PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan tanah organik yang tersebar luas di Indonesia. Gambut merupakan areal potensial dan banyak diperhatikan, terutama dalam ekstensifikasi pertanian. Melihat dari segi budidaya tanaman, gambut dikategorikan tidak produktif karena memiliki tingkat kemasaman tanah yang tinggi dan umumnya ketersediaan unsur-unsur hara didalamnya terikat kation organik. Gambut terbentuk akibat tingginya penumpukan bahan organik mati yang telah mengalami humifikasi namun proses mineralisasinya berjalan lambat. Dekomposisi berjalan lambat karena pH yang rendah serta kondisi anaerob gambut. Tingkat kemasaman gambut relatif tinggi dengan kisaran pH 3-5. Semakin tebal gambut menyebabkan basa-basa yang dikandungnya semakin rendah sehingga reaksi tanah menjadi semakin masam. Kondisi ini mengakibatkan aktivitas mikroba tanah terhambat (Darmawijaya, 1992). Kandungan bahan organik gambut yang tinggi merupakan sumber hara makro dan mikro yang bermanfaat bagi organisme gambut. Kondisi tanah gambut yang masam menyebabkan hara berada pada kondisi tidak tersedia bagi tanaman maupun mikroba tanah. Gambut juga mengandung beragam asam organik bermanfaat serta derivate fenolat yang bersifat racun bagi tanaman. Fosfat merupakan hara makro essensial bagi tanaman. Fosfat berperan sebagai sumber energi utama dalam proses fisiologis tanaman serta dalam reaksi metabolisme dan biosintesis. Kekurangan fosfat dapat menyebabkan gangguan pada sistem fisiologis tanaman. 1 Universitas Sumatera Utara Pada lahan yang mengalami retensi fosfat (P), pemupukan dianggap sebagai jalan keluar karena cepat menyediakan P bagi tanaman. Pemupukan P sering tidak efisien karena hara P cepat tersedia dalam jumlah besar namun tidak dibarengi penyerapan yang besar oleh akar. Semakin lama P tersedia bersentuhan dengan tanah menyebabkan semakin banyak P yang terikat sehingga terjadi penumpukan unsur P dalam tanah. Pada lahan gambut pemupukan tidak efesien karena gambut mengandung sejumlah besar kation organik pengikat hara. Penumpukan hara dalam tanah dapat merusak kondisi tanah sehingga tidak dapat digunakan untuk musim tanam selanjutnya. Status hara P dapat ditingkatkan secara efektif dan efisiensi dengan memanfaatkan mikroba pelarut fosfat yang mampu membebaskan P-terikat dari tanah dan meningkatkan serapan P oleh akar tanaman. Mikroba pelarut fosfat adalah mikroba yang mampu melarutkan ikatan fosfat menjadi bentuk tersedia. Mikroba pelarut fosfat dapat berupa bakteri (BPF), jamur (JPF), aktinomisetes atau khamir (Premono, 1998). Keberadaan mikroba pelarut fosfat dipengaruhi pH tanah. Pada kondisi masam jamur pelarut fosfat (JPF) dapat tumbuh optimum dibanding bakteri dan aktinomisetes. Pertumbuhan bakteri pelarut fosfat (BPF) optimum pada pH netral dan meningkat seiring dengan meningkatnya pH tanah (Ginting, 2006). Pada kondisi masam aluminium dan besi banyak terlarut dalam tanah. Dalam jumlah yang berlebihan, logam-logam tersebut akan membentuk ikatan dengan hara tanah serta bersifat racun bagi tanaman. Bentuk ikatan P yang umum ditemui pada kondisi masam adalah AlPO4 dan FePO4. Jamur pelarut fosfat mampu melarutkan P dalam bentuk AlPO4 lebih baik dibanding BPF (Anas,1993). Universitas Sumatera Utara Lingkungan gambut yang sesuai untuk pertumbuhan JPF serta potensinya dalam melarutkan ikatan fosfat pada kondisi masam, menjadi peluang untuk mengembangkan JPF pada areal gambut. Jamur pelarut fosfat dapat juga dijadikan starter pupuk hayati untuk merehabilitasi lahan gambut. Penggunaan biofertilizer seperti JPF selain murah juga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanah dan lingkungan. Selama ini eksplorasi jamur pelarut fosfat umum dilakukan pada tanah mineral dan masih sedikit eksplorasi serupa pada tanah gambut. Atas dasar inilah penelitian ini dilakukan, untuk dapat melihat keberadaan jamur pelarut fosfat dan menguji potensinya dalam melarutkan ikatan fosfat pada lahan gambut. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi jamur pelarut fosfat pada lahan gambut dan mengkaji kemampuannya melarutkan fosfat serta mengindentifikasi jamur pelarut fosfat paling potensial. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan, dapat memberi informasi jamur pelarut fosfat paling potensial hasil eksplorasi pada lahan gambut Desa Telaga Suka Kabupaten Labuhan Batu sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah gambut. Universitas Sumatera Utara