BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Pada bagian ini menjelaskan mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya serta memiliki relevansi dengan topik yang akan
diteliti. Isi dari bagian ini antara lain yaitu nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian, hasil penelitian, serta perbandingannya dengan
penelitian ini.
Tabel 2.1 State of the Art
No.
1.
Peneliti
Snejina Michailova,
Dana B. Minbaeva
Tahun
2012
Judul
Hasil
Organizational
Values
Knowledge
Sharing
Hasil
penelitian
Perbandingan
ini Pada penelitian sebelumnya
and menunjukkan bahwa penelitian membahas
ini meneliti pengaruh salah satu organisasi
sosialisasi
di
nilai
Danisco
In komponen kunci dari budaya Sedangkan dalam penelitian
Journal of International
Multinational
organisasi
Business
Corporations:
organisasi.
yaitu
nilai-nilai ini
sama-sama
Dari tahun 2003 sosialisasi
nilai
membahas
organisasi
The Danisco Case sampai 2007, Danisco Denmark yang dilakukan oleh divisi
MNC
memeriksa
proses Corporate Communications di
sosialisasi nilai inti organisasi PT
9
Cakrawala
Andalas
10
yang
dapat
mempengaruhi Televisi.
perilaku berbagi pengetahuan di
antara karyawan.
2.
David G. Allen, Linda
Rhoades Shanock
2012
Perceived
Hasil penelitian menunjukkan Pada penelitian sebelumnya
Organizational
bahwa karyawan baru penting membahas tentang dukungan
Support
and untuk organisasi karena taktik dan
keterikatan
dengan
Embeddedness as sosialisasi
nilai-nilai organisasi sebagai kunci untuk
Journal of
Key Mechanisms mempengaruhi
komitmen taktik
Organizational Behavior
Connecting
karyawan
yang
Socialization
terhubung
dengan
Tactics
to sebagai
Commitment and peduli,
merasa dengan
dukungan, ini
karyawan
sama-sama
melibatkan sosialisasi
Trunover Among pertukaran sosial yang positif. kepada
New Employees
nilai-nilai
baru
organisasi Sedangkan dalam penelitian
bentuk
dan
sosialisasi
nilai
membahas
organisasi
karyawan
PT
Taktik sosialisasi mempengaruhi Cakrawala Andalas Televisi
persepsi
dukungan
dan yang dilakukan oleh divisi
komitmen organisasi yang dapat Corporate Communictions.
mengikat
karyawan
dengan
organisasi sebagai akibat dari
taktik sosialisasi.
11
3.
Successful
Hasil penelian ini menunjukkan Pada penelitian sebelumnya
Socialization Of
bahwa manajemen profesional membahas tentang sosialisasi
Journal of Human
Employees –
HRD menunjukan minat dalam sosialisasi yang sukses bagi
Resources Management
Assumption Of
proses
& Ergonomics
Loyalty To
mentransfer
Organization
profesional,
Vladimiras Grazulis
2011
sosialisasi
nilai-nilai
bagi
untuk karyawan Sedangkan dalam
keterampilan penelitian
pengetahuan
budaya
sama-sama
dan membahas mengenai proses
organisasi sosialisasi
karyawan.
ini
namun
lebih
Proses berfokus pada peran divisi
sosialisasi
terdiri
dari
tiga Corporate
Communications
tahapan
yaitu
sosialisasi dalam mensosialisasikan nilai
antisipasi, adaptasi dan integrasi. organisasi kepada karyawan.
4.
Strategi
Hasil penelitian ini adalah PT Pada penelitian sebelumnya
Ike Dewi
Sosialisasi
Agro
Sulistyaningtyas
Budaya
mendefinisikan
Theresia Kristianingrum,
2012
Mandiri
Semesta membahas tentang strategi
strategi sosialisasi budaya perusahaan
Perusahaan di PT sosialisasi budaya perusahaan di PT Agro Mandiri Semesta.
Agro
Jurnal Komunikasi
Semesta
Mandiri sebagai cara yang dilakukan Sedangkan dalam penelitian
untuk
mencapai
tujuan
dan ini sama-sama membahas
strategi sosialisasi yang dipakai mengenai upaya sosialisasi
adalah
strategi
sosialisasi namun lebih berfokus pada
12
komunal.
peran dari divisi Corporate
Communications dalam
mensosialisasikan nilai-nilai
sebagai budaya perusahaan.
5.
Theodorin Nawang Sari,
2011
Pengaruh Tingkat Hasil penelitian adalah semakin Pada penelitian sebelumnya
tinggi
Partisipasi
Yudarwati
Terhadap Tingkat karyawan
Karyawan dalam pula
program pengetahuan karyawan dalam
tingkat
pengetahuan organisasi
karyawan tentang nilai baru. penelitian
Program
Sosialisasi
dalam
tingkat
sosialisasi maka semakin tinggi program sosialisasi nilai baru
Pengetahuan
Jurnal Komunikasi
partisipasi membahas
tingkat
Dr. Gregoria Arum
Nilai Pengaruh
tingkat
karyawan
dalam
Baru Organisasi
partisipasi mengenai
Sedangkan
ini
membahas
divisi
Corporate
program Communications
sosialisasi terhadap pengetahuan berperan
tentang nilai baru organisasi mensosialisasikan
dipengaruhi
oleh
dalam
nilai
tingkat organisasi kepada karyawan.
pendidikan yang lebih tinggi dan
lama bekerja.
yang
13
2.2.
Landasan Konseptual
2.2.1
Komunikasi Organisasi
Menurut West dan Turner (2012:38) menjelaskan bahwa komunikasi
organisasi merupakan komunikasi yang terjadi di dalam dan di antara lingkungan
yang besar dan luas. Jenis-jenis komunikasi organisasi meliputi komunikasi
interpersonal (percakapan antara atasan dan bawahan), kesempatan berbicara di
depan publik (presentasi yang dilakukan oleh para eksekutif dalam perusahaan),
kelompok kecil (kelompok kerja yang mempersiapkan laporan), dan komunikasi
dengan menggunakan media (memo internal, e-mail, dan konferensi jarak jauh).
Oleh karena itu, organisasi terdiri dari kelompok yang diarahkan oleh tujuan
akhir yang sama.
Menurut
Wiryanto
(dalam
Romli,
2014:2)
menyatakan
bahwa
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun kelompok informal dari suatu
organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi
itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara
kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus
dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers
dan surat-surat resmi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, melainkan lebih
kepada anggotanya secara individual.
Menurut
Bungin
(2013:278)
mengemukakan
bahwa
komunikasi
organisasi dapat didefinisikan sebagai komunikasi antarmanusia (human
communication) yang terjadi dalam konteks organisasi di mana dapat terjadi
jaringan-jaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung satu sama lain.
Sementara, Goldhaber (dalam Romli, 2014:13) memberi definisi
komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.
14
2.2.2
Budaya Organisasi
Menurut Kriyantono (2014:318) menjelaskan bahwa budaya organisasi
adalah persepsi dari anggota organisasi mengenai nilai kunci dan konsep
bersama yang membentuk citra mereka terhadap organisasi, mencakup faktor
iklim positif, pengaruh negatif, kualitas keunggulan, potensi pertumbuhan,
unsur-unsur organisasi, organisasi kecil atau tidak matang, dan aktif atau
mendorong.
Menurut Wheelen dan Hunger menyatakan bahwa jika dilihat dari sudut
pandang karyawan, budaya memberikan pedoman bagi karyawan akan segala
sesuatu yang penting untuk dilakukan. Sejumlah peran penting yang dimainkan
oleh budaya perusahaan adalah membantu pengembangan rasa memiliki jati diri
bagi karyawan, dipakai untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan
organisasi, membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial,
menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dan norma perilaku yang sudah
dibentuk (Romli, 2014:195).
Menurut Phithi Sithi Amnuai (dalam Tika, 2014:4-5) menjelaskan bahwa
budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut
oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan untuk
mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.
2.2.2.1 Budaya Organisasi dan Budaya Perusahaan
Menurut Deal dan Kennedy (dalam Tika, 2014:6) menjelaskan
bahwa budaya perusahaan merupakan nilai inti sebagai esensi falsafah
perusahaan untuk mencapai kesuksesan yang didukung oleh semua warga
organisasi dan memberikan pemahaman bersama tentang arah bersama
dan menjadi pedoman perilaku mereka dari hari ke hari. Faktor-faktor
pembentuk budaya perusahaan adalah lingkungan bisnis, nilai-nilai,
pahlawan atau pelopor ritus dan ritual serta jaringan budaya.
Menurut J.Scherriton dan J.L. Stern (dalam Tika, 2014:6)
menyatakan bahwa budaya perusahaan pada umumnya terkait dengan
lingkungan atau personalitas organisasi dengan segala dimensi masalah
15
yang dihadapi. Budaya perusahaan dibagi kedalam 4 (empat) aspek, yaitu
pola ritual, gaya manajemen dan filosofinya, sistem dan prosedur
manajemen, serta norma-norma dan prosedur-prosedur tertulis dan tidak
tertulis.
Menurut Robbis (dalam Tika, 2014:6) menjelaskan bahwa budaya
perusahaan merupakan sekumpulan sistem nilai yang diakui dan dibuat
oleh semua anggota yang membedakan perusahaan yang satu dengan
yang lainnya.
Menurut J.P. Kotter dan J.L. Heskett (dalam Tika, 2014:6)
mengemukakan bahwa budaya perusahaan adalah nilai dan praktik yang
dimiliki bersama di seluruh kelompok dalam satu perusahaan, sekurangkurangnya dalam manajemen senior. Budaya dalam suatu organisasi
terdiri dari nilai yang dianut bersama dan norma perilaku kelompok.
Dari definisi di atas, unsur-unsur yang terdapat dalam budaya
perusahaan terdiri dari :
1. Sistem nilai (nilai inti);
2. Lingkungan bisnis;
3. Pahlawan atau pelopor;
4. Jaringan budaya;
5. Pola ritual keyakinan, nilai dan perilaku;
6. Gaya manajemen;
7. Sistem dan produser manajemen;
8. Norma-norma dan prosedur;
9. Pedoman perilaku.
Dari
unsur-unsur
budaya
perusahaan
diatas,
maka
Tika
menyimpulkan di dalam bukunya Budaya Organisasi dan Peningkatan
Kinerja Perusahaan dengan menyatakan bahwa terdapat kesamaan antara
budaya organisasi dan budaya perusahaan dalam hal:
1. Asumsi dasar atau pedoman perilaku;
2. Keyakinan yang dianut bersama;
3. Pemimpin atau pahlawan pencipta budaya organisasi atau perusahaan;
16
4. Pedoman perilaku dalam mengatasi malah;
5. Sistem nilai atau nilai - nilai yang dianut;
6. Lingkungan internal dan eksternal;
7. Pewarisan dan penyesuaian.
Dengan
demikian
antara
budaya
organisasi
dan
budaya
perusahaan saling terkait karena kedua-duanya ada kesamaan,
meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal khusus seperti
gaya manajemen dan sistem manajaemen, namun semuanya tetap
dalam rangkaian budaya organisasi (Tika, 2014:7).
2.2.2.2 Jenis-Jenis Budaya Organisasi
Menurut Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath (dalam Tika,
2014:7-8) membagi budaya organisasi berdasarkan proses informasi
sebagai berikut:
1. Budaya Rasional
Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran
pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diartikan sebagai sarana
bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas, dan
keuntungan atau dampak).
2. Budaya Ideologis
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan
yang dalam, pendapat dan inovasi) diartikan sebagai sarana bagi
tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan
pertumbuhan).
3. Budaya Konsensus
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi,
dan konsensus) diartikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi
(iklim, moral, dan kerja sama kelompok).
17
4. Budaya Hierarkis
Dalam budaya hirarkies, pemrosesan informasi formal (dokumentasi,
komputansi, dan evaluasi) diartikan sebagai sarana bagi tujuan
kesinambungan (stabilitas, kontrol, dan koordinasi).
Sedangkan menurut Talizuduhu Ndraha (dalam Tika, 2014:9)
membagi budaya organisasi berdasarkan tujuannya, yaitu:
1. Budaya Organisasi Perusahaan;
2. Budaya Organisasi Publik;
3. Budaya Organisasi Sosial;
2.2.2.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Luthans (dalam Romli, 2014:197-198) ada enam
karakteristik yang penting dari budaya organisasi, antara lain:
1. Aturan-aturan perilaku, yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang
biasa dipergunakan oleh anggota organisasi.
2. Norma adalah standar perilaku yang meliputi petunjuk bagaimana
melakukan sesuatu.
3. Nilai-nilai dominan adalah nilai utama yang diharapkan dari
organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota.
4. Filosofi adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal
yang disukai para karyawan dan pelanggannya.
5. Peraturan-peraturan adalah aturan yang tegas dan organisasi. Pegawai
baru harus memelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat
diterima di dalam organisasi.
6. Iklim organisasi adalah keseluruhan perasaan yang meliputi hal-hal
fisik, bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para
anggota organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan
pelanggan atau pihak dari luar organisasi.
18
2.2.2.4 Dimensi Budaya Organisasi
Hofstede mengelompokkan budaya organisasi ke dalam 6
dimensi, antara lain (Sobirin, 2009:183-185) :
1. Process oriented vs. Result oriented
Dimensi ini mengkontraskan organisasi yang berorientasi proses
dengan organisasi yang berorientasi hasil. Pada process oriented
culture, perhatian organisasi lebih ditujukan pada proses aktivitas
yang berjalan selama ini dan sejauh mana orang-orang yang bekerja
pada organisasi patuh terhadap ketentuan-ketentuan atau kebijakan
yang telah digariskan organisasi. Sementara itu, pada result oriented
culture perhatian organisasi lebih ditujukan pada hasil kegiatan
ketimbang
prosesnya
sehingga
seringkali
organisasi
tidak
memperdulikan bagaimana proses dilakukan tetapi yang penting
hasilnya cepat didapat.
2. Employee oriented vs. Job oriented
Employee oriented culture menyatakan lingkungan internal organisasi
yang dipenuhi oleh para pekerja yang menginginkan agar pihak
organisasi terlebih dahulu memperhatikan kepentingan-kepentingan
mereka sebelum berorientasi pada pekerjaan yang harus mereka
lakukan. Sementara itu, pada job oriented culture menjelaskan bahwa
para karyawan harus mendahulukan pekerjaan sebelum menuntut
dipenuhinya kepentingan-kepentingan mereka.
3. Parochial vs. Professional
Parochial culture mengemukakan bahwa tingkat kebergantungan
karyawan pada atasan dan pada organisasi cenderung sangat tinggi.
Sebaliknya, pada professional culture karyawan merasa bahwa
kehidupan pribadi merupakan urusan mereka sendiri sedangkan
alasan sebuah organisasi merekrut mereka adalah semata-mata karena
kompetensi dalam melakukan pekerjaan bukan karena latar belakang
keluarga atau alasan yang lain.
19
4. Open system vs. Close system
Dimensi ini terkait dengan hubungan antara organisasi dengan
lingkungannya baik lingkungan internal maupun eksternal. Open
system culture menyatakan bahwa organisasi cenderung tidak
menutup diri dari perubahan-perubahan baik yang terjadi pada
lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Sebaliknya, pada
closed system culture organisasi seolah-olah diperlakukan sebagai
sebuah mesin yang bekerja mengikuti pola yang sudah ada tanpa
banyak melakukan perubahan.
5. Loose control vs. Tight control
Pada organisasi dengan tingkat pengendalian yang longgar (loose
control), organisasi seolah-olah tidak memiliki alat kendali dan tata
aturan
formal
yang
memungkinkan
organisasi
tersebut bisa
mengendalikan orang-orang yang bekerja di dalamnya. Sebaliknya,
pada tight control culture organisasi semacam ini cenderung
menerapkan aturan-aturan yang ketat dan bahkan dalam batas-batas
tertentu cenderung kaku.
6. Pragmatic vs. Normative
Pragmatic culture merupakan organisasi yang berorientasi pada
konsumen. Berbeda dengan pragmatic culture, organisasi dengan
normative culture menganggap bahwa tugas yang diemban organisasi
terhadap dunia luar merupakan bentuk implementasi dari peraturanperaturan, konvensi maupun tertulis, yang tidak boleh dilanggar.
2.2.2.5 Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Tika (2014:14-16) fungsi utama budaya organisasi
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun
kelompok lain.
20
Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh
suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki oleh organisasi
atau kelompok lain.
2. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi.
Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari karyawan.
Mereka bangga sebagai seorang karyawan suatu perusahaan. Para
karyawan mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan rasa tanggung
jawab atas kemajuan perusahaannya.
3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial.
Hal ini terfambarkan di mana lingkungan kerja dirasakan positif,
mendukung, dan konflik serta perubahan diatur secara efektif.
4. Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.
Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol, didatarkannya struktur,
diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya karyawan oleh
organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang
kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan ke arah yang sama.
5. Sebagai integrator.
Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya
sub-subdaya baru.
6. Membentuk perilaku bagi para karyawan.
Fungsi seperti ini dimaksudkan agar para karyawan dapat memahami
bagaimana mencapai tujuan organisasi.
7. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok
organisasi.
Masalah utama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah
adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal.
Budaya organisasi diharapkan dapat berfungsi mengatasi masalahmasalah tersebut.
21
8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan.
Fungsi budaya organisasi atau perusahaan adalah sebagai acuan untuk
menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan
positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut.
9. Sebagai alat komunikasi.
Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara
atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antaranggota organisasi.
2.2.3
Sosialisasi
Robbin dan Judge (dalam Sunyoto dan Burhanudin, 2015:155)
menyatakan bahwa sosialisasi adalah salah satu cara penting untuk
menyampaikan budaya organisasi. Sosialisasi merupakan proses untuk
mengadaptasi karyawan atau individu dengan budaya organisasi. Ketika
karyawan pertama kali bergabung dengan suatu organisasi, mereka belum
memahami secara benar budaya organisasi sehingga dapat mengganggu kegiatan
organisasi. Oleh sebab itu, organisasi membantu para karyawan baru tersebut
agar dapat beradaptasi dengan budaya organisasi melalui sosialisasi.
Menurut Tika (2014:56) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah proses
penyesuaian diri anggota-anggota baru terhadap budaya organisasi dalam
memasuki suatu organisasi atau perusahaan.
Sosialisasi adalah suatu proses interaksi untuk menanamkan suatu kaidah,
norma, ataupun mengenai kehidupan sosial dalam masyarakat. Sosialisasi
merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang dalam
mempelajari kehidupan dalam suatu masyarakat untuk diterapkan pada dirinya,
baik sebagai individu atau sebagai anggota kelompok dalam rangka untuk
mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan nilai, norma atau kebiasaan
dalam masyarakat (Murdiyatmoko, 2007:111).
22
2.2.3.1 Proses Sosialisasi
Menurut Robbins (dalam Tika, 2014:56-57) proses sosialisasi
budaya organisasi dapat dilakukan melalui tiga tahap sebagai berikut:
1. Sosialisasi Antisipasi (Tahap Kedatangan)
Sosialisasi
organisasi
dimulai
sebelum
individu
benar-benar
bergabung dengan organisasi. Informasi sosialisasi lebih dulu datang
dari berbagai sumber. Pada tahap ini secara eksplisit diakui bahwa
tiap individu tiba dengan seperangkat nilai, sikap, dan harapan. Hal
ini mencakup baik kerja yang harus dilakukan maupun kondisi
organisasi itu sendiri. Anggota baru akan menjalankan tingkat
sosialisasi awal melalui pelatihan.
2. Pertemuan
Tahap ini dimulai saat kontrak pekerjaan telah ditandatangani.
Banyak perusahaan menggunakan kombinasi program pelatihan dan
orientasi untuk mensosialisasikan kepada para karyawan selama tahap
pertemuan.
a. Pelatihan
Program pelatihan sangat diperlukan untuk memperkenalkan
budaya
organisasi
kepada
anggota-anggota
baru.
Melalui
pelatihan formal, pegawai baru bisa dideteksi kemampuannya
dalam menyerap budaya organisasi.
b. Orientasi
Pegawai baru biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti suatu
masa orientasi, di mana mereka perlu diberitahukan bagaimana
harus berlaku dan bertindak. Proses sosialisasi ini memastikan
seorang karyawan baru menyaksikan seperti apa sebenarnya
organisasi itu dan menghadapi kemungkinan bahwa harapan dan
kenyataan dapat berbeda.
23
3. Perubahan dan Pemahaman yang Bertambah (Tahap Metamorfosis)
Penguasaan tugas-tugas utama dan pemecahan konflik menandai
mulainya tahap akhir dari proses sosialisasi ini. Pada tahap ini proses
sosialisasi mengarahkan karyawan baru untuk menyesuaikan diri
dengan kelompok kerjanya. Metamorfosis dan proses sosialisasi saat
masuk dianggap selesai apabila anggota baru telah merasa enak
dengan organisasi dan pekerjaannya. Ia telah menginternalkan normanorma organisasi dan kelompok kerjanya dan memahami serta
menerima baik norma itu. Anggota baru merasakan diterima baik oleh
rekan-rekan sekerjanya sebagai seorang individu yang dipercaya dan
dihargai, merasa yakin bahwa mempunyai kompetensi untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan sukses dan memahami sistem itu
tidak hanya tugasnya sendiri, tetapi juga aturan, prosedur dan praktik
diterima baik secara informal.
Dari
uraian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa proses
pembentukan budaya organisasi antara lain:
1. Interaksi antarpimpinan atau pendiri organisasi dengan kelompok
atau perorangan dalam organisasi.
2. Interaksi ini menimbulkan ide yang ditransformasikan menjadi
artifak, nilai, dan asumsi.
3. Artifak, nilai, dan asumsi kemudian diimplementasikan sehingga
menjadi budaya organisasi.
4. Untuk mempertahankan budaya organisasi lalu dilakukan
pembelajaran (learning) kepada anggota baru dalam organisasi
Tika (2014:21).
2.2.4
Peran
Menurut Soerjono Soekanto (2014:210-211) peranan berasal dari kata
peran yang merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia akan
24
menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan
adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tidak ada peranan
tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Lebih lanjut Soerjono Soekanto
mengemukakan aspek-aspek peranan sebagai berikut :
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam hal ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan
yang
membimbing
seseorang
dalam
kehidupan
masyarakat.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat. (Soekanto:2014:211)
Menurut Miftah Toha (2012:10) peranan merupakan suatu rangkaian
perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena
adanya sebuah perusahaan yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang juga
dapat mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul
karena seseorang memahami bahwa ia tidak bekerja sendirian karena memiliki
lingkungan yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan tersebut
luas dan beraneka macam dan masing-masing akan memiliki lingkungan yang
berlainan. Tetapi peranan yang harus dimainkan pada dasarnya tidak memiliki
perbedaan.
2.2.5
Peran divisi Corporate Communications dalam sosialisasi
Pada PT Cakrawala Andalas Televisi, divisi Corporate Communications
merupakan divisi yang melaksanakan fungsi Public Relations yang bertanggung
jawab untuk menjalin hubungan yang baik dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) baik internal maupun ekstenal perusahaan terutama dalam hal
memelihara dan mengelola komunikasi serta bertugas membantu perusahaan
untuk menjadi penghubung atau mediator dalam mengadaptasi nilai-nilai yang
25
dimiliki sebagai budaya organisasi dengan seluruh lingkungan internal
perusahaan.
Menurut Cutlip, Center dan Broom (2011:28) mengemukakan bahwa
peran Public Relations dalam suatu perusahaan salah satunya adalah untuk
menjaga hubungan baik dengan publik eksternal dan publik internal. Publik
internal merupakan seluruh anggota di dalam organisasi yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan organisasi. Karyawan merupakan aspek yang sangat penting
bagi kesuksesan organisasi. Sebelum menjalin hubungan dengan publik eksternal
seperti konsumen, pelanggan, lingkungan, investor dan pihak lain diluar
organisasi, terlebih dahulu harus memerhatikan orang-orang yang bekerja pada
mereka yaitu para karyawan. Karena itu, CEO di dalam organisasi memandang
karyawan mereka sebagai “publik nomor satu” atau “aset organisasi paling
penting”, dan mereka berusaha menciptakan “budaya organisasi” yang yang bisa
menarik dan mempertahankan karyawan yang produktif. Hubungan internal
adalah membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling
bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi menggantungkan
kesuksesannya.
Menurut Seitel (dalam Danandjadja, 2011:74) menjelaskan bahwa peran
yang dimainkan oleh seorang Public Relations dalam perusahaan atau instansi
terhadap publik adalah sebagai berikut :
1. Membantu menetapkan serta memelihara garis-garis komunikasi, saling
pengertian, penerimaan, dan kerjasama di antara organisasi dengan
publiknya.
2. Memecahkan masalah-masalah manajemen, membantu para manajer untuk
menciptakan pendapat publik, menjelaskan serta menekankan tanggung
jawab bagi para manajer untuk melayani kepentingan publik.
3. Membantu para manajer untuk mengambil keputusan yang efektif terhadap
perubahan yang berguna.
4. Memberi peringatan dini kepada para manajer untuk mengantisipasi setiap
kecenderungan.
5. Menggunakan riset dan teknik-teknik komunikasi sebagai sarana utama.
26
Menurut Silih Agung Wisesa (dalam Primarni, 2014:64-65) peran Public
Relations meliputi :
a. Mengkomunikasikan
kebijaksanaan
direksi
dan
menajemen
kepada
karyawan.
b. Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar karyawan
memahami dasar pengambilan keputusan yang diambil.
c. Membangun jaringan komunikasi interaktif antara karyawan, manajemen dan
direksi
d. Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi kebijakan hingga
pelatihan untuk mengurangi dampak buruk restrukturisasi.
e. Membantu meningkatan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan.
f. Membantu terciptanya budaya perusahaan yang sesuai dengan visi
organisasi.
2.2.5
Public Relations
Public Relations memiliki berbagai definisi. Seperti yang dikemukakan
Cutlip, Center & Broom (dalam Kriyantono, 2012:5) bahwa Public Relations
adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan
yang baik dan bermanfaat antara oganisasi dengan publik yang mempengaruhi
kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.
Sementara Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relations)
(dalam Morissan, 2010:8) mendefinisikan Public Relations sebagai seni dan ilmu
sosial dalam menganalisis kecenderungan, memperkirakan akibat-akibat,
memberikan saran kepada pimpinan perusahaan serta melaksanakan program
tindakan terencana yang melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya.
Pengertian lain mengenai Public Relations juga disampaikan oleh
Danandjaja (2011:14-16) mengemukakan berbagai definisi dari para ahli sebagai
berikut: Pada tahun 1923 Edward Bernays mendefinisikan Public Relations:
“Information given to the public, persuasion directed at the public to
modify attitude and actions, and efforts to integrate attitude and actions of an
institution with its publics and of public with those of that institution”
27
Pandangan tersebut bila diterjemahkan dapat diuraikan sebagai
memberikan informasi secara langsung dan persuasif kepada publik agar
merubah tindakan dan sikap publik dapat berintegrasi dengan tindakan dan sikap
publik dari suatu institusi.
Pada akhir tahun 1960 “Webster’s Dictionary” mendefinisikan Public
Relations sebagai berikut:
“As Relations with the general public through publicity; those function of
a corporation, organization.. concerned with informing the public of its
activities, politicies, etc. Ad attempting to create favourable public opinion”
Terjemahannya Public Relations adalah sebagai hubungan dengan
khalayak ramai melalui publisitas; itu fungsi satu korporasi, organisasi.. terkait
dengan memberi tahu publik-publik tentangnya aktivitas, kebijakan, dll.
Mencoba untuk menciptakan pendapat umum yang baik.
Pada 1973 Betram R. Canfield & Frazier Moore mendefinisikan,
“Public Relations is a social philosophy of management ecpressed in
policies, which throught two ways communications with its public strives to
secure mutual understanding and goodwill”
Terjemahannya adalah sebagai berikut, Public Relations merupakan
falsafah sosial dari manajemen yang dinyatakan dengan kebijaksanaan dan
mempratekkan melalui komunikasi timbal-balik dengan publik, berusaha untuk
menjamin adanya saling pengertian dan kerja sama.
Di tahun 1975 sebuah komisi “The Foundations for Public Relations
Research and Educations” menyatakan bahwa Public Relations merupakan
pembedaan fungsi manajemen yang secara timbal balik membantu dan
memelihara komunikasi, saling pengertian, saling penerimaan, dan kerjasama
antara publik dengan organisasinya; melibatkan kepada masalah manajemen dan
isu; membantu para manajer agar mau mendengar dan merespon pendapat
publik; menekankan akan tanggung jawab manajer untuk melayani kepentingan
publik; membantu para manajer agar mengikuti perkembangan bagi suatu
perusahaan yang bermanfaat, memberikan peringatan dini kepada manajer dalam
28
mengantisipasi kecenderungan; menggunakan riset dan teknik-teknik komunikasi
sebagai prinsip utama.
Dari beberapa pendapat yang ada, maka bahwasannya pengertian dari
Public Relations itu sendiri mancakup kepada arti yang cukup luas dan sulit
untuk didefinisikan seperti halnya pendapat publik. Namun untuk memperoleh
pemahaman akan Public Relations, secara singkat dapat diuraikan sebagai
berikut (Danandjaja, 2011:17):
a. Public Relations itu adalah pembedaan fungsi manajemen yang
secara fungsional mempunyai peran membantu organisasi dan
publiknya untuk saling mempercayai dan saling menyesuaikan.
b. Public Relations itu selalu mengabdi kepada kepentingan publik.
c. Public Relations itu adalah falsafah sosial manajemen ketika
mengambil suatu keputusan bagi suatu kebijaksanaan, agar tercipta
opini publik yang sehat.
d. Dalam prakteknya, Public Relations itu membantu terciptanya
kerjasama, saling pengertian, dan saling menerima antara publik dan
organisasi, dan pada tahap lanjut akan tercipta keuntungan bersama
(mutual favourable).
e. Internal Communication dan External Public Relations atau External
Communication
f. Dilihat dari prosesnya, maka Public Relations memiliki dua bentuk
kegiatan yaitu Internal Public Relations atau Internal Relations.
Dengan demikian, pengertian Public Relations bila dilihat dalam studi
ilmu komunikasi, maka akan memiliki arti Public Relations adalah salah satu
bentuk spesialisasi dari ilmu komunikasi yang bertujuan untuk menumbuhkan
saling pengertian dan kerjasama antar publik dengan jalan komunikasi timbalbalik. Public Relations melaksanakan program tindakan terencana yang melayani
baik kepentingan organisasi dan khalayaknya. Maka dari itu kesuksesan yang
diraih oleh Public Relations dapat mencapai tujuan bersama atas dasar yang
saling menguntungkan.
29
2.2.5.1 Tujuan Public Relations
Tujuan Public Relations berdasarkan kegiatan internal relations dalam hal
ini dapat mencakup ke dalam beberapa hal, yaitu:
1. Mengadakan suatu penilaian terhadap sikap tingkah laku dan opini publik
terhadap perusahaan, terutama sekali ditujukan kepada kebijaksanaan
perusahaan yang sedang dijalankan.
2. Mengadakan suatu analisa dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang
sedang dijalankan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan dengan
tidak melupakan kepentingan publik.
3. Memberikan
penerangan
kepada
publik
karyawan
mengenai
suatu
kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut kepada
berbagai
aktivitas
rutin
perusahaan,
juga
menjelaskan
mengenai
perkembangan perusahaan tersebut. Dimana pada tahap selanjutnya
diharapkan publik karyawan tetap juga menginformasikan.
4. Merencanakan bagi penyusunan suatu staff yang efektif bagi penugasan yang
bersifat internal Public Relations dalam perusahaan tersebut (Danandjaja,
2011:22).
Menurut Betram R. Canfield & Frazier Moore (dalam Danandjaja, 2011:44)
menyatakan bahwa tujuan dari Public Relations yaitu:
1. Mengabdi kepada kepentingan publik (It should serve the public’s interest).
2. Menjaga atau memelihara komunikasi yang baik (maintain good
communication).
3. Menitikberatkan kepada moral dan tingkah laku yang baik (…and stress
good morals and manners).
2.2.5.2 Fungsi Public Relations
Secara garis besar, fungsi dari Public Relations adalah:
1. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya
(maintain good communication).
2. Melayani kepentingan publik dengan baik (serve public’s interest).
30
3. Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain good
morals & manners) (Kriyantono, 2012:21).
Menurut Cutlip & Center (dalam Kriyantono, 2012:22) menyebutkan
beberapa fungsi dari Public Relations sebagai berikut:
1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik
kepada perusahaan.
3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan perusahaan untuk
kepentingan umum
4. Membina hubungan secara harmonis antara perusahaan dan publik, baik
internal maupun eksternal.
Menurut Betram R. Canfield (dalam Danandjaja, 2011:19) menjelaskan
mengenai fungsi dari Public Relations ini dengan tidak memandang apakah
kegiatan Public Relations itu bersifat internal maupun eksternal. Akan tetapi
fungsi Public Relations itu haruslah mencakup kepada hal sebagai berikut:
1. Mengabdi kepada kepentingan publik.
2. Memelihara komunikasi yang baik.
3. Kegiatan Public Relations ketika menjalankan fungsinya harus menitik
beratkan kepada moral dan tingkah laku yang baik.
31
2.3. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Alur Kerangka Pemikiran
Sumber : Pemikiran Peneliti
Melalui kerangka pemikiran yang telah ditunjukkan tersebut, maka dapat
diuraikan bahwa kegiatan penelitian ini dimulai dengan mengetahui peran divisi
Corporate Communications atau Public Relations ANTV yakni mengkomunikasikan
32
kebijaksanaan direksi dan manajemen, menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan
manajemen,
restrukturisasi
membangun
mulai
dari
jaringan
komunikasi
sosialisasi
kebijakan
interaktif,
hingga
membantu
pelatihan,
proses
membantu
meningkatkan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan, dan membantu terciptanya
budaya perusahaan yang sesuai dengan visi organisasi.
Selanjutnya, untuk dapat memberikan gambaran secara tepat kepada karyawan
tentang lingkungan pekerjaan dan budaya organisasi tempatnya bekerja maka perlu
diadakan proses sosialisasi CCTG sebagai nilai organisasi dalam rangka untuk
mendukung dijalankannya visi dan misi perseroan dengan melalui berbagai macam
tahapan, seperti sosialisasi antisipasti (tahap kedatangan), pertemuan, dan perubahan
dan pemahaman yang bertambah (tahap metamorfosis). Proses sosialisasi ini dilakukan
kepada seluruh pihak internal yang ada dalam perusahaan guna mengetahui pemaknaan
karyawan terhadap CCTG sebagai nilai organisasi sehingga dapat dijadikan landasan
dalam berinteraksi dan berperilaku yang akan menciptakan hubungan yang harmonis
diantara karyawan.
Download