TENTIR MINGGU PERTAMA MODUL PENGINDERAAN Siepend Tentir tk 3 fkui 2007 NICHI-DEVI-PIWI-ANNISA PN-IRA-FITRI-NAFISAH-AGHIS Masalah Klinik pada Sistem Pendengaran dan Keseimbangan Jenny Bashiruddin—THT FKUI Jakarta Anatomi dan Fisiologi Telinga Masalah: Infeksi, Kelainan Degeneratif, Neoplasma, Trauma Patogenesis Gangguan Pendengaran: 3 jenis gangguan pendengaran yakni tuli konduksi (melibatkan telinga luar, telinga tengah), tuli sensorineural (melibatkan telinga dalam), dan tuli campur (melibatkan telinga luar/tengah dan telinga dalam). Tuli konduktif Kelainan di telinga luar: Kelainan kongenital : Atresia liang telinga Mikrotia Otitis Eksterna Osteoma liang telinga Sumbatan serumen Kelainan di telinga tengah : Gangguan fungsi tuba eustakhius Barotrauma Otitis media Otosklerosis, Timpanosklerosis Hemotimpanum Dislokasi tulang pendengaran Tuli Sensorineural Kelainan di telinga dalam (koklea): Presbiakusis Tuli akibat bising Tuli akibat obat ototoksik Tuli mendadak Trauma Kapitis Tuli Campurkelainan di telinga tengah dan dalam Presbiakusis Patologi : Atrofi & perubahan vaskuler pd stria vaskularis Degenerasi sel-sel rambut penunjang di organ Corti Berkurangnya jumlah & ukuran sel ganglion & saraf Tuli Akibat Bising Patologi : Kerusakan bagian organ Corti : membran, stereosilia, sel rambut, Kerusakan organ subseluler, stria vaskularis Tuli akibat obat ototoksik Patologi : Kerusakan sel rambut Kerusakan stria vaskularis Tuli Mendadak Patologi : Iskemia koklea akibat spasme,trombosis atau perdarahan A.Auditiva Interna Menyebabkan degenerasi sel ganglion stria vaaskula: ris & ligamen spiralis Kerusakan sel rambut tidak luas Infeksi virus : parotis,varisela,variola Dapat reversible Keseimbangan Sistem vestibular berinteraksi dengan banyak bagian lain sistem saraf. Gejala dapat juga dialami sebagai masalah pada penglihatan, otot, proses piker, dan memori Mempertahankan keseimbangan bergantung pada input dari beberapa sumber 1. The inner ears, or vestibular sistem – sensory hair cells within the inner ear monitor the position and motion of the head in the environment 2. The eye – visual cues are important in maintaining balance and oculomotor control 3. Skin pressure receptors – provide information about which part of the body is in contact with the ground 4. Muscle and joint sensory receptors – provide information on the position of the limbs in the environment. Vertigo dapat berasalah dari masalah sentral atau perifer. Penyebab sentral vertigo melibatkan struktur di dalam sistem saraf pusat (serebrum, serebelum, batang otak atau substansia alba) yang memproses informasi dari sistem vestibular dan area lain yang terlibat dalam keseimbangan. Penyebab perifer vertigo melibatkan disfungsi area yang bukan bagian dari sistem saraf pusat, misalnya telinga dalam. Penyebab vertigo sentral jarang ditemukan, penyebab perifer lebih umum. Pemeriksaan Keseimbangan Tes Keseimbangan Sederhana Romberg Romberg yang dipertajam Uji melangkah (stepping test) Tes tunjuk jari (past pointing test) Tes tunjuk hidung (nose finger test) Tes supinasi pronasi Tes Keseimbangan Lanjut Maneuver Hallpike Posturografi Elektronistagmografi Diagnosis dan Pemeriksaan Anamnesis/riwayat masalah o Onset, intensitas, durasi o Perubahan posisi o Episodic/berkelanjutan o Penyakit lain o Obat ototoksik o Trauma Pemeriksaan serebelum o Post pointing test o Finger nose test Pemeriksaan propioseptif o Uji Romberg o Stepping test Pemeriksaan Neurotologi o THT umum o Otoskopi o Audiometri o Posturografi o Nistagmus kalori o Nervus III, IV, VI, VII, IX o Leher o Maneuver Hallpike o Nistagmus posisional o ENG (elektronistamografi) Supaya jelas, pasien yang sedang menjalani pemeriksaan nistagmus harus memakai kacamata Frensel (20 D). Pergerakan mata seringkali mengindikasikan disfungsi vestibular. Untuk merekam pergerakan mata, dokter menggunakan teknik elektronistagmografi. Gangguan Keseimbangan Ggn Vestibuler Sentral sentral biasanya disertai gangguan lain di batang otak, misalnya diplopia, parestesia perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, gangguan disfungsi serebelum Ggn Vestibuler Perifer Vertigo posisi : V Cervikal, BPPV Neuritis Vestibuler Vertigo Akibat obat ototoksik Penyakit Menier (Hydrops) Neuroma Akustik Labirintitis Fistula Perilimfa Benign Paroxysmal Position Vertigo (BPPV) Penyakit ini diakibatkan oleh beberapa Kristal kecil kalsium karbonat yang terletak di telinga dalam pindah dari tempat yang seharusnya. Ketika seseorang berbaring, dristal-dristal tersebut dapat menamban pada salah satu dari ketiga kanal yang ada pada telinga dalam. Cedera pada kepala adalah sebab paling umum BPPV pada orang di bawah usia 50 tahun. Pada orang yang lebih tua, penyebab yang paling umum yakni degenerasi sistem vestibular pada telinga dalam. Tatalaksana BPPV yakni dengan reposisi kanal. Meniere’s adalah hidrops labirintin. Tekanan cairan endolimfatik meningkatkan gejala-gejala. Rehabilitasi Terapi untuk gangguan vestibular bervariasi berdasarkan diagnosis, rehabilitasi sebaiknya dilkaukan komprehensif. Pada kasus-kasus ringan, gejala-gejala dapat hilang dengan sendirinya karena apparatus vestibular sembuh ata sistem saraf belajar untuk menompensasi gangguan tersebut. Tiga Terapi utama: Adaptasi Substitusi, mekanisme kompensasi Reposisi kanal, untuk BPPV. Vestibular Rehabilitation Treatment (VRT) Substitusi o Stimulasi berulang dapat meningkatkan sistem vestibular o Berolahraga untuk meningkatkan fungsi vestibular Adaptasi Dengan latih-latihan dari yan mudah dan bersifat statis dan sampai yang sulit dan dinamis. Kuliah Introduksi Masalah Mata Dr. Gitalisa Andayani, SpM—Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI Mata Organ sensoris vital (80% of information obtained from vision) Struktur delicate dan kompleks Masalah mata - ditemukan dalam praktek sehari-hari - dapat menyebabkan gangguan penglihatan - gangguan kesehatan global Definisi Gangguan Visual Menurut WHO: penglihatan yang buruk dan kebutaan Low vision (penglihatan yang buruk): akuitas/ketajaman penglihatan paling baik yang sudah diperbaiki sampai 6/18 sampai 3 meter counting fingers (CFdapat menghitung jari dari jarak 3 meter) Kebutaan: dapat dikoreksi sampai keadaan paling baik akuitas penglihatannya menjadi 3 meter CF atau kurang dari itu Gangguan visual sebagian besar dapat dihindari (dapat dicegah dan/atau dapat diobati). Kebutaan Global Menurut WHO tahun 1990 Prevalensi kebutaan bervariasi dari 0.08% pada anak-anak sampai 4.4% pada orang dewasa di atas 60 tahun; prevalensi global keseluruhan yakni 0.7%. Setidaknya 7 juta orang menjadi buta setiap tahunnya Jumlah orang buta di seluruh dunia bertambah 1-2 juta per tahunnya. Prevalensi di kebutaan di Indonesia >1% 47% kebutaan disebabkan oleh katarak, 12% karena glaucoma, 9% karena Age related Macular degeneration (degenerasi macula terkait penuaan), 13% karena lain-lain. Akibat kebutaan: Beban sosial Menjadi tanggungjawab orang lain Imobilitas, sekalipun badan sehat Kerugian finansial/Biaya Cost of surgery / treatment / rehabilitation Efek kejiwaan rasa tidak berdaya, depresi Prevalensi Kebutaan : Indonesia: 1.5% (tinggi, dibandingkan negara Asia lainnya Penyebab kebutaan utama di Indonesia - katarak - glaukoma - kelainan refraksi - penyakit retina - penyakit kornea (Survei Kesehatan Rumah Tangga, Depkes, 1993) Pencegahan kebutaan Visi 2020: Hak untuk Penglihatan Hubungan kerja sama antara WHO dan International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) Diluncurkan tahun 1999 dengan 2 tujuan o Mengeliminasi kebutaan yang tak bisa dicegah sebelum tahun 2020 o Mencegah penggandaan kejadian gangguan visual yang bisa dicegah yang telah diproyeksikan antara tahun 1990 dan 2020 Pencegahan kebutaan melibatkan: Fasilitas Sumber daya manusia Dana Kesadaran Pencegahan kebutaan Petugas kesehatan: dokter umum, oftalmologis, suster, optometris Organisasi o Pemerintah o NGO o Organisasi profesi (contoh PERDAMI) o Kelompok2 kolaboratif Oftalmologi untuk dokter umum Perlu pengetahuan anatomi dan fisiologi mata, serta patogenesis penyakit mata Perlu pengetahuan mata dasar Melakukan diagnosis masalah mata Tatalaksana: - komplit/mandiri - inisial - merujuk Anatomi Mata • Terletak dalam rongga mata (orbita) • Terlindung oleh lemak • Digerakkan oleh: - 4 otot rektus - 2 otot oblique • Ukuran : 2/3 bola pingpong (diameter bayi 18 mm dewasa 24-25 mm) Mata Kita itu… • Bola mata dibasahi (lubrikasi) oleh air mata yang terdiri atas: air, lipid dan musin • Lapisan air mata tersebar di permukaan mata dengan gerakan mengedip • Kelebihan air mata dipompa ke saluran(duct) dan di-drainase ke hidung Refraksi Sinar sejajar/paralel dari suatu obyek jauh (6 meter), misalnya pohon, akan terfokus pada satu titik fokus di retina semakin tinggi kekuatan lensa/cembung, semakin dekat titik fokus dari lensa kekuatan lensa (kekuatan refraksi) diukur dalam satuan diopter (D) lensa konveks dengan kekuatan refraksi 1 diopter memiliki kemampuan untuk mengkonvergensikan sinar 1 meter dari lensa. Obyek/cahaya masuk secara divergen jika jaraknya semakin dekat dengan mata Proses Penglihatan (pada mata normal=emetropia) Sinar sejajar (paralel) dari benda jauh akan dibelokkan oleh kornea dan lensa Sinar tersebut difokuskan tepat pada retina (makula),lalu diteruskan lewat saraf optik ke otak,sehingga menghasilkan penglihatan yang jelas Klasifikasi Masalah Mata: mata merah (normal dan penurunan penglihatan) Hilangnya penglihatan kronik (progresif) Hilangnya penglihatan akut (persisten) Trauma Abnormalitas pada garis (alignment) dan motilitas ocular Gangguan refraktif Mata Merah Media refraksi jernih: penglihatan normal Opasitas (kekeruhan) media refraksi: penurunan penglihatan Vasodilatasi pembuluh konjungtiva/episklera/kornea Inflamasi (infeksi dan noninfeksi) Penglihatan normal: konjungtivitis, skleritis, episkleritis, pterigium, pinguecula Penurunan penglihatan: glaucoma akut, keratitis, uveitis, endoftalmitis Penurunan penglihatan kronis Disebabkan oleh perubahan kronik kejernihan atau fungsi media refraksi Abnormalitas jaras saraf (dari retina ke korteks visual) Sebagian besar: proses degenerative Misalnya: katarak, glaucoma kronik, retinopati diabetic, age-related macular degeneration (AMD) Pada Glaukoma terjadi cupping pada papil mata (dari normal cupping besarglaucomatous cupping) Hilangnya penglihatan yang akut Disebabkan oleh perubahan akut pada media refraksi atau fungsinya, atau gangguan akut pada jaras penglihatan Dapat berhubungan dengan penyakit sistemik, misalnya: retinal detachment, retinal vascular occlusive diseases, vitreous hemorrhage, optic neuritis, optic neuropathies Cedera Okular Cedera yang penetrating (mempenetrasi) atau memperforasi Cedera tumpul Cedera kimia Masalah refraksi Myopia (rabun jauh) Hipermetropia (rabun dekat) Astigmatisma Presbiopia Myopia (rabun jauh) Kornea terlalu cembung, atau bola mata terlalu panjang Sinar dari benda jauh jatuh di depan retina Hiperopia (rabun dekat) Kornea terlalu datar ataupun bola mata terlalu pendek Sinar akan di fokuskan di belakang retina Benda yang jauh maupun dekat menjadi tidak jelas Astigmatisme (silindris) Bentuk kubah kornea tidak simetris, ada yang terlalu cembung pada sumbu tertentu dan terlalu datar pada sumbu lain Terdapat 2 titik fokus pada retina Gambar menjadi tidak jelas membuat penglihatan buram Nice to know: abnormalitas alignment dan motilitas ocular Strabismus (squint) eksotropia (mata yang juling mengarah ke luar), esotropia (mata yang juling lebih ke medial) Nistagmus Diplopia Paresis otot ocular eksternal Tumor orbital Contoh-contoh Pemeriksaan Mata: uji refraksi pinhole test snellen chart funduskopi palpasi digital tonometer Schiotz Tes konfrontasi Slitlamp biomikroskopis + tonometri aplanasi Tes konfrontasi Tentir Kuliah Anatomi 1. Penghidu Bau masuk ke rongga hidung mukosa olfaktori sel reseptor dari sel reseptor ini akan muncul serabut saraf, yaitu nervus olfaktori bulbus olfaktori traktus olfaktori menuju ke : o Sistem limbik emosi o Lobus piriformis memproses informasi, mempersepsikan bau ke korteks orbitofrontal (untuk menganalisa bau dan membandingkan bau yang dicium dengan bau yang lain o menyilang menuju ke bulbus kontralateral melalui komisura anterior Komponen sistem olfaktorius (gambar liat slide 3) mukosa olfaktori terletak di rongga hidung bagian atas di cranial konka superior. Didalam mukosa olfaktori ini terdapat sel reseptor. sel reseptor olfaltori sel bipolar, yang mempunyai prosesus perifer dan processus sentral. Prosesus perifer merupakan serabut kasar yang berjalan ke arah permukaan membran mukosa membentuk silia-silia pendek yang disebut rambut olfaktorius. Rambut olfaktorius menutupi mukosa olfaktori dan akan bereaksi terhadap bau. Sedangkan, prosesus sentral yang halus membentuk serabut saraf olfaktorius (nervus olfaktorius). Berkas serabut saraf ini akan masuk ke bulbus olfaktorius melalui lubang-lubang di lamina cribrosa ossis etmoidalis. Bulbus olfaktorius merupakan stuktur berbentuk oval yang komponen sel utamanya adalah sel mitral. Serabut-serabut nervus olfaktorius yang datang ke bulbus akan bersinaps dengan dendrite sel mitral dan akan membentuk daerah berbentuk bulat yang disebut glomerulus sinaptik. Traktus Olfaktorius merupakan substansia alba yang sempit yang berjalan dari ujung posterior bulbus olfaktorius, yang mengandung akson sentral sel mitral. Setelah melewati substansia perforate anterior,traktus olfaktorius ini akan terbagi menjadi dua : 1. stria olfaktorius medialis membawa serabut yang menyilang didalam komissura anterior dan berjalan ke bulbus olfaktorius sisi kontralateral 2. stria olfaktorius lateralis membawa akson-akson ke area olfaktorius korteks serebri (area preamigdala dan area prepiriformis). Kedua area ini (preamigdala dan prepiriformis) disebut korteks olfaktorius primer (buat gambar-gambar stria dan korteks olfaktori liat slide 4 dan 5 kuliah anatomi ya ) 2. Pengecap (gambar lihat slide 7) Dari dua pertiga bagian anterior lidah akan ditransmisikan nervus lingualis melewati korda timpani menuju ke nervus fasialis, dan akhirnya menuju ke traktus solitarius di medulla oblongata. Sensasi rasa dari papilla sirkumvalata pada bagian posterior lidah (di kuliah dibilang 1/3 posterior lidah) akan ditransmisikan ke nervus glosofaringeal menuju ke traktus solitarius. Sebagian rangsangan rasa dari bagian pangkal lidah dan beberapa bagian lain dari faring akan ditransmisikan melalui nervus vagus ke traktus solitarius Seluruh serabut yang membawa rangsang rasa bersinaps di nucleus traktus solitarius yang terdapat di bagian posterior batang otak. Kemudian, nucleus ini akan mengirimkan neuron orde ke dua ke area kecil pada bagian ventro-posterior-medial thalamus. Dari thalamus, neuron orde ke tiga ditransmisikan ke gyrus postsentral di korteks serebri parietal. 1 2. Penglihatan Bagian dari indera penglihatan yang lebih dibahas dikuliah anatomi adalah otot-otot penggerak, serta jaras penglihatan termasuk reflex yang berhubungan (misalnya reflex pupil), sedangkan struktur mata akan lebih dibahas di histo. Aliran air mata (gambar lihat slide 9) o dibentuk oleh kel. lakrimal di bagian lateral palpebra, kelenjar ini seperti memeluk m. levator palpebra superior. Kelenjar lakrimal dipersarafi oleh N. lakrimalis o dari kel. lakrimal, dilanjutkan ke duktulus eksretorik lakrimal yang akan mengalirkan air mata ke permukaan mata o kemudian ke duktus lakrimalis melalui lubang-lubang kecil yang namanya punctum lacrimalis o dari duktus lakrimal masuk ke lacrimal sac, merupakan bagian ujung duktus nasolakrimal yang melebar o duktus nasolakrimal, merupakan saluran yang berjalan dari lacrimal sac hingga meatus nasi inferior o o Mata terletak di fossa cranii anterior Tulang pembentuk orbita: o os sphenoid o lamina papyracea os ethmoid o os maxilla o os zygomaticus o OTOT-OTOT Orbita M. Orbicularis occuli untuk menutup mata M. levator palpebrae untuk mengangkat kelopak mata M. tarsus superior o Ekstraokular (slide 21 dan 22) Mm. recti : superior(N3), inferior(N3), medial(N3) , lateral(N6) Mm. obliquus: superior (N4), inferior (N3) - M. obliquus superior: letaknya di bagian medial superior orbita, yang digantung oleh trochlea di bagian medial (gambar slide 21) otot obliquus itu bergeraknya kan diagonal, nah geraknya itu pertama horizontal dulu baru kemudian vertical, co. nya o obliquus superior yang geraknya aduksi dulu baru kemudian turun (depresi) Ocular berfungsi untuk mengontrol bentuk lensa dan ukuran pupil o o o m. ciliaris - dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis dari N.3 - berfungsi untuk mengkonstriksi badan siliaris, mempengaruhi ketebalan lensa m. sphincter pupillae - dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis dari N.3 - berfungsi untuk mengkonstriksi pupil m. dilatator pupillae - dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dari ganglion cervical superior (T1) - berfungsi untuk mendilatasi pupil pada cahaya redup Jaras penglihatan (slide 36) cahaya nervus opticus chiasma opticum tractus opticus corpus geniculatum laterale (lateral geniculatum body,LGB) radiatio optica korteks visual Refleks Akomodasi - jika kedua mata diarahkan untuk melihat objek dekat, akan terjadi : o kontraksi m. rectus medialis yang akan menyebabkan konvergensi aksis o penebalan lensa (melalui konstriksi m. ciliaris) untuk meningkatkan kekuatan refraksi o konstriksi pupil untuk membatasi gelombang cahaya yang menuju bagian lensa yang paling tebal Refleks Pupil o Bila salah satu mata dipaparkan pada cahaya terang, maka terjadi konstriksi kedua pupil (mata kanan dan kiri) REFLEKS CAHAYA LANGSUNG (pada mata yang terkena sinar) DAN KONSENSUAL (reflex tidak langsung; pada mata yg tidak terkena sinar) o cahaya impuls aferen nervus opticus chiasma opticum tractus opticus. Dari traktus opticus ini ada beberapa serabut saraf yang meninggalkan tractus dan bersinaps dengan sel saraf di nucleus pretectalis (di coliculus superior). Dari nucleus pretectalis, impuls diteruskan ke nucleus parasimpatis (nucleus Edinger-Westpal saraf cranial 3 kedua sisi mata. Dari nucleus EW, saraf parasimpatis berjalan melalui serabut saraf cranial 3 ke ganglion ciliare di dalam orbita menuju ke N. ciliaris brevis berakhir pada m.constrictor papillae di iris kedua pupil akan berkonstriksi. Refleks Kornea • Bila salah satu kornea disentuh (kiri), maka kedua kelopak mata akan berkedip (mata kanan dan kiri) • Kornea disentuh rgsang sensorik dibawa oleh N.5 Nukleus trigeminal di batang otak fasciculus longitudinal medial nuleus fascialis N. 7 m. orbicularis oculi mata menutup 3. Telinga (Pendengaran dan Keseimbangan) Telinga itu terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah , telinga dalam.Telinga luar terdiri atas bagian yang melebar seperti corong yang namanya auricula/pinna dan meatus acusticus externus. (gambar di slide 43) Bagian tepi terluar auricula bernama heliks. lengkungan lain, yang sejajar dan terletak di depan heliks, di sebut anti heliks. Anti heliks ini akan terbagi menjadi dua crura di bagian atas, daerah diantara dua crura tersebut dinamakan fossa triangularis. Anti heliks merupakan suatu lengkungan yang mengelilingi daerah rendah yang disebut concha. Didepan concha, ada proyeksi ke arah luar meatus, yang disebut tragus. Di bagian yang berlawanan dengan tragus, terdapat tonjolan kecil yang disebut anti tragus. Dibawah anti tragus, terdapat lobulus (tempat masang anting) yang merupakan satu-satunya bagian auricular yang tidak mengandung kartilago. Meatus acusticus eksternus berlanjut dari bagian bawah concha hingga ke membrane timpani (± 2,5 cm). Meatus acusticus externus ini sebagian tersusun atas kartilago (sepertiga bagian terluar), sebagian lagi atas tulang (2/3 meatus bagian medial), dan dilapisi oleh kulit yang berambut. Jaringan subdermal meatus dapat menghasilkan serumen. Telinga tengah - merupakan suatu ruang irregular yang terletak didalam tulang temporal, terdiri atas cavum timpani dan recessus epitympanicus. - Cavum timpani terletak di balik membrane timpani - recessus epytimpanicus terletak di bagian atas membrane timpani, mengandung sebagian tulang maleus dan sebagian besar incus. - telinga tengah itu berisi tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, stapes) juga otot (m. tensor timpani dan m. stapedius ) - bagian lateral cavum timpani dibatasi oleh membrane timpani (gambar di slide 45) membrane timpani merupakan membrane oval yang memisahkan telinga luar dengan telinga tengah. Sebagian besar membrane tebal, ada sebagian kecil di bagian superior yang lemah, namanya pars flaccid. Di sebelah dalam membrane ini berhubungan dengan tulang maleus, akibatnya, membrane timpani tertarik ke arah telinga tengah. Jadi, kalau dilihat dari sisi luar (ke arah telinga luar) membrane itu cekung, nah bagian yang paling menjorok ke dalam (di bagian tengah membrane) namanya umbo. - bagian medial oleh oleh dinding lateral telinga dalam - bagian atap dibentuk oleh tegmen timpani - bagian lantai/ jugular dibentuk oleh fundus timpani yang tipis dan di bawahnya terdapat vena jugularis interna - bagian posterior dibentuk oleh tulang mastoid - bagian anterior dibentuk oleh arteri karotis interna - tulang pendengarah stapes akan melekat ke fenestra vestibule (tingkap oval) yang menuju ke telinga dalam - perjalanan nervus 7 Nervus fasialis muncul dari permukaan anterior otak antara pons dan medulla oblongata. Radiks tersebut berjalan lateral dalam fossa crania posterior bersama N.8, kemudian masuk ke meatus akustikus internus di pars petrosa ossis temporalis. Di bawah meatus, nervus memasuki canalis fasialis dan berjalan lateral melalui telinga dalam. Dari kanalis fasialis, N.7 akan menuju ke foramen stylomastoideus - inervasi telinga tengah o Plexus tympanicus, dibentuk oleh: cabang n IX & cabangcabang plexus carotis internus (n. caroticotympanicus) membran mukosa dan isi telinga tengah (termasuk tuba pharyngotympanica & daerah mastoid) o Cabang besar: n. petrosus minor - perjalanan nervus 8 (gambar di slide 54) bagian vestibularis dan cochlearis meninggalkan permukaan anterior batang otak, antara pons dan m.oblongata. Selanjutnya, berjalan ke lateral dalam fossa cranii posterior kemudian masuk ke meatus acusticus internus (bersama N.7) kemudian akan terdistribusi di bagian telinga dalam - nervus cochlearis akan menuju ganglion spiralis cochlea - nervus vestibularis akan menuju ganglion vestibularis (kemudian ke utriculus, saculus, dan kanalis semicircularis) Jaras pendengaran (gambar di slide 55) - bunyi impuls saraf nervus cochlearis (terletak didalam ganglion spiralis cochlea ) masuk ke permukaan anterior batang otak. Pada saat memasuki pons, serabut saraf terbagi dua, sebagian masuk ke nucleus cochlearis posterior, sebagian lainnya ke nucleus cochlearis anterior. dari nucleus cochlearis sinyal dikirim menuju nucleus posterior corpus trapezoid selanjutnya akson naik melalui bagian posterior pons dan mesensefalon membentuk suatu traktus, yaitu lemniscus medialis corpus geniculatum medial korteks auditorius gyrus temporalis superior. Jaras keseimbangan (gambar di slide 56) - rangsang perubahan posisi serabut saraf di utriculus, sacculus, dan kanalis semicircularis nervus vestibularis dikirimkan ke nucleus vestibularis. Nucleus vestibularis juga menerima serabut saraf dari cerebellum . Serabut eferen dari nucleus vestibularis berjalan ke cerebellum, ke medulla spinalis (membentuk traktus vestibulospinal), serta ke nucleus nervus 3, 4, dan 6 melalui fasciculus longitudinalis medialis. K- Histologi (Mata) Membaca tentir ini sekagus melihat gambar2 terkait di file masing-masing yah supaya lebih jelas. organ fotosensoris yang melakukan transduksi dari impuls cahaya menjadi impuls saraf adalah sel batang dan kerucut di retina. proses pembentukan mata dimulai : minggu ke 4 embrio. 3 sumber pembentukannya: 1. forebrain retina dan saraf optik 2. ektoderm lensa dan beberapa struktur pelengkap depan mata. 3. mesenkim lapisan bola mata dan struktur yang berkaitan dengan orbita. 3 lapisan dinding bola mata 1. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) : lapisan luar; sklera dan kornea. 2. Tunika vaskularis (lapis uvea) : lapisan tengah; khoroid, badan siliaris dan iris. 3. Tunika neuralis (lapis retina) lapisan dalam; retina. TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA) membentuk kapsula fibroelastik kokoh penyokong bola mata dibagi menjadi dua : sklera dan kornea sklera : putih; melingkupi lima-perenam belakang bola mata kornea : jernih; transparan; melingkupi seperenam depan bola mata sambungan keduanya : limbus. Sklera putih, seolah-olah tidak mengandung pembuluh darah, padahal ada, terutama di limbus disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 dan serat elastin, berselang-seling, sehingga kokoh. disokong oleh tekanan intraokular dari humor akwaeus (depan lensa) dan badan vitreus (belakang lensa) sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa Kornea bagian tunika fibrosa yang transparan, yang menonjol ke depan bola mata tidak mengandung pembuluh darah kaya akan ujung-ujung serat saraf kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata. terdiri atas 5 lapisan : 1. Epitel kornea lanjutan dari konjungtiva, lapisan terluar, cepat menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya. epitel gepeng berlapis (7 lapis) tanpa keratin (zat tanduk) mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas 2. Membran Bowman di bawah epitel; lapisan fibrosa yang merupakan serat kolagen tipe 1 3. Stroma kornea lapisan yang paling tebal serat-serat kolagen tipe 1 yang tersusun paralel membentuk lamel sel-sel fibroblas terletak di antara serat-serat kolagen 4. Membran Descemet membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen 5. Endotel kornea lapisan paling dalam tersusun dari epitel selapis gepeng atau kuboid rendah sel-sel di epitel tsb o mensintesa protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara membran Descement o mempunyai banyak vesikel o dindingnya mempunyai pompa Na, mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di stroma diserap endotel, sehingga stroma tetap “sedikit dehidrasi” (kurang cairan), agar kualitas refraksi kornea tetap baik. Kornea memburam bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan tsb. Kornea = avaskular, nutrisi didapat dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humor akweus di bagian tengah, secara difusi. Limbus pertemuan antara tepian kornea dengan sklera luar: epitel konjungtiva bulbi (epitel berlapis silindris) bawah: lamina propria bawahnya lagi: stroma (jaringan ikat fibrosa, membentuk taji sklera (scleral spur), anterior taji terdapat ruang trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana), di atas trabekula terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm. Kanal Schlemm pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat anterior dan eksternal skleral spur di luar dibatasi = jaringan sklera di dalam = lapisan jaringan trabekula Lumen = selapis sel endotel kanal ini akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera di bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris (untuk mengatur akomodasi mata). TUNIKA VASKULOSA / UVEA (L.uva=anggur), terdiri atas 3 : khoroid, badan siliaris dan iris. Khoroid (choroid) jaringan penyambung jarang serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel fibroblas, pembuluh darah dan melanosit terdiri atas 4 lapisan : 1. Epikhoroid = terluar, serat kolagen dan elastin. 2. Lapisan pembuluh = paling tebal, pembuluh darah dan melanosit. 3. Lapisan koriokapile = terdiri atas pleksus kapiler, jaring-jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit, kapiler berasal dari arteri khoroidalis, mensuplai nutrisi untuk bagian luar retina 4. Lamina elastika, berbatasan dengan epitel pigmen retina, tersusun dari jaring-jaring elastik padat dan lapisan dalam lamina basal yang homogen. Badan Siliaris (Korpus siliaris) struktur melingkar yang menonjol ke dalam mata terletak di antara ora serrata dan limbus merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah depan disusun oleh jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat elastin, pembuluh darah dan melanosit Korpus siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek (prosessus siliaris) muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa (zonula zinii). Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid Yang luar : kaya pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina Yang dalam: tidak berpigmen, merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel ini akan mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli posterior) humor akweus. humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) melewati celah pupil masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus masuk ke dalam kanal Schlemm bilik mata depan (kamera okuli anterior), humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos : muskulus siliaris. Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid membuka kanal Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut akomodasi. Glaukoma : peningkatan tekanan intraokuler yang tinggi dan lama, karena kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan. Bila dibiarkan kebutaaan Iris bagian yang paling depan dari lapisan uvea muncul dari badan siliar membentuk sebuah diafragma di depan lensa memisahkan bilik mata depan dan belakang Celah di tengahnya: pupil Disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan kaya pembuluh darah Permukaan depan iris : bentuk tak teratur, lapisan pigmen tak lengkap dan selsel fibroblas. Permukaan posterior iris : halus, ditutupi oleh lanjutan 2 lapis epitel dari korpus siliaris Permukaan yang menghadap ke arah lensa : banyak sel-sel pigmen mencegah cahaya melintas melewati iris, sehingga fokus melewati pupil. Pada iris : 2 jenis otot polos : otot dilatator dan sfingter/konstriktor pupil, yang mengubah diameter pupil. Otot dilatator di tepi luar lingkaran iris, arah serat otot melintang, persarafan simpatis melebarkan pupil. Otot sfingter di tepi dalam lingkarang iris, arah serat otot sirkular, persarafan parasimpatis (N. III) memperkecil pupil. Lensa Mata lensa digantung ke korpus siliaris zonula Zinii. 3 lapisan : kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat lensa. Kapsul lensa : lamina basal, disusun oleh serat-serat kolagen tipe IV dan glikoprotein, elastik, jernih dan kompak. Epitel subkapsul : hanya ada pada permukaan anterior lensa, tepat di bawah kapsul lensa, terdiri atas selapis sel kuboid Di sebelah dalam epitel terdapat serat lensa terbentuk dari sel-sel yang kehilangan inti dan organel selnya, serat ini kemudian diisi dengan protein lensa kristalin (crystallins), ini akan meningkatkan index refraksi lensa. Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah Nutrisi dari humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya dengan mudah. Lensa mata orang tua sering mengalami kekeruhan katarak, sebab: bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar UV berlebihan, sehingga protein di lensa berdenaturasi. proses penuaan elastisitas lensa menurun, tidak dapat mencembung tidak dapat memfokuskan bayangan benda tepat di retina tidak dapat melihat jarak dekat presbiopia. Korpus Vitreus suatu agar-agar jernih, mengisi ruang vitreus, antara lensa dan retina. disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan mengandung elektrolit, seratserat kolagen dan asam hialuronat melekat pada seluruh permukaan retina berfungsi untuk memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata. Di tengah nya ada sisa kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa janin. Ruang-ruang mata 2 ruang mata : kamera okuli anterior dan posterior. Kamera okuli anterior : dibatasi di depan oleh kornea, di belakang oleh lensa, iris dan badan siliar, di lateralnya ada limbus yang ditempati oleh trabekula (tempat penyaluran humor akweus ke kanal schlemm). Kamera okuli posterior : dibatasi di depan oleh iris, di belakang oleh lensa dan zonula Zinii, diperifer oleh prosessus siliaris. Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris, mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, mengandung kadar protein rendah. Humor akweus disekresi kontinu ke kamera okuli posterior, mengalir ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm. Keseimbangan sekresi dan pengeluaran berimbang tekanan +/- 23 mmHg TUNIKA NEURALIS (RETINA) merupakan lapisan terdalam bola mata mengandung sel-sel fotoreseptor (sel-sel batang dan kerucut) penonjolan keluar prosencephalon (otak depan) Gelembung optik primer invaginasi cangkir optik retina. Tangkai dari cangkir optik (optic stalk) berkembang saraf optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic cup) berkembang lapisan pigmen luar Dinding dalam cangkir optik berkembang saraf retina (neural retina) Lempeng optik (optik disk): tempat keluar nervus optikus Serat-serat saraf di daerah ini bertumpuk membentuk papila nervus optikus Daerah ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya, bintik buta (blind spot). Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis. arteri sentralis merupakan satu-satunya arteri bagi retina Sumbatan pada arteri ini kebutaan yang menetap Pada beberapa individu sebagian kebutuhan darah retina juga disuplai dari arteri silioretina untuk makula. Penyumbatan arteri sentralis pada individu ini mengakibatkan kehilangan penglihatan perifer, karena makula tak terganggu. Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit) dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai sarung pembungkus saraf optik. Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning, Makula lutea (bintik kuning) (Gb-12). Bagian tengah makula lutea : fovea sentralis (Gb-12) : daerah penglihatan yang paling peka, hanya sel-sel kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang dibandingkan yang di perifer retina. Karena tidak ada lapisan dalam retina, pada daerah ini terjadi kecekungan. Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior hingga ora serrata di anterior. 10 lapisan retina dari luar ke dalam (Gb-13 dan 14): Epitel pigmen, Lapisan batang dan kerucut, Membran limitans luar, Lapisan inti luar, Lapisan pleksiform luar, Lapisan inti dalam, Lapisan pleksiform dalam, Lapisan sel ganglion, Lapisan serat saraf, Membran limitans dalam. Epitel pigmen : lapisan sel poligonal teratur, bentuk selnya lebih gepeng, inti sel kuboid, sitoplasmanya kaya butir-butir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor : sel batang dan sel kerucut. Sel batang : ramping, segmen luar silindris, 28 mikrometer, ada fotopigmen rhodopsin, ada segmen dalam yang sedikit lebih panjang (32 mikrometer). Inti selnya di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar tertanam dalam. epitel pigmen. Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak lamellamel membran, diameter seragam dan tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang teraktivasi dengan cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap warna. Cahaya diserap ke dalam retina oleh rhodopsin, protein yang tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A kemudian terjadi isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk aktif kemudian opsin memfasilitasi pengikatan guanosin triphosphate (GTP) dengan protein transducin GTP mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase [ensim pembentuk senyawa cyclic guanosin monophosphate (cGMP)] cGMP berperan dalam pembukaan kanal Na di dalam plasmalema sel batang masuknya natrium dari segmen luar menuju segmen dalam sel batang hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar sel bipolar mengubah rangsang kimiawi menjadi impuls listrik yang akan diteruskan menuju ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak. Struktur sel kerucut mirip dengan sel batang tetapi : segmen luar yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam serta di sebelah dalam melebar pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut (cone pedicle). Inti sel kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut : sel fotoreseptor yang peka terhadap warna, teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar dibanding sel batang. Ada 3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau Membran limitans luar : rangkaian kompleks tautan antara sel batang, sel kerucut, dan sel Muller. Lapisan inti luar : lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut bersama badan selnya. Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrit sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps. Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau pendek. Aksonnya lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam di sini berhubungan dengan dendrit sel ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel yang lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin terletak pada baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti buah pir dengan sebuah tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan pleksiform dalam. Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan intinya terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas ke membran limitans luar dan dalam. Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakrin, dan sel ganglion. Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan sel yang besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil (badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak pernah bercabang. Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion. Membran limitans dalam : membrana basalis sel Muller yang memisahkan retina dari korpus vitreum. Media Refraksi Media refraksi : bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina. Komponen : kornea, kamera okuli anterior, kamera okuli posterior, lensa, badan vitreus. ORGAN TAMBAHAN MATA: kelopak mata, konjungtiva, kelenjar lakrimal. Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini ditutup oleh kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura palpebra. Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan dalam kelopak mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior. Kelopak Mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam. Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat elastin. Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau empat baris rambut panjang yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di antara dan sebelah belakang bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata disebut kelenjar Moll. Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani. Di bagian tengah palpebra, ada jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata : tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea : kelenjar Meibom yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan mukosa. Konjungtiva Merupakan membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata (konjungtiva bulbi). disusun oleh epitel berlapis silindris bersel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pada limbus, tempat berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet. Konjungtivitis : peradangan konjungtiva, menjadi hiperemis (merah) dan sekret yang banyak, disebabkan oleh bakteri, virus, alergen atau parasitparasit lainnya. Kelenjar Lakrimal terutama terletak pada sudut superolateral rongga mata Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar terpisah, mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria kelopak mata atas dan bawah. Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri berfungsi memelihara epitel konjungtiva tetap lembab kedipan kelopak mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia air mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung. TELINGA Fungsi telinga berhubungan dengan keseimbangan dan pendengaran. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Secara histologi, telinga terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga terletak pada pars perosus tulang timpani. Telinga Luar Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani) Gambar telinga dan jalur gelombang suara di telinga luar, tengah, dan dalam. Aurikula (pinna) terdiri atas suatu lempeng yang tak teratur di tulang rawan elastis, yang ditutupi secara erat oleh kulit di semua sisinya. Meatus auditorius eksternus merupakan saluran yang agak gepeng dari permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Batas dalamnya adalah membran timpani. Suatu epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit, melapisi saluran ini. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa (sejenis modifikasi kelenjar keringat) di dalam submukosa. Kelenjar seruminosa adalah kelenjar tubular bergelung yang menghasilkan serumen—atau "lilin" telinga—campuran lemak dan lilin yang semisolid dan berwarna kecoklatan. Rambut dan serumen memiliki fungsi protektif. Dinding meatus auditorius eksternus ditunjang tulang rawan elastis di sepertiga bagian luar, sedangkan tulang temporalis menyokong bagian dalam saluran ini. Ujung bagian dalam meatus auditorius eksternus ditutupi suatu membran lonjong, yaitu membran timpani (gendang telinga). Permukaan luarnya dilapisi epidermis tipis dan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid, yang menyatu dengan lapisan rongga timpani. Di antara kedua lapisan epitel tersebut terdapat lapisan jaringan ikat kasar yang terdiri atas seratserat kolagen dan elastin dan fibroblas. Membran timpani adalah bangunan yang meneruskan gelombang suara ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah. Telinga Tengah Telinga tengah, atau rongga timpani, adalah ruang tak teratur yang berada di dalam tulang temporalis di antara membran timpani dan permukaan tulang telinga dalam. Di sebelah anterior, ruang ini berhubungan dengan faring melalui tuba auditorius (tuba eustachii) dan di sebelah posterior, berhubungan dengan rongga prosesus mastoid yang berisikan udara di tulang temporal. Telinga tengah dilapisi epitel selapis gepeng yang berada di atas lamina propria tipis, yang melekat erat pada periosteum di bawahnya. Di dekat tuba auditorius dan bagian dalamnya, epitel selapis yang melapisi telinga tengah secara berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia. Meskipun dinding tuba umumnya kolaps, tuba akan terbuka selama proses menelan, yang menyeimbangkan tekanan udara di dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. Pada dinding tulang telinga tengah bagian medial terdapat 2 area segi empat berlapis membran dan tak bertulang; areaarea ini adalah tingkap lonjong dan tingkap bundar. Membran timpani berhubungan dengan tingkap lonjong melalui sederetan 3 tulang kecil, tulang-tulang pendengaran—maleus, inkus, dan stapes— yang meneruskan getaran mekanis yang dihasilkan dimembran timpani ke telinga dalam. Maleus menempel di membran timpani dan stapes melekat pada membrane tingkap lonjong. Tulang-tulang ini memiliki sendi synovial dan, ditutupi epitel selapis gepeng. Di telinga tengah terdapat 2 otot kecil yang berinsersi di maleus dan stapes. Kedua otot tersebut berfungsi mengatur konduksi suara. Telinga Dalam Telinga dalam terdiri atas 2 labirin. Labirin tulang (oseosa) terdiri atas sejumlah ruangan di dalam pars petrosa tulang temporal yang dihuni labirin membranosa. Labirin membranosa merupakan sejumlah rongga berlapis epitel yang kontinu dan berasal dari ektoderm. Labirin ini berasal dari vesikel auditorius yang berkembang dari ektoderm bagian lateral kepala embrio. Selama perkembangan embrio, vesikel ini melekuk ke dalam jaringan ikat di bawahnya, melepas kontak dengan ektoderm sefalik, dan masuk ke bagian dalam bakal tulang temporal. Selama proses tersebut berlangsung, vesikel ini mengalami sejumlah perubahan bentuk yang rumit, dan menghasilkan 2 daerah khusus di labirin membranosa: utrikulus dan sakulus. Duktus semisirkularis muncul dari utrikulus, sedangkan duktus koklearis yang rumit terbentuk dari sakulus. Di setiap daerah tersebut, epitel pelapisnya menjadi epitel khusus yang membentuk struktur sensorik seperti makula di utrikulus dan sakulus, krista duktus semisirkularis, dan organ Corti di duktus koklearis. Labirin tulang terdiri atas rongga-rongga di tulang temporalis. Terdapat rongga sentral yang tak teratur, yakni vestibulum, yang berisi sakulus dan utrikulus. Di belakang struktur ini, terdapat 3 kanalis semisirkularis yang berisi duktus semisirkularis; koklea anterolateral mengandung duktus koklearis. Koklea, dengan panjang total sekitar 35 mm, membentuk dua-setengah putaran yang mengelilingi bagian pusat tulang yang dikenal sebagai modiolus. Modiolus memiliki celah-celah dengan pembuluh darah dan badan-badan sel serta cabang nervus akustikus dari nervus kranialis ke-8 (ganglion spiralis). Dari bagian lateral modiolus terjulur suatu rabung tipis, yakni lamina spiralis oseosa. Struktur ini meluas lebihjauh ke koklea di bagian basal daripada perluasannya di bagian apeks. SAKULUS dan UTRIKULUS Sakulus dan utrikulus terdiri atas lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng. Labirin membranosa melekat pada periosteum labirin oseosa melalui berkas-berkas halus jaringan ikat yang juga mengandung pembuluh darah untuk nutrisi epitel labirin membranosa. Pada dinding sakulus dan utrikulus terdapat daerah-daerah kecil dengan sel-sel neuroepitel yang telah berkembang, yaitu makula, yang disarafi oleh cabangcabang nervus vestibularis. Makula sakulus terletak di dasar, sedangkan makula utrikulus terdapat di dinding lateral sehingga kedua makula saling tegak lurus. Makula pada kedua lokasi tersebut memiliki struktur histologis dasar yang sama. Labirin tulang berisikan perilimf dengan komposisi ion yang serupa dengan komposisi cairan ekstrasel di tempat lain, namun kandungan proteinya sangat rendah. Labirin membranosa mengandung endolimf, yang ditandai dengan rendahnya kandungan natrium dan tingginya kandungan kalium. Konsentrasi protein endolimf juga kecil. Gambar struktur makula Labirin Membranosa Kedua makula ini terdiri atas penebalan dinding dan memiliki 2 jenis sel reseptor, beberapa sel penyokong, dan ujung-ujung sarafaferen dan eferen. Sel reseptor (sel rambut) ditandai dengan 40-80 stereosilia kaku dan panjang, yang sebenarnya adalah mikrovili yang sangat khusus, dan satu silium. Stereosilia tersusun dalam deretan yang makin panjang, dan yang terpanjang—sekitar 100 pm—terletak paling dekat dengan silium. Silium memiliki badan basal dan susunan mikrotubulus 9 + 2 di bagian proksimal, namun kedua mikrotubulus pusat segera menghilang. Silium ini biasanya disebut kinosilium, namun tidak dapat bergerak. Terdapat dua jenis sel rambut, yang dikenali dari bentuk inervasi aferennya. Sel tipe I memiliki ujung besar berbentuk mangkuk yang mengelilingi sebagian besar dasar sel, sedangkan sel tipe II memiliki banyak ujung aferen. Kedua jenis sel ini memiliki ujung eferen yang bersifat inhibitorik. Sel penyokong di antara sel-sel rambut berbentuk silindris, dengan mikrovili di permukaan apikalnya. Neuroepitel ini ditutupi lapisan gelatinosa tebal, yang disekresi oleh sel-sel penyokong, dengan endapan kristal di permukaan yang terutama terdiri atas kalsium karbonat dan disebut otolit, atau otokonia. DUKTUS SEMISIRKULARIS Duktus semisirkularis memiliki bentuk umum yang serupa dengan bagianbagian lain di labirin oseosa. Daerah reseptor di dalam ampulanya berbentuk mirip rabung panjang dan disebut krista ampularis. Rabung ini tegak lurus terhadap sumbu panjang duktus. Krista secara struktural serupa dengan makula, namun lapisan glikoproteinnya lebih tebal; lapisan ini berbentuk kerucut yang disebut kupula dan tidak ditutupi otolit. Kupula menjulur dan melintasi ampula, dan berkontak dengan dinding ampula di hadapannya. Gambar krista ampularis DUKTUS dan SAKUS ENDOLIMFATIKUS Bagian awal duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng. Makin mendekati sakus endolimfatikus, epitel duktus ini secara berangsur berubah menjadi epitel silindris tinggi yang terdiri atas 2 jenis sel: salah satu jenis memiliki mikrovili pada permukaan apikalnya dan banyak vesikel pinositotik serta vakuol. Ada anggapan bahwa sel-sel ini berfungsi untuk mengabsorbsi endolimf dan mengendositosis materi asing dan sisa-sisa sel yang mungkin terdapat dalam endolimf. DUKTUS KOKLEARIS Duktus koklearis, yakni suatu divertikulum sakulus, sangat dikhususkan sebagai reseptor suara. Panjangnya sekitar 35 mm dan dikelilingi ruang perilimfatik khusus. Bila diamati pada sediaan histologi, koklea (di labirin oseosa) tampak terbagi menjadi 3 ruangan: skala vestibule (atas), skala media (duktus koklearis) di tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis yang mengandung endolimf, berakhir di apeks koklea. Kedua skala lain mengandung perilimf dan sebenarnya merupakan satu tabung panjang, yang berawal di tingkap lonjong dan berakhir di tingkap bundar (liat gambar pertama). Skala-skala ini berhubungan di apeks koklea melalui suatu muara yang dikenal sebagai helikotrema. Duktus koklearis memiliki struktur histologi berikut: Membran vestibularis (Membran Reissner) terdiri atas 2 lapisan epitel gepeng, satu lapisan berasal dari skala media dan yang lain berasal dari lapisan skala vestibuli. Sel-sel kedua lapisan disatukan oleh taut erat luas yang membantu mempertahankan tingginya gradien ion pada membran ini. Stria vaskularis merupakan epitel vaskular yang tak biasa dan terietak pada dinding lateral duktus koklearis. Stria ini terdiri atas sel-sel dengan banyak lipatan membran plasma yang dalam, tempat sejumlah besar mitokondria dijumpai. Ciri ini menunjukkan bahwa sel-sel ini merupakan sel pentranspor ion dan air, dan secara umum diyakini bahwa sel stria bertanggungjawab atas komposisi ion di endolimf. Gambar Struktur Koklea memberikan bentuk simetri pada sel rambut yang penting untuk proses transduksi sensorik. Gambar organ Corti Ujung stereosilia tertinggi dari sel rambut luar, terbenam di dalam membrana tektoria, yakni suatu sekret yang kaya akan glikoprotein dari selsel tertentu di limbus spiralis. Sel-sel pilar banyak mengandung mikrotubulus yang memberi kekakuan pada sel-sel ini. Sel tersebut membentuk ruang segitiga antara sel rambut luar dan dalam—yakni terowongan dalam. Struktur ini penting untuk transduksi suara. Struktur telinga bagian dalam yang mengandung reseptor auditori khusus disebut organ Corti; organ ini mengandung sel rambut yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Organ Corti terietak pada lapisan substansi dasar tebal—yakni membran basilaris. Sel penyokong dan 2 jenis sel rambut dapat dikenali. Tiga sampai lima baris sel rambut luar dapat dilihat, bergantung pada jarak dari dasar organ, dan terdapat satu baris sel rambut dalam. Ciri paling khas dari sel-sel ini adalah barisan stereosilia yang berbentuk-W (sel rambut luar) atau linear (sel rambut dalam). Terdapat badan basal di dekat sitoplasma stereosilia yang tertinggi. Berbeda dari reseptor vestibular, kinosilium tak dijumpai. Tak adanya kinosilia Sel rambut luar dan dalam mempunyai ujung saraf aferen dan eferen. Meskipun sel rambut dalam memiliki lebih banyak inervasi aferen, perbedaan fungsional tersebut tidak jelas. Badan sel dari neuron aferen bipolar di organ Corti terletak di pusat modiolus yang bertulang dan membentuk ganglion spiralis. Histofisiologi Telinga Dalam FUNGSI VESTIBULAR Peningkatan atau pengurangan kecepatan pergerakan sirkular—akselerasi atau deselerasi angular—menimbulkan aliran cairan di duktus semisirkularis sebagai akibat sifat inersia endolimf. Hal ini menginduksi gerakan terkait dari kupula di atas krista ampularis dan berakibat melengkungnya stereosilia pada sel-sel sensorik. Pengukuran impuls listrik di sepanjang serabut saraf vestibular menunjukkan bahwa pergerakan kupula ke arah kinosilia menimbulkan eksitasi reseptor, yang disertai potensial aksi di serabut saraf vestibular. Gerakan dalam arah berlawanan menghambat aktivitas neuron. Bila gerakan yang seragam terjadi lagi, akselerasi akan terhenti; kupula kembali ke posisi normalnya; dan eksitasi atau inhibisi reseptor tidak terjadi lagi. Duktus semisirkularis berespons terhadap pcrpindahan cairan dan karenanya, juga berespons terhadap posisi tubuh setelah timbulnya akselerasi angular. Makula sakulus dan utrikulus berespons terhadap akselerasi linear. Karena densitasnya yang lobih tinggi, otolit berpindah tempat bila posisi kepala berubah. Perpindahan ini diteruskan ke sel rambut di bawahnya melalui membran otolit gelatinosa. Perubaban bentuk stereosilia sel rambut membangkitkan potensial aksi yang dibawa ke susunan saraf pusat oleh cabang vestibular nervus kranialis kedelapan. Jadi, makula sensitif terhadap kekuatan gaya berat pada otolit. Aparatus vestibular penting untuk menafsirkan gerakan dan orientasi dalam ruangan dan berperan mempertahankan keseimbangan atau ekuilibrium. FUNGSI AUDITORIUS Gelombang suara yang tiba di membran timpani menggerakkan tulang-tulang pendengaran. Perbedaan yang besar dari luas membran timpani dan tempat perlekatan stapes menjamin transmisi pergerakan mekanik secara efisien dari udara ke cairan telinga dalam. Dua otot rangka terdapat pada telinga tengah—musculus tensor timpani (yang melekat pada maleus) dan musculus stapedius (yang melekat pada stapes). Suara keras menimbulkan kontraksi refleks otot-otot ini, yang membatasi pergerakan membran timpani dan stapes; hal ini membantu mencegah timbulnya kerusakan pada telinga dalam. Akan tetapi, refleks ini terlalu lambat untuk melindungi kita dari suara keras yang timbul mendadak, seperti pada letusan senapan. Gelombang suara adalah gelombang memanjang, dengan fase kompresi dan rarefaksi. Fase kompresi menimbulkan pergerakan stapes ke dalam. Karena cairan telinga dalam hampir tak dapat dimampatkan, perubahan tekanan diteruskan melalui membran vestibular dan membran basilaris, dan menyebabkan defleksi kedua membran ke bawah ke arah skala timpani. Perubahan tekanan ini juga menyebabkan penutup tingkap bundar menonjol ke luar sehingga tekanan menjadi berkurang. Karena ujung-ujung sel pilar membentuk semacam pasak (sumbu), defleksi membran basilaris ke bawah dikonversi menjadi penekukan stereosilia sel rambut ke lateral terhadap membrana tektoria. Ujung-ujung stereosilia terdefleksi ke arah modiolus dan menjauhi badan basal. Pada fase rarefaksi gelombang suara, semua proses tersebut menjadi terbalik. Stapes bergerak ke luar, membran basilaris bergerak ke atas ke arah skala vestibuli, dan stereosilia sel rambut menekuk ke arah stria vaskularis dan badan basal. Defleksi dalam arah ini membangkitkan potensial depolarisasi di sel rambut, dan menyebabkan pelepasan neurotransmiter (yang sifat kimiawinya belum jelas) yang menyebabkan produksi potensial aksi di neuron bipolar ganglion spiralis (eksitasi). Diskriminasi antar frekuensi suara didasarkan pada respons membran basilaris. Membran berespons terhadap frekuensi suara dengan berbagai perpindahan di berbagai tempat di sepanjang membran tersebut. Frekuensi tinggi terdeteksi di ujung basal membran, sedangkan frekuensi rendah terdeteksi di apeks organ Corti. Lokalisasi tonotopik ini dapat berkorelasi dengan lebar dan kekakuan membran basilaris. Bagian membran basilaris yang sempit dan lebih kaku di bagian basal, berespon paling baik terhadap suara berfrekuensi tinggi. INDERA PENGHIDU PENGECAP DAN A. RESEPTOR PENGHIDU Sensasi bau yang dikenal sebagai “Olfaction” dilakukan oleh organ penghidu yang terletak di dalam rongga hidung pada bagian atap rongga hidung, bagian atas septum nasi dan pada konka nasalis superior tulang etmoidalis. Organ penghidu ini terdiri atas dua lapisan: 1. Epitel olfaktorius yang terdiri atas sel reseptor penghidu (sel olfaktorius), sel penyokong (sel sustentakular) dan sel basal. Epitel ini pada keadaan hidup tampak bewarna kekuningan. 2. Lamina propria merupakan lapisan yang terdapat di bawah epitel olfaktorius dan disusun oleh jaringan ikat longgar. Lapisan ini mengandung akson sel olfaktorius, pembuluh darah dan kelenjar olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar Bowman) yang menghasilkan sekret serosa. Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung dendrit mengalami penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius. Vesikel olfaktorius ini mempunyai 6-8 silia yang panjang dan tidak bergerak. Silia ini terbenam di dalam lapisan lendir yang menyelimuti permukaan lapisan epitel. Akson dari sel olfaktorius akan berjalan menembus lamina propia untuk bergabung dengan akson dari sel olfaktorius lainnya membentuk berkas (bundle) serat saraf. Berkas saraf ini akan berjalan melintasi lempeng kribiformis (Cribiform plate) pada atap rongga hidung untuk bersinap dengan sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius. Akson dari sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius ini kemudian akan berjalan ke korteks olfaktorius, hipothalamus dan bagian limbik sistim melalui traktus olfaktorius. Badan sel olfaktorius ini mempunyai inti yang bulat dan lebih dekat ke arah lamina basal daripada ke vesikel olfaktorius. Sitoplasmanya mengandung struktur-struktur yang sama dengan sel saraf lainnya. Sel penyokong merupakan sel-sel berbentuk silindris, berukuran 50-60 um dan mempunyai mikrovili pada permukaannya. Intinya berbentuk bulat terletak pada 1/3 apikal sel. Sitoplasma bagian apikalnya mempunyai granula yang mengandung pigmen bewarna kekuningan. Adanya pigmen kekuningan ini menyebabkan epitel olfaktorius. tampak bewarna kekuningan pada keadaan hidup. Fungsi sel ini adalah untuk menyokong, memberi nutrisi dan insulator listrik bagi sel olfaktorius. Sel basal merupakan sel kecil, basofilik, berbentuk piramid yang bagian apikalnya tidak mencapai permukaan epitel. Inti sel terletak lebih ke arah basal. Sel basal diyakini sebagai sel induk (stem cells) untuk sel olfaktorius dan sel sustentakular. Gambaran skematis sel-sel pada organ penghidu B. RESEPTOR PENGECAP Gambaran histologis lidah Indera pengecap memberikan informasi kepada kita tentang makanan dan minuman yang kita konsumsi. Reseptor pengecap terletak pada permukaan atas lidah dan bagian faring dan laring yang terletak didekatnya. Reseptor pengecap dan sel-sel epitel yang khas membentuk struktur sensoris yang dikenal sebagai kuncup kecap (taste bud). panjang dan berkromatin padat. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas mikrovilus. Kuncup kecap merupakan organ sensoris intraepitel yang berfungsi dalam persepsi rasa. Permukaan lidah dan bagian belakang rongga mulut mengandung kira-kira 3000 kuncup kecap. Kuncup kecap merupakan organ berbentuk bulat, lebih pucat dibandingkan dengan epitel disekitarnya. Setiap kuncup kecap terdiri atas 40 reseptor pengecap berbentuk silindris yang dikenal sebagai sel pengecap (gustatory cells) dan sel-sel penyokong. Pada bagian ujung sel kecap yang menyempit terdapat mikrovili, yang dikenal sebagai rambut pengecap (taste hairs) yang berjalan menuju permukaan lidah melalui lubang pengecap (taste pore). Ada 4 macam sel pengecap yaitu sel basal (basal cell, sel tipe IV), sel gelap (dark cell, sel tipe I), sel terang (light cell, sel tipe II), dan sel pertengahan (intermediate cell, sel tipe III). Sel basal diyakini merupakan sel awal yang akan berubah menjadi sel gelap yang kemudian menjadi matang sebagai sel terang, lalu berubah menjadi sel pertengahan dan akhirnya akan mati. Serat-serat saraf akan masuk kedalam kuncup kecap dan bersinap dengan sel tipe I, II dan III. Saraf kranial ke VII akan mempersarafi kuncup kecap yang terdapat pada 2/3 anterior lidah, dari akar lidah hingga ke garis papila sirkumvalata. Papila sirkumvalata dan 1/3 posterior lidah akan dipersarafi oleh saraf otak ke IX. Saraf otak ke X akan mempersarafi kuncup kecap yang tersebar pada permukaan epiglotis. Serat saraf sensorik afferent dari saraf –saraf kranial ini akan bersinap di nukleus solitarius di medula oblongata. Akson dari sel saraf di nuleus solitarius akan berjalan memasuki lemniskus medialis selanjutnya menuju ke talamus dan akhirnya informasi akan diproyeksikan ke korteks sensoris primer. Di bawah mikroskop cahaya kuncup nampak sebagai struktur mirip irisan bawang dengan sel-sel yang tersusun mirip lapisan-lapisan pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Badan akhir serat saraf sensoris ini terdiri atas 2 macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya berbentuk gelendong langsing. Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir sama dengan tebal epitel. Sel penyokong lebih gemuk dan intinya berkromatin halus sedangkan sel pengecap lebih langsing, intinya gepeng TENTIR KULIAH FISIOLOGI PENGINDERAAN Penginderaan terdiri dari: a. Penglihatan (mata) b. Pendengaran dan Vestibuler/Keseimbangan (telinga) c. Perabaan / Sentuhan (kulit) d. Pengecapan (mulut, lidah) e. Penghidu (hidung) Adapun organ indera berperan sebagai reseptor, yang dapat dikelompokkan menjadi: eksteroreseptor terletak di permukaan tubuh, menerima stimulus dari lingkungan luar; telereseptor reseptor lebih luar; kemoreresptor, dll. Reseptor ada di dalam sel membrane merupakan protein reseptor. Sel yang berubah strukturnya dan berguna untuk transduksi berbagai rangsang menjadi sinyal listrik. Ada sentral dan peripheral reseptor. Jalannya: dimulai dari rangsangan sampai adanya persepsi setelah diproses oleh korteks serebri Rangsang oleh reseptor (suara, cahaya, raba, dll) peubahan rangsang jadi sinyal listrik neuron sensorik primer, sekunder, tersier diteruskan ke korteks serebri ada persepsi dari rangsang tersebut (respon) Rangsangan dari lingkungan dalam dan luar tubuh aferen (disadari/tidak disadari) Yang disadari ada aferen visceral dan somatic. Penglihatan retina Nervus optikus (N 2) Thalamus Korteks serebri di bagian lobus oksipetal Pendengaran ke bagian temporal dari korteks serebri. Ada 5 jenis resptor dalam tubuh (special senses) di rangsang dengan rangsang adekuat respon sesuai dengan reseptornya itu. Kalau seseorang jatuh dan terkena bagian pendengaran akan terdengan bunyi keras sekali Kalau seseorang ditonjok dibagian mata akan terlihat cahaya Bila diperhatikan, akan ada suatu gambar: Receptive fields neuron-neuron aferen primer berkonvergesi atau berkumpul menjadi satu neuron. Gambar B neuron2 primernya tidak berkonvergensi/berkumpul. Tiap neuron sensorik primer diteruskan oleh 1 neuron sensorik sekunder. Keterangan gambar: Gambar A ada 2 tusukan merasanya 1 tusukan (n:1) Gambar B ada 2 tusukan merasanya 2 tusukan (1:1) *Kesimpulan: makin kecil receptive fields makin peka terhadap rangsangannya FISIOLOGI MATA PROSES PENGLIHATAN: Ada cahaya masuk diteruskan ke retina ke retina traktus optikus korpus geniculatum lateral radiasi optikus ke visual korteks primer (di lobus oksipital) Cahaya yang masuk melalui kornea akan dipertajam cahayanya di retina karena diproyeksikan ke fovea centralis. Di fovea centralis bayangan terlihat jelas karena banyak terdapat sel konus (sel kerucut jumlahnya banyak), sementara jumlah sel batangnya sedikit. Di retina, cahaya di ubah jadi rangsang listrik depolarisasi/hiperpolarisasi aksi potensial traktus optikus korteks visual serebri respon penglihatan. Dalam sistem optik mata melihat sesuatu dengan jelas ada diskriminasi 2 titik pada area penglihatan diukur dengan Snellen Chart. Jenis-jenis refraksi: a. mata normal (emetropi), b. mata rabun dekat (hipermetropi) lensa mata terlihat cekung koreksi dengan lensa cembung (konveks) c. rabun jauh (miopi) lensa mata terlihat cembung dikoreksi dengan lensa cekung (konkaf) d. astigmatisme (silindris). Pada sistem visual terdapat akomodasi, yakni usaha mata kita untuk melihat benda jauh, atau dekat, tapi bayangan tetap jatuh tepat di retina. Pada orang usia lanjut, daya akomodasi sudah berkurang karena keelastisan lensa sudah menurun. Oleh sebab itu, akomodasi kuat juga tidak bisa lagi memajukan bayangan agar berada di retina. Dalam adaptasi gelap-terang, seseorang dari tempat terang untuk sesaat tidak bisa melihat ditempat yang gelap. Sebaliknya jika dari tempat gelap langsung menuju tempat terang kita akan merasakan silau. Jika m.siliaris relaksasi maka sinar yang masuk sejajar ke dalam mata dan bayangan akan jatuh tepat di retina. Jika benda didekatkan sementara m.siliaris tetap berelaksasi bayangan jatuh dibelakang retina. Dengan adanya akomodasi lensa bisa menjadi lebih cembung Lapisan retina dan reseptornya: terdapat sel batang dan sel kerucut, lalu ada lapisan pigmen, lapisan ganglion bipolar, lapisan ganglion utama. Sinar datang melewati lapisan-lapisan saraf dahulu (ganglion) baru menuju reseptor (sel batang dan kerucut). Sel batang terutama memiliki sensitivitas kepekaan terhadap cahaya dengan panjang gelombang 505 nm. Rangsang reseptor pembukaan/penutupan kanal natrium kanal natrium terbuka (depolarisasi) tidak dapat melihat. Kanal natrium menutup sebaliknya!!! Gelap kanal natrium terbuka glutamate meningkat bipolarnya dihambat depolarisasi tidak dapat melihat *Kesimpulan: semakin kuat stimulus cahaya, semakin besar respon hiperpolarisasi Kanal natrium menutup glutamate menurun bipolar tidak dihambat hiperpolarisasi dapat melihat. Di retina ada 2 reseptor sel batang dan sel kerucut, serta terjadi reseptor potensial. Sel kerucut photopic peka terhadap cahaya (banyak terdapat di fovea sentralis/bintik kuning) tidak bersifat konvergensi berperan dalam penajaman penglihatan untuk penglihatan warana. Ada 3 jenis fotopigmen pada sel kerucut untuk melihat warna (biru, merah, dan hijau). GERAKAN MATA Gerakan mata terjadi karena ada otot-otot bola mata/external muscle. Kalau m.siliaris internal muscle. External muscle mata bergerak cepat peristiwa nistagmus? kursi Barany mata nistagmus ada anistagmus lambat dan cepat peristiwa itu menunjukkan, bayangan akan selalu jatuh tepat di fovea centralis (retina). Otot-otot yang berperan dalam pergerakan bola mata: a. Rectus lateralis: ke lateral n. VI, b. Rectus medialis: ke medial n. III c. Recuts superior: elevasi n. III d. Rectus inferior: depresi n. III e. Oblique superior: depresi dan berputar lateral n. IV f. Oblique inferior: elevasi dan berpitar lateral n.III b. vestibuler movements mata akan selalu membantu agar posisi tubuh tidak jatuh (berperan dalam mempertahankan keseimbangan tubuh c. convergency movements mata kita dapat mengkonvergensi ke satu objek aksis berkonvergensi objek bayangan terlihat hanya satu. Aksis mata akan mengkonvergensi Reseptor potensial terjadi secara bertahap. Graded potential bergantung kekuatan rangsang. *Ada kanal2 ion yang akan terbuka secara kimiawi atau mekanik. Responnya depolarisasi atau hiperpolarisasi. Dari reseptor potensial aksi potensial di membrane sel Terdapat penguatan/pemusatan rangsang dengan adanya lateral inhibiton Tentir ini dibuat berdasarkan penjelasan dosen + sedikit tambahan dari literatur (yang mengenai otot-otot ^-^,,, yang lain-lain tolong dibaca dan dipelajari dari sumber lain, yaaaaa) Fisiologi Pendengaran Ada beberapa contoh gerakan mata: a. smooth persuit movement gerakan mata mengikuti gerakan suatu objek Mendengar: persepsi neural terhadap energi bunyi. Terdiri dari 2 aspek 1. What: identifikasi bunyi, dan 2.where: lokalisasi bunyi. Gelombang bunyi timbul dari getaran udara akibat kompresi molekul udara. Energi bunyi lama-kelamaan menghilang seturut dengan gelombang bunyi menjauhi sumber getaran udara terlalu lemah. Pitch/ nada: berhubungan dengan frekuensi getaran. Frekuensi yang terdengar manusia adalah 20 – 20.000 Hz (paling sensitif 1000 – 4000 Hz). Intensitas/ kekerasan: berhubungan dengan amplitudo gelombang atau perbedaan tekanan di membran timpani. >> amplitudo bunyi >> keras Timbre/ kualitas suara: berhubungan dengan overtone (getaran harmonik) yang ditimbulkan benda. Tiap musik terbnetuk dari gelombang primer (menentukan nada) + getaran harmonik, sehingga timbre tiap alat musik beda. Proses mendengar Gelombang suara (getaran udara) ↓ Ditangkap pinna/ daun telinga/ aurikula ↓ Masuk meatus auditori eksternus (MAE) ↓ Membran timpani bergetar ↓ Menggetarkan manubrium (lengan) malleus incus stapes ↓ (amplifikasi tekanan gelombang bunyi) Stapes menggetarkan jendela ovale ↓ Getaran merambat di perilimfe (koklea bagian skala vestibuli) ↓ Getaran perilimfe menggetarkan sel rambut organ korti ↓ Sinyal saraf teraktivasi Fungsi bunyi ditangkap lebih dulu oleh pinna adalah: 1. Melindungi gelombang bungyi yang mencapai telinga dari belakang, 2. Membantu membedakan asal bunyi dari depan/ belakang. MAE kulit yang membatasi kanal memiliki bulu halus dan kelenjar sebasea. Semakin ke dalam, kulit mempunyai kelenjar seruminosa (penghasil serumen). o Serumen melembutkan & membuat membran timpani tahan air. o Serumen+rambut mencegah objek asing berukuran kecil & serangga masuk. Gelombang bunyi diamplifikasi oleh tulang pendengaran karena dibutuhkan tekanan lebih besar untuk merambat dalam udara dibandingkan dalam cairan. Mekanisme amplifikasi gelombang bunyi: o Luas permukaan membran timpani >> dari jendela oval sehingga tekanan dapat meningkat dengan gaya yang sama. Rumus gaya adalah P= F/A P [tekanan] berbanding terbalik dengan A [ luas permukaan], sehingga dengan F [gaya] yang sama namun A jendela oval lebih kecil, akan dihasilkan P lebih besar. o Kerja tulang pendengaran lain saling mendukung. Di dalam telinga tengah, ada 2 otot yang membantu mekanisme pendengaran: 1. m. tensor timpani, 2. m. stapedius. Bunyi keras kontraksi m.tensor timpani mendorong manubrium malleus ke medial dan menurunkan getaran membran timpani kontraksi m.stapedius mendorong ujung stapes keluar jendela oval. Secara keseluruhan disebut refleks timpani. o Fungsi refleks timpani: mencegah rangsang berlebih pada reseptor pendengaran. Tentang anatomi mohon dibaca di tentir anatomi, supaya nyambung membaca tentang proses pergerakan sel rambut akibat gelombang suara. Koklea merupakan saluran dengan 3 ruangan: skala vestibuli, yang bersambung dengan skala timpani (lewat helikotrema), dan skala media di tengah-tengahnya. Skala media berisi endolymph dan skala lainnya berisi perilymph. Antara skala vestibuli dan media terdapat membran pembatas: membran basal/ membran Reissner. Membran ini menjadi ‘pijakan’ sel korti luar dan dalam. Pada masing-masing sel korti, pada puncaknya terdapat sel rambut. Ujung sel rambut berbatasan dengan membran tektorial yang kaku. Selain itu, setiap sel korti mempunyai saraf sensoriknya (lihat gambar). Prosesus sel rambut menonjol ke endolymph namun dasarnya di perilymph. Perilymph terbentuk dari plasma (manitol, sukrosa). Endolymph mempunyai konsentrasi K+ tinggi dan Na+ rendah. Sel rambut yang mengalami gangguan mekanik oleh getaran dari perilymph dapat membangkitkan potensial aksi, yang kemudian dibawa ke korteks. Sel rambut pada sel korti dalam dan luar mempunyai fungsi berbeda: o Sel rambut dalam: rangsang mekanik menggetarkan membran basal menggetarkan sel korti dalam menggetarkan sel rambut dalam (stereosilia) rambut bergerak maju mundur gerakan ini membuka kanal ion depolarisasi & hiperpolarisasi potensial aksi sel saraf. Saat membran basiler terdorong ke atas peningkatan release neurotransmitter depolarisasi. Membran basiler kembali ke bawah penurunan neurotransmitter hiperpolarisasi. o Sel rambut luar: rangsang mekanik potensial aksi sel saraf (lewat mekanismedi atas) mengubah panjang pendeknya sel rambut. Perubahan panjang pendek sel rambut luar yang dipengaruhi potensial aksi sel rambut dalam disebut elektromotilitas (depolarisasi memendek, hiperpolarisasi memanjang). Elektromotilitas ini berfungsi meningkatkan gerakan membran basiler akibat tekanan. Menggetarkan sel korti dalam ↓ Menggetarkan sel rambut korti dalam membangkit potensial aksi sel saraf ↓ Potensial aksi sel rambut dalam mengubah panjang sel rambut luar ↓ Amplifikasi gerakan membran basiler ↓ Potensial aksi diterima serat aferen ↓ Di bawa ke korteks Diskriminasi bunyi Diskriminasi nada bergantung pada bentuk dan struktur membran basiler yang sempit & kaku di ujung jendela oval dan lebar & fleksibel di ujung helikotrema. Area berbeda pada membran basiler bergetar maksimal pada frekuensi berbeda (ujung jendela oval untuk frekuensi tinggi, helikotrema untuk frekuensi rendah). Diskriminasi bunyi tergantung amplitudo getaran. Fisiologi penghidu Mekanisme pendengaran mulai dari jendela oval Getaran pada jendela oval ↓ Menggetarkan perilymph di skala vestibuli ↓ Menggetarkan membran basal/ reissner ↓ Mukosa olfaktori mengandung 3 jenis sel o Sel reseptor olfaktori sel neuron aferen yang bagian reseptornya di dalam mukosa olfaktori hidung menuju n.olfaktorius. o Sel pendukung menyekresikan mukus. o Sel basal prekursor sel reseptor olfaktori per 2 bulan. Bagian sel reseptor olfaktori mempunyai silia yang menembus mukosa dan mempunyai situs pengikat odoran. Odoran yang yang dapat dicium haruslah: mudah menguap sehingga molekulnya mudah masuk hidung, dan larut air sehingga larut mukus di mukosa olfaktori. Hidung mengandung 5 juta reseptor dengan 1000 tipe berbeda. Zat bau akan dipecah menjadi beberapa komponen dan tiap reseptor hanya aktif untuk satu komponen. Proses pembauan: Komponen bau + reseptor olfaktori mengaktifkan protein G kaskade intrasel sel cAMP pembukaan kanal Na+ depolarisasi potensial aksi neuron aferen n.olfaktori. Frekuensi potensial aksi tergantung konsentrasi komponen bau. (lihat gambar)Pada bulbus olfaktori, terdapat sel mitral dan glomerulus (neural junction). Setiap glomerulus menerima sinyal hanya dari reseptor yang mendeteksi komponen bau tertentu, sehingga satu komponen berbeda dari bau akan disortir pada 1 glomerulus. Glomerulus ini berperan sebagai stasiun pemancar pertama di otak. Sel mitral memastikan sinyal dan lanjut memancarkan ke otak. Dari bulbus olfaktori, ada 2 jalur saraf: Subkortikal terutama regio sistem limbik. Berfungsi untuk koordinasi perilaku (makan, kawin, orientasi arah) dan bau. Kortikal lewat talamus menuju korteks. Berfungsi untuk persepsi sadar dan diskriminasi bau. Saraf yang dipresentasikan ke subkorteks dibagi lagi lewat 2 jalur: o Area olfaktori media terletak di anterior hipotalamus. Didominasi oleh nukleus septal yang meneruskan sinyal ke hipotalamus dan sistem limbik sehingga berperan dalam perilaku dasar terhadap bau. o Area olfaktori lateral terdiri dari korteks piriform, prepiriform, dan nuklei amigdaloid bagian kortikal. Jalur kemudian menuju sistem limbik dan hipokampus untuk pembelajaran like or dislike terhadap bau. Setiap odoran mengaktifkan banyak reseptor. Diskriminasi bau terjadi berdasarkan pola berbeda dari glomerulus yang diaktifkan oleh bau yang berbeda, sehingga korteks dapat membedakan > 10.000 bau. Selain itu, penghidup juga adaptif. Sensitivitas terhadap bau baru dapat berkurang meskipun sumber bau masih ada, alasannya: o Penurunan sensitivitas ini diduga akibat adaptasi di sistem pusat, bukan reseptornya. o Ditemukan beberapa enzim pemakan bau pada mukosa hidung sehingga molekul odoran tidak terus menerus merangsang reseptor. Telinga sebagai organ pendengaran terdiri atas 3 bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkut energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi 2 sistem sensorik yang berbeda, yaitu koklea yang mengandung reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar; dan aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi keseimbangan. Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri atas daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekulmolekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Gambar telinga: Fungsi komponen utama telinga FISIOLOGI PENGINDERAAN (lanjutan…) INDERA PENDENGARAN Struktur Telinga luar: - Pinna Fungsi mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke telinga tengah - Meatus auditorius eksternus (saluran telinga) - Membran timpani (gendang telinga) Telinga tengah: - mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga; berperan dalam lokalisasi suara - mengarahkan gelombang suara ke membran timpani; mengandung rambut-rambut penyaring dan mensekresikan kotoran telinga (ear wax) untuk menangkap partikel-partikel asing - menggetarkan tulang2 pendengaran di telinga tengah Memindahkan getaran membran timpani ke cairan di koklea, dalam prosesnya memperkuat energi suara - Maleus, inkus, stapes - Berosilasi secara sinkron dengan getaran membran timpani serta menimbulkan gerakan seperti gelombang di perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama Telinga dalam: Tempat sistem sensorik untuk mendengar - Jendela oval - Bergetar bersama dengan stapes untuk menggerakkan cairan perilimfe di koklea - Mengandung perilimfe yang digetarkan oleh gerakan jendela oval yang didorong oleh getaran tulang2 pendengaran di telinga tengah - Mengandung endolimfe; tempat membran basilaris - Skala vestibuli, skala timpani - Duktus koklearis (skala media) - Membran basilaris - Organ Corti - Membran tektorial - Jendela bundar - Bergetar bersama dengan gerakan perilimfe; mengandung organ Corti, organ indera untuk mendengar - Mengandung sel rambut, reseptor untuk suara, yang mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan di koklea - Tempat rambut sel-sel reseptor terbenam di dalamnya menekuk dan membentuk potensial reseptor ketika membran basilaris mengetarkan membran tektorial yang stasioner - Bergetar bersama dengan gerakan perilimfe untuk meredam tekanan di dalam koklea; tidak berperan dalam penerimaan suara Proses mendegar: Dalam proses mendengar, gelombang suara merambat melalui udara dan pada akhirnya samapai ke bagian telinga luar. Di bagian luar terdapat pinna yang merupakan suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit berfungsi mengumpulkan gelombang suara dan kemudian menyalurkannya ke saluran telinga luar. Kemudian gelombang suara membuat membran timpani yang menutupi pintu masuk telinga tengah bergetar. Daerah-daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-seling menyebabkan gendang telinga menekuk keluar masuk seirama frekuensi gelombang suara. Setelah itu, telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri atas 3 tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama, maleus melekat ke membran timpani dan tulang terakhir stapes melekat ke jendela oval (pintu masuk ke koklea yang berisi cairan). Ketika membran timpani bergetar, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membran timpani ke jendela oval. Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan pada kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui 2 jalur sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam, yaitu: 1. Perubahan posisi jendela bundar 2. Defleksi membran basilaris Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe (kaya Na+) ke depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar dan ke dalam rongga tengah untuk kompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke arah telinga tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan, mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak menimbulkan persepsi suara, tetapi hanya menghamburkan tekanan. Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan mengambil “jalan pintas”. Gelombang di kompartemen atas dipindahkan melalui membran vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui membran basilaris ke kompartemen bawah. Transmisi gelombang tekanan melalui membran basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke bawah atau bergetar. Karena organ Corti menumpang pada membran basilaris, sel-sel rambut juga ikut bergerak naik turun ketika membran basilaris bergetar. Karena rambut sel-sel reseptor terbenam di dalam membran tektorial yang kaku dan stasioner, rambutrambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang waktu membran basilaris menggeser posisinya terhadap membran tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian. Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius. Depolarisasi sel-sel rambut (saat membran basilaris bergeser ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen. Kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (saat membran basilaris bergeser ke bawah). Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-gerakan berosilasi membran basilaris yang membengkokkan pergerakan maju mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel reseptir, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga menyebabkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak (bagian lobus temporalis) sebagai sensasi suara. Diskriminasi Nada Diskriminasi nada adalah kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang datang. Hal tesebut bergantung pada bentuk dan sifat membran basilaris yang menyempit dan kaku di ujung jendela ovalnya, serta melebar dan lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membran basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda. Ujung sempit paling dekat dengan jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi, sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah. Nadanada antara berada di sepanjang membran basilaris dari frekuensi tinggi ke rendah. Diskriminasi intensitas (kepekaan) Diskriminasi intensitas bergantung pada amplitudo getaran. Sewaktu gelombang suara yang berasal dari sumber suara yang lebih keras mengenai gendang telinga, getaran di gendang telinga lebih kuat lagi (gerakan menonjol dan mencekung menjadi lebih luas). Defleksi membran timpani yang lebih luas ini diubah menjadi amplitudo pergerakan membran basilaris yang lebih besar di daerah puncak yang berespons. SSP menginterpretasikan getaran membran basilaris yang lebih kuat sebagi suara yang lebih keras. Suara yang sangat keras dan tidak dapat diperlembut, akan menggetarkan dengan hebat membran basilaris, sehingga sel-sel rambut akan rusak secara permanen dan menimbulkan gangguan pendengaran parsial. Korteks Pendengaran Korteks pendengaran tersusun secara topografis tonus. Setiap neuron korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu. Setiap daerah di korteks pendengaran tereksitasi hanya sebagai respon terhadap nada tertentu yang dideteksi oleh bagian tertentu membran basilaris. INDERA KESEIMBANGAN Di bagian telinga dalam terdapat organ untuk keseimbangan yang disebut aparatus vestibularis. Aparatus vestibularis ini dapat mendeteksi gerakan kepala serta penting untuk keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala, mata, dan tubuh. Selain itu, aparatus ini memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata serta postur tubuh. Alat ini terdiri atas suatu sistem tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus (bagian seperti batu, again keras) dari tulang temporal yang disebut labirin tulang, dan dalam labirin tulang terdapat sistem tabung membran dan rungan yang disebut labirin membranosa, yang merupakan bagian fungsional dari aparatus ini. Labirin membranosa terutama terdiri atas koklea, 3 kanalis semisirkularis, dan 2 ruangan besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus merupakan bagian integral dari mekanisme keseimbangan. Seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelililngi oleh perilimfe. Juga seperti organ Corti, komponen vestibular masing-masing mengandung sel-sel rambut yang berespons terhadap perubahan mekanis yang dicetuskan oleh gerakangerakan spesifik endolimfe. Seperti sel-sel rambut auditorius, reseptor vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Namun tidak seperti sistem pendegaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh sistem vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran. Kanalis Semisirkularis ` Dalam setiap aparatus vestibularis terdapat 3 buah kanalis semisirkularis yang dikenal sebagai kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral (horizontal) yang tersusun tegak lurus satu sama lain. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) angular atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik atau memutar kepala. SelEndolimfe Kupula sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas ridge yang berada di ampula, suatu pembesaran di pangkal kanalis. Rambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa berbentuk seperti topi di atasnya. Lapisan ini disebut kupula, menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang searah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, setidaknya di salah Kupula satu kanalis kanalis semisrkularis. Saat kepala mulai bergerak, saluran tulang dan ridge sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di dalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak, mula-mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia (kelembaman) ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sejajar dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Endolimfe bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespons jika keplaa tidak bergerak atau jika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan yang tetap. Pada manusia, percepatan angular yang dibutuhkan untuk merangsang kanalis semisirkularis rata-rata sekitar satu derajat per detik.2 Organ Otolit Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Di bagian permukaan dalam dari setiap utrikulus dan sakulus ada daerah sensorik kecil yang diameternya kurang dari 2 mm dan disebut sebagai makula. Makula dari utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal permukaan inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi kepala sesuai dengan arah gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Sebaliknya, makula dari sakulus terutama terletak dalam bidang vertikal dan karena itu penting pada keseimbangan bila seseorang berbaring. Setiap makula ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak kristal kalsium karbonat yang kecil-kecil disebut otolit. Hal ini menyebabkan lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam (inert) daripada cairan di sekitarnya. Dalam makula juga terdapat beribu-ribu sel rambut, di mana sel ini akan menonjolkan silia ke dalam lapisan gelatinosa. Pangkal dan sisi-sisi sel rambut bersinaps dengan ujung-ujung sensorik saraf vestibular. Gerakan sel rambut menyebabkan perubahan posisi rambut serta Masa gelatinosa membengkokkan rambut dalam 2 cara: 1. Ketika kepala digerakkan ke semua arah selain vertikal (selain tegak dan menunduk), rambut-rambut membengkok sesuai gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan gelatinosa yang berat. Di dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan yang lain mengalami hiperplarisasi ketika kepala berada pada berbagai posisi selain tegak lurus. Dengan demikian SSP menerima pola-pola aktivitas saraf yang berlainan bergantung pada posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi. 2. Rambut-rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal (bergerak lurus ke depan, ke belakang atau ke samping). Ketika seseorang mulai bergerak ke depan, bagian atas membran otolit yang berat mula-mula akan tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan demikian rambut-rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa mulai menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus bergerak ke depan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokkan rambut-rambut ke arah depan. Dengan demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi horizontal, tetapi tidak memberikan informasi tentang gerakan lurus yang berjalan konstan. Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa dia berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi linier vertikal (misalnya meloncat-loncat atau dalam elevator). Sensitivitas Arah Sel Rambut menimbulkan perubahan potensial. Setiap sel rambut memiliki 50 sampai 70 silia sel yang kecil, disebut stereosilia, ditambah 1 silium besar, yaitu kinosilium. Kinosilium selalu terletak di dalam satu sisi dan stereosilia secara progresif menjadi semakin pendek ke arah sisi lain pada sel. Perlekatan filamentosa yang tipis menghubungkan ujung setiap stereosilium dengan stereosilium selanjutnya yang lebih panjang dan akhirnya ke kinosilium. Karena perlekatan ini, jika stereosilia dan kinosilium melekuk ke arah kinosilium, maka perlekatan filamentosa akan menarik stereosilia yang satu dan yang lainnya, mendorong ke arah luar badan sel. Keadaan ini akan membuka beberapa ratus saluran dalam setiap membran silium untuk menghantarkan ion positif, dan ion positif yang banyak ini mengalir ke dalam sel cairan endolimfe sekelilingnya, lalu menimbulkan depolarisasi. Sebaliknya, pelekukan tangkai silia ke arah yang berlawanan (menjauhi kinosilium), akan menurunkan tegangan pada perlekatan dan keadaan ini akan menutup saluran ion, dengan demikian menimbulkan hiperpolarisasi. Dalam keadaan istirahat normal, serat-serat saraf yang keluar dari selsel rambut menjalarkan impuls saraf terus-menerus dengan kecepatan sekitar 100 per detik. Skema berikut menunjukkan masukan dan keluaran dari nukleus vestibularis Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen aparatus vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, suatu kelompok badan sel saraf di batang otak, dan ke serebelum. Di sini informasi vestibular diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk: 1. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan 2. Mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfiksasi ke titik yang sama walaupun kepala bergerak 3. Mempersepsikan gerakan dan orientasi. Indera Pengecap dan Penghidu Sebuah papil pengecap terdiri atas ±50 sel reseptor yang terkemas dengan sel-sel penunjang. Setiap papil pengecap memilki sebuah lubang kecil, yaitu pori-pori pengecap, tempat berkontaknya cairan dalam mulut dengan permukaan sel reseptor. Sel-sel reseptor pengecapan adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak lipatan permukaan atau mikrovili untuk memperluas permukaan sel yang terpajan ke isi mulut. Membran palsma mkrovili mengandung reseptorreseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul-molekul zat kimia di lingkungan. Hanya zat kimia dalam larutan (baik cairan atau zat padat yang telah larut dalam air liur) yang bisa berikatan dengan reseptor dan membangkitkan sensasi rasa. Terikatnya zat kimia yang membangkitkan rasa dengan reseptor, membuat kanal ion sel menghasilkan potensial (depolarisasi). Potensial oleh reseptor ini kemudian memulai potensial aksi pada ujung-ujung terminal serabut saraf aferen di mana sel-sel reseptor bersinaps. Ujung-ujung terminal aferen beberapa saraf kranialis bersinaps dengan papil-papil pengecap di berbagai bagian mulut. Sinyal di masukan sensorik ini dikirimkan melalui perhentian-perhentian sinaps di batang otak dan talamus kemudian ke area gustatori korteks (cortical gustatory area), sebuah area pada lobus parietal. Tidak seperti kebanyakan organ sensoris lain, jalur gustatorik sebagian besar tidak menyilang. Batang otak juga memproyeksikan serat-serat tersebut ke hipotalamus dan sistem limbik, yang mempengaruhi afek, misalnya apakah rasa yang dikecap menyenangkan atau tidak, dan untuk mengolah aspek-aspek perilaku yang berkaitan dengan pengecapan dan penghidu. INDERA PENGECAP Terdapat beribu sensasi rasa yang berasal dari kombinasi 5 rasa dasar, yaitu asin, asam, manis, pahit, dan umami. Setiap sel reseptor merespons dengan derajat berbeda pada 5 rasa dasar, tetapi umumnya setiap sel reseptor responsif terhadap 1 modalitas rasa. Diskriminasi rasa selain rasa dasar bergantung pada perbedaan tipis dalam pola stimulasi oleh semua kuncup kecap dalam respons terhadap bermacam-macam subtansi, sama seperti stimulasi pada 3 tipe sel kerucut yang menghasilkan berbagai sensasi warna. Kemoreseptor untuk sensasi rasa terdapat pada kuncup kecap (taste buds), terdapat sekitar 10 ribu kuncup kecap pada rongga mulut dan kerongkongan, dengan persentase terbanyak pada bagian atas lidah. Sel-sel reseptor kecap menggunakan jalur yang berbeda untuk membuat depolarisasi potensial reseptor pada setiap rasa dasar : Tidak seperti mata (fotoreseptor) dan telinga (mekanoreseptor), rasa dan bau ditangkap oleh reseptor kimia (kemoreseptor). Mencium dan mengecap merupakan komponen dari jalur viseral aferen khusus karena kedua indera tersebut dapat merangsang organ viseral, misal saat kita lapar dan membau makanan, maka kelenjar saliva akan meningkatkan sekresinya, begitu juga lambung akan meningkatkan produksi getah lambungnya. 1. Rasa asin Terstimulasi oleh garam kimia, terutama NaCl (garam dapur). Penerimaan langsung ion Na+ melalui kanal Na+ pada membran sel reseptor, sebuah gerakan yang mengurangi kenegatifan dalam sel. maka kemampuan lidah untuk merasa juga berkurang, walaupun reseptorreseptor rasa tidak dipengaruhi oleh flu. Faktor lain yang mempengaruhi rasa adalah suhu dan tekstur, serta faktor psikologik dari pengalaman yang lalu. Bagaimana korteks memproses persepsi kompleks sensasi rasa belum 2. Rasa asam Terstimulasi oleh asam, yang mengandung ion hidrogen bebas, H+. Sebagai contoh, lemon yang mengandung asam sitrat. Depolarisasi terjadi karena H+ memblok kanal K+ pada membran sel reseptor. Akibatnya, berkurangnya pergerakan pasif ion K+ keluar dari sel, pada akhirnya mengurangi kenegatifan dalam sel. 3. Rasa manis Terstimulasi oleh konfigurasi glukosa dengan cara mengaktifkan protein G, yang kemudian mengaktifkan cAMP (caraka kedua/ 2nd messenger). Jalur caraka kedua menghasilkan fosforilasi dan pemblokan pada kanal K+ pada membran sel reseptor. 4. Rasa pahit Terstimulasi oleh substansi kimia yang lebih menyebar daripada rasa dasar lainnya. Sebagai contoh, alkaloids (kafein, nikotin, strychnine, morfin, dan derivat tumbuhan beracun lain), dan juga substansi beracun, semuanya terasa pahit, diduga sebagai mekanisme protektif tubuh agar tidak mencerna substansi tersebut. Sel kecap yang mendeteksi pahit terdiri dari 50-100 reseptor, yang masing-masing mempunyai respon terhadap rasa pahit yang berbeda. Protein G yang pertama pada pengecapan, gustducin, ditemukan pada salah satu jalur penghantaran pahit. Gustducin ini bekerja mirip seperti transducin pada mata. 5. Rasa umami Ditemukan oleh peneliti asal Jepang. Terstimulasi oleh asam amino, terutama glutamate. Dengan adanya asam amino, seperti yang ditemukan pada daging, berfungsi sebagai penanda makanan kaya protein. Glutamate terikata pada protein G coupled dan mengaktifkan caraka kedua yang masih belum diketahui. Persepsi rasa juga dipengaruhi oleh reseptor lain, terutama bau. Saat kita kehilangan kemampuan untuk mencium bau karena flu untuk sementara, diketahui. Terima kasih buat Fadli, Benny, dan Bila atas referensi LTMnya untuk tentir ini ^.^