono, 2015:
284).
F. Koefisien Determinasi/Goodness Of Fit
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan seberapa besar
proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh variasi variabel
independen. Didalam regresi berganda koefisien determinasi juga digunakan
untuk mengukur seberapa baik garis regresi yang kita punyai. Dalam hal ini,
mengukur seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh
semua variabel independen (Widarjono, 2015: 276).
G. Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
78
2011: 64). Penelitian ini menggunakan tiga variabel penelitian yaitu variabel
dependen, variabel independen, dan variabel kontrol.
1. Operasional Variabel Dependen Penelitian
Variabel dependen sering disebut variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 39). Variabel terikat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Yield Spread. Yield spread adalah
perbedaan antara yield to maturity obligasi perseroan yang dijanjikan dan
obligasi lain (sering digunakan sekuritas departemen keuangan) yang
memiliki maturity dan tingkat bunga kupon yang sama (Sharpe et al,
2005: 369-367). Yield spread diproksikan dengan selisih yield to maturity
(YTM) antara obligasi korporasi (corporate Bond/CB) dengan obligasi
pemerintah (Goverment Bond/GB) (Sharpe et al, 2005: 369-370)
=
−
Rumus perhitungan yield to maturity (Tandelilin, 2010: 260):
=
+
Keterangan:
+
2
−
× 100%
YTM : Yield to maturity
C
: Kupon
n
: Sisa waktu jatuh tempo
F
: Face Value (nilai nominal)
P
: Harga obligasi pada saat t=0
79
2. Operasional Variabel Independen Penelitian
Variabel independen sering disebut variabel bebas. Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2010: 39).
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas.
Proxy likuiditas yang digunakan yaitu:
a. Maturity
Maturity merupakan masa jatuh tempo obligasi dan terhitung dari
tahun penelitian dilakukan (Putri, 2013).
=(
ā„Ž
−
ā„Ž
)
b. Volume Transaksi Perdagangan
Data volume transaksi dalam rupiah transaksi per transakasi
perdagangannya dihitung dengan mengalikan harga pada saat obligasi
tersebut diperdagangkan dengan volume perdagangan pada saat
obligasi tersebut diperdagangkan (Bunaidy, 2012).
Dimana:
=
Volume transaksit : Nilai dalam rupiah per transaksi perdagangan atau
pada saat periode t.
Pricet
: Harga pada saat obligasi tersebut diperdagangkan
atau pada saat periode t.
Volumet
: Volume perdagangan pada saat obligasi tersebut
diperdagangkan atau pada saat periode t.
80
c. Amihud illiquidity measure
Amihud illiquidity measure mengukur dampak harga perdagangan
per unit yang diperdagangkan (Nielsen et al, 2012). Untuk
mendapatkan nilai Amihud illiquidity dibutuhkan terlebih dahulu data
volume
transaksi
dalam
rupiah
transaksi
per
transakasi
perdagangannya yang dihitung dengan mengalikan harga pada saat
obligasi tersebut diperdagangkan dengan volume perdagangan pada
saat obligasi tersebut diperdagangkan. Setelah mendapatkan nilai
volume
transaksi
dalam
rupiah
transaksi
per
transaksi
perdagangannya selanjutnya menghitung nilai Amihud illiquidity
measure dengan membagi nilai tingkat pengembalian absolut
(absolute return) harian terhadap volume transaksi perdagangan pada
hari tersebut (Bunaidy, 2012).
Dimana:
ā„Ž
=
| |
=
−
Amihudt : Nilai Amihud illiquidity atau tingkat illikuiditas pada suatu
asset atau sekuritas tertentu di periode t.
Rt
: Nilai absolut tingkat pengembalian (return) pada saat
obligasi tersebut diperdagangakan atau pada periode t.
Qt
: Volume transaksi dalam rupiah per transaksi perdagangan
atau pada saaat periode t.
St
: Harga obligasi pada transaksi periode t.
St-1
: Harga obligasi pada transaksi periode t-1.
81
3. Operasional Variabel Kontrol Penelitian
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2010: 41).
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah Imbal
Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Menurut DSN Nomor 63/DSNMUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek
berdasarkan prinsip syariah. Data diperoleh dari Bank Indonesia.
82
BAB IV
ANALISIS & PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Pasar Modal Syariah Indonesia
Dikutip dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), secara historis
pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya
pada tahun 1912 di Batavia. Karena meletusnya perang dunia ke-2 pada
tahun 1939, maka pada awal tahun 1940 bursa-bursa efek di tutup,
sehinggga secara otomatis pasar modal menjadi vakum, tidak ada lagi
perkembangannya (Abdul Hamid, 2009: 128). Pemerintah Republik
Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977 (Bursa
Efek Indonesia, www.idx.co.id). Demi efektivitas operasional dan
transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung BEJ dan
BES menjadi Bursa Efek Indonesia. Bursa hasil penggabungan ini mulai
beroperasi
pada
1
Desember
2007
(Wikipedia,
https://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia).
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Undang-Undang Pasar Modal tidak
membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut dilakukan dengan
prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM
kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip83
prinsip syariah dan dapat pula dilaukan tidak sesuai dengan prinsipprinsip syariah (Sutedi, 2011: 3).
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia mulai
dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti
dengan diiterbitkannya obligasi syariah pada akhir tahun 2002 dan pada
tanggal 3 Juli 2000 telah hadir Jakarta Islamic Index (JII). Secara formal,
peluncuran pasar modal dengan prinsip-prinsip syariah Islam dilakukan
pada Maret 2003. Pada kesempatan itu ditandatangai nota kesepahaman
antara Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia
(DSN –MUI), yang dilanjutkan dengan nota kesepahaman antara DSNMUI dengan SROs (Self Regulatory Organization) (Abdul Hamid, 2009:
39-40).
Setelah resmi diluncurkan (produk-produk pasar modal syariah) pada
tanggal 14 Maret 2003, instrumen-intstrumen pasar modal berbasis
syariah yang telah terbit sampai dengan saat ini adalah terdiri dari saham
syariah, obligasi syariah, dan reksadana syariah (Sutedi, 2011:4).
Perkembangan produk pasar modal berbasis syariah hingga akhir Juli
2006 masih tetap positif. Kinerja saham-saham yang termasuk kedalam
Jakarta Islamic Indeks menunjukkan tren yang naik (Abdul Hamid,
2009:40).
Produk sukuk mulai muncul di Indonesia sejak tahun 2002 dengan
tipe sukuk korporat PT Indosat Tbk, perusahaan telekomunikasi terbesar
kedua di Indonesia, adalah perusahaan pertama menerbitkan sukuk
84
obligasi syariah di Indonesia, yaitu dengan tipe obligasi mudharabah.
Merupakan sebuah contoh yang cukup berhasil karena memperoleh
respon positif pasar. Setelah muncul obligasi korporat mudharabah
Indosat, berbagai perusahaan lainnya mengikuti jejak Indosat tersebut,
namun belum terdapat obligasi yang diterbitkan oleh Negara (Abdul
Hamid, 2009: 40).
2. Gambaran Umum Perusahaan Penerbit Sukuk
a. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
PT PLN (Persero) didirikan sebagai suatu perusahaan yang
bergerak dalam jasa terkait kelistrikan. PT PLN (Persero) didirikan
pada 1 Januari 1961, tahun 1992 merupakan tahun pertama
mendapatkan dana investasi dari pasar modal domestik, melalui
penerbitan Obligasi PLN I. Tahun 1994, status badan hukum berubah
menjadi Perseroan Terbatas. Tahun 2009, PLN beroperasi sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan tugas menyediakan
tenaga listrik bagi kepentingan umum (Laporan Tahunan PT PLN
(Persero), 2015).
b. PT Indosat Tbk
PT Indosat Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 10 November
1967
sebagai
Perusahaan
Penanaman
Modal
Asing
yang
menyediakan layanan telekomunikasi internasional di Indonesia. Pada
tanggal 23 September 1994, Perusahaan mendapat pernyataan efektif
85
dari Badan Pengawas Pasar Modal (“BAPEPAM”) untuk melakukan
penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan di Bursa
Efek New York. Saham Indosat Ooredoo tercatat di Bursa Efek
Indonesia dengan kode emiten ISAT. Tahun 2008, PT Indosat Tbk
menjadi anggota Grup Ooredoo. Tahun 2013, secara sukarela
menghapuskan pencatatan dari Bursa Efek New York dan hanya
tercatat di Bursa Efek Indonesia (Laporan Tahunan PT Indosat Tbk,
2015).
c. PT Sumberdaya Sewatama
PT Sumberdaya Sewatama bermula dari divisi penyewaan di PT
Trakindo pada tahun 1991. Perseroan merupakan badan usaha energy.
Pada tahun 2012, November 2012, Perseroan melakukan pencatatan
sebagai emiten di BEI dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
melalui Bapepam dengan kode “SSMM”. Desember 2012, Perseroan
menjadi posisi resmi penerbit obligasi per 31 Desember 2012. Pada
tahun yang sama Perseroan juga menerbitkan Obligasi dan Sukuk
Ijarah PT Sumberdaya Sewatama I, 2012 (Laporan Tahunan PT
Sumberdaya Sewatama, 2015).
d. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha perdagangan, perindustrian, dan
86
perkebunan yang didirikan pada 26 Januari 1990. Saham perseroan
tercatat di Bursa Efek Indonesia mulai 11 Juni 1997. Pada tahun
2003, Perseroan tercatat sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek
Indonesia dan melakukan Penawaran Umum Terbatas I dengan kode
perdagangan saham AISA. Tahun 2013, Perseroan menerbitkan
Obligasi TPS Food I Tahun 2013 senilai Rp 600 miliar dan Sukuk
Ijarah TPS Food I Tahun 2013 senilai Rp 300 miliar (Laporan
Tahunan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, 2015).
e. PT Summarecon Agung Tbk
(“Summarecon”) didirikan pada 26 November 1975, merupakan
badan usaha yang bergerak dalam pengembangan dan pengelola
properti. Pencatatan saham perdana pada tanggal 7 Mei 1980 (kode
saham: SMRA) di Bursa Efek Indonesia dengan nilai nominal Rp
1.000 per saham di catat dengan harga perdana Rp 6.800 per saham
(Laporan Tahunan PT Summarecon Agung Tbk, 2015).
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini membahas tentang pengaruh likuiditas terhadap yield
spread sukuk. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan Eviews 9.0. Langkah
pertama yang dilakukan penulis adalah melakukan teknik penentuan
87
sampel, yaitu dengan purposive sampling. Sampel penelitian ini diperoleh
dari IDX factbook BEI selama periode 2013-2015, dengan kriteria sampel
yang telah ditentukan oleh penulis.
Pada periode penelitian 2013-2015 Bursa Efek Indonesia mencatat
terdapat 111 perdagangan sukuk. Jumlah sukuk yang konsisten
melakukan transaksi perdagangan selama periode penelitian sebanyak 21
seri sukuk. Berdasarkan teknik pengambilan sampel diperoleh sebanyak
10 seri sukuk yang dijadikan sampel penelitian sebagaimana yang
tercantum dalam tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4. 1
Sampel Penelitian
Perusahaan
Kode
Seri Sukuk
PT Perusahaan
Listrik Negara
(Persero)
PPLN08C
Obligasi Syariah Ijarah PLN I
Tahun 2006
Sukuk Ijarah PLN II Tahun 2007
Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010
Seri B
Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN
Tahap I Tahun 2013
Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN
Tahap II Tahun 2013 Seri A
SIKPPLN01
SIKPPLN04B
SIPPLN01CN1
SIPPLN01ACN2
PT Indosat Tbk
SIKISAT04B
Sukuk Ijarah indosat IV tahun 2009
Seri B
SIISAT05
Sukuk Ijarah Indosat V Tahun 2012
PT Sumberdaya
SISSMM01
Sukuk Ijarah Sumberdaya Sewatama
Sewatama
I Tahun 2012
PT Tiga Pilar
SIAISA01
Sukuk Ijarah TPS Food I Tahun
Sejahtera Food Tbk
2013
PT Summarecon
SISMRA01CN1
Sukuk Ijarah Berkelanjutan I
Agung Tbk
Summarecon Agung Tahap I Tahun
2013
Sumber: IDX factbook 2013-2015, data diolah (2016)
88
Langkah selanjutnya adalah meneliti perdagangan harian setiap seri
sukuk tahun 2013-2015 dan tingkat imbal hasil SBIS untuk memperoleh
data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Selain itu juga diperlukan data harga sukuk, fee ijarah, dan masa
jatuh tempo sukuk untuk mendapatkan yield sukuk dengan menggunakan
rumus YTM approximation untuk selanjutnya menghitung yield spread.
Data ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, PT Indonesian Capital
Market Electoric Libray (ICaMEL), Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI), PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA), dan Bank Indonesia.
Semua data tersebut penulis sederhanakan dalam bentuk data tahunan.
Setelah didapatkan seluruh data yang dibutuhkan, pembahasan
dilakukan atas hasil perhitungan sebagaimana yang ditentukan pada Bab
III. Sebelum pembahasan dimulai, terlebih dahulu dilakukan analisis
statistik deskriptif variabel penelitian. Dilanjutkan dengan estimasi model
data panel melalui uji Chow, uji LM, dan uji Hausman. Setelah
didapatkan model yang terbaik langkah berikutnya dilakukan uji asumsi
klasik
dengan
uji
multikolinieritas,
uji
heteroskedastisitas,
uji
autokorelasi, dan uji normalitas. Selanjutnya dilakukan uji F, uji t, dan
adjusted R2. Tahap terakhir adalah interpretasi hasil pengujian hipotesis.
2. Statistik Deskriptif
Penelitian ini membahas tentang pengaruh likuiditas terhadap yield
spread sukuk. Variabel likuiditas diklasifikasikan menjadi tiga grup yaitu
89
karakteristik obligasi (bond characteristics) dengan menggunakan
variabel maturity, variabel aktivitas perdagangan (trading activity
variables) dengan menggunakan variabel volume perdagangan, dan
ukuran likuiditas (liquidity measures) dengan menggunakan variabel
Amihud illiquidity measure.
Variabel-variabel likuiditas tersebut dan
variabel kontrol imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
kemudian diregresikan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan
parsial terhadap Yield Spread sukuk.
Pada bagian ini digambarkan data masing-masing variabel. Deskripsi
penelitian ini meliputi 3 jenis variabel. Pertama variabel dependen berupa
yield spread. Kedua, variabel independen likuiditas yang diwakili oleh
maturity, volume perdagangan, dan Amihud illiquidity measure. Ketiga,
variabel kontrol berupa imbal hasil SBIS.
a. Yield Spread
Perhitungan Yield Spread dilakukan dengan cara mengurangi
YTM sukuk korporasi dengan YTM sukuk pemerintah yang memiliki
time to maturity yang sama atau mendekati sebagaimana yang
dilakukan dalam penelitian Dwi Nastiti Danarsari (2005) dalam
menghitung actual spread. Yield to maturity sukuk perusahaan dan
yield to maturity sukuk pemerintah yang digunakan adalah dengan
waktu jatuh tempo yang sama atau waktu jatuh tempo yang paling
mendekati dengan yield sukuk pemerintah agar dapat menentukan
90
premi risiko yang harus ditanggung investor selama tiga tahun
penelitian. Sebelum menghitung YTM, terlebih dahulu harus
menghitung time to maturity dari masing-masing sukuk korporasi
pada setiap tahun.
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam teknik pengambilan
sampel diperoleh sebanyak 10 seri sukuk yang dijadikan sampel
penelitian. Sampel tersebut terdiri dari 7 seri sukuk berperingkat
AAA, 1 seri sukuk berperingkat A+, 1 seri sukuk berperingkat A, dan
1 seri sukuk berperingkat A-. Pada setiap kategori peringkat
dikelompokan lagi menurut time to maturity-nya agar dapat dilakukan
perhitungan YTM. Berdasarkan data yang ada selama periode
penelitian, terdapat sembilan kelompok time to maturity yang terdiri
dari time to maturity 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 tahun.
Tabel 4. 2
Daftar Sukuk Korporasi dan Pemerintah Yang Digunakan Dalam Penelitian
Rating
Kode sukuk
Maturity Age Time to maturity
date
2013 2014
2015
AAA
SIKPPLN04B
8-Jul-22
12
9
8
7
SIPPLN01CN1 5-Jul-20
7
7
6
5
SIISAT05
27-Jun-19 7
6
5
4
SIPPLN01ACN 10-Dec-18 5
5
4
3
SIKPPLN01
10-Jul-17 10
4
3
2
PPLN08C
21-Jun-16 10
3
2
1
SIKISAT04B
8-Dec-16
7
3
2
1
A+
SISMRA01CN
11-Dec-18 5
5
4
3
A
SISSMM01
30-Nov-17 5
4
3
2
ASIAISA01
5-Apr-18
5
5
4
3
IFR0002
15-Aug-18 10
5
4
3
IFR0005
15-Jan-17 7
4
3
2
IFR0007
15-Jan-25 15
12
11
10
PBS006
15-Sep-20 7
7
6
5
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Sukuk
Pemerintah
IFR0007
PBS006
IFR0002
IFR0002
IFR0005
IFR0005
IFR0005
IFR0002
IFR0002
IFR0002
91
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa time to maturity sukuk
korporasi berkisar antara 1 tahun sampai 9 tahun. Setelah diketahui
time to maturity dari masing-masing sukuk korporasi pada setiap
tahun, langkah selanjutnya adalah memilih sukuk pemerintah yang
memiliki time to maturity yang sama/ mendekati time to maturity dari
sukuk korporasi tersebut. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa
sukuk pemerintah yang mendekati time to maturity sukuk korporasi
berkisar antara 2 tahun sampai 12 tahun.
Nilai yield spread diperoleh dengan menghitung selisih antara
YTM sukuk korporasi dan sukuk pemerintah sebagaimana dalam
lampiran 4. Hasil dari perhitungan yield spread selama periode 20132015 yaitu sebagai berikut (tabel 4.3).
Tabel 4. 3
Variabel Yield Spread
Tahun
2013
2014
2015
1
PPLN08C
2,91615
1,14132
2,17823
2
SIKPPLN01
1,71804
1,66458
1,72216
3
SIKPPLN04B
1,88630
1,52222
0,93148
4
SIPPLN01CN1
0,18725
0,84448
1,20159
5
SIPPLN01ACN2
2,10927
0,81927
0,34082
6
SIKISAT04B
5,14627
2,85150
1,30035
7
SIISAT05
1,32913
1,40714
0,90101
8
SISSMM01
2,33698
2,21679
1,80876
9
SIAISA01
3,20890
2,03381
1,99454
10
SISMRA01CN1
3,96524
2,13878
1,71513
Rata-rata per tahun
2,48035
1,66399
1,40941
Rata-rata Keseluruhan
1,85125
Minimal
0,18725
0,81927
0,34082
Maksimal
5,14627
2,8515
2,17823
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
No
Kode Sukuk
92
Gambar 4. 1
Variabel Yield Spread
6
5
4
Yield Spread
(%)
3
2
2013
1
2014
0
2015
Seri Sukuk
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1 di atas dapat dilihat ratarata nilai yield spread terbesar ada di tahun 2013 dengan nilai sebesar
2,48035% dan rata-rata nilai yield spread terendah ada pada tahun
2015 dengan nilai sebesar 1,40941%.
Yield spread terendah pada tahun 2013 ada pada seri sukuk
SIPPLN01CN1 dengan nilai sebesar 0,18725%. Yield spread
terendah pada tahun 2014 ada pada seri sukuk SIPPLN01ACN2
dengan nilai sebesar 0,81927%. Seperti tahun 2014, yield spread
terendah pada tahun 2015 ada pada seri sukuk SIPPLN01ACN2
dengan nilai persentase sebesar 0,34082%.
Nilai persentase yield spread terbesar pada tahun 2013 dan 2014
dimiliki oleh seri sukuk SIKISAT04B dengan nilai sebesar 5,14627%
dan 2,8515 %. Sedangkan nilai persentase yield spread terbesar pada
93
tahun 2015 ada pada seri sukuk PPLLN08C dengan nilai sebesar
2,17823%.
b. Maturity
Ukuran likuiditas dengan melihat karakteristik sukuk dimana
dalam penelitian ini dengan menggunakan variabel maturity
merupakan proxy likuiditas sederhana yang memberikan indikasi
kasar terkait potensi likuiditas obligasi. Jangka waktu jatuh tempo
(time to maturity) merupakan masa jatuh tempo sukuk yang tersisa
dan terhitung dari tahun penelitian dilakukan. Variabel maturity
dihitung dengan mengurangkan tanggal jatuh tempo sukuk dengan
tanggal tahun penelitian.
=(
ā„Ž
−
Dalam menghitung time to maturity
ā„Ž
)
penulis menggunakan
bantuan software Microsoft Excel 2010. Maturity seluruh sukuk
dihitung dengan menggunakan sintaks YEARFRAC (start_date,
end_date, [basis]) sebagaimana yang dilakukan oleh Setyawati dan
Hoyyi (2011). Sintaks fungsi YEARFRAC memiliki argumen
start_date, end_date, dan basis. Start_date diperlukan, merupakan
tanggal yang menunjukkan tanggal mulai yang diisi dengan
settlement date setiap tahun penelitian. End_data diperlukan,
merupakan tanggal yang menunjukkan tanggal akhir yang diisi
94
dengan maturity date yaitu tanggal jatuh tempo sukuk. Sedangkan
basis bersifat opsional, merupakan tipe basis perhitungan hari untuk
digunakan yang diisi dengan angka 1 yang merupakan metode
perhitungan
kalender
actual/actual
bahwa
perhitungan
hari
didasarkan pada jumlah hari yang sebenarnya pada bulan dan tahun
tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan, perolehan variabel maturity
disajikan dalam tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4. 4
Variabel Maturity
No
Kode Sukuk
2013
Tahun
2014
2015
1
PPLN08C
3
2
1
2
SIKPPLN01
4
3
2
3
SIKPPLN04B
9
8
7
4
SIPPLN01CN1
7
6
5
5
SIPPLN01ACN2
5
4
3
6
SIKISAT04B
3
2
1
7
SIISAT05
6
5
4
8
SISSMM01
4
3
2
9
SIAISA01
5
4
3
10
SISMRA01CN1
5
4
3
Rata-rata per tahun
5,1
4,1
3,1
Rata-rata keseluruhan
4,1
Minimal
3
2
1
Maksimal
9
8
7
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
95
Gambar 4. 2
Variabel Maturity
10
9
8
7
6
Maturity
5
(Thn)
4
3
2
1
0
2013
2014
2015
Seri Sukuk
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Dari data berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.2 di atas dapat
dilihat rata-rata maturity terbesar ada di tahun 2013 dengan nilai
sebesar 5,1 tahun dan rata-rata nilai maturity terendah ada pada tahun
2015 dengan nilai sebesar 3,1 tahun. Maturity terendah pada tahun
2013, 2014, dan 2015 ada pada seri sukuk PPLN08C dan
SIKISAT04B sebesar 3 tahun, 2 tahun, dan 1 tahun. Maturity terbesar
pada tahun 2013, 2014, dan 2015 ada pada seri sukuk SIKPPLN04B
sebesar 9 tahun, 8 tahun, dan 7 tahun.
c. Volume Perdagangan
Likuiditas obligasi yang ditunjukan dengan volume perdagangan
dihitung dengan menjumlahkan seluruh volume perdagangan setiap
transaksi pada masing-masing tahun selama periode penelitian.
96
Setelah didapatkan data volume perdagangan untuk setiap tahun
seperti pada tabel 4.5 dan gambar 4.3 kemudian dihitung ln volume
perdagangan sebagaimana dalam tabel 4.6 dan gambar 4.4 di bawah
ini.
Tabel 4. 5
Variabel Volume Perdagangan (Bill. Rp)
Tahun
2013
2014
2015
1
PPLN08C
210,90
108,60
73,00
2
SIKPPLN01
269,00
17,00
50,00
3
SIKPPLN04B
402,40
164,00
26,00
4
SIPPLN01CN1
21,10
20,00
17,00
5
SIPPLN01ACN2
38,00
4,00
12,00
6
SIKISAT04B
160,00
138,00
18,50
7
SIISAT05
776,40
42,00
28,00
8
SISSMM01
673,00
120,50
33,90
9
SIAISA01
1029,20
572,70
238,26
10
SISMRA01CN1
84,00
183,00
143,00
Rata-rata per tahun
366,4
137
63,97
Rata-rata keseluruhan
189,12
Minimal
21,1
4
12
Maksimal
1029,2
572,7
238,26
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
No
Kode Sukuk
Gambar 4. 3
Variabel Volume Perdagangan (Bill. Rp)
1200
1000
800
Vol.
perdagangan 600
(Bill. Rp)
400
200
0
2013
2014
2015
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
97
Tabel 4. 6
Variabel Volume Perdagangan (Ln)
No
Tahun
2014
25,41094
23,55648
25,82313
23,71900
22,10956
25,65052
24,46094
25,51492
27,07363
25,93275
24,92519
Kode Sukuk
2013
2015
1
PPLN08C
26,07465
25,01373
2
SIKPPLN01
26,31798
24,63529
3
SIKPPLN04B
26,72071
23,98136
4
SIPPLN01CN1
23,77254
23,55648
5
SIPPLN01ACN2
24,36085
23,20817
6
SIKISAT04B
25,79844
23,64104
7
SIISAT05
27,37793
24,05547
8
SISSMM01
27,23501
24,24668
9
SIAISA01
27,65980
26,19663
10
SISMRA01CN1
25,15408
25,68611
Rata-Rata
26,0472
24,4221
Rata-rata keseluruhan
25,13149
Minimal
23,77254
22,10956
23,20817
Maksimal
27,6598
27,07363
26,19663
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Gambar 4. 4
Variabel Volume Perdagangan (Ln)
30
25
20
Vol.
perdagangan 15
(Ln)
10
2013
2014
5
2015
0
Seri Sukuk
Sumber: Imbal hasil SBIS 2013-2015 (BI), Data diolah (2016)
98
Dari data berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 serta gambar 4.3 dan
gambar 4.4 di atas dapat dilihat rata-rata nilai volume perdagangan
terbesar ada di tahun 2013 dengan nilai sebesar Rp 366,4 milyar dan
rata-rata nilai volume perdagangan terendah ada pada tahun 2015
dengan nilai sebesar Rp 63,97 milyar.
Volume perdagangan terendah pada tahun 2013 ada pada seri
sukuk SIPPLN01CN1 dengan nilai sebesar Rp 21,10 milyar. Volume
perdagangan terendah pada tahun 2014 dan tahun 2015 ada pada seri
sukuk SIPPLN01ACN2 dengan nilai sebesar Rp 4 milyar dan Rp 12
milyar. Sedangkan volume perdagangan terbesar pada tahun 2013,
2014, dan 2015 dimiliki oleh seri sukuk SIAISA01 dengan nilai
sebesar Rp 1029,2 milyar , Rp 572,7 milyar, dan Rp 238,26 milyar.
d. Amihud illiquidity measure
Pengukuran likuditas yang ketiga adalah dengan melihat ukuran
likuiditas
dengan
menggunakan
Amihud
illiquidity
measure.
Penggunaan variabel Amihud illiquidity measure adalah untuk
melihat
dampak harga pada setiap volume transaksi
diperdagangkan
pada
setiap
sukuk
korporasi
Pengukuran Amihud illiquidity measure dilakukan
yang
yang
diteliti.
sebagaimana
Marcellius Ricky Bunaidy (2012) dengan cara menghitung nilai
Amihud illiquidity measure per transakasi kemudian dirata-rata secara
harian (daily), dan kemudian dicari median setiap satu bulan. Setelah
99
didapat nilai Amihud illiquidity measure bulanan kemudian penulis
sederhanakan kedalam data tahunan.
Tabel 4. 7
Variabel Amihud Illiquidity Measure
No
Tahun
2014
0,51952
0,29115
0,00436
0,06747
0,27259
1,35501
0,43857
0,32084
1,06897
0,3901
0,47286
Kode Sukuk
2013
2015
1
PPLN08C
0,82934
0,23675
2
SIKPPLN01
1,59437
0,51159
3
SIKPPLN04B
0,20303
0,32826
4
SIPPLN01CN1
0,1634
4,04227
5
SIPPLN01ACN2
0,00667
0,81221
6
SIKISAT04B
0,12792
0,85077
7
SIISAT05
0,10554
0,19442
8
SISSMM01
0,38488
0,71661
9
SIAISA01
0,29391
0,43709
10
SISMRA01CN1
0,34393
0,46508
Rata-rata per tahun
0,40530
0,85950
Rata-rata keseluruhan
0,57922
Minimal
0,00667
0,00436
0,19442
Maksimal
1,59437
1,35501
4,04227
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Gambar 4. 5
Variabel Amihud Illiquidity Measure
4.5
4
3.5
3
Amihud 2.5
2
(%)
1.5
1
0.5
0
2013
2014
2015
Seri Sukuk
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
100
Dari data berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.5 di atas dapat
dilihat rata-rata nilai Amihud illiquidity measure terbesar ada di tahun
2015 dengan nilai sebesar 0,85950. Rata-rata nilai Amihud illiquidity
measure terendah ada pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 0,40530.
Amihud illiquidity measure terendah pada tahun 2013 ada pada
seri sukuk SIPPLN01ACN2 dengan nilai sebesar 0,00667. Amihud
illiquidity measure terendah pada tahun 2014 ada pada seri sukuk
SIKPPLN04B dengan nilai sebesar
0,00436. Sedangkan Amihud
illiquidity measure terendah pada tahun 2015 pada SIISAT05 dengan
nilai sebesar 0,19442.
Amihud illiquidity measure terbesar pada tahun 2013 dimiliki
oleh seri sukuk SIKPPLN01 dengan nilai 1,59437. Amihud illiquidity
measure terbesar pada tahun
2014 dimiliki oleh seri sukuk
SIKISAT04B dengan nilai 1,35501. Sedangkan pada tahun 2015,
Amihud illiquidity measure terbesar dimiliki oleh seri sukuk
SIPPLN01CN1 dengan nilai 4,04227.
Ukuran Amihud yang besar menunjukkan bahwa perdagangan
obligasi menyebabkan harga bergerak lebih dalam merespon volume
perdagangan sehingga mencerminkan likuiditas yang lebih rendah
(Friewald et al, 2012). Sebaliknya, semakin kecil nilai Amihud
illiquidity measure menunjukkan sukuk tersebut memiliki dampak
harga pada setiap volume transaksi yang diperdagangkan juga kecil
sehingga mencerminkan likuiditas yang lebih tinggi.
Variabel
101
Amihud Illiquidity Measure memiliki nilai rata-ratanya (mean) adalah
0,579221%. Hal ini mengindikasi bahwa harga akan berubah sebesar
0,579221% setiap satu milyar rupiah volume transaksi yang
diperdagangkan.
e. Imbal Hasil SBIS
Variabel Imbal Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah
digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. Menurut
DSN Nomor 63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat
Bank
Indonesia Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah
surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip syariah. Data
imbal hasil SBIS diperoleh dari Bank Indonesia dalam bentuk
bulanan yang kemudian penulis hitung nilai median selama satu
tahun. Data imbal hasil SBIS yang digunakan merupakan SBIS
dengan tenor 9 bulan karena memiliki data yang paling lengkap.
Tabel 4. 8
Variabel Imbal Hasil SBIS (%)
Tahun
2013
2014
2015
Imbal Hasil SBIS
6.07986
7.04326
6.83988
Rata-rata keseluruhan
6.654333
Minimal
6.07986
Maksimal
7.04326
Sumber: Imbal hasil SBIS 2013-2015 (BI), data diolah (2016)
Keterangan
102
Gambar 4. 6
Variabel Imbal Hasil SBIS (%)
7.5
7
Imbal Hasil
6.5
SBIS
(%)
6
5.5
2013
2014
2015
Tahun
Sumber: Imbal hasil SBIS 2013-2015 (BI), data diolah (2016)
Dari data berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.6 di atas dapat
dilihat rata-rata Imbal Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebesar
6,654333%. Imbal hasil SBIS terendah pada tahun 2013 sebesar
6,07986%. Sedangkan Imbal hasil SBIS terbesar pada tahun 2014
sebesar 7,04326%.
Statistika deskriptif seluruh variabel penelitian penulis sajikan dalam
tabel 4.9 dibawah ini yang meliputi rata-rata sampel (mean), minimum,
dan maksimum untuk masing-masing variabel. Observasi penelitian ini
berjumlah 30.
Tabel 4. 9
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel
Observasi Minimum Maksimum Ratarata
Yield Spread ( dalam %) 30
0.187
5.146
1.851
Maturity ( dalam tahun) 30
1.000
9.000
4.100
Volume (dalam %)
30
22.110
27.660
25.131
Amihud (dalam %)
30
0.004
4.042
0.580
SBIS (dalam %)
30
6.080
7.043
6.654
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Std.
Dev.
1.030
1.971
1.394
0.756
0.422
103
Gambar 4. 7
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
30
25
20
Nilai 15
Minimum
Maksimum
10
Rata-rata
5
Std. Dev.
0
Yield Maturity ( Volume Amihud
SBIS
Spread (
dalam (dalam %) (dalam %) (dalam %)
dalam %) tahun)
Variabel
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.7 di atas diketahui masingmasing variabel memiliki 30 observasi pada periode 2013-2015. Yield
spread merupakan variabel dependen dalam penelitian ini yang diperoleh
dengan cara menghitung rata-rata selish YTM antara sukuk korporasi
dengan sukuk pemerintah yang memiliki time to maturity yang sama atau
mendekati. Pada variabel yield spread nilai terkecil (minimum) adalah
0,187 pada tahun 2013 dengan seri sukuk SIPPLN01CN1 dan nilai
terbesar (maximum) adalah 5,146 pada tahun 2013 dengan seri sukuk
SIKISAT04B. Sedangkan nilai rata-ratanya (mean) adalah 1,851 dengan
standar deviasi 1,030.
Pada variabel maturity nilai terkecil (minimum) adalah 1 pada tahun
2015 dengan seri sukuk PPLN08C dan SIKISAT04B dan nilai terbesar
104
(maximum) adalah 9 pada tahun 2013 dengan seri sukuk SIKPPLN04B.
Sedangkan rata-ratanya (mean) adalah 4,1 dengan standar deviasi 1,971.
Variabel volume perdagangan memiliki nilai terkecil (minimum)
adalah 22,110 pada tahun 2014 dengan seri sukuk SIPPLN01ACN2 (Rp
4 milyar) dan nilai terbesar (maximum) adalah 27,660 pada tahun 2013
dengan seri sukuk SIAISA01 (Rp 1029,2 milyar). Sedangakan
rata-
ratanya (mean) adalah 25,131 (Rp 189,12 milyar) dengan standar deviasi
1,394.
Variabel Amihud Illiquidity Measure memiliki
nilai terkecil
(minimum) sebesar 0,004 pada tahun 2014 dengan seri sukuk
SIKPPLN04B dan nilai terbesar (maximum) sebesar 4,042 pada tahun
2015 dengan seri sukuk SIPPLN01CN1. Sedangakan rata-ratanya (mean)
adalah 0,580 dengan standar deviasi 0,756.
Variabel imbal hasil SBIS memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar
6,080 pada tahun 2013 dan nilai terbesar (maximum) sebesar 7,043 pada
tahun 2014. Sedangakan rata-ratanya (mean) adalah 6,654 dengan standar
deviasi 0,422.
3. Analisis Model Regresi dengan Data Panel
a. Pengujian Model / Estimasi Model Data Panel.
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan antara lain model common
effect atau pooled least square, pendekatan efek tetap (fixed effect),
105
dan pendekatan efek acak (random effect). Sebelum menerapkan
metode yang digunakan, terlebih dahulu dilakukan pemilihan
terhadap pendekatan yang akan digunakan. Pemilihan model ini
dilakukan untuk melihat metode regresi panel yang paling sesuai
melalui tiga yaitu uji Chow, uji Lagrange Multiplier (LM), dan uji
Hausman.
Pertama, uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah teknik
regresi data panel dengan fixed effect lebih baik dari model regresi
data panel tanpa variabel dummy (common effect).
Hipotesis
pengujiannya:
H0: Common Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
Apabila hasil F hitung lebih besar dari F tabel, maka H0 ditolak
yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effect
model dan sebaliknya (Widarjono, 2009: 238-239).
Tabel 4. 10
Tabel Hasil Uji Chow
Effects Test
Statistic
Cross-section F
1.557759
Cross-section Chi-square
18.878088
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
d.f.
(9,16)
9
Prob.
0.2104
0.0262
Berdasarkan tabel 4.10 di atas nilai F hitung sebesar 1,557759.
Sedangkan nilai F tabel dengan numerator degree of freedom sebesar
9 dan denominator degree of freedom sebesar 16 dengan α sebesar
5% adalah 2,54. Sehinga berdasarkan perhitungan, nilai F hitung
lebih kecil dari F tabel (1,557759< 2,54), maka H0 diterima dan
106
model yang lebih tepat digunakan adalah model common effect.
Selain itu, nilai probabilitas sebesar 0,2104> 5% atau terima H0 yang
berarti model yang terpilih adalah model Common Effect.
Langkah selanjutnya, untuk mengetahui apakah model random
effect lebih baik dari metode OLS digunakan uji Lagrange Multiplier
(LM). Hipotesis nolnya adalah intersep dan slop sama atau common
effect (Agus Widarjono, 2013: 363).
H0: Common EffectModel
Ha:Random Model
Jika nilai LM statistik lebih besar dari nilai kritis statistik chisquare maka menolak hipotesis nol, berarti estimasi yang tepat untuk
model regresi data panel adalah metode random effect daripada
metode OLS dan sebaliknya.
Tabel 4. 11
Tabel Hasil Uji LM
Test Hypothesis
Cross-section
Time
Both
Breusch-Pagan
0.089832
0.295922
0.385754
(0.5865)
(0.5345)
(0.7644)
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
Berdasarkan
tabel
4.11
di
atas
nilai
LM
statistic
sebesar 0,089832. Sedangkan nilai kritis tabel distribusi chi-square
dengan degree of freedom sebesar jumlah variabel independen
sebanyak 4 pada α=5% adalah sebesar 9,49. Sehinga berdasarkan
perhitungan, nilai LM statistik lebih kecil dari nilai kritis statistik chisquare (0,089832< 9,49) maka menerima hipotesis nol yang berarti
107
menggunakan metode OLS model atau common effect. Berdasarkan
tabel diatas juga menunjukkan bahwa nilai prob Breusch-Pagan
sebesar 0,7644 > 5% atau terima H0 yaitu model yang terpilih adalah
model Common Effect.
Berdasarkan hasil estimasi model data panel, menunjukkan
bahwa metode regresi yang sesuai untuk model penelitian ini adalah
model common effect sebagaimana dalam tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4. 12
Hasil Estimasi Metode Data Panel Terpilih (Common effect)
Dependent Variable: YIELD
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 09/14/16 Time: 23:11
Sample: 2013 2015
Periods included: 3
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 30
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
MATURITY
VOLUME
AMIHUD
SBIS
-1.485093
-0.128086
0.326283
-0.138150
-0.652571
2.713829
0.042806
0.064357
0.166140
0.228746
-0.547231
-2.992234
5.069887
-0.831530
-2.852824
0.5891
0.0062
0.0000
0.4135
0.0086
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.701871
0.654170
0.787860
14.71408
0.000003
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
2.819462
2.422798
15.51808
2.022942
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.403430
18.35031
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
1.851250
1.362486
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
108
b. Pengujian Asumsi Klasik
Berdasarkan estimasi model data panel di atas, dapat diketahui
bahwa model common effect adalah yang paling sesuai dengan data
penelitian. Tetapi model ini belum tentu terbebas dari masalahmasalah asumsi klasik. Oleh karena itu, agar hasil yang didapatkan
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) perlu pengujian-pengujian
lebih
lanjut
dengan
dilakukan
uji
multikolinieritas,
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas.
1) Multikolinieritas
Multikolinieritas (multicollinearity) merupakan hubungan
linier antara variabel independen di dalam regresi berganda.
Dengan adanya multikolinieritas estimator mempunyai varian dan
kovarian yang besar sehingga interval estimasi akan cenderung
lebih lebar yang membuat variabel independen secara statistik
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.Walaupun
secara individu variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen melalui uji statistik t, namun nilai koefisien
determinasi (R2) masih relatif tinggi.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas
dengan melihat korelasi parsial antar variabel independen. Jika
koefisien korelasi cukup tinggi yaitu di atas 0,85 maka kita duga
ada multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien
109
korelasi relatif rendah maka kita duga model tidak mengandung
unsur multikolinieritas (Widarjono, 2013: 104).
Tabel 4. 13
Matriks Korelasi
MATURITY VOLUME
1.000000
0.128743
MATURITY
0.128743
1.000000
VOLUME
-0.150607
-0.118793
AMIHUD
-0.315253
-0.432738
SBIS
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
AMIHUD
-0.150607
-0.118793
1.000000
0.119554
SBIS
-0.315253
-0.432738
0.119554
1.000000
Berdasarkan hasil pengujian korelasi pada tabel 4.13 di atas,
terlihat bahwa koefisien korelasi relatif rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak ada variabel yang mempunyai korelasi
diatas 0,85. Kesimpulannya bahwa model regresi ini tidak
mengandung masalah multikolinearitas.
2) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
berarti
varian
variabel
gangguan
mempunyai varian yang tidak konstan (Widarjono, 2013: 113).
Adanya heteroskedastisitas menyebabkan estimator
tidak lagi
mempunyai varian yang minimum jika menggunakan metode
OLS.
Pengujian
heteroskedastisitas
dilakukan
dengan
menggunakan bantuan software Eviews 9.0. Untuk mengetahui
model sudah terbebas terhadap masalah heteroskedastisitas, maka
dilakukan pengujian dengan uji white.
110
Uji White dilakukan dengan regresi
hipotesis
nol
dalam
uji
ini
auxiliary dimana
adalah
tidak
adanya
heteroskedastisitas. Uji White didasarkan pada jumlah sampel (n)
dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi chi-square
dengan degree of freedom sebanyak variabel independen tidak
termasuk konstanta dalam regresi auxiliary. Jika nilai chi-square
hitung yaitu nR2 lebih besar dari nilai chi-square kritis dengan
derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heteroskedastisitas
dan sebaliknya (Widarjono, 2013:126).
Tabel 4. 14
Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White
Dependent Variable: RESID01^2
Method: Panel Least Squares
Date: 09/14/16 Time: 23:15
Sample: 2013 2015
Periods included: 3
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 30
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
MATURITY
VOLUME
AMIHUD
SBIS
14.79581
-0.117169
-0.093719
-0.122798
-1.694734
7.890537
0.129748
0.192248
0.324237
0.662792
1.875134
-0.903047
-0.487489
-0.378728
-2.556964
0.0725
0.3751
0.6302
0.7081
0.0170
R-squared
0.224098
Adjusted Rsquared
0.099954
S.E. of regression
1.297536
Sum squared resid 42.09000
Log likelihood
-47.64735
F-statistic
1.805140
Prob(F-statistic)
0.159408
Mean dependent var
0.611677
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
1.367688
3.509823
3.743356
3.584532
1.276228
Sumber: Data diolah, eviews 9.0 (2016)
111
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, R2 adalah 0,224098 dan
jumlah observasi sebesar 30 sehingga nilai chi-square hitung
yaitu sebesar 6,72294 (nR2= 30 x 0,224098= 6,72294).
Sedangkan nilai chi-square kritis dengan derajat kepercayaan α=
5% dan degree of freedom sebanyak 4 (variabel independen tidak
termasuk konstanta dalam regresi auxiliary) adalah sebesar 9,49.
Nilai chi-square hitung lebih kecil dari nilai chi-square kritis
(6,72294< 9,49) maka tidak adanya heteroskedastisitas.
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, terlihat bahwa probabilitas (Fstatistic) adalah 0,159408. Nilai probabilitas 0,159408 lebih besar
dari α= 5% maka H0 diterima, tidak adanya heteroskedastisitas.
Berdasarkan uji white ini, baik dilihat dari perbandingan nilai chisquare hitung dan chi-square kritis maupun dilihat dari nilai
probabilitas menghasilkan kesimpulan bahwa tidak ada masalah
heteroskedastisitas.
3) Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara variabel gangguan
satu observasi dengan variabel gangguan observasi lain. Salah
satu asumsi metode OLS berkaitan dengan variabel gangguan
adalah tidak adanya hubungan antara variabel gangguan satu
dengan variabel gangguan yang lain. Adanya autokorelasi,
112
estimator OLS tidak lagi menghasilkan estimator yang BLUE.
(Widarjono, 2010: 138).
Durbin-Watson menentukan nilai kritis batas bawah (dL) dan
batas atas (dU). Jika nilai d mendekati 2 maka tidak ada
autokorelasi. Sebaliknya jika nilai d mendekati 0 atau 4 maka
diduga ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif.
(Widarjono, 2015: 291).
Tabel 4. 15
Uji statistik Durbin-Watson d
Nilai statistik d
0 < d < dL
dL < d <dU
dU < d < 4-dU
Hasil
Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Gagal menolak hipotesis nol; tidak ada
autokorelasi positif/ negatif
4-dU < d < 4-dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
4-dL < d < 4
Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi negatif
Sumber: Agus Widarjono, 2013: 141
Ket
√
Tabel 4. 16
Nilai Weighted Statistics Durbin Watson Model
Weighted Statistics
R-squared
0.701871 Mean dependent var
Adjusted R-squared
0.654170 S.D. dependent var
S.E. of regression
0.787860 Sum squared resid
F-statistic
14.71408 Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.000003
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
2.819462
2.422798
15.51808
2.022942
Dari hasil regresi diperoleh nilai Durbin-Watson statistik
sebesar 2,022942. Dengan jumlah observasi n=30, jumlah
113
variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta k=4, dan
α= 5% maka nilai dL, dU, 4-dL, dan 4-dU sebagai berikut:
= 1,1426
= 1,7386
4−
4−
= 4 − 1,1426 = 2,8574
= 4 − 1,7386 = 2,2614
Gambar 4. 8
Statistik Durbin Watson d
Autokorelasi Ragu-ragu Tidak ada
positif
Ragu-ragu
autokorelasi
Negatif
1,738
2,261
2
6
4
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
0
Autokorelasi
1,1426
2,8574
4
Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada gambar
4.8 di atas, nilai Durbin-Watson statistik 2,022942 berada pada
daerah tidak ada autokorelasi. Sedangkan apabila berdasarkan
pada tabel 4.15 di atas, nilai Durbin-Watson 2,022942 berada
pada du < 2,022942 < 4-du yang menunjukkan bahwa tidak ada
autokorelasi. Kesimpulannya bahwa model regresi ini tidak
mengandung masalah autokorelasi.
4) Uji Normalitas
Salah
satu
asumsi
model
regresi
adalah
residual
didistribusikan mengikuti distribusi normal (Widarjono, 2015:
291). Konsekuensinya jika model tidak mempunyai residual yang
terdistribusi normal yaitu uji t untuk melihat signifikansi variabel
114
independen terhadap variabel dependen tidak bisa diaplikasikan
jika residual tidak mempunyai distribusi normal.
Normalitas
tidaknya
residual
bisa
dilihat
dengan
menggunakan metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (JB). Hipotesis nol uji ini menyatakan bahwa residual probabilitas
ρ dari statistik JB lebih besar dari tingkat signifikansi yang kita
tentukan maka kita menerima hipotesis nol bahwa residual
mempunyai distribusi normal karena nilai statistik JB mendekati
nol dan sebaliknya (Widarjono, 2010: 113).
Gambar 4. 9
Pengujian Normalitas dengan Metode Jarque-Bera
7
Series: Standardized Residuals
Sample 2013 2015
Observations 30
6
5
4
3
2
1
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.016412
0.090399
1.358328
-1.245721
0.731319
-0.099315
2.281235
Jarque-Bera
Probability
0.695096
0.706418
0
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
Berdasarkan gambar 4.9 di atas, nilai probabilitas ρ dari
statistik JB adalah 0,706418. Gambar di atas menunjukkan bahwa
nilai probabilitas 0,706418 lebih besar dari tingkat singnifikansi
5%, maka menerima hipotesis nol. Artinya residual mempunyai
distribusi normal.
115
c. Pengujian Hipotesis
1) Uji Simultan Pengaruh Maturity, Volume Perdagangan,
Amihud Illiquidity Measure, dan Imbal Hasil SBIS terhadap
Yield Spread
Uji F digunakan untuk uji signifikansi model. Uji signifikansi
model adalah uji pengaruh semua variabel independen secara
serempak terhadap variabel dependen (Widarjono, 2015: 278).
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan untuk melihat apakah
variabel maturity, volume perdagangan, Amihud illiquidity
measure, dan imbal hasil SBIS secara bersama-sama berpengaruh
terhadap yield spread atau tidak.
Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) untuk menguji
apakah koefisien regresi (b1, b2, b3, dan b4) secara bersama-sama
atau secara menyeluruh berpengaruh terhadap variabel dependen
sebagai berikut:
H0
: b1=b2=b3=b4=0 , semua variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Ha
: b1≠b2≠b3≠b4≠0 , semua variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Nilai F hitung yang didapat dengan formula sebagai berikut:
=
(
(
(
)
)
)
=
(
,
(
(
,
)
)
)
=
(
,
,
)
= 14, 7140793
Dimana dalam penelitian ini, n adalah jumlah observasi
sebanyak 30, k (jumlah parameter estimasi termasuk intersep)
116
adalah 5. Sedangkan R2 adalah koefisien determinasi sebesar
0,701871. Berdasarkan formula diatas, didapatkan nilai Fhitung
adalah 14,7140793.
Keputusan menolak atau menerima H0 jika F hitung > F
kritis, maka menolak H0 dan sebaliknya, jika F hitung < F kritis
maka gagal menolak H0 (Widarjono, 2015: 279).
Tabel 4. 17
Nilai Weight Statistics Estimasi Model Regresi Antara Variabel Maturity,
Volume Perdagangan, Amihud, Dan SBIS terhadap Variabel Yield Spread
Dependent Variable: YIELD
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.701871
0.654170
0.787860
14.71408
0.000003
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
2.819462
2.422798
15.51808
2.022942
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, nilai F hitung hampir sama
dengan output Eviews 9.0 (14,7140793= F-statistic= 14,71408).
Perbedaan terjadi karena adanya pembulatan. Sedangkan nilai F
kritis dari tabel distribusi F dengan α = 5%, df numerator= 4 (k1=5-1=4), dan df denominator= 25 (n-k=30-5= 25) adalah sebesar
2,76. Nilai F hitung sebesar 14,71408 lebih besar dari nilai F
kritis 2,76 dengan α = 5%, maka menolak hipotesis nol. Artinya,
Maturity, volume perdagangan, Amihud illiquidity measure, dan
117
imbal hasil SBIS secara bersama-sama memiliki pengaruh
terhadap yield spread sukuk
Menolak hipotesis nol uji F ini juga bisa dilakukan dengan
membandingkan antara p-value dengan tingkat signifikansi yang
dipilih. Jika nilai p-value lebih kecil dari tingkat signifikansi atau
α maka menolak H0 atau menerima Ha. Sebaliknya jika nilai pvalue lebih besar dari α maka kita gagal menolak h0 (Widarjono,
2015: 281).
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, bisa secara langsung
memberikan keputusan apakah gagal menolak H0 atau menolak
H0 dilihat dari besarnya probabilitas yang menunjukkan besarnya
α. Nilai probabilitas F-statistic sebesar 0,000003, angka ini lebih
kecil dari α= 0,05 maka menolak H0 atau menerima Ha. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis yang menyatakan
bahwa maturity, volume perdagangan, Amihud illiquidity
measure, dan imbal hasil SBIS memiliki pengaruh secara
simultan terhadap yield spread sukuk dapat diterima, dengan kata
lain H0 ditolak.
118
2) Uji Parsial Pengaruh Maturity, Volume Perdagangan, Amihud
Illiquidity Measure, dan Imbal Hasil SBIS terhadap Yield
Spread
Uji parsial dilakukan dengan uji statistik t. Uji statistik
distribusi t ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara individu.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan untuk melihat apakah
variabel maturity, volume perdagangan, Amihud illiquidity
measure, dan imbal hasil SBIS secara individu berpengaruh
terhadap yield spread atau tidak.
Dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis dua sisi
adalah sebagai berikut:
H0 : b1 = 0 , Variabel independen tidak memiliki pengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen
Ha : b1 ≠ 0, Variabel independen memiliki pengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen.
Nilai statistik t (t hitung) diperoleh dengan bantuan software
Eviews 9.0. Sedangkan nilai t kritis dari tabel distribusi t dicari
pada α dan degree of freedom sebesar n-k dimana n= jumlah
observasi dan k=jumlah parameter estimasi di dalam regresi.
Dengan α = 5%, maka diperoleh nilai t kritis sebagai berikut:
−
=
2
;
=( − ) =
= {0,025 ;
5%
;
2
= 25} = 2,060
= (30 − 5)
119
Setelah diketahui nilai t kritis, maka akan dapat dilakukan
keputusan menolak atau menerima H0. Keputusan menolak atau
gagal menolak H0 adalah jika nilai t hitung (absolut) > nilai t
kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha, berarti secara statistik
variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Jika nilai t hitung (absolut) < nilai t kritis maka H0 gagal ditolak
atau menolak Ha, berarti secara statistik variabel indepenen tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen (Widarjono, 2015:
282).
Keputusan untuk menolak atau gagal menolak hipotesis nol
juga bisa ditentukan dengan menggunakan uji hipotesis
berdasarkan probabilitas statistik t dengan asumsi bahwa residual
mempunyai distribusi normal. Jika nilai probabilitas p < nilai α
yang dipilih maka menolak hipotesis nol (H0) atau menerima
hipotesis alternatif (Ha) dan sebaliknya jika nilai probabilitas p >
nilai α maka gagal menolak hipotesis nol atau menolak hipotesis
alternatif (Widarjono, 2015: 284).
120
Tabel 4. 18
Hasil Estimasi Model Regresi antara Variabel Maturity, Volume
Perdagangan, Amihud, dan SBIS terhadap Variabel Yield Spread
Dependent Variable: YIELD
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 06/23/16 Time: 20:03
Sample: 2013 2015
Periods included: 3
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 30
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
MATURITY
VOLUME
AMIHUD
SBIS
-1.485093
-0.128086
0.326283
-0.138150
-0.652571
2.713829
0.042806
0.064357
0.166140
0.228746
-0.547231
-2.992234
5.069887
-0.831530
-2.852824
0.5891
0.0062
0.0000
0.4135
0.0086
Sumber: Data diolah, Eviews 9.0 (2016)
Berdasarkan tabel 4.18 di atas diperoleh nilai koefisien,
standard error, statistik t (t hitung) dan probabilitas untuk setiap
variabel dengan bantuan software Eviews 9.0. Evaluasi pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen
dengan
menggunakan uji t maupun dengan evaluasi nilai p-value dapat
dijelaskan sebagai berikut.
(a) Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Variabel Maturity terhadap
Yield Spread Sukuk
Variabel maturity memiliki koefisien sebesar -0,128086,
standard error sebesar 0,042806 dan signifikan sebesar
121
0,0062. Adapun nilai t hitung dapat diperoleh dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
=
Dimana
−
∗
( )
=
−0,128086 − 0
= −2,99224408
0,042806
= koefisien regresi = -0,128086,
standard error = 0,042806, dan
∗
( ) =
merupakan nilai hipotesis
nol= 0, sehingga diperoleh nilai t hitung adalah -2,99224408.
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai t hitung hampir sama
dengan perhitungan melalui software Eviews 9.0 pada tabel
4.18 di atas yang menghasilkan nilai statistik t hitung sebesar
-2,992234 (-2,99224408= t-statistic = -2,992234). Perbedaan
terjadi karena adanya pembulatan.
Nilai t kritis berdasarkan perhitungan adalah sebesar
2,060. Dengan nilai t hitung dimutlakkan sebesar 2,992234.
Dapat disimpulkan bahwa nilai t hitung > nilai t kritis
(2,992234> 2,060), maka H0 ditolak atau menerima Ha.
Artinya, secara statistik variabel independen signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
Selanjutnya, dilihat dengan membandingkan nilai ρ
dengan nilai α. Nilai probabilitas ρ lebih kecil dari nilai α
(0,0062< 0,05), maka kita menolak hipotesis nol (H0) atau
menerima hipotesis alternatif (Ha). Artinya, secara statistik
variabel independen signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Dari
hasil
pengujian
hipotesis
dengan
122
menggunakan uji t maupun dengan evaluasi nilai p-value
dapat disimpulkan bahwa variabel maturity berpengaruh
signifikan terhadap yield spread sukuk.
(b) Uji
Parsial
(Uji
t)
Pengaruh
Variabel
Volume
Perdagangan terhadap Yield Spread Sukuk
Variabel volume perdagangan memiliki koefisien sebesar
0,326283, standard error sebesar 0,064357 dan signifikan
sebesar 0,0000. Adapun nilai t hitung dapat diperoleh dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
=
Dimana
−
∗
( )
=
0,326283 − 0
= 5,069891387
0,064357
= koefisien regresi = 0,326283,
standard error = 0,064357, dan
∗
( ) =
merupakan nilai hipotesis
nol = 0, sehingga diperoleh nilai t hitung adalah
5,069891387. Berdasarkan perhitungan di atas, nilai t hitung
hampir sama dengan perhitungan melalui software Eviews
9.0 pada tabel 4.18 di atas yang menghasilkan nilai statistik t
hitung
sebesar
5,069887
(5,069891387=
t-statistic
=
5,069887). Perbedaan terjadi karena adanya pembulatan.
Nilai t kritis berdasarkan perhitungan adalah sebesar
2,060. Dengan nilai t hitung dimutlakkan sebesar 5,069887.
Dapat disimpulkan bahwa nilai t hitung > nilai t kritis
(5,069887 > 2,060), maka H0 ditolak atau menerima Ha.
123
Artinya, secara statistik variabel independen signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
Selanjutnya, dilihat dengan membandingkan nilai ρ
dengan nilai α. Nilai probabilitas ρ lebih kecil dari nilai α
(0,0000 < 0,05), maka kita menolak hipotesis nol (H0) atau
menerima hipotesis alternatif (Ha). Artinya, secara statistik
variabel independen signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Dari
hasil
pengujian
hipotesis
dengan
menggunakan uji t maupun dengan evaluasi nilai p-value
dapat disimpulkan bahwa variabel volume perdagangan
berpengaruh signifikan terhadap yield spread sukuk.
(c) Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Variabel Amihud Illiquidity
Measure terhadap Yield Spread Sukuk
Variabel Amihud illiquidity measure memiliki koefisien
sebesar -0,138150, standard error sebesar
0,166140 dan
signifikan sebesar 0,4135. Adapun nilai t hitung diperoleh
dengan menggunakan formula sebagai berikut:
=
Dimana
−
∗
( )
=
−0,138150 − 0
= −0,83152763
0,166140
= koefisien regresi = -0,138150,
standard error = 0,166140, dan
∗
( ) =
merupakan nilai hipotesis
nol = 0, sehingga diperoleh nilai t hitung adalah -0,83152763.
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai t hitung hampir sama
124
dengan perhitungan melalui software Eviews 9.0 pada tabel
4.18 di atas yang menghasilkan nilai statistik t hitung sebesar
-0,831530 (-0,83152763 = t-statistic= -0,831530). Perbedaan
terjadi karena adanya pembulatan.
Nilai t kritis berdasarkan perhitungan adalah sebesar
2,060. Dengan nilai t hitung dimutlakkan sebesar 0,831530.
Dapat disimpulkan bahwa nilai t hitung < nilai t kritis
(0,831530 < 2,060), maka H0 gagal ditolak atau menolak Ha.
Artinya, secara statistik variabel independen tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
Selanjutnya, dilihat dengan membandingkan nilai ρ
dengan nilai α. Nilai probabilitas ρ lebih besar dari nilai α
(0,4135> 0,05), maka kita menerima hipotesis nol (H0) atau
menolak hipotesis alternatif (Ha). Artinya, secara statistik
variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Dari
hasil
pengujian
hipotesis
dengan
menggunakan uji t maupun dengan evaluasi nilai p-value
dapat disimpulkan bahwa variabel Amihud illiquidity
measure tidak signifikan berpengaruh terhadap yield spread
sukuk.
125
(d) Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Variabel SBIS terhadap Yield
Spread Sukuk
Variabel SBIS memiliki koefisien sebesar -0,652571,
standard error sebesar 0,228746 dan signifikan sebesar
0,0086.
Adapun nilai t hitung dapat diperoleh dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
=
Dimana
−
∗
( )
=
−0,652571 − 0
= −2,85281928
0,228746
= koefisien regresi = -0,652571,
standard error = 0,228746, dan
∗
( ) =
merupakan nilai hipotesis
nol = 0, sehingga diperoleh nilai t hitung adalah -2,85281928.
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai t hitung hampir sama
dengan perhitungan melalui software Eviews 9.0 pada tabel
4.18 di atas yang menghasilkan nilai statistik t hitung sebesar
-2,852824 (-2,85281928= t-statistic = -2,852824). Perbedaan
terjadi karena adanya pembulatan.
Nilai t kritis berdasarkan perhitungan adalah sebesar
2,060. Dengan nilai t hitung dimutlakkan sebesar 2,852824.
Dapat disimpulkan bahwa nilai t hitung > nilai t kritis
(2,852824 > 2,060), maka H0 ditolak atau menerima Ha.
Artinya, secara statistik variabel independen signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
Selanjutnya, dilihat dengan membandingkan nilai ρ
dengan nilai α. Nilai probabilitas ρ lebih kecil dari nilai α
126
(0,0086< 0,05), maka kita menolak hipotesis nol (H0) atau
menerima hipotesis alternatif (Ha). Artinya, secara statistik
variabel independen signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Dari
hasil
pengujian
hipotesis
dengan
menggunakan uji t maupun dengan evaluasi nilai p-value
dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS berpengaruh
signifikan terhadap yield spread sukuk.
d. Analisis Regresi dengan Data Panel
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan software Eviews 9.0
maka persamaan regresi dengan data panel dapat dirumuskan sebagai
berikut:
= −1,485093 − 0,128086M
− 0,652571SBIS +
+ 0,326283
Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa:
1) Berdasarkan persamaan regresi di atas diperoleh koefisien regresi
untuk konstanta sebesar negatif 1,485093. Hal ini mengindikasi
bahwa jika keempat variabel X=0 tetap maka yield spread akan
menurun sebesar 1,485093%.
2) Koefisien regresi maturity (X1) sebesar negatif 0,128086 dan
signifikan pada α= 5%. Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat
dikatakan bahwa setiap penurunan 1 tahun akan menaikkan Yield
127
sebesar 0,128086% dengan asumsi variabel lainnya dianggap
konstan.
3) Koefisien regresi volume perdagangan (X2) bernilai positif
0,326283 dan signifikan pada α= 5%. Dengan tingkat
kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan 1 juta
milyar volume perdagangan, maka akan menaikkan yield spread
sukuk sebesar 0,326283% dengan asumsi variabel lainnya
dianggap konstan.
4) Koefisien regresi SBIS (X4) bernilai negatif 0,652571 dan
signifikan pada α= 5%. Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat
dikatakan bahwa setiap kenaikan 1% imbal hasil SBIS, maka
akan menurunkan yield spread sukuk sebesar 0,652571% dengan
asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
e. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa baik
garis regresi yang kita punyai. Dalam hal ini, mengukur seberapa
besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh semua
variabel independen (Widarjono, 2015: 273). Pada penelitian ini nilai
yang digunakan untuk mengukur variasi variabel dependen yang
dijelaskan oleh variabel independen adalah dengan melihat nilai
adjusted R2. Karena nilai adjusted R2 tidak dapat naik maupun turun
apabila ada satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
128
Bersarnya koefisien determinasi (R squared) sebesar 0,701871
dan besarnya koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2)
sebesar 0,654170. Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan lebih
kecil dari nilai koefisien determinasi. Hal ini terjadi karena adanya
penyesuaian koefisien determinasi.
Berdasarkan hasil estimasi regresi menunjukkan angka adjusted
R2 sebesar 65,42%. Angka tersebut menjelaskan bahwa variasi yield
spread sukuk dijelaskan oleh variasi maturity, volume perdagangan,
Amihud illiquidity measure, dan imbal hasil SBIS sebesar 65,42%.
Sedangkan sisanya 34,58% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model.
C. Interpretasi Hasil
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil uji statistik yang telah
dilakukan oleh penulis. Berikut adalah ringkasan uji hipotesis yang telah
dilakukan.
Tabel 4. 19
Ringkasan Pengujian Hipotesis
No
1
Hipotesis
Pengaruh maturity, volume
perdagangan,
Amihud
illiquidity measure, dan imbal
hasil SBIS secara simultan
terhadap yield spread sukuk
Uji
F hitung > F kritis (14,71408
> 2,76)
Prob(F-statistic) 0,000003<
alpha sebesar 0,05
Hasil
H0 ditolak
Ha diterima
Terdapat
pengaruh
simultan
129
No
2
3
4
5
Hipotesis
Uji
Pengaruh maturity secara Nilai t hitung > nilai t kritis
parsial terhadap yield spread (2,992234> 2,060)
sukuk
Probabilitas ρ < nilai α
(0,0062< 0,05)
Hasil
H0 ditolak
Ha diterima
Pengaruh volume perdagangan Nilai t hitung > nilai t kritis
secara parsial terhadap yield (5,069887 > 2,060)
spread sukuk
Nilai probabilitas ρ < nilai α
(0,0000 < 0,05)
H0 ditolak
Ha diterima
Pengaruh Amihud illiquidity Nilai t hitung < nilai t kritis
measure
secara
parsial (0,831530 < 2,060)
terhadap yield spread sukuk
Nilai probabilitas ρ > nilai α
(0,4135> 0,05)
H0 diterima
Ha ditolak
Pengaruh imbal hasil SBIS Nilai t hitung > nilai t tabel
secara parsial terhadap yield (2,852824 > 2,060)
spread sukuk.
Nilai probabilitas ρ < nilai α
(0,0086< 0,05)
Berpengaruh -
Berpengaruh +
Tidak
berpengaruh
signifikan,
Hubungan H0 ditolak
Ha diterima
Berpengaruh -
Sumber: Kumpulan uji hipotesis pada Bab IV, data diolah (2016)
Dari tabel 4.19 menunjukkan terdapat 4 hipotesis yang menolak H0 dan 1
hipotesis yang menerima H0. Empat hipotesis yang menolak H0 yaitu
hipotesis secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen
(no.1), uji parsial variabel X1 (No.2), X2 (No.3), dan X4 (No.5) terhadap
variabel Y. Satu hipotesis yang menerima H0 yaitu uji parsial variabel X3
(No.4). Penjelasan lebih lanjut interpretasi hasil penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Pengaruh Maturity, Volume Perdagangan, Amihud Illiquidity Measure,
dan Imbal Hasil SBIS secara Simultan terhadap Yield Spread Sukuk
Dalam analisis secara simultan dapat diketahui bahwa maturity,
volume perdagangan, Amihud illiquidity measure, dan imbal hasil SBIS
secara simultan berpengaruh terhadap yield spread sukuk. Hal ini sesuai
130
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Friewald et al (2012)
yang membuktikan pengaruh yang signifikan dari variabel maturity,
volume perdagangan, dan Amihud illiquidity measure terhadap yield
spread. Pengaruh yang signifikan dari imbal hasil SBIS terhadap yield
spread juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nielsen et al
(2012) dengan menggunakan swap rate untuk menangkap dampak
lingkungan ekonomi terhadap risiko kredit perusahaan. Nielsen et al
(2012) menggunakan Swap rate sebagai proxy untuk riskfree rates.
2. Pengaruh Maturity secara Parsial terhadap Yield Spread Sukuk
Maturity adalah waktu yang tersisa dari tanggal penerbitan sekuritas
sampai jatuh tempo (Shin dan Kim, 2015). Pada uji hipotesis 2, variabel
maturity berpengaruh signifikan terhadap yield spread dengan hubungan
negatif dengan koefisien 0,128086. Artinya, setiap penurunan 1 tahun
akan menaikkan yield sebesar 0,128086% dengan asumsi variabel lainnya
dianggap konstan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Douglas et al
(2016) dimana maturity berpengaruh positif signifikan terhadap yield
spread. Semakin lama jatuh temo mengimplikasi semakin besar
probabilitas default. Sehingga, yields spread meningkat ketika terjadi
peningkatan maturity.
He dan Milbradt (2013) dalam Shin dan Kim (2015) menyatakan
bahwa maturity yang lebih pendek akan memudahkan perusahaan
131
bergerak dari investor yang tidak efisien kepada investor yang efisien
melalui penerbitan obligasi yang baru. Hal ini menunjukan bahwa
maturity dari obligasi korporasi yang lebih pendek pada umumnya
memiliki pasar sekunder yang lebih likuid. Selain itu juga, pada time to
maturity yang lebih panjang, debtholders (yang bersedia untuk menjual
surat berharga di pasar OTC) lebih cenderung berada dalam posisi
penawaran yang lebih buruk yang mengarahkan kepada diskon yang lebih
besar untuk dijual. Akibatnya, investor dengan time to maturity yang
lebih panjang menanggung biaya transakasi yang lebih tinggi. Sehingga,
maturity akan berpengaruh positif dengan yield spread.
Penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan maturity akan
menyebabkan penurunan yields spread. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Shin dan Kim (2015), Friewald et al (2012), dan Nielsen et al (2012).
Ketika waktu jatuh tempo obligasi semakin panjang, maka akan
menyebabkan yield spread menurun. Hal ini dapat disebabkan karena
pemegang sukuk yang membeli dan menahan sukuk dengan jatuh tempo
yang panjang memiliki tekanan jual tidak setinggi untuk sukuk dengan
maturity yang lebih rendah. Hal ini mengakibatkan spread-nya lebih
rendah.
Alasan tersebut sebagaimana dalam Friewald et al (2012) yang
menyatakan bahwa waktu hingga jatuh tempo yang lebih lama
menunjukkan likuiditas yang lebih rendah untuk obligasi pada periode
normal dan dalam krisis GM / Ford. Namun, efeknya negatif untuk
132
periode subprime. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa, untuk “buy-andhold'' obligasi dengan jatuh tempo yang panjang, tekanan jual tidak
setinggi untuk obligasi yang jatuh tempo lebih pendek
yang
mengakibatkan spread lebih rendah.
Pengaruh negatif maturity terhadap yielad spread hasil penenelitian
ini sebagaimana Shin dan Kim (2015) dimana maturity bertanda negatif.
Tetapi, menunjukkan tanda sebaliknya ketika mengontrol faktor kredit.
Pengaruh maturity terhadap yield spread membentuk pola yang muncul
setelah krisis dimana pengaruh negatif dari maturity berubah menjadi
positif ketika variabel kredit dimasukan bersama-sama. Berdasarkan
pengamatan tersebut, perbedaan pada hasil penelitian ini dapat
disebabkan salah satunya karena perbedaan perlakuan terhadap variabel
maturity sebagai indikator likuiditas.
3. Pengaruh Volume Perdagangan secara Parsial terhadap Yield Spread
Sukuk
Volume perdagangan adalah rata-rata total volume sukuk yang
diperdagangkan
selama
periode
penelitian.
Volume
perdagangan
menggambarkan aktivitas perdagangan sukuk. Pada umumnya, semakin
besar aktivitas perdagangan mengindikasi likuiditas yang semakin besar
(Friewald et al, 2012). Likuiditas yang besar akan menurunkan yield
spread (Chen et al, 2007).
133
Berdasarkan hasil regresi, terlihat dari variabel aktivitas perdagangan
yang diproksikan dengan volume perdagangan mempunyai t-statistik
yang paling tinggi dibandingkan variabel likuiditas yang lain. Pada uji
hipotesis 3, variabel volume perdagangan berpengaruh signifikan positif
terhadap yield spread dengan koefisien 0,326283 pada tingkat signifikansi
yang kuat. Peningkatan 1 persen volume perdagangan, maka akan
menaikkan yield spread sukuk sebesar 0,326283% dengan asumsi
variabel lainnya dianggap konstan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Chen et al (2007) yang
menyatakan bahwa semakin ilikuid suatu obligasi maka akan semakin
tinggi yield spread dan peningkatan likuiditas menyebabkan penurunan
yang signifikan dalam yield spread. Hal itu karena, investor menuntut
premi risko dengan menurunkan harga pada obligasi yang kurang likuid
menyebabkan diperdagangkan lebih jarang dan akan menunjukkan yield
spread yang lebih tinggi. Berdasarkan hal itu, seharusnya likuditas
diperkirakan akan berhubungan negatif terhadap yield spread.
Sebagaimana Friewald et al (2012) membuktikan bahwa proxy
likuiditas aktivitas perdagangan dengan variabel volume perdagangan
menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap yield spread.
Meningkatnya volume perdagangan menunjukkan likuiditas yang lebih
baik. Likuiditas yang baik akan menyebabkan yield spread menurun.
Hasil lain dari penelitian Friewald et al (2012) sama-sama dengan
proxy untuk melihat likuiditas dari aktivitas perdagangan tetapi dengan
134
menggunakan variabel jumlah perdagangan yang menggambarkan
aktivitas perdagangan secara langsung ditemukan hasil yang berbeda.
Berdasarkan hasil, variabel jumlah perdagangan memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap yield spread. Peningkatan jumlah perdagangan
menunjukan secara langsung aktifitas perdagangan yang tinggi atau
dengan kata lain memiliki likuiditas yang tinggi akan berpengaruh
terhadap peningkatan yield spread. Hasil tersebut timbul pada saat krisis
dimana perdagangan regular terbagi kedalam perdagangan yang lebih
kecil karena penurunan umum pada ukuran perdagangan atau karena
tekanan pada sisi jual. Hal itu menyebabkan sebagian besar aturan yang
ada menjadi rusak.
Penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan volume perdagangan
akan menyebabkan peningkatan yields spread. Hasil penelitian ini sesuai
dengan Friewald et al (2012). Penelitian Friewald et al (2012) dengan
model regresi Fama MacBeth menunjukkan hasil bahwa volume
perdagangan bertanda positif pada saat GM Ford dan Subprime Crisis.
Merujuk dari penelitian Friewald et al (2012), pengaruh volume
perdagangan terhadap yield spread yang memiliki hubungan positif
signifikan ini dapat disebabkan karena kondisi pasar sukuk yang diteltiti
memiliki perdagangan yang lebih kecil. Meskipun volume perdagangan
yang mengindikasi likuiditas yang cukup baik tetapi masih bersifat
fluktuatif sehingga tidak serta merta menurunkan yield spread dan
memiliki hubungan yang negatif. Hubungan yang positif dari volume
135
perdagangan terhadap yield spread ini juga sesuai dengan hasil penelitian
Helwege et al (2014).
4. Pengaruh Amihud Illiquidity Measure secara Parsial terhadap Yield
Spread Sukuk
1 dari 5 hipotesis yang menerima H0 yaitu pada hipotesis No.4 untuk
melihat pengaruh Amihud illiquidity measure secara parsial terhadap yield
spread sukuk. Pada uji hipotesis 4, variabel Amihud illiquidity measure
berpengaruh negatif tidak signifikan dengan koefisien 0,138150 terhadap
yield spread sukuk. Hasil penelitian ini tidak signifikan secara statistik
memengaruhi yield spread sukuk.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan ilikuiditas yang
diukur melalui Amihud illiquidity measure tidak secara signifikan akan
meningkatkan yield spread sukuk. Penyebab hasil penelitian ini dapat
ditinjau dari beberapa aspek sebagaimana Huboyojati dan Widyarti
(2010) yang membuktikan likuiditas obligasi yang diproksikan oleh
volume perdagangan berpengaruh tidak signifikan terhadap yield spread
obligasi perusahaan. Faktor pertama dapat dikarenakan keadaan
dilapangan dimana pasar obligasi di Indonesia tidak memiliki likuiditas
yang baik, karena transaksi yang dilakukan diluar bursa atau over the
counter dimana dalam hal ini pasar sukuk juga dilakukan di luar bursa.
Faktor kedua dapat dikarenakan keberagaman proxy likuiditas, dimana
banyak penelitian terdahulu yang menggunakan proxy yang berbeda atas
136
likuiditas obligasi, sehingga kurang adanya kepastian akan proxy
likuiditas. Faktor ketiga dapat dikarenakan kondisi likuiditas sukuk
selama periode pengamatan yang mengalami nilai yang fluktuatif.
Berdasarkan hasil penelitian ini, Amihud illiquidity measure tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap yields spread. Akan tetapi,
Amihud
illiquidity
pengukuran
measure
likuiditas
untuk
dapat
digunakan
mengestimasi
sebagai
dampak
alternatif
harga
dari
perdagangan (price impact of trades). Keuntungan dari ukuran Amihud
ini adalah sederhana untuk dihitung (Shin dan Kim, 2015).
5. Pengaruh Imbal Hasil SBIS secara Parsial terhadap Yield Spread
Sukuk
Pada uji hipotesis 5, variabel imbal hasil SBIS memiliki hubungan
yang negatif dengan yield spread. Pengaruh negatif SBIS terhadap yield
spread juga signifikan dengan koefisien 0,652571. Artinya setiap
kenaikan 1% SBIS, maka akan menurunkan yield spread sukuk sebesar
0,652571 % dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
Huboyojati dan Widyarti (2010) menemukan bahwa variabel tingkat
suku bunga SBI berpengaruh positif signifikan terhadap yield spread
obligasi perusahaan pada sektor finansial dan sektor non-finansial.
Pengaruh suku bunga SBI terhadap harga obligasi adalah negatif, hal ini
berdasarkan pada rumus perhitungan pricing of bonds, dimana dapat
diketahui bahwa pengaruh harga obligasi dengan yield obligasi adalah
137
berbanding terbalik atau negatif. Ketika suku bunga pasar (SBI) naik,
maka harga obligasi akan turun dan yield obligasi akan naik, dan pada
akhirnya spread yang dihasilan akan naik juga, dengan asumsi bahwa
yield obligasi pemerintah yang merupakan benchmark dari perhitungan
yield spread obligasi perusahaan mempunyai nilai yang relatif stabil.
Hasil pengujian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Martin Grades dan
Marcel Peter (2003) dimana variabel risk-free interest rate berpengaruh
signifikan positif terhadap yield spread obligasi perusahaan.
Akan tetapi, hasil regresi penelitian ini menunjukkan SBIS memiliki
hubungan negatif terhadap yield spread pada tingkat signifikan 5%.
Kondisi ini sesuai dengan penelitan Sebastian Utz et al (2016) dan
Nielsen et al (2012). Sebastian Utz et al (2016) menemukan bahwa suku
bunga bebas risiko dengan menggunakan tingkat 1 tahun obligasi German
memiliki hubungan yang negatif terhadap yield spread. Hasil penelitian
Utz et al (2016) tersebut sesuai dengan hasil penelitian Longstaff dan
Schwartz (1995) yang menyatakan bahwa peningkatan pada spot rates
menyebabkan risiko netral yang lebih tinggi pada proses penilaian
perusahaan. Oleh karena itu, kemungkinan gagal dari perusahaan
menurun (Merton 1974) dan selanjutnya yield spread menurun pula.
138
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap
yield spread sukuk dengan mengontrol variabel imbal hasil SBIS pada
periode penelitian 2013-2015. Variabel likuiditas diklasifikasikan menjadi
tiga grup yaitu karakteristik obligasi (bond characteristics) dengan
menggunakan variabel maturity, variabel aktivitas perdagangan (trading
activity variables) dengan menggunakan variabel volume perdagangan, dan
ukuran likuiditas (liquidity measures) dengan menggunakan variabel Amihud
illiquidity measure. Berdasarkan hasil pengolahan data panel dengan common
effect model, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji F (simultan), maturity, volume perdagangan, Amihud
illiquidity measure, dan imbal hasil SBIS secara bersama-sama
(simultan) mempunyai pengaruh terhadap yield spread sukuk korporasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015. Hal ini
menunjukan bahwa maturity, volume perdagangan, dan Amihud illiquidity
measure serta imbal hasil SBIS merupakan variabel yang penting dalam
mengukur yield spread dan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan
bagi investor dalam menginvestasikan dananya dalam instrumen sukuk.
2. Berdasarkan uji t (parsial), secara individual variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap yield spread sukuk yaitu maturity dan volume
139
perdagangan. Sedangkan variabel Amihud illiquidity measure secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap yield spread. Penelitian
ini juga menggunakan variabel kontrol imbal hasil SBIS yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap yield spread. Berdasarkan hasil persamaan
regresi dalam penelitian menunjukkan bahwa maturity dan imbal hasil
SBIS berpengaruh secara negatif terhadap yield spread, volume
perdagangan berpengaruh secara positif terhadap yield spread.
B. Saran
Penelitian ini mengisi kekosongan studi empiris mengenai pengaruh
likuiditas terhadap yield spread sukuk pada pasar sukuk korporasi Indonesia.
Penelitian ini berhubungan erat dengan beberapa pihak yang terkait
diantaranya emiten, investor, regulator, dan akademisi.
1. Bagi emiten penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa likuiditas
sangat penting dalam yield spread sukuk, diharapkan perusahaan dan
pemerintah yang membutuhkan sumber pembiayaan untuk lebih banyak
menerbitkan sukuk sehingga aktivitas perdagangan menjadi lebih likuid
dan menarik investor.
2. Bagi investor penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
berinvestasi
dalam
bentuk
obligasi
syariah
(sukuk)
dengan
mempertimbangkan likuiditas sukuk dengan melihat maturity dan volune
perdagangan yang terjadi di pasar sukuk serta aktif dalam pasar sukuk
karena memiliki potensi perkembangan yang menarik.
140
3. Bagi regulator seperti OJK dan BEI penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan terkait kebijakan sukuk dalam meningkatkan transaksi di
pasar sukuk supaya likuiditas dapat ditingkatkan.
4. Bagi akademisi, dapat menggunakan periode penelitian yang lebih
panjang, menambahkan jumlah sampel penelitian, dan dapat memasukkan
variabel-variabel lain selain Maturity, volume perdagangan, Amihud
illiquidity measure, dan imbal hasil SBIS dalam penelitian ini, seperti
menggunakan proxy likuiditas lain seperti umur, frekuensi perdagangan,
turnover, Roll, bid ask spread, LOT, dan alternatif ukuran likuiditas
lainnya demi menyempurnakan dan memperbaiki penelitian ini.
141
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. “Manajemen Investasi Syariah”. Bandung: Alfabeta, 2010.
Badan Pusat Statistik. “Inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK)”. Artikel
diakses tanggal 26 Februari 2016, dari http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/3
Beritasatu. “Prospek Sukuk Korporasi Cerah”. 2012. Artikel diakses tanggal 10
Februari 2016, dari http://www.beritasatu.com/makro/41117-2012-prospeksukuk-korporasi-cerah.html.
Billah, Mohd Ma’sum.
Pakusengkunyit, 2010.
“Penerapan
Pasar
Modal
Islam”.
Jakarta:
Bodie, Kane, Marcus. “Manajemen Portofolio dan Investasi”. Edisi ke-9. Jakarta:
Salemba Empat, 2014.
Brealey, Myers, & Marcus. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”.
Jakarta: Erlangga, 2008.
Brigham, Eugene F. & Joel F. Houston. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”.
Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Bunaidy, Marcellinus Ricky. “Analisis Deskriptif Likuiditas Obligasi Pemerintah
Republik Indonesia”. Tesis Magister Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2012.
Bursa Efek Indonesia. “Indonesian Capital Market Electronic Library
(ICaMEL)”. Artikel di akses tanggal
15 Agustus 2016, dari
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/programbei/icamel.aspx
-------. “Sejarah”. Artikel di akses tanggal 15 Agustus
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/sejarah.aspx
2016,
dari
Chairul Hadi, Ahmad. “Investasi Syariah: Konsep Dasar dan Implementasi”.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2011.
Chandra, William. “Pengaruh Fraksi Harga dan Satuan Perdagangan terhadap
Likuiditas Bursa Efek Indonesia”. FINESTA Vol.3 No.1 h. 91-95, 2015.
Chen, Long, David A. Lesmond, dan Jason Wei. “Corporate Yield Spread And
Bond Liquidity". The Journal of Finance Vo62 No. 1, 2007.
Danarsari, Dwi Nastiti. “Analisis Selisih Imbal Hasil antara Obligasi Korporasi
dan Obligasi Pemerintah pada Periode Juni 2001-Juni 2004”. Tesis Program
142
Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2005.
Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan. “Roadmap Pasar modal
syariah”.
Artikel
diakses
tanggal
2
Februari
2016,
dari
http://www.ojk.go.id/Files/box/roadmap-pms_2015-2019.pdf.
Direktorat Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang,
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. “Tanya Jawab Surat Berharga
Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan berbasis Syariah”. Edisi
Kedua. Jakarta, 2010.
Douglas, Alan V.S Douglas, Alan G. Huang, dan Kenneth R.Vetzal. “Cash Flow
Volatility and Corporate Bond Yield Spreads”. Rev Quant Finan Acc 46:
417–458, 2016.
Friewald, Nils, Rainer Jankowitsch, dan Marti G Subrahmanyam. “Illiquidity or
credit deterioration: A study of liquidity in the US Corporate Bond Market
During Financial Crises”. Journal of Financial Economic 105: 18-35, 2012.
Hadad, Muliaman Darmansyah. “Laporan Kinerja OJK 2015”. Artikel diakses
tanggal 10 Februari 2016, dari http://www.ojk.go.id/id/berita-dankegiatan/publikasi/Pages/laporan-kinerja-ojk-2015.aspx.
Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Cet 1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
Helwege, Jean, Jing-Zhi Huang, dan Yuan Wang. “Liquidity Effect in Corporate
Bond Spreads”. Journal of Banking and Finance 45: 105-116 , 2014.
Hendrawan, Dedy. “Likuiditas Sebagai Faktor Determinan Premi Risiko Obligasi
Konvensional Dan Sukuk Ijarah”. Tesis Program Studi Timur Tengah dan
Islam Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008.
Huboyojati, Hanung dan Endang Tri Widyarti. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku
Bunga SBI, Likuiditas Obligasi, Rating Obligasi, Dan Return On Equity
Perusahaan Terhadap Yield Spread Obligasi Perusahaan (Studi Komparasi
Obligasi Perusahaan Finansial Dan Non-Finansial Yang Tercatat Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2007-2008”. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi
Vol 7, No.1, 2010.
Indonesia Bond Pricing Agency.
“Daftar Lengkap Obligasi dan Sukuk
Korporasi”.
Artikel
diakses
tanggal
3
Maret
2016,
dari
http://ibpa.co.id/DataPasarSuratUtang/Korporasi/tabid/116/Default.aspx
Jogiyanto, Hartono. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE, 2010.
143
Keown, J Arthur, John D. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott, JR.
“Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan”. Edisi kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: Indeks, 2011.
Krisnilasari, Monica. “Analisis Pengaruh Likuiditas Obligasi, Coupon, dan
Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi Terhadap Perubahan Harga Obligasi
Di Bursa Efek Surabaya”. Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2007.
Manan, Abdul. “Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama”. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana, 2012.
Nielsen, Jens Dick, Nielsen, Peter Feldhutter, dan David Lando. “Corporate Bond
Liquidity Before and After the Onset of The Subprime Crisis”. Journal of
Financial Economic 103: 471-492, 2012.
Nurhasanah. “Hubungan Antara Likuiditas Dan Harga Sukuk Serta FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya”. Tesis Pascasarjana Univesitas Indonesia,
2011.
PT Indosat Tbk. “Laporan Keuangan dan Tahunan”. Artikel di akses tanggal 22
Agustus
2016,
dari
http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
PT PLN (Persero). “Laporan Tahunan”. Artikel di akses tanggal 22 Agustus
2016, dari http://www.pln.co.id/blog/laporan-tahunan/
PT Sumberdaya Sewatama. “Laporan Keuangan dan Tahunan”. Artikel di akses
tanggal
22
Agustus
2016,
dari
http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
PT Summarecon Agung Tbk. “Laporan Keuangan dan Tahunan”. Artikel di
akses tanggal 22 Agustus 2016, dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. “Laporan Keuangan dan Tahunan”. Artikel di
akses tanggal 22 Agustus 2016, dari http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
Putri, Eka Lestari Hafqi. “Pengaruh Risiko Likuiditas Perusahaan Terhadap Yield
Spread Obligasi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 3, 2013.
Rahardjo, Sapto. “Panduan Investasi Obligasi”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Cet 1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
144
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan”. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2010.
Sharpe, William F, Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey. “Investasi”. Jilid
1. Edisi 6. Jakarta: Indeks, 2005.
Shin, Dongheon dan Baeho Kim. “Liquidity and Credit risk before and after the
global financial crisis: Evidence from the Korean Corporate Bond Market”.
Paciļ¬c-Basin Finance Journal 33: 38–61, 2015.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan moneter dan
Perbankan”. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2005.
Siskawati, Eka. “Perkembangan Obligasi Syariah di Indonesia: Suatu Tinjauan”.
Jurnal Akuntansi & Manajemen ISSN 18583687 Vol. 5, No.2, h. 1-9, 2010.
Sudana, I Made. “Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik”.
Erlangga, 2011.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Bandung:
Alfabeta, 2010.
Suliyanto. “Ekonometrika terapan-Teori
Yogyakarta: CV Andi Offset, 2011.
dan
aplikasi
dengan
SPSS”.
Sundjaja, Ridwan S, Inge Berlian, dan Dharma Putra Sundjaja. “Manajemen
Keuangan”. Bandung: Literata Lintas Media, 2010.
Sutedi, Adrian. “Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan
Prinsip Syariah”. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Tandelilin, Eduardus. “Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi”. Edisi
pertama. Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Thomas, Abdulkader. “Islamic Capital Market Series: SUKUK”. Malaysia:
Sweet & Maxwell Asia, 2009.
TICMI. “Profil Perusahaan”. Artikel di akses tanggal 22 Agustus 2016, dari
http://ticmi.co.id/sejarah
Utz, Sebastian, Martina Weber, dan Maximilian Wimmer. “German Mittelstand
Bonds: Yield Spreads and Liquidity”. Journal Bussines and Economic 86:
103-129, 2016.
Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat Terapan”. Yogyakarta: Unit
Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2010.
145
-------. “Ekonometrik Pengantar dan Aplikasinya”. Edisi ketiga. Yogyakarta:
Ekonisia, 2009.
-------. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan EViews”.
Edisi keempat. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN, 2013.
-------. “Statistika Terapan dengan Excel dan SPSS”. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2015.
Wijayanto, Setyo. “Strategi Jitu Investasi Obligasi Korporasi”. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2015.
Wikipedia. “Bursa Efek Indonesia”. Artikel diakses tanggal 15 Agustus, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia
146
LAMPIRAN
Lampiran 1: Sampel Sukuk Korporasi
N
o
Kode
1
PPLN08C
2
SIKPPLN01
3
SIKPPLN04B
4
SIPPLN01CN1
5
SIPPLN1ACN2
6
SIKISAT04B
7
SIISAT05
8
SISSMM01
9
SIAISA01
10
SISMRA01CN1
Nama Sukuk
Listed
Mature
Face
Value
(Bill.Rp)
Fee
Ijarah
Interest
Freq
(bln)
Tenure
(Thn)
Obligasi Syariah Ijarah
PLN I Tahun 2006
Sukuk Ijarah PLN II
Tahun 2007
Sukuk Ijarah PLN V
Tahun 2010 Seri B
Sukuk Ijarah
Berkelanjutan I PLN
Tahap I Tahun 2013
Sukuk Ijarah
Berkelanjutan I PLN
Tahap II Tahun 2013 Seri
A
Sukuk Ijarah indosat IV
tahun 2009 Seri B
Sukuk Ijarah Indosat V
Tahun 2012
Sukuk Ijarah Sumberdaya
Sewatama I Tahun 2012
Sukuk Ijarah TPS Food I
Tahun 2013
Sukuk Ijarah
Berkelanjutan I
Summarecon Agung
Tahap I Tahun 2013
22-Jun06
21-Jun16
200
13.60%
3
10
11-Jul-07
10-Jul-17
300
10.40%
3
10
9-Jul-10
8-Jul-22
340
10.40%
3
12
8-Jul-13
5-Jul-20
121
8%
3
7
11-Dec13
10-Dec18
321
9%
3
5
9-Dec-09
8-Dec-16
172
11.75%
3
7
28-Jun12
27-Jun19
30-Nov17
300
8.625%
3
7
200
9.60%
3
5
3-Dec-12
8-Apr-13
5-Apr-18
300
10.25%
3
5
12-Dec13
11-Dec18
150
10.85%
3
5
Sumber: IDX factbook 2013-2015 dan Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Lampiran 2: Sukuk Pemerintah dengan Time To Maturity yang Mendekati
N
o
Kode
1
IFR0002
2
IFR0005
3
IFR0007
4
PBS006
Nama Sukuk
Surat Berharga Syariah Negara RI
Seri IFR-0002
Surat Berharga Syariah Negara RI
Seri IFR-0005
Surat Berharga Syariah Negara RI
Seri IFR-0007
Sukuk Negara Seri PBS0006
Listed
Mature
Nominal
(Mill.Rp)
Coupon
Rate
Tenure
(Thn)
27-Aug-08
15-Aug-18
1985000
11.95%
10
22-Jan-10
15-Jan-17
1171000
9.00%
7
22-Jan-10
15-Jan-25
1547000
10.25%
15
20-Sep-13
15-Sep-20
914000
8.25%
7
Sumber: IDX factbook 2013-2015 dan Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
147
Lampiran 3: Data Variabel Penelitian
Keterangan
Tahun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sampel
PPLN08C
SIKPPLN01
SIKPPLN04B
SIPPLN01CN1
SIPPLN01ACN2
SIKISAT04B
SIISAT05
SISSMM01
SIAISA01
10
SISMRA01CN1
Variabel
X1
X2
Maturity
(thn)
Vol (Bill
RP)
X3
Y
Kontrol
ln Volume
(%)
Amihud
(%)
Yield
Spread
(%)
SBIS
(%)
2013
3
210.90
26.07465
0.82934
2.91615
6.07986
2014
2
108.60
25.41094
0.51952
1.14132
7.04326
2015
1
73.00
25.01373
0.23675
2.17823
6.83988
2013
4
269.00
26.31798
1.59437
1.71804
6.07986
2014
3
17.00
23.55648
0.29115
1.66458
7.04326
2015
2
50.00
24.63529
0.51159
1.72216
6.83988
2013
9
402.40
26.72071
0.20303
1.88630
6.07986
2014
8
164.00
25.82313
0.00436
1.52222
7.04326
2015
7
26.00
23.98136
0.32826
0.93148
6.83988
2013
7
21.10
23.77254
0.16340
0.18725
6.07986
2014
6
20.00
23.71900
0.06747
0.84448
7.04326
2015
5
17.00
23.55648
4.04227
1.20159
6.83988
2013
5
38.00
24.36085
0.00667
2.10927
6.07986
2014
4
4.00
22.10956
0.27259
0.81927
7.04326
2015
3
12.00
23.20817
0.81221
0.34082
6.83988
2013
3
160.00
25.79844
0.12792
5.14627
6.07986
2014
2
138.00
25.65052
1.35501
2.85150
7.04326
2015
1
18.50
23.64104
0.85077
1.30035
6.83988
2013
6
776.40
27.37793
0.10554
1.32913
6.07986
2014
5
42.00
24.46094
0.43857
1.40714
7.04326
2015
4
28.00
24.05547
0.19442
0.90101
6.83988
2013
4
673.00
27.23501
0.38488
2.33698
6.07986
2014
3
120.50
25.51492
0.32084
2.21679
7.04326
2015
2
33.90
24.24668
0.71661
1.80876
6.83988
2013
5
1029.20
27.65980
0.29391
3.20890
6.07986
2014
4
572.70
27.07363
1.06897
2.03381
7.04326
2015
3
238.26
26.19663
0.43709
1.99454
6.83988
2013
5
84.00
25.15408
0.34393
3.96524
6.07986
2014
4
183.00
25.93275
0.39010
2.13878
7.04326
2015
3
143.00
25.68611
0.46508
1.71513
6.83988
Sumber: IDX factbook 2013-2015 dan Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah
(2016)
148
Lampiran 4: Lampiran Perhitungan Variabel Yield Spread
Kode Sukuk
Tahun
Matu
rity
(thn)
PPLN08C
YTM
korporasi
(%)
YTM
pemerintah
(%)
Yield
Spread
(%)
2013
3
9.51988
6.60373 2.91615
2014
2
9.22484
8.08352 1.14132
2015
1
10.20454
8.02631 2.17823
SIKPPLN01
2013
4
8.32177
6.60373 1.71804
2014
3
9.74809
8.08352 1.66458
2015
2
9.74846
8.02631 1.72216
SIKPPLN04B
2013
9
9.55904
7.67274 1.88630
2014
8
10.22544
8.70323 1.52222
2015
7
9.49505
8.56357 0.93148
SIPPLN01CN1
2013
7
8.21840
8.03115 0.18725
2014
6
8.96196
8.11748 0.84448
2015
5
9.48907
8.28748 1.20159
SIPPLN01ACN2
2013
5
8.99019
6.88092 2.10927
2014
4
9.25652
8.43725 0.81927
2015
3
9.23965
8.89883 0.34082
SIKISAT04B
2013
3
11.75000
6.60373 5.14627
2014
2
10.93502
8.08352 2.85150
2015
1
9.32666
8.02631 1.30035
SIISAT05
2013
6
8.21005
6.88092 1.32913
2014
5
9.84439
8.43725 1.40714
2015
4
9.79984
8.89883 0.90101
SISSMM01
2013
4
9.21790
6.88092 2.33698
2014
3
10.65405
8.43725 2.21679
2015
2
10.70759
8.89883 1.80876
SIAISA01
2013
5
10.08982
6.88092 3.20890
2014
4
10.47106
8.43725 2.03381
2015
3
10.89337
8.89883 1.99454
SISMRA01CN1
2013
5
10.84617
6.88092 3.96524
2014
4
10.57603
8.43725 2.13878
2015
3
10.61396
8.89883 1.71513
Sumber: IDX factbook 2013-2015 dan Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015,
data diolah (2016)
149
Lampiran 5: Contoh Perhitungan YTM Korporasi Seri Sukuk PPLN08C
T
h
n
Bulan
[f]
Face
Value
(Bill.
Rp)
Trade Date
Mature
2
0
1
3
2
0
1
4
2
0
1
5
[P]
Price
Bond
(Bill
Rp)
[C]
Kup
on
(Bill
RP)
Sisa
waktu
Jatuh
tempo
[n]
[f]-[p]
[f]-[p]/n
[f]+[p]
[f]+[p]/2
YTM
Jan 13
10-Jan-13
21-Jun-16
200
235.26
27.2
3.44
-35.26
-10.2375
435.2600
217.6300
7.7942%
Apr 13
18-Apr-13
21-Jun-16
200
226.40
27.2
3.18
-26.40
-8.3126
426.4000
213.2000
8.8590%
Jun 13
11-Jun-13
21-Jun-16
200
227.00
27.2
3.03
-27.00
-8.9166
427.0000
213.5000
8.5637%
Aug 13
21-Aug-13
21-Jun-16
200
200.00
27.2
2.83
0.00
0.0000
400.0000
200.0000
13.6000%
Oct 13
21-Oct-13
21-Jun-16
200
223.00
27.2
2.67
-23.00
-8.6250
423.0000
211.5000
8.7825%
Feb 14
25-Feb-14
21-Jun-16
200
216.04
27.2
2.32
-16.04
-6.9185
416.0400
208.0200
9.7498%
Mar 14
14-Mar-14
21-Jun-16
200
220.88
27.2
2.27
-20.88
-9.1917
420.8825
210.4413
8.5574%
Nov 14
14-Nov-14
21-Jun-16
200
212.24
27.2
1.60
-12.24
-7.6439
412.2400
206.1200
9.4877%
Dec 14
24-Dec-14
21-Jun-16
200
212.56
27.2
1.49
-12.56
-8.4194
412.5600
206.2800
9.1044%
Aug 15
28-Aug-15
21-Jun-16
200
207.70
27.2
0.81
-7.70
-9.4570
407.7000
203.8500
8.7039%
oct 15
29-Oct-15
21-Jun-16
200
206.68
27.2
0.64
-6.68
-10.3597
406.6800
203.3400
8.2819%
Nov 15
19-Nov-15
21-Jun-16
200
206.20
27.2
0.59
-6.20
-10.5544
406.2000
203.1000
8.1958%
Dec 15
21-Dec-15
21-Jun-16
200
198.04
27.2
0.50
1.96
3.9200
398.0400
199.0200
15.6366%
YTM
RATARATA
THN
9.5199
%
9.2248
%
10.2045
%
Sumber: IDX factbook 2013-2015 dan Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Lampiran 6: Contoh Perhitungan YTM Pemerintah Seri Sukuk IFR005
T
h
n
Bul
an
2
0
1
3
2
0
1
4
2
0
1
5
Mar
13
Nov
13
Sep
14
Oct
14
Apr
15
Dec
15
Trade
Date
27-Mar13
18-Nov13
10-Sep14
6-Oct-14
9-Apr-15
28-Dec15
Mature
15-Jan17
15-Jan17
15-Jan17
15-Jan17
15-Jan17
15-Jan17
[f] Face
Value
(Mill
Rp)
[P] Price
Bond
(Mill
Rp)
1171000
1329905
1171000
1199924
1171000
1198519
1171000
1189033
1171000
1202910
1171000
1174630
[C]
Kup
on
(Mill
RP)
1053
90
1053
90
1053
90
1053
90
1053
90
1053
90
Sisa
wkt
Jth
tmp
[n]
thn
[f]-[p]
[f]-[p]/n
[f]+[p]
[f]+[p]/2
YTM
3.81
-158904.7
-41749.6
2500904.7
1250452
5.0894%
3.16
-28923.7
-9153.32
2370923.7
1185462
8.1181%
2.35
-27518.5
-11714.6
2369518.5
1184759
7.9067%
2.28
-18033.4
-7916.71
2360033.4
1180017
8.2603%
1.77
-31909.75
-18018.1
2373909.8
1186955
7.3610%
1.05
-3630.1
-3453.64
2345630.1
1172815
8.6916%
Sumber: IDX factbook 2013-2015 dan Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
150
YTM
ratarata
(thn)
6.6037
%
8.0835
%
8.0263
%
Lampiran 7: Perhitungan Variabel Maturity
Kode Sukuk
Tahun
Settlement date
PPLN08C
Maturity date
Maturity
(thn)
2013
22-Jun-13
21-Jun-16
3
2014
22-Jun-14
21-Jun-16
2
2015
22-Jun-15
21-Jun-16
1
SIKPPLN01
2013
11-Jul-13
10-Jul-17
4
2014
11-Jul-14
10-Jul-17
3
2015
11-Jul-15
10-Jul-17
2
SIKPPLN04B
2013
9-Jul-13
8-Jul-22
9
2014
9-Jul-14
8-Jul-22
8
2015
9-Jul-15
8-Jul-22
7
SIPPLN01CN1
2013
8-Jul-13
5-Jul-20
7
2014
8-Jul-14
5-Jul-20
6
2015
8-Jul-15
5-Jul-20
5
SIPPLN01ACN2 2013
11-Dec-13
10-Dec-18
5
2014
11-Dec-14
10-Dec-18
4
2015
11-Dec-15
10-Dec-18
3
SIKISAT04B
2013
9-Dec-13
8-Dec-16
3
2014
9-Dec-14
8-Dec-16
2
2015
9-Dec-15
8-Dec-16
1
SIISAT05
2013
28-Jun-13
27-Jun-19
6
2014
28-Jun-14
27-Jun-19
5
2015
28-Jun-15
27-Jun-19
4
SISSMM01
2013
3-Dec-13
30-Nov-17
4
2014
3-Dec-14
30-Nov-17
3
2015
3-Dec-15
30-Nov-17
2
SIAISA01
2013
8-Apr-13
5-Apr-18
5
2014
8-Apr-14
5-Apr-18
4
2015
8-Apr-15
5-Apr-18
3
SISMRA01CN1
2013
12-Dec-13
11-Dec-18
5
2014
12-Dec-14
11-Dec-18
4
2015
12-Dec-15
11-Dec-18
3
Sumber: IDX factbook 2013-2015 dan Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015,
data diolah (2016)
151
Lampiran 8: Perhitungan Volume Perdagangan
Kode Sukuk
Tahun
Volume (Bill RP) ln Volume (%)
PPLN08C
2013
210.90
26.07465
2014
108.60
25.41094
2015
73.00
25.01373
SIKPPLN01
2013
269.00
26.31798
2014
17.00
23.55648
2015
50.00
24.63529
SIKPPLN04B
2013
402.40
26.72071
2014
164.00
25.82313
2015
26.00
23.98136
SIPPLN01CN1
2013
21.10
23.77254
2014
20.00
23.71900
2015
17.00
23.55648
SIPPLN01ACN2
2013
38.00
24.36085
2014
4.00
22.10956
2015
12.00
23.20817
SIKISAT04B
2013
160.00
25.79844
2014
138.00
25.65052
2015
18.50
23.64104
SIISAT05
2013
776.40
27.37793
2014
42.00
24.46094
2015
28.00
24.05547
SISSMM01
2013
673.00
27.23501
2014
120.50
25.51492
2015
33.90
24.24668
SIAISA01
2013
1029.20
27.65980
2014
572.70
27.07363
2015
238.26
26.19663
SISMRA01CN1
2013
84.00
25.15408
2014
183.00
25.93275
2015
143.00
25.68611
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
152
Lampiran 9: Contoh Perhitungan Volume Perdagangan Seri Sukuk
PPLN08C
Total
Vol
Total
Trade
Vol (dlm thn
Trade
Vol (dlm
Thn Date
Bio)
(Bio)
Thn Date
Bio)
2013 10-Jan-13 12
210.9
14-Nov-14 6
18-Apr-13 30
24-Dec-14 8
18-Apr-13 30
2015 13-Aug-15 8.4
18-Apr-13 30
26-Aug-15 1.5
11-Jun-13 0.3
27-Aug-15 3
11-Jun-13 0.3
28-Aug-15 8
11-Jun-13 0.3
6-Oct-15
6
21-Aug-13 50
12-Oct-15 12
21-Aug-13 50
28-Oct-15 2.3
21-Oct-13 4
29-Oct-15 1
21-Oct-13 4
2-Nov-15 3.6
2014 3-Feb-14
1.2
108.6
4-Nov-15 1.5
3-Feb-14
1.2
5-Nov-15 1
10-Feb-14 24
12-Nov-15 3.5
10-Feb-14 24
18-Nov-15 3.7
11-Feb-14 16
19-Nov-15 2.4
11-Feb-14 16
11-Dec-15 2.1
25-Feb-14 2.6
15-Dec-15 5
25-Feb-14 2.6
16-Dec-15 4
13-Mar-14 6
21-Dec-15 4
14-Mar-14 1
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
153
Vol
thn
(Bio)
73.00
Lampiran 10: Perhitungan Variabel Amihud Illiquidity Measure
Kode Sukuk
Tahun
PPLN08C
Amihud (%)
2013
2014
2015
SIKPPLN01
2013
2014
2015
SIKPPLN04B
2013
2014
2015
SIPPLN01CN1
2013
2014
2015
SIPPLN01ACN2
2013
2014
2015
SIKISAT04B
2013
2014
2015
SIISAT05
2013
2014
2015
SISSMM01
2013
2014
2015
SIAISA01
2013
2014
2015
SISMRA01CN1
2013
2014
2015
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
154
0.82934
0.51952
0.23675
1.59437
0.29115
0.51159
0.20303
0.00436
0.32826
0.16340
0.06747
4.04227
0.00667
0.27259
0.81221
0.12792
1.35501
0.85077
0.10554
0.43857
0.19442
0.38488
0.32084
0.71661
0.29391
1.06897
0.43709
0.34393
0.39010
0.46508
Lampiran 11: Contoh Perhitungan Amihud Illiquidity Measure Seri Sukuk
PPLN08C
Ta
hu
n
20
13
20
14
20
15
TRADE
DATE
LAST
PRICE
(%)
TOT.
VOL.
(Dlm
BIO)
13-Dec-12
117.28
1
10-Jan-13
117.63
12
18-Apr-13
113.20
30
18-Apr-13
113.20
30
18-Apr-13
113.20
30
11-Jun-13
113.50
0.3
11-Jun-13
113.50
0.3
11-Jun-13
113.50
0.3
21-Aug-13
100.00
50
21-Aug-13
100.00
50
21-Oct-13
111.50
4
21-Oct-13
111.50
4
3-Feb-14
108.82
1.2
3-Feb-14
108.82
1.2
10-Feb-14
95.17
24
10-Feb-14
95.17
24
11-Feb-14
103.20
16
11-Feb-14
103.20
16
25-Feb-14
108.02
2.6
25-Feb-14
108.02
2.6
13-Mar-14
110.42
6
14-Mar-14
110.44
1
14-Nov-14
106.12
6
24-Dec-14
106.28
8
13-Aug-15
104.10
8.4
26-Aug-15
102.99
1.5
27-Aug-15
102.97
3
28-Aug-15
103.85
8
6-Oct-15
98.42
6
12-Oct-15
103.26
12
28-Oct-15
103.32
2.3
29-Oct-15
103.34
1
2-Nov-15
102.44
3.6
4-Nov-15
102.58
1.5
5-Nov-15
102.55
1
12-Nov-15
102.64
3.5
18-Nov-15
102.87
3.7
19-Nov-15
103.10
2.4
11-Dec-15
102.86
2.1
15-Dec-15
102.58
5
Tk.
Pngmblian
(Rt)
Amihud (per
transaksi)
Amihud
(X3)
(harian)
Amihud (X3)
(Bln)
0.002984
0.037660
0.037660
0.037660
0.002650
0.002650
0.002650
0.118943
0.118943
0.115000
0.115000
0.000249
0.001255
0.001255
0.001255
0.008834
0.008834
0.008834
0.002379
0.002379
0.028750
0.028750
0.000249
0.001255
0.000249
0.001255
0.008834
0.008834
0.002379
0.002379
0.028750
0.028750
0.024036
0.024036
0.125437
0.125437
0.084375
0.084375
0.046705
0.046705
0.022218
0.000192
0.039127
0.001508
0.020030
0.020030
0.005227
0.005227
0.005273
0.005273
0.017964
0.017964
0.003703
0.000192
0.006521
0.000188
0.020030
0.012123
0.003703
0.000192
0.006521
0.000188
0.001948
0.020512
0.010663
0.000194
0.008546
0.052287
0.049177
0.000581
0.000194
0.008709
0.001367
0.000292
0.000878
0.002241
0.002236
0.002328
0.002722
0.002442
0.007109
0.000065
0.001068
0.008714
0.004098
0.000253
0.000194
0.002419
0.000911
0.000292
0.000251
0.000606
0.000932
0.001108
0.000544
0.002442
0.007109
0.000065
0.001068
0.008714
0.004098
0.000253
0.000194
0.002419
0.000911
0.000292
0.000251
0.000606
0.000932
0.001108
0.000544
0.002671
155
Amihud
(Thn)
0.008293
0.005195
Amihud
(Thn)
dlm %
0.8293
0.5195
0.005227
0.005273
0.017964
0.006521
0.000188
0.003315
0.000902
0.002582
0.002367
0.2367
Ta
hu
n
TRADE
DATE
LAST
PRICE
(%)
TOT.
VOL.
(Dlm
BIO)
16-Dec-15
102.57
4
21-Dec-15
99.02
4
Tk.
Pngmblian
(Rt)
0.000097
0.034611
Amihud (per
transaksi)
0.000024
0.008653
Amihud
(X3)
(harian)
Amihud (X3)
(Bln)
Amihud
(Thn)
0.000024
0.008653
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah (2016)
Lampiran 12: Perhitungan Imbal Hasil SBIS
SBIS
SBIS
Tahun Tanggal
(9bln)
Tahun Tanggal
(9bln)
2013
10-Jan-13
4.84021%
13-Jun-14
7.13715%
13-Feb-13
4.86119%
11-Jul-14
7.09418%
13-Mar-13
4.86950%
15-Aug-14
6.97263%
11-Apr-13
4.89075%
12-Sep-14
6.88248%
15-May-13
5.02275%
9-Oct-14
6.84809%
13-Jun-13
5.27558%
14-Nov-14
6.86651%
11-Jul-13
5.52051%
12-Dec-14
6.90129%
15-Aug-13
5.85743%
SBIS (thn) 7.04326%
12-Sep-13
6.60944%
2015
16-Jan-15
6.93347%
19-Sep-13
6.95555%
20-Feb-15
6.67192%
2-Oct-13
6.96715%
19-Mar-15
6.65157%
9-Oct-13
6.98025%
17-Apr-15
6.65972%
30-Oct-13
6.97042%
22-May-15
6.66058%
13-Nov-13
7.21565%
19-Jun-15
6.66592%
27-Nov-13
7.22435%
24-Jul-15
6.68538%
12-Dec-13
7.21695%
21-Aug-15
6.75%
18-Sep-15
7.10%
SBIS (thn) 6.07986%
2014
9-Jan-14
7.23217%
16-Oct-15
7.10%
14-Feb-14
7.17434%
20-Nov-15
7.10%
14-Mar-14
7.12591%
18-Dec-15
7.10%
11-Apr-14
7.13529%
SBIS (thn) 6.83988%
9-May-14
7.14912%
Sumber: Bank Indonesia, data diolah (2016)
156
Amihud
(Thn)
dlm %
Lampiran 13: Pemilihan Model Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: CHOW
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square
Statistic
d.f.
Prob.
1.557759
18.878088
(9,16)
9
0.2104
0.0262
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: YIELD
Method: Panel Least Squares
Date: 09/15/16 Time: 00:06
Sample: 2013 2015
Periods included: 3
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 30
Variable
Coefficient
C
MATURITY
VOLUME
AMIHUD
SBIS
0.742329
-0.193929
0.300317
-0.070594
-0.841933
R-squared
0.429897
Adjusted R-squared 0.338681
S.E. of regression
0.837524
Sum squared resid
17.53617
Log likelihood
-34.51418
F-statistic
4.712939
Prob(F-statistic)
0.005673
Std. Error
t-Statistic
5.093127 0.145751
0.083749 -2.315608
0.124091 2.420147
0.209286 -0.337307
0.427814 -1.967988
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.8853
0.0291
0.0231
0.7387
0.0603
1.851250
1.029893
2.634279
2.867812
2.708988
1.489298
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah
dengan Eviews 9.0 (2016)
157
Lampiran 14: Pemilihan Model Uji LM
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and onesided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section
Time
Both
Breusch-Pagan
0.089832
(0.7644)
0.295922
(0.5865)
0.385754
(0.5345)
Honda
-0.299720
--
-0.543987
--
-0.596591
--
King-Wu
-0.299720
--
-0.543987
--
-0.619856
--
Standardized Honda
0.064848
(0.4741)
0.598593
(0.2747)
-3.344558
--
Standardized KingWu
Gourierioux, et al.*
0.064848
(0.4741)
--
0.598593
(0.2747)
--
-3.191070
-0.000000
(>= 0.10)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1%
7.289
5%
4.321
10%
2.952
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah
dengan Eviews 9.0 (2016)
158
Lampiran 15: Hasil Estimasi Data Panel Terpilih (Common Effect)
Dependent Variable: YIELD
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 09/14/16 Time: 23:11
Sample: 2013 2015
Periods included: 3
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 30
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
MATURITY
VOLUME
AMIHUD
SBIS
-1.485093
-0.128086
0.326283
-0.138150
-0.652571
2.713829
0.042806
0.064357
0.166140
0.228746
-0.547231
-2.992234
5.069887
-0.831530
-2.852824
0.5891
0.0062
0.0000
0.4135
0.0086
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.701871
0.654170
0.787860
14.71408
0.000003
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
2.819462
2.422798
15.51808
2.022942
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.403430
18.35031
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
1.851250
1.362486
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah
dengan Eviews 9.0 (2016)
Lampiran 16: Pengujian Multikolinieritas dengan Matriks korelasi
MATURITY
VOLUME
AMIHUD
SBIS
MATURITY
1.000000
0.128743
-0.150607
-0.315253
VOLUME
0.128743
1.000000
-0.118793
-0.432738
AMIHUD
-0.150607
-0.118793
1.000000
0.119554
SBIS
-0.315253
-0.432738
0.119554
1.000000
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah dengan Eviews 9.0
(2016)
159
Lampiran 17: Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White
Dependent Variable: RESID01^2
Method: Panel Least Squares
Date: 09/14/16 Time: 23:15
Sample: 2013 2015
Periods included: 3
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 30
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
MATURITY
VOLUME
AMIHUD
SBIS
14.79581
-0.117169
-0.093719
-0.122798
-1.694734
7.890537
0.129748
0.192248
0.324237
0.662792
1.875134
-0.903047
-0.487489
-0.378728
-2.556964
0.0725
0.3751
0.6302
0.7081
0.0170
R-squared
0.224098
Adjusted R-squared 0.099954
S.E. of regression
1.297536
Sum squared resid
42.09000
Log likelihood
-47.64735
F-statistic
1.805140
Prob(F-statistic)
0.159408
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.611677
1.367688
3.509823
3.743356
3.584532
1.276228
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah
dengan Eviews 9.0 (2016)
Lampiran 18: Pengujian Normalitas Dengan Metode Jarque-Bera
7
Series: Standardized Residuals
Sample 2013 2015
Observations 30
6
5
4
3
2
1
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.016412
0.090399
1.358328
-1.245721
0.731319
-0.099315
2.281235
Jarque-Bera
Probability
0.695096
0.706418
0
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
Sumber: Daily Trading Bond ICaMEL 2013-2015, data diolah dengan Eviews 9.0 (2016)
160
Lampiran 19: Tabel Distribusi t
Sumber: Agus Widarjono, 2013: 375
161
Lampiran 20: Tabel Distribusi F (α=5%)
Sumber: Agus Widarjono, 2013: 377
162
Lampiran 21: Tabel Distribusi Chi Squares
Sumber: Agus Widarjono, 2013: 378
163
Lampiran 22: Tabel Durbin-Watson: Nilai dL dan dU pada tingkat
signifikan 5%
Sumber: Agus Widarjono, 2013: 379
164
Download