Kelopak Mata

advertisement
TENTIR MINGGU PERTAMA MODUL PENGINDERAAN
Siepend Tentir tk 3 fkui 2007
NICHI-DEVI-PIWI-ANNISA PN-IRA-FITRI-NAFISAH-AGHIS
Masalah Klinik pada Sistem Pendengaran dan Keseimbangan
Jenny Bashiruddin—THT FKUI Jakarta
Anatomi dan Fisiologi Telinga
Masalah: Infeksi, Kelainan Degeneratif, Neoplasma, Trauma
Patogenesis Gangguan Pendengaran: 3 jenis gangguan pendengaran yakni tuli
konduksi (melibatkan telinga luar, telinga tengah), tuli sensorineural
(melibatkan telinga dalam), dan tuli campur (melibatkan telinga luar/tengah
dan telinga dalam).
Tuli konduktif
Kelainan di telinga luar:
 Kelainan kongenital :
 Atresia liang telinga
 Mikrotia
 Otitis Eksterna
 Osteoma liang telinga
 Sumbatan serumen
Kelainan di telinga tengah :
 Gangguan fungsi tuba eustakhius
 Barotrauma
 Otitis media
 Otosklerosis, Timpanosklerosis
 Hemotimpanum
 Dislokasi tulang pendengaran
Tuli Sensorineural
Kelainan di telinga dalam (koklea):
 Presbiakusis
 Tuli akibat bising
 Tuli akibat obat ototoksik
 Tuli mendadak
 Trauma Kapitis
Tuli Campurkelainan di telinga tengah dan dalam
Presbiakusis
Patologi :
 Atrofi & perubahan vaskuler pd stria vaskularis
 Degenerasi sel-sel rambut penunjang di organ Corti
 Berkurangnya jumlah & ukuran sel ganglion & saraf
Tuli Akibat Bising
Patologi :
 Kerusakan bagian organ Corti : membran,
stereosilia, sel rambut,
 Kerusakan organ subseluler, stria vaskularis
Tuli akibat obat ototoksik
Patologi :
 Kerusakan sel rambut
 Kerusakan stria vaskularis
Tuli Mendadak
Patologi :
 Iskemia koklea akibat spasme,trombosis atau perdarahan A.Auditiva
Interna
 Menyebabkan degenerasi sel ganglion stria vaaskula:
 ris & ligamen spiralis
 Kerusakan sel rambut tidak luas
 Infeksi virus : parotis,varisela,variola
 Dapat reversible
Keseimbangan
Sistem vestibular berinteraksi dengan banyak bagian lain sistem saraf.
Gejala dapat juga dialami sebagai masalah pada penglihatan, otot, proses
piker, dan memori
Mempertahankan keseimbangan bergantung pada input dari beberapa
sumber
1. The inner ears, or vestibular sistem – sensory hair cells within the inner ear
monitor the position and motion of the head in the environment
2. The eye – visual cues are important in maintaining balance and oculomotor
control
3. Skin pressure receptors – provide information about which part of the body
is in contact with the ground
4. Muscle and joint sensory receptors – provide information on the position of
the limbs in the environment.
Vertigo dapat berasalah dari masalah sentral atau perifer.
Penyebab sentral vertigo melibatkan struktur di dalam sistem saraf pusat
(serebrum, serebelum, batang otak atau substansia alba) yang memproses
informasi dari sistem vestibular dan area lain yang terlibat dalam
keseimbangan.
Penyebab perifer vertigo melibatkan disfungsi area yang bukan bagian dari
sistem saraf pusat, misalnya telinga dalam.
Penyebab vertigo sentral jarang ditemukan, penyebab perifer lebih umum.
Pemeriksaan Keseimbangan
Tes Keseimbangan Sederhana
 Romberg
 Romberg yang dipertajam
 Uji melangkah (stepping test)
 Tes tunjuk jari (past pointing test)
 Tes tunjuk hidung (nose finger test)
 Tes supinasi pronasi
Tes Keseimbangan Lanjut
 Maneuver Hallpike
 Posturografi
 Elektronistagmografi
Diagnosis dan Pemeriksaan
 Anamnesis/riwayat masalah
o Onset, intensitas, durasi
o Perubahan posisi
o Episodic/berkelanjutan
o Penyakit lain
o Obat ototoksik
o Trauma
 Pemeriksaan serebelum
o Post pointing test
o Finger nose test
 Pemeriksaan propioseptif
o Uji Romberg
o Stepping test
 Pemeriksaan Neurotologi
o THT umum
o Otoskopi
o Audiometri
o Posturografi
o Nistagmus kalori
o Nervus III, IV, VI, VII, IX
o Leher
o Maneuver Hallpike
o Nistagmus posisional
o ENG (elektronistamografi)
Supaya jelas, pasien yang sedang menjalani pemeriksaan nistagmus harus
memakai kacamata Frensel (20 D).
Pergerakan mata seringkali mengindikasikan disfungsi vestibular. Untuk
merekam pergerakan mata, dokter menggunakan teknik
elektronistagmografi.
Gangguan Keseimbangan
 Ggn Vestibuler Sentral
 sentral biasanya disertai gangguan lain di batang otak, misalnya
diplopia, parestesia perubahan sensibilitas dan fungsi motorik,
gangguan disfungsi serebelum
 Ggn Vestibuler Perifer
 Vertigo posisi : V Cervikal, BPPV
 Neuritis Vestibuler
 Vertigo Akibat obat ototoksik




Penyakit Menier (Hydrops)
Neuroma Akustik
Labirintitis
Fistula Perilimfa
Benign Paroxysmal Position Vertigo (BPPV)
Penyakit ini diakibatkan oleh beberapa Kristal kecil kalsium karbonat yang
terletak di telinga dalam pindah dari tempat yang seharusnya.
Ketika seseorang berbaring, dristal-dristal tersebut dapat menamban pada
salah satu dari ketiga kanal yang ada pada telinga dalam.
Cedera pada kepala adalah sebab paling umum BPPV pada orang di bawah
usia 50 tahun. Pada orang yang lebih tua, penyebab yang paling umum yakni
degenerasi sistem vestibular pada telinga dalam. Tatalaksana BPPV yakni
dengan reposisi kanal.
Meniere’s adalah hidrops labirintin. Tekanan cairan endolimfatik
meningkatkan gejala-gejala.
Rehabilitasi
Terapi untuk gangguan vestibular bervariasi berdasarkan diagnosis,
rehabilitasi sebaiknya dilkaukan komprehensif.
Pada kasus-kasus ringan, gejala-gejala dapat hilang dengan sendirinya karena
apparatus vestibular sembuh ata sistem saraf belajar untuk menompensasi
gangguan tersebut.
Tiga Terapi utama:
 Adaptasi
 Substitusi, mekanisme kompensasi
 Reposisi kanal, untuk BPPV.
Vestibular Rehabilitation Treatment (VRT)
 Substitusi
o Stimulasi berulang  dapat meningkatkan sistem vestibular
o Berolahraga untuk meningkatkan fungsi vestibular
 Adaptasi
Dengan latih-latihan dari yan mudah dan bersifat statis dan sampai
yang sulit dan dinamis.
Kuliah Introduksi Masalah Mata
Dr. Gitalisa Andayani, SpM—Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI
Mata
 Organ sensoris vital
(80% of information obtained from vision)
 Struktur delicate dan kompleks
 Masalah mata
- ditemukan dalam praktek sehari-hari
- dapat menyebabkan gangguan penglihatan
- gangguan kesehatan global
Definisi Gangguan Visual Menurut WHO: penglihatan yang buruk dan
kebutaan
Low vision (penglihatan yang buruk): akuitas/ketajaman penglihatan paling
baik yang sudah diperbaiki sampai 6/18 sampai 3 meter counting fingers
(CFdapat menghitung jari dari jarak 3 meter)
Kebutaan: dapat dikoreksi sampai keadaan paling baik akuitas
penglihatannya menjadi 3 meter CF atau kurang dari itu
Gangguan visual sebagian besar dapat dihindari (dapat dicegah dan/atau
dapat diobati).
Kebutaan Global Menurut WHO tahun 1990
Prevalensi kebutaan bervariasi dari 0.08% pada anak-anak sampai 4.4% pada
orang dewasa di atas 60 tahun; prevalensi global keseluruhan yakni 0.7%.
Setidaknya 7 juta orang menjadi buta setiap tahunnya
Jumlah orang buta di seluruh dunia bertambah 1-2 juta per tahunnya.
Prevalensi di kebutaan di Indonesia >1%
47% kebutaan disebabkan oleh katarak, 12% karena glaucoma, 9% karena
Age related Macular degeneration (degenerasi macula terkait penuaan), 13%
karena lain-lain.
Akibat kebutaan:
 Beban sosial
 Menjadi tanggungjawab orang lain
 Imobilitas, sekalipun badan sehat
 Kerugian finansial/Biaya
Cost of surgery / treatment / rehabilitation
 Efek kejiwaan
rasa tidak berdaya, depresi
Prevalensi Kebutaan :
 Indonesia: 1.5%
(tinggi, dibandingkan negara Asia lainnya
 Penyebab kebutaan utama di Indonesia
- katarak
- glaukoma
- kelainan refraksi
- penyakit retina
- penyakit kornea
(Survei Kesehatan Rumah Tangga, Depkes, 1993)
Pencegahan kebutaan
Visi 2020: Hak untuk Penglihatan
 Hubungan kerja sama antara WHO dan International Agency for the
Prevention of Blindness (IAPB)
 Diluncurkan tahun 1999 dengan 2 tujuan
o Mengeliminasi kebutaan yang tak bisa dicegah sebelum tahun
2020
o Mencegah penggandaan kejadian gangguan visual yang bisa
dicegah yang telah diproyeksikan antara tahun 1990 dan
2020
Pencegahan kebutaan melibatkan:
 Fasilitas
 Sumber daya manusia
 Dana
 Kesadaran
Pencegahan kebutaan
 Petugas kesehatan: dokter umum, oftalmologis, suster, optometris
 Organisasi
o Pemerintah
o NGO
o Organisasi profesi (contoh PERDAMI)
o Kelompok2 kolaboratif
Oftalmologi untuk dokter umum
 Perlu pengetahuan anatomi dan fisiologi mata, serta patogenesis
penyakit mata
 Perlu pengetahuan mata dasar
 Melakukan diagnosis masalah mata

Tatalaksana:
- komplit/mandiri
- inisial
- merujuk
Anatomi Mata
• Terletak dalam rongga mata (orbita)
• Terlindung oleh lemak
• Digerakkan oleh:
- 4 otot rektus
- 2 otot oblique
• Ukuran :
2/3 bola pingpong
(diameter bayi 18 mm
 dewasa 24-25 mm)
Mata Kita itu…
• Bola mata dibasahi (lubrikasi) oleh air mata yang terdiri atas: air, lipid
dan musin
• Lapisan air mata tersebar di permukaan mata dengan gerakan
mengedip
• Kelebihan air mata dipompa ke saluran(duct) dan di-drainase ke
hidung
Refraksi
 Sinar sejajar/paralel dari suatu obyek jauh (6 meter), misalnya pohon,
akan terfokus pada satu titik fokus di retina
 semakin tinggi kekuatan lensa/cembung, semakin dekat titik
fokus dari lensa
 kekuatan lensa (kekuatan refraksi) diukur dalam satuan
diopter (D)
 lensa konveks dengan kekuatan refraksi 1 diopter memiliki
kemampuan untuk mengkonvergensikan sinar 1 meter dari lensa.
 Obyek/cahaya masuk secara divergen jika jaraknya semakin dekat
dengan mata
Proses Penglihatan (pada mata normal=emetropia)
Sinar sejajar (paralel) dari benda jauh akan dibelokkan oleh kornea dan
lensa
Sinar tersebut difokuskan tepat pada retina (makula),lalu diteruskan lewat
saraf optik ke otak,sehingga menghasilkan penglihatan yang jelas
Klasifikasi Masalah Mata:
 mata merah (normal dan penurunan penglihatan)
 Hilangnya penglihatan kronik (progresif)
 Hilangnya penglihatan akut (persisten)
 Trauma
 Abnormalitas pada garis (alignment) dan motilitas ocular
 Gangguan refraktif
Mata Merah
 Media refraksi jernih: penglihatan normal
 Opasitas (kekeruhan) media refraksi: penurunan penglihatan
 Vasodilatasi pembuluh konjungtiva/episklera/kornea
 Inflamasi (infeksi dan noninfeksi)
 Penglihatan normal: konjungtivitis, skleritis, episkleritis, pterigium,
pinguecula
 Penurunan penglihatan: glaucoma akut, keratitis, uveitis,
endoftalmitis
Penurunan penglihatan kronis
 Disebabkan oleh perubahan kronik kejernihan atau fungsi media
refraksi



Abnormalitas jaras saraf (dari retina ke korteks visual)
Sebagian besar: proses degenerative
Misalnya: katarak, glaucoma kronik, retinopati diabetic, age-related
macular degeneration (AMD)
Pada Glaukoma terjadi cupping pada papil mata (dari normal cupping
besarglaucomatous cupping)
Hilangnya penglihatan yang akut
 Disebabkan oleh perubahan akut pada media refraksi atau fungsinya,
atau gangguan akut pada jaras penglihatan
 Dapat berhubungan dengan penyakit sistemik, misalnya: retinal
detachment, retinal vascular occlusive diseases, vitreous hemorrhage,
optic neuritis, optic neuropathies
Cedera Okular
 Cedera yang penetrating (mempenetrasi) atau memperforasi
 Cedera tumpul
 Cedera kimia
Masalah refraksi
 Myopia (rabun jauh)
 Hipermetropia (rabun dekat)
 Astigmatisma
 Presbiopia
Myopia (rabun jauh)
 Kornea terlalu cembung, atau bola mata terlalu panjang
 Sinar dari benda jauh jatuh di depan retina
Hiperopia (rabun dekat)
 Kornea terlalu datar ataupun bola mata terlalu pendek
 Sinar akan di fokuskan di belakang retina
 Benda yang jauh maupun dekat menjadi tidak jelas
Astigmatisme (silindris)
 Bentuk kubah kornea tidak simetris, ada yang terlalu cembung pada
sumbu tertentu dan terlalu datar pada sumbu lain
 Terdapat 2 titik fokus pada retina

Gambar menjadi tidak jelas membuat penglihatan buram
Nice to know: abnormalitas alignment dan motilitas ocular
 Strabismus (squint) eksotropia (mata yang juling mengarah ke
luar), esotropia (mata yang juling lebih ke medial)
 Nistagmus
 Diplopia
 Paresis otot ocular eksternal
 Tumor orbital
Contoh-contoh Pemeriksaan Mata:
 uji refraksi
 pinhole test
 snellen chart
 funduskopi
 palpasi digital
 tonometer Schiotz
 Tes konfrontasi
 Slitlamp biomikroskopis + tonometri aplanasi
 Tes konfrontasi
Tentir Kuliah Anatomi
1. Penghidu
Bau  masuk ke rongga hidung  mukosa olfaktori  sel reseptor  dari
sel reseptor ini akan muncul serabut saraf, yaitu nervus olfaktori  bulbus
olfaktori  traktus olfaktori  menuju ke :
o Sistem limbik  emosi
o Lobus piriformis  memproses informasi, mempersepsikan bau
 ke korteks orbitofrontal (untuk menganalisa bau dan
membandingkan bau yang dicium dengan bau yang lain
o menyilang menuju ke bulbus kontralateral melalui komisura
anterior
Komponen sistem olfaktorius (gambar liat slide 3)
 mukosa olfaktori  terletak di rongga hidung bagian atas di cranial
konka superior. Didalam mukosa olfaktori ini terdapat sel reseptor.
 sel reseptor olfaltori  sel bipolar, yang mempunyai prosesus perifer
dan processus sentral. Prosesus perifer merupakan serabut kasar yang
berjalan ke arah permukaan membran mukosa membentuk silia-silia
pendek yang disebut rambut olfaktorius. Rambut olfaktorius menutupi
mukosa olfaktori dan akan bereaksi terhadap bau. Sedangkan, prosesus
sentral yang halus membentuk serabut saraf olfaktorius (nervus
olfaktorius). Berkas serabut saraf ini akan masuk ke bulbus olfaktorius
melalui lubang-lubang di lamina cribrosa ossis etmoidalis.
 Bulbus olfaktorius  merupakan stuktur berbentuk oval yang
komponen sel utamanya adalah sel mitral. Serabut-serabut nervus
olfaktorius yang datang ke bulbus akan bersinaps dengan dendrite sel
mitral dan akan membentuk daerah berbentuk bulat yang disebut
glomerulus sinaptik.
 Traktus Olfaktorius  merupakan substansia alba yang sempit yang
berjalan dari ujung posterior bulbus olfaktorius, yang mengandung
akson sentral sel mitral. Setelah melewati substansia perforate
anterior,traktus olfaktorius ini akan terbagi menjadi dua :
1. stria olfaktorius medialis  membawa serabut yang menyilang
didalam komissura anterior dan berjalan ke bulbus olfaktorius sisi
kontralateral
2. stria olfaktorius lateralis  membawa akson-akson ke area
olfaktorius korteks serebri (area preamigdala dan area prepiriformis).
Kedua area ini (preamigdala dan prepiriformis) disebut korteks
olfaktorius primer (buat gambar-gambar stria dan korteks olfaktori
liat slide 4 dan 5 kuliah anatomi ya  )
2. Pengecap (gambar lihat slide 7)
 Dari dua pertiga bagian anterior lidah akan ditransmisikan nervus
lingualis melewati korda timpani menuju ke nervus fasialis, dan akhirnya
menuju ke traktus solitarius di medulla oblongata. Sensasi rasa dari
papilla sirkumvalata pada bagian posterior lidah (di kuliah dibilang 1/3
posterior lidah) akan ditransmisikan ke nervus glosofaringeal menuju
ke traktus solitarius.
 Sebagian rangsangan rasa dari bagian pangkal lidah dan beberapa bagian
lain dari faring akan ditransmisikan melalui nervus vagus ke traktus
solitarius
 Seluruh serabut yang membawa rangsang rasa bersinaps di nucleus
traktus solitarius yang terdapat di bagian posterior batang otak.
Kemudian, nucleus ini akan mengirimkan neuron orde ke dua ke area
kecil pada bagian ventro-posterior-medial thalamus. Dari thalamus,
neuron orde ke tiga ditransmisikan ke gyrus postsentral di korteks
serebri parietal.
1
2. Penglihatan
Bagian dari indera penglihatan yang lebih dibahas dikuliah anatomi
adalah otot-otot penggerak, serta jaras penglihatan termasuk reflex yang
berhubungan (misalnya reflex pupil), sedangkan struktur mata akan lebih
dibahas di histo.
Aliran air mata (gambar lihat slide 9)
o dibentuk oleh kel. lakrimal di bagian lateral palpebra, kelenjar ini
seperti memeluk m. levator palpebra superior. Kelenjar lakrimal
dipersarafi oleh N. lakrimalis
o dari kel. lakrimal, dilanjutkan ke duktulus eksretorik lakrimal
yang akan mengalirkan air mata ke permukaan mata
o kemudian ke duktus lakrimalis melalui lubang-lubang kecil yang
namanya punctum lacrimalis
o dari duktus lakrimal masuk ke lacrimal sac, merupakan bagian
ujung duktus nasolakrimal yang melebar
o duktus nasolakrimal, merupakan saluran yang berjalan dari
lacrimal sac hingga meatus nasi inferior
o
o
Mata terletak di fossa cranii anterior
Tulang pembentuk orbita:
o os sphenoid
o lamina papyracea os ethmoid
o os maxilla
o os zygomaticus
o
OTOT-OTOT
Orbita
 M. Orbicularis occuli  untuk menutup mata
 M. levator palpebrae  untuk mengangkat kelopak mata
 M. tarsus superior
o Ekstraokular (slide 21 dan 22)
 Mm. recti : superior(N3), inferior(N3), medial(N3) ,
lateral(N6)
 Mm. obliquus: superior (N4), inferior (N3)
- M. obliquus superior: letaknya di bagian medial superior
orbita, yang digantung oleh trochlea di bagian medial
(gambar slide 21)

otot obliquus itu bergeraknya kan diagonal, nah geraknya itu
pertama horizontal dulu baru kemudian vertical, co. nya
o
obliquus superior yang geraknya aduksi dulu baru kemudian
turun (depresi)
Ocular
berfungsi untuk mengontrol bentuk lensa dan ukuran pupil
o
o
o
m. ciliaris
- dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis dari N.3
- berfungsi untuk mengkonstriksi badan siliaris,
mempengaruhi ketebalan lensa
m. sphincter pupillae
- dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis dari N.3
- berfungsi untuk mengkonstriksi pupil
m. dilatator pupillae
- dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dari ganglion
cervical superior (T1)
- berfungsi untuk mendilatasi pupil pada cahaya
redup
Jaras penglihatan (slide 36)
cahaya  nervus opticus  chiasma opticum tractus opticus  corpus
geniculatum laterale (lateral geniculatum body,LGB)  radiatio optica 
korteks visual
Refleks Akomodasi
- jika kedua mata diarahkan untuk melihat objek dekat, akan terjadi :
o kontraksi m. rectus medialis yang akan menyebabkan
konvergensi aksis
o penebalan lensa (melalui konstriksi m. ciliaris) untuk
meningkatkan kekuatan refraksi
o konstriksi pupil untuk membatasi gelombang cahaya yang
menuju bagian lensa yang paling tebal
Refleks Pupil
o Bila salah satu mata dipaparkan pada cahaya terang, maka terjadi
konstriksi kedua pupil (mata kanan dan kiri)  REFLEKS CAHAYA
LANGSUNG (pada mata yang terkena sinar) DAN KONSENSUAL (reflex
tidak langsung; pada mata yg tidak terkena sinar)
o cahaya  impuls aferen  nervus opticus  chiasma opticum
tractus opticus. Dari traktus opticus ini ada beberapa serabut saraf
yang meninggalkan tractus dan bersinaps dengan sel saraf di nucleus
pretectalis (di coliculus superior). Dari nucleus pretectalis, impuls
diteruskan ke nucleus parasimpatis (nucleus Edinger-Westpal saraf
cranial 3 kedua sisi mata. Dari nucleus EW, saraf parasimpatis
berjalan melalui serabut saraf cranial 3 ke ganglion ciliare di dalam
orbita  menuju ke N. ciliaris brevis  berakhir pada m.constrictor
papillae di iris  kedua pupil akan berkonstriksi.
Refleks Kornea
• Bila salah satu kornea disentuh (kiri), maka kedua kelopak mata akan
berkedip (mata kanan dan kiri)
• Kornea disentuh rgsang sensorik dibawa oleh N.5  Nukleus
trigeminal di batang otak  fasciculus longitudinal medial  nuleus
fascialis  N. 7  m. orbicularis oculi  mata menutup
3. Telinga (Pendengaran dan Keseimbangan)
Telinga itu terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah , telinga
dalam.Telinga luar terdiri atas bagian yang melebar seperti corong yang
namanya auricula/pinna dan meatus acusticus externus.
 (gambar di slide 43) Bagian tepi terluar auricula bernama heliks.
lengkungan lain, yang sejajar dan terletak di depan heliks, di sebut anti
heliks. Anti heliks ini akan terbagi menjadi dua crura di bagian atas,
daerah diantara dua crura tersebut dinamakan fossa triangularis. Anti
heliks merupakan suatu lengkungan yang mengelilingi daerah rendah
yang disebut concha. Didepan concha, ada proyeksi ke arah luar meatus,
yang disebut tragus. Di bagian yang berlawanan dengan tragus,
terdapat tonjolan kecil yang disebut anti tragus. Dibawah anti tragus,
terdapat lobulus (tempat masang anting) yang merupakan satu-satunya
bagian auricular yang tidak mengandung kartilago.
 Meatus acusticus eksternus berlanjut dari bagian bawah concha hingga
ke membrane timpani (± 2,5 cm). Meatus acusticus externus ini
sebagian tersusun atas kartilago (sepertiga bagian terluar), sebagian
lagi atas tulang (2/3 meatus bagian medial), dan dilapisi oleh kulit yang
berambut. Jaringan subdermal meatus dapat menghasilkan serumen.
Telinga tengah
- merupakan suatu ruang irregular yang terletak didalam tulang
temporal, terdiri atas cavum timpani dan recessus epitympanicus.
- Cavum timpani terletak di balik membrane timpani
- recessus epytimpanicus terletak di bagian atas membrane timpani,
mengandung sebagian tulang maleus dan sebagian besar incus.
- telinga tengah itu berisi tulang-tulang pendengaran (maleus, incus,
stapes) juga otot (m. tensor timpani dan m. stapedius )
- bagian lateral cavum timpani dibatasi oleh membrane timpani
(gambar di slide 45) membrane timpani merupakan membrane
oval yang memisahkan telinga luar dengan telinga tengah. Sebagian
besar membrane tebal, ada sebagian kecil di bagian superior yang
lemah, namanya pars flaccid. Di sebelah dalam membrane ini
berhubungan dengan tulang maleus, akibatnya, membrane timpani
tertarik ke arah telinga tengah. Jadi, kalau dilihat dari sisi luar (ke
arah telinga luar) membrane itu cekung, nah bagian yang paling
menjorok ke dalam (di bagian tengah membrane) namanya umbo.
- bagian medial oleh oleh dinding lateral telinga dalam
- bagian atap dibentuk oleh tegmen timpani
- bagian lantai/ jugular dibentuk oleh fundus timpani yang tipis dan
di bawahnya terdapat vena jugularis interna
- bagian posterior dibentuk oleh tulang mastoid
- bagian anterior dibentuk oleh arteri karotis interna
- tulang pendengarah stapes akan melekat ke fenestra vestibule
(tingkap oval) yang menuju ke telinga dalam
- perjalanan nervus 7
Nervus fasialis muncul dari permukaan anterior otak antara pons
dan medulla oblongata. Radiks tersebut berjalan lateral dalam fossa
crania posterior bersama N.8, kemudian masuk ke meatus akustikus
internus di pars petrosa ossis temporalis. Di bawah meatus, nervus
memasuki canalis fasialis dan berjalan lateral melalui telinga dalam.
Dari kanalis fasialis, N.7 akan menuju ke foramen stylomastoideus
- inervasi telinga tengah
o Plexus tympanicus, dibentuk oleh: cabang n IX & cabangcabang plexus carotis internus (n. caroticotympanicus)
membran mukosa dan isi telinga tengah (termasuk tuba
pharyngotympanica & daerah mastoid)
o Cabang besar: n. petrosus minor
- perjalanan nervus 8 (gambar di slide 54)
bagian vestibularis dan cochlearis meninggalkan permukaan
anterior batang otak, antara pons dan m.oblongata. Selanjutnya,
berjalan ke lateral dalam fossa cranii posterior  kemudian masuk
ke meatus acusticus internus (bersama N.7)  kemudian akan
terdistribusi di bagian telinga dalam
- nervus cochlearis akan menuju ganglion spiralis cochlea
- nervus vestibularis akan menuju ganglion vestibularis (kemudian ke
utriculus, saculus, dan kanalis semicircularis)
Jaras pendengaran (gambar di slide 55)
- bunyi  impuls saraf nervus cochlearis (terletak didalam ganglion
spiralis cochlea ) masuk ke permukaan anterior batang otak. Pada
saat memasuki pons, serabut saraf terbagi dua, sebagian masuk ke
nucleus cochlearis posterior, sebagian lainnya ke nucleus cochlearis
anterior. dari nucleus cochlearis  sinyal dikirim menuju nucleus
posterior corpus trapezoid  selanjutnya akson naik melalui bagian
posterior pons dan mesensefalon membentuk suatu traktus, yaitu
lemniscus medialis  corpus geniculatum medial korteks
auditorius gyrus temporalis superior.
Jaras keseimbangan (gambar di slide 56)
- rangsang perubahan posisi serabut saraf di utriculus, sacculus, dan
kanalis semicircularis nervus vestibularis  dikirimkan ke
nucleus vestibularis. Nucleus vestibularis juga menerima serabut
saraf dari cerebellum . Serabut eferen dari nucleus vestibularis
berjalan ke cerebellum, ke medulla spinalis (membentuk traktus
vestibulospinal), serta ke nucleus nervus 3, 4, dan 6 melalui
fasciculus longitudinalis medialis.
K- Histologi (Mata)
Membaca tentir ini sekagus melihat gambar2 terkait di file masing-masing yah
supaya lebih jelas.
organ fotosensoris
yang melakukan transduksi dari impuls cahaya menjadi impuls saraf adalah
sel batang dan kerucut di retina.
proses pembentukan mata dimulai : minggu ke 4 embrio.
3 sumber pembentukannya:
1. forebrain  retina dan saraf optik
2. ektoderm  lensa dan beberapa struktur pelengkap depan mata.
3. mesenkim  lapisan bola mata dan struktur yang berkaitan dengan
orbita.
3 lapisan dinding bola mata
1. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) : lapisan luar; sklera dan
kornea.
2. Tunika vaskularis (lapis uvea) : lapisan tengah; khoroid, badan
siliaris dan iris.
3. Tunika neuralis (lapis retina) lapisan dalam; retina.
TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA)
membentuk kapsula fibroelastik kokoh penyokong bola mata
dibagi menjadi dua : sklera dan kornea
sklera : putih; melingkupi lima-perenam belakang bola mata
kornea : jernih; transparan; melingkupi seperenam depan bola mata
sambungan keduanya : limbus.
Sklera
putih, seolah-olah tidak mengandung pembuluh darah, padahal ada, terutama
di limbus
disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 dan serat elastin, berselang-seling,
sehingga kokoh.
disokong oleh tekanan intraokular dari humor akwaeus (depan lensa) dan
badan vitreus (belakang lensa)
sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa
Kornea
bagian tunika fibrosa yang transparan, yang menonjol ke depan bola mata
tidak mengandung pembuluh darah
kaya akan ujung-ujung serat saraf
kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata.
terdiri atas 5 lapisan :
1. Epitel kornea

lanjutan dari konjungtiva, lapisan terluar, cepat menjadi aus dan
digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya.
 epitel gepeng berlapis (7 lapis) tanpa keratin (zat tanduk)
 mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas
2. Membran Bowman
 di bawah epitel; lapisan fibrosa yang merupakan serat kolagen tipe 1
3. Stroma kornea
 lapisan yang paling tebal
 serat-serat kolagen tipe 1 yang tersusun paralel membentuk lamel
 sel-sel fibroblas terletak di antara serat-serat kolagen
4. Membran Descemet
 membran dasar yang tebal
 tersusun dari serat-serat kolagen
5. Endotel kornea



lapisan paling dalam
tersusun dari epitel selapis gepeng atau kuboid rendah
sel-sel di epitel tsb
o mensintesa protein yang mungkin diperlukan untuk
memelihara membran Descement
o mempunyai banyak vesikel
o dindingnya mempunyai pompa Na, mengeluarkan kelebihan
ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida
dan air akan mengikuti secara pasif.
 Kelebihan cairan di stroma diserap endotel, sehingga stroma tetap
“sedikit dehidrasi” (kurang cairan), agar kualitas refraksi kornea tetap
baik.
 Kornea memburam bila endotel kornea gagal mengeluarkan
kelebihan cairan tsb.
 Kornea = avaskular, nutrisi didapat dari pembuluh darah perifer di
dalam limbus dan dari humor akweus di bagian tengah, secara
difusi.
Limbus
pertemuan antara tepian kornea dengan sklera
luar: epitel konjungtiva bulbi (epitel berlapis silindris)
bawah: lamina propria
bawahnya lagi: stroma (jaringan ikat fibrosa, membentuk taji sklera (scleral
spur), anterior taji terdapat ruang trabekula (trabecular spaces/ space of
Fontana), di atas trabekula terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut
kanal Schlemm.
Kanal Schlemm
pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat anterior dan eksternal
skleral spur
di luar dibatasi = jaringan sklera
di dalam = lapisan jaringan trabekula
Lumen = selapis sel endotel
kanal ini akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera
akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera
di bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos,
muskulus siliaris (untuk mengatur akomodasi mata).
TUNIKA VASKULOSA / UVEA (L.uva=anggur),
terdiri atas 3 : khoroid, badan siliaris dan iris.
Khoroid (choroid)
jaringan penyambung jarang serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel fibroblas,
pembuluh darah dan melanosit
terdiri atas 4 lapisan :
1. Epikhoroid = terluar, serat kolagen dan elastin.
2. Lapisan pembuluh = paling tebal, pembuluh darah dan melanosit.
3. Lapisan koriokapile = terdiri atas pleksus kapiler, jaring-jaring halus
serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit, kapiler berasal dari
arteri khoroidalis, mensuplai nutrisi untuk bagian luar retina
4. Lamina elastika, berbatasan dengan epitel pigmen retina, tersusun dari
jaring-jaring elastik padat dan lapisan dalam lamina basal yang
homogen.
Badan Siliaris (Korpus siliaris)
struktur melingkar yang menonjol ke dalam mata
terletak di antara ora serrata dan limbus
merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah depan
disusun oleh jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat
elastin, pembuluh darah dan melanosit
Korpus siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek (prosessus siliaris)
muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa
(zonula zinii).
Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid
Yang luar : kaya pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina
Yang dalam: tidak berpigmen, merupakan lanjutan lapisan reseptor retina,
tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel ini akan mengeluarkan cairan
filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera
okuli posterior)  humor akweus.
humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) 
melewati celah pupil  masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus 
masuk ke dalam kanal Schlemm  bilik mata depan (kamera okuli anterior),
humor akweus  masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem
vena
Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos : muskulus siliaris.
Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid  membuka kanal
Schlemm untuk aliran humor akweus.
Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur  mengurangi tekanan
pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini
disebut akomodasi.
Glaukoma : peningkatan tekanan intraokuler yang tinggi dan lama, karena
kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan. Bila dibiarkan 
kebutaaan
Iris
bagian yang paling depan dari lapisan uvea
muncul dari badan siliar
membentuk sebuah diafragma di depan lensa
memisahkan bilik mata depan dan belakang
Celah di tengahnya: pupil
Disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan kaya pembuluh darah
Permukaan depan iris : bentuk tak teratur, lapisan pigmen tak lengkap dan selsel fibroblas.
Permukaan posterior iris : halus, ditutupi oleh lanjutan 2 lapis epitel dari
korpus siliaris
Permukaan yang menghadap ke arah lensa : banyak sel-sel pigmen 
mencegah cahaya melintas melewati iris, sehingga fokus melewati pupil.
Pada iris : 2 jenis otot polos : otot dilatator dan sfingter/konstriktor pupil,
yang mengubah diameter pupil.
Otot dilatator  di tepi luar lingkaran iris, arah serat otot melintang,
persarafan simpatis  melebarkan pupil.
Otot sfingter  di tepi dalam lingkarang iris, arah serat otot sirkular,
persarafan parasimpatis (N. III)  memperkecil pupil.
Lensa Mata
lensa digantung ke korpus siliaris zonula Zinii.
3 lapisan : kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat lensa.
Kapsul lensa : lamina basal, disusun oleh serat-serat kolagen tipe IV dan
glikoprotein, elastik, jernih dan kompak.
Epitel subkapsul : hanya ada pada permukaan anterior lensa, tepat di bawah
kapsul lensa, terdiri atas selapis sel kuboid
Di sebelah dalam epitel terdapat serat lensa terbentuk dari sel-sel yang
kehilangan inti dan organel selnya, serat ini kemudian diisi dengan protein
lensa kristalin (crystallins), ini akan meningkatkan index refraksi lensa.
Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah
Nutrisi dari humor akweus dan korpus vitreus.
Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya dengan mudah.
Lensa mata orang tua sering mengalami kekeruhan  katarak, sebab:
bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar UV
berlebihan, sehingga protein di lensa berdenaturasi.
proses penuaan  elastisitas lensa menurun, tidak dapat mencembung 
tidak dapat memfokuskan bayangan benda tepat di retina  tidak dapat
melihat jarak dekat  presbiopia.
Korpus Vitreus
suatu agar-agar jernih, mengisi ruang vitreus, antara lensa dan retina.
disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan mengandung elektrolit, seratserat kolagen dan asam hialuronat
melekat pada seluruh permukaan retina
berfungsi untuk memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata. Di tengah nya
ada sisa kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa
janin.
Ruang-ruang mata
2 ruang mata : kamera okuli anterior dan posterior.
Kamera okuli anterior : dibatasi di depan oleh kornea, di belakang oleh lensa,
iris dan badan siliar, di lateralnya ada limbus yang ditempati oleh trabekula
(tempat penyaluran humor akweus ke kanal schlemm).
Kamera okuli posterior : dibatasi di depan oleh iris, di belakang oleh lensa dan
zonula Zinii, diperifer oleh prosessus siliaris.
Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, cairan encer yang disekresi
sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris,
mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, mengandung
kadar protein rendah.
Humor akweus disekresi kontinu ke kamera okuli posterior, mengalir ke ruang
kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula
ke dalam kanal Schlemm.
Keseimbangan sekresi dan pengeluaran berimbang  tekanan +/- 23 mmHg
TUNIKA NEURALIS (RETINA)
merupakan lapisan terdalam bola mata
mengandung sel-sel fotoreseptor (sel-sel batang dan kerucut)
penonjolan keluar prosencephalon (otak depan)  Gelembung optik primer
 invaginasi  cangkir optik  retina.
Tangkai dari cangkir optik (optic stalk)  berkembang  saraf optikus (optic
nerve).
Dinding luar cangkir optik (optic cup)  berkembang  lapisan pigmen luar
Dinding dalam cangkir optik  berkembang  saraf retina (neural retina)
Lempeng optik (optik disk): tempat keluar nervus optikus
Serat-serat saraf di daerah ini bertumpuk membentuk papila nervus optikus
Daerah ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya,
bintik buta (blind spot).
Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis.
arteri sentralis merupakan satu-satunya arteri bagi retina
Sumbatan pada arteri ini  kebutaan yang menetap
Pada beberapa individu sebagian kebutuhan darah retina juga disuplai dari
arteri silioretina untuk makula.
Penyumbatan arteri sentralis pada individu ini mengakibatkan kehilangan
penglihatan perifer, karena makula tak terganggu.
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf
pusat antara sel ganglion retina dan otak tengah (midbrain).
Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan mengandung lebih dari
seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit) dan
bukan endoneurium.
Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai
sarung pembungkus saraf optik.
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning,
Makula lutea (bintik kuning) (Gb-12).
Bagian tengah makula lutea : fovea sentralis (Gb-12) : daerah penglihatan
yang paling peka, hanya sel-sel kerucut yang tersusun rapat dan berukuran
lebih panjang dibandingkan yang di perifer retina.
Karena tidak ada lapisan dalam retina, pada daerah ini terjadi kecekungan.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di
bagian posterior hingga ora serrata di anterior.
10 lapisan retina dari luar ke dalam (Gb-13 dan 14): Epitel pigmen, Lapisan
batang dan kerucut, Membran limitans luar, Lapisan inti luar, Lapisan
pleksiform luar, Lapisan inti dalam, Lapisan pleksiform dalam, Lapisan sel
ganglion, Lapisan serat saraf, Membran limitans dalam.
Epitel pigmen : lapisan sel poligonal teratur, bentuk selnya lebih gepeng, inti
sel kuboid, sitoplasmanya kaya butir-butir melanin.
Fungsi epitel pigmen adalah
 Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
 Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
 Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor : sel
batang dan sel kerucut.
Sel batang : ramping, segmen luar silindris, 28 mikrometer, ada fotopigmen
rhodopsin, ada segmen dalam yang sedikit lebih panjang (32 mikrometer).
Inti selnya di dalam lapisan inti luar.
Ujung segmen luar tertanam dalam. epitel pigmen.
Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit.
Dengan mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak lamellamel membran, diameter seragam dan tersusun seperti tumpukan kue dadar.
Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu simpul akhir yang mengecil
pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang disebut sferul batang
(rod spherule).
Sel batang teraktivasi dengan cahaya redup (dim light) sangat sensitive
terhadap cahaya.
Sel ini dapat menghasilkan suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini
tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan juga
tidak peka terhadap warna.
Cahaya diserap ke dalam retina oleh rhodopsin, protein yang tersusun dari
opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A 
kemudian terjadi isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari
ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk aktif  kemudian
opsin memfasilitasi pengikatan guanosin triphosphate (GTP) dengan protein
transducin  GTP mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate
phosphodiesterase [ensim pembentuk senyawa cyclic guanosin
monophosphate (cGMP)]  cGMP berperan dalam pembukaan kanal Na di
dalam plasmalema sel batang  masuknya natrium dari segmen luar menuju
segmen dalam sel batang  hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang 
merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel
bipolar  sel bipolar mengubah rangsang kimiawi menjadi impuls listrik yang
akan diteruskan menuju ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Struktur sel kerucut mirip dengan sel batang tetapi : segmen luar yang
mengecil dan membesar ke arah segmen dalam serta di sebelah dalam melebar
pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut
(cone pedicle).
Inti sel kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang.
Sel kerucut : sel fotoreseptor yang peka terhadap warna, teraktivasi dengan
cahaya terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih
besar dibanding sel batang.
Ada 3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin
yang berbeda. Setiap jenis iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap
warna merah, biru dan hijau
Membran limitans luar : rangkaian kompleks tautan antara sel batang, sel
kerucut, dan sel Muller.
Lapisan inti luar : lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut
bersama badan selnya.
Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama
dendrit sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin, dan sel Muller.
Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau pendek. Aksonnya
lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam di sini
berhubungan dengan dendrit sel ganglion.
Sel horizontal mempunyai badan sel yang lebih besar daripada sel bipolar.
Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk cangkir disekeliling sejumlah
besar kaki kerucut.
Sel amakrin terletak pada baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti
dalam. Bentuknya seperti buah pir dengan sebuah tonjolan yang berjalan ke
arah dalam untuk berakhir pada lapisan pleksiform dalam.
Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan intinya
terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma yang
panjang dan tipis meluas ke membran limitans luar dan dalam.
Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakrin,
dan sel ganglion.
Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion
merupakan sel yang besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan
suatu massa terdiri dari materi kromofil (badan Nissl) dalam badan sel. Akson
sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak pernah bercabang.
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.
Membran limitans dalam : membrana basalis sel Muller yang memisahkan
retina dari korpus vitreum.
Media Refraksi
Media refraksi : bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk
mencapai retina. Komponen : kornea, kamera okuli anterior, kamera okuli
posterior, lensa, badan vitreus.
ORGAN TAMBAHAN MATA: kelopak mata, konjungtiva, kelenjar lakrimal.
Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior.
Celah ini ditutup oleh kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat
akan bertemu di fissura palpebra.
Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan
dalam kelopak mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.
Kelopak Mata
terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat
dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa
di dalam.
Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat
halus yang banyak serat elastin.
Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau
empat baris rambut panjang yang kaku disebut bulu mata, yang menembus
dalam ke dermis.
Di antara dan sebelah belakang bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang
saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata disebut kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis
okuli) yang merupakan otot rangka.
Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar
kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra, ada jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka
kelopak mata : tarsus.
Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin
semakin sempit.
Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea : kelenjar Meibom yang
bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak berhubungan
dengan folikel rambut.
Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks
terdapat lipatan mukosa.
Konjungtiva
Merupakan membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak
mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian
depan bola mata (konjungtiva bulbi).
disusun oleh epitel berlapis silindris bersel goblet yang terletak di atas suatu
lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar.
Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai
pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pada limbus, tempat
berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea
berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.
Konjungtivitis : peradangan konjungtiva, menjadi hiperemis (merah) dan
sekret yang banyak, disebabkan oleh bakteri, virus, alergen atau parasitparasit lainnya.
Kelenjar Lakrimal
terutama terletak pada sudut superolateral rongga mata
Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang
menyolok.
Lobus kelenjar terpisah, mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke
dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva.
Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina
propria kelopak mata atas dan bawah.
Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri
berfungsi memelihara epitel konjungtiva tetap lembab
kedipan kelopak mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea
seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing
seperti partikel debu.
Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus
(dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar
meibom).
Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta
lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra
superior dan inferior  air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal
(lacrimal canaliculi),  masuk sakus lakrimal.
Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia.
Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus nasolakrimalis yang
melebar.
Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel
bertingkat silindris bersilia air mata kemudian dikeluarkan ke meatus
inferior yang terletak di dasar rongga hidung.
TELINGA
Fungsi telinga berhubungan dengan keseimbangan dan pendengaran. Telinga
terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Secara histologi,
telinga terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga terletak pada pars
perosus tulang timpani.
Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar
(meatus accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani)
Gambar telinga dan jalur gelombang suara di telinga luar, tengah, dan dalam.
Aurikula (pinna) terdiri atas suatu lempeng yang tak teratur di tulang rawan
elastis, yang ditutupi secara erat oleh kulit di semua sisinya.
Meatus auditorius eksternus merupakan saluran yang agak gepeng dari
permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Batas dalamnya adalah
membran timpani. Suatu epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit,
melapisi saluran ini. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
seruminosa (sejenis modifikasi kelenjar keringat) di dalam submukosa.
Kelenjar seruminosa adalah kelenjar tubular bergelung yang menghasilkan
serumen—atau "lilin" telinga—campuran lemak dan lilin yang semisolid dan
berwarna kecoklatan. Rambut dan serumen memiliki fungsi protektif.
Dinding meatus auditorius eksternus ditunjang tulang rawan elastis di
sepertiga bagian luar, sedangkan tulang temporalis menyokong bagian dalam
saluran ini.
Ujung bagian dalam meatus auditorius eksternus ditutupi suatu membran
lonjong, yaitu membran timpani (gendang telinga). Permukaan luarnya
dilapisi epidermis tipis dan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis
kuboid, yang menyatu dengan lapisan rongga timpani. Di antara kedua lapisan
epitel tersebut terdapat lapisan jaringan ikat kasar yang terdiri atas seratserat kolagen dan elastin dan fibroblas. Membran timpani adalah bangunan
yang meneruskan gelombang suara ke tulang-tulang pendengaran di telinga
tengah.
Telinga Tengah
Telinga tengah, atau rongga timpani, adalah ruang tak teratur yang berada di
dalam tulang temporalis di antara membran timpani dan permukaan tulang
telinga dalam. Di sebelah anterior, ruang ini berhubungan dengan faring
melalui tuba auditorius (tuba eustachii) dan di sebelah posterior,
berhubungan dengan rongga prosesus mastoid yang berisikan udara di tulang
temporal. Telinga tengah dilapisi epitel selapis gepeng yang berada di atas
lamina propria tipis, yang melekat erat pada periosteum di bawahnya. Di
dekat tuba auditorius dan bagian dalamnya, epitel selapis yang melapisi
telinga tengah secara berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris
bersilia. Meskipun dinding tuba umumnya kolaps, tuba akan terbuka selama
proses menelan, yang menyeimbangkan tekanan udara di dalam telinga
tengah dengan tekanan atmosfer. Pada dinding tulang telinga tengah bagian
medial terdapat 2 area segi empat berlapis membran dan tak bertulang; areaarea ini adalah tingkap lonjong dan tingkap bundar.
Membran timpani berhubungan dengan tingkap lonjong melalui sederetan 3
tulang kecil, tulang-tulang pendengaran—maleus, inkus, dan stapes—
yang meneruskan getaran mekanis yang dihasilkan dimembran timpani ke
telinga dalam. Maleus menempel di membran timpani dan stapes melekat
pada membrane tingkap lonjong. Tulang-tulang ini memiliki sendi synovial
dan, ditutupi epitel selapis gepeng. Di telinga tengah terdapat 2 otot kecil yang
berinsersi di maleus dan stapes. Kedua otot tersebut berfungsi mengatur
konduksi suara.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri atas 2 labirin. Labirin tulang (oseosa) terdiri atas
sejumlah ruangan di dalam pars petrosa tulang temporal yang dihuni labirin
membranosa. Labirin membranosa merupakan sejumlah rongga berlapis
epitel yang kontinu dan berasal dari ektoderm. Labirin ini berasal dari vesikel
auditorius yang berkembang dari ektoderm bagian lateral kepala embrio.
Selama perkembangan embrio, vesikel ini melekuk ke dalam jaringan ikat di
bawahnya, melepas kontak dengan ektoderm sefalik, dan masuk ke bagian
dalam bakal tulang temporal. Selama proses tersebut berlangsung, vesikel ini
mengalami sejumlah perubahan bentuk yang rumit, dan menghasilkan 2
daerah khusus di labirin membranosa: utrikulus dan sakulus. Duktus
semisirkularis muncul dari utrikulus, sedangkan duktus koklearis yang
rumit terbentuk dari sakulus. Di setiap daerah tersebut, epitel pelapisnya
menjadi epitel khusus yang membentuk struktur sensorik seperti makula di
utrikulus dan sakulus, krista duktus semisirkularis, dan organ Corti di
duktus koklearis.
Labirin tulang terdiri atas rongga-rongga di tulang temporalis. Terdapat
rongga sentral yang tak teratur, yakni vestibulum, yang berisi sakulus dan
utrikulus. Di belakang struktur ini, terdapat 3 kanalis semisirkularis yang
berisi duktus semisirkularis; koklea anterolateral mengandung duktus
koklearis.
Koklea, dengan panjang total sekitar 35 mm, membentuk dua-setengah
putaran yang mengelilingi bagian pusat tulang yang dikenal sebagai
modiolus. Modiolus memiliki celah-celah dengan pembuluh darah dan
badan-badan sel serta cabang nervus akustikus dari nervus kranialis ke-8
(ganglion spiralis). Dari bagian lateral modiolus terjulur suatu rabung tipis,
yakni lamina spiralis oseosa. Struktur ini meluas lebihjauh ke koklea di
bagian basal daripada perluasannya di bagian apeks.
SAKULUS dan UTRIKULUS
Sakulus dan utrikulus terdiri atas lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang
dilapisi epitel selapis gepeng. Labirin membranosa melekat pada periosteum
labirin oseosa melalui berkas-berkas halus jaringan ikat yang juga
mengandung pembuluh darah untuk nutrisi epitel labirin membranosa. Pada
dinding sakulus dan utrikulus terdapat daerah-daerah kecil dengan sel-sel
neuroepitel yang telah berkembang, yaitu makula, yang disarafi oleh cabangcabang nervus vestibularis.
Makula sakulus terletak di dasar, sedangkan makula utrikulus terdapat di
dinding lateral sehingga kedua makula saling tegak lurus. Makula pada kedua
lokasi tersebut memiliki struktur histologis dasar yang sama.
Labirin tulang berisikan perilimf dengan komposisi ion yang serupa dengan
komposisi cairan ekstrasel di tempat lain, namun kandungan proteinya
sangat rendah. Labirin membranosa mengandung endolimf, yang ditandai
dengan rendahnya kandungan natrium dan tingginya kandungan kalium.
Konsentrasi protein endolimf juga kecil.
Gambar struktur makula
Labirin Membranosa
Kedua makula ini terdiri atas penebalan dinding dan memiliki 2 jenis sel
reseptor, beberapa sel penyokong, dan ujung-ujung sarafaferen dan eferen.
Sel reseptor (sel rambut) ditandai dengan 40-80 stereosilia kaku dan
panjang, yang sebenarnya adalah mikrovili yang sangat khusus, dan satu
silium. Stereosilia tersusun dalam deretan yang makin panjang, dan yang
terpanjang—sekitar 100 pm—terletak paling dekat dengan silium. Silium
memiliki badan basal dan susunan mikrotubulus 9 + 2 di bagian proksimal,
namun kedua mikrotubulus pusat segera menghilang. Silium ini biasanya
disebut kinosilium, namun tidak dapat bergerak.
Terdapat dua jenis sel rambut, yang dikenali dari bentuk inervasi aferennya.
Sel tipe I memiliki ujung besar berbentuk mangkuk yang mengelilingi
sebagian besar dasar sel, sedangkan sel tipe II memiliki banyak ujung aferen.
Kedua jenis sel ini memiliki ujung eferen yang bersifat inhibitorik. Sel
penyokong di antara sel-sel rambut berbentuk silindris, dengan mikrovili di
permukaan apikalnya. Neuroepitel ini ditutupi lapisan gelatinosa tebal, yang
disekresi oleh sel-sel penyokong, dengan endapan kristal di permukaan yang
terutama terdiri atas kalsium karbonat dan disebut otolit, atau otokonia.
DUKTUS SEMISIRKULARIS
Duktus semisirkularis memiliki bentuk umum yang serupa dengan bagianbagian lain di labirin oseosa. Daerah reseptor di dalam ampulanya berbentuk
mirip rabung panjang dan disebut krista ampularis. Rabung ini tegak lurus
terhadap sumbu panjang duktus.
Krista secara struktural serupa
dengan makula, namun lapisan
glikoproteinnya lebih tebal; lapisan
ini berbentuk kerucut yang disebut
kupula dan tidak ditutupi otolit.
Kupula menjulur dan melintasi
ampula, dan berkontak dengan
dinding ampula di hadapannya.
Gambar krista ampularis
DUKTUS dan SAKUS ENDOLIMFATIKUS
Bagian awal duktus endolimfatikus
dilapisi epitel selapis gepeng. Makin
mendekati sakus endolimfatikus,
epitel duktus ini secara berangsur
berubah menjadi epitel silindris tinggi
yang terdiri atas 2 jenis sel: salah satu
jenis memiliki mikrovili pada permukaan apikalnya dan banyak vesikel
pinositotik serta vakuol. Ada anggapan bahwa sel-sel ini berfungsi untuk
mengabsorbsi endolimf dan mengendositosis materi asing dan sisa-sisa sel
yang mungkin terdapat dalam endolimf.
DUKTUS KOKLEARIS
Duktus koklearis, yakni suatu divertikulum sakulus, sangat dikhususkan
sebagai reseptor suara. Panjangnya sekitar 35 mm dan dikelilingi ruang
perilimfatik khusus. Bila diamati pada sediaan histologi, koklea (di labirin
oseosa) tampak terbagi menjadi 3 ruangan: skala vestibule (atas), skala
media (duktus koklearis) di tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis
yang mengandung endolimf, berakhir di apeks koklea. Kedua skala lain
mengandung perilimf dan sebenarnya merupakan satu tabung panjang, yang
berawal di tingkap lonjong dan berakhir di tingkap bundar (liat gambar
pertama). Skala-skala ini berhubungan di apeks koklea melalui suatu muara
yang dikenal sebagai helikotrema.
Duktus koklearis memiliki struktur histologi berikut:
Membran vestibularis (Membran Reissner) terdiri atas 2 lapisan epitel
gepeng, satu lapisan berasal dari skala media dan yang lain berasal dari
lapisan skala vestibuli. Sel-sel kedua lapisan disatukan oleh taut erat luas yang
membantu mempertahankan tingginya gradien ion pada membran ini.
Stria vaskularis merupakan epitel vaskular yang tak biasa dan terietak pada
dinding lateral duktus koklearis. Stria ini terdiri atas sel-sel dengan banyak
lipatan membran plasma yang dalam, tempat sejumlah besar mitokondria
dijumpai. Ciri ini menunjukkan bahwa sel-sel ini merupakan sel pentranspor
ion dan air, dan secara umum diyakini bahwa sel stria bertanggungjawab atas
komposisi ion di endolimf.
Gambar Struktur Koklea
memberikan bentuk simetri pada sel rambut yang penting untuk proses
transduksi sensorik.
Gambar organ Corti
Ujung stereosilia tertinggi dari sel rambut luar, terbenam di dalam
membrana tektoria, yakni suatu sekret yang kaya akan glikoprotein dari selsel tertentu di limbus spiralis. Sel-sel pilar banyak mengandung mikrotubulus
yang memberi kekakuan pada sel-sel ini. Sel tersebut membentuk ruang
segitiga antara sel rambut luar dan dalam—yakni terowongan dalam.
Struktur ini penting untuk transduksi suara.
Struktur telinga bagian dalam yang mengandung reseptor auditori khusus
disebut organ Corti; organ ini mengandung sel rambut yang berespons
terhadap berbagai frekuensi suara. Organ Corti terietak pada lapisan
substansi dasar tebal—yakni membran basilaris. Sel penyokong dan 2 jenis
sel rambut dapat dikenali. Tiga sampai lima baris sel rambut luar dapat
dilihat, bergantung pada jarak dari dasar organ, dan terdapat satu baris sel
rambut dalam. Ciri paling khas dari sel-sel ini adalah barisan stereosilia yang
berbentuk-W (sel rambut luar) atau linear (sel rambut dalam). Terdapat
badan basal di dekat sitoplasma stereosilia yang tertinggi. Berbeda dari
reseptor vestibular, kinosilium tak dijumpai. Tak adanya kinosilia
Sel rambut luar dan dalam mempunyai ujung saraf aferen dan eferen.
Meskipun sel rambut dalam memiliki lebih banyak inervasi aferen, perbedaan
fungsional tersebut tidak jelas. Badan sel dari neuron aferen bipolar di organ
Corti terletak di pusat modiolus yang bertulang dan membentuk ganglion
spiralis.
Histofisiologi Telinga Dalam
FUNGSI VESTIBULAR
Peningkatan atau pengurangan kecepatan pergerakan sirkular—akselerasi
atau deselerasi angular—menimbulkan aliran cairan di duktus semisirkularis
sebagai akibat sifat inersia endolimf. Hal ini menginduksi gerakan terkait dari
kupula di atas krista ampularis dan berakibat melengkungnya stereosilia pada
sel-sel sensorik. Pengukuran impuls listrik di sepanjang serabut saraf
vestibular menunjukkan bahwa pergerakan kupula ke arah kinosilia
menimbulkan eksitasi reseptor, yang disertai potensial aksi di serabut saraf
vestibular. Gerakan dalam arah berlawanan menghambat aktivitas neuron.
Bila gerakan yang seragam terjadi lagi, akselerasi akan terhenti; kupula
kembali ke posisi normalnya; dan eksitasi atau inhibisi reseptor tidak terjadi
lagi.
Duktus semisirkularis berespons terhadap pcrpindahan cairan dan
karenanya, juga berespons terhadap posisi tubuh setelah timbulnya
akselerasi angular. Makula sakulus dan utrikulus berespons terhadap
akselerasi linear. Karena densitasnya yang lobih tinggi, otolit berpindah
tempat bila posisi kepala berubah. Perpindahan ini diteruskan ke sel rambut
di bawahnya melalui membran otolit gelatinosa. Perubaban bentuk stereosilia
sel rambut membangkitkan potensial aksi yang dibawa ke susunan saraf
pusat oleh cabang vestibular nervus kranialis kedelapan. Jadi, makula sensitif
terhadap kekuatan gaya berat pada otolit. Aparatus vestibular penting untuk
menafsirkan gerakan dan orientasi dalam ruangan dan berperan
mempertahankan keseimbangan atau ekuilibrium.
FUNGSI AUDITORIUS
Gelombang suara yang tiba di membran timpani menggerakkan tulang-tulang
pendengaran. Perbedaan yang besar dari luas membran timpani dan tempat
perlekatan stapes menjamin transmisi pergerakan mekanik secara efisien
dari udara ke cairan telinga dalam. Dua otot rangka terdapat pada telinga
tengah—musculus tensor timpani (yang melekat pada maleus) dan
musculus stapedius (yang melekat pada stapes). Suara keras menimbulkan
kontraksi refleks otot-otot ini, yang membatasi pergerakan membran timpani
dan stapes; hal ini membantu mencegah timbulnya kerusakan pada telinga
dalam. Akan tetapi, refleks ini terlalu lambat untuk melindungi kita dari suara
keras yang timbul mendadak, seperti pada letusan senapan.
Gelombang suara adalah gelombang memanjang, dengan fase kompresi dan
rarefaksi. Fase kompresi menimbulkan pergerakan stapes ke dalam. Karena
cairan telinga dalam hampir tak dapat dimampatkan, perubahan tekanan
diteruskan melalui membran vestibular dan membran basilaris, dan
menyebabkan defleksi kedua membran ke bawah ke arah skala timpani.
Perubahan tekanan ini juga menyebabkan penutup tingkap bundar menonjol
ke luar sehingga tekanan menjadi berkurang. Karena ujung-ujung sel pilar
membentuk semacam pasak (sumbu), defleksi membran basilaris ke bawah
dikonversi menjadi penekukan stereosilia sel rambut ke lateral terhadap
membrana tektoria. Ujung-ujung stereosilia terdefleksi ke arah modiolus dan
menjauhi badan basal. Pada fase rarefaksi gelombang suara, semua proses
tersebut menjadi terbalik. Stapes bergerak ke luar, membran basilaris
bergerak ke atas ke arah skala vestibuli, dan stereosilia sel rambut menekuk
ke arah stria vaskularis dan badan basal. Defleksi dalam arah ini
membangkitkan potensial depolarisasi di sel rambut, dan menyebabkan
pelepasan neurotransmiter (yang sifat kimiawinya belum jelas) yang
menyebabkan produksi potensial aksi di neuron bipolar ganglion spiralis
(eksitasi).
Diskriminasi antar frekuensi suara didasarkan pada respons membran
basilaris. Membran berespons terhadap frekuensi suara dengan berbagai
perpindahan di berbagai tempat di sepanjang membran tersebut. Frekuensi
tinggi terdeteksi di ujung basal membran, sedangkan frekuensi rendah
terdeteksi di apeks organ Corti. Lokalisasi tonotopik ini dapat berkorelasi
dengan lebar dan kekakuan membran basilaris. Bagian membran basilaris
yang sempit dan lebih kaku di bagian basal, berespon paling baik terhadap
suara berfrekuensi tinggi.
INDERA PENGHIDU
PENGECAP
DAN
A. RESEPTOR PENGHIDU
Sensasi bau yang dikenal
sebagai “Olfaction” dilakukan
oleh organ penghidu yang
terletak di dalam rongga
hidung pada bagian atap
rongga hidung, bagian atas
septum nasi dan pada konka
nasalis
superior
tulang
etmoidalis.
Organ penghidu ini terdiri atas dua lapisan:
1. Epitel olfaktorius yang terdiri atas sel reseptor penghidu (sel
olfaktorius), sel penyokong (sel sustentakular) dan sel basal. Epitel
ini pada keadaan hidup tampak bewarna kekuningan.
2. Lamina propria merupakan lapisan yang terdapat di bawah epitel
olfaktorius dan disusun oleh jaringan ikat longgar. Lapisan ini
mengandung akson sel olfaktorius, pembuluh darah dan kelenjar
olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar Bowman) yang menghasilkan
sekret serosa.
Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung
dendrit mengalami penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius.
Vesikel olfaktorius ini mempunyai 6-8 silia yang panjang dan tidak bergerak.
Silia ini terbenam di dalam lapisan lendir yang menyelimuti permukaan
lapisan epitel. Akson dari sel olfaktorius akan berjalan menembus lamina
propia untuk bergabung dengan akson dari sel olfaktorius lainnya
membentuk berkas (bundle) serat saraf. Berkas saraf ini akan berjalan
melintasi lempeng kribiformis (Cribiform plate) pada atap rongga hidung
untuk bersinap dengan sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius. Akson dari sel
saraf kedua pada bulbus olfaktorius ini kemudian akan berjalan ke korteks
olfaktorius, hipothalamus dan bagian limbik sistim melalui traktus
olfaktorius. Badan sel olfaktorius ini mempunyai inti yang bulat dan lebih
dekat ke arah lamina basal daripada ke vesikel olfaktorius. Sitoplasmanya
mengandung struktur-struktur yang sama dengan sel saraf lainnya.
Sel penyokong merupakan sel-sel berbentuk silindris, berukuran 50-60 um
dan mempunyai mikrovili pada permukaannya. Intinya berbentuk bulat
terletak pada 1/3 apikal sel. Sitoplasma bagian apikalnya mempunyai granula
yang mengandung pigmen bewarna kekuningan. Adanya pigmen kekuningan
ini menyebabkan epitel olfaktorius. tampak bewarna kekuningan pada
keadaan hidup. Fungsi sel ini adalah untuk menyokong, memberi nutrisi dan
insulator listrik bagi sel olfaktorius.
Sel basal merupakan sel kecil, basofilik, berbentuk piramid yang bagian
apikalnya tidak mencapai permukaan epitel. Inti sel terletak lebih ke arah
basal. Sel basal diyakini sebagai sel induk (stem cells) untuk sel olfaktorius
dan sel sustentakular.
Gambaran skematis sel-sel pada organ penghidu
B. RESEPTOR PENGECAP
Gambaran histologis lidah
Indera
pengecap
memberikan informasi
kepada
kita
tentang
makanan dan minuman
yang
kita
konsumsi.
Reseptor
pengecap
terletak pada permukaan
atas lidah dan bagian faring dan laring yang terletak didekatnya. Reseptor
pengecap dan sel-sel epitel yang khas membentuk struktur sensoris yang
dikenal sebagai kuncup kecap (taste bud).
panjang dan berkromatin padat. Pada ujung yang menghadap permukaan
biasanya tampak berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang
sebenarnya adalah berkas mikrovilus.
Kuncup kecap merupakan
organ sensoris intraepitel yang
berfungsi dalam persepsi rasa.
Permukaan lidah dan bagian
belakang
rongga
mulut
mengandung kira-kira 3000
kuncup kecap. Kuncup kecap
merupakan organ berbentuk
bulat, lebih pucat dibandingkan
dengan epitel disekitarnya.
Setiap kuncup kecap terdiri
atas 40 reseptor pengecap
berbentuk
silindris
yang
dikenal sebagai sel pengecap
(gustatory cells) dan sel-sel penyokong. Pada bagian ujung sel kecap yang
menyempit terdapat mikrovili, yang dikenal sebagai rambut pengecap (taste
hairs) yang berjalan menuju permukaan lidah melalui lubang pengecap (taste
pore). Ada 4 macam sel pengecap yaitu sel basal (basal cell, sel tipe IV), sel
gelap (dark cell, sel tipe I), sel terang (light cell, sel tipe II), dan sel
pertengahan (intermediate cell, sel tipe III). Sel basal diyakini merupakan sel
awal yang akan berubah menjadi sel gelap yang kemudian menjadi matang
sebagai sel terang, lalu berubah menjadi sel pertengahan dan akhirnya akan
mati. Serat-serat saraf akan masuk kedalam kuncup kecap dan bersinap
dengan sel tipe I, II dan III.
Saraf kranial ke VII akan mempersarafi kuncup kecap yang terdapat pada 2/3
anterior lidah, dari akar lidah hingga ke garis papila sirkumvalata. Papila
sirkumvalata dan 1/3 posterior lidah akan dipersarafi oleh saraf otak ke IX.
Saraf otak ke X akan mempersarafi kuncup kecap yang tersebar pada
permukaan epiglotis. Serat saraf sensorik afferent dari saraf –saraf kranial ini
akan bersinap di nukleus solitarius di medula oblongata. Akson dari sel saraf
di nuleus solitarius akan berjalan memasuki lemniskus medialis selanjutnya
menuju ke talamus dan akhirnya informasi akan diproyeksikan ke korteks
sensoris primer.
Di bawah mikroskop cahaya kuncup nampak sebagai struktur mirip irisan
bawang dengan sel-sel yang tersusun mirip lapisan-lapisan pada bawang yang
dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Badan akhir serat saraf sensoris ini
terdiri atas 2 macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya
berbentuk gelendong langsing. Sel ini cukup panjang sehingga tingginya
hampir sama dengan tebal epitel. Sel penyokong lebih gemuk dan intinya
berkromatin halus sedangkan sel pengecap lebih langsing, intinya gepeng
TENTIR KULIAH FISIOLOGI PENGINDERAAN
Penginderaan terdiri dari:






a. Penglihatan (mata)
b. Pendengaran dan Vestibuler/Keseimbangan (telinga)
c. Perabaan / Sentuhan (kulit)
d. Pengecapan (mulut, lidah)
e. Penghidu (hidung)
Adapun organ indera berperan sebagai reseptor, yang dapat
dikelompokkan menjadi: eksteroreseptor  terletak di permukaan tubuh,
menerima stimulus dari lingkungan luar; telereseptor  reseptor lebih
luar; kemoreresptor, dll.
Reseptor ada di dalam sel membrane merupakan protein reseptor.
Sel yang berubah strukturnya dan berguna untuk transduksi berbagai
rangsang menjadi sinyal listrik. Ada sentral dan peripheral reseptor.
Jalannya: dimulai dari rangsangan sampai adanya persepsi setelah
diproses oleh korteks serebri
Rangsang oleh reseptor (suara, cahaya, raba, dll) peubahan rangsang
jadi sinyal listrik neuron sensorik primer, sekunder, tersier
diteruskan ke korteks serebri ada persepsi dari rangsang tersebut
(respon)
Rangsangan dari lingkungan dalam dan luar tubuh aferen
(disadari/tidak disadari) Yang disadari ada aferen visceral dan somatic.

Penglihatan retina Nervus optikus (N 2) Thalamus Korteks
serebri di bagian lobus oksipetal
 Pendengaran ke bagian temporal dari korteks serebri.
 Ada 5 jenis resptor dalam tubuh (special senses) di rangsang dengan
rangsang adekuat respon sesuai dengan reseptornya itu.
 Kalau seseorang jatuh dan terkena bagian pendengaran akan terdengan
bunyi keras sekali
 Kalau seseorang ditonjok dibagian mata akan terlihat cahaya
Bila diperhatikan, akan ada suatu gambar:

Receptive fields neuron-neuron aferen primer berkonvergesi atau
berkumpul menjadi satu neuron.
 Gambar B neuron2 primernya tidak berkonvergensi/berkumpul. Tiap
neuron sensorik primer diteruskan oleh 1 neuron sensorik sekunder.
Keterangan gambar:
 Gambar A ada 2 tusukan merasanya 1 tusukan (n:1)
 Gambar B ada 2 tusukan merasanya 2 tusukan (1:1)
*Kesimpulan: makin kecil receptive fields makin peka terhadap
rangsangannya
FISIOLOGI MATA
PROSES PENGLIHATAN:






Ada cahaya masuk diteruskan ke retina ke retina traktus
optikus korpus geniculatum lateral radiasi optikus ke visual
korteks primer (di lobus oksipital)
Cahaya yang masuk melalui kornea akan dipertajam cahayanya di
retina karena diproyeksikan ke fovea centralis.
Di fovea centralis bayangan terlihat jelas karena banyak terdapat sel
konus (sel kerucut jumlahnya banyak), sementara jumlah sel
batangnya sedikit.
Di
retina,
cahaya
di
ubah
jadi
rangsang
listrik
depolarisasi/hiperpolarisasi aksi potensial traktus optikus
korteks visual serebri respon penglihatan.
Dalam sistem optik mata melihat sesuatu dengan jelas ada
diskriminasi 2 titik pada area penglihatan diukur dengan Snellen
Chart.
Jenis-jenis refraksi:
a. mata normal (emetropi),
b. mata rabun dekat (hipermetropi)  lensa mata terlihat
cekung koreksi dengan lensa cembung (konveks)
c. rabun jauh (miopi)  lensa mata terlihat cembung dikoreksi
dengan lensa cekung (konkaf)
d. astigmatisme (silindris).
 Pada sistem visual terdapat akomodasi, yakni usaha mata kita untuk
melihat benda jauh, atau dekat, tapi bayangan tetap jatuh tepat di
retina. Pada orang usia lanjut, daya akomodasi sudah berkurang
karena keelastisan lensa sudah menurun. Oleh sebab itu, akomodasi
kuat juga tidak bisa lagi memajukan bayangan agar berada di retina.
 Dalam adaptasi gelap-terang, seseorang dari tempat terang untuk
sesaat tidak bisa melihat ditempat yang gelap. Sebaliknya jika dari
tempat gelap langsung menuju tempat terang kita akan merasakan
silau.
 Jika m.siliaris relaksasi maka sinar yang masuk sejajar ke dalam mata
dan bayangan akan jatuh tepat di retina. Jika benda didekatkan
sementara m.siliaris tetap berelaksasi  bayangan jatuh dibelakang
retina.
 Dengan adanya akomodasi lensa bisa menjadi lebih cembung
 Lapisan retina dan reseptornya: terdapat sel batang dan sel kerucut,
lalu ada lapisan pigmen, lapisan ganglion bipolar, lapisan ganglion
utama. Sinar datang melewati lapisan-lapisan saraf dahulu
(ganglion) baru menuju reseptor (sel batang dan kerucut).
 Sel batang terutama memiliki sensitivitas kepekaan terhadap cahaya
dengan panjang gelombang 505 nm.
 Rangsang reseptor pembukaan/penutupan kanal natrium
kanal natrium terbuka (depolarisasi) tidak dapat melihat. Kanal
natrium menutup sebaliknya!!!
 Gelap kanal natrium terbuka glutamate meningkat bipolarnya
dihambat depolarisasi tidak dapat melihat
*Kesimpulan: semakin kuat stimulus cahaya, semakin besar respon
hiperpolarisasi



Kanal natrium menutup glutamate menurun bipolar tidak
dihambat hiperpolarisasi dapat melihat.
Di retina ada 2 reseptor sel batang dan sel kerucut, serta terjadi
reseptor potensial.
Sel kerucut photopic peka terhadap cahaya (banyak terdapat di
fovea sentralis/bintik kuning) tidak bersifat konvergensi
berperan dalam penajaman penglihatan untuk penglihatan warana.
Ada 3 jenis fotopigmen pada sel kerucut untuk melihat warna (biru,
merah, dan hijau).
GERAKAN MATA



Gerakan mata terjadi karena ada otot-otot bola mata/external muscle.
Kalau m.siliaris internal muscle.
External muscle mata bergerak cepat peristiwa nistagmus? 
kursi Barany mata nistagmus ada anistagmus lambat dan cepat
peristiwa itu menunjukkan, bayangan akan selalu jatuh tepat di fovea
centralis (retina).
Otot-otot yang berperan dalam pergerakan bola mata:
a. Rectus lateralis: ke lateral  n. VI,
b. Rectus medialis: ke medial  n. III
c. Recuts superior: elevasi  n. III
d. Rectus inferior: depresi  n. III
e. Oblique superior: depresi dan berputar lateral  n. IV
f. Oblique inferior: elevasi dan berpitar lateral  n.III
b. vestibuler movements  mata akan selalu membantu agar posisi
tubuh tidak jatuh (berperan dalam mempertahankan keseimbangan
tubuh
c. convergency movements  mata kita dapat mengkonvergensi ke
satu objek aksis berkonvergensi objek bayangan terlihat hanya
satu. Aksis mata akan mengkonvergensi
 Reseptor potensial terjadi secara bertahap.
 Graded potential bergantung kekuatan rangsang.
*Ada kanal2 ion yang akan terbuka secara kimiawi atau mekanik.
Responnya depolarisasi atau hiperpolarisasi.


Dari reseptor potensial aksi potensial di membrane sel
Terdapat penguatan/pemusatan rangsang dengan adanya lateral
inhibiton
Tentir ini dibuat berdasarkan penjelasan dosen + sedikit tambahan dari
literatur (yang mengenai otot-otot ^-^,,, yang lain-lain tolong dibaca dan
dipelajari dari sumber lain, yaaaaa)
Fisiologi Pendengaran
 Ada beberapa contoh gerakan mata:
a. smooth persuit movement  gerakan mata mengikuti gerakan
suatu objek
 Mendengar: persepsi neural terhadap energi bunyi. Terdiri dari 2 aspek 
1. What: identifikasi bunyi, dan 2.where: lokalisasi bunyi.
 Gelombang bunyi timbul dari getaran udara akibat kompresi molekul
udara. Energi bunyi lama-kelamaan menghilang seturut dengan gelombang
bunyi menjauhi sumber  getaran udara terlalu lemah.
 Pitch/ nada: berhubungan dengan frekuensi getaran. Frekuensi yang
terdengar manusia adalah 20 – 20.000 Hz (paling sensitif 1000 – 4000 Hz).
 Intensitas/ kekerasan: berhubungan dengan amplitudo gelombang atau
perbedaan tekanan di membran timpani. >> amplitudo  bunyi >> keras
 Timbre/ kualitas suara: berhubungan dengan overtone (getaran
harmonik) yang ditimbulkan benda. Tiap musik terbnetuk dari gelombang
primer (menentukan nada) + getaran harmonik, sehingga timbre tiap alat
musik beda.
 Proses mendengar
Gelombang suara (getaran udara)
↓
Ditangkap pinna/ daun telinga/ aurikula
↓
Masuk meatus auditori eksternus (MAE)
↓
Membran timpani bergetar
↓
Menggetarkan manubrium (lengan) malleus  incus  stapes
↓
(amplifikasi tekanan gelombang bunyi)
Stapes menggetarkan jendela ovale
↓
Getaran merambat di perilimfe (koklea bagian skala vestibuli)
↓
Getaran perilimfe menggetarkan sel rambut organ korti
↓
Sinyal saraf teraktivasi
 Fungsi bunyi ditangkap lebih dulu oleh pinna adalah: 1. Melindungi
gelombang bungyi yang mencapai telinga dari belakang, 2. Membantu
membedakan asal bunyi dari depan/ belakang.
 MAE  kulit yang membatasi kanal memiliki bulu halus dan kelenjar
sebasea. Semakin ke dalam, kulit mempunyai kelenjar seruminosa
(penghasil serumen).
o Serumen melembutkan & membuat membran timpani tahan air.
o Serumen+rambut  mencegah objek asing berukuran kecil & serangga
masuk.
 Gelombang bunyi diamplifikasi oleh tulang pendengaran karena
dibutuhkan tekanan lebih besar untuk merambat dalam udara
dibandingkan dalam cairan.
 Mekanisme amplifikasi gelombang bunyi:
o Luas permukaan membran timpani >> dari jendela oval sehingga
tekanan dapat meningkat dengan gaya yang sama.
 Rumus gaya adalah P= F/A  P [tekanan] berbanding terbalik dengan
A [ luas permukaan], sehingga dengan F [gaya] yang sama namun A
jendela oval lebih kecil, akan dihasilkan P lebih besar.
o Kerja tulang pendengaran lain saling mendukung.
 Di dalam telinga tengah, ada 2 otot yang membantu mekanisme
pendengaran: 1. m. tensor timpani, 2. m. stapedius. Bunyi keras 
kontraksi m.tensor timpani  mendorong manubrium malleus ke medial
dan menurunkan getaran membran timpani  kontraksi m.stapedius 
mendorong ujung stapes keluar jendela oval. Secara keseluruhan disebut
refleks timpani.
o Fungsi refleks timpani: mencegah rangsang berlebih pada reseptor
pendengaran.
Tentang anatomi mohon dibaca di tentir anatomi, supaya nyambung membaca
tentang proses pergerakan sel rambut akibat gelombang suara.
 Koklea merupakan saluran dengan 3 ruangan: skala vestibuli, yang
bersambung dengan skala timpani (lewat helikotrema), dan skala media di
tengah-tengahnya. Skala media berisi endolymph dan skala lainnya berisi
perilymph.
 Antara skala vestibuli dan media terdapat membran pembatas: membran
basal/ membran Reissner. Membran ini menjadi ‘pijakan’ sel korti luar dan
dalam. Pada masing-masing sel korti, pada puncaknya terdapat sel rambut.
Ujung sel rambut berbatasan dengan membran tektorial yang kaku. Selain
itu, setiap sel korti mempunyai saraf sensoriknya (lihat gambar).
 Prosesus sel rambut menonjol ke endolymph namun dasarnya di
perilymph. Perilymph terbentuk dari plasma (manitol, sukrosa).
Endolymph mempunyai konsentrasi K+ tinggi dan Na+ rendah.
 Sel rambut yang mengalami gangguan mekanik oleh getaran dari
perilymph dapat membangkitkan potensial aksi, yang kemudian dibawa ke
korteks. Sel rambut pada sel korti dalam dan luar mempunyai fungsi
berbeda:
o Sel rambut dalam:
rangsang mekanik  menggetarkan membran basal menggetarkan
sel korti dalam  menggetarkan sel rambut dalam (stereosilia)
rambut bergerak maju mundur  gerakan ini membuka kanal ion 
depolarisasi & hiperpolarisasi potensial aksi sel saraf.
Saat membran basiler terdorong ke atas  peningkatan release
neurotransmitter  depolarisasi.
Membran basiler kembali ke bawah  penurunan neurotransmitter 
hiperpolarisasi.
o Sel rambut luar:
rangsang mekanik  potensial aksi sel saraf (lewat mekanismedi atas)
mengubah panjang pendeknya sel rambut. Perubahan panjang
pendek sel rambut luar yang dipengaruhi potensial aksi sel rambut
dalam disebut elektromotilitas (depolarisasi  memendek,
hiperpolarisasi  memanjang).
Elektromotilitas ini berfungsi meningkatkan gerakan membran basiler
akibat tekanan.
Menggetarkan sel korti dalam
↓
Menggetarkan sel rambut korti dalam  membangkit potensial aksi sel saraf
↓
Potensial aksi sel rambut dalam mengubah panjang sel rambut luar
↓
Amplifikasi gerakan membran basiler
↓
Potensial aksi diterima serat aferen
↓
Di bawa ke korteks
Diskriminasi bunyi
 Diskriminasi nada bergantung pada bentuk dan struktur membran basiler
yang sempit & kaku di ujung jendela oval dan lebar & fleksibel di ujung
helikotrema. Area berbeda pada membran basiler bergetar maksimal pada
frekuensi berbeda (ujung jendela oval untuk frekuensi tinggi, helikotrema
untuk frekuensi rendah).
 Diskriminasi bunyi tergantung amplitudo getaran.
Fisiologi penghidu
 Mekanisme pendengaran mulai dari jendela oval
Getaran pada jendela oval
↓
Menggetarkan perilymph di skala vestibuli
↓
Menggetarkan membran basal/ reissner
↓
 Mukosa olfaktori mengandung 3
jenis sel
o Sel reseptor olfaktori  sel
neuron aferen yang bagian
reseptornya di dalam mukosa
olfaktori hidung  menuju
n.olfaktorius.
o Sel
pendukung

menyekresikan mukus.
o Sel basal  prekursor sel
reseptor olfaktori per 2 bulan.

 Bagian sel reseptor olfaktori mempunyai silia yang menembus mukosa dan
mempunyai situs pengikat odoran. Odoran yang yang dapat dicium
haruslah: mudah menguap sehingga molekulnya mudah masuk hidung,
dan larut air sehingga larut mukus di mukosa olfaktori.
 Hidung mengandung 5 juta reseptor dengan 1000 tipe berbeda. Zat bau
akan dipecah menjadi beberapa komponen dan tiap reseptor hanya aktif
untuk satu komponen.
 Proses pembauan:
Komponen bau + reseptor olfaktori  mengaktifkan protein G  kaskade
intrasel sel cAMP  pembukaan kanal Na+  depolarisasi  potensial aksi
neuron aferen  n.olfaktori. Frekuensi potensial aksi tergantung
konsentrasi komponen bau.
 (lihat gambar)Pada bulbus olfaktori, terdapat sel mitral dan glomerulus
(neural junction). Setiap glomerulus menerima sinyal hanya dari reseptor
yang mendeteksi komponen bau tertentu, sehingga satu komponen
berbeda dari bau akan disortir pada 1 glomerulus. Glomerulus ini berperan
sebagai stasiun pemancar pertama di otak. Sel mitral memastikan sinyal
dan lanjut memancarkan ke otak.
 Dari bulbus olfaktori, ada 2 jalur saraf:
 Subkortikal  terutama regio sistem limbik. Berfungsi untuk
koordinasi perilaku (makan, kawin, orientasi arah) dan bau.
 Kortikal  lewat talamus menuju korteks. Berfungsi untuk persepsi
sadar dan diskriminasi bau.
 Saraf yang dipresentasikan ke subkorteks dibagi lagi lewat 2 jalur:
o Area olfaktori media  terletak di anterior hipotalamus. Didominasi
oleh nukleus septal yang meneruskan sinyal ke hipotalamus dan
sistem limbik sehingga berperan dalam perilaku dasar terhadap bau.
o Area olfaktori lateral  terdiri dari korteks piriform, prepiriform,
dan nuklei amigdaloid bagian kortikal. Jalur kemudian menuju sistem
limbik dan hipokampus untuk pembelajaran like or dislike terhadap
bau.
 Setiap odoran mengaktifkan banyak reseptor. Diskriminasi bau terjadi
berdasarkan pola berbeda dari glomerulus yang diaktifkan oleh bau yang
berbeda, sehingga korteks dapat membedakan > 10.000 bau.
 Selain itu, penghidup juga adaptif. Sensitivitas terhadap bau baru dapat
berkurang meskipun sumber bau masih ada, alasannya:
o Penurunan sensitivitas ini diduga akibat adaptasi di sistem pusat,
bukan reseptornya.
o Ditemukan beberapa enzim pemakan bau pada mukosa hidung
sehingga molekul odoran tidak terus menerus merangsang reseptor.
Telinga sebagai organ pendengaran terdiri atas 3 bagian: telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan
gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk
memperkut energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi 2 sistem
sensorik yang berbeda, yaitu koklea yang mengandung reseptor-reseptor
untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita
dapat mendengar; dan aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi
keseimbangan.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara.
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri atas
daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekulmolekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut.
Gambar telinga:
Fungsi komponen utama telinga
FISIOLOGI PENGINDERAAN (lanjutan…)
INDERA PENDENGARAN
Struktur
Telinga luar:
- Pinna
Fungsi
mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke
telinga tengah
- Meatus
auditorius
eksternus
(saluran
telinga)
- Membran
timpani
(gendang
telinga)
Telinga tengah:
- mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya
ke saluran telinga; berperan dalam lokalisasi suara
- mengarahkan gelombang suara ke membran timpani;
mengandung
rambut-rambut
penyaring
dan
mensekresikan kotoran telinga (ear wax) untuk
menangkap partikel-partikel asing
- menggetarkan tulang2 pendengaran di telinga tengah
Memindahkan getaran membran timpani ke cairan di
koklea, dalam prosesnya memperkuat energi suara
- Maleus, inkus,
stapes
- Berosilasi secara sinkron dengan getaran membran
timpani serta menimbulkan gerakan seperti gelombang
di perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama
Telinga dalam:
Tempat sistem sensorik untuk mendengar
- Jendela oval
- Bergetar bersama dengan stapes untuk menggerakkan
cairan perilimfe di koklea
- Mengandung perilimfe yang digetarkan oleh gerakan
jendela oval yang didorong oleh getaran tulang2
pendengaran di telinga tengah
- Mengandung endolimfe; tempat membran basilaris
- Skala vestibuli,
skala timpani
- Duktus
koklearis
(skala media)
- Membran
basilaris
- Organ Corti
- Membran
tektorial
- Jendela
bundar
- Bergetar
bersama
dengan
gerakan
perilimfe;
mengandung organ Corti, organ indera untuk mendengar
- Mengandung sel rambut, reseptor untuk suara, yang
mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk
akibat gerakan cairan di koklea
- Tempat rambut sel-sel reseptor terbenam di dalamnya
menekuk dan membentuk potensial reseptor ketika
membran basilaris mengetarkan membran tektorial yang
stasioner
- Bergetar bersama dengan gerakan perilimfe untuk
meredam tekanan di dalam koklea; tidak berperan dalam
penerimaan suara
Proses mendegar:
Dalam proses mendengar, gelombang suara merambat melalui udara
dan pada akhirnya samapai ke bagian telinga luar. Di bagian luar terdapat
pinna yang merupakan suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit
berfungsi mengumpulkan gelombang suara dan kemudian menyalurkannya
ke saluran telinga luar. Kemudian gelombang suara membuat membran
timpani yang menutupi pintu masuk telinga tengah bergetar. Daerah-daerah
gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-seling
menyebabkan gendang telinga menekuk keluar masuk seirama frekuensi
gelombang suara.
Setelah itu, telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran
timpani ke cairan telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya
rantai yang terdiri atas 3 tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus,
inkus, dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama,
maleus melekat ke membran timpani dan tulang terakhir stapes melekat ke
jendela oval (pintu masuk ke koklea yang berisi cairan). Ketika membran
timpani bergetar, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan
frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membran
timpani ke jendela oval. Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap
jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan pada kompartemen
atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui 2 jalur
sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam, yaitu:
1. Perubahan posisi jendela bundar
2. Defleksi membran basilaris
Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe (kaya
Na+) ke depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan
kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela
bundar menonjol ke luar dan ke dalam rongga tengah untuk kompensasi
peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela
oval ke arah telinga tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan,
mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak menimbulkan
persepsi suara, tetapi hanya menghamburkan tekanan.
Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan
dengan penerimaan mengambil “jalan pintas”. Gelombang di kompartemen
atas dipindahkan melalui membran vestibularis yang tipis, ke dalam duktus
koklearis, dan kemudian melalui membran basilaris ke kompartemen bawah.
Transmisi gelombang tekanan melalui membran basilaris menyebabkan
membran ini bergerak ke atas dan ke bawah atau bergetar. Karena organ
Corti menumpang pada membran basilaris, sel-sel rambut juga ikut bergerak
naik turun ketika membran basilaris bergetar. Karena rambut sel-sel reseptor
terbenam di dalam membran tektorial yang kaku dan stasioner, rambutrambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang waktu membran
basilaris menggeser posisinya terhadap membran tektorial. Perubahan
bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan saluran-saluran
ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara
bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan
hiperpolarisasi yang bergantian.
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi
melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang
membentuk saraf auditorius. Depolarisasi sel-sel rambut (saat membran
basilaris bergeser ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat
perantara yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen.
Kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel rambut
mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (saat
membran basilaris bergeser ke bawah).
Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara
menjadi
gerakan-gerakan
berosilasi
membran
basilaris
yang
membengkokkan pergerakan maju mundur rambut-rambut di sel reseptor.
Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan
pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel reseptir, yang
menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga
menyebabkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang
merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi
sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak (bagian lobus temporalis)
sebagai sensasi suara.
Diskriminasi Nada
Diskriminasi nada adalah kemampuan membedakan berbagai
frekuensi gelombang suara yang datang. Hal tesebut bergantung pada bentuk
dan sifat membran basilaris yang menyempit dan kaku di ujung jendela
ovalnya, serta melebar dan lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah
di membran basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada
frekuensi yang berbeda. Ujung sempit paling dekat dengan jendela oval
bergetar maksimum pada nada-nada tinggi, sedangkan ujung lebar paling
dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah. Nadanada antara berada di sepanjang membran basilaris dari frekuensi tinggi ke
rendah.
Diskriminasi intensitas (kepekaan)
Diskriminasi intensitas bergantung pada amplitudo getaran. Sewaktu
gelombang suara yang berasal dari sumber suara yang lebih keras mengenai
gendang telinga, getaran di gendang telinga lebih kuat lagi (gerakan menonjol
dan mencekung menjadi lebih luas). Defleksi membran timpani yang lebih
luas ini diubah menjadi amplitudo pergerakan membran basilaris yang lebih
besar di daerah puncak yang berespons. SSP menginterpretasikan getaran
membran basilaris yang lebih kuat sebagi suara yang lebih keras. Suara yang
sangat keras dan tidak dapat diperlembut, akan menggetarkan dengan hebat
membran basilaris, sehingga sel-sel rambut akan rusak secara permanen dan
menimbulkan gangguan pendengaran parsial.
Korteks Pendengaran
Korteks pendengaran tersusun secara topografis tonus. Setiap neuron
korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu. Setiap daerah di korteks
pendengaran tereksitasi hanya sebagai respon terhadap nada tertentu yang
dideteksi oleh bagian tertentu membran basilaris.
INDERA KESEIMBANGAN
Di bagian telinga dalam terdapat organ untuk keseimbangan yang
disebut aparatus vestibularis. Aparatus vestibularis ini dapat mendeteksi
gerakan kepala serta penting untuk keseimbangan dan koordinasi gerakan
kepala, mata, dan tubuh. Selain itu, aparatus ini memberikan informasi yang
penting untuk sensasi keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dengan
gerakan mata serta postur tubuh. Alat ini terdiri atas suatu sistem tabung
tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus (bagian
seperti batu, again keras) dari tulang temporal yang disebut labirin tulang,
dan dalam labirin tulang terdapat sistem tabung membran dan rungan yang
disebut labirin membranosa, yang merupakan bagian fungsional dari aparatus
ini.
Labirin membranosa terutama terdiri atas koklea, 3 kanalis
semisirkularis, dan 2 ruangan besar yang dikenal sebagai utrikulus dan
sakulus. Kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus merupakan bagian
integral dari mekanisme keseimbangan.
Seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis
mengandung endolimfe dan dikelililngi oleh perilimfe. Juga seperti organ
Corti, komponen vestibular masing-masing mengandung sel-sel rambut yang
berespons terhadap perubahan mekanis yang dicetuskan oleh gerakangerakan spesifik endolimfe. Seperti sel-sel rambut auditorius, reseptor
vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,
bergantung pada arah gerakan cairan. Namun tidak seperti sistem
pendegaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh sistem
vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.
Kanalis Semisirkularis
`
Dalam setiap aparatus vestibularis terdapat 3 buah kanalis
semisirkularis yang dikenal sebagai kanalis semisirkularis anterior, posterior,
dan lateral (horizontal) yang tersusun tegak lurus satu sama lain.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi (percepatan) atau
deselerasi (perlambatan) angular atau rotasional kepala, misalnya ketika
memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik atau memutar kepala. SelEndolimfe
Kupula
sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas ridge yang
berada di ampula, suatu pembesaran di pangkal kanalis. Rambut-rambut
terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa berbentuk seperti topi di atasnya.
Lapisan ini disebut kupula, menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula.
Kupula bergoyang searah gerakan cairan.
Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah
menyebabkan pergerakan endolimfe, setidaknya di salah
Kupula satu
kanalis kanalis
semisrkularis. Saat kepala mulai bergerak, saluran tulang dan ridge sel
rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala.
Namun, cairan di dalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak, mula-mula
tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena
adanya inersia (kelembaman) ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai
berputar, endolimfe yang terletak sejajar dengan gerakan kepala pada
dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan
kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokkan rambut-rambut
sensorik yang terbenam di dalamnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam
arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak
bersama dengan kepala, sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak
mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya
terjadi. Endolimfe bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala
melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya
sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan
dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe
secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian,
kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi
kepala. Kanalis tidak berespons jika keplaa tidak bergerak atau jika bergerak
secara sirkuler dengan kecepatan yang tetap.
Pada manusia, percepatan angular yang dibutuhkan untuk
merangsang kanalis semisirkularis rata-rata sekitar satu derajat per detik.2
Organ Otolit
Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif
terhadap gravitasi dan juga mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan
linier. Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di
dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanalis semisirkularis dan
koklea.
Di bagian permukaan dalam dari setiap utrikulus dan sakulus ada
daerah sensorik kecil yang diameternya kurang dari 2 mm dan disebut
sebagai makula. Makula dari utrikulus terutama terletak pada bidang
horizontal permukaan inferior utrikulus dan berperan penting dalam
menentukan orientasi kepala sesuai dengan arah gaya gravitasi ketika
seseorang berdiri tegak. Sebaliknya, makula dari sakulus terutama terletak
dalam bidang vertikal dan karena itu penting pada keseimbangan bila
seseorang berbaring.
Setiap makula ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh
banyak kristal kalsium karbonat yang kecil-kecil disebut otolit. Hal ini
menyebabkan lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam (inert) daripada
cairan di sekitarnya. Dalam makula juga terdapat beribu-ribu sel rambut, di
mana sel ini akan menonjolkan silia ke dalam lapisan gelatinosa. Pangkal dan
sisi-sisi sel rambut bersinaps dengan ujung-ujung sensorik saraf vestibular.
Gerakan sel rambut menyebabkan perubahan posisi rambut serta
Masa gelatinosa membengkokkan rambut dalam 2 cara:
1. Ketika kepala digerakkan ke semua arah selain vertikal (selain tegak dan
menunduk), rambut-rambut membengkok sesuai gerakan kepala karena
gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan gelatinosa yang berat.
Di dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas sel rambut
diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan yang lain mengalami
hiperplarisasi ketika kepala berada pada berbagai posisi selain tegak
lurus. Dengan demikian SSP menerima pola-pola aktivitas saraf yang
berlainan bergantung pada posisi kepala dalam kaitannya dengan
gravitasi.
2. Rambut-rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan
dalam gerakan linier horizontal (bergerak lurus ke depan, ke belakang
atau ke samping). Ketika seseorang mulai bergerak ke depan, bagian atas
membran otolit yang berat mula-mula akan tertinggal di belakang
endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan
demikian rambut-rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan
berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa mulai menyusul dan bergerak
dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambut
tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit
secara singkat terus bergerak ke depan ketika kepala melambat dan
berhenti, membengkokkan rambut-rambut ke arah depan. Dengan
demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi
horizontal, tetapi tidak memberikan informasi tentang gerakan lurus yang
berjalan konstan.
Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa dia
berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi
horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau
deselerasi linier vertikal (misalnya meloncat-loncat atau dalam elevator).
Sensitivitas Arah Sel Rambut
menimbulkan perubahan potensial.
Setiap sel rambut memiliki 50 sampai 70 silia sel yang kecil, disebut
stereosilia, ditambah 1 silium besar, yaitu kinosilium. Kinosilium selalu
terletak di dalam satu sisi dan stereosilia secara progresif menjadi semakin
pendek ke arah sisi lain pada sel. Perlekatan filamentosa yang tipis
menghubungkan ujung setiap stereosilium dengan stereosilium selanjutnya
yang lebih panjang dan akhirnya ke kinosilium. Karena perlekatan ini, jika
stereosilia dan kinosilium melekuk ke arah kinosilium, maka perlekatan
filamentosa akan menarik stereosilia yang satu dan yang lainnya, mendorong
ke arah luar badan sel. Keadaan ini akan membuka beberapa ratus saluran
dalam setiap membran silium untuk menghantarkan ion positif, dan ion
positif yang banyak ini mengalir ke dalam sel cairan endolimfe sekelilingnya,
lalu menimbulkan depolarisasi. Sebaliknya, pelekukan tangkai silia ke arah
yang berlawanan (menjauhi kinosilium), akan menurunkan tegangan pada
perlekatan dan keadaan ini akan menutup saluran ion, dengan demikian
menimbulkan hiperpolarisasi.
Dalam keadaan istirahat normal, serat-serat saraf yang keluar dari selsel rambut menjalarkan impuls saraf terus-menerus dengan kecepatan sekitar
100 per detik. Skema berikut menunjukkan masukan dan keluaran dari
nukleus vestibularis
Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen aparatus
vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis,
suatu kelompok badan sel saraf di batang otak, dan ke serebelum. Di sini
informasi vestibular diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit,
mata, sendi, dan otot untuk:
1. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan
2. Mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfiksasi ke titik
yang sama walaupun kepala bergerak
3. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.
Indera Pengecap dan Penghidu
Sebuah papil pengecap terdiri atas ±50 sel reseptor yang terkemas
dengan sel-sel penunjang. Setiap papil pengecap memilki sebuah lubang kecil,
yaitu pori-pori pengecap, tempat berkontaknya cairan dalam mulut dengan
permukaan sel reseptor.
Sel-sel reseptor pengecapan adalah sel epitel termodifikasi dengan
banyak lipatan permukaan atau mikrovili untuk memperluas permukaan sel
yang terpajan ke isi mulut. Membran palsma mkrovili mengandung reseptorreseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul-molekul zat kimia di
lingkungan. Hanya zat kimia dalam larutan (baik cairan atau zat padat yang
telah larut dalam air liur) yang bisa berikatan dengan reseptor dan
membangkitkan sensasi rasa. Terikatnya zat kimia yang membangkitkan rasa
dengan reseptor, membuat kanal ion sel menghasilkan potensial
(depolarisasi). Potensial oleh reseptor ini kemudian memulai potensial aksi
pada ujung-ujung terminal serabut saraf aferen di mana sel-sel reseptor
bersinaps.
Ujung-ujung terminal aferen beberapa saraf kranialis bersinaps
dengan papil-papil pengecap di berbagai bagian mulut. Sinyal di masukan
sensorik ini dikirimkan melalui perhentian-perhentian sinaps di batang otak
dan talamus kemudian ke area gustatori korteks (cortical gustatory area),
sebuah area pada lobus parietal. Tidak seperti kebanyakan organ sensoris
lain, jalur gustatorik sebagian besar tidak menyilang. Batang otak juga
memproyeksikan serat-serat tersebut ke hipotalamus dan sistem limbik, yang
mempengaruhi afek, misalnya apakah rasa yang dikecap menyenangkan atau
tidak, dan untuk mengolah aspek-aspek perilaku yang berkaitan dengan
pengecapan dan penghidu.
INDERA PENGECAP
Terdapat beribu sensasi rasa yang berasal dari kombinasi 5 rasa
dasar, yaitu asin, asam, manis, pahit, dan umami. Setiap sel reseptor
merespons dengan derajat berbeda pada 5 rasa dasar, tetapi umumnya setiap
sel reseptor responsif terhadap 1 modalitas rasa. Diskriminasi rasa selain rasa
dasar bergantung pada perbedaan tipis dalam pola stimulasi oleh semua
kuncup kecap dalam respons terhadap bermacam-macam subtansi, sama
seperti stimulasi pada 3 tipe sel kerucut yang menghasilkan berbagai sensasi
warna.
Kemoreseptor untuk sensasi rasa terdapat pada kuncup kecap (taste
buds), terdapat sekitar 10 ribu kuncup kecap pada rongga mulut dan
kerongkongan, dengan persentase terbanyak pada bagian atas lidah.
Sel-sel reseptor kecap menggunakan jalur yang berbeda untuk membuat
depolarisasi potensial reseptor pada setiap rasa dasar :
Tidak seperti mata (fotoreseptor) dan telinga (mekanoreseptor), rasa
dan bau ditangkap oleh reseptor kimia (kemoreseptor). Mencium dan
mengecap merupakan komponen dari jalur viseral aferen khusus karena
kedua indera tersebut dapat merangsang organ viseral, misal saat kita lapar
dan membau makanan, maka kelenjar saliva akan meningkatkan sekresinya,
begitu juga lambung akan meningkatkan produksi getah lambungnya.
1. Rasa asin
Terstimulasi oleh garam kimia, terutama NaCl (garam dapur).
Penerimaan langsung ion Na+ melalui kanal Na+ pada membran sel
reseptor, sebuah gerakan yang mengurangi kenegatifan dalam sel.
maka kemampuan lidah untuk merasa juga berkurang, walaupun reseptorreseptor rasa tidak dipengaruhi oleh flu. Faktor lain yang mempengaruhi rasa
adalah suhu dan tekstur, serta faktor psikologik dari pengalaman yang lalu.
Bagaimana korteks memproses persepsi kompleks sensasi rasa belum
2. Rasa asam
Terstimulasi oleh asam, yang mengandung ion hidrogen bebas, H+.
Sebagai contoh, lemon yang mengandung asam sitrat. Depolarisasi
terjadi karena H+ memblok kanal K+ pada membran sel reseptor.
Akibatnya, berkurangnya pergerakan pasif ion K+ keluar dari sel,
pada akhirnya mengurangi kenegatifan dalam sel.
3. Rasa manis
Terstimulasi oleh konfigurasi glukosa dengan cara mengaktifkan
protein G, yang kemudian mengaktifkan cAMP (caraka kedua/ 2nd
messenger). Jalur caraka kedua menghasilkan fosforilasi dan
pemblokan pada kanal K+ pada membran sel reseptor.
4. Rasa pahit
Terstimulasi oleh substansi kimia yang lebih menyebar daripada
rasa dasar lainnya. Sebagai contoh, alkaloids (kafein, nikotin,
strychnine, morfin, dan derivat tumbuhan beracun lain), dan juga
substansi beracun, semuanya terasa pahit, diduga sebagai
mekanisme protektif tubuh agar tidak mencerna substansi tersebut.
Sel kecap yang mendeteksi pahit terdiri dari 50-100 reseptor, yang
masing-masing mempunyai respon terhadap rasa pahit yang
berbeda. Protein G yang pertama pada pengecapan, gustducin,
ditemukan pada salah satu jalur penghantaran pahit. Gustducin ini
bekerja mirip seperti transducin pada mata.
5. Rasa umami
Ditemukan oleh peneliti asal Jepang. Terstimulasi oleh asam amino,
terutama glutamate. Dengan adanya asam amino, seperti yang
ditemukan pada daging, berfungsi sebagai penanda makanan kaya
protein. Glutamate terikata pada protein G coupled dan mengaktifkan
caraka kedua yang masih belum diketahui.
Persepsi rasa juga dipengaruhi oleh reseptor lain, terutama bau. Saat
kita kehilangan kemampuan untuk mencium bau karena flu untuk sementara,
diketahui.
Terima kasih buat Fadli, Benny, dan Bila atas referensi LTMnya untuk tentir
ini ^.^
Download